gabungan.doc
TRANSCRIPT
LISTRIK MAGNET
Gaya Magnet pada Arus Listrik (Gaya Lorentz)
Gaya yang terjadi akibat interaksi medan magnetik dengan arus listrik atau muatan
listrik yang bergerak/mengalir disebut gaya magnetik ataun gaya Lorentz. Gaya ini bisa terjadi
pada penghantar berarus yang terletak di dalam medan magnetik, muatan listrik yang bergerak di
dalam medan magnetik, atau dua buah penghantar yang dialiri arus listrik.
a. Gaya Magnetik Pada Penghantar Berarus dalam Medan Magnetik
Apabila sebuah penghantar dialiri oleh arus listrik terletak di dalam medan magnetik, maka
penghantar tersebut bergerak karena pengaruh suatu gaya yang bekerja padanya. Arah gaya Lorentz
yang terjadi pada penghantar dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan.
Bila tangan kanan dibuka dengan ibu jari menunjukkan arah arus I dan keempat jari lain
yang dirapatkan menunjukkan arah medan magnetik B, maka arah keluar dari telapak tangan
menunjukkan arah gaya Lorentz.
Besar gaya Lorentz yang dialami oleh kawat berarus listrik di dalam medan magnetik
berbanding lurus dengan kuat arus listrik, panjang kawat di dalam medan magnetik, kuat medan
magnetik , serta sinus sudut antara arah arus dan arah induksi magnetik. Secara matematik besar
gaya Lorentz dapat dituliskan sebagai berikut:
F = B I l sin θ
dengan: F = gaya Lorentz (N)
B = induksi magnetik (T)
I = kuat arus listrik (A)
θ = sudut yang dibentuk oleh I dengan B
Gambar 1. Kaidah Tangan Kanan
B2 B1
Dalam bentuk vektor, persamaan di atas dapat dinyatakan dengan perkalian silang yaitu:
F = I l x B
Arah F diperoleh dengan memutar ujung vektor I ke ujung vektor B sesuai dengan putaran
keempat jari kanan seperti pada gambar arah ibu jari menunjuk adalah arah gaya Lorentz F. Pada
gambar tampak bahwa gaya F tegak lurus B dan gaya F tegak lurus I l.
Arah F dapat juga ditentukan dengan kaidah sekrup, yaitu bila I diputar menuju B melalui
sudut terkecil, jika ternyata arah itu putar kanan, maka arah F akan masuk seperti sekrup, tetapi jika
putar kiri, maka sebaliknya yang berlaku.
b. Gaya Magnetik Antara Dua Penghantar Lurus Sejajar Berarus
Perhatikan dua penghantar lurus sejajar dan terpisah sejauh a masing-masing dialiri oleh
arus listrik I1 dan I2. Pada gambar, I1 searah dengan I2 dan pada gambar, I1 berlawanan arah dengan
I2.
Pada gambar, arus listrik I1 menimbulkan induksi magnetik B1 di titik P. Besar B1 adalah.
B1 =
I1 I2
B1
F2
B2 F1
α
Gambar a
I1 I2
jjm
F1 F2
Gambar 2. Gaya Lorentz
α
Gambar b
Penghantar berarus I2 akan dipengaruhi oleh induksi magnetik B1 sehingga mengalami gaya
Lorentz sesuai dengan Persamaan.
F2 = B1 I2 I2 sin α = ( ) I2 I2 sin 90o
F2 = I2
Selanjutnya, penghantar berarus I2 menimbulkan induksi magnetik B2 di titik Q. Besar B2
adalah:
B2 =
Penghantar berarus I1, akan dipengaruhi oleh induksi magnetik B2 sehingga mengalami gaya
Lorentz sesuai dengan persamaan
F1 = B2 I1 I1 sin α = I1 I1 sin 90o
F2 = I1
Dari kedua persamaan di atas, tampak bahwa gaya per satuan panjang (F/l) untuk kedua
penghantar adalah sama. Apabila arah arus I1 dan I2 berlawanan seperti gambar, ternyata arah gaya
F1 dan F2 mengakibatkan kedua penghantar menjadi tolak-menolak. Dengan demikian dapatlah
disimpulkan bahwa: pada dua penghantar lurus sejajar yang dialiri arus listrik akan terjadi gaya
tarik-menarik bila kedua arus listriknya mempunyai arah yang sama dan terjadi gaya tolak-menolak
bila kedua arus listriknya berlawanan arah.
Besar gaya tarik-menarik atau tolak menolak antara dua kawat berarus ini berbanding lurus
dengan kuat arus yang mengalir pada kedua kawat dan panjang kawat, tetapi berbanding terbalik
dengan jarak antara kedua kawat sebagaimana hubungan berikut:
F1 = F2 = I
c. Gaya Magnetik pada Muatan yang Bergerak dalam Medan Magnetik
Arus listrik adalah muatan listrik yang bergerak per satuan waktu dengan arah sesuai dengan
pergerakan muatan positif. Jika muatan listrik q bergerak dengan kecepatan v, maka kuat arus I =
q/t. Sesuai dengan persamaan gaya magnetik (Lorentz) yang bekerja pada muatan yang bergerak di
dalam medan magnetik dapat ditentukan sebagai berikut:
F = BIl sin α = B l sin α
Lintasan yang ditempuh muatan dalam suatu selang waktu sama dengan besar kecepatan (v
= ), sehingga
F = Bqv sin α
dengan : v = laju muatan (m/s)
α = sudut apit kecepatan v dengan induksi magnetik B.
Dalam bentuk vektor, persamaan di atas dapat dinyatakan dengan perkalian silang, yaitu:
F = qv x B
Arah F diperoleh dengan memutar vektor v ke B melalui sudut terkecil sesuai dengan aturan
sekrup untuk muatan q positif dan sebaliknya untuk muatan q yang negatif. Arah gaya Lorentz
yang dialami oleh muatan yang bergerak dalam medan magnetik dapat juga ditentukan sebagai
berikut:
1. untuk muatan positif, gunakan kaidah tangan kanan.
2. untuk muatan negatif, gunakan kaidah tangan kiri.
Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut ini:
A. Gaya magnet pada kawat berarus listrik
Arus listrik adalah suatu aliran muatan-muatan listrik yang bergerak dalam ruang hampa
atau melalui penghantar. Besarnya arus listrik didefinisikan sebagai banyaknya muatan yang lewat
tiap satuan waktu. Melalui suatu luasan dari penghantar. Misal, pada penampang lintang suatu
penghantar dilalui muatan dengan kecepatan v. jika n adalah banyaknya partikel tiap satuan volume,
jumlah total dari partikel-partikel yang lewat melalui satuan luas tiap waktu adalah nv dan rapat
arus ditentukan sebagai muatan yang lewat pada suatu luasan tiap waktu, maka:
…………………………………….. (1)
Jika A adalah luas penampang penghantar dan tegak lurus J, maka arus listriknya:
……………………………… (2)
Seandainya penghantar dalam medan magnet, maka gaya pada masing-masing muatan dapat
ditentukan. Karena n adalah banyaknya partikel tiap satuan volume, maka gaya magnet tiap volume
adalah:
……………………….… (3)
Gaya total pada volume dV dari medium tersebut adalah:
Gambar. (a) Kaidah Tangan Kiri; (b) Kaidah Tangan Kanan
………………………… (4)
sehingga
………………………………. (5)
gambar dibawah adalah suatu penghantar yang dialiri arus listrik dan berada dalam medan magnet.
Gambar 3. Penghantar dialiri arus listrik
Elemen volume dV dinyatakan dengan dV=A dl. Berdasarkan persamaan (5), maka besarnya gaya
magnetnya adalah
……………………………… (6)
Dalam hal ini , dimana = vector satuan. Dengan demikian persamaan (6) menjadi:
…………………………. (7)
Dengan JA=I, maka:
…………………………… (8)
Sebagai contoh, sebuah kawat penghantar lurus berada dalam medan magnet (lihat gambar
dibawah).
Gambar 4. Gaya magnet pada kawat lurus berarus dalam medan B
Berdasarkan persamaan (8) dapat ditentukan gaya magnetnya yaitu:
…………………….. (9)
dan konstan, maka:
………………………(10)
Gaya F=0, jika kawat konduktor parallel dengan medan magnet , dan gaya F mempunyai
gaya maksimum jika medan magnet sejajar dengan kawat konduktor . Arah dari gaya dapat
ditentukan dengan hukum tangan kanan.
B. Medan magnet disekitar kawat berarus listrik
Di sekitar kawat yang berarus listrik terdapat medan magnet yang dapat mempengaruhi
medan magnet lain. Magnet jarum kompas dapat menyimpang dari posisi normalnya jika
dipengaruhi oleh medan magnet.
Gejala ini pertama kali dikaji oleh Hans Christian Oersted. Melalui percobaan, ia berhasil
mengungkap hubungan antara listrik dan magnet. Ia berhasil membuktikan bahwa penghantar yang
berarus listrik dapat menghasilkan medan magnetik.
Kumparan kawat berinti besi yang dialiri listrik dapat menarik besi dan baja. Hal ini
menunjukkan bahwa kumparan kawat berarus listrik dapat menghasilkan medan magnet. Medan
magnet juga dapat ditimbulkan oleh kawat penghantar lurus yang dialiri listrik. Berdasarkan hasil
percobaan tersebut terbukti bahwa arus listrik yang mengaliri dalam kawat penghantar ini
menghasilkan medan magnetik, atau disekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnetik.
Pada saat arus listrik yang mengalir dalam penghantar diperbesar, ternyata kutub utara jarum
kompas menyimpang lebih jauh. Hal ini berarti semakin besar arus listrik yang digunakan semakin
besar medan magnetik yang dihasilkan.
Arah medan magnetik di sekitar kawat penghantar lurus berarus listrik dapat ditentukan
dengan kaidah tangan kanan. Jika arah ibu jari menunjukkan arah arus listrik (I), maka arah
keempat jari yang lain menunjukkan arah medan magnetik (B). Kaidah tangan kanan ini juga dapat
digunakan untuk menemukan arah medan magnetik pada penghantar berbentuk lingkaran yang
dialiri listrik.
Gambar 3. Penyimpangan magnet kompas
Gambar 4. Kaidah tangan kanan
2.1 Hukum Coulomb
Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Charles Augustin de Coulomb (1736-
1806) diperoleh beberapa kesimpulan bahwa: (a) terdapat dua jenis muatan listrik yaitu muatan
positif dan muatan negatif, (b) dua muatan titik mengerjakan gaya satu sama lain sepanjang garis
penghubung kedua muatan tersebut, (c) besar gaya tersebut berbanding lurus dengan hasil kali
kedua muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua muatan tersebut.
Dari ketiga pernyataan diatas, pernyataan a dan c disebut dengan hukum Coulomb. Berikut
ini merupakan penggambaran konsep hukum coulomb untuk dua buah muatan titik.
Dari gambar dan uraian tersebut, hukum Coulomb dapat dirumuskan sebagai berikut:
……………………….………………………(1)
Keterangan:
q & q = masing-masing muatan titik (Coulomb),
r = jarak antara q dan q (meter),
F = gaya interaksi antara q dan q (Newton),
k = konstanta pembanding yang besarnya 8,9874
di mana k = , dengan adalah permitivitas ruang hampa yang besarnya 8,854
.
Hukum Coloumb jika dituliskan secara vektor, maka bentuknya sebagai berikut (Sujanem,
2001).
………
………… ………………………… (2)
r12 = r1 – r2
0
r2
F21
r1
F12
q1
q2
r12 = r1 - r2
Gambar 2. Gaya listrik antara dua muatan.
q qr
Gambar 1. Gaya interaksi antar dua muatan dengan jarak r
dengan r12 adalah jarak 1 dan 2, F21 adalah gaya pada partikel 2 oleh partikel 1, dan = - adalah
vektor satuan yang berarah dari q2 menuju q1. Persamaan di atas hanya berlaku untuk muatan titik,
jika bukan merupakan muatan titik maka persamaan tersebut tidak berlaku.
