gabungan sa spa

44
SA Seksi 316 PERTIMBANGAN ATAS KECURANGAN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN PENDAHULUAN 01. SA Seksi 110 (PSA No. 01) Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen, menyatakan bahwa “Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan.” Seksi ini memberikan panduan bagi auditor untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, yang berkaitan dengan kecurangan, dalam audit terhadap laporan keuangan yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. SPA 240 – 1 Standar Perikatan Auditing (SPA) ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan kecurangan, dalam suatu audit atas laporan keuangan 02. Sementara Seksi ini berfokus ke pertimbangan auditor atas kecurangan dalam audit terhadap laporan keuangan, manajemen bertanggung jawab untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. GAMBARAN DAN KARAKTERISTIK KECURANGAN 03. Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan auditor berkaitan secara khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap salah saji material dalam laporan keuangan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.

Upload: dikabayu

Post on 23-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

auditing

TRANSCRIPT

SA Seksi 316PERTIMBANGAN ATAS KECURANGAN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PENDAHULUAN

01. SA Seksi 110 (PSA No. 01) Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen, menyatakan bahwa Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan. Seksi ini memberikan panduan bagi auditor untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, yang berkaitan dengan kecurangan, dalam audit terhadap laporan keuangan yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

SPA 240 1 Standar Perikatan Auditing (SPA) ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan kecurangan, dalam suatu audit atas laporan keuangan

02. Sementara Seksi ini berfokus ke pertimbangan auditor atas kecurangan dalam audit terhadap laporan keuangan, manajemen bertanggung jawab untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.

GAMBARAN DAN KARAKTERISTIK KECURANGAN03. Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan auditor berkaitan secara khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap salah saji material dalam laporan keuangan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.

SPA 240 3 - Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, untuk kepentingan SPA ini, auditor berkepentingan terhadap kecurangan yang menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan.2 - Salah satu dalam laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan dan kesalahan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kesalahan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.04. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.

05. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

06. Kecurangan seringkali menyangkut hal berikut ini: (a) suatu tekanan atau suatu dorongan untuk melakukan kecurangan, (b) suatu peluang yang dirasakan ada untuk melaksanakan kecurangan

07. Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk pemalsuan tanda tangan.

08. Kecurangan juga disembunyikan melalui kolusi di antara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga.09. Meskipun kecurangan biasanya disembunyikan, adanya faktor risiko atau kondisi lain dapat memperingatkan auditor tentang kemungkinan adanya kecurangan. Namun, kondisi tersebut mungkin juga sebagai akibat dari keadaan selain kecurangan. Bahkan laporan tentang kecurangan yang diduga keras terjadi belum tentu selalu dapat dipercaya, karena karyawan atau pihak luar mungkin salah atau mungkin didorong untuk melakukan tuduhan palsu.

010. Auditor tidak dapat memperoleh keyakinan absolut bahwa salah saji material dalam laporan keuangan akan terdeteksi. Karena (a) aspek penyembunyian kegiatan kecurangan, termasuk fakta bahwa kecurangan seringkali mencakup kolusi atau pemalsuan dokumentasi, dan (b) kebutuhan untuk menerapkan pertimbangan profesional dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor risiko kecurangan dan kondisi lain, walaupun audit yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan.

PENAKSIRAN RISIKO SALAH SAJI MATERIAL SEBAGAI AKIBAT DARI KECURANGAN

011. SA Seksi 311 (PSA No. 05) Perencanaan dan Supervisi memberikan panduan tentang tingkat pengetahuan mengenai bisnis entitas yang dapat menjadikan auditor merencanakan dan melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

SA Seksi 312 (PSA No. 25) Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit menjelaskan bahwa penentuan lingkup prosedur audit secara langsung berhubungan dengan pertimbangan atas risiko audit dan menunjukkan bahwa risiko tentang salah saji material dalam laporan keuangan sebagai akibat dari kecurangan merupakan bagian dari risiko audit.

012. Audit harus secara khusus menaksir risiko salah saji material dalam laporan keuangan sebagai akibat dari kecurangan dan harus mempertimbangkan taksiran risiko ini dalam mendesain prosedur audit yang akan dilaksanakan. Dalam melakukan penaksiran ini, auditor harus mempertimbangkan faktor risiko kecurangan yang berkaitan dengan baik (a) salah saji yang timbul sebagai akibat kecurangan dalam pelaporan keuangan maupun (b) salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva untuk setiap golongan yang bersangkutan.

SPA 240 - 25 Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan, dan pada tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun dan pengungkapan

013. Sebagai bagian dari penaksiran risiko, auditor juga harus meminta keterangan kepada manajemen (a) untuk memperoleh pemahaman dari manajemen tentang risiko kecurangan dalam entitas dan (b) untuk menentukan apakah manajemen memiliki pengetahuan tentang kecurangan yang telah dilakukan terhadap atau terjadi dalam entitas.

014. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya pada waktu menentukan signifikan atau tidaknya serta relevansi faktor risiko kecurangan dan dalam menentukan tanggapan audit yang semestinya dilakukan.015. Sebagai contoh, dalam entitas kecil, dominasi manajemen oleh individu tunggal umumnya tidak menunjukan kegagalan manajemen untuk menyajikan dan mengomunikasikan sikap semestinya tentang pengendalian intern dan proses pelaporan keuangan.

FAKTOR RISIKO YANG BERKAITAN DENGAN SALAH SAJI YANG TIMBUL DARI KECURANGAN DALAM PELAPORAN KEUANGAN

016. Faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan: Karakteristik dan pengaruh manajemen atas lingkungan pengendalian

Kondisi industri

Karakteristik operasi dan stabilitas keuangan

017. Berikut ini adalah contoh faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji sebagai akibat kecurangan dalam pelaporan keuangan untuk setiap golongan risiko tersebut di atas:

a. Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan karakteristik dan pengaruh manajemen terhadap lingkungan pengendalian. Contoh-contoh meliputi:

Suatu dorongan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan

Kegagalan manajemen untuk menyajikan dan mengomunikasikan sikap yang semestinya tentang pengendalian intern dan proses pelaporan keuangan

Partisipasi dan fokus belebihan manajemen nonkeuangan terhadap pemilihan prinsip akuntansi atau penentuan estimasi signifikan

Tingkat perputaran yang tinggi anggota manajemen senior, penasihat, atau dewan komisaris

Hubungan tegang antara manajemen dengan auditor sekarang atau auditor pendahulu Riwayat yang diketahui tentang pelanggaran peraturan sekuritas atau tuntutan kepada entitas atau manajemen seniornya yang dituduh melakukan kecurangan atau pelanggaran undang-undang sekuritasb. Faktor risiko yang berkaitan dengan kondisi industri

c. Faktor risiko yang berkaitan dengan karakteristik operasi dan stabilitas keuanganFAKTOR RISIKO YANG BERKAITAN DENGAN SALAH SAJI YANG DISEBABKAN OLEH PERLAKUAN TIDAK SEMESTINYA TERHADAP AKTIVA018. Faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang disebabkan oleh perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan berikut ini. Luasnya pertimbangan auditor atas faktor risiko dalam golongan b dipengaruhi oleh tingkat keberadaan faktor risiko dalam golongan a.a. Tingkat kecurigaan tentang terjadinya perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva

b. Pengendalian

019. Berikut ini adalah contoh faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang disebabkan oleh perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva untuk setiap golongan faktor risiko sebagaimana diuraikan di atas.

a. Faktor risiko yang berkaitan dengan tingkat kecurigaan tentang terjadinya perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva

b. Faktor risiko yang berkaitan dengan pengendalian

020. Auditor tidak diwajibkan untuk merencanakan audit untuk menemukan informasi yang memberikan indikasi adanya tekanan keuangan bagi karyawan atau hubungan yang merugikan antara entitas dengan karyawannya. Meskipun demikian, auditor mungkin menyadari informasi tentang itu.

