fraktur ekstremitas atas
TRANSCRIPT
Fraktur Klavikula
Penyebab biasanya trauma langsung/direct atau tidak langsung/indirect, misal jatuh dengan
tangan/siku menumpu.
Diagnosis
1. Riwayat : waktu jatuh posisi tangan menumpu
2. Deformitas : menonjol, udem, fraktur 1/3 lateral tanpa rupture ligamentum
korakoklavikulare, deformitas tidak jelas
3. Nyeri tekan (tenderness)
4. Krepitasi
5. Pemeriksaan penunjang : radiologi dan laboratorium
Penatalaksanaan
Konservatif : pasang ransel verban (Figure of Eight) sampai rasa sakit hilang
Operatif:
o Indikasi dilakukan tindakan operatif
1. Fraktur terbuka
2. Rupture ligamentum korakoklavikulare
3. Gangguan neurovaskuler
4. Delayed/ non-union
5. Kosmetik
Fraktur Skapula
Akibat trauma langsung. Fraktur korpus dan kollum scapula umumnya terjadi pergeseran akibat
tarikan otot-otot yang melekat disitu.
Terapi
Konservatif (istirahat dan mobilisasi dini setelah sakit hilang).
Trauma sendi akromioklavikularis
Sendi ini kurang stail dan mudah terjadi subluksasi. Dislokasi komplet terjadi akibat rupture total
ligamentum akromioklavikularis dan korakoklavikularis.
Klasifikasi
Subluksasi : robekan ligament (+) klavikula tidak terangkat karena ligament
korakoklavikuler utuh
Dislokasi : robekan kedua ligament dan klavikula terangkat
Dislokasi sendi sternoklavikularis : terbagi menjadi anterior dan posterior. Dislokasi
posterior akan menekan organ-organ dalam sehingga perlu tindakan emergency.
Trauma otot-otot rotator/ Rotator Cuff
Otot rotator terdiri dari : supraspinatus, infraspinatus, teres minor, subskapula. Otot ini
berfungsi sebagai stabilisator, sehingga robekan kecil pada otot supraspinatus
menimbulkan tendinitis supraspinatus dan bila robekan luas penderita tidak bisa abduksi.
Terapi
Dilakukan repair.
Fraktur Humerus
Klasifikasi NEER
1. Pergeseran > 1 cm dengan angulasi 450
2. Fraktur collum anatomikum, pergeseran > 1 cm
3. Fraktur collum chirrurgikum dengan pergeseran dan angulasi
4. Fraktur tuberkulum majus dengan 2 atau 3 fragmen
5. Fraktur tuberkulum majus dengan > 2 fragmen
6. Fraktur dislokasi
Macamnya
1. Fraktur kollum chirrurgikum humeri
Pada anak muda dipikirkan reposisi terbuka dengan fiksasi interna. Terapi dengan
imobilisasi collar and cuff selama 3 minggu,
2. Fraktur shaft humerus
Setiap fraktur humerus tengah dapat mengenai saraf radial, karena saraf ini melewati
sulkus nervi radialis yang terletak di bagian tengah dan belakang humerus.
Komplikasi
Radial palsy
Terapi
Konservatif, dengan collar dan cuff, hanging cast
Operatif, pada radial palsy non union dan gangguan vaskuler. Radial palsy akan
sembuh sekitar 6-8 minggu, bila tidak pulih lakukan EMG dan eksplorasi.
3. Fraktur suprakondilaris humeri
Berdasarkan pergeseran fragmen distal ada 3 tipe :
Fragmen tanpa pergeseran
Fragmen dengan pergeseran tetapi masih ada kontak
Fragmen distal dan proksimal tidak ada kontak
Terapi
Anak-anak : reposisi tertutup
Dewasa : collar and cuff selama 3 minggu. Hasil reposisi di evaluasi dengan sudut
Baumann.
Anatomi
Sendi siku terjadi antara trochlea dan capitulum humerus dengan incisura trochlearis
ulnae dan caput radii. Sendi siku dilalui oleh beberapa bangunan, di sebelah anterior
terdapat musculus brachialis, tendo muskulus biceps, nervus medianus, dan arteri
brachialis. Di sebelah posterior terdapat muskulus biceps dan bursa minro. Nervus ulnaris
terdapat di sebelah medial dan tendo muskulus ekstensor communis dan muskulus
supinator terletak di lateral.
