fraktur terbuka dan tertutup

29
KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan referat ini. Terima kasih kami ucapkan kepada Dr.R,suhana Sp. OT dan juga teman teman sejawat Kepaniteraan Ilmu Bedah serta orang tua yang telah membantu dan memberi dorongan dalam menyelesaikan referat ini. Referat ini berjudul “penanganan fraktur tertutup dan terbuka” dan merupakan persyaratan dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah di RSPAU Dr Esnawan Antariksa Halim Jakarta. Semoga Referat ini bermanfaat serta dapat membantu sebagai bahan informasi bagi rekan – rekan yang membutuhkan dan dapat dipergunakan dengan semestinya. Kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun referat ini, baik mengenai informasi yang dicantumkan ataupunmengenai penggunaan bahasa Indonesia yang belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kemajuan proses pembelajaran ini. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk menyusun referat ini. Semoga Referat ini berguna bagi kita semua. 1

Upload: yudistira-juu-pratama

Post on 18-Feb-2015

599 views

Category:

Documents


71 download

DESCRIPTION

fr tbk ttp

TRANSCRIPT

Page 1: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan referat ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada Dr.R,suhana Sp. OT dan juga teman teman

sejawat Kepaniteraan Ilmu Bedah serta orang tua yang telah membantu dan memberi

dorongan dalam menyelesaikan referat ini.

Referat ini berjudul “penanganan fraktur tertutup dan terbuka” dan merupakan

persyaratan dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah di RSPAU Dr Esnawan

Antariksa Halim Jakarta. Semoga Referat ini bermanfaat serta dapat membantu sebagai bahan

informasi bagi rekan – rekan yang membutuhkan dan dapat dipergunakan dengan semestinya.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

menyusun referat ini, baik mengenai informasi yang dicantumkan ataupunmengenai

penggunaan bahasa Indonesia yang belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat

kami harapkan demi kemajuan proses pembelajaran ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami

untuk menyusun referat ini. Semoga Referat ini berguna bagi kita semua.

Jakarta 19 januari 2012

Penyusun

1

Page 2: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................3

BAB II FRAKTUR................................................................................................................. 4

II.1. DEFINISI......................................................................................................................... 4

II.2. KLASIFIKASI..................................................................................................................4

II.3. ETIOLOGI........................................................................................................................8

II.4. DIAGNOSIS.................................................................................................................... 8

II.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG....................................................................................10

II.6. KOMPLIKASI FRAKTUR.............................................................................................10

II.7. STADIUM PENYEMBUHAN FRAKTUR....................................................................10

II.8. TUJUAN PENGOBATAN FRAKTUR...........................................................................14

II.9. KOMPLIKASI FRAKTUR TERBUKA..........................................................................16

II.10.PENCEGAHAN FRAKTUR..........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

2

Page 3: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai

dipusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkandekade

ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab frakturterbanyak adalah

karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini,selainmenyebabkan fraktur, menurut

WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar

korbannya adalah remaja atau dewasa muda.

Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian

masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idulfitri tahun ini banyak terjadi

kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang sebagian korbannya mengalami fraktur.

Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali

untuk penanganan fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang

tersedia contohnya ada seorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya informasi

untuk menanganinya Ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang

yang terkilir.

Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan umur

dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.

Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan

dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.

3

Page 4: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

BAB II

fraktur

II.1. DEFINISI

tulang atau tulang rawan bisa komplet atau inkomplet. Diskontinuitas tulang yang disebabkan

oleh gaya yang melebihi Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur elastisitas

tulang.

Secara umum fraktur dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.

Fraktur tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit diatasnya

tertembus maka disebut fraktur terbuka,Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan

garis fraktur transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai

dengan penghimpitan tulang akan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan

kerusakan jaringan lunak yang lebih luas. Trauma tidak langsung mengakibatkan fraktur

terletak jauh dari titik trauma dan jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat.

