fungsi keluarga pada pengasuhan anak...
TRANSCRIPT
FUNGSI KELUARGA PADA PENGASUHAN ANAK TERLANTAR
DI YAYASAN SAYAP IBU JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
FARIHATUL FAJRIYAH
NIM: 108054100017
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/ 2013 M
FUNGSI KELUARGA PADA PENGASUHAN ANAK TERLANTAR
DI YAYASAN SAYAP IBU JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
FARIHATUL FAJRIYAH
NIM: 108054100017
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/ 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya asli atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Januari 2013
Farihatul Fajriyah
i
ABSTRAK
Farihatul Fajriyah Fungsi Keluarga Pada Pengasuhan Anak Telantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta
Anak telantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Anak telantar tidak mendapatkan pengasuhan dari keluarga maupun kerabatnya, sehingga tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu anak telantar membutuhkan pengasuhan di Panti Sosial. Panti Sosial yang menjalankan pengasuhan harus menjalankan fungsi keluarga, karena panti sosial adalah lembaga yang berfungsi sebagai pengganti orang tua atau keluarga. Bila fungsi keluarga terpenuhi maka akan terpenuhi pula kebutuhan dan hak pada anak terlantar. Salah satu lembaga tertua di Jakarta yang memberikan pelayanan pada anak telantar adalah Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Untuk itu penulis tertarik meneliti bagaimana fungsi keluarga pada pengasuhan anak telantar di YSI Jakarta? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui fungsi keluarga pada pengasuhan anak telantar di YSI Jakarta.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pndekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Untuk mendapatkan data penulis menggunakan teknik observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Dalam mendapatkan data, penulis memiliki beberapa informan, diantaranya Ketua Umum, Ketua II, Koordinator Bidang Perawatan, serta para pengasuh.
Berdasarkan hasil penelitian ini, fungsi keluarga di unit Barito kurang tercapai, terdapat lima fungsi yang kurang berjalan secara optimal seperti fungsi agama, cinta kasih, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Sedangkan fungsi keluarga di unit Cirendeu terdapat tiga fungsi yang belum berjalan dengan baik, yaitu fungsi cinta kasih, ekonomi dan pendidikan. Meskipun Panti unit Cirendeu belum mencapai fungsi keluarga secara keseluruhan, namun berjalan lebih baik dari Panti unit Barito. Salah satu faktor pencapaian fungsi keluarga yang baik dari unit Cirendeu adalah penggunaan pengasuhan berbasis keluarga. Dimana pengasuh adalah pasangan suami isteri yang berperan sebagai orang tua bagi anak asuh di Cirendeu dalam mengasuh, dan membimbing anak. Dengan pengasuhan berbasis keluarga anak bukan saja mendapatkan pengasuhan namun juga mendapatkan figur ibu dan ayah dalam sebuah struktur keluarga. Tercapainya fungsi Keluarga pada pengasuhan dapat membuat tumbuh kembang, serta kebutuhan dan hak anak terlantar terpenuhi dengan baik.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kepada Allah SWT yang
telah mencurahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan baik. Tak lupa sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai teladan bagi ummat-Nya untuk selalu bersabar dan tak pernah
putus asa untuk berusaha, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan semangat yang teguh. Meskipun penulis menemukan berbagai halangan
dan rintangan dalam proses penyusunan skripsi ini, namun penulis bersyukur
dapat menjalaninya.
Hambatan serta rintangan yang penulis hadapi juga tidak akan bisa
penulis lewati tanpa adanya bimbingan dan motivasi dari orang-orang yang
menyayangi dan berarti bagi penulis sampai skripsi ini selesai. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan menghadapi
hambatannya, kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwan
dan Ilmu Komunikasi, sekaligus sebagai Pembimbing yang sabar dan
ramah dalam membimbing Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
2. Ibu Siti Napsiyah MSW, selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
banyak inspirasi dan motivasi bagi penulis.
iii
3. Bapak Ahmad Zaky, MSi Selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan
Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memebrikan banyak saran, motivasi serta tidak bosan mendengarkan
sharing Penulis.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah
memberikan ilmunya dan mengajar dengan sabar.
5. Ibu Maryono, selaku Ketua Umum Yaysan Sayap Ibu Cabang Jakarta
yang telah memberikan izin Penulis untuk melakukan penelitian di
Panti Yayasan Sayap Ibu Cabang Cirendeu.
6. Ibu Elvira, selaku Pekerja Sosial Bidang Penerimaan Anak yang telah
memberikan banyak masukan dan motivasi, serta memberikan Penulis
berbagai inspirasi baru.
7. Anak-anakku tersayang di Panti YSI Jakarta Cabang Cirendeu yang
senantiasa menghibur penulis disaat penelitian dan memberikan
Penulis inspirasi.
8. Kedua Orangtuaku Ibu Malihah Masyhud dan Bapak H. Chotib
Sulaiman yang senantiasa berdoa, meberikan segala dukungan dan
pengertiannya selama Penulis membuat Skripsi. Semoga kalian
senantiasa dilindungi dan dicintai Allah SWT, semoga Penulis mampu
mewujudkan segala harapan kalian.
9. Kakak pertamaku Ummi Qona’atur Rosyidah beserta Suami, dan
Kakak keduaku Ummi Nailul Muna beserta Suami yang selalu
menguatkan Penulis dan memberikan motivasi.
iv
10. Keponakanku tersayang Jaziri Jauharul Azmy dan Aisyah Khaira
Wilda yang selalu menghibur hari-hari penulis dengan tingkah dan
celotehnya.
11. Sepupu-sepupuku yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
selalu memberikan motivasi dan mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan Skripsi.
12. Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial angkatan 2008, terutama
Arny, Chintya, dan Vydi yang selalu setia membantu penulis,
memberikan motivasi dikala pesimis, menghibur dikala sedih.
13. Teman-teman KPMB yang selalu menghibur dikala jenuh, dan selalu
memberikan motivasi.
14. Teman-teman Friendz4eva yang menghilangkan kepenatan dengan
canda tawanya.
15. Teman-teman Ganbatte yang setia mendoakan untuk keberhasilan
penulis.
Tidak ada yang dapat Penulis berikan kepada orang-orang tersayang
selain ucapan Terima Kasih dan untaian Do’a agar kita senantiasa diberikan yang
terbaik oleh Allah SWT . Semoga Skripsi yang Penulis hasilkan ini bermanfaat
bagi yang membacanya. Amin.
Jakarta, Januari 2013
Farihatul Fajriyah (108054100017)
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGATAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB I .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
1. Manfaat Praktis ........................................................................ 8
2. Manfaat Akademis ................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian .................................................................... 8
1. Metode Penelitian .................................................................... 8
2. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 9
3. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 9
4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 10
5. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 12
6. Subyek dan Objek Penelitian .................................................. 13
F. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 15
G. Sistematika Penulisan .................................................................. 15
vi
BAB II ........................................................................................................... 17
KAJIAN TEORITIS ............................................................................... 17
A. Keluarga ....................................................................................... 17
1. Definisi Keluarga ................................................................... 17
2. Bentuk Keluarga .................................................................... 18
3. Fungsi Keluarga ..................................................................... 23
B. Pengasuhan .......................................................................................... 25
1. Pengertian Pengasuhan .......................................................... 25
2. Gaya Pengasuhan ................................................................... 26
3. Pengasuhan Berbasis Keluarga ............................................... 28
C. Pengasuhan Anak Dalam Islam ..................................................... 30 D. Anak Telantar ............................................................................... 33
1. Pengertian Anak Terlantar ..................................................... 33
2. Ciri-ciri yang menandai anak terlantar .................................... 34
BAB III .......................................................................................................... 35
GAMBARAN UMUM LEMBAGA ........................................................ 35
A. Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan Sayap Ibu Jakarta ................. 35 B. Visi dan Misi ................................................................................. 38 C. Struktur Organisasi ....................................................................... 40 D. Program dan Kegiatan Lembaga ................................................... 41 E. Fundraising ................................................................................... 42 F. Fasilitas Yayasan Sayap Ibu Jakarta .............................................. 43 G. Jaringan Kerjasama ....................................................................... 44 H. Data Anak YSI Jakarta Sampai Bulan September 2012 ................. 46
BAB IV ......................................................................................................... 49
TEMUAN DAN ANALISIS ................................................................... 49
A. Fungsi Keluarga Pada Pengasuhan Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta Unit Barito .................................................................. 49
vii
B. Fungsi Keluarga Pada Pengasuhan Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta Unit Cirendeu ............................................................. 63
BAB V ........................................................................................................... 80
PENUTUP .............................................................................................. 80
A. Kesimpulan .................................................................................. 80 B. Saran ............................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 82
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Program dan Kegiatan Lembaga ................................................... 41
2. Tabel 2 Fasilitas YSI Jakarta unit Barito .................................................... 43
3. Tabel 3 Fasilitas YSI Jakarta unit Cirendeu ................................................ 44
4. Tabel 4 Data anak YSI Jakarta menurut status serahan ............................... 46
5. Tabel 5 Data anak YSI Jakarta unit Barito .................................................. 47
6. Tabel 6 Data anak YSI Jakarta unit Cirendeu ............................................. 48
7. Tabel 7 Fungsi keluarga Pada Pengasuhan Anak Terlantar di YSI Jakarta .. 76
ix
DAFTAR BAGAN
1. Bagan 1 Struktur Organisasi YSI Jakarta ................................................... 40
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Saat anak-anak di Panti unit Barito akan berdoa
untuk makan siang .............................................................................. 52
2. Lampiran 2 Anak-anak Barito sedang belajar dengan gurunya ............ 60
3. Lampiran 3 Anak-anak Cirendeu dibiasakan untuk solat berjamaah ... 65
4. Lampiran 4 Anak-anak saat belajar dengan guru privat tanpa pengawasan dari pengasuh ........................................................................................... 72
5. Lampiran 5 Saat anak-anak mengadakan acara ulang tahun dan mengundang salah satu anak tetangga Panti unit Cirendeu ................... 74
6. Lampiran 6 Catatan lapangan ................................................................. 120
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004,
Tentang Sistem Pembangunan Nasional, dikatakan bahwa rencana pembangunan
nasional merupakan penentu masa depan negara, melalui skala prioritas dan
mengoptimalkan sumber daya yang ada; pembangunan nasional bukan hanya
tugas pemerintah tetapi juga seluruh komponen masyarakat untuk mencapai
tujuan bernegara1.
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
disebutkan bahwa anak adalah aset dan modal bangsa, serta pewaris
pemerintahan yang memiliki tugas untuk memajukan bangsa, memiliki peran
yang besar untuk menjamin kelangsungan bangsa dan negara di masa depan.
Tugas tersebut merupakan tugas bagi setiap anak, maka anak harus diberi
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental,
maupun sosial, dan berhak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta
mewujudkan kesejahteraan anak dengan berusaha memenuhi kebutuhan dan hak-
haknya tanpa diskriminasi2.
Hal tersebut menerangkan bahwa Pembangunan Nasional Indonesia tidak
hanya bersifat umum, namun juga memperhitungkan kualitas Sumber Daya
1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, Tentang Sistem Pembangunan Nasional. Pasal 1
dan 2. 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan Anak.
2
Manusia (SDM) yang ada. Untuk itu SDM yang tersedia harus memiliki mutu
yang berkualitas.
Dewasa ini yang kita ketahui, peningkatan mutu SDM di Indonesia masih
minim. Masih banyak masalah kependudukan yang menghambat meningkatnya
standar mutu SDM, seperti kurangnya lapangan pekerjaan, tempat tinggal yang
minim, pencapaian kebutuhan sandang, dan pangan yang terlalu tinggi, sulitnya
mengakses pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana yang tidak memadai.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan manajemen SDM yang baik.
Manajemen SDM yang baik dapat dimulai dengan pembinaan dan penggalian
potensi generasi muda.
Generasi muda atau lebih populer kita sebut anak bangsa merupakan asset
negara untuk Pembangunan Nasional jangka panjang. Anak bangsa adalah kunci
suksesnya suatu bangsa dan pewaris kepemimpinan negara di masa yang akan
datang. Sebagaimana juga Islam mengajarkan kita untuk menyayangi anak-anak,
karena anak merupakan amanah yang sangat penting dari Allah SWT, dimana
harus senantiasa dijaga, dipelihara, dan dikasihi. Anak merupakan makhluk yang
istimewa baik dalam agama, maupun negara, karena anak termasuk dalam
kategori kelompok rentan3.
Membentuk anak bangsa yang berkualitas diperlukan sarana dan
prasarana untuk memenuhi kesejahteraan mereka. Anak-anak berhak untuk
mendapatkan kondisi dan lingkungan yang baik dalam tumbuh kembangnya, baik
rohani, jasmani. Hak seorang anak bukan hanya perlindungan saja, pendidikan
3 Iskandar Hoesin, “Perlindungan Terhadap Kelompok Rentan.” Seminar Pembangunan
Hukum Nasional ke VIII di Bali, 14-18 Juli 2003.
3
saja, ataupun pengasuhan saja. Hak seorang anak meliputi semua dimensi, baik
perlindungan, pendidikan dan pengasuhan. Sebagaimana Hak-hak anak untuk
hidup, tumbuh, berkembang dan berprestasi secara wajar sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi; Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental spiritual dan sosial4. Undang-Undang Perlindungan Anak
juga menegaskan bahwa hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang
wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah dan Negara5.
Namun pada kenyataannya banyak anak-anak yang tidak mendapatkan
haknya. Mereka adalah anak yang memiliki kekurangan dalam kondisinya,
sehingga menjadi terlantar. Anak telantar adalah anak yang tidak terpenuhi
kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial6. Anak
yang telantar tidak terpenuhi kebutuhannya seperti, kebutuhan makanan, pakaian,
tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, kasih sayang keluarga dan interaksi sosial
dengan teman sebaya.
Ironisnya jumlah kasus anak telantar yang tidak diharapkan oleh orang tua
kandungnya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Mulai dari anak yang
ditinggalkan di Rumah Sakit, anak yang secara sengaja diserahkan ke Panti,
sampai anak yang dibuang ditempat umum oleh orang tua kandungnya.
4 Majalah Perlindungan Anak, “Hak-hak Anak ,” National Resource Center (SFFCCB),
6 Juli 2007. 5 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1, ayat 12. 6 Ibid., Pasal 1, ayat 6.
4
Pada Tahun 2011 lalu terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya
mengenai kasus pembuangan bayi. Tahun 2010 tercatat 104 kasus bayi yang
dibuang oleh orang tua kandungnya sendiri. Sedangkan pada tahun 2011 tercatat
186 bayi dibuang oleh orang tua kandungnya7. Sangat memprihatinkan di tengah
banyaknya landasan hukum yang mengatur tentang kesejahteraan dan
perlindungan anak, justru pada faktanya semua landasan tersebut terkesan sia-sia.
Peningkatan kasus anak telantar yang cukup signifikan, membuat
permasalahan sosial ini penting diperhatikan. Anak telantar perlu mendapatkan
perawatan, pengasuhan, kasih sayang agar tidak merasa terbuang dan tidak
berguna. Anak telantar perlu diberikan pembinaan, pengetahuan diri, agar
nantinya menjadi anak yang memiliki potensi baik dan menjadi SDM yang
berkualitas, meski kehidupannya tidak seindah anak-anak pada umumnya.
Karena kondisi keluarganya yang tidak utuh, ditinggal salah satu orang
tua ataupun kedua orang tua mereka, maka diperlukan lembaga pengganti fungsi
orang tua yang memiliki peran dan posisi sejenis. Negara, pemerintah,
masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan perlindungan anak8. Usaha penanganan anak telantar
dalam menyelenggarakan panti sosial dapat milik pemerintah maupun swasta.
Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di luar Panti9. Panti
sosial adalah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan
fungsi untuk meningkatkan kualitas SDM dan memberdayakan penyandang
7 Fiddy Anggriawan, “Setahun, 186 Bayi Dibuang di Jabodetabek,” artikel diakses pada 11 Februari 2012 dari http://news.okezone.com/read/2011/12/20/338/544958/setahun-186-bayi-dibuang-di-jabodetabek
8 UU Perlindungan Anak, pasal 20. 9 Ibid,. Pasal 37, ayat 5.
5
masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan normatif secara fisik, mental, dan
sosial10.
Panti Sosial yang berfungsi mengganti peran orang tua dalam melakukan
pengasuhan merupakan titik awal bagi mereka untuk membentuk identitas diri.
Panti asuhan juga bisa dikatakan sebagai tempat kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak-anak terlantar. Mulai anak masuk di panti asuhan sampai masa
adopsi atau sampai usia 18 tahun proses pengasuhan sangat berpengaruh pada
perkembangan anak. Pengasuhan yang dilakukan bukan hanya sekedar memberi
makan dan pengetahuan, tapi juga meliputi kegiatan perawatan, pemeliharaan,
bimbingan, pembinaan, pendidikan11.
Selama proses pengasuhan mereka harus belajar menjalani hidup diluar
kasih sayang orang tua kandungnya dan belajar menerima keadaan. Menyandang
status sebagai anak telantar tentu merupakan beban moril yang besar bagi
mereka. Sehingga pengasuhan pun menjadi hal yang sangat mempengaruhi
perkembangan mereka. Maka dari itu Pengasuhan yang digunakan harus
dijalankan dengan baik dan benar agar perkembangan mereka baik dan menjadi
SDM yang berkualitas.
Seperti pemaparan sebelumnya, bahwa anak telantar adalah anak yang
ditinggalkan oleh orang tua kandungnya, sehingga sensitifitas mereka tinggi.
Mereka kekurangan kasih sayang. Sebagaimana kita ketahui bahwa pada masa
kanak-kanak, mereka melakukan coping. Coping pada anak-anak cenderung
10Badan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, Standardisasi Panti Sosial, (Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia, 2000), h. 4.
11 Direktorat Pelayanan Sosial Anak Departemen Sosial Republik Indonesia, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita, (Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia , 2009), h. 63.
6
meniru figur seseorang yang dijadikan sebagai panutan, baik sosok seorang Ayah
ataupun seorang Ibu. Kondisi tersebutlah yang menjadi kekurangan anak telantar,
tidak memiliki figur yang dijadikan panutan. Sedangkan di panti asuhan
sebagaimana kita ketahui, begitu banyak orang yang mengasuhnya, sehingga
mereka merasa bingung dengan norma-norma atau nilai-nilai yang ditanamkan
pada dirinya. Sementara itu mereka sebagai anak harus membangun kepribadian,
dimana harus didukung dengan pola pengasuhan yang baik dan jelas.
Dalam pengasuhan, anak-anak harus mendapatkan kasih sayang,
layaknya orang tua yang menyayangi anaknya, oleh karena itu diperlukan
pengasuh yang menggantikan peran orang tua untuk melakukan pengasuhan
secara eksklusif. Penggunaan pola pengasuhan yang baik pada anak diharapkan
mampu menjadikan mereka SDM yang berkualitas nantinya, dan dapat
membangun bangsa kedepannya.
Salah satu panti sosial anak yang berpengalaman, dan panti sosial anak
telantar tertua di Jakarta adalah YSI (Yayasan Sayap Ibu) Jakarta. YSI Jakarta
adalah lembaga yang bergerak dibidang perlindungan anak telantar yang
bertujuan memberikan pelayanan baik berupa perlindungan maupun pengasuhan
dan pengentasan bagi anak terlantar. Saat ini YSI Jakarta memiiki dua unit Panti
yang berada di Barito dan Cirendeu.
Melihat bertambahnya kasus anak yang telantar serta pelayanan
pengasuhan yang diberikan oleh YSI sebagai salah satu panti tertua di Jakarta
yang memiiki banyak pengalaman dalam perlindungan dan pengasuhan anak
7
terlantar di Jakarta, Penulis tertarik untuk meneliti judul “Fungsi Keluarga Pada
Pengasuhan Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah Penelitian
Agar Penelitian ini jelas dan sistematis maka Penulis membatasi
permasalahan pada fungsi keluarga pada pengasuhan anak terlantar di
Yayasan Sayap Ibu Jakarta.
2. Rumusan Masalah penelitian
a. Bagaimana fungsi keluarga pada pengasuhan anak terlantar di
Yayasan Sayap Ibu Jakarta Unit Barito?
b. Bagaimana fungsi keluarga pada pengasuhan anak terlantar di
Yayasan Sayap Ibu Jakarta Unit Cirendeu?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang dirumuskan diatas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi keluarga
pada pengasuhan anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta unit Barito dan unit
Cirendeu.
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Untuk bahan pertimbangan bagi pemangku kebijakan dalam
memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan pengasuhan anak
terlantar.
b. Untuk bahan pertimbangan bagi Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak (LKSA) dalam melaksanakan fungsi keluarga pada
pengasuhan anak terlantar.
2. Manfaat Akademis:
Untuk menambah bahan pengetahuan bagi para mahasiswa
Kesejahteraan Sosial dan bahan rujukan dalam penelitian berikutnya yang
berkaitan dengan fungsi keluarga pada pengasuhan anak terlantar.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penulis menggunakan pendekatan Kualitatif dalam penelitian ini.
Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara
deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
9
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. 12
2. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam menentukan sumber data pada penelitian, penulis
menggunakan purposive sampling, yaitu orang yang dianggap paling
tahu tentang apa yang kita teliti.13
Informan yang penulis pilih diantaranya adalah Ketua Umum YSI
Jakarta, Koordinator Bidang Perawatan unit Cirendeu, Pengasuh Panti
unit Cirendeu.
3. Jenis dan Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.14
Kata-kata yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data
utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
audio tape, pengambilan foto.15
Sumber data primer yang Penulis gunakan berasal dari beberapa
Narasumber, yaitu Ketua Umum YSI Jakarta, Ketua II YSI Jakarta,
Koordinator bidang Perawatan unit Barito, Koordinator Bidang
12 Lexi. J. meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2007), h. 4.
13 Sugiyono, Memehami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 54. 14 Ibid., h. 157. 15 Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 157.
10
Perawatan unit Cirendeu, dua orang Pengasuh unit Barito, dua orang
pengasuh unit Cirendeu. Sedangkan sumber data sekunder yang
Penulis gunakan berasal dari literatur-literatur atau artikel yang
membahas mengenai penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini Penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Observasi / Pengamatan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi terang-
terangan atau tersamar. Observasi atau pengamatan ini digunakan
atas dasar pengalaman secara langsung yang dapat diamati sendiri,
serta mencatat peristiwa dan situasi yang berkaitan dengan
pengetahuan proposisional maupun pengetahuan yang langsung
diperoleh dari data.16
Observasi terang-terangan yang penulis lakukan saat
mengumpulkan data, menyatakan terus terang kepada informan,
bahwa sedang melakukan penelitian. Jadi informan yang penulis
wawancarai mengetahui sejak awal bahwa penulis meminta
informasi untuk bahan penelitian. Namun terkadang saat
mengobrol, penulis tidak mengatakan kepada informan jika tema
pembicaraan tersebut akan jadikan sebagai bahan penelitian.