2.1.1 Gaya Coulomb oleh Beberapa Muatan.
Jika ada muatan titik lebih dari dua, maka gaya total yang dialami oleh satu muatan titik
adalah penjumlahan vektor gaya dari setiap gaya yang ditimbulkan oleh masing-masing muatan titik
yang lain.
Tinjaulah empat buah muatan titik seperti gambar berikut.
Bila q , q , q ,
dan q terpasang
kuat pada posisi
masing-masing,
gaya resultan
pada q karena
q , q , dan q
adalah:
………………………………………………… (3)
Dengan adalah gaya antara q dan q , adalah gaya antara q dan q , serta adalah
gaya antara q dan q . Jadi, gaya pada q oleh beberapa muatan adalah superposisi gaya interaksi
(a)
Xr
0 (b)
q
Y
q
rr
X
Y
q qq
0q
rr r
r
Gambar 3. Gaya Coulomb oleh Beberapa Muatan.
antara q dengan masing-masing muatan. Pernyataan ini merupakan prinsip superposisi pada
interaksi Coulomb.
Pada dasarnya prinsip ini berlaku selama interaksi antara q1 dengan masing-masing muatan
tidak saling mengganggu. Misalnya interaksi q1 dan q2 tidak terganggu oleh muatan lain. Dan hal ini
hanya dapat terjadi selama posisi muatan tetap, seolah-olah tiap muatan titik terpaku kuat pada
posisi masing-masing.
Prinsip superposisi juga dapat diterapkan untuk menentukan gaya pada sebuah muatan oleh
muatan yang lain. Misalkan ada N benda bermuatan titik 1, 2,…,N dengan besaran skalar q , q ,
….,q yang terletak pada , secara berturut-turut, dari titik asal 0. Gaya yang bekerja
pada muatan q yang terletak pada jarak r dengan semua muatan yang lain yaitu:
…………………………………………… (4)
Dengan
2.1.2 Distribusi Muatan Kontinu
Kita sering menjumpai muatan suatu benda yang terdistribusi secara kontinu. Kita tinjau
elemen distribusi muatan yang sangat kecil dq’ dan di perlakukan sebagai muatan titik yaitu,
Gambar 4. Elemen muatan dari distribusi kontinu
Dimana untuk kasus seperti pada gambar diatas, dapat menggunakan persamaan (4), namun
tanda sigma diubah menjadi integral seluruh distribusi muatan, dimana rumusnya:
.......................................................................................... (5)
Jika muatan terdistribusi melalui volume, maka kita gunakan rapat muatan volume ρ yang di
definisikan sebagai muatan per satuan volume dan akan diukur dalam Coulomb/(meter)3. Dengan
demikian muatan yang mengisi sumber volume kecil dτ’ adalah :
R
r’
r0
dq’
q
dq’ = ρ (r’) dτ’.............................................................................................. (6)
maka persamaan (5) menjadi :
..............................................................
.................. (7)
Dimana ditulis ρ = ρ (r’) karena secara umum kerapatan volume dapat berubah terhadap jarak titik
sumber.
Dengan cara yang sama, muatan dapat di idealisasikan terletak pada permukaan atau
sepanjang garis. Rapat muatan permukaan σ yang menyatakan muatan per satuan luas, dan
kerapatan muatan linier adalah muatan persatuan panjang. Dari pengertian ini maka diperoleh
hubungan:
Dengan demikian persamaan (5) menjadi:
.......................................................................
............ (8)
.......................................................................
............ (9)
2.1.3 Muatan titik di luar muatan bola seragam
Salah satu efek distribusi muatan kontinu, yaitu menghitung persamaan (7) untuk kasus
dimana q terletak di luar bola yang berdistribusi muatan homogen (ρ = konstan). Pilih titik asal pada
pusat bola yang berjejari r dan ambil q pada sumbu z dengan z>a. Lihat gambar di bawah ini.
dτ’
ϕ
ϴ r
R
q
a
a
a
z
y
x
Gambar 5. Muatan titik di luar muatan bola seragam
Untuk mendeskripsikan titik sumber r’ dan untuk menyelesaikan integral digunakan
kordinat bola. Pada gambar dibawah ini dimana menunjukan bidang yang terdiri dari sumbu z, r’,
dan R. Lihat bahwa
Gambar 6.
Dengan demikian, , dan berdasarkan gambar diatas maka di peroleh:
…………………………………………………… (10)
Maka persamaan (7) menjadi:
......................................................... (11)
Karena tidak konstan selama integral, maka akan lebih bermakna untuk mencari Fq dalam
bentuk komponennya. Lakukan perkalian titik terhadap ruas kiri dan kanan persamaan (11) maka
diperoleh:
.................................................................................................. (12)
2.2 Medan listrik
Medan adalah suatu besaran yang mempunyai harga pada tiap titik dalam ruang. Jika kita
menempatkan sebuah muatan uji di dalam ruang didekat sebuah tongkat bermuatan, maka sebuah
r
'rR
r’ϴ
z
0
q
'd
gaya elektrostatik akan bekerja pada muatan itu. Disekitar interaksi muatan listrik terdapat sebuah
medan.
Ada dua jenis muatan listrik yang diberi nama positif dan negatif. Muatan listrik selalu
merupakan kelipatan bulat dari satuan muatan dasar e. Muatan dari elektron adalah -e dan proton
+e. Benda menjadi bermuatan akibat adanya perpindahan muatan dari satu benda ke benda lainnya,
biasanya dalam bentuk elektron. Muatan bersifat kekal. Muatan tidak diciptakan maupun
dimusnahkan pada proses pemberian muatan, tetapi hanya berpindah tempat.
Dari konsepsi interaksi muatan ini muncul pengenalan terhadap sebuah medan, yang
kemudian disebut medan listrik.
Gambar 7. Kuat Medan listrik
Adanya kuat medan listrik digambarkan pada gambar diatas oleh Garis Medan Listrik (Lines
of Force) yang mempunyai sifat:
1. Garis medan listrik keluar dari muatan positif menuju ke muatan negative.
2. Garis medan listrik antara dua muatan tidak pernah berpotongan.
3. Jika medan listrik di daerah itu kuat, maka garis medan listriknya rapat dan sebaliknya.
Jadi, medan listrik itu adalah ruang diantara muatan listrik yang masih terpengaruh gaya-
gaya listrik.
Definisi :
Kuat medan listrik atau Intensitas medan listrik didefinisikan sebagai gaya per satuan
muatan positif yang akan dialami oleh sebuah muatan titik stasioner, atau muatan uji
Secara matematis dapat dituliskan sebagai :
………………………………………………………………………. (13)
Bilamana kita perhatikan kembali pers. (13) q adalah faktor umum dari semua suku,
sehingga Fq dapat dituliskan sebagai perkalian q dan kuantitas yang tak bergantung pada harga q
namun bergantung pada semua muatan yang lain dan jaraknya relaitf terhadap q.
Dan secara matematis dapat dituliskan sebagai:
……………………………………………………………….. (14)
Dimana :
……………………………………………………… (15)
Jika sumber muatan mempunyai distribusi kontinu, maka bentuk persamaannya menjadi:
,
di mana adalah rapat muatan volumenya..................................................... (16)
,
di mana adalah rapat muatan luasnya........................................................... (17)
,
di mana adalah rapat muatan liniernya........................................................ (18)
Selanjutnya dengan meninjau adanya garis muatan tak berhingga di mana memperlihatkan
sebagian dari garis muatan tak berhingga yang rapat muatan liniernya (muatan persatuan panjang)
mempunyai nilai konstan . Besarnya kontribusi medan dE yang berasal dari elemen muatan dq (=
) diberikan oleh:
...................................................................... (19)
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
x
y
dEy
dEx
dE
P
r
Odx
Gambar 8. Sebagian dari garis muatan tak berhingga
Vektor dE ini mempunyai komponen-komponen:
............................................................ (20)
Tanda minus menunjukkan bahwa titik dEx mengarah ke dalam arah x-negatif. Komponen-
komponen x dan y dari vektor resultan E pada titik P diberikan oleh:
......................................................................... (21)
Ex harus sama dengan nol karena setiap elemen muatan di sumbu x-positif dan x-negatif
mempunyai besar yang sama, sehinggga kontribusi-kontribusi medan elemen-elemen tersebut di
dalam arah x saling menghilangkan. Jadi E seluruhnya mengarah ke dalam arah y. Karena
kontribusi-kontribusi kepada Ey dari setengah bagian kiri dan setengah bagian kanan tongkat adalah
sama, maka kita dapat menuliskan:
............................................................................... (22)
Dengan mensubtitusikan persamaan (19) ke dalam persamaan (22) maka akan memberikan:
......................................................................... (23)
Jika diperhatikan kembali hubungan antara x dan pada gambar 2 diatas maka:
.................................................................................................... (24)
Differensiasi persm. (24) terhadap adalah
............................................................................................ (25)
Substitusi persamaan (25) dan (23) mengasilkan :
.................................................................................................... (26)
2.2.1 Medan Listrik oleh Muatan Titik
Medan listrik oleh muatan titik didefinisikan sebagai limit angka banding gaya pada suatu
muatan uji yang diletakkan pada titik itu terhadap besarnya muatan uji, yaitu limit yang diambil jika
besar muatan uji mendekati nol. Lambang dari medan listrik adalah E. Dalam lambang vektor
definisi dari E menjadi,
............................................................................................. (27)
Di mana Fq merupakan hasil kali muatan q dan medan listrik (E), dimana dapat dinyatakan dalam
N/C. Secara matematis dapat ditulis :
...................................................................................................... (28)
atau
........................................................................................... (29)
Jika suatu muatan uji q diletakkan dititik r, maka muatan uji akan mengalami gaya F yang diberikan
oleh,
...... (30)
Yang disebabkan oleh sebaran muatan yang telah ditentukan. Medan listrik di r adalah limit dari
angka banding gaya ini terhadap muatan uji q. Karena angka banding ini tidak bergantung pada q,
maka listrik di titik r adalah,
............ ......................
........................................................................................ (31)
2.2.2 Medan Listrik oleh Distribusi Muatan Volume yang Kontinu
Distribusi partikel-partikel bermuatan di dalam sebuah ruang dapat direpresentasikan oleh
sebuah distribusi kontinu seragam yang dicirikan oleh suatu kerapatan muatan volume ruang.
Kerapatan muatan volume ini dinotasikan dengan satuan c/m3. Sejumlah kecil muatan yang
berada didalam volume berukuran kecil dapat dihitung melalui rumus :
................................................................................................. (32)
Pendekatan secara matematis rapat muatan volume dengan mengambil limit dari pers. (25) :
.............................................................................................. (33)
Muatan total di dalam suatu volume yang berhingga karenanya dapat dihitung dengan
mengintegrasikan kerapatan muatan untuk seluruh volume tersebut, sehingga :
...................................................................................................... (34)
2.2.3 Medan listrik oleh sebuah muatan garis
Asumsikan adanya sebuah muatan garis garis lurus yang membentang di sepanjang sumbu z
dari titik dan didalam sebuah kordinat silinder sebagaimana yang terliha pada gambar
dibawah. Intensitas medan listrik E di setiap titik dalam ruang akibat adanya distribusi muatan garis
seragam dengan kerapatan digambarkan sebagai berikut:
Gambar 9. Medan parsial yang dihasilkan elemen muatan
Dengan menerapkan pers. (27) dan substitusi , maka medan parsial di titik P adalah:
……………………………………………………………. (35)
Dengan
dan
Sehingga persamaan (35) menjadi :
……………………………………………………… (36)
Dengan maka integrasi untuk dE adalah:
z,0,0 'dzdq L
Ra
'r
'z
x
y
LzdE
dE
dE
r
Sehingga
…………………………………………………………………... (37)
2.3 Potensial Listrik-Statik
Medan listrik di sekitar sebuah tongkat bermuatan dapat dijelaskan bukan hanya oleh sebuah
medan listrik E, tetapi dapat dijelaskan oleh sebuah kuantitas skalar, yaitu potensial listrik V.