Suprakondilar humerus terletak di bagian distal dari humerus, tulang tersebut kurang kuat
disbanding tempat lain karena adanya fossa koronoid, fossa olekranon dan fossa radii.
Kolum medial suprakondilar lebih tipis dan substansi tulang kurang disbanding dengan
kolum lateral suprakondilar. Sendi diku mampu untuk melakuakn gerakan fleksi dan
ekstensi, dimana gerakan fleksi dilakukan oleh muskulus brachialis, muskulus bicepsm
muskulus brachioradialis dan muskulus pronator teres. Sedangkan gerakan ekstensi
dilakukan oleh muskulus triceps dan muskulus anconeus.
Dari proyeksi anteroposterior, perlu dinilai sudut yang dibentuk oleh garis longitudinal
humerus dan garis yang melalui korona kapitulum humeri, sudut ini disebut sudut
bowman. Normal didapatkan sudut bowman sebesar 80-89 derajat, bila didapatkan sudut
ini kurang dari 50, dikatakan bahwa posisi tulang tersebut tidak acceptable. Sudut yang
lain yaitu sudut antara diaphisis dan metaphisis sebesar 90 derajat.
Proyeksi lateral, normal didapatkan garis anterohumeral akan melewati pusat osifikasi
pada kondilus humeri dan bagian distal dari kondilus akan membentuk sudut ke anterior
sebesar 40 derajat.
Mekanisme dan patofisiologi
Tipe ekstensi
Akibat trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada siku, lengan
bawah dalam posisi supinasi dengan siku hiperekstensi dengan tangan yang terfiksasi,
olekranon terdorong ke depan sehingga terjadi fraktur. Garis fraktur selalu melewati
fossa olekranon dan pada kolum medial dan lateral metaphase. Fragmen distal dari
fraktur akan terdorong kea rah posterior dan proksimal, hal ini karena gaya fraktur
yang diteruskan ke atas melalui tulang lengan bawah dan diseabkan tarikan muskulus
biseps, sehingga fragmen ini akan miring ke lateral atau medial dan berotasi ke
medial. Dari proyeksi anterior, ujung distal dari fragmen proksimal akan menembus
periosteum dan mengenai muskulus brachialis dan muskulus biceps brachii.
Akibatnya akan terjadi perdarahan local dan pembengkakan. Nervus dan pembuluh
darah akan mengalami laserasi karena fragmen tulang.
Tipe fleksi
Anak jatuh pada telapak tangan dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi
pronasi dan siku dalam posisi sedikit fleksi. Korteks anterior akan mengalami
pergeseran sehingga pada fragmen distal akan ke anterior pada bidang sagital, dan
pada bidang coronal, fragmen distal akan bergeser ke lateral. Sehingga fragmen distal
pada fraktur tipe ini akan bergeser kea rah anterior dan proksimal. Jarang terjadi
komplikasi neurovascular, yaitu cedera nervus ulna biasanya karena terkena ujung
dari fragmen proksimal.
Klasifikasi
Pada prinsipnya, klasifikasi fraktur suprkondilar tipe ekstensi dibagi berdasarkan derajat
pergeseran fragmen distal terhadap fragmen proksimal.
Gartland (1959), membagi 3 tipe :
I. undisplaced or minimally displaced : IA non displaced; IB medial impaction
II. Displaced with angulasi and rotation : IIA posterior angulasi; IIB malrotation with
or without posterior angulation.
III. Displaced complete : IIIA fragmen distal kea rah posteriormedial; IIIB fragmen
distal kea rah posterior lateral.
Diagnosis
Dari anamnesa didapatkan adanya riwayat jatuh dengan lengan sebagai tumpuan. Bila
traumanya baru saja terjadi atau frakturnya tidak mengalami pergeseran atau sedikit
bergeser, anak akan mengeluhkan nyeri dan bengkak yang minimal, dan temuan yang
paling khas adalah perlunakan pada ujung humerus bagian distal
Pada trauma ringan kedudukan fragmen distal tidak akan bergeser atau undisplaced. Siku
akan terlihat sedikit bengkak disbanding siku yang sehat, dan kadang-kadang terlihat
akan terlihat normal bila jumlah perdarahan sedikit.