16 Ibid., h.174.
11
Observasi yang penulis lakukan sejak masa praktikum, yaitu mulai
bulan Maret 2011 sampai bulan Desember 2011, dan dilanjutkan
pada bulan April 2012 sampai Desember 2012.
b. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu.
Lincoln dan Guba menegaskan bahwa wawancara dilakukan
dengan maksud memverifikasi, mengubah, dan memperluas
informasi yang diperoleh dari orang lain…17
Untuk melengkapi data penelitian penulis menggunakan
wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara
yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.18 Wawancara terstruktur
digunakan agar penulis dapat mencari jawaban terhadap
permasalahan yang diteliti.
Penulis mewawancarai beberapa orang yang dapat memberikan
informasi terhadap penelitian ini, yakni Ibu Soemarmi Marjono
sebagai Ketua Umum YSI Jakarta, Ibu Tjondrowati Subiyanto
sebagai Ketua II sekaligus Koordinator Personalia, Ibu CE Dodds
sebagai Koordinator Perawatan unit Cirendeu, Ibu Bettalita
Hendro sebagai Koordinator Perawatan unit Barito, Ibu Ummi dan
Pak Hadi sebagai Pengasuh di unit Cirendeu, Satinah dan Yuyun
sebagai pengasuh di unit Barito.
17 Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 186. 18 Ibid., h.190.
12
c. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan menurut Bogdan dan Biklen adalah catatan
tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif. 19
Catatan lapangan akan membantu penulis sebagai perantara antara
apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium, dan diraba dengan
catatan sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan. 20
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi ini digunakan sebagai bukti terhadap data
dan informasi yang penulis dapatkan. Metode ini dapat menjadi
pendorong atau bukti terhadap hasil penelitian yang penulis buat.
Dokumentasi yang penulis kumpulkan seperti foto-foto, record
atau rekaman wawancara, catatan, buku-buku dan data
kepustakaan lainnya seperti artikel yang bersumber dari internet
ataupun majalah.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Yayasan Sayap Ibu Jakarta unit
Cirendeu dan Barito. Panti unit Cirendeu beralamat di Jalan Raya
Cirendeu, dan Panti unit Barito beralamat di Jalan Barito II/55
19 Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 209. 20 Ibid., h.208.
13
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12130. Pada dasarnya penulis
melakukan penelitian sejak masa Praktikum 1 dan Praktikum 2,
Praktikum 1 terhitung dari Bulan Maret 2011 sampai Mei 2011,
Praktikum 2 terhitung bulan September 2011 sampai November 2011.
Selanjutnya Penulis melanjutkan penelitian untuk Skripsi, terhitung
bulan April 2012 sampai Desember 2012.
Penulis memilih Yayasan Sayap Ibu Jakarta menjadi tempat penelitian
karena YSI Jakarta merupakan salah satu lembaga swasta tertua di
DKI Jakarta yang memiliki kontribusi dalam proses pengasuhan dan
perlindungan anak terlantar.
6. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah Koordinator Bidang Pengasuhan dan
Pengasuh anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta unit Cirendeu
dan Barito. Sedangkan Obyek Penelitian ini adalah Fungsi Kelurga
pada pengasuhan anak terlantar di YSI Jakarta.
a. Teknik Analisa Data
Proses awal yang penulis lakukan adalah observasi ke lembaga.
Setelah observasi ke lembaga penulis mewawancarai Ketua
Umum Yayasan Sayap Ibu Jakarta, Koordinator Bidang
Pengasuhan dan Pengasuh. Penulis juga merekam proses
wawancara sebagai bukti dokumentasi. Penulis mencermati hasil
dan data penelitian yang didapat selama masa penelitian, baik
14
berupa rekaman wawancara, catatan lapangan maupun literatur-
literatur yang didapat. Dari hasil data dan informasi yang didapat,
penulis membuat ringkasan yang digunakan untuk membuat
konsep-konsep penelitian. Penulis mencermati data dan informasi
yang didapat untuk disusun secara sistematis.
Data dan informasi yang penulis dapatkan dari wawancara
mendalam selanjutnya dianalisis secara kualitatif. analisis ini
dilakukan guna mendapatkan makna dan keterkaitan dengan
masalah penelitian.
b. Teknik Keabsahan Data
Dalam menjaga keabsahan data, penulis menggunakan pihak
Yayasan Sayap Ibu Jakarta untuk mengecek data yang diperoleh.
Pengecekan yang dilakukan pihak YSI Jkt adalah memeriksa hasil
wawancara yang telah dilakukan agar terjamin keabsahannya.
c. Teknik Penulisan
Penulis menggunakan pedoman dalam penulisan skripsi ini, yaitu
buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, tesis, dan
disertasi) yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2007.
15
F. Tinjuan Pustaka
Penulis menggunakan tinjauan pustaka untuk memperjelas penelitian
skripsi ini. Penulis menggunakan literatur berupa skripsi yang membahas tentang
“Pola Asuh Positif Pengasuh Dan Kedisiplinan Anak Asuh Dalam Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet” dengan nama peneliti Chairunnisa, Jurusan
Kesejahteraan Sosial yang memfokuskan kepada Pola Asuh Positif dan
Kedisiplinan Anak.
Penulis menyadari bahwa Judul Skripsi ini memiliki beberapa kesamaan,
namun terdapat pula perbedaan dalam penelitian kami, yaitu :
1. Obyek penelitian Saudari Chairunnisa adalah Pola Asuh Positif dan
Kedisiplinan Anak Asuh di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra
Utama 3 Tebet, Sedangkan Obyek penelitian penulis adalah Fungsi
Keluarga Pada Pengasuhan Anak Telantar Berbasis Keluarga di Panti
Asuhan Yayasan Sayap Ibu Jakarta unit Barito dan Cirendeu.
2. Subyek yang diambil oleh Saudara Chairunnisa adalah Lembaga Panti
Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet atau orang yang
diwawancarai. Sedangkan subyek yang Penulis ambil adalah
Koordinator Bidang Perawatan dan Pengasuh anak terlantar di
Yayasan Sayap Ibu Jakarta unit Barito dan Cirendeu.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan, peneliti membagi Skripsi ini menjadi 5
Bab, yaitu Bab Pendahuluan, Kajian Teoritis, Profil Lembaga, Temuan dan
16
Analisa, dan Penutup. Kelima bab tersebut memiliki isi dan pemaparan masing-
masing, yaitu:
Bab I Pendahuluan, Bab ini meliputi latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teoritis, Bab ini membahas tentang keluarga, pengasuhan,
pengasuhan berbasis keluarga, pengasuhan anak dalam islam, anak terlantar.
Bab III Gambaran Umum Lembaga, Bab ini menjelaskan gambaran
umum Lembaga, meliputi sejarah berdirinya Yayasan Sayap Ibu Jakarta, visi,
misi, program YSI Jakarta, Jaringan kerjasama, struktur kepengurusan,
pendanaan YSI Jakarta, Sarana Prasarana, data karyawan, data anak asuh.
Bab IV Temuan dan Analisa, Bab ini berisi tentang pembahasan Pola
Pengasuhan Anak Terlantar di YSI Jakarta.
Bab V Penutup, Bab ini berisi Kesimpulan yang ditarik dari analisis
sebelumnya serta saran sebagai hasil dari penelitian ini.
17
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Keluarga
1. Definisi Keluarga
Definisi keluarga menurut para tokoh, diantaranya:
Menurut Friedman, keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.21
George Murdock menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok
sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi,
dan terjadi proses reproduksi.
Reiss menjelaskan arti keluarga sebagai suatu kelompok kecil yang
terstruktur dalam pertalian keluarga dan memiiki fungsi utama berupa sosialisasi
pemeliharaan terhadap generasi baru.
Weigert dan Thomas, keluarga adalah suatu tatanan utama yang
mengkomunikasikan pola-pola nilai yang bersifat simbolik kepada generasi baru.
Hill mengemukakan, keluarga adalah adalah rumah tangga yang memiliki
hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-
fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungi ekspresif keluarga bagi para
anggotanya yang berada dalam suatu jaringan.22
21 Pshycologymania, “Pengertian Keluarga,” artikel diakses pada 24 Januari 2013 dari
http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertian-keluarga.html. 22 Sri Lestari, Psikologi Keluarga (Jakarta: Kencana, 2012), h. 3-5.
18
Menurut BKKBN keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan
yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya.23
Dapat disimpulkan bahwa definisi keluarga adalah suatu struktur lembaga
masyarakat terkecil yang memiliki hubungan darah, hidup bersama dan masing-
masing anggotanya memiliki tugas dan peran masing-masing, serta keseluruhan
anggotanya harus menjalankan fungsi keluarga bersama-sama agar tercipta suatu
keadaan yang sejahtera dan harmonis di dalamnya.
2. Bentuk Keluarga
Keluarga memiliki beberapa bentuk bila dilihat dari beberapa segi.
Bentuk keluarga dari segi keberadaan anggota keluarga yaitu keluarga inti dan
keluarga batih. Keluarga inti adalah keluarga yang di dalamnya hanya terdapat
tiga posisi sosial, yaitu suami-ayah, istri-ibu, dan anak-sibling. Keluarga batih
adalah keluarga yang di dalamnya menyertakan posisi lain selain tiga posisi
(suami, istri dan anak).
Kelurga batih terpecah lagi menjadi tiga bentuk, pertama keluarga
bercabang, yaitu keluarga yang anaknya sudah menikah namun masih tinggal di
rumah orang tuanya. Kedua, keluarga berumpun, yaitu keluarga yang anak-
anaknya sudah menikah namun tinggal di rumah orang tuanya. Ketiga keluarga
23 Suparyanto, “Pengertian Keluarga,” artikel diakses pada 26 Januari 2013 dari http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/10/pengertian-keluarga.html
19
beranting, yaitu keluarga yang dalam satu rumah terdapat generasi ketiga (cucu)
yang sudah menikah. 24
Bentuk keluarga juga dapat dibedakan menjadi tipe tradisional dan tipe
non-tradisional. Bentuk keluarga pada tipe tradisional terdapat beberapa jenis
diantaranya25:
a. The Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang
sudah memisahkan diri.
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
e. The extended family
Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek),
keponakan
24 Ibid., h. 6-7. 25 Apriyani Puji Hastuti, “Peran Keluarga Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak,” diakses pada 24 Januari 2013 dari http://apriyanipujihastuti.wordpress.com/2012/07/09/peran-keluarga-dalam-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak/
20
f. The single parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan
dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh:
dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)
j. Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone/single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)
21
Bentuk keluarga pada tipe non-tradisional terdapat beberapa jenis
diantaranya:
a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexsual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
”marital pathners”
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa
alas an tertentu
22
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam
waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
23
3. Fungsi Keluarga
Sebuah keluarga harus menjalankan fungsinya agar mampu terwujud
sebagai keluarga yang sejahtera dan harmonis, fungsi keluarga ini bukan hanya
dijalankan oleh orang tua saja melainkan seluruh anggota keluarga sehingga
hubungan masing-masing anggotanya berjalan dengan baik. Delapan fungsi
keluarga menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)26
adalah:
a. Fungsi Agama, keluarga adalah wahana pembinaaan kehidupan ber
Agama yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Agama
sebagai pedoman anggota keluarga dalam menjalankan kehidupannya.
b. Fungsi Sosial-Budaya, keluarga menjadi wahana pembinaan dan
persemaian nilai-nilai luhur budaya. Sehingga hubungan sosial dan
budaya yang dijalankan oleh masing-masing anggota keluarga di
masyarakat dapat menciptakan persatuan dan keutuhan bangsa.
c. Fungsi Cinta kasih /afeksi, keluarga harus menjadi tempat untuk
menciptakan suasana cinta dan kasih sayang dalam kehidupan
berkeluarga. Dalam kehidupan keluarga cinta kasih dan kasih sayang
antara anggota keluarga akan dapat menumbuhkan rasa bertanggung
jawab yang besar terhadap keharmonisan keluarga tersebut. Sehingga
26 BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, “Delapan Fungsi Keluarga
Wahana Menuju Keluarga Sejahtera,” artikel diakses pada 24 Januari 2013 dari http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=35
24
Setiap anggota keluarga akan selalu menjaga komitmen yang telah
dibuat bersama.
d. Fungsi Perlindungan /Protection, keluarga itu merupakan wahana
terciptanya suasana aman, nyaman, damai dan adil bagi seluruh
anggota keluarganya. Sehingga setiap anggota keluarga akan selalu
merasa bahwa tempat yang paling baik adalah didalam lingkungan
keluarganya sendiri.
e. Fungsi Reproduksi, keluarga tempat diterapkannya cara hidup sehat,
khususnya dalam kehidupan reproduksi. Fungsi reproduksi ini
mengharapkan setiap anggota keluarga mengerti cara hidup sehat dan
mengerti tentang kesehatan reproduksinya.
f. Fungsi Pendidikan, keluarga adalah wahana terbaik dalam proses
sosialisasi dan pendidikan bagi anak-anaknya. Pendidikan dalam
keluarga ini sebetulnya adalah pendidikan inti yang menjadi fondasi
untuk perkembangan anak. Orang tua berkewajiban memberikan
pendidikan, baik pendidikan formal, pendidikan akhlak, pendidikan
bermasyarakat agar tercipta anak yang berfungsi dengan baik.
g. Fungsi ekonomi, keluarga tempat membina kualitas kehidupan
ekonomi, dan kesejahteraan keluarga. Setiap anggota keluarga harus
mampu hidup dan bersikap ekonomis, relistis dan mau berjuang untuk
peningkatan kesejahteraan keluarga.
h. Fungsi Lingkungan, keluarga harus mengajarkan anggotanya untuk
menjadi warga yang hidup harmonis dengan lingkungan masyarakat
25
sekitar dan alam, dalam bentuk keharmonisan antar anggota
keluarga, keharmonisan dengan tetangga serta keharmonisan terhadap
alam sekitarnya.
B. Pengasuhan
1. Pengertian Pengasuhan
Kata “Pengasuhan” berasal dari suku kata “asuh”. Kata “asuh” memiliki
arti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil; membimbing (membantu,
melatih, dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri; memimpin (mengepalai,
menyelenggarakan) suatu badan kelembagaan. Kata “Pengasuh” memiliki arti
Orang yang mengasuh ; wali (orang tua dan sebagainya). Sedangkan kata
“Pengasuhan” memiliki arti proses, cara, perbuatan mengasuh27.
Pengasuhan anak adalah kegiatan pemenuhan kebutuhan esensial anak
untuk dipelihara, dirawat dan dibimbing, dididik dan dibina secara
berkesinambungan agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal, baik fisik,
mental, spiritual dan sosial28.
Pengasuhan atau mengasuh adalah menjaga dan memelihara anak kecil,
membimbing agar bia mandiri. Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang
orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik
fisik, mental, spiritual, maupun sosial29.
27 Ibid., h. 73. 28 Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita
(Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia, 2009), h. 62. 29 Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan anak di Indonesia (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 75.
26
Pengasuhan anak adalah sistem pemeliharaan, pendidikan, perlindungan
anak dan/atau harta bendanya hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri demi
kepentingan terbaik anak sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih
sayang, kelekatan, keselamatan, kesejahteraan, dan permanensi dari orang tua,
atau pihak-pihak lain yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak30.
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan pengasuhan anak
telantar adalah kegiatan perawatan, pemeliharaan, dan pemenuhan segala aspek
kebutuhan esensial anak, seperti kebutuhan fisik, mental, sosial, spiritual,
pendidikan, perlindungan seperti layaknya pengasuhan dalam keluarga dengan
tidak melupakan pemberian kasih sayang dan perhatian agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai dengan usianya.
Setelah melihat arti dan pengertin kata “Pola” dan “Pengasuhan”, maka
Pola Pengasuhan merupakan sistem, cara yang diterapkan dalam mengasuh,
membina, mengarahkan, membimbing dan memimpin kehidupan anak sehari-
hari.
2. Gaya Pengasuhan
Tujuan utama dari pengasuhan adalah menjadikan anak sebagai individu
yang yang baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, para pengasuh menggunakan
gaya pengasuhan tertentu sebagai dasar untuk memberikan pengasuhan yang
baik. Pengasuhan yang baik merupakan sebuah konsep yang kompleks, yang
memiliki beberapa dimensi fundamental yang sifatnya universal bagi semua
30 Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Pedoman Oprasional Program Kesejahteraan
Sosial Anak (PKSA) (Jakarta: Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2011), h. 56.
27
keluarga, tetapi juga mempunyai dimensi unik yang dipengaruhi oleh tahap
perkembangan anak; kesehatan fisik dan mental orangtua; kondisi kehidupan
keluarga; tingkat dukungan yang tersedia dalam komunitas; dan akses yang
dimiliki keluarga terhadap pelayanan yang ada31.
Gaya pengasuhan sering kali dilakukan sesuai dengan kriteria pengasuh,
oleh karena itu pengasuhan yang dilakukan oleh masing-masing anak, ataupun
lembaga yang memberikan pelayanan pengasuhan akan berbeda-beda.
Baumrind menjelaskan tentang empat gaya pengasuhan32, yaitu:
a. Pengasuhan Otoritarian
Gaya pengashan otoritarian ini cendrung menerapkan hukuman
dan membatasi keinginan anak. Pengasuhan berjalan otoriter,
pengasuh memberikan arahan dan peraturan kepada anak,
menetapkan standar yang mutlak harus dituruti. Pengasuh yang
menggunakan gaya pengasuhan otoriter ini cenderung memaksa.
Bila anak tidak mau menjalani peraturan dan arahan maka anak
akan menerima hukuman. Gaya pengasuhan seperti ini biasanya
tidak membutuhkan pendapat atau masukan dari anak untuk
menentukan yang berhubungan dengan pengasuhan.
b. Pengasuhan Otoritatif
Gaya pengasuhan otoritatif ini mendorong anak untuk mandiri,
namun masih menempatkan batas dan kendali pada tindakan
31 Modul Pelatihan Child Protection Initiative (CPI), Perlindungan Anak Dan Good
Parenting: Pelatihan Bagi Dosen dan Pelatih yang Bekerja Dengan Anak Pengasuh dan Keluarga di Indonesia (Bandung, 13-17 Desember: Save The Children, 2010), h. 5.
32 John W. Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 167-168.
28
mereka. Tindakan verbal memberi dan menerima dimungkinkan,
pengasuhan bersikap hangat dan penyayang terhadap anak.
Pengasuhan otoritatif ini cendrung menunjukkan kesenangan dan
dukungan sebagai respon terhadap perilaku konstruktif anak.
Pengasuhan gaya ini juga mengharapkan perilaku anak yang
dewasa, mandiri, dan sesuai dengan usianya.
c. Pengasuhan yang mengabaikan
Gaya pengasuhan ini sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.
Biasanya gaya pengasuhan seperti ini mengakibatkan
inkompetensi sosial anak, terutama kurangnya pengendalian diri.
d. Pengasuhan yang menuruti
Gaya pengasuhan yang menuruti ini cendrung sangat terlibat
dengan anak, namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol
mereka. Gaya pengasuhan yang menuruti ini membiarkan anak
melakukan apa yang ia inginkan. Pengasuh mempercayai bahwa
kombinasi antara keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan
akan menghasilkan anak yang kreatif dan percaya diri.
3. Pengasuhan Berbasis Keluarga
Pengasuhan merupakan sejumlah kemampuan interpersonal dan
mempunyai tuntutan emosional yang besar33. Pelayanan pengasuhan yang
dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak dalam bentuk keluarga asuh atau
33 Ibid., h. 163.
29
bentuk cottage. Pelayanan Pengasuhan adalah berbagai jenis pelayanan yang
diberikan untuk memenuhi kebutuhan anak akan pengasuhan, baik di dalam
keluarganya maupun keluarga pengganti34. Keluarga pengganti yang
menggantikan peran keluarga inti untuk memberikan pengasuhan pada anak,
terdiri dari keluarga kerabat, keluarga asuh, wali dan keluarga angkat35.
Pola Pengasuhan berbasis keluarga yang digunakan didasari pada
pertimbangan bahwa keluarga merupakan lingkungan yang paling baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak, oleh karena itu hadirnya sebuah keluarga
asuh menjadi penting bagi kebutuhan dasar anak telantar. Pola Pengasuhan
berbasis keluarga ini dapat membuat anak merasa aman, nyaman, dan tentram
berada di dalam pengasuhan seorang ibu, meskipun bukan ibu kandungnya
sendiri, pengasuhan yang diberikan menggunakan pendekatan keluarga, dan
hanya sedikit menyinggung bentuk-bentuk pengasuhan lain seperti adopsi, pola
anak asuh, serta anak-anak yang berada di dalam rumah36. Keluarga asuh
merupakan bentuk asuhan yang bercirikan sebagai berikut37:
a. Anak ditempatkan dalam suatu keluarga asuh.
b. Keluarga tersebut bisa pengasuh, pengurus, pekerja sosial atau
keluarga lain yang dianggap memenuhi standar.
c. Jumlah anggota keluarga maksimal terdiri dari 5 anak.
d. Anak diperlakukan sebagaimana layaknya anak kandung.
34 Keputusan Menteri Sosial RI, No. 30/HUK/2011, Standar Nasional Pengasuhan Untuk
Lembaga Kesejahteraan Anak, h. 15. 35 Ibid., h. 15. 36 Tita Rosita, Skripsi Pengembangan Model Pola Pengasuhan (Universitas Pendidikan
Indonesia: 2009), h. 37. 37 Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita
(Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia, 2009), h. 110.
30
C. Pengasuhan Anak Dalam Islam
Anak merupakan amanah, serta karunia yang diberikan oleh Allah SWT.
Oleh karena itu anak harus dijaga, dirawat, disayangi, dididik dengan baik agar
menjadi anak yang soleh dan solehah. Setiap orang tua, pendidik maupun
pengasuh pasti berharap anak yang dididiknya dapat menjadi manusia yang
bermanfaat, baik bagi lingkungan sosialnya dan bagi agamanya. Namun
mendidik, mengasuh, menjaga, dan merawat anak bukanlah suatu proses yang
instan dan mudah, perlu kesabaran, keikhlasan dan menjadi contoh yang baik.
Mengasuh dalam bahasa arab berasal dari akar kata نضح– نضحي yang
artinya asuh, mengasuh. Mengasuh anak adalah menjaga orang yang belum
mampu mandiri mengururs urusannya sendiri, mendidik, menjaganya dari hal
yang merusak ataupun membahayakannya38.
Dalam Islam kata mengasuh dapat dikiaskan dengan kata mendidik. Kata
mendidik yang sering digunakan dalam kajian Islam memiliki makna yang sama
dengan mengasuh. Karena dalam mendidik, bukan saja memberikan ilmu
pengetahuan pada anak, tapi juga mengajarkan, mencontohkan kesopanan, budi
pekerti yang baik, manusia yang beradab, menjaga jasmani dan rohani,
bersosialisasi, serta beribadah dengan taat. Semua hal yang dilakukan dalam
mendidik anak juga merupakan bagian dari tugas dan kegiatan pengasuhan.
