fungsi besi beton
TRANSCRIPT
-
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN & FUNGSI BESI BETON
1.1.1. PENGERTIAN
Besi beton merupakan besi yang digunakan untuk penulangan konstruksi
beton atau yang lebih dikenal sebagai beton bertulang. Beton bertulang yang
mengandung batang tulangan dan direncanakan berdasarkan anggapan bahwa
bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya. Beton bertulang
bersifat unik dimana dua jenis bahan yaitu besi tulangan dan beton dipakai
secara bersamaan. Tulangan menyediakan gaya tarik yang tidak dimiliki beton
dan mampu menahan gaya tekan.
Secara umum besi beton tulangan mengacu pada dua bentuk yaitu besi
polos (plain bar) dan besi ulir (deformed bar/BJTD). Besi polos adalah besi yang
memiliki penampang bundar dengan permukaan licin atau tidak bersirip. Besi ulir
atau besi tulangan beton sirip adalah batang besi dengan bentuk permukaan
khusus berbentuk sirip melintang (puntir/sirip ikan) atau rusuk memanjang (sirip
teratur/bambu) dengan pola tertentu, atau batang tulangan yang dipilin pada
proses produksinya.
Gambar 1.1
Besi beton polos
Tulangan ulir, yang diberi ulir melalui proses rol pada permukaannya
(polanya berbeda tergantung dari pabrik pembuatnya) untuk mendapatkan
ikatan (bonding) yang lebih baik antara tulangan dan beton yang digunakan
-
2 pada hampir semua aplikasi dibandingkan dengan tulangan polos dengan
luas penampang sama. Bentuk ulir berupa sirip meningkatkan daya lekat guna
menahan gerakan dari batang secara relatif terhadap beton. Tulangan polos
(BJTD) jarang digunakan kecuali untuk membungkus tulangan longitudinal
(sengkang atau spiral) yang diberi kait pada ujungnya, terutama pada kolom.
Gambar 1.2
Besi beton ulir/deform
1.1.2. FUNGSI BESI BETON
Sejak tahun 1950 konstruksi konstruksi besi beton mulai digunakan
sebagai elemen utama dalam pembangunan gedung tinggi. Karena pengetahuan
manusia tentang perilaku beton bertulang yang terbatas, terutama mengenai
nonlinearitas material beton itu sendiri, pada awal abad ke-20 kebanyakan
gedung tinggi di Amerika menggunakan baja profil sebagai elemen struktur
utamanya. Baru pada 1950-an konstruksi beton mulai ikut berperan dalam
konstruksi gedung tinggi.
Di Indonesia sendiri, besi beton lebih sering digunakan untuk
pembangunan gedung, karena bahan ini lebih mudah didapat sehingga dirasakan
lebih ekonomis dibanding konstruksi lainnya.
Besi beton atau beton bertulang boleh jadi merupakan bahan konstruksi
yang paling penting karena digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir
semua struktur baik besar maupun kecil seperti bangunan, jembatan, perkerasan
hjalan, bendungan, dinding pebahan tanah, terowongan, jembatan yang
melintasi lembah (viaduct), drainase, fasilitas irigasi, tangki dan sebagainya.
Khusus untuk bangunan gedung bertingkat tinggi, besi beton digunakan
untuk struktur kolom, balok, dinding, plat, besi poer dan sloof.
-
3 Sukses beton bertulang sebagai bahan konstruksi yang universal
karena banyaknya kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan tersebut antara lain :
1. Memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan kebanyakan bahan
lain.
2. Memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan memiliki
struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan dengan air. Pada
peristiwa kebakaran dengan intesitas rata-rata, batang-batang struktur
dengan ketebalan penutup beton yang memadai sebagai pelindung tulangan
hanya mengalami kerusakan pada permukaannya saja tanpa mengalami
keruntuhan.
3. Struktur beton bertulang sangat kokoh.
4. Tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
5. Dibandingkan dengan bahan lain, memiliki usia layan yang sangat panjang.
Dalam kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan
sampai kapanpun tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan beban.