Pada trauma yang lebih berat dapat menimbulkan angulasi ke posterior, bahkan sampai
mengalami pergeseran fragmen distal ke posterior, namun hubungan kedua fragmen
sebagian masih terlihat, atau pada trauma yang lebih hebat lagi maka fragmen distal akan
terlepas dari fragmen proksimal dan berada di posterior dan migrasi ke proksimal.
Sewaktu jatuh pada umumnya lengan dalam keadaan pronasi ini, akan menyebabkan
fragmen distal mengalami rotasi ke dalam. Akibatnya kortek sebelah medial dari fragmen
distal relative akan berada di arah posterior dari fragmen proksimal, sementara sisi lateral
masih dalam kedudukan semula. Dengan demikian kedudukan fragmen distal akan
mengalami adduksi, rotasi ke dalam sehingga fragmen distal akan mengalami pergeseran
kea rah posteromedial akibatnya ujung dari fragmen proksimal akan mencederai nervus
radialis. Dan bila pergeseran fragmen kea rah posterolateral akan mencederai arteri
radialis dan nervus medianus.
Ujung fragmen proksimal akan berada di anterior dan dapat mencederai muskulus
brakhialis, arteri brakhialis, nervus radialis, nervus medianus, atau nervus ulnaris.
Dengan adanya truma yang keras dan terjadi pergeseran dari fragmen, maka
pembengkakan dan deformitas pada siku akan menjadi lebih jelas. Besarnya
pembengkakan tergantung pada keparahan dari fraktur dan lama terjadinya trauma.
Pada pemeriksaan fisik yang penting adalah menilai fungsi dari neuromuskuler pada
sebelah distalnya. Tanda-tand gangguan vaskulus meliputi nyeri, pucat, sianotik, tidak
ada pulsasi atau paralisis, ini merupakan tanda terjadinya “volkman’s ischemi”.
Pemeriksaan radiologis akan terlihat fat pada sign, kedudukan kedua fragmen tidak
terjadi pergeseran, kadang-kadang garis fraktur tidak terlihat. Dalam keadaan normal fat
pada sign akan berada di luar sinovia tapi intra kapsuler sendi di sebelah anterior dan
posterior. Dengan adanya hamarthrosis akan menyebabkan pergeseran letak fat pads.
Pemeriksaan radiologis penting untuk konfirmasi diagnosis. Sebelumnya lengan harus di
imobilisasi dengan posisi ekstensi, kedudukan fleksi yang berlebihan harus dihindari
karena ada kemungkinan gangguan dari neurovaskulernya. Pada anteroposterior, dinilai
garis fraktur apakah transversal atau oblik, fragmen distal angulasi ke lateral atau medial.
Posisi lateral akan menunjukkan fragmen distal akan bergeser ke anterior atau posterior.
Penatalaksanaan
Pada prinsipnya mengembalikan fragmen ke posisi anatomis dan mempertahankan
kedudukan tersebut dan mencegah terjadinya komplikasi.
Sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis, perlu dilakukan immobilisasi dengan bidai.
Pada fraktur tipe ekstensi, posisi fleksi pada siku harus dihindari karena menyebabkan
kerusakan lebih lanjut dari system neurovascular. Anggota gerak dibuat immobilisasi
dengan bidai pada posisi yang mengalami deformitas, dengan posisi siku ekstensi dan
lengan bawah pronasi. Sirkulasi harus selalu dicek sebelum dan selama melakukan
tindakan reposisi. Penanganan fraktur suprakondilar tergantung tipe dari fraktur tersebut.
Pada fraktur suprakondilar tipe ekstensi :
Tipe I
Tanpa pergeseran, immobilisasi dengan posisi siku fleksi tidak lebih dari 900. Bila
terdapat pergeseran penanganannya dengan menggunakan back slap long arm dengan
posisi siku fleksi.
Fleksi dilakukan sampai 1200 sehingga lebih stabil dan juga pada posisi ini dapat
mengurangi resiko terjadinya trauma neurovascular karena tindakan. Untuk reposisi
tertutup perlu relaksasi yang sempurna dan hanya bisa dicapai dengan anestesi umu,
operator menarik lengan bawah sedikit fleksi 300 dan supinasi.
Fleksi 300 tersebut untuk melindungi kerusakan pembuluh darah dan saraf akibat
tegangan karena tarikan. Operator melakukan koreksi posisi pada fragmen distal. Bila
berada di medial dilakukan dorongan ke lateral agar berada satu garus dengan fragmen
proksimal, demikian juga sebaliknya. Setelah itu kedua ibu jari operator berada ada posisi
posterior fragmen distal mendorong ke anterior disertai tekanan jari-jari lain yang berada
di humerus proksimal ke dorsal, kemudian dilakukan fleksi maksimum.