Anak merupakan salah satu concern dalam Islam39. Oleh karena itu
mendidik atau mengasuh anak harus dilakukan dengan cara yang baik sesuai
38 Salim et.al., Syarah Bulughul Maram Hadits Hukum-Hukum Islam (Surabaya: Halim
Jaya, 2005), h. 702.
31
ajaran-ajaran al-Qur’an dan hadits. Islam mengajarkan kita untuk menyayangi
dan merawat anak, baik anak yatim, anak telantar, ataupun anak jalanan.
قل إصالح لهم خير وإن تخالطوهم انكمفإخو واللھ یعلم المفسد من المصلح ولو شاء ألاللھ عنتكم إن اللھ عزیز حكیم
“…mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan…”40 (al-Baqarah:220)
Ayat tersebut memerintahkan kita untuk menjaga dan merawat anak
yatim, telantar ataupun ank jalanan. Bukan hal yang sepele menjaga dan merawat
mereka, karena anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan pola pengasuhan
orang-orang disekitarnya, apabila lingkungannya baik maka anak itu akan baik,
jika lingkungannya tidak baik maka anak itu akan tumbuh menjadi anak yang
tidak baik. Diperlukan cara yang baik dalam mendidik dan mengasuh anak, juga
penting untuk memberikan lingkungan yang baik bagi anak.
هانجسمي أو هانرنصي أو هانودهي اهوفأب ،ةطرالف على لدوإال ي لودوم نا مم
“Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang
39 Kusmana, ed., Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: IAIN
Indonesian Social Equity Project, 2006), h.163. 40 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama R.I (Surabaya: PT Syaamil Cipta
Media, 2005), h. 35.
32
membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi...”41. (HR. Muslim)
Hadits tersebut menguatkan, bahwa sebagai orang tua ataupun pengasuh
merupakan hal terpenting bagaimana seorang anak dapat tumbuh dan
berkembang, karena ditangan merekalah anak-anak akan berkembang. Jika orang
tua dan pengasuh memberikan hal yang baik-baik, maka akan baik, sebaliknya
jika diberikan hal yang buruk-buruk, maka akan buruk pula akhlaknya.
عن ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول
هتيعر نئول عسم كلكماع ور كلكم
“Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata : Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban”42
Hadits tersebut mengingatkan kita bahwa semua peran yang kita jalani,
terlebih bagi orang tua, pendidik atau pengasuh harus menyayangi anak tersebut
dengan tulus, ikhlas tanpa mengharapkan apapun kecuali berkah Allah SWT.
Karena Allah akan meminta pertanggung jawaban atas apa yang kita lakukan.
41 Hidayat Ma'ruf, “Memahami Perkembangan Anak Untuk Pengasuhan Yang Lebih
Baik,” artikel diakses pada 5 November 2012 dari http://hidayah-ilayya.blogspot.com/2012/01/memahami-perkembangan-anak-untuk_21.html
42 Muchlis M Hanafi, ed., Pembangunan Generasi muda (Tafsir Al-Qur’an Tematik) (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), h. 173.
33
D. Anak Telantar
1. Pengertian Anak Telantar
Anak telantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk kategori
anak rawan atau anak-anak membutuhkan perlindungan khusus (Children in need
of special protection). Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab tidak
dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani,
maupun sosial43.
Dalam Social Work Dictionary “child neglect” atau anak terlantar
memiliki definisi sebagai berikut:
“The failure of those responsible for the care of a minor to provide the resources needed for healthy physical, emotional, and social development. Examples of Neglect include inadequate nutrition, improper supervision, or no provision for educational or health care requirements. Child neglect is seen as an act of omission by caregivers because of limited abilities or resources or other circumstances; it is differentiated from child abuse, which is seen as more willful.”44
(Ketidakmampuan mereka bertanggung jawab dalam perawatan dan memberikan kebutuhan bagi anak dibawah umur dalam proses perkembangan fisik, emosiona dan jiwa sosial yang sehat. Yang dimaksud dalam kategori penelantaran adalah kebutuhan nutrisi yang tidak cukup, pengawasan yang tidak tepat, tidak terpenuhinya kebutuhan pendidikan atau kesehatan. Menelantarkan anak dipandang sebagai tindakan kelalaian oleh pengasuh karena kemampuan yang terbatas, sumberdaya, atau dikarenakan oleh kondisi yang lain; hal ini berbeda dengan kasus pelecehan anak yang lebih dipandang dengan factor kesengajaan.)
43 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana, 2010), h. 212. 44 Barker, The Social Work Dictionary, ed. Ke 3, h. 56.
34
2. Ciri-ciri yang menandai seorang anak dikategorikan Anak Telantar
sebagai berikut45:
a. Mereka biasanya berusia 5-18 tahun, dan merupakan anak
yatim, piatu, atau anak yatim piatu.
b. Anak yang telantar acap kali adalah anak yang lahir dari
hubungan seks luar nikah dan kemudian mereka tidak ada
yang mengurus karena orang tuanya tidak siap secara
psikologis maupun ekonomi untuk mengurus anak yang
dilahirkannya.
c. Anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak
diinginkan oleh kedua orang tuanya atau keluarga besarnya,
sehingga cendrung rawan diperlakukan salah.
d. Meski kemiskinan bukan satu-satunya sebab anak
ditelantarkan dan tidak selalu pula keluarga miskin akan
menelantarkan anaknya. Tetapi, bagaimanapun harus diakui
bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga
akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas
dan memenuhi hak anaknya menjadi sangat terbatas.
e. Anak yang berasal dari keluarga broken home, korban
perceraian orang tuanya, anak yang hidup ditengah kondisi
keluarga yang bermasalah – pemabuk, kasar, korban PHK,
terlibat narkotika, dan sebagainya.
45 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h. 216.
35
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan Sayap Ibu Jakarta
Berawal dari pengalaman seorang Ibu yang bernama Sulistina Soetomo,
yang juga tidak lain adalah istri dari Soetomo atau biasa dikenal dengan sebutan
Bung Tomo46. Ibu Sulistina Soetomo pada saat itu juga menjabat sebagai Menteri
Sosial. Ibu Sulistina yang dulu sedang berbelanja dan melihat pedagang yang
berdagang di Pasar Mayestik47 sambil mengasuh dan merawat anak-anaknya,
menawarkan mereka untuk menitipkan anak-anaknya dirumah selama berdagang,
atau pada masa sekarang lebih dikenal dengan nama day care. Jika mereka sudah
pulang berdagang anak-anaknya dijemput kembali. Ibu Sulistina menawarkan hal
tersebut agar anak-anak mereka aman dan dapat diajarkan di rumah.
Penitipan anak atau day care adalah lembaga pelayanan pengganti
sementara, yang mengambil tanggung jawab secara luas ketika orang tua bekerja.
Pelayanan yang diberikan kepada anak berupa; sosialisasi, pengembangan
perilaku, pembelajaran pra sekolah, kesehatan dan melakukan kegiatan bermain,
kegiatan pengisi waktu luang48.
Namun, sekian lama berjalan, ada beberapa anak yang tidak kunjung
dijemput oleh orang tuanya. Rupanya niat baik Ibu Sulistina dimanfaatkan untuk
46 Soetomo atau biasa disapa dengan panggilan Bung Tomo dikenal sebagai Pahlawan
Nasional. 47Sayap Ibu Jakarta, Sejarah Berdirinya Yayasan Sayap Ibu Jakarta,” artikel diakses pada
28 Oktober 2012 dari http://www.sayapibujakarta.org/ind/tentang.htmlhttp://www.sayapibujakarta.org/ind/tentang.html
48 Direktorat Pelayanan Sosial, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita, h. 82.
36
meninggalkan anak-anak mereka dengan sengaja. Ibu Sulistina merasa prihatin
dengan nasib anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Kondisi tersebut
membuat Ibu Sulistina berniat untuk membuat Panti Asuhan. Ibu Sulistina
beserta rekannya, Ibu Soekardi, Ibu Garland Soenaryo akhirnya pada Tahun 1955
mendirikan sebuah Panti Asuhan untuk anak balita telantar49. Panti Asuhan
tersebut diberi nama Yayasan Sayap Ibu. Fungsi lembaga Yayasan Sayap Ibu
yang semula hanya bersifat penitipan anak atau day care, yang tugasnya adalah
memberikan pelayanan pengganti sementara yang mengambil tanggung jawab
secara luas ketika orang tua bekerja50. Sekarang diperluas menjadi Panti Asuhan
Anak Balita Telantar.
Panti Asuhan Anak Balita Telantar adalah Panti Sosial yang mempunyai
tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi anak telantar agar kompetensi
dan kapasitas belajarnya pulih kembali dan dapat perkembangan secara wajar.51.
Karena semakin lama anak telantar yang dirawat oleh Ibu Sulistina
semakin banyak, maka beliau pun memiliki kesulitan dana dalam membiayai
anak-anak tersebut. Kendala biaya ini membuat Yayasan Sayap Ibu (YSI) Jakarta
sempat dibubarkan pada tahun 1968. Disisi lain Ibu Sulistina dilemma karena
tidak tega dengan nasib anak-anak telantar ini, oleh karena itu beliau
memutuskan untuk mempercayakan YSI Jakarta pada Ibu JS Nasution yang juga
menjabat sebagai Ketua BKKKS (Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan
49 Panti Asuhan Anak Balita Telantar adalah Panti Asuhan yang mengasuh anak-anak
telantar usia 0-5 tahun. 50 Departemen Sosial, Perubahan Keputusan Menteri Kesehatan Dan Kesejahteraan
Sosial Nomor 193/MENKES-KESSOS/III/2000 Tentang Standardisasi Panti Sosial (Jakarta: Departemen Sosial RI Badan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, 2000), h. 5.
51 Ibid., h. 5.
37
Sosial). Berkat perjuangan Ibu JS Nasution beserta rekannya Yayasan Sayap Ibu
kembali bangkit dan Berjaya.
Berkembangnya YSI maka berkembang pula pelayananya. Awalnya
pelayanan yang sebatas pada pengasuhan, berkembang juga pada perawatan,
pendidikan informal. Pelayanan yang berbagai macam ini diberikan karena
kebutuhan anak-anak telantar yang semakin banyak, juga jumlah anak telantar
yang semakin meningkat. Karena pada saat itu marak penjualan anak dan
pengadopsian oleh WNA yang dilakukan dibawah akte notaris saja maka
pelayanan YSI berkembang lagi pada pelayanan pengadopsian anak. YSI
merupakan Lembaga Sosial yang pertama mendapat izin dari pemerintah untuk
menyediakan layanan Pengangkatan anak. Izin tersebut sesuai dengan Keputusan
Menteri Sosial RI No. 23/HUK/KM/ 1982 serta Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. D. III-7817/a/8/1976 tentang
menyelenggarakan layanan Pengangkatan Anak baik domestic (Dalam Negeri)
maupun intercountry (luar Negara). Izin yang didapatkan oleh Yayasan Sayap
Ibu Jakarta ini juga diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta dikala itu, yaitu
Bapak Ali Sadikin. Saat ini YSI Jakarta di Ketuai oleh Ibu Soemarmi Marjono.
Karena jumlah anak terlantar yang semakin meningkat, YSI Jakarta tidak
hanya memberikan pelayanan pada anak balita, saat ini YSI Jakarta juga
memberikan pelayanan kepada anak terlantar sampai usia 18 Tahun. Kapasitas
Panti anak terlantar di Jakarta sudah melewati batas, jadi sulitnya mencari panti
untuk memindahkan anak-anak dari YSI Jakarta.
38
YSI Jakarta memiiki 2 unit Panti, yaitu di Barito dan Cirendeu. Unit Barito untuk
anak terlantar bayi dan balita, sedangkan unit Cirendeu ditempati mulai anak usia
Sekolah Dasar.
Meskipun Panti YSI Jakarta memiliki 2 unit, namun kepengurusan dan
koordinasi yang didapatkan tetap berpusat pada YSI Jakarta di Barito. Tidak ada
struktur kepengurusan terpisah di unit Cirendeu, hanya kapasitas tempat Barito
yang tidak cukup, sehingga pengasuhan anak yang dimulai dari usia Sekolah
Dasar harus ditempatkan di Cirendeu.
B. Visi dan Misi
Salah satu syarat lembaga adalah memiliki Visi dan Misi, adapun Visi dan
Misi Yayasan Sayap Ibu Jakarta52, yaitu:
Yayasan Sayap Ibu memiliki Visi sebagai berikut:
Bahwa anak adalah amanah yang berhak akan perawatan dan
perlindungan sejak semasa dalam kandungan dan sesudah
dilahirkan.
Misi Yayasan Sayap Ibu adalah:
Melaksanakan usaha kesejahteraan anak yang holistic terpadu dan
berkesinambungan dalam arti yang seluas-luasnya yang bertujuan
menolong anak-anak balita yang :
Tidak ada orangtua/wali yang merawatnya
Tidak diketahui orangtuanya atau kerabatnya
52 Data didapatkan dari sumber berupa brosur Yayasan sayap Ibu Jakarta.
39
Orangtua/walinya tidak mau merawatnya atau terlantar
Karena sebab-sebab lain yang patut diberi pertolongan
40
C. Struktur Organisasi
(Bagan 1: Struktur Organisasi Yayasan Sayap Ibu Jakarta)
(Data Diperoleh dari Laporan Triwulan YSI Jakarta Tahun 2010-2011)
PEMBINA (Ibu J S Nasution)
PENGAWAS Hj. Aisyah Hamid Baidlowi Ibu Rooswidiati Jusuf Razak Bpk. Drs Suharno, MSc.
PENGURUS PUSAT Prof. DR. Dra. Endang Sumiarni, SH.M.Hum Bpk. Harinanto Sugiono, SH.M.Hum
YAYASAN SAYAP IBU JAKARTA
KETUA UMUM (Ibu Maryono)
KETUA I
(Ibu Tjipto Winoto)
KETUA II (Ibu Tjondrowati S)
BENDAHARA (Dr. Ken Martati)
SEKRETARIS (Ibu Heliyanti Jaswin)
PANTI (Ibu C E Dodds)
LOGISTIK (Ibu Wiwiek Soeryo)
BPA (Ibu Anne Waluyo, SH
dan Ibu Viviani K)
HUMAS DAN DANA (Bpk. Djoko Utojo, SH)
PERSONALIA (Ibu Tjondrowati S)
PERAWATAN (Ibu Bettalita
Hendro)
PENDIDIKAN (Ibu Sri Nooryarini
Soeroso)
KESEHATAN (Dr. Eni)
41
D. Program dan Kegiatan Lembaga
Program dan Kegiatan Lembaga Yayasan Sayap Ibu Jakarta meliputi53:
(Tabel 1: Program dan Kegiatan Lembaga)
No. Bidang Kegiatan
1. BPA (Bidang
Pengangkatan Anak)
- Mengurus proses Pengadopsian anak, menurut wawancara dengan peksos BPA yang bertugas untuk lingkup domestic dalam tahun 2011 pengadopsian 41actor4141 sebanyak 16 anak (11 kasus pengadopsian, sedangkan untuk pengadopsian intercountry sebanyak 9 anak.
- Memonitoring anak-anak yang baru di adopsi, 1 bulan sekali selama 2 bulan.
- Home visit kepada calon pengadopsi sebanyak dua kali, aspek yang dilihat adalah ekonomi dan kondisi keluarga.
2. Pendidikan - Memonitoring hasil belajar anak-anak YSI per semester.
- Melaksanakan proses belajar mengajar di TBS YSI.
3. Humas dan Dana - Menjalin relasi dengan para donator. - Mengajukan proposal bantuan dana pada
perusahaan yang belum menjadi donatur. - Membuat laporan pemasukan dan
mempublikasikannya kepada para donatur. - Membuat brosur-brosur YSI. - Mempublikasikan YSI di media cetak maupun
elektronik.
4. Kesehatan - Memeriksa kesehatan anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan.
- Melakukan observasi kesehatan anak-anak. - Memberikan terapi untuk anak-anak yang
membutuhkan. 5. Logistik - Mengecek dan memenuhi kebutuhan Rumah
tangga YSI.
53 Data didapatkan dari sumber berupa brosur Yayasan Sayap Ibu Jakarta.
42
E. Fundraising
Di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Jakarta, bidang yang bertugas mencari dana
adalah Humas dan Dana. Bagian Humas dan Dana mencari dana dengan cara
mencari donatur. Dana terbesar diperoleh dari sumbangan masyarakat. Selain itu
juga diperoleh bantuan dana rutin dari :
- Pemerintah Pusat (Departemen Sosial)
- Pemerintah Daerah (Dinas Sosial)
- Yayasan Dharmais
- Pihak-pihak swasta lainnya54.
Dalam mencari donatur bagian humas dan dana mengirimkan proposal
bantuan dana kepada perusahaan atau lembaga yang sekiranya dapat membantu,
dan bantuan yang diajukan tidak diharuskan berupa uang. Biasanya perusahaan
atau lembaga yang dituju akan merespon permohonan dari YSI. Jika ada yang
memberikan bantuan YSI akan memegang kepercayaan donatur dengan
mempublikasikan laporan donatur melalui buletin ataupun laporan sumbangan
yang dikirimkan kepada donatur.
Donatur yang ada saat ini sudah mempercayai YSI, sehingga ketika YSI
menghubungi kembali untuk mengajukan bantuan tidak sulit. Selain dana, juga
diperolah sumbangan spontan dari masyarakat berupa materi, bahan makanan dan
barang. Salah satu faktor mudahnya Yayasan Sayap Ibu (YSI) Jakarta untuk
54 Sayap Ibu Jakarta, “Donatur,” artikel diakses pada 28 Oktober 2012 dari
http://www.sayapibujakarta.org/ind/tentang.htmlhttp://www.sayapibujakarta.org/ind/tentang.html
43
mendapatkan donator dan menerima bantuan adalah lokasinya yang sangat
strategis. YSI Jakarta berada didaerah pusat perkantoran di Blok M.
“Donaturnya itu dari LG elektronik, Bank Mandiri, Carefour, dari lembaga kursus juga ada, seperti bimbingan belajar, banyak lagi ya ada dalam daftar”55.
F. Fasilitas Yayasan Sayap Ibu Jakarta
(Tabel 2: Fasilitas Yayasan Sayap Ibu Jakarta unit Barito)
No. Fasilitas Lokal/ Unit Keterangan
1 Ruang Kantor 6 Lokal
Ruang Pengawas, Ruang Pengurus, ruang personalia, Ruang Bidang Pengangkatan Anak, Ruang Keuangan, Kantor Panti.
2 Ruang Tidur Anak 4 Lokal Ruang Tidur Bayi, Batita, Balita, Anak usia 6-7 tahun untuk Perempuan dan Laki-laki
3 Ruang Kesehatan 1 Lokal
4 Ruang Meeting 1 Lokal
5 Ruang Tamu 1 Lokal
6 Ruang makan 1 Lokal
7 Ruang Terapi 1 Lokal
8 Ruang Belajar 2 Lokal Kelas A dan Kelas B
9 Ruang Interview COTA 1 Lokal
10 Ruang Tidur Karyawan Ruang Karyawan dan Ruang Karyawati
11 Dapur 1 Lokal
12 Musolah 1 Lokal 13 Peralatan Komunikasi Telepon, Fax
14 Peralatan Kantor Komputer, Mesin Fotocopy 15 Oprasional Mobil
55 Wawancara Pribadi dengan Bapak Bpk. Djoko Utojo, SH, pada tanggal 2 Mei 2011.
44
(Tabel 3: Fasilitas Yayasan Sayap Ibu Jakarta unit Cirendeu)
No. Fasilitas Lokal/ Unit Keterangan
1 Kamar Tidur Anak 1 Lokal 1 Ruang diisi dengan 6 orang anak
2 Tempat Tidur Anak 6 Lokal
3 Ruang Sholat 1 Lokal
4 Ruang TV 1 Lokal
5 Ruang Belajar 1 Lokal Ruang Belajar juga berfungsi sebagai Ruang Makan
6 Kamar Mandi 1 Lokal
7 Dapur 1 Lokal
8 Ruang Makan 2 Lokal Ruang Makan juga berfungsi sebagai Ruang Belajar
9 Kamar Tidur Pengurus 1 Lokal 10 Garasi 1 Lokal 11 Telepon 1 Buah 12 Mobil 1 Lokal
13 Alat Olah Raga 4 Buah Bola, Meja Ping Pong, Enggrang, dan Spiderman
14 Papan Tulis
G. Jaringan Kerjasama
Adapun Jaringan Kerjasama yang dijalin oleh YSI Jakarta56, antara lain:
a. Dalam Negeri:
Departemen Sosial, dalam rangka proses pengadopsian anak
Dinas Bintal dan Kessos, dalam rangka menjalankan program-
program kesejahteraan sosial yang dikeluarkan pemerintah
Dinas Pendidikan, dalam rangka menjalin kerjasama yang
berhubungan dengan bantuan pendidikan anak-anak YSI
56 Data didapatkan dari sumber berupa brosur Yayasan Sayap Ibu Jakarta.
45
Departemen Kehakiman Hukum dan HAM, dalam rangka menjalin
kerjasama untuk perlindungan anak-anak terlantar sebagai konsultasi
bantuan hukum negara
Departemen Luar Negeri, sebagai penjalinan kerjasama terkait anak
yang diadopsi oleh WNA ataupun anak WNI yang dijual keluar
negeri
Pengadilan Negeri, dalam rangka penjalinan kerjasama untuk
menyidangkan proses pengadopsian dan pelengkapan surat-surat
identitas anak terlantar
Komnas Perlindungan Anak, dalam rangka melindungi anak-anak
YSI dengan penjalinan relasi yang baik untuk melihat kondisi anak-
anak YSI
Dinas Kesehatan, jalinan kerjasama dalam rangka meminta bantuan
untuk kesehatan anak-anak YSI
Departemen Agama, penjalinan kerjasama dalam rangka untuk
memberikan informasi tentang hak anak-anak untuk beragama jika
ada yang ditemukan tanpa identitas
Fakultas Kesehatan UI, sebagai penjalinan kerjasama dalam rangka
pemberian bantuan berupa terapi-terapi
b. Luar Negeri :
Kedutaan Indonesia di Luar Negeri, dalam rangka penjalinan
kerjasama untuk menyidangkan proses pengadopsian dan
pelengkapan surat-surat identitas anak terlantar
46
Agen-agen adopsi di Luar Negeri, penjalinan relasi untuk memantau
anak-anak yang diadopsi dengan orang asing ataupun WNI yang
mengadosi anak luar negeri
ANZA, penjalinan relasi untuk penyaluran bantuan dan kegiatan-
kegiatan sosial.