Ini dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kekuatannya tidak berkurang
dengan berjalannya waktu bahkan semakin lama semakin bertambah dalam
hitungan tahun, karena lamanya proses pemadatan semen.
6. Merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi tapak, dinding
basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan semacam itu.
7. Dapat dirakit menjadi bentuk yang sangat beragam mulai dari plat, balok dan
kolom yang sederhana sampai menjadi atap kubah dan cangkang besar.
8. Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
bertulang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti baja
struktur.
1.2 PENGETAHUAN DASAR PENULANGAN
1.2.1 Fungsi Penulangan Pada Struktur Beton
Beton adalah batu buatan yang kuat sekali menerima tekanan tetapi sangat
lemah apabila menerima gaya tarik. Jadi sifat-sifat beton sangat baik apabila
hanya menerima gaya tekan, seperti pada kolom.
Tetapi setelah beton tersebut menerima lenturan, seperti pada balok atau
pelat, akan timbul sifat-sifat lain yang tampak seperti pada karet busa. Satu sisi
pada beton lubang-lubang porinya tertekan sedangkan pada sisi yang lain
-
4 ubang-lubang tersebut tertarik. Daerah yang tertekan terletak pada bagian
yang tertarik pada sebelah luarnya.
Karena beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, maka beton
tersebut tidak mampu menerima gaya tarik sehingga mengakibatkan terjadinya
retak-retak yang lama-lama bisa mengakibatkan elemen beton akan pecah.
Untuk menjaga retak lebih lanjut serta pecahnya balok tersebut, diperlukan
pemasangan tulangan-tulangan baja pada daerah yang tertarik dan daerah
dimana beton akan mengalami retak-retak. Alasan menggunakan tulangan baja
ialah karena baja sangat baik dan mampu menerima gaya tarik.
Pada beton bertulang, kita memanfaatkan sifat-sifat baik beton dalam
menerima tekanan serta memakai tulangan pada daerah-daerah yang menerima
gaya tarik.
Jadi tulangan pada konstruksi beton sangat diperlukan untuk menahan
gaya tarik yang terjadi, maka dari itu diperlukan luasan tulangan minimum pada
penampang beton bruto. Dengan mengetahui tulangan minimum yang harus terpasang, maka konstruksi relatif aman untuk dilaksanakan.
Gambar 1.3
Pekerjaan penulangan
-
5
Gambar 1.4
Gaya tarik pada beton
Perlu diketahui bahwa pada beton bertulang, tulangan-tulangan baja
tersebut tidak mencegah retakan-retakan pada daerah beton bertulang yang
menerima tarikan tetapi hanya mencegahnya dari retakan-retakan yang lebih
besar (yang dapat terlihat jelas dengan kaca pembesar atau microscope)
sehingga mencegah elemen beton dari kehancuran.
Sebenarnya ada beberapa penyebab keretakan pada besi beton namun
sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Dengan mengingat hal ini, kita sekarang mempunyai sebuah kriteria untuk
menilai serta memeriksa apakah penempatan tulangan utama pada bagian
kerangka mendatar (balok ataupun pelat) sudah benar.
Gambar 1.5
Penempatan tulangan utama pada kerangka mendatar balok (plat)
-
6 Karena pelat dapat dibayangkan seperti terbuat dari sambungan balok-balok
yang mempunyai perubahan bentuk yang sama pada titik silangnya maka
anggapan yang dapat diterapkan sambungan-sambungan balok tersebut pada
tiap-tiap arah.
Gambar 1.6
Perubahan bentuk pada sambungan-sambungan balok plat yang diberi tulangan
-
7
Gambar 1.7
Pekerjaan penulangan pada plat
1.2.2 Karakteristik Penulangan Pada Elemen Struktur
1. Penulangan Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang bertugas menyangga
beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak
tiga kali dimensi lateral terkecil.