Potensial listrik dapat didefinisikan sebagai energi persatuan muatan. Potensial listrik dinyatakan
dengan simbol V.
Selisih potensial listrik diantara dua titik A dan B di dalam sebuah medan listrik, dapat
dicari dengan menggerakkan sebuah muatan uji q0 dari titik A ke B (selalu mempertahankannya di
dalam kesetimbangan), dan dapat diukur kerja yang dilakukan oleh alat yang menggerakkan muatan
tersebut. Selisih potensial listrik dapat didefinisikan dengan persamaan:
................................................................................................. (38)
Dengan mengambil titik A berada jauh tak berhingga, potensial listrik VA pada jarak tak hingga ini
diambil secara sembarang sebagai nol (VA = 0), dan dengan menghilangkan indeks-indeks bawah
(subscripts), maka diperoleh:
0q
WV ………………………………………………………………………. (39)
Misalkan, A dan B pada Gambar 10 adalah dua titik di dalam sebuah medan listrik uniform E
(medan listrik homogen E), dan A berjarak d dari B di dalam arah medan. Anggaplah bahwa sebuah
muatan uji positif q0 digerakkan dari A ke B sepanjang garis lurus yang menghubungkan A dan B.
Gaya listrik pada muatan tersebut adalah q0E dan mengarah ke bawah. Untuk menggerakkan
muatan maka kita harus menetralkan gaya ini dengan memakaikan sebuah gaya luar F yang
besarnya sama tetapi berarah ke atas. Kerja W yang dilakukan oleh pengaruh yang membekali gaya
ini adalah:
Ed q = Fd = W 0AB .......................................................................................... (40)
dengan mensubstitusikan persamaan (39) ke persamaan (38) maka akan diperoleh:
dEq
WVV AB
AB 0
…………………………………………...………….. (41)
Persamaan ini memperlihatkan hubungan di antara perbedaan potensial dan kekuatan medan untuk
sebuah kasus khusus yang sederhana.
Seperti halnya pada medan listrik homogen E, misalkan A dan B adalah dua titik di dalam
sebuah medan listrik tak homogen E (Gambar 11). Anggap sebuah muatan uji q0 digerakkan oleh
suatu pengaruh luar dari A ke B sepanjang lintasan yang menghubungkan A dan B. Medan listrik
mengerahkan sebuah gaya q0E pada muatan uji tersebut. Untuk mempertahankan supaya muatan uji
tersebut tidak dipercepat, maka sebuah pengaruh luar harus memberikan sebuah gaya F = - q0 E
(tanda minus menunjukkan arah yang berlawanan) untuk semua kedudukan benda uji tersebut.
q0E
F
E
q0
dld
A
B
Gambar 10.Sebuah muatan uji positif q0 digerakkan dari A ke B didalam sebuah medan listrik uniform E oleh sebuah pengaruh luar yang mengarahkan sebuah gaya F pada muatan uji tersebut.
Jika pengaruh luar (gaya F) menyebabkan benda uji bergerak melalui pergeseran dl
sepanjang lintasan dari A ke B, maka elemen kerja yang dilakukan oleh pengaruh luar (gaya F)
adalah F. dl. Kerja total WAB yang dilakukan oleh pengaruh luar dalam menggerakkan muatan uji
dari A ke B, dapat dicari dengan menjumlahkan (mengintegrasikan) kontribusi-kontribusi kerja
untuk seluruh segmen yang sangat kecil sepanjang lintasan tersebut, yaitu:
ldEqldFWB
A
B
A
AB
.. 0 ………………………………….………………. (42)
B
A
ABAB ldEqWVV
./ 0 …………………………..……..……………. (43)
Gambar 12.
Diketahui bahwa , integral garis E di dalam gambar tersebut adalah nol. Karena
, integral E dari titik a ke titik b adalah sama untuk semua jalan. Oleh karena itu, dapat
kita tulis bahwa :
………………………………….………………………………… (44)
Dengan ref menyatkan titik acuan di mana V bernilai nol. V hanya tergantung pada titik r. Inilah
yang disebut potensial listrik-statik. Diferensiasi potensial antara kedua titk adalah:
Gambar 11. Sebuah muatan uji positif qo digerakkan dari A ke B di dalam medan E yang tak homogen oleh gaya F pada muatan uji tersebut.
……………………………….………………… (45)
………..……….……………………………….. (46)
………………..………………………………………….. (47)
Sehingga:
……….…………..…………………………………………(48)
…………………….…..…………………………………………(49)
Jadi untuk titik sembarang a dan b, persamaan diatas menjadi:
……………………………….…..…………………………………………(50)
Untuk mencari nilai potensial listrik yang ditimbulkan oleh muatan titik q1 ditentukan
dengan :
……………..………………………………………………………(51)
Karena potensial listrik V diketahui bernilai, maka dapat pula dituliskan:
..……..………………………………………………………(52)
Dari definisi gradien, diperoleh bahwa :
…………………..………………………………………………………(53)
Dengan mensubstitusikan persamaan (52) ke persamaan (53), sehingga:
…………………………………………….………(54)
Apabila batas bawah atau titik acuan integral diambil pada tak terhingga, dengan potensial di sana
nol, maka hasilnya adalah:
…………………………………………………………………………(55)
2.4 Hukum Gauss
Hukum Gauss menyatakan jumlah garis gaya yang keluar (fluks listrik total) dari suatu
permukaan tertutup sebanding dengan dengan jumlah muatan listrik yang dilingkupi oleh
permukaan tertutup itu. Ada hubungan penting antara integral komponen normal medan listrik pada
permukaan tertutup dengan muatan total yang dilingkupi permukaan itu. Medan listrik di titik r
yang ditimbulkan oleh muatan titik q yang terletak di titik asal adalah
……………………………………………………………… (54)
Kita tinjau integral permukaan dari komponen normal medan listrik ini pada permukaan tertutup yang melingkupi titik asal, yang berarti juga melingkupi muatan q. Integral ini adalah:
………………………………………….. (55)
Dengan adalah proyeksi da pada bidang tegak lurus r. Bidang yang diproyeksikan dan
dibagi dengan r2 ini merupakan sudut ruang yang dilingkupi oleh da, yang dituliskan sebagai dΩ. Dari gambar jelas bahwa sudut ruang yang dilingkupi da yaitu bagian luas permukaan pada bola S’ yang pusatnya terdapat di titik asal dan jejarinya r’. Selanjutnya dapat dituliskan:
……………………………………… (55)
Sehingga persamaan di atas menjadi:
…………………………………………….. (56)
Gambar 13. Suatu permukaan rekaan tertutup S yang melingkupi muatan titik di titik asal
Jika q terletak di luar S, maka jelas bahwa S dapat di bagi menjadi 2 bagian bidang S1 dan S2 yang masing masing melingkupi sudut ruang yang sama pada muatan q. Meskipun demikian arah normal S2 menuju q, sedangkan arah normal untuk S1 menjauhi q. Oleh karena itu sham yang diberikan S1
dan S2 pada integral permukaan itu sam tetapi berlawanan tanda sehingga integral totalnya sama dengan nol. Jadi jika permukaan itu melingkupi suatu muatan titik q maka integral permukaan dari
komponen garis–normal, medan listriknya sama dengan , sedangkan jika q terletak diluar
permukaan tersebut, maka harga integral permukaan tertutup, bahkan untuk permukaan tertutup yang dikatakan berarah ke dalam.
Gambar 14. Penentuan sudut
Gambar 15. Permukaan tertutup S dapat dibagi menjadi dua bagian permukaan, yaitu S1
dan S2, yang masih melingkupi sudut ruang yang sama di q
Jika beberapa muatan titik q1,q2,....qN dilingkupi oleh permukaan tertutup S, maka medan
listrik totalnya dapat dinyatakan dengan suku pertama persamaan (2.8). Setiap muatan melingkupi
suatu sudut ruang penuh ( sehingga persamaan (2.2) menjadi :
……………………………………………………. (57)
Hasil ini mudah dirampatkan untuk hal sebaran muatan malar yang dicirikan oleh rapat
muatan. Jika setiap bagian muatan dipandang sebagai muatan titik, maka bagian tersebut
memberikan tambahan . Pada integral permukaan dari komponen garis-normal medan listrik,
asalkan terdapat di dalam permukaan yang di integralkan. Oleh karena itu integral permukaan
totalnya muatan yang terletak di dalam permukaan tersebut. Jadi jika S merupakan permukaan
tertutup yang membatasi volum V, maka:
………………………………………………… (58)
Persamaan (57) dan (58) di kenal sebagai hukum gauss. Ruas kiri persamaan tersebut, yaitu integral
komponen garis normal lisriknya pada permukaan S, kadang-kadang disebut fluks medan listrik
pada permukaan S.
Gambar 15. Bagian sudut ruang yang memotong permukaan S lebih dari sekali
Hukum gauss dapat pula dinyatakan dalam bentuk lain dengan menggunakan teorema
divergensi. Teorema divergensi menyatakan bahwa:
………………………………………………. (59)
Jika teorema ini di terapkan pada integral permukaan ciri komponen garis normal medan listrik E,
maka di peroleh:
……………………………………………….. (60)
Yang jika persamaan dimasukkan ke dalam persamaan (58), di peroleh:
…………………………………………………… (61)
Persamaan (61) harus berlaku untuk semua jenis volum, yaitu untuk sebarang pilihan volum V.
Satu-satunya cara agar pernyatan ini benar adalah dengan menyamakan faktor yang diintegralkan
pada kedua ruas persamaan (61). keabsahan persamaan (61) untuk pilihan V yang mana pun
menunjukkan bahwa:
……………………………………………………………………. (62)
Hasil ini dapat di anggap sebagai bentuk difrensial dari hukum Gauss.
2.1 Persamaan Laplace dalam Satu Dimensi
Misalkan V hanya bergantung pada variabel x saja, maka persamaan Laplace
(1-1)
menjadi (1-2)
Penyelesaian umum persamaan (1-2) adalah
(1-3)
Persaman (1-2) berisi dua tetapan yang tidak diketahui (m dan b) yang diharapkan sebagai
jawaban dari persamaan differensial orde dua. Kedua tetapan tersebut ditentukan dengan
menggunakan syarat batas. Syarat batas dapat dipilih karena belum ada persoalan fisis yang
ditentukan, kecuali hipotesis asal yang menyatakan bahwa potensialnya hanya berubah terhadap
x
Misalkan pada saat dan pada , maka melalui persamaan (1-3)
diperoleh:
,
,
Dan
(1-4)
Jika diperoleh syarat batas untuk dan pada , maka
Sehingga
Sebagai ilustrasi misalkan pada saat di dan di maka diselesaikan.
Sehingga
Dengan demikian keadaan potensialnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Distribusi potensial listrik pada setiap harga x
2.2 Persamaan Laplace dalam Dua Dimensi
Jika V bergantungg dari dua variable, missal x dan y, maka persamaan Laplace, maka dapat
dituliskan
Penyelesaian yang didapat akan memiliki dua sifat, yaitu:
i). V ditulis (x,y) adalah rata-rata dari sekeliling titik. Jika digambarkan lingkaran dengan jari-jari R
yang terkait dengan titik (x,y), maka harga rata-rata V pada lingkaran adalah sama dengan harga
pada pusat lingkaran.
ii). V tidak ada lokasi maksimum atau minimal, harga ekstreme terjadi pada batas.
2.3 Persamaan Laplace Tiga Dimensi
Jika V tergantung dari segitiga variable x, y, z, maka persamaan Laplace
Penyelesaian V yang diperoleh akan memiliki dua sifat, yaitu;
i). Nilai V pada titik P adalah merupakan nilai rata-rata pada permukaan bola berjari-jari R dengan
titik pusat P.
ii). Sebagai konsekuensinya, V dapat tidak ada lokasi maksimum atau minimum sedangkan nilai
ekstrim V terjadi pada batas. Jika V maksimum di P, maka dapat digambarkan suatu bola
mengelilingi P yang semua harga dari V akan lebih kecil daripada harga V di P.