PERTIMBANGAN ATAS FAKTOR RISIKO DALAM PENAKSIRAN RISIKO SALAH SAJI MATERIAL YANG DISEBABKAN OLEH KECURANGAN021. Faktor-faktor risiko kecurangan tidak dapat dengan mudah disusun peringkatnya menurut pentingnya atau digabungkan menjadi model prediksi yang efektif. Signifikan atau tidaknya faktor risiko adalah sangat bervariasi. Beberapa faktor tersebut akan ada di entitas yang di dalamnya kondisi khusus tidak menunjukkan adanya risiko salah saji material. Oleh karena itu, auditor harus menggunakan pertimbangan profesional pada waktu mempertimbangkan faktor risiko secara individual atau secara gabungan dan apakah terdapat pengendalian khusus untuk mengurangi risiko.

022. Karakteristik ukuran, kekompleksan, dan kepemilikan entitas berdampak terhadap pertimbangan faktor-faktor risiko yang relevan. Sebagai contoh, dalam entitas yang besar, auditor biasanya akan mempertimbangkan faktor-faktor yang umumnya menghalangi perbuatan manajemen puncak yang tidak semestinya. Auditor juga akan mempertimbangkan langkah-langkah apa yang telah diambil untuk menegakkan aturan perilaku formal dan efektivitas sistem anggaran dan pelaporan.

023. SA Seksi 319 (PSA No. 69) Pertimbangan Pengendalian Intern dalam Audit atas Laporan Keuangan mensyaratkan agar dalam merencanakan audit, auditor memperoleh pemahaman memadai tentang pengendalian intern entitas atas pelaporan keuangan. Juga disebutkan bahwa pengetahuan tersebut harus digunakan untuk mengidentifikasi tipe salah saji potensial, mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material, dan mendesain pengujian substantif.

024. Jika entitas tersebut telah membuat suatu program yang mencakup langkah-langkah untuk mencegah, menghalangi, dan mendeteksi kecurangan, auditor dapat mempertimbangkan efektivitas program tersebut. Auditor juga harus meminta keterangan kepada orang yang mengawasi program tersebut untuk mendapatkan informasi apakah program tersebut telah mengidentifkasi adanya faktor risiko kecurangan.

025. Penaksiran risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif yang mencakup pertimbangan faktor-faktor risiko secara individual dan secara gabungan. Kondisi lain mungkin juga diidentifikasi selama pelaksanaan pekerjaan lapangan, yang mengubah pertimbangan tentang penaksiran tersebut, seperti berikut ini:

a. Kelemahan dalam catatan akuntansi

b. Bukti yang hilang atau bertentangan

c. Hubungan bermasalah atau luar biasa antara auditor dengan klien

TANGGAPAN AUDITOR TERHADAP HASIL PENAKSIRAN026. Sampai dengan tingkat tertentu, suatu risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan selalu ada. Tanggapan auditor terhadap penaksiran risiko yang sedang berlangsung dipengaruhi oleh sifat dan signifikan atau tidaknya faktor risiko yang telah diidentifikasi ada.

PERTIMBANGAN MENYELURUH027. Pertimbangan tentang risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan dapat berdampak terhadap audit melalui cara berikut ini:

a. Skeptisme profesional (professional scepticism)

b. Penugasan personel

c. Prinsip dan kebijakan akuntansi.

d. Pengendalian.SPA 240 - A33. Menentukan respons keseluruhan untuk menanggapi hasil penilaian risiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan pada umumnya mencakup pertimbangan tentang bagaimana pelaksanaan keseluruhan audit dapat mencerminkan peningkatan skeptisisme profesional, sebagai contoh, melalui:

a. Peningkatan kepekaan dalam memilih sifat dan luas dokumentasi yang diperiksa

b. Dalam mendukung transaksi - transaksi material. Peningkatan pengakuan tentang perlunya untuk menguatkan penjelasan atau representasi manajemen tentang hal- hal yang material.

A34. Penugasan dan Supervisi Personel

Auditor dapat memberi respons terhadap risiko salah saji material yang teridentifikasi yang diakibatkan oleh kecurangan dengan cara, sebagai contoh, menugasi personel tambahan dengan keahlian dan pengetahuan khusus, seperti ahli forensik dan ahli teknologi informasi, atau dengan menugasi individu - individu yang berpengalaman dalam perikatan tersebut.A35. Lingkup supervisi mencerminkan penilaian auditor atas risiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan dan kompetensi anggota tim perikatan dalam melaksanakan pekerjaannya.028. Sifat, saat, dan luasnya prosedur kemungkinan perlu dimodifikasi dengan berbagai cara berikut ini:

a. Sifat prosedur audit yang dilaksanakan kemungkinan perlu diubah untuk memperoleh bukti yang lebih andal atau untuk memperoleh informasi penguat tambahan.

b. Saat dilaksanakannya pengujian substantif mungkin perlu diubah mendekati atau pada tanggal neraca.

c. Luasnya prosedur audit yang diterapkan harus mencerminkan taksiran risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan

SPA 240 - A37.Respons auditor terhadap hasil penilaian risiko terhadap salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi mencakup perubahan sifat, saat dan luas prosedur audit dalam beberapa cara di bawah ini:

a. Sifat prosedur audit yang dilakukan mungkin membutuhkan perubahan dalam memperoleh bukti audit yang lebih dapat diandalkan dan relevan atau untuk memperoleh informasi tambahan yang dapat menguatkan.

b. Waktu pelaksanaan prosedur subtantif mungkin perlu dimodifikasi. Auditor dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan pengujian substantif di akhir periode atau mendekati akhir periode lebih baik dalam menanggapi hasil penilaian risiko atas salah saji material karena kecurangan. Luasnya prosedur yang diterapkan mencerminkan penilaian risiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan.PERTIMBANGAN PADA TINGKAT SALDO AKUN, GOLONGAN TRANSAKSI, DAN ASERSI029. Tanggapan khusus terhadap taksiran auditor tentang risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan akan bervariasi tergantung atas tipe atau kombinasi faktor risiko kecurangan atau kondisi yang diidentifikasi serta saldo akun, golongan transaksi, dan asersi yang kemungkinan terkena dampaknya. SPA 240 - A39.Auditor dapat mengidentifikasi salah saji material karena kecurangan yang berdampak pada beberapa akun dan asersiTANGGAPAN KHUSUS-SALAH SAJI YANG DISEBABKAN OLEH KECURANGAN DALAM PELAPORAN KEUANGAN030. Beberapa contoh tanggapan terhadap taksiran auditor tentang risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan adalah sebagai berikut:

a. Pengakuan pendapatan. Jika terdapat suatu risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan yang menyangkut atau menghasilkan pengakuan pendapatan yang tidak semestinya, auditor sebaiknya melakukan konfirmasi dari customer tentang syarat-syarat kontrak tertentu yang relevan dan tidak adanya perjanjian sampingan-akuntansi semestinya seringkali dipengaruhi oleh syarat-syarat atau perjanjian tersebut.b. Kuantitas sediaan. Jika terdapat suatu risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan dalam sediaan, pelaksanaan review terhadap catatan sediaan entitas dapat membantu mengidentifikasi lokasi, bidang, atau unsur untuk mendapatkan perhatian khusus selama atau setelah pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan.