Kolom beton yang pendek dan tidak bertulang mampu untuk membawa
beban aksial yang besar, karena tegangan yang dihasilkannya merupakan
desakan saja dan panjangnya yang tidak seberapa menghindarkan pelengkungan
sisinya atau tekuk. Pemberian tulangan longitudinal akan meningkatkan kapasitas
dukungan beban dari kolom tersebut, atau tanda beban yang diberikan akan
memungkinkan penggunaan kolom yang luas penampang lintangnya lebih kecil.
Di dalam praktek pada hakekatnya tak mungkin untuk menjamin bahwa beban
akan tetap aksial dan dengan demikian tiada momen yang terjadi pada
pertemuan balok dengan kolom. Dapat ditambahkan bahwa kolom seringkali
ramping. Kesemuanya ini mempengeruhi lenturan sebuah kolom dengan akibat
timbulnya tegangan tarik. Oleh karena itu kolom beton diberi tulangan untuk
menghindari retak atau terjadinya reruntuhan.
Tulangan desak memerlukan dukungan lateral (samping) untuk
menjaganya dari tekuk keluar dibawah suatu beban, serta pecahnya selimut
beton. Hal ini diatasi dengan mempergunakan tulangan transversal, dalam
bentuk pengikatan lateral yang dikenal sebagai begel, diketakkan sedemikian
-
8 rupa sehingga setiap tulangan memanjang yang dipegangnya agar tidak
tertekuk keluar. Ujungnya harus diberi angkur. Jarak antara begel sepenjang
tiang harus dikalikan diameter batang tulangan yang terkecil diameternya. Agar
kolom beton bertulang tahan terhadap tekuk, maka perlu untuk memasang
batang tulangan sedekat mungkin muka keluar dengan konsistensi selimut beton
yang secukupnya.
Syarat menentukan tulangan kolom
Gambar 1.8
Tulangan Kolom
Keterangan gambar :
1. Luas Penampang Tulangan Memanjang/Pokok adalah luas minimum 1%
dan luas maksimum 8% dari luas penampang beban bruto
2. Diameter Begel; dimana :
Tidak boleh 14 mm Tidak boleh 1/3 diamater tul pokok Minimum 6 mm
1
2
3
-
9 3. X adalah Jarak Begel; dimana :
X 15 kali tul pokok X a b
Apabila oleh ketentuan praktis bagel tidak dapat dipasang (misal pada
persilangan). Maka pengikat tulangan memanjang harus dilakukan dengan cara
lain.
Gambar 1.9
Penulangan utama
Keterangan gambar :
2. Jarak maksimum penulangan utama yaitu 300 mm
3. Jarak minimum penulangan utama; dimana :
Jarak 30 mm Sama dengan tul pokok 4/3 butir kerikil normal (nominal yang terbesar) 2/3 butir kerikil pada ujung tulangan
2. Penulangan Balok
Pembebanan pada sebuah balok menaikkan tegangan tarik, desak dan
geser, sedemikian rupa sehingga pemikiran desain sebuah balok merupakan
suatu penghantar yang mudah pada prinsip elementer desain beton bertulang.
Dalam tujuan desain, kuat tarik beton yang kecil itu diabaikan, oleh karena
itu satu balok beton, yang mampu memikul desakan di atas sumbu netral, tak
mempunyai kemampuan yang berarti dalam menahan tarikan di bawah sumbu
ini. Agar supaya balok dapat berfungsi dengan baik, pada daerah tarik harus
diberi suatu tahanan atau dengan kata lain, luasan balook di bagian ini harus
ditulangi.
1
2
-
10
Bilamana batang tulangan ditempatkan pada bagian bawah balok, tepatnya
di dekat permukaan tarik yang terluar, kekuatan balok tak lagi dibatasi oleh kuat
tarik beton dan pemberian tulangan untuk mencegah geseran horisontal,
sehingga balok dapat menjadi kuat baik di dalam menahan tarikan maupun
desakan. Agar supaya dapat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dari
tulangan, maka harus dipasang sedekat mungkin pada dasar balok.