2.4 Syarat Batas dan Teorema Keunikan
Persamaan Laplace tidak langsung dengan sendirinya dapat digunakan untuk menentukan V,
tetapi harus ditambah dengan seperangkat syarat batas sehingga penyelesaian V menjadi lengkap.
Untuk persamaan Laplace satu dimensi pencarian V adalah mudah, sebab penyelesaian umum
persamaan Laplace , yang mengandung dua konstanta dan selanjutnya dibutuhkan dua
syarat batas.
Dalam persamaan Laplace dua atau tiga dimensi dijumpai adanya persamaan diferensial parsial dan
hal itu tidak mudah untuk diperoleh syarat batas yang sesuai. Untuk itu V akan ditentukan harganya
secara khusus pada batas. Demikian juga syarat batas yang lain juga dapat digunakan. Bukti bahwa
seperangkat syarat batas dapat digunakan dalam bentuk teorema keunikan. Teorema keunikan
tersebut sebagai berikut:
1. Teorema Kunikan Pertama
Penyelesaian persamaan Laplace dalam suatu daerah ditentukan secara unik (khusus)
jika harga V merupakan fungsi yang dinyatakan pada seluruh batas dalam daerah tersebut.
Pembuktian teorema keunikan pertama ini adalah sebagai berikut:
Dalam gambar 6.2 menunjukkan suatu daerah dan perbatasn.
Misalnya ada dua penyelesaian persamaan Laplace, V1 dan V2 yang keduanya merupakan
fungsi dari koordinat yang digunakan, maka:
dan
Keduanya dianggap memberikan nilai V tertentu pada permukaan, dan keduanya memiliki
nilai seimbang / sama ( . Pembuktiannya adalah sebagai berikut.
Misalnya diambil perbedaan antar keduanya,
dan memenuhi persamaan Laplace
Penerapan teorema keunikan pertama ini dengan ketentuan bahwa
a. Penyelesaiannya memenuhi persamaan Laplace
b. Persamaan memiliki nilai pada semua perbatasan.
2. Teorema keunikan kedua
Cara sederhana untuk menentukan syarat batas pada elektrostatistik adalah dengan
memberikan harga V pada semua permukaan yang mengelilingi daerah tertentu. Dalam
laboratorium, misalkan kawat penghantar dihubungkan baterai dengan potensial tertentu,
atau dihubungkan dengan tanah (V=0). Tetapi ada keadaan dimana potensial diperbatasan
tidak diketahui, melainkan rapat muatan pada berbagai permukaan penghantar diketahui
harganya.
2.5 Teorema Keunikan Kedua
Cara sederhana untuk menentukan syarat batas pada masalah elektrostatik adalah dengan
memberikan harga V pada semua permukaan yang mengelilingi daerah tertentu. Misalkan dalam
praktek laboratorium, kawat penghantar dihubugkan baterai dengan potensial tertentu, atau
dihubungkan dengan tanah (V=0). Tetapi, ada keadaan dimana potensial diperbatasan tidak
diketahui, melainkan rapat muatan pada berbagai permukaan penghantar diketahui harganya.
Misalkan muatan Q1 pada penghantar 1, Q2 pada penghantar 2, dan seterusnya. Daerah antar
penghantar diketahui juga rapat muatannya , seperti terlihat pada gambar 1
Gambar. 3 Daerah dengan muatan pada berbagai konduktor
Mungkin timbul pertanyaan, apakah medan listrik untuk kasus diatas dapat ditentukan secara unik.
Untuk menjawabnya, kami akan menggunakan teorema keunikan kedua yaitu:
Di dalam daerah yang terdapat beberapa penghantar yang diisi dengan muatan tertentu
dengan rapat muatan , maka medan listrik ditentukan khusus jika muatan total pada masing-
masing penghantar diketahui.
Pembuktian teorema tersebut:
Misalkan ada dua buah medan yang memenuhi syarat dari suatu problem. Untuk keduanya
dikenai hukum Gauss dalam bentuk differensial untuk daerah diantara penghantar-penghantar
tersebut.
Dan dalam bentuk integral permukaan yang meliputi masing-masing penghantar
Perbedaan keduanya dapat dinyatakan:
Dalam daerah antara penghantar-penghantarnya dan meliputi masing-masing permukaan
perbatasan.
Meskipun tidak mengetahui bagaimana distribusi muatan tersebut maka dapat diketahui
bahwa masing-masing konduktor merupakan equipotensial, sehingga V3 adalah konstan meliputi
masing-masing permukaan konduktor. Dalam hal ini V3 tidak perlu nol, sebab V1 dan V2 harganya
boleh tidak sama.
Selanjutnya dengan berdasarkan aturan dalam identitas vektor, yaitu hukum perkalian
Maka dapat dinyatakan bahwa:
(1-5)
Karena kita dapatkan bahwa dan (gradien potensial)
Maka persmaan (1-5) menjadi
(1-6)
Atau dalam bentuk integral dituliskan:
(1-7)
Integral ruas kiri pada persamaan (1-7) melalui teorema divergensi dapat diubah menjadi
integral permukaan, sehingga
(1-8)
Integral permukaan meliputi semua pembahasan dari daerah yang telah ditentukan, termasuk semua
permukaan penghantar dan batas luar. Karena V3 konstan meliputi setiap permukaan, (jika batas
luar adalah tak berhingga, V3 = 0 ), maka persamaan (1-8) menjadi:
Tetapi integralnya tak pernah negative, namun integral dapat diabaikan jika disetiap tempat,
akibatnya
2.6 Metode Pemisahan Variabel Koordinat Cartesian
Metode pemisahan variabel digunakan untuk pemecahan persamaan laplace. Pada koordinat
cartesian, persamaan laplace dinyatakan dengan:
Dengan menyatakan nilai Z adalah tetap, maka persamaan diatas menjadi
(1-9)
Jika diasumsikan bahwa penyelesaiannya merupakan perkalian dan besarnya tiap-tiap fungsi
maka,
V(x,y) = X.Y (1-10)
Jika persamaan (1-5) didistribusikan (1-6), diperoleh
Dapat dituliskan,
(1-11)
Karena X tidak mengandung y dan Y tidak mengandung x dapat ditulis
(1-12)
Persamaan (1-8) dibagi dengan XY, akan diperoleh
Atau dapat dituliskan,
(1-13)
Agar ruas kiri dan ruas kanan dalam persamaan (1-13) sama, maka tidak boleh
merupakan fungsi x dan tidak boleh merupakan fungsi y. Oleh karena itu agar sama, maka
keduanya harus merupakan konstanta (tetapan).
Misalkan tetapan tersebut = k2, maka
Sehingga
(1-14)
Sehingga,
(1-15)
Dengan k2 = tetapan pemisah, karena dipakai untuk memisahkan seatu persamaan menjadi
dua persamaan yang lebih sederhana.
Penyelesaian persamaan (1-10) dan (1-11) masing-masing adalah:
Sehingga
2.7 Metode Pemisahan Variabel Koordinat Bola
Persamaan laplace untuk koordinat bola adalah sebagai berikut;
Dengan nilai V adalah tetap untuk , sehingga persamaan diatas menjadi
Bagi persamaan diatas dengan
(1-16)
Berdasarkan persamaan diatas diketahui bahwa solusi persamaan tersebut mengandung fungsi
Persamaan (1) kami bagi dengan , diperoleh
Kedua ruas memiliki fungsi yang berbeda. Untuk menyamakan kedua ruas yang memiliki fungsi
yang berbeda tersebut, maka keduanya harus merupakan konstanta (tetapan)
Misal tetapannya adalah l(l+1), maka persamaan diatas menjadi
Sehingga
Solusi umumnya menjadi,
(1-17)
Sehingga
Dengan menggunakan Legendre Polynomials, solusi umumnya menjadi
(1-18)
Dengan digambarkan dengan formula Roudrigues:
Sehingga solusi potensial untuk fungsi r dan menjadi:
Berikut kami sajikan beberapa tabel Legendre polynomials
2.8 Ekspansi Multipol
a. Perkiraan Potensial Pada Jarak Yang Jauh
Tabel 1. Legendre Polynomials
Jika kita berada sangat jauh dari pusat distribusi muatan, maka hal tersebut akan terlihat
seperti muatan titik dan perkiraan potensialnya adalah yang mana Q adalah muatan total.
Pada pembahaan ini kita akan mengulas topik mengenai potensial pada suatu titik yang jaraknya
jauh.
Contoh:
Apakah yang dimaksud dengan dipol listrik? Jadi, dipol listrik merupakan terdapatnya dua
buah muatan yang besarnya sama namun berlawanan jenis ( terpisah pada jarak d. Sekarang
coba kita tentukan perkiraan besar potensial pada suatu titik yang jaraknya jauh dari dipol tersebut.
Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar 4. Potensial Pada Suatu Titik dari Suatu Dipol
Berdasarkan gambar di atas, maka:
(1-19)
Dari aturan cosinus, kita akan memperoleh:
(1-20)
Dalam hal ini kita tertarik pada r>>d, jadi suku dapat kita abaikan karena nilai akan sangat
kecil. Jadi bentuk lain dari persamaan di atas jika kita ubah dalam bentuk ekspansi binomial
menghasilkan:
(1-21)
(1-22)
Jadi,
(1-23)
Sehingga besar potensial pada titik P adalah
(1-24)
Jadi sudah terbukti bahwa potensial dipol
Sekarang jika kita mengusulkan untuk mengembangkan ekspansi yang sistematis untuk potensial
dari distribusi muatan sembarang seperti gambar di bawah ini.
Gambar 5. Potensial Pada Suatu Titik Dari Distribusi Muatan
Jadi, (1-25)
Dengan menggunakan aturan cosinus, maka persamaannya menjadi:
(1-26)
Kita misalkan:
(1-27)
Dengan menggunakan ekspansi binomial, maka persamaan di atas menjadi:
(1-28)
Jika kita ubah persamaan (1-28) dalam bentuk r,r’ dan θ, maka:
Ternyata persamaan di atas menggunakan polynomial Legendre dari cos θ’, sehingga persamaan di
atas menjadi
(1-29)
Sehingga nilai V menjadi
(1-30)
Sehingga secara eksplisit, (1-31)
Hasil di atas merupakan hasil yang diinginkan yang mana ruas pertama adalah monopol, kemudian
ruas kedua adalah dipol dan seterusnya.
b. Monopol dan Dipol
Persamaan potensial untuk monopol adalah sebagai berikut
(1-32)
Dimana yang merupak muata total dari suatu susunan untuk muatan yang terdistribusi
secra kontinyu.
Kemudian dari persamaan (1-31) kita telah memperoleh dipole sebesar
(1-33)
Pada gambar di bawah ini, θ’ merupakan sudut antara dengan maka:
(1-34)
Gambar 7. Potensial Pada Suatu Titik Dari Distribusi Muatan
Sehingga potensial dipol dapat ditulis secara ringkas seperti di bawah ini
(1-35)
Suku yang diintegralkan tersebut yang disebut momen dipol
(1-36)
Sehingga,
(1-37)
Momen dipol merupakan suatu ukuran terhadap derajat kepolaran. Momen dipol ditentukan
berdasarkan sifat geometrinya (ukuran, bentuk serta kerapatan) dari distribusi muatan. Momen dipol
pada kumpulan muatan titik berlaku:
(1-38)
Contoh:
Untuk memntukan momen dipol dari muatan pada gambar di atas, maka
PEMBAHASAN HUKUM FARADAY
1. Medan Magnet
Ilmu pengetahuan magnetisme tumbuh dari pengamatan bahwa ”batu-batu” (magnet) tertentu
akan menarik potongan besi yang kecil-kecil. Arus di dalam sebuah kawat dapat juga menghasilkan
efek-efek magnetik, yaitu bahwa arus tersebut dapat mengubah arah (orientasi) sebuah jarum
kompas. Kita dapat mengintensipkan (memperbesar) efek magnetik sebuah arus di dalam sebuah
kawat dengan membentuk kawat tersebut ke dalam sebuah koil yang terdiri dari banyak lilitan dan
dengan menyediakan sebuah teras (core) besi. Kita dapat mendefinisikan ruang di sekitar sebuah
magnet atau di sekitar sebuah penghantar yang mengangkut arus sebagai tempat medan magnet
(magnetic field), sama seperti kita telah mendefinisikan ruang di dekat sebuah tongkat bermuatan
sebagai tempat tempat medan listrik (Halliday Resnick, 1999: 250-251).