H. Data Anak di Yayasan Sayap Ibu Jakarta sampai dengan Bulan
September 2012
Sampai saat ini Yayasan Sayap Ibu tercatat menampung 29 anak
terlantar57.
a. Data anak menurut status serahan
(Tabel 4: Data Anak YSI Jakarta menurut status serahan)
No. Status Serahan Jumlah 1. Anak yang diserahkan oleh orangtua
kandung 6 Anak
2. Anak yang ditinggalkan orang tua kandung di Rumah Sakit 21 Anak
3. Anak yang ditemukan ditempat umum 2 Anak Jumlah 29 Anak
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa anak terlantar yang berada di YSI
Jakarta, status serahan anak terlantar yang dominan adalah karena ditinggal oleh
orang tua kandungnya di Rumah Sakit.
57 Data didapatkan dari sumber berupa Dokumen Pekerja Sosial Bidag Penerimaan Anak
YSI Jakarta.
47
b. Data anak unit Barito
(Tabel 5: Data Anak YSI Jakarta unit Barito)
NO INISIAL UMUR JENIS KELAMIN KAMAR
1 MY 0 LK BEGONIA I 2 MF 0 LK BEGONIA I 3 AG 0 LK BEGONIA I 4 BK 1 PR BEGONIA I 5 AM 0 PR BEGONIA I 6 KA 1 LK BEGONIA I 7 ME 1 PR BEGONIA I 8 TO 0 LK BEGONIA I 9 SH 1 PR BEGONIA I
10 MR 10 PR BEGONIA II 11 MD 6 LK ANYELIR 12 TR 7 LK ANYELIR 13 WU 5 LK ANYELIR 14 OD 7 LK ANYELIR 15 RY 7 LK ANYELIR 16 HS 7 LK ANYELIR 17 OT 2 LK CEMPAKA 18 HN 3 PR CEMPAKA 19 JO 3 LK CEMPAKA 20 SP 4 PR CEMPAKA 21 SN 2 PR CEMPAKA 22 FR 3 LK CEMPAKA 23 AI 3 LK CEMPAKA
48
c. Data anak unit Cirendeu
(Tabel 6: Data Anak YSI Jakarta unit Cirendeu)
NO INISIAL UMUR JENIS
KELAMIN KAMAR
1 JY 0 LK BEGONIA I 2 JN 0 LK BEGONIA I 3 VK 0 LK BEGONIA I 4 AK 1 PR BEGONIA I 5 OK 0 PR BEGONIA I 6 ML 1 LK BEGONIA I
49
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Dalam Bab ini, penulis akan menjelaskan tentang Fungsi Keluarga Pada
Pengasuhan Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta unit Barito dan
Cirendeu. Temuan lapangan yang didapatkan akan penulis kaji dengan teori-teori
yang telah dijelaskan pada Bab II.
Penulis akan membagi Bab IV ini menjadi dua sub Bab, pertama, tentang
Fungsi keluarga Pada Pengasuhan Anak Telantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta
Unit Barito. Kedua Fungsi keluarga Pada Pengasuhan Anak Telantar di Yayasan
Sayap Ibu Jakarta Unit Cirendeu.
A. Fungsi Keluarga Pada Pengasuhan Anak Terlantar di Yayasan Sayap
Ibu Unit Barito
Panti asuhan adalah sistem, cara perawatan, pemeliharaan, dan
pemenuhan segala aspek kebutuhan esensial anak, seperti kebutuhan fisik,
mental, sosial, spiritual, pendidikan, perlindungan seperti layaknya pengasuhan
dalam keluarga dengan tidak melupakan pemberian kasih sayang dan perhatian
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan usianya.
Sebagaimana yang tertulis pada Bab II bahwa Pengasuhan atau mengasuh
adalah menjaga dan memelihara anak kecil, membimbing agar bisa mandiri.
Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin
tumbuh kembang anaknya secara wajar baik fisik, mental, spiritual, maupun
50
sosial.58 Pengertian tersebut juga didukung dengan penjelasan Ibu Soemarmi
Marjono selaku Ketua Umum Yayasan Sayap Ibu Jakarta bahwa:
“Pola Pengasuhan itu melihat, memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan pola tumbuh kembangnya”59
Pendapat tersebut juga dipertegas oleh Ibu Bettalita Hendro selaku
Koordinator Bidang Perawatan tentang Pola Pengasuhan Anak:
“…memastikan hak-haknya sebagai anak, menjaga, melindungi, hubungannya juga dengan tumbuh kembangnya. Jadi tumbuh kembang itu termasuk fisik dan emosional tentunya. Tapi yang ditekankan adalah tumbuh kembangnya”60
Pengasuhan yang dijalankan di YSI Jakarta unit Barito ini sama seperti
panti-panti lainnya. Pengasuh mengasuh anak dalam satu kamar, dimulai saat
anak bangun tidur, saat anak melakukan aktifitasnya sepanjang hari sampai anak
tidur di malam hari. Segala kebutuhan dan aktifitas anak dalam sehari seperti
mandi, makan, bermain, belajar, tidur siang, dan kegiatan lainnya di jalankan
bersama pengasuh. Pengasuh secara sift mengasuh anak-anak setiap harinya.
Pada dasarnya YSI unit Barito menggunakan gaya pengasuhan
Demokratis atau otoritatif, yaitu mendorong anak untuk mandiri, namun masih
menempatkan batas dan kendali pada tindakan mereka.61 Namun karena
hambatan kemampuan yang dimiliki pengasuh, gaya pengasuhan yang diakui
digunakan oleh koordinator perawatan di Barito ini tidak berjalan dengan baik.
58 Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, h. 75 59 Wawancara Pribadi dengan Ibu Soemarmi Marjono selaku Ketua Umum Yayasan
Sayap Ibu Jakarta, tanggal 6 November 2012 pukul 13:35 Wib. 60 Wawancara Pribadi dengan Ibu Bettalita hendro selaku Koordinator Bidang
Perawatan, tanggal 20 November 2012 pukul 11:10 Wib. 61 Santrock, Perkembangan Anak , h. 167.
51
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Tjondrowati Subiyanto selaku Ketua II sekaligus
sebagai Koordinator Bidang Personalia Yayasan Sayap Ibu Jakarta, bahwa:
“Jadi layaknya dalam keluarga tentunya juga harus demokratis, kalau otoriter tidak bisa, anak disini kan lain, tidak seperti anak-anak di keluarga, jadi butuh pendekatan khusus…”62
Masih sering penulis melihat pengasuh yang menentukan kegiatan atau
aktifitas yang dijalani anak-anak tanpa melihat mood anak, tidak mendengarkan
alasan anak ketika melakukan kesalahan.
Pengasuhan memang merupakan hal yang wajib dijalankan oleh Panti
Sosial guna memenuhi kebutuhan dan hak anak terlantar. Pengasuhan dijalankan
seperti pada keluarga pada umumnya. Hal tersebut karena Panti asuhan berfungsi
sebagai lembaga pengganti fungsi orang tua atau wali bagi anak yang benar-benar
tidak memiliki orang tua atau wali yang dapat mengasuh dan melindungi anak
tersebut.63 Secara tidak langsung bahwa di Panti anak-anak harus mendapatkan
pengasuhan selayaknya seperti keluarga pada umumnya. Pengasuhan yang
dijalankan juga bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasarnya tapi juga
kebutuhan kasih sayang yang tidak pernah mereka rasakan sejak kecil.
Oleh karena Panti harus berfungsi menggantikan fungsi orang tua maka
pengasuhan yang diberikan juga harus menjalankan fungsi keluarga, adapun
62 Ibid., 63 Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita,
h. 109.
52
delapan fungsi keluarga menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional)64 tersebut adalah:
a. Fungsi Agama
Fungsi Agama yang dijalankan di Barito adalah sebelum mulai makan
siang, anak-anak diperintahkan untuk berdoa terlebih dahulu.
(Lampiran foto 1: Saat anak-anak di Panti unit Barito akan berdoa
untuk makan siang)
Saat bulan Ramadhan mereka diperkenalkan tentang puasa, namun
belum diajarkan untuk mencobanya. Saat hari raya idul fitri dan idul
adha mereka juga merayakannya, mereka diajarkan untuk saling
memaafkan dan menyayangi.
Namun yang disayangkan penanaman nilai agama untuk sehari-hari
masih kurang. Penulis tidak menemukan pengasuh memperkenalkan
solat, berwudu dan sebagainya. Mereka diperkenalkan tentang solat
dan berwudhu hanya disekolah. Penulis memandang bahwa fungsi
agama pada pengasuhan di Barito masih kurang, sebetulnya
64 BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, “Delapan Fungsi
Keluarga Wahana Menuju Keluarga Sejahtera,” artikel diakses pada 24 Januari 2013 dari http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=35
53
penanaman nilai agama dalam kehidupan sehari-hari sejak kecil akan
membuat mereka mengenal dan mencintai agamanya. Padahal dalam
Islam dianjurkan untuk memperkenalkan dan membiasakan solat pada
anak agar nantinya menjadi anak yang taat beragama.
Bahwa fungsi penanaman nilai agama sejak dini adalah untuk
dijadikan pedoman bagi anak saat dewasa nanti. Selain mengajarkan
dan membiasakan anak untuk rajin beribadah, fungsi lain dari agama
adalah sebagai pedoman dalam menjalani hidup, dalam islam anak
kecil dididik untuk berakhlak yang baik, tetapi fungsi ini tidak terlihat
pada pengasuhan di unit Barito. Padahal pentingnya mendidik anak
dan mencontohkan anak untuk berakhlak yang baik sangat
mendukung perkembangan juga sebagai bekalnya nanti, seperti
kejujuran, kesabaran, saling menyayangi kepada saudara sesama
muslim, juga menghormati anak-anak asuh lainnya yang beragama
non-muslim.
b. Fungsi Sosial Budaya
Pada prakteknya fungsi sosial budaya berjalan dengan baik. Seperti
yang dikatakan oleh Ibu Tjondrowati Subiyanto, bahwa:
“aspek sosial juga kita perhatikan supaya dia bisa bergaul”65 Anak-anak yang berada di Barito terdiri dari berbagai macam etnis,
suku dan agama. Dalam kehidupannya pengasuh tidak pernah
membedakan anak-anak berdasarkan perbedaan tersebut. Pengasuhan
65 Wawancara dengan Ibu Tjondrowati Subiyanto selaku Ketua II sekaligus Koordinator Bidang Personalia YSI Jakarta, tanggal 9 November 2012, pukul 14:25 Wib.
54
berjalan sama pada semua anak. Walaupun sebenarnya anak-anak
tidak diajarkan langsung oleh pengasuh untuk mengenal ragam
budaya namun di sekolah mereka diperkenalkan ragam budaya dan
diajarkan untuk mencintai semua budaya Indonesia dan
menghargainya. Di Taman Anak Sejahtera anak-anak diajarkan untuk
mencintai dan menghormati perbedaan budaya, seperti ketika ada
kunjungan dari beberapa donator asing, anak-anak diajarkan untuk
bersikap ramah dan sopan kepada tamu kunjungan, juga diberi
pemahaman ahwa tamu kunjungan adalah orang yang berasal dari luar
negeri. Anak-anak juga diberi pengertian bahwa walaupun kita dengan
dia berbeda fisik dan bahasa mereka adalah orang yang baik.
Mengingat pengasuhan yang ada harus menjalankan fungsi sosial
budaya, maka sebaiknya anak-anak bukan hanya mendapatkan
pengertian tentang saling menghormati dan mencintai ragam budaya
dari sekolah tapi juga di dapatkan dari pengasuh, karena pengasuhlah
yang berperan sebagai pengganti orang tua.
c. Fungsi Cinta Kasih
Fungsi Cinta Kasih di Barito baru sebatas pada pemenuhan kebutuhan
dasar anak, seperti memberi makan, minum, mengurus kegiatan
sehari-hari. Mencintai dan mengasihi anak berarti juga harus
menyayangi memberikan perhatian yang lebih dari sekedar
pemenuhan kebutuhan, seperti ungkapan rasa sayang, belaian, pujian
ataupun nasehat pada anak.
55
Seperti diketahui bahwa anak terlantar merupakan anak yang tidak
mendapatkan kasih sayang sejak kecil dari orang tua kandung atau
kerabatnya. Hal ini juga diungkapkan oleh Ibu Tjondrowati
Subiyanto, bahwa:
“…mungkin orang tuanya tidak memberikan kasih sayang. Padahal anak dari lahir itu betul-betul membutuhkan kasih sayang dari orang tua, tapi dia tidak mendapatkan. Sehingga nanti sifatnya juga agak lain, karena dia haus akan kasih sayang. Itu dibawah sadarnya, mungkin bisa dengan cara negatif ya mencari perhatiannya, kalo bisa positif lebih bagus. Tapi kan kenyataanya kebanyakan engga”66
Mereka haus akan kasih sayang. Oleh karena itu pengasuh wajib
memberikan cinta dan kasih sayang seperti anak sendiri baik dalam
bentuk perhatian, pujian, belaian, ataupun pelukan. Penulis melihat
bahwa pengasuh jarang sekali memberikan pujian atau pelukan pada
anak ketika anak menurut, dan sangat mudah memarahi anak ketika
anak salah.
Bahwa seharusnya dalam proses pengasuhan fungsi cinta kasih ini
harus benar-benar diperbaiki karena inilah kebutuhan utama yang
mereka cari, sehingga mereka membuat ulah hanya untuk sekedar
mendapatkan perhatian. Dalam fungsi cinta-kasih ini pengasuhan
yang dijalankan di unit Barito harus dapat menciptakan dan
menghadirkan atmosfer kekeluargaan dan keterikatan yang mendalam
secara psikologis pada anak, dengan menghadirkan atmosfer cinta dan
kasih sayang, ikatan antara pengasuh dengan anak akan kuat.
66 Wawancara Pribadi dengan Ibu Tjondrowati Subiyanto, tanggal 9 November 2012
56
Dengan ikatan yang kuat antara anak dan pengasuh ini diharapkan
akan adanya sebuah tanggung jawab terhadap peran yang di jalankan,
seperti pengasuh yang memiiki ikatan kuat dengan anak secara
otomatis akan merasa bertanggung jawab dengan mengasuh dan
mendidik anak asuh dengan cinta dan kasih yang tulus dan memiiki
rasa tanggung jawab terhadap perkembangan anak tersebut.
Sedangkan anak asuh dengan ikatan yang kuat dengan pengasuh akan
membuat dia merasa untuk menjadi anak yang baik demi pengasuh
yang mencintainya.
Untuk memperbaiki fungsi ini pengasuhan yang dijalankan tidak
boleh melupakan pemberian cinta dan kasih sayang kepada anak
layaknya anak kandung. Pujilah mereka, peluk, dan belai mereka saat
mereka menjadi anak yang pintar dan nasehati mereka dengan lembut
saat mereka salah, ajarkan kebaikan dengan penyampaian yang halus
dan penuh kasih sayang. Dengan begitu anak akan merasa disayangi
dan akan merasa memiliki sosok yang menjadi tempatnya berlindung.
d. Fungsi Perlindungan
Fungsi perlindungan disini adalah sebagai terwujudnya rasa aman,
nyaman, damai dan adil diantara anak asuh. Sehingga setiap anak
akan merasa nyaman, dan aman bahwa Panti merupakan tempat yang
terbaik saat ini untuk mereka. Pada pengasuhan di barito fungsi
perlindungannya cukup baik, mereka selalu diawasi saat bermain
dihalaman depan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan,
57
mengingat daerah Panti merupakan daerah yang ramai dan rawan.
Perlindungan yang diberikan bukan hanya perlindungan terhadap
ancaman kejahatan tapi juga perlindungan terhadap pergaulan. Anak
merupakan peniru yang sangat unggul, dalam beberapa menit anak
bisa mengikuti apa yang dilihat dan didengarnya. Seperti perkatan
yang kurang baik, perilaku yang kurang baik yang dikhawatirkan akan
ditiru oleh anak. Untuk itu pengasuh harus selalu berusaha menjadi
contoh dan tauladan yang baik bagi anak.
Seperti Ibu Soemarmi marjono, selaku Ketua Umum yang juga
sependapat bahwa:
58
“...pengasuh itu merupakan figur yang yang bisa didatangi oleh anak kalau ada apa-apa...”67
Perlindungan terhadap rasa aman, nyaman, dan damai juga
diperhatikan oleh pengasuhan anak terlantar di Barito seperti pada saat
ada anak yang sikapnya berubah, dari yang sifatnya ceria, tiba-tiba
murung dan mudah menangis, pengasuh sering bertanya kepada anak
apa yang dia rasakan, mengapa murung, biasanya anak yang terlihat
perubahan sikapnya akan ditindak lanjuti. Tindak lanjut atas masalah
anak ini biasanya dicari tahu penyebab perubahan sikap pada anak,
bila masalah anak sudah diketahui maka pekerja sosial ataupun
pengasuh akan memberi pengertian-pengertian, agar apa yang
dipikirkan anak tidak berlarut-larut.
Dengan penanganan terhadap masalah anak, anak tersebut akan
merasa diperhatikan, merasa aman dan dibantu untuk menyelesaikan
masalahnya. Juga saat anak asuh ada yang saling bertengkar biasanya
bila kedua anak tidak mau mengalah dan sama-sama bersikeras, akan
dihukum dua-duanya dengan adil sebagai pelajaran bahwa bertengkar
adalah akhlak yang tidak baik dan terpuji.
Namun alangkah baiknya bila fungsi perlindungan ini ditingkatkan,
misalnya mengajak anak berinteraksi di luar panti namun tetap
diawasi dan diberikan nasehat agar anak-anak mengerti bahwa harus
hati-hati dimanapun kita berada.
67 Wawancara dengan Ibu Soemarmi marjono selaku Ketua Umum YSI Jakarta, tanggal
6 November 2012 pukul 13:35 Wib.
59
e. Fungsi Reproduksi
Pada fungsi ini pengasuhan diharapkan dapat mengajarkan anak untuk
hidup sehat. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Tjondrowati Subiyanto
bahwa:
“...pengasuh memiliki tugas untuk menjaga dan memeriksa kebersihan makanan dan pakaian anak-anak, dan melaporkan keadaan kesehatan kepada bagian kesehatan”68 Setiap anak pasti akan beranjak dewasa, dan setiap anak memiliki
masa keingin tahuan yang berkembang. Penulis melihat bahwa fungsi
reproduksi ini masih kurang diterapkan. Seharusnya untuk
pengetahuan reproduksi yang mendasar sekali adalah menjelaskan
bahwa perempuan itu berbeda dengan laki-laki, menjelaskan bahwa
laki-laki harus menghormati dan menghargai perempuan, dan
perempuan juga harus menghargai laki-laki. Pembiasaan seperti ini
dari kecil secara tidak langsung akan membuat anak paham bahwa
perempuan dan laki-laki berbeda dan harus saling menghargai dan
menjaga diri.
f. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan yang diberikan YSI terhadap anak memang baik,
diberikannya anak-anak kesempatan untuk bersekolah di Taman Anak
Sejahtera. Seperti dalam ungkapan Ibu Tjondrowati subiyanto bahwa:
“ dalam pendidikan, kita mengusahakan untuk mengembangkan pengetahuannya dengan menyekolahkannya dengan baik”69
68 Wawancara dengan Ibu Tjondrowati Subiyanto selaku Ketua II merangkap Koordinator Bidang Personalia YSI Jakarta, tanggal 9 November 2012, pukul 14:25 Wib. 69 Ibid.
60
(Lampiran foto 2: Anak-anak Barito sedang belajar dengan gurunya)
Namun fungsi pendidikan yang diberikan oleh pengasuh sangat
kurang. Seperti layaknya sebuah keluarga, dimana orang tuanya
membantu anak untuk mengulas pelajaran-pelajaran disekolahnya,
pengasuh juga harus memainkan peran tersebut. Memberikan atau
membantu anak untuk memahami pelajaran disekolahnya dapat
membuat anak merasa diperhatikan, dan pengulasan materi tersebut
dapat membantu anak untuk lebih memahaminya.
Selain aspek pendidikan formal terdapat beberapa aspek yang kurang
diperhatikan seperti aspek pendidikan akhlak. Dalam pendidikan
akhlak anak, penulis melihat pengasuhan yang dijalankan kurang
peka, hal itu terlihat pada perilaku anak-anak yang sering
mengganggu temannya sendiri, anak-anak senang sekali
menggangggu temannya yang sedang belajar, seperti mengambil
pensil temannya, membuat temannya menangis. Sebenarnya pada
kejadian tersebut walaupun merupakan hal yang sepele menjadi
sangat penting dampaknya. Anak-anak akan saling membalas
61
perlakuan jahil yang dilakukan temannya yang lama-kelamaan akan
menjadi kebiasaan pada anak tersebut.
Fungsi pendidikan yang diberikan langsung dalam proses pengasuhan
akan membantu proses pendidikan di sekolah berjalan efektif, juga
akan memnjadikan anak memiliki akhlak yang mulia, dan mampu
menjalin ikatan yang baik dengan semua orang, ada banyak manfaat
ketika dalam proses pengasuhan juga dijalankan fungsi pendidikan.
Karena pendidikan yang diberikan pun bukan hanya aspek pendidikan
formal, tapi juga aspek pendidikan akhlak.
g. Ekonomi
Penulis melihat bahwa fungsi ekonomi dalam pengasuhan di Barito
sangat kurang, misalnya saja dengan pemberian barang-barang
kebutuhan pada anak. Anak-anak diberikan barang-barang
kebutuhannya namun tidak di berikan pemahaman bahwa barang yang
dimiliki harus dijaga, dirawat. Sehingga barang-barang mereka sering
sekali rusak, seperti alat tulis, atau perlengkapan sekolah. Pensil yang
mudah hilang atau patah, tas yang mudah sobek, mainan cepat rusak.
Pada saat barang mereka rusak, mereka langsung mendapat gantinya,
dan hanya di marahi bila barangnya rusak, seharusnya diajarkan
bagaimana cara penggunaannya, fungsinya, dan bila anak tidak bisa
menjaga barang miliknya dengan baik, jangan langsung diberikan
yang baru tapi dibiarkan dulu beberapa hari dan berikan pengertian
62
agar mereka mengerti dan merasa bahwa barang tersebut sangat
penting dan berguna jadi harus dijaga dengan baik.
Penanaman nilai ekonomis sederhana seperti itu sangat bermanfaat
untuk membentuk gaya hidup anak kedepannya. Mereka merupakan
anak terlantar yang kaerna suatu sebab tidak dapat terpenuhi
kebutuhan dasarnya dengan wajar.70 Karena mereka merupakan anak
terlantar di Panti yang pada dasarnya harus dipersiapkan untuk
mandiri, dan tidak mungkin mengandalkan bantuan dari pihak lain,
penanaman nilai ekonomis dan berusaha kerasa sangat diperlukan.
h. Lingkungan
Dalam prakteknya penulis melihat bahwa penenaman fungsi
lingkungan masih kurang, karena anak-anak jarang sekali di bawa
keluar untuk diajarkan bagaimana caranya berinteraksi di luar,
bertemu dengan orang banyak. Biasanya anak-anak hanya berinteraksi
di dalam panti dengan orang lain yang berkunjung ke panti. Anak-
anak harus diajarkan bagaimana berinteraksi dengan orang di luar
panti dengan suasana di luar panti, anak-anak juga harus diberikan
pemahaman mengenai lingkungan, agar bersahabat dengan banyak
orang dan juga mencintai alam.