Pada olahragawan, penari dan tentara dapat pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau

metatarsal yang disebabkan oleh karena trauma yang berulang. Selain trauma, adanya proses

patologi pada tulang seperti. tumor atau pada penyakit Paget dengan energi yang minimal

saja akan mengakibatkan fraktur. Sedang pada orang normal hal tersebut belum tentu

menimbulkan fraktur.

II.2. Klasifikasi

Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan

disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis.

Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar

Fraktur dapat dibagi menjadi :

A.Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

luar.

B. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan

dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut

R. Gustillo), yaitu:

4

Page 5: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

b.1. Derajat I :

i. Luka <1 cm

ii. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk

iii. Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan

iv. Kontaminasi minimal

b.2. Derajat II :

i. Laserasi >1 cm

ii. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi

iii. Fraktur kominutif sedang

iv. Kontaminasi sedang

b.3. Derajat III :

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular

serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur terbuka derajat III terbagi atas:

i. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi

luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma

berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.

ii. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi masif.

iii. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan

jaringan lunak.

5

Page 6: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

Berdasarkan bentuk patahan tulang

a) Transversal

Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang atau

bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya mudah dikontrol dengan

pembidaian gips.

b) Spiral

Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi ekstremitas atau

pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak.

c) Oblik

Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis patahnya membentuk

sudut terhadap tulang.

d) Segmental

Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang retak dan ada yang

terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah.

e) Kominuta

Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan jaringan dengan

lebih dari dua fragmen tulang.

f) Greenstick

Adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana korteks tulang

sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak –

anak.

g) Fraktur Impaksi

Adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada

diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.

h) Fraktur Fissura

Adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti, fragmen biasanya

tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.

Berdasarkan lokasi pada tulang fisis

Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan, bagian ini

relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan fisis pada anak – anak.

Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi. Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi

karena kecelakaan lalu lintas atau pada saat aktivitas olahraga. Klasifikasi yang paling

6

Page 7: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

banyak digunakan untuk cedera atau fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter –

Harris :

a) Tipe I : fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan, prognosis

sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.

b) Tipe II : fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui tulang metafisis ,

prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup.

c) Tipe III : fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis dan kemudian

secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan. Prognosis cukup baik

meskipun hanya dengan reduksi anatomi.

d) Tipe IV : fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi melalui

tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan mempunyai resiko gangguan

pertumbuhan lanjut yang lebih besar.

e) Tipe V : cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari gangguan pertumbuhan

lanjut adalah tinggi.

Untuk lebih jelasnya tentang pembagian atau klasifikasi fraktur dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

Gambar 1. a) Tipe I : fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan,

prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.

b) Tipe II : fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui tulang metafisis ,

prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup.

c) Tipe III : fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis dan kemudian

secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan. Prognosis cukup baik

meskipun hanya dengan reduksi anatomi.

d) Tipe IV : fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi melalui

tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan mempunyai resiko gangguan

pertumbuhan lanjut yang lebih besar.

e) Tipe V : cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari gangguan pertumbuhan

lanjut adalah tinggi.

Fraktur Berdasarkan Hubungan Tulang

7

Page 8: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

Fraktur tertutup fraktur terbuka

Gambar 2. Fraktur Berdasarkan Bentuk Patahan Tulang Transversal

I II III IV

Ket: gambar I:patahan transversal

Gambar II:patahan spiral

Gambar III:patahan obliq

Gambar IV:patahan segmental

8

Page 9: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

II.3 Etiologi

Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut

kekuatannya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur:

Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah

dan kekuatan trauma.

Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan,

kekuatan, dan densitas tulang.

II.4.Diagnosis

I. Riwayat

Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan

kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat cedera atau fraktur

sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok,

riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.