Medan magnet di sembarang titik dapat didefinisikan sebagai vektor yang dinyatakan dengan
simbol B dan arahnya ditentukan dengan jarum kompas. Besar B dapat didefinisikan dalam momen
yang diberikan pada jarum kompas ketika membentuk sudut tertentu terhadap medan magnet.
Makin besar momen maka makin besar kuat medan magnetnya (Giancoli, 2001: 134).
Secara mikroskopis di dalam bahan magnet terdapat arus-arus kecil. Arus-arus kecil tersebut
disebabkan oleh gerakan elektron mengelilingi inti atau gerakan elektron pada sumbunya (spin).
Sedangkan secara makroskopis, dalam bahan magnet terdapat dipole-dipole magnet. Arah dipole-
dipole magnet ini adalah acak sehingga saling meniadakan (Suyoso, 2003).
Seperti halnya bahan yang dipengaruhi oleh medan listrik akan terjadi polarisasi, maka bahan
yang dipengaruhi medan magnet juga akan terjadi polarisasi magnetik atau magnetisasi.
Magnetisasi timbul disebabkan pengaruh medan magnet tersebut membentuk pembarisan dipole-
dipole magnet sehingga arahnya teratur (tidak acak) seolah-olah terbentuk pengutuban magnet.
Analog dengan definisi polarisasi, maka magnetisasi didefinisikan sebagai momen dipole magnet
persatuan volume. Magnetisasi dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
...........................................................................................(1)
Keterangan :
= adalah Magnetisasi (Ampere / meter)
= adalah Momen dipole magnet (Ampere meter )
V = adalah Volume dimana terdapat momen dipole magnet itu (m )
Magnetisasi merupakan besaran vektor kerena momen dipole magnet merupakan besaran
vektor. Arah magnetisasi adalah:
Searah dengan medan magnet untuk bahan paramagnetik.
Berlawanan dengan medan magnet untuk bahan diamagnetik
Searah dengan medan magnet untuk bahan feromagnetik
2. Kutub Magnet
Jika magnet batang dibagi-bagi setiap bagiannya selalu menghasilkan kutub utara magnet dan
kutub selatan magnet, kedua kutub ini tak pernah terpisah. Hal ini menyatakan garis gaya magnet
selalu tertutup. Untuk arus tertutup akan menimbulkan medan magnet B seperti pada Gambar 1
berikut :
Untuk arah arus seperti pada Gambar 1 maka arah medan magnet B sebelah kiri keluar dan
sebelah kanan masuk. Mengingat garis gaya keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan
maka muka arus arus sebelah kiri disebut kutub utara dan di sebelah kanan adalah kutub selatan.
Untuk solenoida kutub ini lebih jelas dapat diketahui.
belakang
B
B
muka
Gambar 1. Kutub Magnet
BI B
I
Gambar 2. Solenoida
B
Pada Gambar 2 arus masuk dari muka melingkar ke belakang sebelah kiri arah B keluar
sebelah kanan masuk. Maka muka kiri merupakan kutub utara magnet solenoida dan sebelah kanan
merupakan kutub selatan solenoida. Menentukan kutub magnet medan dilakukan dengan arah garis
gaya magnet atau arah medan induksi B yang muncul. Dari mana arah B keluar maka permukaan itu
merupakan kutub utara magnet. Ke muka mana arah B masuk maka arah itu merupakan kutub
selatan magnet.
3. Medan Magnet Induksi
Vektor medan magnet dasar B yang kita definisikan disebut induksi magnet (magnetic
induction). Induksi medan magnet tersebut dapat dinyatakan dengan garis-garis induksi (lines of
induction), sama seperti menyatakan medan listrik dengan garis-garis gaya. Vektor medan magnet
dihubungkan kepada garis-garis induksinya dengan cara sebagai berikut:
1. Garis singgung kepada sebuah garis induksi pada setiap titik memberikan arah B di titik
tersebut.
2. Garis-garis induksi digambarkan sehingga banyaknya garis per satuan luas penampang
adalah sebanding dengan besarnya B.
3. Medan Magnet Bumi
Medan magnet bumi memiliki pola garis-garis medan yang menunjukkan seakan-akan ada
magnet batang (imajiner) di dalam bumi. Karena kutub utara jarum kompas menunjuk ke arah utara,
maka kutub magnet yang ada pada kutub utara geografis sebenarnya secara magnetisme merupakan
kutub selatan (kutub utara magnet tertarik ke kutub selatan magnet kedua). Kutub ini masih sering
disebut ”kutub magnet utara” hanya karena berada di utara. Dengan cara yang sama, kutub selatan
magnet bumi, di dekat kutub selatan geografis, secara magnetisme merupakan kutub utara. Kutub-
kutub magnet bumi tidak berhimpit dengan kutub-kutub geografis, yang berada pada sumbu rotasi
bumi.
4. Percobaan Faraday dan Hukum Faraday
Oersted telah menemukan hubungan antara kelistrikan dan kemagnetan pada tahun 1820.
Tidak lama setelah penemuan Oersted, ilmuan-ilmuan lain berusaha menemukan apakah arus listrik
bisa di hasilkan dari medan magnet. Pada tahun 1931 Michael Faraday menemukan bahwa suatu
gaya gerak listrik (GGL) timbul dalam suatu rangkaian listrik tertutup yang di tempatkan di dalam
sebuah medan magnet bila fluks magnet yang menembus rangkaian itu berubah. Ahli fisika
Amerika Joseph Henry menemukan hal serupa pada waktu yang hampir bersamaan. Gejala itu
dinamakan induksi elektromagnetik. GGL yang timbul dinamakan arus induksi.
A. Secara Kualitatif
Untuk memahami hasil eksperimen Faraday marilah kita bahas beberapa diantaranya.
a. Percobaan Pertama
Sebuah galvanometer yang sensitif dirangkaikan dengan sebuah konduktor sehingga
merupakan suatu loop tertutup seperti pada gambar 3.
Gambar 3. a. kawat bergerak ke bawah Gambar 3.b. kawat bergerak ke atas
Konduktor tadi ditempatkan dalam medan magnet yang kuat diantara kutub-kutub sebuah
magnet U. Bila konduktor tadi digerakkan ke bawah seperti dalam gambar 3.a terlihat jarum
galvanometer bergerak ke kiri. Gerakan jarum galvanometer ini hanya terjadi dalam waktu sesaat.
Setelah konduktor berada di bawah jarum galvanometer kembali diam. Gerakan jarum
galvanometer menunjukkan bahwa dalam loop terjadi arus listrik. Arus ini disebut arus induksi
karena terjadinya bukan disebabkan oleh adanya sumber arus listrik seperti baterai. Bila sekarang
konduktor digerakkan dalam arah dari bawah ke atas, ternyata jarum galvanometer kembali
menyimpang tetapi dalam arah yang berlawanan yaitu ke kanan (Gambar 3.b). Hal ini menunjukkan
bahwa arah arus induksi tergantung pada arah gerakan konduktor.
Jika konduktor kita diamkan di dalam medan magnet maka jarum galvanometer tetap diam
tidak bergerak. Hal ini berarti, bahwa dalam loop tidak terjadi arus induksi. Dari pernyataan diatas
dapat disimpulkan bahwa bila konduktor bergerak dalam medan magnet, maka pada konduktor
timbul arus induksi. Arah arus induksi bergantung pada arah gerakan konduktor dalam medan
magnet.
konduktorGerakan konduktor
Karena dalam konduktor yang bergerak dalam medan magnet timbul arus induksi, maka bisa
dikatakan bahwa pada konduktor itu timbul beda potensial. Seperti yang kita ketahui tentang
hubungan antara arus dan beda potensial yaitu bila suatu konduktor memiliki beda potensial
diantara ujung-ujungnya, maka dalam konduktor itu terjadi arus listrik. Dengan kata lain, pada
konduktor yang bergerak dalam medan magnet timbul beda potensial yang disebut ggl induksi.
Pembangkit arus listrik dengan prinsip ini disebut dengan gejala induksi elektromagnetik.
b. Percobaan Kedua
Untuk percobaan selanjutnya, konduktor tidak digerakkan dalam medan magnet yang diam,
namun akan membaliknya. Konduktor dibuat diam, sedangkan magnet U digerakkan ke atas
kemudian ke bawah. Dengan menggerakkan magnet ke atas dan ke bawah, berarti kita
menggerakkan medan magnet. Jika hal ini dilakukan ternyata timbul GGL induksi, yang berarti
GGL induksi bisa timbul dengan menggerakkan medan magnet di dekat suatu konduktor. Dengan
demikian, GGL induksi bisa ditimbulkan dengan cara menggerakkan konduktor dalam medan
magnet yang diam, atau dengan menggerakkan medan magnet di dekat sebuah konduktor yang
diam. Dalam menunjukkan gejala tersebut di atas, kemungkinan besar kita akan mengalami
kesulitan. Jika menggunakan sebatang konduktor (kawat), gejala seperti tadi sangat mungkin tidak
kelihatan. Apalagi jika menggunakan magnet yang tidak kuat, dan galvanometer yang tidak cukup
sensitif. Agar hal ini tidak terjadi, maka akan digunakan rangkaian seperti berikut. Untuk mengganti
sebatang konduktor, gunakanlah lilitan kawat seperti pada gambar 3. Gulungan kawat yang
digunakan adalah kawat dinamo (kawat tembaga yang mempunyai lapisan isolasi yang tipis/ email
kurang lebih 20 lilitan), lalu gerakkan dengan cepat naik turun pada salah satu ujung magnet U, atau
magnet batang biasa (terlihat pada gambar). Jika dengan cara ini masih belum dapat melihat
simpangan jarum galvanometer, maka kita tambahkan jumlah lilitan. Bila gejalanya sudah nampak,
maka kita lakukan hal yang sebaliknya yaitu menggerak-gerakkan magnet ke dalam dan ke luar
kumparan seperti gambar 4.
U
S
S
U
S
SGambar 4: Magnet bergerak terhadap kumparan
Gambar 5: Kumparan bergerak terhadap magnet
Dengan menggunakan konsep garis gaya magnet kita bisa menyatakan proses timbulnya GGL
induksi dengan cara lain. Jika kita menggerakkan kumparan konduktor, mendekati suatu kutub
magnet yang menembus kumparan tersebut menjadi bertambah banyak. Sebaliknya, jika kita
menjauhkan kumparan dari sebuah kutub magnet, atau menjauhkan sebuah kutub magnet dari
sebuah kumparan, berarti kita mengurangi jumlah garis gaya magnet yang menembus kumparan
tersebut. Kedua proses tadi, menambah atau mengurangi jumlah garis gaya magnet yang menembus
suatu kumparan, sama-sama menimbulkan GGL induksi pada kumparan tadi. Jadi, GGL induksi
bisa timbul karena terjadi perubahan jumlah garis gaya magnet di sekitar suatu kumparan. Bila
banyaknya garis gaya yang menembus suatu penampang (misalnya penampang kumparan) kita
sebut fluks magnet, maka dapat kita nyatakan bahwa GGL induksi bisa timbul pada suatu kumparan
karena terjadi perubahan fluks magnet di sekitar kumparan tersebut.