SPA 240 - A38Jika auditor mengidentifikasi risiko salah saji material karena kecurangan yang berdampak terhadap kuantitas persediaan, dengan menguji catatan Persediaan entitas dapat membantu untuk mengidentifikasi lokasi atau jenis persediaan yang membutuhkan perhatian spesifik selama atau setelah perhitungan fisik persediaan. Auditor dapat membuat suatu keputusan untuk melakukan observasi perhitungan fisik persediaan pada beberapa lokasi dengan cara yang tidak diumumkan atau untuk melakukan perhitungan persediaan di seluruh lokasi pada tanggal yang sama.TANGGAPAN KHUSUS-SALAH SAJI SEBAGAI AKIBAT DARI PERLAKUAN TIDAK SEMESTINYA TERHADAP AKTIVA031. Auditor mungkin mengidentifikasi risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan yang berkaitan dengan perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva. Sebagai contoh, auditor dapat berkesimpulan bahwa risiko perlakuan terhadap aktiva di lokasi operasi tertentu adalah signifikan.

032. Biasanya tanggapan audit terhadap risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan yang berkaitan dengan perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva akan diarahkan ke saldo akun dan golongan transaksi tertentu.EVALUASI ATAS HASIL PENGUJIAN AUDIT033. Pada penyelesaian audit, auditor harus mempertimbangkan apakah hasil yang dikumpulkan dari prosedur audit dan pengamatan lain berdampak terhadap penaksiran risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan yang dilakukan oleh auditor pada perencanaan auditnya. Pengumpulan ini terutama bersifat kualitatif berdasarkan pertimbangan auditor.SPA 240 - A49. SPA 330, mensyaratkan auditor, berdasarkan prosedur audit yang dilakukan dan bukti audit yang diperoleh, untuk mengevaluasi apakah penilaian risiko salah saji material pada tingkat asersi masih tepat. Evaluasi ini bersifat kualitatif berdasarkan pertimbangan auditor.

034. Bila hasil pengujian audit mengidentifikasi salah saji dalam laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan apakah salah saji tersebut mungkin merupakan petunjuk adanya kecuarangan.035. Jika auditor telah menentukan bahwa salah saji merupakan atau mungkin merupakan, hasil dari kecurangan, dan auditor telah pula menentukan bahwa dampaknya mungkin material terhadap laporan keuangan atau auditor tidak dapat menentukan apakah dampaknya material, auditor harus:a. Mempertimbangkan implikasi terhadap aspek audit yang lain

b. Membicarakan masalah tersebut dan pendekatan untuk menyelidiki lebih lanjut dengan tingkat manajemen yang semestinya, yaitu paling tidak satu tingkat di atas orang yang terlibat dan dengan manajemen senior.

c. Mencoba memperoleh bukti audit tambahan untuk menentukan apakah kecurangan material telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi, dan jika demikian, dampaknya terhadap laporan keuangan dan laporan auditor atas laporan keuangan tersebut.

d. Jika berlaku, menyarankan klien untuk berkonsultasi dengan penasihat hukumnya.

036. Pertimbangan auditor terhadap salah saji material sebagai akibat dari kecurangan dan hasil pengujian audit mungkin menunjukkan risiko kecurangan yang signifikan yang mengakibatkan auditor harus mempertimbangkan pengunduran diri dari perikatan dan mengomunikasikan alasan pengunduran dirinya kepada komite audit atau pihak lain yang memiliki wewenang dan tanggung jawab yang serupa.

SPA 240 - A55. Dikarenakan beragamnya kondisi yang dapat timbul, tidak mungkin untuk menjelaskan secara pasti kapan waktu yang tepat untuk menarik diri dari perikatan. Faktor yang memengaruhi kesimpulan auditor mencakup implikasi dari keterlibatan anggota manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan dampak keberlanjutan hubungan entitas bagi auditorDOKUMENTASI PENAKSIRAN DAN TANGGAPAN AUDITOR037. Dalam merencanakan auditnya, auditor harus mendokumentasikan di dalam kertas kerja pelaksanaan penaksiran risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan. Jika faktor risiko diidentifikasi ada, dokumentasi harus mencakup (a) faktor risiko yang diidentifikasi tersebut dan (b) tanggapan auditor terhadap faktor risiko, secara individual atau dalam gabungan.KOMUNIKASI TENTANG KECURANGAN KEPADA MANAJEMEN, KOMITE AUDIT, DAN PIHAK LAIN038. Bilamana auditor telah menentukan bahwa terdapat bukti adanya kecurangan, masalah ini harus mendapatkan perhatian dari tingkat manajemen yang semestinya. Kecurangan yang melibatkan manajemen senior dan kecurangan (apakah disebabkan oleh manajemen senior atau karyawan lain) yang menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan harus dilaporkan secara langsung kepada komite audit.SPA 240 - A60. Ketika auditor telah memperoleh bukti telah atau kemungkinan terjadinya kecurangan, adalah penting untuk menyampaikan hal tersebut kepada tingkatan manajemen yang tepat sesegera mungkin039. Bila sebagai hasil penaksiran risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan, auditor telah mengidentifikasi faktor risiko yang mempunyai implikasi terhadap pengendalian yang sedang berlangsung (apakah transaksi atau adjusment yang dihasilkan dari kecurangan telah atau belum dideteksi), auditor harus mempertimbangkan apakah risiko tersebut mencerminkan kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan pengendalian intern entitas yang harus dikomunikasikan kepada manajemen senior dan komite audit.040. Pengungkapan kecurangan yang mungkin terjadi kepada pihak selain manajemen senior klien dan komite auditnya umumnya bukan merupakan bagian tanggung jawab auditor dan umumnya tidak diperkenankan oleh Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik atau kewajiban legal tentang kerahasiaan kecuali jika masalah tersebut dicerminkan dalam laporan auditor. Namun, auditor harus menyadari bahwa di dalam kondisi seperti berikut ini, kewajiban auditor untuk mengungkapkan kepada pihak luar dapat ada:a. Untuk mematuhi persyaratan legal dan peraturan.

b. Kepada auditor pengganti bila auditor pengganti melakukan pemintaan keterangan sesuai dengan SA Seksi 315 (PSA No. 16) Komunikasi antara Auditor Pendahulu dengan Auditor Pengganti. c. Sebagai tanggapan atas panggilan sidang pengadilan.

d. Kepada agen penyandang dan atau agen tertentu lain sesuai dengan persyaratan untuk audit atas entitas yang menerima bantuan keuangan pemerintah.

SPA 240 - A65. Kewajiban profesional auditor untuk menjaga kerahasiaan informasi klien dapat menghalangi pelaporan kecurangan kepada pihak diluar entitas klien. Namun, tanggung jawab hukum auditor dapat bervariasi menurut yurisdiksi dan, dalam kondisi tertentu, tugas penjagaan kerahasiaan tersebut dapat diabaikan oleh peraturan perundang- undangan (termasuk keputusan pengadilan)SA Seksi 317UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN

Sumber: PSA No. 31

PENDAHULUAN

01. Seksi mengatur sifat dan lingkup pertimbangan dan memberikan panduan tentang tanggung jawab auditor jika terdapat kemungkinan unsur tindakan pelanggaran hukum yang terdeteksi oleh auditor.PENGERTIAN UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM

02. Unsur tindakan melanggar hukum oleh klien adalah:

laporan keuangannya diaudit

tindakan manajemen atau karyawanKetergantungan atas Pertimbangan Hukum

03. Penentuan apakah secara nyata suatu perbuatan disebut melanggar hukum:

Di luar kompetensi profesional seorang auditor.

Auditor sebagai pihak yang cakap dalam akuntansi dan auditing.

Latihan, pengalaman, dan pemahaman auditor atas usaha klien dan lingkungan industrinya

Didasarkan atas hasil penilaian atau nasihat ahli hukum.Hubungan dengan Laporan Keuangan

04. Semakin jauh unsur pelanggaran hukum terpisah dari kejadian dan transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, semakin kecil kemungkinan auditor menyadari atau mengenali adanya unsur tindakan pelanggaran hukum tersebut.

05. Auditor biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang dipahaminya sebagai hal yang memiliki pengaruh langsung dan material dalam penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan.