Bagaimanapun juga, perlu diberi selimut beton untuk mencegah korosi dan
memberikan daya tahan terhadap api yang diperlukan.
Syarat-syarat Menentukan Tulangan Balok
Gambar 1.10
Penulangan Balok
1. Luas tulangan pokok :
Minimum 0,5% (dari luas balok a.b) Jarak maksimum 20 tulangan pokok Jarak maksimum 30 cm
2. Begel :
Luas minimum 0,2% (dari luas a.X)
-
11
3. Jarak Begel :
X a X 30 cm X 25 tulangan begel X 2/3 untuk daerah geser
Gambar 1.11
Jarak penulangan balok
Keterangan gambar :
a. Jarak maksimum penulangan sisi 300 mm
b. Jarak minimum penulangan utama :
30 mm sama dengan tulangan pokok 4/3 butir kerikil (nominal yang terbesar) 2/3 butir kerikil nominal 50 mm
Pada balok T boleh diterapkan bentuk begel terbuka apabila syarat-syarat berikut
ini terpenuhi :
1. Akhir dari begel harus dibuat kait bulat/kait serong.
2. Dalam pembengkokan kait ini harus terdapat batang memanjang.
3. Sisi terbuka dari begel harus ditutup dengan penulangan atas lantai tegak
lurus dengan sumbu balok.
a
b
-
12
Begel Terbuka
Keuntungan dengan memakai begel terbuka pada penulangan balok
mempercepat pelaksanaan penulangan plat lantai karena :
1. Tulangan tidak harus memasukkan satu per satu.
2. Bila memakai tulangan mes (jaring) tidak mendapat kesulitan untuk
memasukannya ke dalam balok (tidak memotong tulangan mes).
Gambar 1.12
Jarak penulangan balok
3. Penulangan Plat Lantai
Bersama balok dan kolom, pelat melengkapi ketiga elemen dasar dari
bangunan pada umumnya. Pelat dapat terdiri atas unit pra cetak atau sebagian
beton yang dicor setempat sedapat mungkin monotolit (menjadi satu) dengan
balok pendukungnya. Disini akan dibahas tentang elemen terakhir yaitu pelat.
Sifat pelat di bawah suatu pembebanan, dalam kaitannya dengan keadaan
dukungan ujung dan dukungan antara adalah mirip dengan balok. Tergantung
pada bentuk panel pelat yang ditinjau, yaitu perbandingan antara panjang pada
lebarnya, desain mungkin dilakukan sebagai penegangan satu arah saja, atau
dalam dua arah yang biasanya tegak lurus satu dengan yang lain. Di dalam
praktek, suatu pelat yang yang direncanakan membenytang satu arah sajaakan
mencoba, menurut beberapa tingkat kemampuannya untuk menegang pada arah
lain mengikat sifat alamiah konstruksi sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu,
tulangan yang jumlahnya minimum dipasang pada arah tegak lurus terhadap
tulangan utama. Peletakan tulangan atas dan tulangan bawah pelat adalah
serupa dengan peletakannya pada balok.
-
13
Pelat dapat diberi tulangan yang berbentuk anyaman yang sudah dilas dari
pabrik (tulangan mes). Pada umumnya disediakan dalam bentuk lembaran atau
rol, atau dengan memakai batang tulangan.
Beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk penulangan plat menurut PBI
1971 :
1. Tebal pelat lantai tidak boleh diambil kurang dari 7 cm untuk pelat atap dan
12 cm untuk pelat lantai.
2. Luas tulangan pembagi harus diambil minimum 0.25% dari luas beton.
3. Pada pelat-pelat dimana tulangan pokoknya berjalan hanya satu arah saja,
maka tegak lurus pada tulangan pokok tersebut harus dipasang tulangan
pembagi, minimum 20% dari luas tulangan pokoknya.
4. Pada pelat-pelat dicor setempat, diameter dari batang tulangan pokok
tersebut harus dipasang tulangan pembagi minimum 6 mm.