Dari pengamatan bahwa GGL induksi timbul dalam suatu konduktor yang sedang bergerak
relatif terhadap medan magnet, maka akan timbul pertanyaan bagaimana hubungan antara
kecepatan gerak konduktor dengan besarnya GGL yang timbul. Hal ini dapat kita selidiki dengan
cara mengubah-ubah kecepatan gerak kondukror dalam medan magnet. Ternyata, jika gerakan
konduktor dipercepat maka jarum galvanometer menyimpang lebih besar. Hal ini berarti bahwa
besarnya GGL induksi sebanding dengan besarnya kecepatan gerak konduktor. Dari pengamatan
GGL induksi yang timbul dalam suatu kumparan dapat juga kita lihat hubungan antara banyaknya
lilitan kumparan dengan besarnnya GGL induksi yang timbul. Makin banyak lilitan kumparan
makin besar pula GGL induksi yang timbul. Sekarang kita tahu bahwa besarnya GGL induksi
bergantung pada kecepatan relatif konduktor terhadap medan magnet, dan pada banyaknya lilitan
kumparan yang ditembus oleh medan magnet. Jika kita membuat kumparan yang terbuat dari kawat
yang halus (diameter kawatnya kecil), maka kita bisa menganggap bahwa setiap lilitan kawat
ditembus oleh fluks magnet yang jumlahnya sama. Bila kumparan bergerak terhadap medan
magnet, maka fluks magnet yang menembus kumparan tadi berubah. Makin cepat gerakan
kumparan relatif terhadap medan magnet, makin cepat pula perubahan fluks magnet yang
menembusnya, dan mengakibatkan makin besarnya GGL induksi yamg timbul pada kumparan. Jadi
besarnya GGL induksi yang timbul dalam suatu kumparan sebanding dengan besarnya perubahan
fluks magnet yang menembus kumparan tersebut.
c. Percobaan Ketiga
Untuk percobaan lainnya bisa juga dilakukan untuk mengetahui bahwa jika gerak konduktor
terhadap medan magnet juga dapat menimbulkan ggl induksi. Kita bisa lihat yaitu sebagai berikut :
S S U U
Gambar 6.a: Gerakan konduktor tegak lurus medan
Dalam percobaan tadi kita telah menggerakan konduktor dalam arah tegak lurus arah medan
magnet (gambar 3). Ternyata bila arah gerak konduktor terhadap medan magnet berbeda-beda,
besarnya GGL induksi yang timbul berbeda-beda pula. Perhatikan gambar 6 diatas, GGL induksi
paling besar diperoleh apabila konduktor digerakan dalam arah tegak lurus terhadap medan magnet
(gambar 6.a) dan terkecil apabila konduktor digerakan dalam arah sejajar dengan arah medan
magnet (gambar 6.b). Apabila konduktor digerakkan tegak lurus medan magnet maka konduktor
tersebut memotong garis-garis gaya magnet, sedangkan apabila digerakan sejajar dengan medan
magnet tidak ada garis gaya yang dipotong konduktor. Dari kenyataan ini bisa kita simpulkan
bahwa GGL induksi timbul pada konduktor apabila konduktor tersebut bergerak memotong garis-
garis gaya magnet. Karena besarnya GGL induksi yang timbul sebanding dengan kecepatan
konduktor memotong medan magnet, maka dapat pula kita simpulkan bahwa besarnya GGL induksi
yang timbul pada suatu konduktor sebanding dengan laju pemotongan garis-garis gaya magnet oleh
konduktor sebanding dengan laju pemotongan garis-garis gaya magnet oleh konduktor tersebut.
B. Secara Kuantitatif
Kita ketahui bahwa untuk menghasilkan GGL induksi pada ujung-ujung kumparan maka fluks
magnetik yang memotong kumparan harus berubah. Dan kita pun telah mempelajari pengertian
fluks magnetik. Jika begitu, bagaimanakah? Michael Faraday menyelidiki hubungan antara ggl
induksi (ε), dengan perubahan fluks magnetik, perhatikan gambar berikut :
Gambar 6.b: Gerakan konduktor searah/ sejajar medan
S S U U
B
S
R R
∆A
S
U
S
U
v v
PS
Berdasarkan percobaan pada gambar di atas yang memberikan persamaan dibawah ini:
ε = -l B v........................................................................................(2)
Kalikan kedua ruas persamaan di atas dengan ∆t, sehingga diperoleh:
ε∆t = -l B v∆t……………………………............………..….......(3)
Kita ketahui bahwa GGL induksi (ε) disebabkan oleh perubahan fluks magnetik (∆Ф). Oleh karena
itu, persamaan (2) kita ubah sehingga perubahan fluks magnetik terdapat dalam persamaan itu.
Perhatikan loop kita gerakkan ke kiri dengan laju v, dalam selang waktu ∆t, loop telah menepuh
jarak x = v. ∆t (gambar 7). Perubahan bidang loop yang melingkupi medan magnetik adalah:
∆A = Luas P Q = PQ x
Pada gambar 7 terlihat PQ = l dan = x, sehingga:
∆A = l x = l v∆t.............................................................................(4)
Dari persamaan Ф= B A cos θ, perubahan fluks magnetik selama loop digerakkan adalah:
∆Ф = B . ∆A..................................................................................(5)
Subtitusikan nilai ∆A = l x = l v∆t ke persamaan di atas maka kita dapatkan:
∆Ф = B. l v∆t.................................................................................(6)
Selanjutnya subtitusikan nilai ∆Ф ke dalam persamaan (3) maka:
ε∆t = - B. l v∆t
ε∆t = - ∆Ф
……………………..........…………...........…….. (7)
Jika lilitan kumparan = N, maka ggl induksi pada ujung-ujung kumparan diberikan oleh:
Gambar 7: Loop digerakkan ke kiri dengan kecepatan v melintasi tegak lurus medan
magnetic B. Mula-mula posisi kawat adalah PQRS, sekarang . Sehingga tampak
berkurangnya luas bidang loop sebesar ∆A yang dilintasi medan magnetic B.(kita lihat
bahwa P- = x = v.∆t dan P- = l)
.….........………………………………….......... (8)
Jika perubahan fluks magnetik terjadi dalam selang waktu singkat maka ggl induksi pada
ujung-ujung kumparan diberikan oleh:
ε = ............................................................................(9)
ε = .......…………………………….….........……….... (10)
Persamaan (9) dan (10) diturunkan pertama kali oleh Michael Faraday, sehingga persamaan-
persamaan ini dikenal sebagai Persamaan Faraday atau Hukum Faraday yang berbunyi sebagai
berikut:
“Ggl induksi yang timbul pada ujung-ujung suatu penghantar atau kumparan adalah
sebanding dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop penghantar atau
kumparan tersebut”.
5. Hukum Faraday tentang Induksi Elektromagnetik
Dari hasil percobaan beberapa ahli seperti Oersted, Ampere, dan lain-lain, yang kemudian
dilanjutkan oleh Faraday, ia dapat mengetahui bahwa:
“Arus listrik dapat menghasilkan medan magnet.”
Namun percobaan-percobaan yang dilakukan oleh Faraday, Henry, dan yang lain telah
menunjukkan jika fluks magnetik yang melalui suatu rangkaian diubah dengan cara apapun, ada
suatu GGL yang sama besarnya dengan laju perubahan fluks yang diindikasikan dalam
rangkaiannya. Adapun hasil usaha Faraday adalah:
a) Jika medan magnetik tetap (tidak berubah terhadap waktu) lewat pada kumparan yang diam,
tidak menimbulkan arus listrik.
b) Jika medan magnet berubah terhadap waktu dilewatkan pada kumparan yang diam, pada
kumparan timbul arus listrik. Efek ini disebut induksi elektromagnetik dan arus yang timbul
disebut arus induksi.
GGL biasanya dideteksi dengan mengamati arus dalam rangkaiannya, tetapi ggl itu tetap ada
sekalipun jika rangkaiannya tidak tersambung (tidak tertutup) sehingga tidak ada arus. GGL dalam
suatu rangkaian telah dilokalisasai dalam rangkaian khusus pada rangkaiannya, seperti antara
terminal baterai. Akan tetapi GGL yang diinduksi oleh fluks magnetik yang berubah dapat dianggap
terdistribusi di seluruh rangkaiannya.
`
Seperti gambar di atas, suatu simpul kawat tunggal dalam suatu medan magnetik, di mana jika
fluks yang melalui simpul itu berubah, terdapat suatu GGL induksi dalam simpulnya. Hal ini karena
GGL merupakan kerja yang dilakukan permuatan satuan, harus ada gaya yang dikerahkan pada
muatan tersebut yang berkaiatan dengan ggl tadi. Gaya permuatan satuan merupakan medan listrik
E, yang dalam hal ini diindikasikan oleh fluks yang berubah tadi. Integral tertutup medan listrik di
sekeliling rangkaian tertutup sama dengan kerja yang dilakukan per muatan satuan, yang menurut
definisi merupakan GGL dalam rangkaian tersebut:
………………………………………..........….(11)
Medan listrik yang ditimbulkan oleh muatan listrik statis. Medan ini konservatif, yang berarti
bahwa integral tertutup medan elektrostatik disekeliling kurva tertutup sama dengan nol.akan tetapi
medan magnet yang timbul dari fluks yang berubah tidak konservatif. Integral tertutup di sekeliling
kurva tertutup sama dengan GGL Induksi yang sama dengan laju perubahan fluks magnetik:
........... …………………………............ (12)
Hasil ini dikenal dengan Hukum Faraday. Tanda negatif pada persamaan di atas berkaitan
dengan GGL induksi yang terjadi. Tanda minus menyatakan arah berlawanan dengan perubahan
. Dengan ε = GGL induksi (selisih potensial kutub sumber) = Emf, serta = perbahan
fluks terhadap waktu. Karena nilai fluks dapat dirumuskan :
...................................................................................(13)
Keterangan :
s = luas yang dilingkari kawat
B = kuat medan magnet induksi
ds = bagian kecil dari luas
maka:
.................................................................(14)
Dari hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa besar B dan arahnya tetap sedangkan s arahnya
berubah dan besarnya dari ds menjadi s, sehingga perumusannya juga bisa ditulis:
........... ……………………........……… (15)
Gambar 8. Simpul Kawat Tunggal dalam Suatu Medan Magnetik
Kemudian Faraday mengembangkannya dengan berbagai kemungkinan sebagai berikut:
a) Kumparan tetap bergerak dalam medan magnet sedemikian rupa sehingga fluks magnet yang
masuk ke dalam kumparan berubah terhadap waktu.
Sesuai dengan Gambar 9, arah medan magnet B dinyatakan dengan garis gaya magnet dengan
definisi sebagai berikut:
“Medan Magnet B dalam satu titik sama dengan jumlah garis gaya per satuan luas pada titik
itu yang menembus luas secara tegak lurus”.
Jika menyatakan jumlah garis gaya yang menembus bidang A secara tegak lurus dan A sama
dengan luas bidang A, maka B dapat ditulis:
.................................................................................................(16)
Secara umum persamaan (13) dapat ditulis sebagai berikut:
................................................................................... (17)
Di mana, adalah jumlah garis gaya yang menembus bidang S.
Perkalian B dan ds adalah perkalian dot dan ds adalah bagian kecil dari luas S.
Berdasarkan Gambar 11 dapat dituliskan persamaan:
B
n
Gambar 9. Arah Medan Magnet B
B
S ds
n
Gambar 11. Garis Gaya pada Bidang S
A
Gambar 10. Medan Magnet pada Bidang A
...............................................................................(18)
Besarnya dapat ditulis:
..........................................................................(19)
Dengan, adalah sudut antara normal n, luas S dan arah B.
Jika yang lewat S berubah terhadap waktu (makin lama makin besar atau makin lama
makin kecil) maka pada kumparan akan muncul arus induksi. Arah arus yang muncul pada
kumparan dapat ditentukan sebagai berikut:
Untuk perubahan makin lama makin besar.
Dengan S adalah sirkulasi atau arah putaran yang menunjukkan arah .