Posisi dipertahankan selama 3-4 minggu, dengan pemeriksaan radiologis pada satu
minggu pertama dan minggu terakhir.
Tipe II
Reposisi
Percutaneus pinning dengan fiksasi k-wire
Reposisi terbuka
Reposisi terbuka atau operasi pada fraktur suprakondilar tipe ekstensi dilakukan pada
reposisi tertutup yang gagal, fraktur terbuka atau gangguan neurovascular.
Pada pembengkakakn yang hebat akan terjadi hematom yang banyak di daerah tersebut,
maka perlu dilakukan sehingga penekanan terhadap neurovascular akan berkurang.
Kejelekan dilakukannya open reduksi antara lain terjadinya kekakuan sendi, terjadinya
myositis osifikan, iskhemik, dan kerusakan pada tempat pertumbuhan tulang dan adanya
resiko infeksi.
Reposisi dikatakan berhasil bila baik secara klinis atau radiologis.
Secara klinis dikatakan baik bila :
Sendi siku dapat fleksi maksimal, bila tidak bisa fleksi maksimal kemungkinan
sudut antara sumbu longitudinal humeri dengan kondilus belum tercapai atau
adanya interposisi jaringan lunak antara kedua fragmen.
Setelah hiperfleksi secara hati-hati, dilakukan ekstensi dan dibandingkan dengan
sisi yang sehat.
Pemeriksaan radiologis dilakukan setelah reposisi, dengan foto posisi AP dan lateral.
Untuk posisi lateral dinilai sudut longitudinal humeri dan distal kondilar. Dinilai apakah
ada crescent sign, yang berarti terjadi kubitus varus. Pada posisi AP, dinilai sudut
Bowman, sudut diaphisis-metaphisis. Bila fragmen distal terjadi rotasi tampak gambaran
fish tail.
Hasil reposisi dikatakan adekuat bila tidak terjadi angulasi ke lateral atau medial,
pergeseran ke medial atau lateral tidak lebih dari 25% dan angulasi ke posterior tidak
lebih dari 100. Perbedaan sudut bowman antara sisi yang sehat dan yang sakit tidaklebih
dari 40. Rotasi ke medial merupakan predisposisi terjadinya kubitus varus karena akan
terjadi angulasi koronal. Walaupun adanya rotasi tersebut bukan merupakan deformitas
dan rotasi lengan akan dikoreksi oleh sendi bahu. Manipulasi yang berulang sebaiknya
dihindari karena akan mencederai pembuluh darah dan saraf.
Komplikasi
Pada fraktur suprakondilar tipe ekstensi, komplikasi yang paling sering terjadi cedera
pembuluh darah dan saraf.
Cedera pada arteri brakhialis, dimana hal ini akan menyebabkan terjadinya
volkman’s iskemik. Kelainan ini akan menyebabkan nekrosis dari otot dan saraf
tanpa disertai gangrene perifer. Gejala dari volkman’s iskemik adanya pain,
pallor, hilangnya pulsus, parestesi, dan paralysis.
Cedera saraf yang paling sering terjadi adalah cedera pada nervus radialis, nervus
median dan nervus ulna.
Myositis osifikans, jarang terjadi dan biasanya terjadi karena manipulasi yang
berlebihan atau terjadi pada reposisi terbuka yang terlambat dilakukan.
Malunion dapat merupakan komplikasi dari fraktur ini, biasanya terjadi kubitus
varus, disebabkan reposisi yang tidak adekuat
4. Sedangkan pada fraktur suprakondilar tipe fleksi
a. Cedera nervul ulna merupakan komplikasi yang sering terjadi
b. Malunion dapat juga terjadi pada fraktur ini yaitu terjadi kubitus varus.