5. Pelat-pelat yang memikul beban vertikal ke bawah, walaupun menurut
perhitungan teoritis oleh pengaruh pembebanan bentang-bentang pelat yang
berbatas hanya memikul momen negatif, tetapi juga harus diberi tulangan
bawah. Jumlah tulangan bewah ini harus diambil minimum sama dengan
tulangan yang diperlukan oleh pelat tersebut untuk memikul momen negatif,
tetapi juga harus diberi tulangan yang diperlukan oleh pelat tersebut untuk
memikul beban vertikal yang sama, tetapi dengan tepi-tepinya terjepit
penuh. Ketentuan ini tidak berlaku untuk pelat kantilever.
6. Pelat-pelat yang lebih tebal dari 25 cm senantiasa harus dipasang tulangan
atas dan tulangan bawah di setiap tempat, dengan memperhatikan poin 2,3
dan 4. Ketentuan ini tidak berlaku untuk pondasi telapak.
-
14
Syarat-syarat menentukan tulangan pelat lantai
Gambar 1.13
Tulangan pelat lantai
1. Luas tulangan pokok 1,5% (Hr.X) 2. Luas tulangan pembagi 0,1% (Hr.Y) 3. Jarak maksimum penulangan utama (X) :
1,2 Hr 250 mm
4. Jarak maksimum penulangan bagi (Y) :
2 Hr 250 mm
4. Penulangan Balok Kantilever
Balok kantilever adalah balok yang salah satu ujungnya terdapat tumpuan jepit
dan ujung lain menggantung (bebas). Balok kantilever yang menahan beban
gavitasi menerima momen negatif pada keseluruhan panjang balok tersebut.
Akibatnya tulangan balok kantilever ditempatkan pada bagian atas atau sisi
tariknya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.13. Untuk batang seperti
pada gambar, momen maksimum terjadi pada penampang di bagian peletakan.
Akibatnya sejumlah besar tulangan diperlukan pada titik ini. Tulangan tidak tidak
dapat hanya sampai pada tumpuan, harus dipanjangkan atau diangkur pada
-
15
beton di sebelah luar tumpuan. Perpanjangan ini disebut sebagai panjang
penyaluran (development length). Panjang penyaluran ini tidak harus lurus
seperti yang diperlihatkan pada gambar, karena tulangan akat dikaitkan pada 90o
atau 180o.
Gambar 1.13
Balok kantilever
Hingga saat ini hanya batang statis tertentu yang telah banyak dibicarakan,
namun situasi yang sering terjadi untuk balok dan pelat adalah menerus di atas
bebarapa perletakan seperti pada Gambar 1.14. Karena tulangan diperlukan pada
daerah tarik balo, tulangan tersebut ditempatkan pada bagian bawah ketika
momen positif dan pada bagian atas ketika momen negatif. Ada beberapa cara
dalam mengatur letak tulangan untuk menahan momen positif dan negatif pada
beban menerus. Salah satu pengaturan adalah yang mungkin diperlihatkan pada
gambar 1.14.
Gambar 1.14
Pelat menerus menunjukkan penempatan tulangan secara teoritis untuk diagram
momen yang diberikan
-
16
5. Penulangan Balok Prestress (prategang)
Struktur beton prestress adalah sistem struktur beton yang secara khusus
dengan cara memberikan tegangan awal tertentu pada komponen sebelum
digunakan untuk mendukung beban luar sesuai yang diinginkan. Tujuan
memberikan tegangan awal atau prategangan adalah untuk menimbulkan
tegangan awal tekan beton pada lokasi dimana nantinya akan timbul tegangan
tarik pada waktu komponen mendukung beban sedemikian rupa sehingga
diharapkan sewaktu beban seluruhnya bekerja tegangan tarik total berkurang
atau bahkan lenyap sama sekali.