Jika berubah makin lama makin besar arah arus induksi I berlawanan dengan arah putaran S
(seperti pada gambar 12).
Untuk perubahan makin lama makin kecil.
Jika berubah makin lama makin kecil, arah arus induksi I searah dengan arah putaran S
(seperti pada gambar 13).
b) Besar induksi magnet B tetap, bentuk kumparan berubah terhadap waktu (membesar atau
mengecil). Dalam kumparan akan muncul arus listrik induksi. Hal ini disebabkan oleh yang
masuk kumparan berubah terhadap waktu. Jika kumparannya membesar, yang masuk
I induksi
S
berubah membesar
Gambar 12. Perubahan Fluks Makin Membesar
A
B C
DSI induksi
B
F
Gambar 14. Induksi Magnet B Tetap
I induksi
S
berubah mengecil
Gambar 13. Perubahan Fluks Makin Mengecil
membesar dan jika kumparan mengecil, maka yang masuk juga mengecil. Hal ini seperti
terlihat pada gambar berikut:
Jika arah B ke atas, maka arah putaran S seperti pada gambar 14, bila CD digerakkan ke kanan
maka bentuk kumparan membesar, jumlah yang masuk kumparan membesar, maka arah arus
induksi berlawana dengan arah putaran S. Jika CD digerakkan ke kiri maka bentuk kumparan
mengecil, jumlah yang masuk berkurang, sehingga arah arus induksi serah dengan putaran S.
c) Kumparan memiliki luas yang tetap tetapi gerakannya memotong arah B (misalnya diputar
dalam medan magnet B). Maka dalam kumparan juga terjadi arus induksi (seperti terlihat pada
gambar 15)
Mula-mula yang masuk sepanjang AB, kemudian sepanjang CD, jadi jika x yang masuk
berubah terhadap waktu. Hal ini akan menimbulkan arus induksi pada kawat.
d) Kumparan berbentuk tetap dan diam tetapi besar B berubah terhadap waktu, maka dalam
rangkaian muncul juga arus induksi. Pada umumnya proses tersebut dapat dibedakan
menjadi:
Karena gerakan kumparan dalam medan magnet.
Karena medan magnet B besarnya berubah terhadap waktu. Hal ini dapat ditulis
dengan:
...................................................................................... (20)
A BC
D
(b)
A B
B
Gambar 15. Arus Listrik dalam Kumparan
(a)
6. Faktor-Faktor yang Menimbulkan GGL Induksi
Induksi Elektromagnetik menjelaskan tentang suatu tegangan yang dapat diinduksikan ke
dalam koil ketika garis gaya magnet memotong lilitan dan polaritas tegangan yang diinduksikan
bergantung pada arah garis gaya magnet yang memotong lilitan.
Dalam Induksi Elektromagnetik, berlaku juga Hukum Faraday yaitu besarnya tegangan
induksi dalam solenoida pada saat lilitan memotong garis gaya magnet akan berbanding lurus
dengan jumlah lilitan dan pada tingkat dimana garis fluks magnet dipotong oleh lilitan.
Tahun 1800-1821 telah ditemukan hubungan kelistrikan dengan kemagnetan: arus listrik
menghasilkan medan magnetik, dan medan magnetik mengerjakan gaya pada arus listrik atau
muatan yang bergerak.
Bila arus listrik bisa menghasilkan medan magnetik, Faraday memajukan bahwa medan
magnetik mestinya bisa menghasilkan arus listrik.
a. GGL Induksi oleh Perubahan Luas Bidang Kumparan
Timbulnya ggl induksi akibat perubahan luas bidang kumparan A yang melingkupi fluks
megnetik dalam kasus menggerakkan sebagian bidang loop melintasi vertikal suatu medan
magnetik dan dalam kasus menggeser penghantar lurus pada rel berbentuk kawat U.
Persamaan Faraday untuk kasus luas bidang A berubah (B dan Ө tetap) adalah sebagai
berikut:
............................................................(21)
Ingat Ф = B A cos Ө
Karena B dan cos Ө konstan, maka keduanya dapat dikeluarkan dari tanda diferensial, sehingga
diperolah:
....................................................................................(22)
Untuk kasus laju perubahan luas bidang dA/dt tetap (tidak tergantung pada waktu)
persamaannya menjadi:
..............................................(23)
Dengan A1 adalah luas awal bidang yang melingkupi fluks magnetik dan A2 adalah luas
akhir bidang yang melingkupi fluks magnetik.
Untuk kasus dA/dt tetap dan arah normal bidang sejajar dengan arah B (atau arah medan
magnetik B tegak lurus terhadap bidang kumparan), Ө = 00 atau cos Ө = cos 00 = 1, sehingga
persamaannya menjadi:
.............................................................(24)
b. GGL Induksi oleh Perubahan Besar Induksi Magnetik
Contoh GGL induksi yang ditimbulkan oleh perubahan besar induksi magnetic adalah
transformator. Dalam kasus sederhana dapat diamati timbulnya GGL induksi pada loop B sesaat
setelah saklar S ditutup atau di buka, padahal loop B tidak di hubungkan pada sumber tegangan.
GGL induksi di amati dengan menyimpangnya jarum galvanometer G yang terpasang pada loop
B. sesaat setelah saklar S di tutup, terjadi perubahan besar induksi magnetig yang menerobos
loop B dari 0 ke suatu nilai konstan tertentu. Perubahan besar induksi magnetik ΔB inilah yang
menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung loop B.
Persamaan Faraday untuk kasus besar induksi magnetik berubah (A dan Ө tetap) adalah
sebagai berikut:
............................................................(25)
Karena A dan Ө konstan, maka keduannya dapat dikeluarkan dari tanda diferensial,
sehingga diperoleh:
.................................................................................(26)
Untuk kasus laju perubahan induksi magnetik (dB/dt) tetap, persamaannya menjadi:
............................................(27)
Dengan B1 adalah induksi magnetik awal yang melalui loop dan B2 adalah besar induksi
magnetik akhir yang melalui loop.
Untuk kasus dB/dt tetap dan arah medan magnet B tegak lurus pada bidang loop, Ө = 00
atau cos Ө = cos 00 = 1, sehingga persamaannya menjadi:
.............................................................(28)
c. GGL Induksi oleh Perubahan Orientasi Bidang Kumparan
Contoh GGL induksi yang ditimbulkan oleh perubahan orientasi bidang kumparan adalah
generator. Dalam generator sederhana, arah normal bidang kumparan yang berputar senatiasa
berubah terhadap medan megnetik B konstans yang di hasilkan oleh pasangan kutub U-S sebuah
magnet permanen. Ini berarti, orientasi sudut Ө antara arah normal bidang kumparan dengan
arah medan magnetic B senantiasa berubah. Perubahan sudut Ө atau cos Ө ini menimbulkan GGl
induksi pada ujung-ujung kumparan. Dalam generator besar seperti generator pembangkit listrik,
perubahan orientasi sudut Ө justru di hasilkan oleh bidang kumparan yang diam (stator) dan
medan magnet yang berputar (rotor).
Persamaan Faraday untuk kasus orientasi sudut Ө berubah (A dan B tetap) adalah sebagai
berikut:
............................................................(29)
Karena A dan B konstan, maka keduanya dapat dikeluarkan dari tanda diferensial, sehingga
di peroleh:
................................................................................(30)
Untuk kasus laju perubahan cos Ө (d cos Ө/dt) tetap, persamaannya menjadi:
........................................(31)
Dengan Ө1 adalah sudut awal antara arah normal dengan arah B dan Ө2 adalah sudut
akhirnya.
HUKUM LENZ
Pada tahun 1835 seorang ilmuwan jenius yang dilahirkan di Estonia, Heinrich Lenz (1804-1865)
menyatakan bahwa: “arus induksi elektromagnetik dan gaya akan selalu berusaha untuk saling
meniadakan (gaya aksi dan reaksi)” Sebagai contoh, jika suatu penghantar diberikan gaya untuk
berputar dan memotong garis-garis gaya magnetik, maka pada penghantar tersebut akan timbul
tegangan induksi (hukum faraday). Kemudian jika pada ujung-ujung penghantar tersebut saling
dihubungkan maka akan mengalir arus induksi, dan arus induksi ini akan menghasilkan gaya pada
penghantar tersebut (hukum ampere-biot-savart).
Hukum Lenz memberikan ketentuan tentang arah arus induksi yang mengalir dalam suatu
rangkaian tertutup yang dihubungkan dengan ggl induksi selama perubahan fluks terjadi. Bunyi
hukum Lenz adalah sebagai berikut:
“Arah arus induksi akibat ggl induksi pada suatu rangkaian adalah sedemikian rupa sehingga
menimbulkan medan magnetik induksi yang menentang perubahan medan magnetik (arus induksi
berusaha mempertahankan agar fluks magnetik total adalah konstan)”.
Magnet
Mendekati
kumparan
Kumparan
(a)
S
U
Magnet
Menjauhi
kumparan
Kumparan
(b)
S
U
Magnet
Mendekati
kumparan
Kumparan
(c)
S
U
Ii
Φi
Φu Φu
Φi
Ii
Φu
Φi
Ii
Magnet
Menjauhi
kumparan
S
U
Φu
Φi
Kumparan
(d)
Ii
Gambar 1 Magnet batang sedang bergerak kea rah simpalnya
Pada gambar a, kutub utara magnet digerakkan mendekati kumparan sehingga fluks
magnetik yang menembus kumparan dengan arah ke bawah menjadi bertambah. Berdasarkan
hukum Lenz, maka pada kumparan akan timbul fluks magnetik induksi yang menentang
pertambahan yang menembus kumparan sehingga arah harus berlawanan dengan arah .
Dengan demikian fluks total pada kumparan adalah konstan. Arah arus induksi yang ditimbulkan
oleh adalah sesuai dengan kaidah tangan kanan seperti ditunjukkan pada gambar. Dengan cara
yang sama kita dapat menentukan arah arus induksi seperti pada gambar b,c,d.
Untuk contoh berikutnya apabila kita perhatikan rangkaian tunggal terisolasi. Jika terdapat
arus dalam rangkaiannya, terdapat suatu fluks magnetik melalui kumparan akibat arusnya sendiri.
Apabila arusnya itu berubah,fluks dalam kumparan juga berubah dan terdapat ggl induksi dalam
rangkaian tersebut. Ggl induksi diri ini melawan perubahan arusnya. Oleh sebsb itu ggl ini disebut
dengan ggl lawan. Karena ggl induksi diri ini arus dalam rangkaian tidak dapat melompat seketika
dari nol hingga ke suatu nilai terhingga atau dari suatu nilai terhingga menjadi nol.
Gambar 2 dua rangkaian yang bersebelahan
Hendry pertama kali memperhatikan pengaruh ini ketika ia sedang melakukan percobaan
dengan suartu rangkaian yang yang terdiri dari banyak lilitan kawat.
Gambar 3 kumparan dengan banyak lilitan
Susunan ini memiliki suatu fluks yang besar mlalui rangkaian tersebut bahkan untuk arus
yang kecil sekalipun. Hendry memperhatikan suatu lecutan melintasi saklar ketika beliau mencoba
untuk memutus rangkaiannya. Lecutan demikian disebabkan oleh ggl induksi yang besar yang
terjadi apabila arus berubah secara cepat, seperti selama pemutusan saklar tadi. Dalam hal ini, ggl
induksi mencoba mempertahankan arus semula. Ggl induksi yang besar menghasilkan tegangan
jatuh pada saklar begitu saklar tersebut diputus. Medan listrik antara kontak saklar cukup besar
untuk menarik electron dari molekul udara, yang menyebabkan kerusakan dielektriknya. Apabila
molekul dalam dielektrik udara diionisasi, udara akan mengkonduksikan arus listrik dalam bentuk
lecutan.