Dengan mengajak anak untuk berinteraksi di luar, dapat membuat
anak menjadi pribadi yang percaya diri, memiliki sikap persaudaraan
yang erat, mudah bergaul, juga memberikan refreshing pada anak
70 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h. 212.
63
untuk mengenal lingkungan alam dan apa yang di luar panti. Masa
kanak-kanak merupakan masa yang paling menentukan bagaimana
karakter seorang individu nantinya. Oleh karena itu menjalankan
fungsi lingkungan pada anak sejak kecil mempengaruhi kepribadian
anak. Sebagai pengasuh wajib mengenalkan lingkungan yang baik
pada anak, agar memberikan hal positif bagi anak.
Melihat delapan fungsi keluarga pada pengasuhan di Panti YSI Jakarta
unit Barito terdapat enam fungsi yang kurang berjalan dengan baik seperti fungsi
agama, cinta kasih, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan.
B. Fungsi Keluarga Pada Pengasuhan Anak Terlantar di Yayasan Sayap
Ibu Unit Cirendeu
Pengasuhan di Panti YSI Jakarta unit Cirendeu ini dijalankan oleh dua
orang pengasuh, dimana dua pengasuh ini adalah pasangan suami isteri yang
tinggal untuk menjaga, merawat dan mengasuh 6 anak laki-laki di Cirendeu yang
berusia Sekolah Dasar. Dalam Teori Keluarga Pengasuhan semacam ini termasuk
ke dalam bentuk keluarga non-tradisional dengan tipe foster family, yaitu
keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam
waktu sementara.71
Sebagaimana penjelasan dari Ibu Soemarmi Marjono selaku Ketua Umum
Yayasan Sayap Ibu Jakarta bahwa:
71 Apriyani Puji Hastuti, “Peran Keluarga Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak,” diakses pada 24 Januari 2013 dari http://apriyanipujihastuti.wordpress.com/2012/07/09/peran-keluarga-dalam-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak/
64
“Jadi anak-anak itu berada di dalam lingkungan yang dibuat seperti keluarga, mengerjakan semua bersama-sama, meskipun mereka tidak tau keluarga atau bukan. Yang tua diajarkan untuk bisa membina adik-adiknya”72
Pengasuhan Berbasis Keluarga adalah Pengasuhan pada anak dengan
menempatkan atau mengkondisikan anak asuh dalam keluarga pengganti.
Sebagaimana pada Bab II bahwa keluarga asuh merupakan keluarga yang
memiliki ciri khas. Oleh karena itu Pengasuhan Berbasis Keluarga adalah sebuah
Pengasuhan yang unik, karena sangat kental dengan nilai kekeluargaan dan
fungsi keluarga pada umumnya. Adapun delapan fungsi Keluarga menurut
BKKBN73 dalam Pengasuhan Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu yaitu:
a. Fungsi Agama
Keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berakhlak dan
berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya74.
Dalam fungsi Agama ini pengasuh berkewajiban mendidik anak agar
menjadi anak yang soleh. Dalam fungsi ini cukup baik, karena anak
asuh juga diajarkan membaca iqro dan diajarkan akidah-akidah islam
oleh guru mengaji, pengasuh pun juga mendukung fungsi ini seperti
mengingatkan anak-anak untuk solat berjamaah.
72 Wawancara Pribadi dengan Ibu Soemarmi Marjono selaku Ketua Umum Yayasan
Sayap Ibu Jakarta, tanggal 6 November 2012 pukul 13:35 Wib. 73 BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, “Delapan Fungsi Keluarga
Wahana Menuju Keluarga Sejahtera,” artikel diakses pada 24 Januari 2013 dari http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=35
74 Ibid., h. 77.
65
(lampiran foto3: Anak-anak dibiasakan untuk solat berjamaah)
Karena dalam mendidik, bukan saja memberikan ilmu pengetahuan
pada anak, tapi juga mengajarkan, mencontohkan kesopanan, budi
pekerti yang baik, manusia yang beradab, menjaga jasmani dan
rohani, bersosialisasi, serta beribadah dengan taat.
Seperti dalam Hadits Riwayat Muslim yang berbunyi:
هانجسمي أو هانرنصي أو هانودهي اهوط فأبالف،ةر لىع لدوإال ي لودوم نا مم
“Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi...”75.
Hadits tersebut menerangkan bahwa Pengasuh harus mendidik,
mencontohkan, serta membawa anak ke dalam lingkungan yang baik,
agar menjadi baik. Sebaliknya jika anak dididik, dicontohkan dan
75 Hidayat Ma'ruf, “Memahami Perkembangan Anak Untuk Pengasuhan Yang Lebih
Baik,” artikel diakses pada 5 November 2012 dari http://hidayah-ilayya.blogspot.com/2012/01/memahami-perkembangan-anak-untuk_21.html
66
ditempatkan pada lingkungan yang buruk, maka akan buruk pula
perangai dan hatinya.
Dalam memberikan contoh pada fungsi agama ini pengasuh selalu
mengajarkan anak-anak untuk solat berjamaah, dan pengasuh selalu
membiasakan anak-anak untuk selalu berdoa setelah solat berjamaah.
Salah satu manfaat fungsi agama ini adalah dalam menjadikan ajaran
agama sebagai pedoman hidup bagi anak-anak, seperti saat pengasuh
mengajarkan dan memberikan nasehat kepada anak bahwa jujur
adalah bekal untuk masa depan, dan tekun sebagai kunci kesuksesan.
Untuk itu dalam mengasuh, pengasuh hendaknya bersabar, ikhlas
mendidik anak agar soleh, dan menjadi suri tauladan yang baik bagi
anak. Karena hal apapun yang kita kerjakan di Dunia akan dimintai
pertanggung jawaban kelak oleh Allah SWT.
Sebagaimana yang ditegaskan dalam riwayat Ibnu Umar r.a.
Rasulullah SAW berkata:
هتيعر نئول عسم كلكماع ور كلكم
“Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggung jawaban”76
b. Fungsi Sosial Budaya
Dalam Prakteknya Pengasuh tidak membeda-bedakan pengasuhan
kepada anak berdasarkan sukunya, pengasuh mengajarkan
kebersamaan bahwa anak-anak yang ada dipanti adalah sama dan
76 Muchlis M Hanafi, ed., Pembangunan Generasi muda (Tafsir Al-Qur’an Tematik), h.
173.
67
mereka adalah saudara. Dalam fungsi ini pengasuh bukan hanya
mengajarkan kepada anak untuk saling menghormati budaya masing-
masing diantara mereka tapi juga kepada orang lain. Namun walaupun
mereka diajarkan bahwa mereka adalah sama dan tidak membeda-
bedakan budaya, mereka juga diajarkan untuk mencintai budaya
Indonesia, misalnya anak-anak bukan hanya dibelikan kaset CD
kartun atau lagu-lagu anak-anak tapi juga disediakan kaset-kaset
dalam lagu bahasa jawa.
Pada saat anak-anak bermain dengan teman sebayanya di luar panti
pengasuh juga selalu mengingatkan untuk bermain dengan baik,
jangan bersikap semena-mena. Pengasuhan dalam fungsi sosial
budaya ini walaupun orang disekitar kita berbeda-beda budayanya,
kita harus tetap dapat menjalin hubungan dan bersosialisasi yang baik
kepada mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak membeda-bedakan budaya
dan mencintai, menghargai budaya yang ada disekitarnya.
c. Fungsi Cinta Kasih
Penulis menilai bahwa fungsi cinta kasih di Panti Sayap Ibu unit
Cirendeu ini sangat kurang, karena dalam praktek pengasuhan,
pengasuh tidak menunjukkan kasih sayang dan perhatiannya seperti
memeluk anak, membelai anak, memuji dengan lembut. Sebenarnya
justru fungsi inilah yang menjadi sangat penting dalam menjalankan
semua fungsi, sebagaimana kita tahu bahwa yang sangat dirindukan
68
oleh anak-anak di panti adalah kasih sayang dari orangtua. Sejak kecil
mereka tidak merasakan kasih sayang dari orangtuanya, juga tidak
merasakan kasih sayang dari pengasuhnya.
Pengasuh hanya sekedar menjaga dan merawat anak-anak di Panti,
namun tidak dapat memberikan kasih sayang dan menganggap mereka
seperti anak kandungnya sendiri. Penilaian Penulis sesuai dengan
pernyataan Ibu C.E Doods selaku Koordinator Perawatan Panti
Cirendeu, bahwa:
“Pengasuh di Cirendeu ini sayangnya bukan orang terlatih, jadi mereka tidak bisa memberikan kasih sayang pada anak. Harusnya anak itu dapat kasih sayang, mereka berperan dalam dua figur, sebagai Ibu dan Bapak. Jadi mereka itu disini rasanya terombang-ambing”77
Penjelasan tersebut juga didukung dengan perasaan yang diutarakan
oleh Ibu Ummi sebagai Pengasuh Cirendeu, bahwa:
“saya sayang ya….sayang, saya itu suka mikir anak ini itu ga ada orang tuanya, dia ga dapat kasih sayang dari orang tuanya, tapi kalo udah nakal itu saya ya biasa aja, ya pokoknya biasa aja, ya gimana orang anaknya juga nakal sekali”78 Kurangnya nilai cinta-kasih pada pengasuhan di unit Cirendeu ini
menimbulkan dampak seperti kurangnya tanggung jawab anak sebagai
anak dalam bersikap dan berakhlak baik, merasa tidak disayangi.
Perasaan lekat dengan pengasuh tidak ada.
Seharusnya fungsi cinta kasih dalam Pengasuhan Berbasis Keluarga
ini dapat membuat anak merasa tentram berada di dalam pengasuhan
77 Wawancara Pribadi dengan Ibu C.E Dodds selaku Koordinator Bidang Perawatan Panti Cirendeu di Panti Yayasan Sayap Ibu Jakarta, tanggal 3 Desember 2012 pukul 13:42 Wib.
78 Wawancara Pribadi dengan Ibu Ummi selaku Pengasuh di Panti Sayap Ibu Cirendeu, tanggal 7 Desember 2012 pukul 12:25 Wib.
69
kedua orag tua, meskipun bukan orang tua kandungnya sendiri,
pengasuhan yang diberikan menggunakan pendekatan keluarga, dan
hanya sedikit menyinggung bentuk-bentuk pengasuhan lain seperti
adopsi, pola anak asuh, serta anak-anak yang berada di dalam rumah.
d. Fungsi Perlindungan
Keluarga sebagai wahana atau tempat memperoleh rasa aman,
nyaman, damai dan tentram bagi seluruh anggota keluarga sehingga
terpenuhi kebahagiaan batin, juga secara fisik keluarga harus
melindungi anggota keluarganya supaya tidak kelaparan, kehausan,
kedinginan, kepanasan, kesakitan, dan lain-lain.
Dalam kaitannya dengan fungsi perlindungan, pengasuh cukup
melindungi anak-anak di Cirendeu. Jika anak-anak bermain di luar
panti dengan anak tetangga selalu diawasi agar tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan. Seperti kita ketahui sekarang marak sekali kasus
penculikan anak untuk dijadikan pekerja anak. Untuk itu pengasuh
tidak sembarangan melepas anak-anak untuk bermain di luar Panti.
Hal tersebut juga diungkapkan dengan Bapak Hadi sebagai Pengasuh
mereka, bahwa:
“Kadang-kadang itu suka saya ingetin jangan main kelamaan diluar panti, takutnya itu ada orang jahat apa gimana gitu. Kadang-kadang suka anak tetangganya aja yang saya undang main ke Panti, jadi mainnya kadang di dalam panti”79
79 Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi selaku Pengasuh di Panti Yayasan Sayap Ibu
Cirendeu, tanggal 7 Desember 2012 pukul 12:25 Wib.
70
Dengan perhatian seperti ini anak akan merasa diberikan penjagaan
dari pengasuhnya. Akan tercipta rasa aman, nyaman, dan adil bagi
anak-anak karena tidak dihiraukan begitu saja.
e. Fungsi Reproduksi
Fungsi Reproduksi ini mengajarkan untuk hidup sehat, dan merupakan
aspek yang sangat penting. Fungsi ini bertujuan untuk memastikan
anak dalam kondisi yang sehat. Seperti kesehatan anak yang baik
perlu di perhatikan, agar tidak mudah terserang penyakit. Diberikan
vitamin sebagai penambah daya tahan tubuh agar anak sehat dan dapat
menjalankan aktivitasnya dengan baik.
Penulis melihat bahwa perawatan anak cukup baik, hal ini terbukti
bahwa pengasuh rutin memberikan vitamin untuk menambah daya
tahan tubuh anak agar tidak mudah terserang penyakit80.
Hasil observasi tersebut juga sesuai dengan pernyataan Ibu Ummi
selaku Pengasuh di Panti Sayap Ibu Cirendeu, bahwa:
“anak-anak itu setiap hari saya berikan vitamin, supaya dia ga gampang sakit, kadang vitamin sirup, kadang vitamin yang tablet, sehari itu satu kali minum vitamin, setiap pagi biasanya”81
Fungsi reproduksi yang dijalankan bukan hanya kesehatan fisik anak
saja, melainkan juga cara hidup sehat dan mengerti tentang kesehatan
reproduksinya. Dalam kaitannya dengan kebiasaan hidup sehat
pengasuh melarang anak-anak untuk tidak terlalu sering
80 Observasi tanggal 8 Januari 2012 81 Wawancara Pribadi dengan Ibu Ummi selaku Pengasuh di Panti Sayap Ibu Cirendeu,
tanggal 7 Desember 2012 pukul 12:25 Wib.
71
mengkonsumsi air dingin atau sirup karena takut terkena flu dan
batuk. Anak-anak diajarkan beberapa makanan yang harus
diperhatikan agar tidak mudah terserang penyakit. Dalam aspek
memberikan pengertian tentang kesehatan reproduksinya pengasuh
menghimbau bahwa jangan terlalu dekat dengan teman sebaya lawan
jenis, karena terlalu dekat dengan teman sebaya lawan jenis adalah hal
yang kurang baik. Anak-anak diberi pengertian bahwa sudah besar,
jadi harus menghormati perempuan, bahwa perempuan itu harus
dilindungi dan dijaga.
f. Fungsi Pendidikan
Penulis menilai bahwa fungsi pendidikan yang terdapat pada Panti
Sayap Ibu Cirendeu kurang berjalan dengan baik, karena pengasuh
tidak terjun langsung membantu anak belajar dan mengerjakan PR
(Pekerjaan Rumah). Hal tersebut karena keterbatasan pengasuh dalam
penguasaan materi. Anak-anak belajar dan mengerjakan PR bersama
Guru privatnya. Sedang itu penulis tidak melihat pengasuh menemani
atau mendampingi anak belajar dengan Guru privatnya, akibatnya
anak menjadi tidak tenang dalam belajar karena bermain dan lari-
larian82. Hal tersebut juga diakui oleh Bapak Hadi sebagai Pengasuh
di Panti Sayap Ibu Cirendeu, bahwa:
82 Observasi tanggal 28 September 2012
72
“saya itu memang engga nungguin anak belajar, karena takut mengganggu gurunya ngajar, jadi kalo anak-anak lagi belajar ya saya tinggal aja sama gurunya”83 Pada pendidikan akhlak penulis melihat kurang terkontrol dengan baik
karena seperti saat belajar yang seharusnya anak-anak duduk
berkonsentrasi dengan materi yang diberikan oleh guru privat, mereka
lari-larian kesana kesini, tidak memperhatikan materi dan sangat sulit
diatur.
(Lampiran foto 4: Anak-anak saat belajar dengan guru privat tanpa
pengawasan dari pengasuh)
Padahal pendampingan disaat anak belajar dapat membuat anak duduk
tenang, sehingga konsentrasi anak pun terjaga. Sikap anak-anak pun
saat belajar akan lebih menghargai guru privatnya.
83 Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi selaku Pengasuh di Panti Yayasan Sayap Ibu
Cirendeu, tanggal 7 Desember 2012 pukul 12:25 Wib.
73
g. Fungsi Ekonomi
Fungsi Ekonomi disini adalah untuk mendidik keluarga untuk hidup
efisien, ekonomis, dan rasional. Dalam panti, kebutuhan dasar anak
seperti sandang, pangan dan papan anak terjamin. Makanan bergizi
selalu tersedia, peralatan sekolah selalu tersedia, pakaian bagus,
transportasi memadai. Hal ini membuat anak-anak kurang
bertanggung jawab atas barangnya. Misalnya tas rusak dalam
seminggu, pinsil sering hilang, sepatu dalam jangka waktu sebulan
rusak dan langsung diganti84.
Cara tersebut tidak mendidik anak untuk hidup efisien. Mereka
menggunakan barang seenanknya, tidak merawatnya sehingga mudah
rusak. Jika rusak mereka langsung mendapat gantinya.
h. Fungsi Lingkungan
Anak membutuhkan kehidupan bersosialisasi, belajar bermasyarakat
dan bermain dengan teman sebaya. Bersosialisasi dan bermasyarakat
merupakan bagian dari perkembangan. Melalui interaksi sebayalah
anak-anak dan remaja belajar bagaimana berinteraksi dalam hubungan
yang simetris dan timbal balik85.
Fungsi sosialisasi anak sangat baik, karena pengasuh juga
memberikan kesempatan untuk bermain dengan anak-anak yang
tinggal disekitar panti (anak tetangga). Pengasuh memberikan
kesempatan pada anak untuk bermain disekitar lingkungan panti
84 Observasi tanggal 13 Desember 2011 85 John W Santrock, Perkembangan Anak, h. 205.
74
dengan anak-anak tetangga agar mereka pandai bersosialisasi dan
tidak jenuh berada dalam panti. untuk menghindari anak bermain
terlalu jauh, terkadang pengasuh juga mengajak anak-anak luar panti
untuk bermain di dalam panti86.
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak Hadi selaku
Pengasuh di Panti Sayap Ibu Cirendeu, bahwa:
“ya kadang-kadang saya kasih mereka main diluar, sama anak-anak tetangga. Biasanya main bola di lapangan bawah sana. Atau engga kadang-kadang main disini. Kaya ada ulang tahun anak kemarin itu, sengaja saya panggil anak tetangga main kesini makan-makan ulang tahun anak panti”87
(Lampiran foto 5: Saat anak-anak mengadakan acara ulang tahun dan
mengundang salah satu anak tetangga Panti unit Cirendeu)
Sejauh ini kemampuan anak dalam bersosialisasi pun sangat baik,
mereka bisa beradaptasi dengan orang baru, tidak canggung bermain
dengan teman sebaya yang berasal dari luar panti. mereka juga tidak
minder bermain dengan anak lain. Anak-anak menggali prinsip
86 Observasi tanggal 10 Oktober 2011 87 Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi selaku Pengasuh di Panti Yayasan Sayap Ibu
Cirendeu, tanggal 7 Desember 2012 pukul 12:25 Wib.
75
keadilan dan kebaikan dengan menghadapi perselisihan dengan
sebaya88.
Meski Pengasuhan di Panti unit Cirendeu ini unik dan bagus, yaitu
berbasis keluarga, namun dari delapan fungsi keluarga terdapat tiga fungsi
keluarga yang kurang berjalan optimal, seperti fungsi cinta kasih, fungsi
ekonomi, fungsi pendidikan. Sebenarnya berjalannya fungsi keluarga pada
pengasuhan itu sangat penting guna terpenuhinya kebutuhan dan hak anak.
Setelah melihat fungsi keluarga pada pengasuhan di Panti unit Barito dan
Cirendeu, fungsi keluarga pada Panti unit Cirendeu lebih tercapai karena
menggunakan pengasuhan berbasis keluarga sehingga ada beberapa faktor yang
membuatnya lebih tercapai fungsinya seperti kehadiran dua sosok pengganti ayah
dan ibu, sehingga membentuk struktur keluarga yang utuh. Struktur keluarga
yang utuh ini meskipun fungsi cinta kasih kurang berjalan namun bimbingan
yang diberikan oleh sosok seorang ayah di Cirendeu menambah potensi tersendiri
bagi anak asuh.
Pengasuh sering memberikan anak bimbingan, berupa motivasi, nasehat,
renungan yang mengajarkan untuk menjadi orang yang baik, jujur, rajin belajar .
Penulis juga melihat bahwa pengasuh terkadang juga menggambarkan kehidupan
masa depan untuk memotivasi anak agar giat belajar dan menjadi orang yang
baik89. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Bapak Hadi selaku Pengasuh Panti
Sayap Ibu Cirendeu, bahwa:
88 John W Santrock, Perkembangan Anak, h. 206. 89 Observasi tanggal 28 September 2012
76
“ya lumayan, anak-anak itu juga suka saya kumpulin, saya nasehatin, ceramahin rame-rame, supaya mereka bisa mikir, jangan jadi anak yang nakal, rugi kalo jadi anak yang nakal, bersyukur kita disini itu hidup enak, jadi harus rajin belajar biar nanti kalo sudah besar bisa jadi orang. Saya kasi tau gitu supaya anak-anak itu bersyukur, ga nakal, kesalahan-kesalahannya itu ga diulang lagi”90
Agar lebih jelasnya, penulis membuat tabel fungsi keluarga di Barito dan
Cirendeu, sebagai berikut:
(Tabel 7: Fungsi Keluarga Pada Pengasuhan Anak Terlantar di YSI
Jakarta)
No.
Fungsi Keluarga Fungsi Keluarga Pada Pengasuhan di Barito
Fungsi keluarga Pada Pengasuhan di Cirendeu
1. Fungsi Agama Fungsi agama kurang beralan dengan baik karena kurangnya penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak, seperti memperkenalkan dan mengajarkan anak untuk berwdhu, solat, membaca iqro, juga aspek agama pada nilai-nilai luhur agama sebagai pedoman hidup seperti kesabaran, kejujuran.
Fungsi agama pada unit Cirendeu cukup baik, pada pelaksanaannya anak-anak diajarkan mengaji (iqra) oleh guru mengaji, juga diajarkan tata cara solat. Sedangkan pengasuh sendiri mendukung fungsi agama dengan mengajarkan anak dan membiasakan untuk solat berjamaah, dan mewajibkan anak berdoa setelah selesai solat berjamaah.
2. Fungsi Sosial-Budaya
Fungsi sosial dan budaya yang dijalankan dalam pengasuhan anak terlantar cukup baik, dalam prakteknya anak-anak diajarkan untuk mengenal berbagai macam budaya dan dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain, tapi anak juga diajarkan untuk menghargai dan menghormati berbagai macam budaya, seperti
Seperti Fungsi sosial-budaya di Barito, pada unit Cirendeu aspek sosial-budaya juga berjalan dengan baik. Pada anak seusia sekolah dasar anak-anak tetap diberikan kesempatan untuk dapat belajar bersosialisasi dan menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya mereka di luar Panti, misalnya tetangga Panti. mereka juga diajarkan untuk bersikap baik pada semua
90 Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi selaku Pengasuh di Panti Sayap Ibu Cirendeu,
tanggal 7 Desember 2012 pukul 12:25 Wib.