06. Suatu entitas mungkin dipengaruhi oleh banyak hukum atau peraturan, termasuk di dalamnya peraturan perdagangan sekuritas, ketenagakerjaan dan keselamatan kerja, kesehatan, lingkungan hudup, dan peraturan lainnya. Umumnya hukum dan peraturan tersebut lebih berkaitan dengan aspek operasi daripada aspek keuangan dan akuntansi suatu entitas, sehingga dampaknya terhadap laporan keuangan bersifat tidak langsung. Auditor biasanya tidak memiliki dasar memadai untuk mengenali kemungkinan unsur tindakan pelanggaran hukum dan peraturan tersebut. Dampak tidak langsung tersebut di atas biasanya berupa pengungkapan kewajiban bersyarat yang diperlukan oleh manajemen karena adanya tuntutan atau penentuan adanya unsur tindakan pelanggaran hukum berdasarkan informasi andal.PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMUNGKINAN ADANYA

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM

07. Tanggung jawab auditor dalam pendeteksian, pertimbangan dampaknya terhadap laporan keuangan, dan pelaporan unsur tindakan pelanggaran hukum lain diuraikan dalam Seksi ini. Jika ada informasi spesifik yang menarik perhatian auditor yang memberikan indikasi tentang adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggran hukum yang mungkin menimbulkan dampak material tidak langsung terhadap laporan keuangan, maka auditor berkewajiban melaksanakan prosedur audit yang dirancang secara khusus untuk meyakinkan apakah unsur tindakan pelanggaran hukum telah dilakukan atau tidak. Namun, mengingat karakteristik unsur tindakan pelanggaran hukum sebagaimana telah dijelaskan di atas, perlu didasari bahwa suatu audit yang dilakukan berdasarkan standar auditing tidak menjamin bahwa unsur tindakan pelanggaran hukum akan terdeteksi atau berbagai kewajiban bersyarat akan berhasil diungkapkan.

SPA 250 15

Selama proses audit, auditor harus tetap waspada terhadap adanya kemungkinan bahwa melalui penerapan prosedur audit lain, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang terjadi atau diduga terjadi dapat menjadi perhatian auditorProsedur Audit dalam Kondisi Tanpa Adanya Indikasi Unsur Tindakan

Pelanggaran Hukum

08. Prosedur audit yang ditujukan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan memungkinan pengarahan perhatian auditor tentang kemungkinan adanya unsur tindakan pelanggaran hukum. Auditor harus meminta keterangan manajemen tentang kepatuhan klien terhadap hukum dan peraturan. Jika dimungkinkan, auditor berkewajiban juga memperoleh keterangan dari manajemen tentang:

Kebijakan klien dalam upaya pencegahan unsur tindakan pelanggaran hukum.

Penggunaan petunjuk yang dikeluarkan oleh klien dan representasi periodik yang diperoleh klien dari manajemen berbagai jenjang yang memiliki otoritas untuk menilai kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.

Auditor tidak perlu melakukan prosedur audit lebih lanjut jika tidak terdapat informasi spesifik tentang adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggaran hukum.

SPA 250 (17)Dalam kondisi tanpa adanya identifikasi atau dugaan ketidakpatuhan auditor tidak diharuskan untuk melaksanakan prosedur audit terkait dengan kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan.Informasi Spesifik Tentang Adanya Kemungkinan Unsur Tindakan Pelanggaran Hukum09. Dalam penerapan prosedur audit dan evaluasi hasil pelaksanaan prosedur tersebut, auditor mungkin akan memperoleh informasi spesifik berikut ini, yang menimbulkan tanda tanya ada atau tidaknya kemungkinan unsur pelanggaran hukum:

Transaksi tanpa otorisasi, transaksi dicatat secara salah, atau transaksi dicatat tidak lengkap atau tidak tepat waktu sehingga tidak mencerminkan pertanggungjawaban aktiva secara memadai.

Penyelidikan oleh instansi pemerintah, peringatan tertulis, atau pembayaran denda dalam jumlah besar.

Pembayaran dalam jumlah besar untuk jasa yang tidak jelas tujuannya kepada konsultan, pihak afiliasi, karyawan, atau pihak lain.

Komisi penjualan atau komisi agen yang dipandang berlebihan jika dibandingkan dengan yang biasanya dibayarkan oleh klien atau dengan jasa yang benar-benar diterima oleh klien.

Pembayaran tunai sangat besar, cek tunai dalam jumlah besar, transfer besar ke nomor rekening bank tertentu, atau transaksi lain serupa, yang tidak biasa.

Pembayaran untuk pejabat atau karyawan pemerintah yang berhubungan dengan pekerjaan mereka, yang tidak dijelaskan.

Keterlambatan pengisian dan pengembalian surat pemberitahuan pajak, atau ketidakmampuan membayar kewajiban kepada pemerintah yang lazim bagi industri entitas atau karena sifat bisnis entitas tersebut.

Prosedur Audit dalam Menanggapi Kemungkinan Adanya Unsur Tindakan

Pelanggaran Hukum010. Auditor harus berusaha memperoleh informasi tentang sifat pelanggaran, kondisi terjadinya pelanggaran, dan informasi lain yang cukup. Jika dimungkinkan, auditor harus memperoleh keterangan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi daripada tingkat manajemen pelaku unsur tindakan pelanggaran hukum. Jika manajemen tidak berhasil memberikan informasi dan keterangan yang memuaskan tentang terjadi atau tidaknya unsur tindakan pelanggaran hukum, maka auditor harus:

a. Melakukan konsultasi dengan penasihat hukum klien atau ahli lain dengan sepengetahuan dan persetujuan klien.

b. Menerapkan prosedur tambahan, jika diperlakukan, untuk memperoleh pemahaman lebih baik tentang sifat pelanggaran.

SPA 250 (18)

Jika auditor mengetahui informasi mengenai suatu kejadian ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, auditor harus memperoleh :

a. pemahaman atas sifat ketidakpatuhan dan kondisi terjadinya ketidakpatuhan, dan

b. Informasi lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak yang mungkin terjadi terhadap laporan keuangan011. Prosedur audit tambahan yang dipandang perlu antara lain:

a. Memeriksa dokumen-dokumen pendukung

b. Mengkonfirmasi informasi signifikan kepada pihak luar atau pihak perantara

c. Menentukan apakah otorisasi semestinya telah diperoleh.

d. Mempertimbangkan apakah transaksi atau kejadian lain serupa mungkin juga telah terjadi, dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasinya.

RESPON AUDITOR TERHADAP UNSUR TINDAKAN

PELANGGARAN HUKUM YANG BERHASIL DIDETEKSI

012. Jika auditor berhasil menyimpulkan, yang didasarkan atas informasi yang diperolehnya dan dari konsultasi dengan penasihat hukum, bahwa unsur tindakan pelanggaran hukum mungkin telah terjadi, maka auditor harus mempertimbangkan dampak pelanggaran tersebut terhadap laporan keuangan demikian juga implikasinya terhadap aspek-aspek audit yang lain.Pertimbangan Auditor Atas Dampak Unsur Tindakan Pelanggaran Hukum

Terhadap Laporan Keuangan

013. Dalam mengevaluasi materialitas suatu unsur tindakan pelanggaran hukum, auditor harus mempertimbangkan aspek kuantitatif dan kualitatif.

014. Auditor harus memperkirakan dampak unsur tindakan pelanggaran hukum terhadap jumlah-jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan, termasuk dampak potensial yang bersifat moneter, seperti denda dan kerugian.