II. Pemeriksaan Fisik

A. Inspeksi / Look

Deformitas : angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan, bengkak

Pada fraktur terbuka : klasifikasi Gustilo

B. Palpasi / Feel ( nyeri tekan (tenderness), Krepitasi)

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada

daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera,

daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi Neurovaskularisasi bagian distal fraktur

meliputi : pulsasi aretri, warna kulit, pengembalian cairan kapler (Capillary refill test) sensasi

C. Gerakan / Moving

D. Pemeriksaan trauma di tempat lain : kepala, toraks, abdomen, pelvis Sedangkan pada

pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol ATLS. Langkah

pertama adalah menilai airway, breathing, dan circulation. Perlindungan pada vertebra

dilakukan sampai cedera vertebra dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan

radiologis. Saat pasien stabil, maka dilakukan secondary survey.

1. Manifestasi klinis:

9

Page 10: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

1). Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang   diimobilisasi.

Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk

meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2). Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di

ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat

berfungsi dengan baik karena fungsi  normal otot bergantung pada integritas tulang tempat

melengketnya obat.

3). Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah  tempat

fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm

4). Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.

Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

5). Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan

perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa

hari setelah cedera

II.5. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test,

dan urinalisa.

Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :

I .2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral

II. Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur

III. Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang tidak

terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

Pergeseran fragmen Tulang ada 4 :

1. Alignman : perubahan arah axis longitudinal, bisa membentuk sudut

2. Panjang : dapat terjadi pemendekan (shortening)

3. Aposisi : hubungan ujung fragmen satu dengan lainnya

10

Page 11: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

4. Rotasi : terjadi perputaran terhadap fragmen proksimal

II.6. Komplikasi Fraktur

Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat penanganan

fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik .

1. Komplikasi umum

Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan

fungsi pernafasan. Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam

pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan

metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa emboli

lemak, trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau gas gangren.

2. Komplikasi Lokal

a. Komplikasi dini

Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca trauma, sedangkan

apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.

Pada Tulang

1. Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.

2. Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur

tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau bahkan non union Komplikasi

sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi pada fraktur terbuka atau

pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir

dengan degenerasi

Pada Jaringan lunak

1. Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena edema.

Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan elastik

2. Dekubitus, terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh karena itu perlu

diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol.

Pada OtotTerputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu. Hal ini

terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan

11

Page 12: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan

menimbulkan sindroma crush atau trombus.

Pada pembuluh darah

Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan pada

robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti

spontan. Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau

manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada

pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh darah

tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangan

torniquet dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair

untuk mencegah kongesti bagian distal lesi.

Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai atas

maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini

disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat

sehingga dapat menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot. Apabila iskhemi dalam

6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan kematian/nekrosis otot yang

nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara periahan-lahan menjadi pendek dan

disebut dengan kontraktur volkmann. Gejala klinisnya adalah 5 P yaitu Pain (nyeri),

Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness(denyut nadi hilang) dan Paralisis

Pada saraf

Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusakan akson).

Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus.

b. Komplikasi lanjut

Pada tulang dapat berupa malunion, delayedunion atau nonunion.Pada pemeriksaan

Terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan.

Delayed union

Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada pemeriksaan

radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung fraktur, Terapi konservatif

selama 6 bulan bila gagal dilakukan Osteotomi Lebih 20 minggu dilakukan cancellus grafting

(12-16 minggu)

Non union

Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.

12

Page 13: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

1. Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan

diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi

untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.

2. Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi

palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga

sinovial yang berisi cairan, prosesunion tidak akan dicapai walaupun dilakukan

imobilisasi lama.

Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas,

hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang tidak memadai

implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang

(fraktur patologis).

Mal union

Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas. Tindakan

refraktur atau osteotomi koreksi .

Osteomielitis

Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur

tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non union (infected non union).

Imobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi

tulang berupa osteoporosis dan atropi otot

Kekakuan sendi

Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama, sehingga

terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler, perlengketan antara otot dan

tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif

dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada

penderita dengan kekakuan sendi menetap.

II.7. Stadium Penyembuhan Fraktur

Proses penyembuhan fraktur terdiri atas lima stadium yaitu :

Pembentukan hematom

Fraktur merobek pembuluh darah dalam medulla, korteks dan periosteum sehingga timbul

hematom.