77
ketika anak-anak bertemu dengan tamu kunjungan dari luar negeri, mereka diajarkan untuk menyayangi dan menghormati tamu tersebut dan diajarkan walaupun berbeda bahasa dan fisiknya namun mereka adalah orang yang baik.
orang, siapapun orangnya, baik yang kaya, miskin, ataupun budayanya berbeda, penanaman nilai tersebut biasanya pengasuh berikan data pengasuh sedang memeberikan nasehat dan mengobrol pada anak-anak.
3. Fungsi Cinta Kasih Fungsi Cinta Kasih pada unit Barito sangat kurang sekali. Pengasuhan yang berjalan baru sebatas perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar anak, seperti mengurus anak-anak sehari-hari, memberi makan, memandikan, mengantar sekolah, menidurkan. Namun ikatan batin yang terjalin sangat kurang, contohnya seperti membelai anak, memuji anak yang pintar, ataupun mengajak anak bermain dengan kehangatan sebagai seorang ibu.
Begitupun yang terlihat pada fungsi cinta kasih di Cirendeu. Pengasuh terus terang pada perasaan afektifnya dengan anak-anak. Pengasuh hanya sayang pada sebatas kewajiban untuk memenuhi dan mengurus segala kebutuhan anak-anak. Terlepas dari kasih sayang pada anak dengan tulus, terlepas dari mengurus karena memiiki tanggung jawab moral dalam membesarkan dan mendidik anak asuh.
4. Fungsi Perlindungan
Pada fungsi perlindungan di unit Barito berjalan dengan baik, mulai dari ancaman kejahatan yang mungkin terjadi seperti mengawasi anak-anak bermain saat di halaman depan Panti. juga ketika anak-anak ada masalah sehingga terjadinya perubahan sikap. Penanganan pada anak yang sikapnya berubah cukup baik, dicari tahu masalahnya dan dibantu untuk menyelesaikan masalahnya.
Fungsi perlindungan pada unit Cirendeu juga baik. Pada fungsi ini pengasuh memberikan proteksi yang cukup ketika ank-anak bermain di luar panti dengan teman sebayanya. Pengasuh mengawasi anak-anak bermain dari jauh dan terkadang untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan pengasuh yang mengajak teman sebayanya bermain ke dalam Panti, agar anak asuh dapat bermain di dalam Panti dengan aman. Selain memprotek anak dari kejadian yang tidak diinginkan.
5. Fungsi Reproduksi Fungsi reproduksi di unit Barito cukup baik, dalam
Fungsi reproduksi pada unit Cirendeu juga berjalan dengan
78
pengasuhan anak diajarkan untuk dapat mengerti perbedaan perempuan dan laki-laki, selain itu anak-anak juga diajarkan untuk hidup sehat seperti asupan makanan, cara hidup sehat seperti menggosok gigi dan kebiasaan hidup bersih.
baik. Pengasuh mengajarkan pada anak untuk dapat menjaga diri, menghormati dan bersikap sopan pada teman sebaya lawan jenis. Selain diberikan pengertian tersebut anak asuh juga dibiasakan untuk hidup sehat, biasanya pengasuh memberikan vitamin pada anak-anak secara rutin setiap hari. Agar anak tidak mudah terserang penyakit.
6. Fungsi Pendidikan Fungsi pendidikan yang terjadi pada pengasuhan di Barito memang baik, yaitu memberikan pendidikan formal pada anak-anak, namun pengembangan intelejensi hanya didapatkan di sekolah. Pengasuh tidak mengulas kembali materi yang diberikan disekolah, sehingga anak-anak sering lupa pada apa yang diajarkan sebelumnya. Pada pendidikan akhlak pengasuh kurang peka, seperti kebiasaan anak yang sering bertengkar, berebut mainan, dan saling membalas dendam.
Funsi pendidikan di Cirendeu kurang berjalan dengan baik. Memang anak asuh diberikan pendidikan formal, namun pendidikan bukan hanya bicara soal pendidikan formal,tapi peran pengasuh juga harus ada di dalamnya. Pengasuh harus mengetahui perkembangan pengetahuan anak sampai dimana, dan membantu anak untuk menangkap materi pelajaran dengan baik.
7. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi pada pengasuhan di Barito kurang berjalan dengan baik, seperti penanaman nilai hidup ekonomis pada anak kurang diperhatikan. Anak-anak tidak memiiki kesadaran dalam memakai barang-barang yang dimilikinya, tidak bertanggung jawab. Mereka berpikir bahwa jika barang miliknya rusak seperti peralatan sekolah, maka
Begitu pula fungsi ekonomi pada unit Cirendeu. Kurang berjalan dengan baik. Sama seperti fungsi ekonomi di Barito, anak-anak kurang memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap peralatan sekolah miliknya. Sehingga barang-barang yang baru, hanya selang seminggu atau sebulan sudah rusak karena tidak dirawat dengan baik.
79
pihak Panti akan langsung menggantinya dengan yang baru
8. Fungsi Lingkungan Fungsi lingkungan yang berjalan pada unit Barito kurang berjalan dengan baik, karena kurangnya kesempatan anak-anak untuk mengenal dunia luar dan bersosialisasi dengan berbagai macam pengetahuan yang ada di luar panti, seperti pengetahuan alam, tentang pengetahuan umum, seperti mengenal rambu-rambu lalu lintas, tempat-tempat umum.
Fungsi lingkungan pada unit Cirendeu juga kurang berjalan dengan baik. Anak-anak dengan jadwal yang padat membutuhkan rekreasi. Mereka menjalani hari-harinya dimulai dengan bangun sangat pagi, sampai sore hari yang harus mengikuti les privat. Mereka baru bisa beristirahat dan mencari hiburan di malam hari. Untuk seusia mereka jadwal yang sangat padat seperti itu cuup membuat mereka jenuh. Jika mereka merasa jenuh otak mereka pun akan sulit menerima materi pelajaran, karena kurang istirahat.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsi keluarga pada pengasuhan sangatlah penting, karena Panti sosial
merupakan lembaga yang memiliki fungsi sebagai pengganti peran orang tua dan
pengganti keluarga bagi anak-anak terlantar yang tidak terpenuhi kebutuhan dan
haknya. Oleh Karena itu pengasuhan yang dijalankan harus memenuhi fungsi
keluarga.
Panti Sayap Ibu di Barito menggunakan Gaya Pengasuhan Demokratis
namun mengalami kendala karena kemampuan pengasuh yang tidak memadai.
Fungsi keluarga yang dijalankan pada pengasuhan Panti unit Barito sangat belum
maksimal, terdapat enam fungsi yang dikatakan belum berhasil seperti fungsi
agama, cinta kasih, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan.
Ditemukan perbedaan pada pengasuhan di Barito, Pengasuhan Panti
Sayap Ibu unit Cirendeu terdapat 2 orang pengasuh dimana dua pengasuh itu
adalah pasangan suami isteri yang berperan sebagai kedua orang tua yang
mengasuh 6 orang anak laki-laki. Bentuk keluarga non-tradisional dengan tipe
foster family, dimana sebuah keluarga atau pasangan suami isteri menerima dan
mengasuh anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu
sementara. Pengasuhan semacam ini berbasis keluarga yang memang benar
menjalankan fungsinya sebagai sebuah keluarga.
81
Meskipun Pengasuhan berbasis keluarga yang dijalankan oleh panti unit
Cirendeu ini belum mampu mencapai fungsi keluarga secara lengkap namun
lebih baik dari fungsi keluarga yang dijalankan di Barito. Terdapat tiga fungsi
keluarga yang belum berjalan dengan optimal, yaitu fungsi pendidikan, cinta
kasih dan ekonomi. Keberhasilan fungsi keluarga pada pengasuhan berbasis
keluarga yang dijalankan oleh unit Cirendeu ini salah satu faktornya adalah
struktur keluarga yang dianut dan kelengkapan hadirnya sosok kedua orang tua
yang memberikan dampak positif tersendiri pada anak asuh, mereka tidak hanya
mendapatkan pengasuhan dari figur ibu namun juga mendapatkan bimbingan dari
figur ayah.
B. Saran
Melihat temuan dan analisis yang penulis dapatkan pada pola pengasuhan
di Yayasan Sayap Ibu Jakarta, Penulis memiliki beberapa saran yang sekiranya
dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki Pengasuhan yang ada,
sebagai berikut:
1. Menjadikan pengasuhan di Barito berbasis keluarga, agar tercapainya
fungsi keluarga yang lebih baik pada pengasuhannya. Serta
melengkapi anak asuh dengan figur yang lengkap.
2. Meningkatkan pengasuhan berbasis keluarga seperti perbaikan pada
fungsi pendidikan, ekonomi, dan cinta kasih agar terwujud fungsi
keluarga seutuhnya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasan, M Yusuf. Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: Darul Haq, 1998.
Brosur Yayasan Sayap Ibu Jakarta
Direktorat Kesejahteraan Anak. Pedoman Oprasional Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). Jakarta: Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2011.
Direktorat Pelayanan Sosial Anak. Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita. Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia, 2009.
Hanafi, M Muchlis, ed. Pembangunan Generasi Muda (Tafsir Al-Qur’an Tematik). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011.
Hoesin, Iskandar. “Perlindungan Terhadap Kelompok Rentan.” Seminar Pembangunan Hukum Nasional ke VIII di Bali, 14-18 Juli 2003.
Kamil, Ahmad. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia, Nomor 30/HUK/2011, Tentang Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Anak, 2011.
Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Nomor 193/MENKES-KESSOS/III/2000, Tentang Standardisasi Panti Sosial,2000.
Kusmono, ed. “Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial.” Jakarta: IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006.
Laporan Triwulan II April-Juni Yayasan Sayap Ibu Jakarta Tahun 2010.
Lestari, Sri, Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana, 2012.
Meleong, J Lexi. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Modul Pelatihan Child Protection Initiative (CPI), Perlindungan Anak dan Good Parenting: Pelaihan Bagi Dosen dan Pelatih yang Bekerja Dengan Anak, Pengasuh, dan Keluarga di Indonesia. Bandung: Save The Children, 2010.
Salim. Syarah Bulughul Maram Hadits Hukuk-Hukum Islam. Surabaya: Halim Jaya, 2005.
84
Santrock, W John. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga, 2007.
Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana, 2010.
Undang-Undang No.23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, Tentang Sistem Pembangunan Nasional.
Internet :
Anggriawan, Fiddy. “Setahun, 186 Bayi Dibuang di Jabodetabek.” artikel diakses pada 11 Februari 2012 dari http://news.okezone.com/read/2011/12/20/338/544958/setahun-186-bayi-dibuang-di-jabodetabek
Apriyani Puji Hastuti, “Peran Keluarga Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Anak,” diakses pada 24 Januari 2013 dari http://apriyanipujihastuti.wordpress.com/2012/07/09/peran-keluarga-dalam-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak/
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, “Delapan Fungsi Keluarga Wahana Menuju Keluarga Sejahtera,” artikel diakses pada 24 Januari 2013 dari http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=35
Ma'ruf, Hidayat. “Memahami Perkembangan Anak Untuk Pengasuhan Yang Lebih Baik.” artikel diakses pada 5 November 2012 dari http://hidayah-ilayya.blogspot.com/2012/01/memahami-perkembangan-anak-untuk_21.html
Pshycologymania, “Pengertian Keluarga,” artikel diakses pada 24 Januari 2013 dari http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertian-keluarga.html.
Sayap Ibu Jakarta, Sejarah Berdirinya Yayasan Sayap Ibu Jakarta,” artikel diakses pada 28 Oktober 2012 dari http://www.sayapibujakarta.org/ind/tentang.htmlhttp://www.sayapibujakarta.org/ind/tentang.html
Suparyanto, “Pengertian Keluarga,” artikel diakses pada 26 Januari 2013 dari http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/10/pengertian-keluarga.html
Wawancara :
Wawancara Pribadi dengan Ibu Soemarmi Marjono selaku Ketua Umum Yayasan Sayap Ibu Jakarta, tanggal 6 November 2012
Wawancara Pribadi dengan Ibu Tjondrowati Subiyanto selaku Koordinator Bidang Personalia, tanggal 9 November 2012
85
Wawancara Pribadi dengan Ibu Bettalita hendro selaku Koordinator Bidang Perawatan, tanggal 20 November 2012
Wawancara Pribadi dengan Ibu C.E Dodds selaku Koordinator Bidang Perawatan Panti Cirendeu di Panti Yayasan Sayap Ibu Jakarta, tanggal 3 Desember 2012
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi selaku Pengasuh di Panti Yayasan Sayap Ibu Cirendeu, tanggal 7 Desember 2012
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ummi selaku Pengasuh di Panti Sayap Ibu Cirendeu, tanggal 7 Desember 2012
Wawancara Pribadi dengan Satinah selaku Pengasuh di Panti Sayap Ibu Barito, tanggal 4 Desember 2012
Wawancara Pribadi dengan Yuyun selaku Pengasuh dip anti Sayap Ibu Cirendeu, tanggal 5 Desember 2012
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGURUS
A. UMUM
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Tempat :
4. Tanggal :
B. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan Pola Pengasuhan?
2. Aspek apa saja yang meliputi Pola Pengasuhan?
3. Seberapa penting penggunaan Pola Pengasuhan yang cocok bagi anak-anak?
4. Dalam Pola Pengasuhan terdapat gaya –gaya mengasuh, seperti demokratis, otoritatif
dsb, gaya pengasuhan seperti apa yang digunakan di panti?
5. Apa alasannya anda menggunakan pola pengasuhan tersebut?
6. Apa saja peran pengasuh dalam kegiatan mengasuh?
7. Bagaimana pola pengasuhan yang anda gunakan berjalan?
8. Pola pengasuhan seperti apa yang ideal untuk anak-anak panti? mengapa demikian?
9. Apakah Pola pengasuhan yang digunakan harus berbeda-beda pada setiap tingkatan
umur?
10. Apa yang anda harapkan pada anak terhadap Pola Pengasuhan yang digunakan?
11. Apa yang dimaksud dengan pola pengasuhan berbasis keluarga?
12. Seperti apa Pola Pengasuhan yang anda terapkan di Cirendeu?
13. Mengapa anda menggunakan Pola Pengasuhan tersebut?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGASUH
A. UMUM
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Tempat :
4. Tanggal :
B. PERTANYAAN
1. Sudah berapa lama anda menjadi Pengasuh di Panti asuhan sayap Ibu Jakarta?
2. Apa peran dan tugsa anda sebagai pengasuh?
3. Berapa lama jam kerja anda sebagai seorang pengasuh?
4. Pengasuhan seperti apa yang anda lakukan?
5. Apakah anda memiliki pengetahan tentang pengasuhan? Apa yang anda dapat tentang
pengasuhan?
6. Dari mana anda mendapat pengetahuan tersebut? Dan seberapa sering anda mendapat
pengetahuan tersebut?
7. Apa anda menerapkan hukuman pada pola pengasuhan?
8. Hukuman seperti apa yang anda gunakan ketika anak susah diatur?
9. Apabila anak asuh berperilaku baik apa yang anda lakukan?
TRANSKIP WAWANCARA
A. UMUM
1. Nama : Ibu Soemarmi Marjono
2. Jabatan : Ketua Umum Yayasan Sayap Ibu Jakarta
3. Tempat : Ruang Kesehatan
4. Tanggal : 6 November 2012
B. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan Pola Pengasuhan?
Jawab : Pola pengasuhan itu melihat, memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan pola
tumbuh kembangnya. Mengasuh anak agar memiliki figur yang bisa didatangi
kalau ada apa-apa. Mengasuh termasuk memberikan kasih sayang, menjalin
kepercayaan.
2. Aspek apa saja yang meliputi Pola Pengasuhan?
Jawab : Keseluruhan, mengasuh itu melihat anak tumbuh dan berkembang dengan baik
dari masa kecilnya.
3. Seberapa penting penggunaan Pola Pengasuhan yang cocok bagi anak-anak?
Jawab : Penting sekali, karena anak yang tinggal disini itu tidak mengerti mengapa
mereka tinggal disini, anak-anak pasti bisa merasakan ada sesuatu meskipun
masih bayi. Hubungan antara anak dan ibu itu sangat diperlukan, oleh karena itu
pengasuh harus benar-benar memberikan kasih sayang, dan penggunaan pola
pengasuhan sangat penting, karena untuk menanamkan disiplin pada anak.
4. Dalam Pola Pengasuhan terdapat gaya –gaya mengasuh, seperti demokratis, otoritatif
dsb, gaya pengasuhan seperti apa yang digunakan di panti?
Jawab : Kita selalu mengikuti Konvensi Hak Anak, yang pertama tentang kelangsungan
hidup, kedua perkembangan, ketiga perlindungan, dan yang terakhir partisipasi.
Partisipasi itu selalu dilatih, meskipun itu dengan hal-hal yang sepele.
5. Apa saja peran pengasuh dalam kegiatan mengasuh?
Jawab : Pengasuh bukan hanya melakukan perlengkapan bayi atau anak, tapi juga
diajarkan bayi itu diapakan, diajak interaksi, seperti peran ibu sebenarnya,
sehingga anak itu nyaman, merasakan bahwa dia dikasihi, disayangi.
6. Pola pengasuhan seperti apa yang ideal untuk anak-anak panti?
Jawab : Yang paling bagus adalah sistem kelompok atau keluarga. Kalaupun tidak ada
orang tua, anak yang besar sekelompok dengan yang kecil, yang besar mengatur
yang kecil, jadi cepat ada situasi keluarga. Itu paling bagus, jadi kebersamaan
terasa sekali. Namanya sistem paviiun atau sistem kelompok.
7. Apa yang anda harapkan pada anak terhadap Pola Pengasuhan yang digunakan?
Jawab : Kami berharap penuh kasih sayang dan tanggung jawab, dan harapan kami
mereka bisa tambah mandiri, mengerti jati dirinya meskipun tidak ada orang tua.
Mengikuti pola hidup sesungguhnya dan berbakti pada Sayap Ibu.
8. Apa yang dimaksud dengan pola pengasuhan berbasis keluarga?
Jawab : Jadi anak-anak itu berada di dalam lingkungan yang dibuat seperti keluarga,
mengerjakan semua bersama-sama, meskipun mereka tidak tau keluarga atau
bukan. Yang tua diajarkan untuk bisa membina adik-adiknya.
9. Seperti apa Pola Pengasuhan yang anda terapkan di Cirendeu?
Jawab : Karena anak-anak cirendeu sudah besar, cara mengasuhnya juga berbeda. Jadi
disana diarahkan, ada orang tua yang melindungi mereka, kalau ada apa-apa
mereka bisa lapor, meminta nasehat, disana ada sosok bapak. Seperti keluarga
utuh meskipun anaknya tidak tau keluarga atau tidak. Mengasuh dengan agama
agar perilakunya baik.
10. Apakah pengasuh di Cirendeu juga mendapatkan pelatihan pengasuhan, seperti
pengasuh di Panti Barito?
Jawab : Untuk Pak. Hadi dan Ibu Ummi tidak mengikuti pelatihan pengasuhan, hanya
diskusi jika ada masalah dan konsultasi.
TRANSKIP WAWANCARA
A. UMUM
1. Nama : Ibu Tjondrowati Subiyanto
2. Jabatan : Ketua II Yayasan Sayap Ibu Jakarta
3. Tempat : Kantor Panti
4. Tanggal : 9 November 2012
B. PERTANYAAN
1. Apa saja kriteria khusus yang dipertimbangkan dalam menerima calon pengasuh di
YSI Jkt?
Jawab : Yang dipertimbangkan pertama attitudenya, selain pendidikan, karena
pendidikan juga minimum, yang mau mendaftar kesini itu SMP, SMA lebih
bagus, kalo ada SMA ya kita prioritaskan yang SMA. Kalau tidak ada, SMP ya
tidak apa-apa, kalo yang SMP ini kita berusaha mencari yang sudah di planning
di luar, kita sudah merekrut beberapa kali, karena kita tidak bisa memberikan
pendidikan pramubalita sendiri, jadi kita rekrut yang dari Tegal, yang sudah
dididik selama 6 bulan, itu lulusan SMP. Harus sehat jasmani, ettitudenya harus
baik, karena dia akan mengasuh anak dan bekerja itu tidak dipaksakan, harus
punya empati, rasa senang terhadap anak-anak, terus ya kebersihan, penampilan
juga.
2. Apa tugas pengasuh di YSI Jkt?
Jawab : Ya…pertama menjaga dan mengawasi kegiatan dan kesehatan anak-anak panti
asuhan. Kedua, menjaga dan mengantar anak-anak masuk berangkat sekolah. Ketiga,
memberi makan atau obat yang telah diintruksikan oleh Kepala Perawat atau wakilnya
sesuai petunjuk dokter YSI Jakarta. Keempat, menjaga atau membersihkan anak-anak
balita bila perlu dibantu. Kelima, menjaga dan memeriksa kebersihan pakaian anak-anak.
Keenam, melaporkan keadaan anak asuh kepada pimpinan perawat. Ketujuh,
mempersiapkan makanan atau susu untuk anak-anak asuh sesuai daftar menu. Kelapan,
menjaga kebersihan makanan dan perawatan.
Jadi sebenarnya fungsi pengasuh itu adalah pengganti dari Ibu. Karena kan dia disini
tidak ada orang tuanya dan tinggalnya di Panti, bukan di dalam keluarga. Jadi pengasuh
itu menggantikan posisi Ibu, orang tua. Jadi dia harus mengasuh, ngemong,
mengoptimalkan dalam masa tumbuh kembang, yaitu artinya juga memberikan stimulasi
idealnya.
3. Apakah pola pengasuhan disini sifatnya satu anak ditanggung jawabi oleh satu orang
pengasuh?
Jawab : Tidak, sebenarnya itu yang ideal, jadi anak ini tidak bingung, karena kan
karakter pengasuh lain-lain, jadi dia harusnya tau ibunya yang memberikan kasih sayang,
ibu kan sebetulnya cuma satu, tapi karena kita keterbatasan pengasuh. Ada sebenarnya
sistem pengasuh yang memiliki anak asuh tertentu, biasanya satu pengasuh paling banyak
2 sampai 3 anak. Kalau begitu caranya kita tidak bisa, karena keterbatasan pengasuh dan
anak itu kan keluar masuk, disini kan tidak tetap, jadi nanti baru pegang anak sebentar
udah ganti dan ditambah anak lain yang problemnya lain lagi. Jadi yang idealnya itu
belum bisa kita laksanakan. Sekarang itu sistemnya, 1 sift pengasuh mengasuh
berdasarkan jam kerja dia dan pembagian tempatnya. Kalau banyak anaknya bisa diasuh
2 orang, kalau malam cukup 1 orang Karena aktivitasnya tidak banyak. Yang menyita
banyak tenaga itu pagi, karena mereka harus bangun tidur, nyiapkan mandi, makan,
ngajak main, ada stimulasi macem-macem, nah yang diperlukan sekali itu pagi. Siang
juga, karena ada makan siang, makan sore, makan malamnya kan sore aja. Sift dalam satu
kamar itu sehari ada 5 orang, 2 pagi, 2 siang dan 1 malam. Jadi si anak memang tidak ada
attachmennya dengan pengasuh, seperti pengganti ibu. Itu kelemahannya, karena kit
kekurangan pengasuh. Kita ada anak 30 orang dan anak itu tidak normal, masih
memutuhkan pertolongan, tidak bisa mandiri, nah itu perlu perhatian dan tenaga yang
lebih besar, jadi ya terpaksa dijadikan satu pola pengasuhannya sama.
