fraktur patologis pada femur
TRANSCRIPT
FRAKTUR PATOLOGIS PADA FEMUR
Fraktur patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang abnormal.1 Tulang yang abnormal
tersebut bisa sangat lemah sehingga fraktur terjadi dengan trauma ringan atau bahkan pada
aktivitas biasa.1
Femur merupakan tulang tersering ketiga, setelah vertebrae dan pelvis, tempat ditemukannya
metastasis tulang. Fraktur patologis pada femur merupakan yang paling sering membutuhkan
intervensi pembedahan. Fraktur patologis pada femur merupakan 66 % fraktur patologis pada
tulang panjang, dimana 87% terjadi pada femur proksimal dan shaft femur.
Fraktur pada collum femur merupakan fraktur yang paling sering terjadi pada orang tua. Umur
rata-rata 77 tahun pada wanita dan 72 tahun pada laki-laki, dan 80% terjadi pada wanita.
Insidensi pada usia muda sangat rendah dan berhubungan dengan trauma hebat. Penyebab
tersering fraktur patologis pada femur proksimal adalah osteoporosis.
Klasifikasi berdasarkan lokasi terjadinya fraktur patologis pada femur :
Fraktur caput femur
Fraktur collum femur
Fraktur intertrochanter femur
Fraktur subtrochanter femur
Fraktur shaft femur
Fraktur femur distal (supracondyler/intercondyler)
s Pada anamnesis yang mengarahkan kita kepada suatu fraktur patologis :2,3
pasien dengan fraktur yang terjadi secara spontan atau pada trauma minor
pola fraktur yang tidak biasa
riwayat multipel fraktur sebelumnya
usia tua
riwayat keganasan atau penyakit metabolik
riwayat nyeri pada tempat fraktur sebelum terjadi fraktur
faktor risiko seperti merokok maupun eksposure terhadap karsinogen
Selain pemeriksaan fisik standar pada fraktur, diperlukan pemeriksaan tambahan seperti ada
tidaknya massa pada tempat fraktur, keterlibatan limfonodi regional. Pemeriksaan thyroid,
mammae, prostat dan rektum juga perlu dilakukan untuk mencari kemungkinan tumor primer.
Pemeriksaan radiologis mencakup pemeriksaan foto polos standar pada fraktur. Penilaian
harus dilakukan secara menyeluruh : adakah lesi intra osseus, densitas tulang, massa ekstra
osseus. Dari foto kita bisa menilai atau mendiagnosis suatu lesi dengan melihat karakteristik dari
lesi tersebut antara lain densitas, formasi tulang, kalsifikasi, batas, reaksi jaringan sekitar.
Ketika kita mencurigai suatu fraktur patologis akibat metastasis :
Bone survey untuk mencari kemungkinan kelainan pada tempat lain (metastasis pada
tulang yang lain, impending fraktur).
Thorax AP
Bone scans
USG abdomen
Pemeriksaan spesifik : mammografi, IVU, endoscopy
Tumor primer tidak dapat teridentifikasi pada 15 % kasus. 3 Penyebab terbanyak metastasis pada
tulang adalah karsinoma payudara (45%).4
Tumor primer maligna pada tulang relatif jarang, dan biasanya pada usia muda. Kita curiga suatu
tumor primer maligna pada tulang dari gambaran radiologis : tepi lesi yang tidak tegas, produksi
matriks, reaksi periosteal.3
Laboratorium
darah lengkap dengan hapusan darah tepi
elektrolit : serum kalsium, serum phosporus, alkali fosfatase
urinalisis
test spesifik : test fungsi thyroid, CEA, PTH, PSA
Biopsi
Diagnosis suatu lesi secara histologis diperlukan pada semua lesi kecuali lesi tersebut bisa
diidentifikasi tanpa pemeriksaan histologis atau lesi tersebut tidak memerlukan suatu terapi. Pada
lesi yang tidak kita lakukan biopsi harus kita lakukan follow up selama 1 tahun untuk
memastikan lesi tersebut inaktif. Biopsi dapat dilakukan dengan fine needle, core biopsi, maupun
biopsi terbuka.
Prognosis fraktur patologis
Kebanyakan fraktur patologis dapat menyatu, karena laju deposisi pada penyembuhan fraktur
lebih cepat daripada laju resorbsi penyakit yang mendasari fraktur tersebut. Fraktur patologis
pada osteomielitis tidak akan menyatu sampai infeksi bisa terkontrol. Pada neoplasma ganas
seperti osteosarkoma, laju deposisi dan resorpsi tulang bisa sama cepat, sehingga bisa terjadi
delayed union dan merupakan suatu indikasi amputasi. Fraktur patologis akibat metastasis
neoplasma pada ekstrimitas biasanya memerlukan fiksasi internal dikombinasi dengan terapi
radiasi dan hormonal.1
Manajemen
Inisial :
imobilisasi
analgetik
evaluasi proses patologis yang mendasari
perbaikan keadaan umum
Non operatif :
Pada umumnya, fraktur akibat lesi benign dapat sembuh tanpa intervensi bedah. Waktu
penyembuhan lebih lama dibandingkan tulang normal, khususnya pada pasien dengan terapi
radiasi dan kemoterapi.3
Terapi nonoperatif hanya diindikasikan pada pasien yang secara ekstrim memiliki resiko medis
yang besar jika dilakukan dengan operasi, sedangkan keadaan lain tanpa penyulit, maka
merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan operasi.
Operatif :
Tujuan :
- mencegah osteopeni disuse
- restorasi fungsi sehingga pasien dapat melakukan aktivitas
- mengurangi nyeri
- mengurangi waktu rawat inap
Kontraindikasi :3
- Kondisi pasien tidak memungkinkan untuk toleransi operasi dan anestesi
- Penurunan kesadaran
- Harapan hidup < 1 bulan
Daftar pustaka :
1. 1. Salter. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System 3rd Ed. Lippincot Williams & Wilkins. 1999
2. 2. Bucholz RW. Rockwood and Green’s Fractures in Adults 6th Ed. Lippincot Williams & Wilkins. 2006
3. 3. Kenneth. Handbook of Fractures. 3rd ed. Lippincot Williams & Wilkins. 2006
4. 4. Sharma H, Bhagat S. Intramedullary nail for pathological femoral fractures. Journal of Orthopedic Surgery 2007:15(3);291-4
5. 5. Devita. Cancer Principle & Practice of Oncology 7th Ed. Lippincot Williams & Wilkins. 2006
Diposkan oleh dr. Dika Patria I, M.Si.Med di 05.49
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Poskan Komentar Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
▼ 2011 (7) o ▼ September (6)
FRAKTUR PATOLOGIS PADA FEMUR
MASTEKTOMI RADIKAL
ETIOLOGI BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)
IPSS (International Prostatic Symptom Score)
PATOFISIOLOGI LOWER URINARY TRACT SYMPTOMS (LUTS) ...
HUBUNGAN INTRAVESICAL PROSTATIC PROTRUSION (IPP), ...
o ► Januari (1)
► 2010 (6)
Cari Blog Ini
Top of Form