fungsi berfikir kritis mengenai hakikat ada · pdf filefungsi berfikir kritis mengenai hakikat...
TRANSCRIPT
FUNGSI BERFIKIR KRITIS MENGENAI HAKIKAT ADA (ONTOLOGI)
FILSAFAT ILMU
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UIN SUNAN KALIJAGA
2015
• Secara etimologi, Ontologi berasal dari
kata Yunani, On=being, dan
Logos=logic.
• Ontologi STUDI tentang yang ADA,
yang tidak terikat oleh satu perwujudan
tertentu. Ia berusaha mencari inti dari
setiap kenyataan (realitas). (Muhajir,
2001: hlm. 57)
• Pembicaraan tentang Ontologi berkisar pada
persoalan bagaimanakah kita menerangkan
tentang hakekat dari segala sesuatu?
• Perbincangan tentang hakekat berarti tentang
kenyataan yang sebenarnya, bukanlah
kenyataan semu ataupun kenyataan yang mudah
berubah-ubah.
• Persoalan ini berada pada ruang lingkup pertanyaan:
“Apa itu realitas?”,
“Apa hakikat dari realitas?”,
“Apakah realitas selalu nyata (observable) ?”
“Bagaimana dengan realitas non-material yang juga
ada (exist) ?”
“Apakah Ilmu Pengetahuan mencakup seluruh
aspek dari realitas?”
• “Banyak ilmuan modern yang hanya percaya pada
„keberadaan‟ (existence, pen) benda-benda yang dapat
dicerap oleh indra, dan karena itu cenderung
menolak STATUS ONTOLOGIS dari „entitas-entitas‟
non-fisik, seperti ide-ide matematika, konsep-konsep
mental, entitas imajinal, dan spiritual, yang disebut
oleh para filosof sebagai ma’qulat (intelligibles)
[Mulyadhi Kartanegara, 2001: 59)
“Problema dikotomi di dalam filsafat Islam juga
sangat berpengaruh pada aktivitas keilmuannya.
Fazlur Rahman misalnya menunjukan bahwa
klasifikasi ilmu Al-Ghazali yang memisahkan antara
ilmu agama (‘ulumul syar’iyyah atau ‘ulumun
naqliyyah) di satu sisi dan ilmu sekuler (‘ulumul
‘aqliyyah) di sisi lain, turut berpengaruh melemahkan
penggunaan metode keilmuan yang beragam di
kalangan umat Islam.
• Hal ini sejalan dengan adanya dominasi
pemikiran kalam dan fiqh yang ...
menimbulkan kecenderungan dominasi cara
memperoleh pengetahuan berdasarkan pada
teks (nash) semata. [Fazlur Rahman, 1984:
96-7]
4. Metode mendapatkan
keilmuan
5. Status kebenaran keilmuan
6. Keberfihakan terhadap
realitas alam, sosial, dan
kemanusiaan