4. Apakah ada pemberian pengetahuan untuk para pengasuh seputar pengasuhan?
Jawab : Jadi ada peningkatan pengetahuan secara menyeluruh artinya, ini secara global,
agak komprehensif itu kita mengadakan setahun dua kali, dengan mengundang pakar-
pakar dari luar, ada Dokter dari Rumah Sakit, Bidan juga dari Rumah Sakit, terus kita
juga memanggil sikolog, itu kita undang seperti itu. Terus kalau untuk rutin hariannya
ada briefing dari pengurus panti yang bertanggung jawab. Briefing ini sifatnya untuk
control, koreksi, kalau ada pekerjaan yang dilakukan tidak benar, harus dikoreksi. Tapi
itu juga untuk menambah pengetahuan.
Sebetulnya dulu kita ada program untuk pendidikan pramubalita, itu setiap ada anak baru
kita kumpulkan, prosesnya 3 bulan biasanya, dari a-z cara memandikan, cara memberi
makan, stimulasinya bagaimana. Nah untuk sekarang, karena kita kekurangan perawat,
kalau kita mengumpulkan untuk kelas begitu, itu tidak memungkinkan, kurang nanti yang
dilapangan keteteran, karena sampai 3 bulan. Kalo yang setahun dua kali itu waktunya
hanya beberapa hari, paling lama seminggu, tapi itu mungkin hanya 3-4 hari sudah
cukup, karena sehari penuh. Jadi 4 hari sudah mencakup semuanya. Tapi untuk 2 tahun
terakhir ini kita belum bisa menyelenggarakan.
5. Aspek apa saja yang harus diperhatikan dalam pengasuhan?
Jawab : Ya… kan aspeknya cukup banyak juga, aspek sosial juga harus kita perhatikan
supaya dia bisa bergaul, aspek kecerdasan, pendidikan pengetahuannya itu kita usahakan
untuk bisa bersekolah dengan baik, dalam aspek religius itu juga harus kita pikirkan,
untuk itu kita mengundang guru ngaji. Kita berikan pelatihan-pelatihan. Kalo dalam
pendidikan kita mengusahakan guru tambahan, guru les untuk meningkatkan dia,
keterampilan, mungkin dari segi bakat, kita juga mengusahakan dengan musik. Mungkin
mereka berbakat musik, kita juga mencarikan guru musik. Yaaa pokoknya untuk
kelengkapan dia berkembang menjadi manusia yang seutuhnya, itu kita usahakan.
6. Gaya pengasuhan apa yang digunakan di Panti Barito?
Jawab : Sebetulnya kita itu memfalitasi, mengoptimalkan tumbuh kembang anak ini
supaya berkembang jadi lebih baik, jadi ya harus diberikan kesempatan dia untuk
mengekspresika, mengekspresikan perasaan, itu juga diberikan rasa aman. Diajarkan
mana yang benar, dan mana yang salah, peraturan-peraturan lah. Jadi dia kalo berbuat
salah ada sanksinya, itu secara tidak langsung memang kita tanamkan seperti itu. Jadi
layaknya dalam keluarga tentunya juga harus demokratis, kalau otoriter tidak bisa, anak
disini kan lain, tidak seperti anak-anak di keluarga, jadi butuh pendekatan khusus, itu
yang kurang kita, saya mengakui. Makanya kita menerima kerjasama, ada sekelompok
pemerhai anak, ada psikologinya, ada ahli konsultan keluarganya, dia memberikan
pengasuhan tapi tidak menyeluruh, jadi bagaimana menangani anak untuk lebih optimal
dengan segala permasalahnnya, pendekatan, stimulasi, diajak bermain, terus untuk
meningkatkan kreaifitasnya juga, rasa percaya dirinya lewat permainan, itu seminggu
sekali sudah dilakukan, itu hari jum’at sore jam 4. Jadi mereka mengajak bermain,
mengajak aktifitas yang terarah, untuk bisa manimbulkan rasa percaya diri, untuk bisa
mengekspresikan perasaan gitu lho..bisa bersosialisasi, itu yang diperlukan anak ya
kanto? Untuk perkembangan mentalnya. Nah itu sudah dilakukan, nah beliau juga kita
minta untuk melatih pengasuh bagaimana menangani anak secara baik dan benar.
Yaaa maklum, karena kan kita ini bukan orang professional, semua Cuma berangkat dari
hati untuk bisa membantu anak-anak ini mendapatkan masa depan yang lebih baik.
7. Seperti apa pengasuhan di Panti Cabang Cirendeu?
Jawab : emmmm pengasuhan di Cirendeu itu berbasis keluarga. Jadi Pak Hadi dan Ibu
Hadi itu sebagai pengganti orang tua, Cuma sayangnya latar belakang pendidikannya
bukan tentang pendidikan anak, hanya lulusan SMA dan pengalamannya juga Cuma
penalaman pribadi mengurus anak, jadi nol ga ada pengalaman dalam pengasuhan. Tapi
apa bleh buat, kita memang mencari untuk role keluarga saja gitu lo… tidak terlalu ideal
tapi ya cukuplah, karena memang tidak ada. Paling tidak anak ini merasa ada pengganti
orang tua, itu yang paling penting, dia merasa diperhatikan seperti dalam keluarga.
8. Bagaimana untuk kelangsungan anak Panti di Cirendeu, yang semakin lama akan
semakin besar?
Jawab : Nah itu dia, PR yang harus kita pikirkan. Karena terus terang, Sayap Ibu itu
belum berpengalaman mengasuh anak sampai umur segitu. Harusnya setelah umur 5
tahun kita rujuk ke panti yang memang bisa mengash anak besar, 5 tahun keatas. Dulu
banyak yang menerima, sekarang tidak ada, sebabnya kan sekarang ekonomi yang jauh
lebih sulit, ga seperti dulu lagi dan anak yang ditampung itu dari luar Sayap Ibu jauh
lebih banyak, sehingga kapasitasnya udah penuh, tidak bisa menerima anak kita lagi.
Sedangkan anak-anak cirendeu itu sebetulnya anak-anak yang kurang kan semuanya, bail
secara fisik, maupun mental. Sehingga mereka tertinggal ga ada yang mengangkat anak.
Kalo yang sehat semua udah pergi dari dulu, sudah diangkat oleh orang tua. Memang kita
mengusahakan kalo memang sehat normal, kita mencarikan orang tua pengganti, yaitu
orang tua angkat, karena sebaik-baik anak itu kan bisa tumbuh kembang secara baik
dalam lingkungan keluarga. Yaa kalau tidak ada keluarga biologisnya, ya keluarga
replika.
Jadi kita berpikir anak itu tidak bisa mandiri, karena keterbatasan IQnya, pendidikan saja
dituntut pendidikan normal susah. Jadi kita memikirkan ke SLB, terus nanti kita beri
keterampilan itu hanya pertukangan, itu baru kita pikirkan kedepan, tapi paling tidak ya
nanti kalau sudah dewasa bekerja disini, kita gaji, kan tidak mungkin bersaing dengan
anak-anak diluar, sedangkan dia kita tingkatkan kemampuannya seperti rata-rata anak
normal aja susahnya bukan main.
Pokoknya gini, kita optimalkan aja semuanya itu, yang bisa kita usahakan satu-satunya
itu, entah itu seberapa, tapi kita berusaha.
9. Apa harapan Ibu kepada anak-anak atas pengasuhan yang diberikan?
Jawab : Harapannya itu ya tadi, kita betul-betul mengharap anak-anak ini mampu, ini
mampu yang betul-betul dengan kemampuannya yang terbatas itu bisa hidup, tidak
menggantungkan ke orang lain sesedikit mungkin. Jadi manusia seutuhnya itu lo. Orang
normal saja belum tentu. Anak-anak begini itu secara fisik pun juga banyak problemnya,
Karena dari awal dia itu sudah anak yang tidak dikehendaki orang tuanya, itu secara
psikologis juga berdampak besar ke jiwa anak-anak, walaupun bayi, itu juga kelihatan ko.
Dari sifatnya, nanti timbul macam-macam penyakit, ya fisik pasti adalah pengaruhnya.
Ibunya mungkin ingin menggugurkan sehingga meminum obat macem-macem, terus
akhirnya ga normal. Dalam pengasuhannya mungkin orang tuanya tidak memberikan
kasih sayang. Padahal anak dari lahir itu betul-betul membutuhkan kasih sayang dari
orang tua, tapi dia tidak mendapatkan. Sehingga nanti sifatnya juga agak lain, karena dia
haus akan kasih sayang. Itu dibawah sadarnya, mungkin bisa dengan cara negatif ya
mencari perhatiannya, kalo bisa positif lebih bagus. Tapi kan kenyataanya kebanyakan
engga.
TRANSKIP WAWANCARA
A. UMUM
1. Nama : Ibu Bettalita Hendro
2. Jabatan : Koordinator Bidang Perawatan
3. Tempat : Seven Eleven Pondok Pinang Raya
4. Tanggal : 20 November 2012
B. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan Pola Pengasuhan?
Jawab : Pola Pengasuhan, sebetulnya ada yang namanya Konvensi anak. Jadi yang
namanya pengasuhan itu menurut Konvensi tersebut adalah memastikan hak-haknya
sebagai anak, menjaga, melindungi, hubungannya juga dengan tumbuh kembangnya. Jadi
tumbuh kembang itu termasuk fisik dan emosional tentunya. Tapi yang ditekankan adalah
tumbuh kembangnya.
2. Aspek apa saja yang meliputi Pola Pengasuhan?
Jawab : Aspeknya adalah kenyataannya bahwa kondisi anak yang masuk Sayap Ibu itu
biasanya dibawah normal, itu biasanya menjadi kendala tersendiri. Kesehatannya,
meningkatkan kemampuannya, karena kemampuannya masih dibawah normal.
Kesehatan itu artinya kita bulak balik kerumah sakit untuk memperbaiki kondisinya
karena pasti kurang sekali kondisinya, sehingga bisa mengikuti pendidikan yang ada.
Dengan pendidikan itu dia akan dapat bersosialisasi, dan nanti dia bisa mandiri.
3. Seberapa penting penggunaan Pola Pengasuhan yang cocok bagi anak-anak?
Jawab : Kalau dilihat dari segi pentingnya, nomor satu itu sangat penting pola
pengasuhan, tapi kalau kemudian dihubungkan dengan pengasuhnya, itu juga salah satu
kendala dari kita, karena pengasuhnya kurang. Keinginan kita dalam mengasuh itu harus
sabar, dari awal pengasuh masuk Sayap Ibu itu saya sudah menekankan untuk bersabar
dalam mengasuh anak. Kontrol pengasuh itu sangat penting.
4. Dalam Pola Pengasuhan terdapat gaya –gaya mengasuh, seperti demokratis, otoritatif
dsb, gaya pengasuhan seperti apa yang digunakan di panti?
Jawab : Kalau saya bicara selalu mintanya yang demokratis, tapi saya berusaha mengerti
bahwa anak-anaknya juga sangat nakal. Tapi untuk mengajarkan Otoritatif juga tidak,
sama sekali tidak. Saya bukannya mau memaafkan untuk memarahi anak, tapi mencoba
mengerti dengan kondisinya. Pengasuh itu juga punya tingkat kesetressan, jadi mungkin
lebih emosional. Kira-kira tegas, kalau anak salah ada hukuman, Tapi kalau untuk
mengarahkan ke otoritatif itu tidak.
5. Apa saja peran pengasuh dalam kegiatan mengasuh?
Jawab : Tugas pengasuh itu mengurus anak-anak, dari bangun tidur sampai tidur lagi,
juga menjaga anak-anak selama mereka beraktifitas, misalnya seperti bermain, belajar,
dll. Sambil bermainpun pengasuh memiliki tugas untuk menstimulasi anak, seperti
mengajarkan anak bicara melalui permainan, berinteraksi dengan anak. Pengasuh itu juga
harus menyayangi anak-anak, biberikan kasih sayang, perhatian, mengontrol anak asuh
seperti mengontrol anaknya sendiri.
6. Pola pengasuhan seperti apa yang ideal untuk anak-anak panti?
Jawab : Anak itu sangat tergantung sekali dengan pengasuh, Pengasuh yang bisa
memenuhi semua kebutuhan anak. Jika kemampuan anak terbatas jangan dimarahi, tapi
dibantu dengan sabar, meyakinkan anak agar dia mampu. Mengasuh yang bukan hanya
sekedar menjaga dan merawat namun juga menstimulasi perkembangannya. Agar
menciptakan hubungan yang berkualitas antara pengasuh dengan anak, maka dibutuhkan
attachmen, agar anak merasa lebih dekat dengan pengasuh.
7. Apa yang anda harapkan pada anak terhadap Pola Pengasuhan yang digunakan?
Jawab : Kami berharap anak-anak ini keluar dari Sayap Ibu pada waktunya nanti mereka
bisa mandiri, mengurus dirinya sendiri, Alhamdulillah bisa cari uang. Setidaknya mereka
punya dasar untuk mandiri, kemampuan untuk mengurus diri sendiri, bisa makan sendiri,
membersihkan diri sendiri, fisik, emosionalnya baik, juga pendidikan dan lingkungannya.
TRANSKIP WAWANCARA
A. UMUM
1. Nama : Ibu C.E Dodds
2. Jabatan : Koordinator Perawatan Panti Cirendeu
3. Tempat : Ruang Tamu Yayasan Sayap Ibu Barito
4. Tanggal : 3 Desember 2012
B. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan Pola Pengasuhan?
Jawab : Pola Pengasuhan itu harus diasuh oleh orang yang terlatih, tapi tidak ada yang
betul-betul terlatih. Anak-anak ini banyak kekurangan, mereka perlu kasih sayang. Apa
yang anak rumah dapatkan, mereka tidak mendapatkan. Kami memberikan Ibu dan
Bapak supaya dia dapat kasih sayang, tapi Pengasuh di Cirendeu itu tidak bisa
memberikan kasih sayang seperti anaknya sendiri, jadi mereka terombang ambing.
Seharusnya kedua orang tua berperan dalam jiwa anak. Mereka mengurus anak anak,
tetapi mereka tidak memberikan kasih sayang, disitulah anak butuh kasih sayang. Jadi
seharusnya anak disini itu dikasihi. Kalau anak salah tidak dimarahi, tapi didekati dan
diajak berbicara, diberi tahu yang benar, dan tetap dikasihi.
2. Aspek apa saja yang meliputi Pola Pengasuhan?
Jawab : Anak itu harus disiplin, diajarkan rasa bersyukur, dan tanggung jawab.
3. Seberapa berpengaruh pengasuhan bagi anak?
Jawab : Banyak sebenarnya, tapi Ibu dan Bapak yang di Cirendeu adalah orang yang
biasa, yang tidak khusus dapat pendidikan untuk mengasuh. Sebenarnya anak yang ada
disana bukan anak normal seratus persen, ada saja kekurangannya. Mereka cukup nakal,
tapi sekarang sudah lebih menurut dengan Bapak Hadi. Seharunya Bapak dan Ibu bisa
membantu anak mengerjakan PR, mereka hanya bisa mengasuh anak dengan alamiah
saja. Zaman itu kan berkembang, tapi mereka tidak berkembang. Anak itu memang tidak
boleh dimanjakan, tapi juga tidak boleh dimarahi berlebihan. Jika anak tidak mau
menurut boleh dimarahi sewajarnya, tapi tetap disayangi. Harus ada reward dan
punishment. Anak harus dipuji, barangkali dia tidak peka dengan kata-kata, kita sayangi
dengan pelukan.
4. Dalam Pola Pengasuhan terdapat gaya –gaya mengasuh, seperti demokratis, otoritatif
dsb, gaya pengasuhan seperti apa yang diterapkan di panti Cirendeu?
Jawab : Polanya seperti anak-anak yang seharusnya tinggal dengan orang tua, berbasis
keluarga. Disana terdapat 6 anak. Gaya pengasuhannya Demokratis, tapi kalau anak salah
harus dimarahi, dinasehati.
5. Apa yang dimaksud Pola Pengasuhan Berbasis Keluarga?
Jawab : seperti biasa layaknya keluarga dalam rumah tangga, ibu dan bapak harus bisa
mengasihi anak-anak seperti biasa, tapi mereka tidak bisa memberikan. Kalau kerja itu
harus dari hati, kalau tidak dari hati, tidak akan ada hasilnya.
6. Menurut anda seperti apa seharusnya Pengasuh mengasuh anak-anak Cirendeu?
Jawab : memenuhi kebutuhan anak secara berlebihan itu tidak mendidik. Misalnya tas
rusak, minta, dan langsung diganti. Anak harus diajarkan bagaimana merawat barang
miliknya, agar awet, rapi, tidak boros.
7. Apa yang anda harapkan pada anak terhadap Pola Pengasuhan yang digunakan?
Jawab : Harapan saya untuk anak ini kalau bisa mandiri, tidak tergantung pada siapa-
siapa, karena mereka memiliki kekurangan. Kalau mereka bisa mandiri, bekerja, tidak
menjadi anak jalanan. Bisa mengurus dirinya sendiri sudah cukup, karena mereka
memiliki banyak kekurangan.
TRANSKIP WAWANCARA
A. UMUM
1. Nama : Satinah
2. Jabatan : Pengasuh di Barito
3. Tempat : Ruang Tamu Yayasan Sayap Ibu Jakarta
4. Tanggal : 4 Desember 2012
B. PERTANYAAN
1. Apa peran dan tugas anda sebagai pengasuh, berapa lama waktu anda bekerja?
Jawab : Pengasuh pasti tugasnya berhubungan dengan anak, memandikan anak, memberi
makan, menyiapkan kebutuhan anak, atau mengantar anak sekolah, atau mempersiapkan
kebutuhannya untuk berangkat sekolah, belajar, dan banyak lagi. Untuk jam kerja, ada 3
sift, pagi , sore dan malam. Sekali sift itu 8 jam. Terkadang dua kali sift, kita lembur, jadi
dalam sehari bekerja selama 16 jam.
2. Apakah anda memiliki pengetahuan tentang pengasuhan? Apa yang anda dapat
tentang pengasuhan?
Jawab : Kita juga pengasuh diberi pelatihan, banyak, apalagi saya sudah 7 tahun,
sebenarnya ada gelombangnya. Pelatihan ada tapi tidak rutin. Tapi setiap harinya kita
tetap dapat pengetahuan. Anak itu kan setiap harinya berbeda-beda sikapnya, jadi setiap
hari kita bisa belajar harus menghadapi anak seperti apa.
3. Menurut anda bagaimana seharusnya anak di Panti di asuh?
Jawab : Sebenarnya selama saya bekerja di Sayap Ibu, saya berharap Sayap Ibu bisa
memberikan tanggung jawab dalam arti selama ini kan 3 pengasuh mengasuh 8 anak,
nanti sift sore pengasuhnya ganti lagi. Saya pengennya dari dulu minimal 2 anak dengan
umur yang berbeda, yang bisa dianggap sebagai adik kakak dengan satu pengasuh.
Alasannya agar lebih terarah dari perkembangan anaknya. Karena yang saya pelajari dari
Dokter, ada anak yang terganggu jiwanya, kata dokternya ya kalau banyak yang
mengasuh secara bergantian, anak itu tidak terarah. Anak itu tidak mengerti pedomannya
siapa. Dari dulu sebelum saya tau pengetahuan itu memang saya sudah berpikir seperti
itu.
4. Bagaimana perasaan anda dalam mengasuh anak telantar?
Jawab : Selama ini saya masih menikmati, kalau kita ingin bisa, ya kita harus lakukan
satu hal untuk bisa mencapai hal tersebut. Seperti misalnya pengalaman untuk di luar itu
kurang, kalau saya pribadi engga. Saya bisa mencari tau apa perkembangan di luar,
sekarang teknologi kan juga udah canggih, kita udah bisa buka lewat internet berita apa
yang terjadi di luar sana, atau kita bisa baca Koran, nonton TV. Bekerja disini itu sangat
berhubungan dengan perasaan. Perasaan sayang ke anak itu pasti ada. Ga mungkin ga
ada, kalo tidak ada perasaan sayang sama anak saya ga mungkin bertahan sampai 7
Tahun.
5. Hukuman seperti apa yang anda gunakan ketika anak susah diatur?
Jawab : Cara mengasuh itu lain orang, pasti lain cara. Kalau saya pribadi sifatnya keras,
misalnya melihat anak udah marah, saya memilih untuk diam. Kalo kita mau marahin
anak bisa, tapi saya takut tambah memancing emosi saya, akibatnya kan fatal buat anak.
Intinya saya diam itu untuk mengontrol emosi. Kita kerja kan sudah cape, sedangkan
anak itu butuh kesabaran, apalagi anaknya banyak, biasanya kalo dia udah ngelakuin satu
hal yang kita ga suka, jadi bikin kita marah. Tapi kita juga harus cerna lagi, bahaya ga
buat dia, kalo bahaya ya saya larang dia. Disini itu anaknya gampang sekali marah,
otomatis itu juga akan memicu kita untuk emosi. Apalagi saya itu orangnya keras,
terkadang saya yang belajar kesabaran dari mengasuh anak.
6. Perlakuan seperti apa yang anda berikan ketika anak berperilaku baik?
Jawab : Kalau dia lagi tenang, pintar, membuat saya tersenyum, disitu membuat saya
sadar kalau anak itu memang harus disayang. Biasanya yang saya lakukan itu ngomong
bner-bener halus sekali sama dia, bisa bercanda, bisa peluk dan cium dia. Sebenernya
anak ini memang harus diistimewakan.
7. Apa harapan anda pada anak-anak dengan pengasuhan yang anda berikan?
Jawab : Harapannya yang paling utama itu masa depannya dia, disini kan pasti kalo ga
diadopsi ataupun kelak nanti dia memang harus tinggal disini, kalau dia diadopsi saya
berharap mereka mendapatkan orang tua yang benar-benar menganggap dia sebagai anak
kandung sendiri. Kalau dia harus pindah saya berharap dia akan jadi pribadi yang
mandiri, tumbuh seperti anak-anak yang lain, jangan seolah-olah merasa jadi anak yang
tidak berarti.