Bahan beton tidak kuat menahan gaya tarik, sehingga diusahakan untuk
menghindari timbulnya tegangan tarik dalam beton agar berkurang masalah
retak bahkan bebas retak sehingga proses korosi (pengaratan) tulangan akibat
oksidasi dapat dihindari. Penampang balok dalam keadaan tertekan mampu
mencegah timbulnya tegangan tarik diagonal sehingga retak-retak miring dapat
dihindari. Selain itu dengan sengaja memasang tendon melengkung mengikuti
koordinat yang diinginkan akan menimbulkan komponen gaya vertikal yang
sangat membantu untuk memikul geser. Ketahanan terhadap geser yang lebih
baik dan efektivitas penampang tersebut memberikan dimensi penampang
komponen struktur prategangan menjadi lebih ramping sehingga beban mati
berkurang.
Cara yang biasa dilakukan untuk penerapan gaya prategang pada komponen
struktur beton adalah menggunakan tendon baja yang dilakukan dengan cara :
a. Pemberian prategangan melalui pra-penarikan (pretensioning) yaitu
pemberian prategangan pada beton dimana tendon ditarik untuk
ditegangkan sebelum dilakukan pengecoran adukan beton ke dalam acuan
yang disiapkan. Pelaksanaan cara ini umumnya dilakukan di suatu tempat
khusus di lapangan pencetakan (casting yard). Langkah-langkah metoda ini
seperti pada Gambar 1.15. Setelah seluruh proses hilangnya gaya
prategangan berlangsung, pada tahap pelayanan beban kerja tersusun suatu
kombinasi beban mati, beban hidup dan gaya prategangan. Tegangan tarik
pada bagian tepi bawah balok tidak boleh lebih dari Sfc, sedangkan
-
17
tegangan tekan pada bagian tepi atas tidak melebihi 0,45fc. Nilai
tegangan tarik ijin tersebut diambil hanya sedikit di bawah nilai modulus
runtuh beton normal fr=0,7Sfc, karena kemungkinan bahaya retak atau tekuk secara tiba-tiba di daerah tersebut hanya kecil karena umumnya posisi
tendon berada di dekat serat sisi terbawah. Pembatasan tegangan tarik ijin
tersebut sudah termasuk memperhitungkan penyediaan tebal selimut beton
dimana untuk kondisi korosif tebalnya ditambah di atas syarat minimum.
Gambar 1.15
Komponen struktur prategang
-
18
b. Penarikan purna (post-tensioning) adalah cara memberikan prategangan
pada beton dimana tendon baru ditarik setelah betonnya dicetak terlebih
dahulu dan mempunyai cukup kekerasan untuk menahan tegangan sesuai
dengan yang diharapkan.
Gambar 1.16
Komponen struktur penarikan purna
1.3 JENIS-JENIS BESI BETON STANDAR
1.3.1 Macam-Macam Bahan Tulangan
Besi beton yang dipakai dalam bangunan harus memenuhi persyaratan terhadap
metoda pengujian dan pemeriksaan untuk bermacam-macam mutu besi beton
seperti Tabel 1.1. Disamping mutu besi beton BJTP 24, BJTD 40 dan BJTD 50
seperti yang ditabelkan itu, mutu besi yang lain dapat juga dipesan secara
khusus seperti BJTP 30. Tetapi perlu diingat, bahwa waktu didapatnya lebih lama
dan harganya jauh lebih mahal. Guna menghindari kesalahan pada saat
pemasangan, lokasi penyimpanan baja yang dipesan secara khusus itu perlu
dipisahkan dari baja yang umum digunakan (BJTP 24 DAN BJTD 40).
Tabel 1.1 Mutu besi beton
Jenis besi Mutu besi Batas Luluh
MPa (kg/cm2)
Kuat Tarik
MPa (kg/cm2)
Regangan
pada Beban
Maksimal
Polos BJTP 24 240 (2400) 390(3900) 3%
Deform BJTD 40 400 (4000) 500(5000) 5%
-
19
Tanda-tanda pengenal mutu baja
Gambar 1.17
Ciri-ciri nampak besi beton
Besi beton BJTP 24 dipasok sebagai batang polos. Bentuk dari besi beton BJTD
40 adalah deform atau dipuntir (batang yang diprofilkan).
a. Batang polos
Batang polos adalah batang yang berpenampang bulat, persegi, lonjong dan lain-
lain dengan permukaan licin. Agar beton dan batang tulangan dapat bekerja
sama maka harus ada ikatan dalam antara keduanya. Pada batang polos,
tegangan tarik yang mengalir pada batang harus ditahan oleh ikatan lengket
(gaya gesek) yang segaris.