015. Auditor harus mengevaluasi cukup atau tidaknya pengungkapan dalam laporan keuangan mengenai dampak potensial unsur tindakan pelanggaran hukum terhadap operasi entitas. Implikasi Unsur Tindakan Pelanggaran Hukum terhadap Audit016. Auditor harus mempertimbangkan implikasi unsur pelanggaran hukum terhadap aspek audit lain, terutama terhadap keandalan laporan keuangan sebagai representasi manajemen.

Komunikasi dengan Komite Audit

017. Komunikasi harus menjelaskan bentuk pelanggaran, keadaan yang melingkupi terjadinya pelanggaran, dan dampaknya terhadap laporan keuangan. Jika manajemen senior terlibat dalam unsur tindakan pelanggaran hukum, auditor harus megkomunikasikan kondisi ini secara langsung kepada komite audit. Bentuk komunikasi dapat secara lisan maupun tertulis. Jika komunikasi dilakukan secara lisan, maka auditor harus mendokumentasikannya.

SPA 250 (22,23,24)

22. Kecuali jika semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola ikut terlibat dalam manajemen entitas, dan oleh karena itu mereka menyadari permasalahan yang terkait dengan ketidakpatuhan yang terjadi atau diduga terjadi yang sudah dikomunikasikan oleh auditor, maka auditor harus mengkomunikasikan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola permasalahan yang berkait dengan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang ditermukan auditor selama pelaksanaan audit, kecuali jika permasalahan tersebu secara jelas tidak penting.

23. Apabila berdasarkan pertimbangan auditor, ketidakpatuhan seperti yang disebutkan dalam paragraff 22 dilakukan secara sengaja dan bersifat material, maka auditor harus mengomunikasikan dengan segera hal tersebut kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

24. Jika auditor menduga bahwa manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam ketidkpatuhan, maka auditor harus mengomunikasikan hal tersebut kepada pihak berwenang dalam entitas yang memiliki tingkat otoritas yang lebih tinggi, jika ada, seperti komiter audit atau dewan pengawas. Apabila pihak dengan otoritas lebih tinggi tidak dimiliki oleh entitas, atau apabila auditor tidak yakin bahwa komunikasi yang dilakukannya akan ditanggapi atau auditor tidak yakin kepada siapa dia harus melapor, maka auditor harus mempertimbangkan kebutuhan untuk mendapatkan adbis hukum.Dampak Unsur Tindakan Pelanggaran Hukum Terhadap Laporan Auditor

018. Pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar atas laporan keuangan.

019. Tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan.

020. Menarik diri dari perikatan dan menjelaskan alasan-alasan penarikan dirinya secara tertulis kepada komite audit atau dewan komisaris.

021. Mempertimbangkan pengaruh keterbatasan tersebut terhadap laporannya.PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN LAIN DALAM AUDIT YANG DILAKUKAN BERDASARKAN STANDAR AUDITING YANG DITETAPKAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA

022. Auditor dapat pula berkesimpulan untuk mengundurkan diri jika ternyata klien tidak mengambil tindakan penanggulangan yang dipandang perlu oleh auditor atas unsur tindakan pelanggaran hukum, meskipun berdampak tidak material terhadap laporan keuangan.

023. Pengungkapan suatu unsur tindakan pelanggaran hukum kepada pihak lain di luar manajemen senior klien dan dewan komisaris umumnya bukan bagian dari tanggung jawab auditor, dan pengungkapan semacam itu dibatasi kode etik yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang berkaitan dengan kerahasiaan, kecuali jika pengungkapan tersebut mempengaruhi pendapat auditor atas laporan keuangan. Namun, auditor berkewajiban untuk mengungkapkan kepada pihak-pihak di luar klien:

a. Jika entitas yang diaudit melaporkan adanya penggantian auditor, sebagaimana diatur oleh peraturan yang berlaku.

b. Bagi auditor pengganti jika ia melakukan penyelidikan sesuai dengan SA Seksi 315 (PSA No. 16) Komunikasi antara Auditor Pendahulu dengan Auditor Pengganti.

c. Sebagai tanggapan atas panggilan oleh pengadilan.

d. Kepada lembaga penyandang dana atau lembaga tertentu lain sesuai dengan persyaratan audit atas entitas penerima bantuan keuangan dari instansi pemerintah.

Mengingat konflik potensial antara tanggung jawab hukum dan kode etik kerahasiaan bersifat kompleks, auditor perlu berkonsultasi dengan penasihat hukumnya sebelum mengungkapkan unsur tindakan pelanggaran hukum kepada pihak-pihak di luar klien.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR DALAM KONDISI-KONDISI LAIN

024. Auditor mungkin menerima perikatan yang menuntut tanggung jawab lebih besar dalam pendeteksian atas unsur tindakan pelanggaran hukum daripada yang dijelaskan di dalam Seksi ini. SA Seksi 318PEMAHAMAN ATAS BISNIS KLIEN

PENDAHULUAN

01. Tujuan Seksi ini adalah untuk menetapkan standar dan untuk memberikan panduan tentang apa yang dimaksud dengan pengetahuan tentang bisnis, mengapa hal ini penting bagi auditor dan anggota staf audit yang bekerja dalam melaksanakan perikatan, mengapa hal ini relevan dengan semua tahap audit, dan bagaimana auditor memperoleh dan menggunakan pengetahuan tersebut.

02. Dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang cukup untuk memungkinkan auditor mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik, yang, menurut pertimbangan auditor, kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan atau atas laporan pemeriksaan atau laporan audit.

03. Tingkat pengetahuan auditor untuk suatu perikatan mencakup pengetahuan umum tentang ekonomi dan industi yang menjadi tempat beroperasinya entitas, dan pengetahuan yang lebih khusus tentang bagaimana entitas beroperasi. Namun, tingkat pengetahuan yang dituntut dari auditor biasanya lebih rendah bila dibandingkan dengan yang dimiliki oleh manejemen. PEMEROLEHAN PENGETAHUAN04. Sebelum menerima suatu perikatan, auditor akan memperoleh pengetahuan pendahuluan tentang industri dan hak kepemilikan, manajemen dan operasi entitas yang akan diaudit, dan akan mempertimbangkan apakah tingkat pengetahuan tentang bisnis memadai untuk melaksanakan audit yang akan diperoleh.

05. Setelah penerimaan perikatan, informasi lebih lanjut dan lebih rinci akan diperoleh. Sejauh praktis dilaksanakan, auditor akan memperoleh pengetahuan yang diperlukan pada awal dimulainya perikatan. Sepanjang perjalanan pekerjaan audit, informasi tersebut akan ditentukan dan dimutakhirkan serta informasi lebih banyak akan diperoleh.

06. Pemerolehan pengetahuan tentang bisnis yang diperlukan merupakan proses berkelanjutan dan bersifat kumulatif dalam pengumpulan dan penentuan informasi dan pengaitan pengetahuan yang diperoleh dengan bukti audit serta informasi di setiap tahap audit.

07. Untuk perikatan lanjutan, auditor akan memutakhirkan dan melakukan evaluasi kembali infomasi yang dikumpulkan sebelumnya, termasuk informasi dalam kertas kerja tahun sebelumnya. Auditor juga melaksanakan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi perubahan signifikan yang telah terjadi sejak audit yang terakhir.

08. Auditor dapat memperoleh pengetahuan tentang industri dan entitas dari berbagai sumber.

PENGGUNAAN PENGETAHUAN09. Pengetahuan tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan (frame of reference) yang digunakan oleh auditor untuk melaksanakan pertimbangan profesional. Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan informasi tersebut secara semestinya membantu auditor dalam:

a. Penaksiran risiko dan identifikasi masalah.

b. Perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien.c. Evaluasi bukti auditd. Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien.010. Auditor melakukan pertimbangan tentang banyak hal selama pelaksanaan auditnya. Pengetahuan tentang bisnis sangat penting bagi auditor dalam melakukan pertimbangan tersebut.