5. Iskhemik volkman : klinis 5P
a. Pulseless (denyut nadi lemah-hilang)
b. Pallor (warna biru/pucat)
c. Pain
d. Paresthesia (rasa tebal)
e. Parese atau paralise (kekuatan otot lemah sampai lumpuh)
Trauma Siku
1. Fraktur kondilus lateralis humeri
a. Pada anak masih kartilagineus sehingga sering tidak terdiagnosa pada X-Ray, dan
menyerang pusat pertumbuhan (epiphyseal plate)
b. Menimbulkan malunion atau non union
c. Tempat origo otot ekstensor sehingga fragmen akan bergeser
d. Terjadi kerusakan epiphyseal dan fraktur intraartikuler
2. Fraktur epikondilus medialis humeri
a. Merupakan tempat origo otot fleksor
b. Komplikasi terjadinya ulnar palsy
Klasifikasi radiologis :
Fraktur pada satu kondilus
Fraktur inter-kondiler
Fraktur kominutif sering bersama fraktur suprakondiler
Terapi : non displaced, gips sirkuler 6 minggu.
3. Fraktur olekranon
Tempat insersi otot triseps brachii, sehingga bila terjadi fraktur akan terjadi pergeseran ke
proksimal.
Klasifikasi :
Tanpa pergeseran : gips sirkuler
Dengan pergeseran : screw atau TBW
Kominutif : eksisi fragmen dan melekatkan kembali trisep pada olekaranon.
4. Dislokasi sendi siku
Sendi siku terdiri dari :
Humero-ulnaris
Humero-radialis
Radio-ulnaris
Pada trauma ini penting periksa neurovaskuler bagian distal.
Terapi : reposisi segera
Cara reposisi : siku difleksikan, olekranon didorong ke distal, selanjutnya gips sirkuler 3
minggu.
Komplikasi : trauma vaskuler, kekakuan sendi, miositis ossifikans.
Fraktur Antebrachii
Anatomi
Tulang radius dan ulna tidak saja sebagai pelindung lengan atas dan maupun tangan tapi
mempunyai fungsi pronasi dan supinasi dengan gerakan radius dan ulna. Kedua tulang lengan
bawah dihubungkan oleh sendi radioulna yang diperkuat oleh ligamentum anulare yang
melingkar kapitupulum radius dan di distal oleh sendi radioulna yang diperkuat oleh ligamentum
radiuulna yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membrane interosea memperkuat
hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu,
patah yang hanya mengenai satu tulang agak jaran terjadi atau bila patahnya hanya mengenai
satu tulang saja hamper selalu disertai dislokasi sendi radioulna yang dekat dengan patah
tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antar tulang yaitu musculus supinator,
musculus pronator teres, musculus pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi dan
supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi dengan radius dan ulna
menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi terutama radius.
Antebrachii terdiri atas 2 buah tulang parallel yang berbeda panjang bentuknya; os radius dan os
ulna. Di sebelah proksimal membentuk 3 persendian sedangkan sebelah distal 2 persendian.
Tulang radius, lebih pendek daripada ulna, bentuk lebih melengkung dan bersendi dengan os
ulna pada bagian proksimal dan distal “radio-ulnar joint” yang bersifat rotator. Antara kedua
tulang ini juga dihubungkan oleh membrane interosseus, suatu jaringan fibrous yang berjalan
oblique dari ulna ke radius. Membrane ini berfungsi merotasikan tulang radius terhadap os ulna,
yang menghasilkan gerakan pada lengan bawah.
Muskulus antebrachii dapat dikelompokkan, muskuli kompartmen anterior dan posterior.
Kompartmen anterior diisi oleh muskuli fleksor sedangkan kompartmen posterior diisi oleh
muskuli ekstensor. Beberapa muskuli ada yang berperan dominan dalam mempertahankan posisi
dan gerakan sendi lengan bawah dan tangan (elbow and wrist joint). Muskulus tersebut adalah:
No. Fungsi Muskulus
1 Fleksor elbow m.brachialis, m.biceps, m.brachioradialis
2 Ekstensor elbow m.triceps, m.anconeus
3 Supinator elbow m.supinator, m.biceps
4 Pronator elbow m.pronator teres, m.pronator quadrates
5 Fleksor pergelangan tangan m.fleksor carpi radialis, m.flexor carpi ulnaris
6 Ekstensor pergelangan tangan m.ekstensor carpi radialis longus dan brevis,
m.ekstensor carpi ulnaris
Aliran darah region antebrachii merupakan lanjutan dari a.brachialis, yang bercabang menjadi
a.radialis dan a.ulnaris setinggi caput os radii. Sedangkan persyarafan antebrachii berasal dari 3
nervus: n.radialis, n.ulnaris, n.medianus.