Gambar 1.15
Besi beton polos
-
20
Hal yang sama berlaku untuk transfer tegangan tarik pada tulangan yang tidak
terikat misalnya angkur dan tegangan tulangan.
b. Batang yang diprofilkan/deform/ulir
Batang profil adalah batang yang dipuntir dan permukaannya diberi rusuk-rusuk
tegak/miring terhadap sumbu batang dengan jarak antara rusuk-rusuknya tidak
> 0,7 x diameter batang pengenal.
Gambar 1.16
Besi beton profil (ulir)
Tujuan pembuatan batang yang diprofilkan adalah untuk memperoleh ikatan
lengket yang lebih baik antara beton dan batang tulangan. Dengan adanya rusuk
(profil) maka permukaan lengket menjadi lebih besar dan beton yang berada di
antara rusuk-rusuk mencegkeram batang tulangan lebih kuat. Dengan demikian
ada ikatan lengket yang tertahan oleh rusuk-rusuk pada batang yang bertujuan
untuk memperoleh kuat tarik yang lebih besar.
1.3.2 Standar Besi Beton
Standar besi beton dibedakan untuk jenis besi polos (plain) dan besi ulir
(deform).
-
21
DIAMETER LUAS BERAT POLOS DEFORM NOMINAL NOMINAL NOMINAL
(MM) (CM2) (KG/M)
P6 D6 6,00 0,283 0,222P8 D8 8,00 0,503 0,395P9 D9 9,00 0,636 0,499P10 D10 10,00 0,785 0,617P12 D12 12,00 1,131 0,888P13 D13 13,00 1,327 1,040P14 D14 14,00 1,540 1,210P16 D16 16,00 2,011 1,580P18 D18 18,00 2,545 2,000P19 D19 19,00 2,835 2,230P20 D20 20,00 3,142 2,470P22 D22 22,00 3,801 2,980P25 D25 25,00 4,909 3,850P28 D28 28,00 6,157 4,830
D29 29,00 6,605 5,190P32 D32 32,00 8,043 6,310
D36 36,00 10,179 7,990D40 40,00 12,565 9,870D50 50,00 19,635 15,400
TULANGAN BAJA
BATAS ULUR KUAT TARIK REGANGAN SUDUT DIAMETERMINIMUM MINIMUM MINIMUM LENGKUNG LENGKUNG
N/mm2 N/mm2 (%)
Polos 1 BJTP 24 235 382 20 180o 3d(24) (39) 24
2 BJTP 30 294 480 16 180o 3d(30) (49) 20
Deformation 1 BJTD 24 235 382 18 3d180o
22
2 BJTD 30 294 480 14 4d180o
(30) (49) 18 4d
3 BJTD 35 343 490 18 5d180o
20
4 BJTD 40 392 559 16 5d180o
(40) (57) 18
5 BJTD 50 490 618 12 5d90o
(50) (63) 14 6d
JENIS KELAS SIMBOL
maksD40maksD50
maksD40maksD50
Tabel 1.2 Jenis dan kelas besi tulangan (SII 0136-80)
Tabel 1.4 Dimensi dan Berat Besi Tulangan (SII-136-80)
-
22
DIAMETERBATANG
(mm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
6 28.3 56.5 84.8 113.1 141.4 169.6 197.9 226.2 254.58 50.3 100.5 150.8 201.1 251.3 301.6 351.9 402.1 452.49 63.6 127.2 190.9 254.5 318.1 381.7 445.3 508.9 572.6