011. Auditor harus menjamin bahwa asisten yang ditugasi dalam suatu perikatan audit memperoleh pengetahuan memadai tentang bisnis untuk memungkinkan mereka melaksanakan pekerjaan audit yang didelegasikan kepada mereka. Auditor juga perlu menjamin bahwa para asisten selalu menyadari tambahan informasi dan perlunya berbagi informasi dengan auditor dan asisten lainnya.012. Untuk memanfaatkan secara efektif pengetahuan tentang bisnis, auditor harus mempertimbangkan bagaimana dampak informasi tersebut terhadap laporan keuangan secara keseluruhan dan apakah asersi dalam laporan keuangan konsisten dengan pengetahuan auditor tentang bisnis.SA Seksi 320

SURAT PERIKATAN AUDIT

Sumber: PSA No. 55

Lihat Seksi 9320 untuk Interpretasi Seksi ini

PENDAHULUAN

01. Tujuan Seksi ini adalah untuk memberikan panduan tentang:

a) Persetujuan dengan klien tentang syarat-syarat perikatan (engagement).

b) Tanggapan auditor terhadap permintaan klien untuk mengubah syarat-syarat suatu perikatan ke perikatan dengan tingkat keyakinan yang lebih rendah.

02. Auditor dan klien harus setuju atas syarat-syarat perikatan. Syarat-syarat yang telah disetujui bersama perlu dicatat dalam suatu surat perikatan (engagement letter).

03. Surat perikatan audit dapat belaku untuk jasa lain seperti perpajakan, akuntansi, konsultansi manajemen harus disediakan, bentuk surat perikatan yang terpisah dapat digunakan.

SURAT PERIKATAN AUDIT

04. Baik klien maupun auditor berkepentingan untuk mengirim surat perikatan, lebih baik sebelum dimulainya suatu perikatan, untuk menghindari salah paham berkenaan dengan perikatan tersebut.

SPA 210 A22

Sebelum di mulainya audit, auditor harusnya mengirimkan surat perikatan audit kepada klien untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin terjadi antara auditor dan klien sehubungan dengan proses audit.

ISI POKOK

05. Bentuk dan isi surat perikatan audit dapat bervariasi di antara klien, namun surat tersebut umumnya berisi:

a) Tujuan audit atas laporan keuangan.

b) Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.

c) lingkup audit, termasuk penyebutan undang-undang, peraturan, pernyataan dari badan profesional yang harus dianut oleh auditor.

d) Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk menyampaikan hasil perikatan.

e) Fakta bahwa karena sifat pengujian dan keterbatasan bawaan lain suatu audit, dan dengan keterbatasan bawaan pengendalian intern, terdapat risiko yang tidak dapat dihindari tentang kemungkinan beberapa salah saji material tidak dapat terdeteksi.

f) Akses yang tidak dibatasi terhadap catatan, dokumentasi, dan informasi lain apa pun yang diminta oleh auditor dalam hubungannya dengan audit.

g) Pembatasan atas tanggung jawab auditor.

h) Komunikasi melalui e-mail.

SPA 210 (10 11)

Ketentuan perikatan audit dengan disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup:

Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan

Tanggungjawab auditor

Tanggungjawab manajemen

Indentifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyususnan laporan keuangan dan

Pengacuan ke bentuk dan isi laporan yang akan dikeluarkan oleh auditor dan suatu pernyataan bahwa dalam keadaan tertentu terdapat kemungkinanan laporan yang dikeluarkan berbeda bentuk dan isinya dengan yang diharapkan.

Jika peraturan undang undang telah menentukan secara rinci ketentuan perikatan audit yang mengacu seperti yang diatas , maka uditor tidak perlu mencantumkannya dalam kesepakatan tertulis

06. Auditor dapat pula memasukkan hal berikut ini dalam surat perikatan auditnya:

a) Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya.

b) Harapan untuk menerima konfirmasi tertulis dari manajemen tentang representasi yang dibuat dalam hubungannya dengan audit.

c) Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat-syarat perikatan telah sesuai dengan membuat tanda penerimaan surat perikatan audit.

d) Penjelasan setiap surat atau laporan yang diharapkan oleh auditor untuk diterbitkan bagi kliennya.

e) Basis perhitungan fee dan pengaturan penagihannya.

07. Jika relevan, butir-butir berikut ini dapat pula dimasukkan dalam surat perikatan audit:

a) Pengaturan tentang pengikutsertaan auditor lain dan/atau tenaga ahli dalam beberapa aspek audit.

b) Pengaturan tentang pengikutsertaan auditor intern dan staf klien yang lain.

c) Pengaturan, jika ada, yang harus dibuat dengan auditor pendahulu, dalam hal audit tahun pertama.

d) Pembatasan atas kewajiban auditor jika kemungkinan ini ada.

e) Suatu pengacuan ke perjanjian lebih lanjut antara auditor dengan kliennya. Contoh surat perikatan audit disajikan pada Lampiran (paragraf 20).

AUDIT ATAS KOMPONEN

08. Bila auditor induk perusahaan juga bertindak sebagai auditor anak perusahaan, cabang atau

divisi (komponen), faktor-faktor dalam mempertimbangkan apakah perlu mengirimkan surat perikatan audit secara terpisah kepada komponen:

a) Siapa yang menunjuk auditor bagi komponen.

b) Apakah laporan audit terpisah harus diterbitkan untuk setiap komponen.

c) Persyaratan hukum.

d) Lingkup pekerjaan yang dilaksanakan oleh auditor lain.

e) Tingkat kepemilikan oleh induk perusahaan.

f) Tingkat independensi manajemen komponen.AUDIT BERULANGKALI

09. Dalam audit yang berulangkali, auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat keadaan yang memerlukan revisi terhadap syarat-syarat perikatan dan klien perlu diingatkan tentang syarat-syarat perikatan yang masih berlaku.SPA 210 13

Dalam auditor berulang, auditor harus dinilai apakah terdapat keadaan yang memerlukan suatu revisi terhadap ketentuan perikatan audit dan apakah perlu mengingatkan entitas yang bersangkutan tentang ketentuan perikatan audit yang masih berlaku.

010. Auditor dapat memutuskan untuk tidak mengirim surat perikatan setiap periode. Namun, faktor-faktor berikut ini mungkin menyebabkan perlunya auditor mengirim surat perikatan yang baru:

a) Adanya petunjuk bahwa klien salah paham mengenai tujuan dan lingkup audit.

b) Adanya revisi atau syarat-syarat perikatan khusus.

c) Perubahan manajemen senior, dewan komisaris atau kepemilikan.

d) Perubahan signifikan dalam sifat dan ukuran bisnis klien.

e) Persyaratan hukum.

SPA 210 - A28

Auditor dapat memutuskan untuk tidak mengirimkan surat perikatan audit yang baru atau perikatan tertulis lainya di setiap periode audit. Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perlunya revisi atas surat perikatan audit, antara lain untuk memperbaikan ketentuan perikatan audit atau untuk mengingatkan klien tentang hal-hal sebagi berikut :

Adanya indikasi bahwa entintas salah dalam memahami tujuan dan lingkup audit

Adanya revisi atau penambahan ketentuan khusus pada perikatan audit

Pergantian manajemen senior.

Perubahana kepemilikan secara signifikan

Perubahan signifikan dalam sifat dan ukuran bisnis klien

Perubahan dalam ketentuan hukum

Perubahan dalam kerangka pelaporan keuangan yang digunakan dalam penyususnan laporan keuangan.

Perubahan dalam ketentuan pelaporan lainnya

PENERIMAAN PERUBAHAN PERIKATAN

011. Sebelum menyelesaikan perikatannya, auditor yang diminta untuk mengubah perikatan tersebut ke perikatan yang memberikan tingkat keyakinan yang lebih rendah, harus mempertimbangkan kelayakan permintaan tersebut.