Terapi manipulasi fraktur antebrachii
Bila garis fraktur di proksimal : dilakukan gips posisi supinasi
Bila garis fraktur ditengah : gips posisi netral
Bila garis fraktur di distal : gips posisi pronasi
Fraktur MONTEGGIA
Fraktur ulna 1/3 proksimal/tengah dengan dislokasi kaput radii anterior/posterior. Pemeriksaan
penting pada saraf radialis dan olekranon.
Fraktur GALEAZZI
Fraktur radius 1/3 distal/tengah disertai subluksasio sendi radiuulnaris. Jenis fraktur ini biasanya
tidak stabil artinya penangannya dilakukan operasi. Untuk menjaga panjang anatomi tulang
radius.
Fraktur antebrachii distal
Anatomi, fisiologi, dan mekanisme
Lengan bawah mempunyai 2 tulang, yang radius dan ulna yang ke distal berakhir dan
membentuk persendian radioulnaris distal dan persendian dengan tulang carpalia. Stabilitas
persediaan ini dipertahankan oleh 5 struktur:
1. Ligamentum radio-ulnaris volaris
2. Ligamentum radio-ulnaris dorsalis
3. Tendon m.extensor carpi ulnaris dalam “fibro osseus tunnelnya”
4. Fibro-cartilago disc
5. Ligamentum collateralis ulnaris
Tulang radius le arah distal membentuk permukaan yang lebar sampai persendian dengan tulang
carpalia. Dan peralihan antara dense cortex dan cancellous bone pada bagian distal merupakan
bagian yang sangat lemah dan mudah terjadi fraktur. Penting sekali diketahui kedudukan
anatomis yang normal dari pergelangan tangan, terutama posisi dari ujung distal radius.
Perlu diperhatikan 3 ukuran yang utama:
1. Radial height
Yaitu jarak processus styloideus radii terhadap ulna. Diukur dari jarak antara garis
horizontal yang ditarik melalui ujung processus styloideus radii dan melalui ujung distal
ulna. Ukuran normalnya kira-kira 1 cm.
2. Derajat “ulna tilt” atau “ulna deviation” dari permukaan sendi ujung distal radius pada
posisi anterior posterior
Normal, permukaan sendi ini letaknya mirig menghadap ke ulnar. Derajat miringnya
diukur dari besarnya sudut antara garis horizontal yang tegak lurus pada sumbu radius
dan garis yang sesuai dengan permukaan sendi. Normal 15-30 derajat, rata-rata 23
derajat.
3. Derajat “volar tilt” (volar deviation) dari permukaan sendi radius pada posisi lateral
Normal : permukaan sendi ini miring menghadap ke bawah dan ke depan. Besarnya
diukur dengan sudut antara garis horizontal tegak lurus sumbu radius dan garis yang
sesuai dengan permukaan sendi. Normal 1-23 derajat, rata-rata 11 derajat.
Alat-alat gerak yang meliputi ini ialah:
1. Posterior
Berbentuk cembung dan terdapat sekumpulan tendon/otot extensor yang mempunyai
fungsi ekstensi.
2. Anterior
Berbentuk cekung dan terdapat sekumpulan tendon/otot flexor yang mempunyai fungsi
fleksi lengan bawah dan tangan. Dan pada bagian dalam ada m.pronator quadrates yang
berjalan menyilang dan berfungsi terutama untuk pronasi.
3. Lateral
Tampak m.supinator longus yang mempunyai insersi pada processus styloideus radii
yang mempunyai fungsi utama sebagai supinasi
Fisiologi dan mekanisme terjadinya fraktur
Biasanya disebabkan karena trauma langsung, atau sebagai akibat jatuh dimana sisi
dorsal lengan bawah menyangga berat badan.
Secara ilmu gaya dapat diterangkan sebagai berikut: Trauma langsung dimana lengan
bawah dalam posisi supinasi penuh yang terkunci dan berat badan waktu jatuh memutar
pronasi pada bagian proksimal dengan tangan relative terfixir pada tanah. Putaran
tersebut merupakan kombinasi tekanan yang kuat dan berat, akan memberikan
mekanisme yang ideal dari penyebab fraktur Smith.
Trauma lain diduga disebabkan karena tekanan yang mendadak pada dorsum manus,
dimana posisi tangan sedang mengepal. Ini biasanya didapatkan pada penderita yang
mengendarai sepeda yang mengalami trauma langsung pada dorsum manus.