Organisasi

13

Page 14: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

Dalam 24 jam, kapiler dan fibroblas mulai tumbuh ke dalam hematom disertai dengan

infiltrasi sel – sel peradangan. Dengan demikian, daerah bekuan darah diubah menjadi

jaringan granulasi fibroblastik vaskular.

Kalus sementara

Pada sekitar hari ketujuh, timbul pulau – pulau kartilago dan jaringan osteoid dalam jaringan

granulasi ini. Kartilago mungkin timbul dari metaplasia fibroblas dan jaringan osteoid

ditentukan oleh osteoblas yang tumbuh ke dalam dari ujung tulang. Jaringan osteoid, dalam

bentuk spikula ireguler .dan trabekula, mengalami mineralisasi membentuk kalus sementara.

Tulang baru yang tidak teratur ini terbentuk dengan cepat dan kalus sementara sebagian besar

lengkap pada sekitar hari kedua puluh lima.

Kalus definitif

Kalus sementara yang tak teratur secara bertahap akan diganti oleh tulang yang teratur

dengan susunan havers – kalus definitif.

Remodeling

Kontur normal dari tulang disusun kembali melalui proses remodeling akibat pembentukan

tulang osteoblastik maupun resorpsi osteoklastik. Keadaaan terjadi secara relatif lambat

dalam periode waktu yang berbeda tetapi akhirnya semua kalus yang berlebihan dipindahkan,

dan gambaran serta struktur semula dari tulang tersusun kembali.

II.8.Tujuan Pengobatan fraktur :

1. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi

Tertutup : fiksasi eksterna, Traksi (kulit, sekeletal)

Terbuka : Indikasi :

1. Reposisi tertutup gagal

2. Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan

3. Mobilisasi dini

4. Fraktur multiple

5. Fraktur Patologis

reposisi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan

rotasi anatomis. Metode dalam reposisi adalah reposisi tertutup, traksi dan reposisi

terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur

14

Page 15: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

Reposisi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya

(ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya

traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat

fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat

digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai

penyembuhan tulang yang solid terjadi.

2. IMOBILISASI / FIKSASI

Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.

Jenis Fiksasi :

Ekternal / OREF

1. Gips ( plester cast)

2. Traksi

Indikasi :

· Pemendekan (shortening)

· Fraktur unstabel : oblique, spiral

· Kerusakan hebat pada kulit dan jaringan sekitar

Imobilisasi fraktur, setelah fraktur di reposisi fragmen tulang harus di imobilisasi  atau di

pertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi

dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan,

gips, bidai, traksi kontinue, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal. Fiksasi internal dapat

dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.

Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24

minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.

Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur terbuka adalah

1. Obati fraktur terbuka sebagai suatu kegawatan

2. Adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan

kematian

3. Berikan antibiotik dalam ruang gawat darurat,di kamar operasi dan setelah operasi

4. Segera dilakukan debridemen dan irigasi yang baik

15

Page 16: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

5. Ulangi debridemen 24-72 jam berikutnya

6. Stabilisasi fraktur

7. Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari

8. Lakukan bone graft autogenous secepatnya

9. Rehabilitasi anggota gerak lainnya

Tahap-Tahap Pengobatan Fraktur terbuka

1. Pembersihan luka

Hal ini dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara mekanis untuk

mengeluarkan benda asing yang melekat.

2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)

Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan

bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan

subkutaneus,lemak,fasia,otot dan fragmen-fragmen yang lepas

3. Pengobatan fraktur itu sendiri

Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu traksi skeletal atau reduksi terbuka dengan

fiksasi eksterna tulang. Fraktur grade II dan II sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna.

4. Penutupan kulit

Apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari terjadinya

kecelakaan),maka sebaiknya kulit ditutup. Hal ini tidak dilakukan apabila penutupan

membuat kulit sangat tegang. Dapat dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan

drainasi isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. Luka dapat

dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. Kulit dapat ditutup

kembali disebut delayed primary closure. Yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan

kulit tidak dipaksakan yang mengakibatkan kulit menjadi tegang.

5. Pemberian antibiotik

Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotik diberikan dalam dosis yang adekuat

sebelum,pada saat dan sesudah tindakan operasi.