10 78.5 157.1 235.6 314.2 392.7 471.2 549.8 628.3 706.912 113.1 226.2 339.3 452.4 565.5 678.6 791.7 904.8 1017.913 132.7 265.5 398.2 530.9 663.7 796.4 929.1 1061.9 1194.614 153.9 307.9 461.8 615.8 769.7 923.6 1077.6 1231.5 1385.416 201.1 402.1 603.2 804.2 1005.3 1206.4 1407.4 1608.5 1809.618 254.5 508.9 763.4 1017.9 1272.3 1526.8 1781.3 2035.8 2290.219 283.5 567.1 850.6 1134.1 1417.6 1701.2 1984.7 2268.2 2551.820 314.2 628.3 942.5 1256.6 1570.8 1885.0 2199.1 2513.3 2827.422 380.1 760.3 1140.4 1520.5 1900.7 2280.8 2660.9 3041.1 3421.225 490.9 981.7 1472.6 1963.5 2454.4 2945.2 3436.1 3927.0 4417.928 615.8 1231.5 1847.3 2463.0 3078.8 3694.5 4310.3 4926.0 5541.829 660.5 1321.0 1981.6 2642.1 3302.6 3963.1 4623.6 5284.2 5944.732 804.2 1608.5 2412.7 3217.0 4021.2 4825.5 5629.7 6434.0 7238.236 1017.9 2035.8 3053.6 4071.5 5089.4 6107.3 7125.1 8143.0 9160.940 1256.6 2513.3 3769.9 5026.5 6283.2 7539.8 8796.5 10053.1 11309.750 1963.5 3927.0 5890.5 7854.0 9817.5 11781.0 13744.5 15708.0 17671.5
LUAS PANAMPANG (mm2)JUMLAH BATANG
DIAMETER BATANG
(mm) 50 100 150 200 250 300 350 400 450
6 565.5 282.7 188.5 141.4 113.1 94.2 80.8 70.7 62.88 1005.3 502.7 335.1 251.3 201.1 167.6 143.6 125.7 111.79 1272.3 636.2 424.1 318.1 254.5 212.1 181.8 159.0 141.410 1570.8 785.4 523.6 392.7 314.2 261.8 224.4 196.3 174.512 2261.9 1131.0 754.0 565.5 452.4 377.0 323.1 282.7 251.313 2654.6 1327.3 884.9 663.7 530.9 442.4 379.2 331.8 295.014 3078.8 1539.4 1026.3 769.7 615.8 513.1 439.8 384.8 342.116 4021.2 2010.6 1340.4 1005.3 804.2 670.2 574.5 502.7 446.818 5089.4 2544.7 1696.5 1272.3 1017.9 848.2 727.1 636.2 565.519 5670.6 2835.3 1890.2 1417.6 1134.1 945.1 810.1 708.8 630.120 6283.2 3141.6 2094.4 1570.8 1256.6 1047.2 897.6 785.4 698.122 3801.3 2534.2 1900.7 1520.5 1267.1 1086.1 950.3 844.725 4908.7 3272.5 2454.4 1963.5 1636.2 1402.5 1227.2 1090.828 6157.5 4105.0 3078.8 2463.0 2052.5 1759.3 1539.4 1368.329 6605.2 4403.5 3302.6 2642.1 2201.7 1887.2 1651.3 1467.832 8042.5 5361.7 4021.2 3217.0 2680.8 2297.9 2010.6 1787.236 6785.8 5089.4 4071.5 3392.9 2908.2 2544.7 2261.940 8377.6 6283.2 5026.5 4188.8 3590.4 3141.6 2792.550 13090.0 9817.5 7854.0 6545.0 5610.0 4908.7 4363.3
JARAK SPASI P.K.P (mm)LUAS PENAMPANG (mm2)
Tabel 1.5 Luas Tulangan Besi
Tabel 1.6 Luas Tulangan Besi per Meter Panjang Plat
-
23
-
24
-
25
-
26
-
27
-
28
-
29
-
30