TRANSKIP WAWANCARA
A. UMUM
1. Nama : Yuyun
2. Jabatan : Pengasuh di Barito
3. Tempat : Ruang Tamu Yayasan Sayap Ibu Jakarta
4. Tanggal : 5 Desember 2012
B. PERTANYAAN
1. Apa peran dan tugas anda sebagai pengasuh, berapa lama waktu anda bekerja?
Jawab : Tugasnya itu mengasuh anak dari yang bayi dampai yang balita. Kalo pagi hari
kita mandiin, kasih makan, siapin sekolah, kalau yang bayi dijemur, diajak main. Kalo
kerja itu satu sift 8 jam, sehari ada 3 sift. Kadang suka lembur, lembut itu kadang kita
kurang orang, makanya kita dilemburin. Biasanya habis dari tempat bayi kita langsung ke
Ruang Anyelir (yang besar), atau dari Ruang Anyelir kita langsung ke ruang bayi. Jadi
kerjanya 16 jam. Pengasuhnya sekarang kan kurang, pengasuh sekarang ada 16 orang,
yang 6 orang itu baru dan belom bisa dilepas. Mereka Cuma sekali sift, belum
dilemburin, kalo yang lama-lama kan dilemburin.
2. Apakah anda memiliki pengetahuan tentang pengasuhan? Apa yang anda dapat
tentang pengasuhan?
Jawab : Dikasih pengetahuan, tapi dulu setiap Jum’at, seminggu sekali. Tapi sekarang
udah jarang, karena kita kurang orang. Kalo pelatihan belum ada lagi, saya ikut paling
yang seminar-seminar atau briefing. Paling kalo ada orang dari luar Tanya-tanya kaya
psikater, atau psikolog. Menurut saya selain kita memberikan kasih sayang, pertama kali
kan kita beri kasih sayang ke anak, apalagi disini kan anak-anak telantar. Jadi kita
berikasih sayang, terus kita kasih kebutuhannya, apa yang dia inginkan. Misalnya dari
makanannya, dari sekolahnya, dia kemampuannya dari seberapa, jadi kita dukung gitu.
Kalo yang bayi ya kita berusaha sebisa mungkin memenuhi kebutuhannya apa,
makanannya apa, ya empat sehat lima sempurna. Kita aja dia stimulasi, kita ajak
ngomong, ngajarin berdiri.
3. Bagaimana anda mengasuh anak?
Jawab : Kalo saya tergantung anak, kadang anak kan suka ga mood belajar atau apa, ya
kita semangatin, ya saya mah paling besok baru diajak lagi, ga apa-apa. Biasanya saya
kalo ngajak anak sambil nyanyi, kalo dulu waktu masih punya kaset senam, setiap sabtu
kita ajak senam.
4. Bagaimana perasaan anda dalam mengasuh anak telantar?
Jawab : Kelebihannya saya merasa seperti seorang Ibu, apalagi kalau nanti saya
menikah, saya punya pengalaman nanti gimana mengasuh anak. Kalau masalah cape ya
ada, apalagi kalo kekurangan pengasuh, tapi ya saya semangatin diri sendiri aja, kan kita
bisa refreshing, atau main, sama anak-anak.
5. Hukuman seperti apa yang anda gunakan ketika anak susah diatur?
Jawab : Kalo saya, saya samperin. Saya ga mau banyak ngomong, cape teriak, cape
ngejar anak. Biasanya saya samperin, saya Tanya maunya apa. Kalo udah keterlaluan
biasanya saya suruh berdiri. Kalo nangis ga mau diem saya ajak ke dapur, saya kasih
minum. Dulu si pernah saya kunciin di dalem kamar, tapi malah berantakin macem-
macem, makanya sekarang saya bawa ke dapur terus saya kasih minum.
6. Perlakuan seperti apa yang anda berikan ketika anak berperilaku baik?
Jawab : Kalo anak lagi baik, saya biasanya kasih hadiah, tapi saya kalo kasih anak itu ga
pernah satu-satu, semuanya saya kasih. Biasanya saya suka kasih kue.
7. Apa harapan anda pada anak-anak dengan pengasuhan yang anda berikan?
Jawab : Harapan saya kao anak-anak Sayap Ibu yang normal mudah-mudahan dia
diadopsi, tapi kalo yang ga normal ya mudah-mudahan dia bisa sehat terus, bisa bertahan
dengan kemampuannya, walaupun mereka terbelakang.
TRANSKIP WAWANCARA
A. UMUM
1. Nama : Ibu Ummi
2. Jabatan : Pengasuh Panti Sayap Ibu Cirendeu
3. Tempat : Garasi Panti Sayap Ibu Cirendeu
4. Tanggal : 7 Desember 2012
B. PERTANYAAN
1. Apa peran dan tugas anda sebagai pengasuh?
Jawab : Peran saya kalau disini masak, terus mengawasi anak-anak, baik dia waktu
pulang sekolah atau libur. Masak itu pagi untuk sarapan, sambil ngontrol anak mandi,
sarapan. Anak-anak itu setiap hari saya berikan vitamin, supaya dia ga gampang sakit,
kadang vitamin sirup, kadang vitamin yang tablet, sehari itu satu kali minum vitamin,
setiap pagi biasanya. Kalo anak udah berangkat saya beres-beres, istirahat sebentar, trus
siapin makan siang untuk anak-anak kalo pulang sekolah.
2. Pengasuhan seperti apa yang anda lakukan?
Jawab : saya itu maunya anak-anak bisa mandiri. Kalo pertama dia masuk sini itu belum
tau caranya mandi, gosok gigi, sabun itu dibuat mainan. Jadi harus selalu dikasih tau,
ditegur yang bener.
3. Apa yang anda lakukan jika anak sedang berprilaku baik?
Jawab : kalo anak pinter itu saya puji, misalnya saya bilang pinter, terus bener begini,
kalo udah tau yang bener dijalankan terus.
4. Apa yang anda lakukan jika anak susah diatur?
Jawab : kalo dia melakukan kesalahan kita kasih tau terus. Kadang itu udah dikasih tau
dua kali sampai tiga kali tapi masih begitu terus. Saya itu suka agak marah, saya bentak
itu maksudnya supaya ada yang ditakuti, mau nurut. Ya saya jadi agak keras kalo
anaknya ga nurut-nurut. Tapi biasanya dikasih tau, seminggu lagi ya diulangi lagi.
5. Bagaimana anda mendampingi kegiatan anak-anak?
Jawab: ya kalo lagi belajar, kalo guru lesnya sudah datang saya tinggal biasanya, ga
ditungguin. Terus kalo dia lagi main sama temen yang dideket panti sini. Paling kalo
solat aja berjamaah sama bapak.
6. Bagaimana perasaan anda mengasuh anak-anak?
Jawab : saya sayang ya….sayang, saya itu suka mikir anak ini itu ga ada orang tuanya,
dia ga dapat kasih sayang dari orang tuanya, tapi kalo udah nakal itu saya ya biasa aja, ya
pokoknya biasa aja, ya gimana orang anaknya juga nakal sekali.
7. Apa harapan kepada anak-anak atas pengasuhan yang anda berikan
Jawab : harapan saya itu anak-anak bisa mandiri. Kalao udah dewasa bisa kerja, jadi
orang sukses. Yang penting itu modal jujur, supaya bisa jadi modal dimanapun dia
berada.
TRANSKIP WAWANCARA
A. UMUM
1. Nama : Bapak Hadi
2. Jabatan : Pengasuh Panti Sayap Ibu Cirendeu
3. Tempat : Garasi Panti Sayap Ibu Cirendeu
4. Tanggal : 7 Desember 2012
B. PERTANYAAN
1. Apa peran dan tugas anda sebagai pengasuh?
Jawab : Saya itu ya mengawasi anak-anak, bantu disiplinin anak. Ya mengasuh anak,
nasehatin anak.
2. Apa yang anda lakukan jika anak sedang berprilaku baik?
Jawab : kalo lagi baik itu ya kita juga jadi baik. Kita ga omelin, ya kita baik-baikin juga.
3. Apa yang anda lakukan jika anak susah diatur?
Jawab : bukannya ringan tangan ya, kalo kebangetan nakal saya suka sabet, tapi ga
kenceng. Kalo abis dipukul itu dia diam. Tapi besok ya balik lagi begitu.
4. Bagaimana anda mendampingi kegiatan anak-anak?
Jawab: saya itu memang engga nungguin anak belajar, karena takut mengganggu gurunya
ngajar, jadi kalo anak-anak lagi belajar ya saya tinggal aja sama gurunya. Tapi ya kalo
saya perhatikan itu Gurunya kewalahan lama-lama, orang anak-anak itu kalo Gurunya
lagi ngajarin yang lain, dia lari-larian, main, nonton TV, jadi yang lagi diajarin itu ga
konsen. Kalo lagi main kadang-kadang itu suka saya ingetin jangan main kelamaan diluar
panti, takutnya itu ada orang jahat apa gimana gitu. Kadang-kadang suka anak
tetangganya aja yang saya undang main ke Panti, jadi mainnya kadang di dalam panti.
kalo untuk solat biasanya saya imami, apalagi kalau maghrib. Kalau saya lagi ga bisa,
saya minta tolong sama yang bantu disini. Ngaji juga saya ga tungguin, mereka belajar
sama guru agamanya, paling saya suka liatin dari jauh aja. Kalo ngaji lumayan, mereka
kan iqro, tapi ada juga yang ketinggalan.
5. Bagaimana hubungan sosial anak-anak dengan anak sebaya di sekitar panti?
Jawab : ya kadang-kadang saya kasih mereka main diluar, sama anak-anak tetangga.
Biasanya main bola di lapangan bawah sana. Atau engga kadang-kadang main disini.
Kaya ada ulang tahun anak kemarin itu, sengaja saya panggil anak tetangga main kesini
makan-makan ulang tahun anak panti. sebetulnya kalo rasa sosial itu anak-anak tinggi.
Misalnya kalo ada yang sakit diantara mereka, langsung lapor semua, perhatian, kasih
obat. Kalo sama anak-anak tetangga disini mereka akrab walaupun mereka belum kenal
tapi langsung akrab.
6. Bagaimana anda membimbing anak-anak?
Jawab : ya kadang-kadang, anak-anak itu juga suka saya kumpulin, saya nasehatin,
ceramahin rame-rame, supaya mereka bisa mikir, jangan jadi anak yang nakal, rugi kalo
jadi anak yang nakal, bersyukur kita disini itu hidup enak, jadi harus rajin belajar biar
nanti kalo sudah besar bisa jadi orang. Saya kasi tau gitu supaya anak-anak itu bersyukur,
ga nakal, kesalahan-kesalahannya itu ga diulang lagi.
OBSERVASI
A. Kondisi Umum Observasi
1. Tempat : Taman Anak Sejahtera YSI Jakarta
2. Tanggal : 9 November 2012
3. Waktu : 11.15 WIB
B. Hasil Observasi
Siang hari, seperti biasa anak-anak mengerjakan Pekerjaan Rumah di
Taman Anak Sejahtera bersama Ibu Osa dan Ibu Ipung. Mereka mengerjakan PR
bersama-sama, dengan bergantian ibu Osa dan Ibu Ipung mengajarkan mereka
satu persatu sampai PR selesai. Ody, Mardi, Hosea, dan Wahyu mengerjakan PR
sambil bermain-main, lari kesana kemari. Ibu Osa dan Ibu Ipung memang tampak
kewalahan saat mengejarkan mereka, karena mereka tidak bisa diam, selalu ada-
ada saja yang dikerjakannya. Saat mengerjakan PR pun mereka tampak berebut
untuk diperhatikan. Ibu Ipung yang sedang mengajarkan Hosea mengerjakan PR
diganggu oleh Ody, Ody merebut pensil Hosea dan dilemparnya. Mardi yang
juga terpancing ikut mengganggu wahyu yang sedang diajari oleh Ibu Osa. Ody
dan Mardi di marahi oleh pengasuh yang menunggu mereka belajar, mereka pun
menangis karena dimarahi, namun saat memarahi pengasuh bukan hanya
memberi tahu kesalahan mereka tapi juga menyebutkan kesalahan-kesalahan
mereka yang kemarin-kemarin sehingga memarahinya lama. Karena
memerahinya terlalu rumit dan dikait-kaitkan dengan banyak kesalahan ody dan
mardi semakin menjadi-jadi menangisnya. Akhirnya Ibu Osa menyuruh Mardi
dan Ody kembali ke Panti agar tidak mengganggu lagi.
Ibu Osa dan Ibu Ipung pun mengungkapkan pada penulis tentang
kebiasaan anak-anak yang saling mengganggu kalau mereka sedang mengajarkan
anak yang lain. Bahkan saat diajarkan saja, terkadang mereka pura-pura salah,
supaya ditanya terus. Mereka kerap mencari perhatian dengan melakukan sesuatu
atau bersikap nakal.
OBSERVASI
A. Kondisi Umum Observasi
1. Tempat : Ruang anak-anak les privat
2. Tanggal : 28 September 2012
3. Waktu : 16. 20 WIB
B. Hasil Observasi
Hari jum’at memang hari anak-anak untuk les privat. Guru privat agak
telat untuk datang mengajar, sehingga anak-anak keasikkan bermain, jadi sudah
tidak semangat untuk belajar karena terganggu bermainnya. Anak-anak mulai
mengerjakan PR dari sekolah, guru pun juga mulai mengajar satu persatu.
Dengan sabar guru mengajarkan mereka, sesekali guru menegur anak-anak untuk
konsentrasi dan mendengarkan penjelasannya. Tapi seperti biasa, anak-anak sulit
untuk dikontrol, sudah ditegur dan diingatkan untuk tidak bermain saat belajar
tapi tidak dihiraukan, guru pun tidak segan beberapa kali memarahi mereka. Guru
privat mengajar empat orang anak di Panti Cirendeu, dengan karakter anak dan
kebiasaan anak bermain saat belajar membuat guru kewalahan untuk mengontrol
mereka.
Saat guru mengajarkan satu anak mengerjakan PR, anak-anak yang
lainnya tengah asik bermain, berlari kesana-kemari, berisik, berteriak, sehingga
guru dan anak yang sedang diajarkan terganggu, tidak konsen dan terpancing
ingin cepat-cepat bermain, belajarpun asal-asalan. Kalau sudah terpancing dan
tidak sabar untuk bermain, anak-anak sering ngambek kalau disuruh gurunya
untuk mengerjakan soal latihan. Konsentrasi guru pun menadi terganggu karena
harus mengontrol anak-anak belajar, menyampaikan materi, serta mencari akal
agar anak tenang.
Kebiasaan negatif anak-anak ketika belajar terjadi juga karena tidak
adanya pengawasan dan pendampingan dari pengasuh. Pengasuh tidak
mendampingi anak-anak ketika belajar, sehingga anak-anak tidak ada yang
mengontrol, tidak merasa takut karena ada yang mengawasi, guru kewalahan.
Beberapa anak juga tidak sopan kepada guru privatnya, seperti VK yang
diajarkan rumus matematika tapi tidak percaya pada gurunya dan berkata sok tau
kepada gurunya, sehingga nilai PR disekolah banyak yang salah. Setelah nilainya
tidak bagus, dia baru mau mengikuti apa yang diajarkan oleh gurunya. AK juga
anak yang sulit karena dia sering ngambek jika disuruh untuk mengerjakan soal
latihan, mengerjakannya dengan tidak ikhlas, jawabannya asal-asalan, kalau dia
tidak suka dan dipaksa akan menangis. JN dan JY hambatannya lebih ke
kemampuannya, mereka lebih mudah tenang, tapi kemampuannya sangat minim,
sehingga guru harus menerangkan materi berulang-ulang kali, terlebih JY yang
\senyum-senyum sendiri bila sedang dijelaskan.
Pengasuh memang tidak langsung memegang anak, seperti belajar,
mengajarkan mengaji, dalam membina bakat anak pun pengasuh tidak
berhubungan secara langsung. Pengasuh hanya memperhatikan kebutuhan anak,
memnuhi apa yang diperlukan oleh anak, seperti alat-alat olahraga, alat-alat
menggambar, dan keterampilan lainnya.
Setelah solat maghrib, pengasuh, praktikan, dan anak-anak duduk-duduk
santai di garasi. Pengasuh sambil mengobrol juga sambil menasehati anak-anak,
mumpung anak-anak berkumpul, pengasuh memberikan nasehat, memberitahu
anak-anak tentang nilai-nilai kehidupan, seperti kejujuran, kesabaran, kan
keseriusan dalam belajar, agar anak sadar dan mengerti bahwa menjadi anak yang
rajin belajar dan baik itu sangat penting untuk bekalnya. Saat diberikan nasehat
oleh pengasuh mereka diam, dan menjawab iya setiap ditanya paham atau tidak
oleh pengasuh. Mereka Nampak menurut dan tunduk saat diberi nasehat oleh
pengasuh. Pengasuh juga mengingatkan bahwa kesalahan-kesalahan yang telah
dilakukan jangan diulangi lagi.
OBSERVASI
A. Kondisi Umum Observasi
1. Tempat : Panti Sayap Ibu Cabang Cirendeu
2. Tanggal : 10 Oktober 2011
3. Waktu : 17.55 WIB
B. Hasil Observasi
Tanggal 10 Oktober ini adalah hari ulang tahun dari salah satu anak Panti
YSI Cirendeu. Pengasuh mengadakan acara syukuran kecil-kecilan. Pengasuh
membuat nasi tumpeng beserta lauk-lauknya. Hari ini pengasuh sedikit
memberikan kebebasan kepada anak-anak asuh untuk bermain dengan anak di
luar panti. Anak-anak bermain bola di luar panti bersama-sama. Setelah itu
mereka bermain di dalam panti, menggambar, menonton film kartun bersama,
dan mempersiapkan nasi kuning untuk ulang tahun salah satu anak asuh.
Anak asuh pada berebagai kesempatan sengaja diberikan ijin oleh
pengasuh untuk berinteraksi dan bermain dengan anak-anak yang diluar panti,
saat anak-anak bermain diluar pengasuh mengontrolnya, pengasuh melihat anak-
anak bermain dari pintu gerbang. Terkadang pengasuh juga sengaja mengajak
anak di luar panti untuk bermain kedalam panti seperti hari ini agar anak-anak
juga tidak terus-terusan bermain di luar karena takut terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, sekaligus mengajarkan anak untuk bermain dan berinteraksi dengan
anak di luar.
Setelah solat maghrib dan mempersiapkan nasi kuning, acara ulang tahun
dimulai, pertama-tama pengasuh memimpin doa bersama dan ucapan selamat
untuk anak yang ulang tahun. Mereka saling bersalaman dan memberi ucapan
selamat juga saling mendoakan. Pengasuh juga memberikan nasehat-nasehat
untuk anak-anak agar anak-anak mengerti makna sebenarnya perayaan ini supaya
menjadi anak yang lebih baik lagi. Setelah itu mereka menyantap hidangan yang
diediakan, mereka tampak berbaur dengan temannya yang berasal dari luar panti,
dan tidak canggung. Bercanda, tertawa dan tersenyum bersama. Mereka tampak
bahagia dengan acara tersebut, mereka tampak saling menyayangi dan bahagia
bersama saat tertawa lepas, pengasuh pun ikut bercanda gurau dengan anak-anak
sesekali saat sedang makan, sehingga membuat anak-anak yang sedang makan
tertawa lepas sesekali.
OBSERVASI
A. Kondisi Umum Observasi
1. Tempat : Panti Sayap Ibu Cabang Cirendeu
2. Tanggal : 13 Desember 2011
3. Waktu : 16.45 WIB
B. Hasil Observasi
Hari ini seperti hari-hari lainnya praktikan datang ke panti Cirendeu untuk
membantu mereka belajar dan mengerjakan PR dari sekolah. Sebelum belajar
dimulai praktikan menyuruh anak-anak untuk merapikan dan menyiapkan buku-
buku sekolah mereka. Saat praktikan melihat dan memeriksa tas-tas mereka
isinya sangat kotor, dalam tas ada beberapa barang-barang yang tidak diperlukan
untuk berangkat sekolah seperti mainan-mainan, ada juga beberapa anak yang
membawa semua buku pelajaran ke sekolah setiap hari, sehingga tasnya cepat
sobek dan rusak, mereka suka membawa buku-buku yang tidak sesuai dengan
jadwal sehingga tasnya menjadi berat, membawa tas sering diseret di lantai, dan
sampah-sampah rautan pensil, pulpen-pulpen yang sudah tidak bisa dipakai lagi
di bawa dalam tas sehingga tasnya cepat kotor, dekil dan cepat rusak karena tidak
dirawat, praktikan saat itu menegur mereka dan memeriksa bawaan mereka untuk
besok pagi, praktikan mensortir barang-barang mana saja yang diperlukan saat
sekolah dan barang-barang yang tidak berhubungan dengan kegiatan di sekolah.
OBSERVASI
A. Kondisi Umum Observasi
1. Tempat : Panti Sayap Ibu Cabang Cirendeu
2. Tanggal : 8 Januari 2012
3. Waktu : 11. 25 WIB
B. Hasil Observasi
Hari ini praktikan akan mengadakan lomba permainan untuk anak-anak
Cirendeu, seperti memasukkan pinsil kedalam botol, menggigit sendok, bermain
bola, memecahkan balon dan masih banyak lagi. Sebelum lomba dimulai anak-
anak sarapan dan siap-siap terlebih dahulu. Mereka sarapan pagi dan setiap pagi
hari anak-anak diberi vitamin oleh pengasuh, untuk memperkuat daya tahan
tubuh dan tidak mudah sakit. Saat mereka bersiap-siap praktikan melihat fasilitas
mereka sangat lengkap, bahkan lebih lengkap dari anak yang tinggal dirumah
pada umumnya. Mereka makan dengan menu 4 sehat 5 sempurna, TV yang besar
untuk menonton, perlengkapan sekolah yang selalu ada, jika rusak langsung ganti
dengan yang baru, asupan vitamin yang rutin. Setelah anak-anak diberi vitamin,
praktikan memulai perlombaan, praktikan melaksanakan perlombaan dibantu
oleh guru privat.
Yang pertama dilombakan adalah lomba gigit sendok yang berisi
kelereng. Anak-anak tampak senang karena diadakan permainan ini, mereka
sangat terhibur, karena biasanya mereka hanya main bola dan bermain sendiri-
sendiri. Hari ini anak-anak tidak pernah berhenti tertawa dan senyum, mereka
antusias sekali mengikuti perlombaan. Saat lomba yang harus berkelompok
mereka pun sangat kompak, saling mensupport kelompoknya. Setelah itu lomba
memasukkan pensil kedalam botol, lomba memasukkan bendera kecil kedalam
botol, lomba injak berantai, memecahkan balon dan yang terakhir bermain bola.
Setelah perlombaan selesai, praktikan memberikan hadiah-hadiah untuk
mereka, seperti kamus bahasa inggris, peralatan sekolah, dan bola plastik untuk
mereka bermain bola. Mereka sangat puas bermain dan mengikuti perlombaan,
ekspresi mereka begitu lepas, dan sangat semangat mengikuti setiap perlombaan,
mereka juga tidak mementingkan menang karena ini hanya untuk senang-senang.
Mereka bahkan meminta supaya diadakan lomba lagi supaya tidak bosan dan
supaya seru.