6. Pencegahan tetanus

Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada penderita

yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi bagi yang

belum,dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin.

16

Page 17: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

II.9 Komplikasi Fraktur Terbuka

Komplikasi fraktur dapat terjadi secara spontan,karena iatrogenik atau oleh karena tindakan

pengobatan. Komplikasi umumnya akibat tiga faktor utama,yaitu penekanan lokal, traksi

yang berlebihan dan infeksi. Komplikasi oleh akibat tindakan pengobatan (iatrogenik)

umumnya dapat dicegah.

1. Perdarahan, syok septik sampai kematian

2. Septikemia,toksemia oleh karena infeksi piogenik

3. Tetanus

4. Gangren

5. Perdarahan sekunder

6. Osteomielitis kronik

7. Delayed union

8. Nonunion dan malunion

9. Kekakuan sendi

10.Komplikasi lain oleh karena perawatan yang lama

Ada lima tujuan pengobatan fraktur:

1. Menghilangkan nyeri

2. Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dari fragmen fraktur

3. Mengharapkan dan mengusahakan union

4. Mengembalikan fungsi secara optimal dengan cara mempertahankan fungsi otot dan

sendi,mencegah atrofi otot,adhesi dan kekakuan sendi,mecegah terjadinya komplikasi seperti

dekubitus,trombosis vena,infeksi saluran kencing serta pembentukan batu ginjal.

5. Mengembalikan fungsi secara maksimal merupakan tujuan akhir pengobatan fraktur. Sejak

awal penderita harus dituntun secara psikologis untuk membantu penyembuhan dan

pemberian fisioterapi untuk memperkuat otot-otot serta gerakan sendi baik secara isometrik

(latihan aktif statik) pada setiap otot yang berada pada lingkup fraktur serta isotonik yaitu

latihan aktif dinamik pada otot-otot tungkai dan punggung.

II.10.Pencegahan Fraktur

Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur

disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada

dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan

terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur.

17

Page 18: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

Pencegahan Primer

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan,

terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang

cepat dilakukan dengan cara hati – hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan

memakai alat pelindung diri.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat – akibat yang lebih serius dari

terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada

penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang

DAFTAR PUSTAKA

1. Lavy CBD, Barrett DS. Ortopedi dan fraktur sistem apley. 7th ed. Alih bahasa Edi

Nugroho. Jakarta : Widya Medika, 1995 : 225-7

2. Kumala P, dkk. Kamus saku kedokteran dorland. 25th ed. Dyah Nuswantari, eds. Jakarta :

EGC, 1998 : 413

3. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, eds. Kapita selekta kedokteran.

Jilid 2. 3th ed. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

2000 : 4-9:267-73:371-96

4. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa. Purwanto, Basoeseno. Jakarta :

EGC, 1987 : 221-55

5. Bank’s P. Fraktur mandibula. Alih Bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta : Hipokrates, 1990 : 2

6. London PS. The anatomy of injury and its surgical implication. Oxford : Butterworth-

Heinemana Ltd, 1991 : 5-6

18

Page 19: Fraktur Terbuka Dan Tertutup

7. Obuekwe ON, Ojo MA, Akpata O, Etetafia M. Maksilofacial trauma due to road traffic

accident in benin city, Nigeria. Annals Of African Medicine, Vol 2(2) : 2003 : 58-63

8. Nealon TF Jr. Nealon WH. Keterampilan pokok ilmu bedah. 4th ed. Alih Bahasa. Irene

Winata Brahm U. Pendit. Jakarta : EGC, 1996 : 114-24

9. Soepardi EA, Iskandar N, eds. Buku ajar ilmu kesehatan telinga-hidung-tenggorokan

kepala leher. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2001 : 201-8

10. Eliastam M, Sternbach GL, Blesler MJ. Penuntun kedaruratan medis. 5th ed. Alih

Bahasa. Hunardja Santasa. Jakarta : EGC, 1998 : 11-2: 69-70: 137-8.

19