SPA 210 15

Jika, sebelum penyelesaian perikatan audit, auditor diminta untuk mengubah perikatan audit tersebuat keperikatan yang menyebabkan auditor memeperoleh tingkat asurans yang lebih rendah, auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat dasar yang wajar untuk melakukan perubahan tesebut

012. Permintaan dari klien kepada auditor untuk mengubah perikatan dapat terjadi sebagai akibat dari perubahan keadaan yang mempengaruhi kebutuhan terhadap jasa audit, kesalahpahaman tentang sifat audit atau jasa terkait yang pada mulanya diminta oleh klien atau pembatasan atas lingkup perikatan, baik yang dilakukan oleh manajemen atau disebabkan oleh keadaan. Auditor mempertimbangkan secara cermat alasan yang mendasari permintaan tersebut, terutama implikasi pembatasan lingkup perikatan.

SPA 210 A29

Permintaan entitas yang ditunjukan kepada auditor untuk mengubah ketentuan perikatan dapat terjadi sebagai akibat dari perubahan kondisi yang mempengaruhi kebutuhan jasa audit, kesalahpahaman tentang sifat audit seperti yang disepakti pada awalnya atau adanya pembatasan ruang lingkup perikatan audit, baik yang dilakukan oleh manajemen atau disebabkan oleh keadaan, auditor harus mempertimbangkan secara cermat alasan yang melandasi permintaan perubahan tersebut, terutama implikasi adanya perubahan dalam surat perikatan audit.

013. Perubahan keadaan yang berdampak terhadap persyaratan entitas atau kesalahpahaman tentang sifat jasa yang semula diminta biasanya dipandang beralasan sebagai basis permintaan perubahan dalam surat perikatan. Sebaliknya, perubahan dipandang tidak beralasan jika perubahan yang diminta klien berkaitan dengan informasi yang tidak benar, tidak lengkap, atau tidak memuaskan.

SPA 210-A 30-A31

Perubahan kondisi yang berdampak terhadap ketentuan entitas atau kesalahpahaman tentang sifat jasa seperti yang di sepakati pada awalnya dapat di pandang sebagi suatu basis yang wajar untuk meminta perubahan dalam surat perikatan audit. Sebaliknya suatu perubahan dipandang tidak wajar jika perubahan yang diminta oleh entitas berkaitan dengan informasi yang tidak benar, tidak lengkap, atau tidak memuaskan

014. Sebelum menyetujui perubahan perikatan audit ke jasa yang berkaitan, auditor yang ditugasi untuk melaksanakan perikatan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, sebagai tambahan implikasi perubahan tersebut dari segi hukum dan kontrak.

015. Jika terdapat alasan yang layak untuk mengubah perikatan dan jika pekerjaan audit yang dilaksanakan telah mematuhi standar auditing yang berlaku, laporan yang diterbitkan perlu didasarkan pada syarat-syarat baru untuk perikatan tersebut. Untuk menghindari kerancuan pembaca laporan tidak boleh mengacu ke:

a) Perikatan semula, atau

b) Prosedur yang mungkin telah dilaksanakan dalam perikatan semula, kecuali bila perikatan telah diubah untuk melaksanakan prosedur yang disepakati dan oleh karena itu pengacuan ke prosedur yang dilaksanakan merupakan bagian normal laporan tersebut.

SPA 210 33

Jika auditor berkesimpulan bahwa terdapat alasan yang wajar untuk mengubah perikatan audit menjadi perikatan reviu atau perikatan nonasurans, pekerja audit yang telah dilaksanakan hingga tanggal pengubahan perikatan mungkin releven dengan perikatan yang berubah; namun pekejaan yang perlu dilaksanakan dan laporan yang akan diterbitkan harus sesuai dengan perikatan baru tersebut. Untuk menghindari keranvuan pembacaan laporan, laporan untuk perikatan nonasurans tidak boleh mengacu pada :

Perikatan audit seperti yang di sepakati pada awalnya atau

Setiap prosedur yang mungkin telah dilaksanakan dalam perikatan audit diubah seperti yang disepakati, dan oleh karena itu, pengacuan pada prosedur yang dilaksanakan merupakan bagian yang normal dari laporan akuntan.

016. Jika syarat-syarat perikatan diubah, auditor dan klien harus bersepakat atas syarat-syarat baru tersebut.017. Auditor harus tidak menyetujui perubahan perikatan jika terdapat alasan yang tidak layak.

018. Jika auditor tidak dapat menyetujui perubahan perikatan dan tidak diperbolehkan oleh klien untuk meneruskan perikatan semula, auditor harus menarik diri dari perikatan dan mempertimbangkan apakah ada kewajiban, baik secara kontrak atau yang lain, untuk melaporkan keadaan yang menyebabkan penarikan dirinya kepada pihak lain, seperti dewan komisaris atau pemegang saham.

SPA 210 17

Jika auditor tidak dapat menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan audit dan manajemen tidak mengizinkan auditor untuk meneruskan perikatan audit semula, auditor harus:

Menarik diri dari perikatan audit (jika dimungkinkan) sesuai dengan peraturan perundangan undangan yang berlaku dan

Menentukan apakah kewajiban, baik secara kontrak maupun dalam bentuk lainnya, untuk melaporkan kondisi tersebut kepada pihak, seperti pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas, pemilik atau badan pengaturSA Seksi 329

PROSEDUR ANALITIK

Sumber: PSA No. 22PENDAHULUAN

01. Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam menggunakan prosedur analitik dan mengharuskan penggunaan analitik dalam tahap perencanaan dan tahap review menyeluruh semua audit.

02. Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan. Prosedur analitik mencakup perbandingan yang paling sederhana hingga model yang rumit yang mengaitkan berbagai hubungan dan unsur data. Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.

03. Pemahaman hubungan keuangan penting dalam merencanakan dan mengevaluasi hasil prosedur analitik, dan menuntut dimilikinya pengetahuan tentang bisnis usaha klien. Pemahaman atas tujuan dan keterbatasan prosedur analitik penting. Kesimpulan yang diambil apabila membandingkan jumlah yang tercatat dengan yang diharapkan, membutuhkan pertimbangan auditor.

04. Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lainnya.

b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.

c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.

Prosedur analitik harus diterapkan untuk tujuan yang disebutkan pada butir a dan c di atas untuk semua audit laporan keuangan yang dilakukan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Sebagai tambahan, dalam beberapa hal, prosedur analitik lebih efektif atau efisien daripada pengujian rinci untuk mencapai tujuan pengujian substantif.SPA 520 - 03 Tujuan auditor adalah :

(a) untuk mendapatkan bukti audit yang relevan dan andal ketika menggunakan prosedur analitis substantive

(b) untuk merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit membantu auditor dalam merumuskan kesimpulan keseluruhan

05. Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh audito berdasarkan bisnis usaha klien. Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan dalam mengembangkan harapan:

a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan memperhatikan perubahan yang diketahui.

b. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ekstrapolasi dari data interim atau tahunan.c. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode.d. Informasi industri bidang usaha klien, misalnya informasi laba bruto.Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevanPROSEDUR ANALITIK DALAM PERENCANAAN AUDIT06. Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu dalam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Untuk maksud ini, prosedur analitik perencanaan audit harus ditujukan untuk:

a. Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadi sejak tanggal audit terakhir dan,

b. Tujuan prosedur ini adalah untuk mengindentifikasi hal-hal seperti adanya transaksi dan peristiwa yang tidak biasa, dan jumlah, ratio serta trend yang dapat menunjukkan masalah yang berhubungan dengan laporan keuangan dan perencanaan audit.

07. Prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit yang umumnya menggunakan data gabungan yang digunakan untuk pengambilan keputusan di tingkat atas. Lebih lanjut, kecanggihan, lingkup, dan saat audit, yang didasarkan atas pertimbangan auditor dapat berbeda tergantung atas ukuran dan kerumitan klien. Untuk beberapa entitas, prosedur analitik dapat terdiri dari review atas perubahan saldo akun tahun sebelumnya dengan tahun berjalan, dengan menggunakan buku besar atau daftar saldo (trial balance) tahap awal yang belum disesuaikan. Sebaliknya, untuk entitas yang lain, prosedur analitik mungkin meliputi analisis laporan keuangan triwulan yang ekstensif. Pada kedua keadaan tersebut, prosedur ana litik yang dikombinasikan dengan pengetahuan auditor tentang bisnis, menjadi dasar dalam menentukan permintaan keterangan tambahan dan perencanaan yang efektif.

08. Dalam prosedur analitik kadangkala informasi nonkeuangan yang relevan juga dipertimbangkan. Misalnya jumlah karyawan, luas ruang penjulan, jumlah barang yang diproduksi dan informasi serupa lainnya mungkin membantu dalam mencapai tujuan prosedur.PROSEDUR ANALITIK YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENGUJIAN SUBSTANTIF09. Kepercayaan auditor terhadap pengujian substantif untuk mencapai tujuan audit yang berhubungan dengan suatu asersi dapat berasal dari pengujian rinci, dari prosedur analitik, atau dari kombinasi keduanya. Keputusan mengenai prosedur yang digunakan didasarkan pada pertimbangan auditor terhadap efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari prosedur audit yang ada.

010. Untuk asersi tertentu, prosedur analitik cukup efektif dalam memberikan tingkat keyakinan memadai. Namun, pada asersi lain, prosedur analitik mungkin tidak seefektif atau seefisien pengujian rinci dalam memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan.011. Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dalam mengidentifikasikan kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain:

a. Sifat asersi.

b. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.

c. Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.

d. Ketetapan harapan.

SIFAT ASERSI012. Prosedur analitik mungkin merupakan pengujian efektif dan efisien atas asersi yang kemungkinan salah sajinya tidak akan tampak dari pemeriksaan bukti rinci atau bila bukti yang rinci tidak langsung tersedia.KELAYAKAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MEMPREDIKSIKAN SUATU HUBUNGAN013. Penting bagi auditor untuk memahami alasan yang membuat hubungan menjadi masuk akal sebab data kadang-kadang seperti berkaitan padahal kenyataannya tidak demikian, sehingga dapat mengarahkan auditor ke pengambilan kesimpulan yang salah. Di samping itu, adanya satu hubungan yang tidak diharapkan dapat memberikan bukti yang penting jika diteliti secara memadai.

014. Karena tingkat keyakinan yang lebih tinggi diharapkan dari prosedur analitik, dibutuhkan lebih banyak hubungan untuk mengembangkan harapan. Hubungan dalam satu lingkungan yang stabil biasanya lebih dapat diduga daripada hubungan dalam satu lingkungan yang dinamis atau tidak stabil. Hubungan yang melibatkan akun laba-rugi cenderung lebih dapat diduga dari pada hubungan yang melibatkan hanya akun neraca, karena akun laba-rugi mencerminkan transaksi selama satu periode waktu, sementara akun neraca mencerminkan saldo pada satu titik waktu. KETERSEDIAAN DAN KEANDALAN DATA015. Data mungkin atau tidak mungkin langsung tersedia untuk mengembangkan taksiran bagi beberapa asersi. Sebagai contoh, untuk menguji asersi kelengkapan, penjualan yang ditaksir bagi jenis usaha tertentu mungkin dapat dikembangkan dari statistik produksi atau ukuran tempat penjualan.

016. Auditor memperoleh keyakinan dari prosedur analitik berdasarkan atas konsistensi jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan dari data yang diperoleh dari sumber lainnya. Keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan harus sesuai dengan tingkat keyakinan yang diinginkan dari prosedur analitik. Faktor berikut ini mempengaruhi pertimbangan auditor terhadap keandalan data untuk mencapai tujuan audit:

a. Apakah diperoleh dari sumber yang independen di luar entitas atau dari sumber di dalam entitas.

b. Apakah sumber dari dalam entitas independen dari mereka yang bertanggung jawab atas jumlah yang diaudit.

c. Apakah data dikembangkan dari sistem yang dapat diandalkan dengan pengendalian memadai.

d. Apakah data menjadi sasaran pengujian dalam tahun berjalan atau tahun sebelumnya.

e. Apakah harapan dikembangkan dengan memakai data dari berbagai sumber.

SPA 520 A12

Keandalan data dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, serta bergantung pada kondisi ketika data tersebut di peroleh. Oleh karena itu, hal hal dibawah ini relevan ketika menentukan apakah suatu data dapat di andalkan untuk tujuan perancangan prosedur analitis substantif :

Sumber informasi yang tersedia.

Komparabilitas informasi yang tersedia

Sifat dan relevansi informasi yang tersedia

Pengendalian terhadap penyusunan informasi yang dirancang untuk memastikan kelengkapan, keakurasian dan validitasan.

KETEPATAN HARAPAN017. Harapan auditor harus cukup tepat untuk memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan sehingga perbedaan yang mungkin merupakan salah saji yang material, baik secara individu atau secara kelompok, dengan salah saji lainnya, akan teridentifikasi untuk diaudit oleh auditor (paragraf 20). Ketika harapan menjadi lebih tepat, toleransi perbedaan yang diharapkan menjadi lebih sempit, sehingga jika terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil prosedur analitik dengan angka sesungguhnya, perbedaan tersebut kemungkinan besar karena salah saji. Ketepatan harapan tergantung pada, antara lain, identifikasi dan pertimbangan auditor terhadap faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi jumlah yang diaudit dan tingkat kerincian data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.

018. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hubunan keuangan. Sebagai contoh, penjualan dipengaruhi oleh harga, volume dan campuran produk. Sebaliknya, masing-masing hal itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan fakto yang bertentangan dapat menutupi salah saji.

019. Harapan yang dikembangkan pada tingkat yang rinci biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih besar dalam mendeteksi salah saji jumlah tertentu dari pada perbandingan secara luas. Tingkat kerincian yang cocok akan dipengaruhi oleh sifat klien, besarnya dan kerumitannya.

PENYELIDIKAN DAN EVALUASI PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN

020. Dalam merencanakan prosedur analitik sebagai pengujian substantif, auditor harus mempertimbangkan jumlah perbedaan yang diharapkan yang dapat diterima berdasarkan materialitas dan harus konsisten dengan tingkat keyakinan yang diharapkan, tanpa penyelidikan lebih lanjut. 021. Auditor harus mengevaluasi perbedaan material yang tidak diharapkan. Dengan mempertimbangkan kembali metode dan faktor yang digunakan dalam mengembangkan harapan dan permintaan keterangan dari manajemen dapat membantu auditor dalam hal ini. Dalam mendesain prosedur audit lainnya itu, auditor harus mempertimbangkan perbedaan yang tidak dapat dijelaskan, yang mungkin menunjukkan risiko yang meningkat dari salah saji yang material. (Lihat SA Seksi 316 [PSA No. 70] Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan.)PROSEDUR ANALITIK YANG DIGUNAKAN DALAM REVIEW YANG MENYELURUH022. Tujuan prosedur analitik yang diterapkan dalam tahap review menyeluruh adalah untuk membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Review menyeluruh umumnya meliputi pembacaan laporan keuangan dan catatannya serta mempertimbangkan:

a. Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak biasa atau yang tidak diharapkan, yang diidentifikasi pada waktu perencanaan audit atau dalam pelaksanaan audit, dan

b. Saldo atau hubungan yang tidak biasa atau tidak diharapkan yang sebelumnya tidak diidentifikasi.

Hasil review menyeluruh dapat menunjukkan bahwa bukti tambahan mungkin diperlukan