HUKUM MAXWELL
Persamaan Maxwell
Sekitar tahun 1860, fisikawan Skotlandia yang terkenal James ClerkMaxwell
menemukan bahwa hukum – hukum percobaan tentang listrik dan magnetisme - Hukum Coulomb,
Gauss, Biot-Savart, Ampere, dan Faraday, yang kita pelajari sebelumnya - dapat dirangkum dalam
bentuk matematis ringkas yang sekarang kita kenal sebagai persamaan Maxwell. Salah satu dari
hukum itu, hukum Ampere, mengandung ketidakkonsistenan, yang dapat dihilangkan oleh Maxwell
dengan penemuan arus perpindahan. Perangkat persamaan baru yang konsisten satu dengan yang
lainnya memperkirakan kemungkinan gelombang elektromagnetik.
Persamaan Maxwell menghubungkan vektor medan listrik dan medan magnetik, E dan B
dengan sumbernya, yang berupa muatan listrik, arus dan medan yang berubah. Persamaan ini
memainkan peran dalam elektromagnetisme klasik yang analog dengan peran hukum Newton
dalam mekanika klasik. Pada prinsipnya, semua masalah daam listrik dan magnetisme klasik dapat
diselesaikan dengan menggunakan persamaan Maxwell, persis seperti masalah dalam mekanika
klasik dapat diseleseikan oleh hukum Newton. Akan tetapi persamaan Maxwell jauh lebih rumit
daripada hukum Newton, dan penggunaannya untuk sebagian masalah akan melibatkan matematika.
Maxwell menunjukkan bahwa persamaan – persamaan ini digabungkan untuk menghasilkan
persamaan gelombang suatu vektor medan listrik dan medan magnetik. Gelombang elektromagnetik
disebabkan oleh muatan yang memiliki percepatan, misalnya, muatan dalam arus bolak-balik pada
antena.
Maxwell menunjukkan bahwa gelombang elektromagnetik adalah konsekuensi alami dari
hukum dasar yang dinyatakan dalam empat persamaan berikut.
2.5.1 Persamaan Maxwell I
Adalah hukum Gauss: fluks listrik total melalui permukaan tertutup sama dengan
muatan total di dalam permukaan yang dibagi dengan ε0. Hukum ini menyiratkan bahwa
medan listrik akibat muatan titik berubah berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak dari
muatan tersebut. Hukum ini menguraikan bagaimana garis medan listrik memancar dari
muatan positif menuju muatan negatif. Secara matematis Hukum Gauss dituliskan
dengan:
Dari teorema divergensi:
Ini Merupakan Persamaan Maxwell I dalam medium.
Untuk ruang vakum tanpa ada sumber maka , sehingga:
persamaan Maxwell I untuk ruang hampa.
2.5.2 Persamaan Maxwell II
Dikenal sebagai hukum Gauss untuk magnetik, menyatakan bahwa fluks
magnetik yang melewati permukaan tertutup adalah nol. Artinya, jumlah garis-garis
medan magnet yang masuk volume tertutup harus sama dengan jumlah yang
meninggalkan volume tersebut. Hal ini menyiratkan bahwa garis-garis medan magnet
tidak dapat memulai atau mengakhiri pada titik manapun. Jika mereka melakukannya,
itu berarti bahwa monopoles magnetik terisolasi ada pada titik-titik tersebut.Melalui
teorema Gauss, persamaan Maxwell kedua dapat dituliskan dalam bentuk integral:
Dari Teorema divergensi
Persamaan Maxwell II dalam medium dan vakum,
2.5.3 Persamaan Maxwell III
Adalah hukum induksi Faraday, yang menggambarkan timbulnya medan listrik
oleh fluks magnet yang berubah. Hukum ini menyatakan bahwa ggl, yang merupakan
integral garis medan listrik sekitar daerah yang ditutup, sama dengan laju perubahan
fluks magnetik melalui luas permukaan yang dibatasi oleh daerah
itu. Satu konsekuensi dari hukum Faraday adalah arus induksi
dalam sebuah loop ditempatkan dalam medan magnet yang bervariasi terhadap waktu.
Secara Matematis ditulis:
Dengan
Karena maka
Dari teorema Stokes
Merupakan Persamaan Maxwell III pada medium dan vakum.
2.5.4 Persamaan Maxwell IV
Biasanya disebut hukum Ampere-Maxwell merupakan bentuk
umum hukum Ampere, dan menggambarkan munculnya medan magnet oleh medan listrik
dan arus listrik: integral garis medan magnet di sekitar daerah yang ditutup adalah jumlah
μ0 kali net arus melalui daerah itu dan ε0 μ0 kali laju perubahan fluks listrik melalui setiap
permukaan yang dibatasi oleh daerah itu.
Dengan
dan
Merupakan Persamaan Maxwell IV dalam medium.
Dari Teorema Stokes maka,
EFEK HALL
Bahan semikonduktor memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
teknologi elektronika. Hampir setiap peralatan elektronika yang kita pakai saat ini seperti
handphone, televisi, komputer merupakan hasil dari teknologi semikonduktor. Bahan
semikonduktor adalah bahan penghantar listrik yang mungkin tidak sebaik bahan konduktor
tetapi tidak seburuk bahan isolator yang samasekali tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Kemampuan menghantarkan arus listrik bahan semikonduktor berada diantara konduktor dan
isolator. Namun semikonduktor berbeda dengan resistor, terkadang bahan semikonduktor bisa
menjadi konduktor jika diberikan arus listrik tertentu, suhu tertentu, dan juga cara tertentu.
Sebenarnya banyak bahan-bahan dasar yang dapat digolongkan sebagai bahan semi
konduktor, tetapi yang paling sering digunakan sebagai bahan dasar komponen elektronika
hanya beberapa jenis saja seperti silikon, selenium, germanium, dan metal oxides. Untuk
memroses bahan-bahan semikonduktor tersebut menjadi komponen elektronika maka perlu
dilakukan suatu proses yang disebut proses “doping” yaitu proses menambahkan
ketidakmurnian pada bahan semikonduktor yang murni sehingga dapat merubah sifat atau
karakteristik kelistrikannya. Beberapa bahan yang dapat digunakan untuk menambahkan
ketidakmurnian semikonduktor antara lain: arsenik, indium, dan antimony. Bahan tersebut
sering disebut sebagai dopant, sedangkan semikonduktor yang sudah melalui proses doping
disebut sebagai semikonduktor ekstrinsik. Sedangkan semikonduktor yang yang masih murni
atau belum dicampuri dengan unsur lain ketika proses pembuatan dinamakan dengan
semikonduktor intrinsik.
Besaran karakteristik pada bahan semikonduktor dapat diidentifikasi salahsatunya
dengan uji efek hall. Efek Hall adalah peristiwa membeloknya arus listrik dalam pelat
semikonduktor karena adanya pengaruh medan magnet. Peristiwa ini pertama kali ditemukan
oleh ilmuwan bernama Dr. Edwin Hall pada tahun 1879. Uji efek Hall ini bisa digunakan
untuk menentukan besar koefisien Hall dari bahan semikonduktor tersebut, sedangkan
koefisian Hall dapat digunakan untuk menghitung nilai-nilai besaran fisis karakter dari
semikonduktor sebagai pembanding antara semikonduktor satu dengan yang lainnya.
Efek Hall adalah efek berbeloknya aliran listrik (elektron) dalam pelat konduktor karena
pengaruh medan magnet. Kejadiannya mengikuti hukum “tangan kanan” atau Gaya Lorentz
mengenai interaksi arah medan magnet dengan arah arus listrik. Efek Hall ini didasarkan pada
efek medan magnetik terhadap partikel bermuatan yang bergerak. Ketika ada arus listrik yang
mengalir pada pelat konduktor, Efek Hall yang ditempatkan dalam medan magnet yang
arahnya tegak lurus arus listrik, pergerakan pembawa muatan akan berbelok ke salah satu sisi
dan akumulasi muatan listrik pada kedua sisi pelat tersebut akan menghasilkan medan listrik.
Sebuah pelat penghantar medan magnet seperti pada gambar 1, yang arahnya tegak
lurus arus ke arah dalam, maka muatan pada pelat konduktor akan mengalami gaya Lorentz.
Muatan negatif akan mengalami gaya Lorentz ke arah kanan seperti terlihat pada gambar 1,
maka pada bagian kanan pelat konduktor seolah-olah akan berjajar muatan negatif (kutub
negatif), sedangkan muatan positif akan mengalami gaya Lorentz ke arah kiri, maka pada
bagian kiri pelat konduktor seolah-olah akan berjajar muatan positif (kutub positif). Oleh
karena itu akan timbul medan listrik dan beda potensial pada penghantar. Hasil keluaran dari
efek hall ini akan menghasilkan sebuah tegangan yang proporsional dengan kekuatan medan
magnet yang dideteksi. Semakin besar kekuatan medan magnet yang dideteksi oleh efek Hall
akan menyebabkan pembelokan arah arus listrik akan semakin besar dan beda potensial yang
dihasilkan di antara kedua sisi elektroda pelat konduktor sensor efek Hall juga akan semakin
besar. Secara keseluruhan fenomena ini lebih dikenal dengan sebutan efek Hall. Besarnya
beda potensial ini merupakan tegangan hall ( ) nilai ini dapat dinyatakan dengan:
Sedangkan konstanta Hall ( dapat dinyatakan dengan:
Dimana:
= tegangan Hall (mV)
koefisien Hall
Gambar 1. Ilustrasi fenomena efek Hall
= kerapatan fluks medan magnet (T)
arus listrik pada bahan semikonduktor (A)
tebal bahan konduktor (m)
GALVANOMETER
Istilah galvanometer diambil dari seorang yang bernama Luivi Galvani. Penggunaan
galvanometer yang pertama kali dilaporkan oleh Johann Schweigger dari Universitas Halle di
Nurremberg pada 18 september 1820. Andre-Marie Ampere adalah seorang yang memberi
kontribusi dalam mengembangkan galvanometer. Galvanometer pada umumnya dipakai untuk
penunjuk analog arus searah, dimana arus yang diukur merupakan arus-arus kecil misalnya yang
diperoleh pada pengukuran fluks magnet.
Galvanometer suspensi adalah jenis alat ukur yang merupakan cikal bakal atau dasar dari
alat-alat ukur arus searah yang menggunakan kumparan gerak (moving coil) bagi sebagian besar
alat-alat ukur arus searah yang digunakan hingga saat ini. Konstruksi dan prinsip kerjanya adalah
sebagai berikut sebuah kumparan dari kawat halus digantungkan di dalam sebuah medan magnet
permanen. Bila kumparan dialiri arus listrik maka kumparan putar akan berputar di dalam medan
magnet.
Kawat gantungan tempat kumparan tersebut menggantung terbuat dari serabut halus yang
berfungsi sebagai pembawa arus listrik dari terminal ke kumparan gerak.
Keelastikannya dapat membangkitkan suatu torsi yang arahnya berlawanan dengan arah putaran
kumparan hingga suatu saat gaya elektromagnetiknya terimbangi oleh torsi mekanis dari kawat
gantungan. Sebuah galvanometer suspensi, meskipun tidak termasuk alat ukur yang dapat
digunakan secara praktis dan portabel, namun prinsip kerja dan konstruksinya sama dengan prinsip
kerja dan konstruksi yang digunakan pada alat ukur modern, yaitu berdasarkan prinsip kerja PMMC
(Permanent Magnet Moving Coil). Konstruksi utamanya terdiri atas kumparan yang digantungkan
pada daerah medan magnet dari sebuah magnet permanen yang berbentuk ladam (tapal kuda).
Kumparan gantung digantung sedemikian rupa sehingga dapat berputar bebas di dalam.
Kedinamisan dari suatu alat ukur adalah suatu karakteristik yang merujuk pada faktorfaktor berikut :
a Respon atau tanggapannya. Faktor ini berbicara tentang cepat atau lambatnya reaksi simpangan
jarum terhadap perubahan besaran parameter yang sedang diukurnya. Idealnya suatu alat ukur
memiliki kecepatan respon yang tinggi.
b Overshoot. Faktor ini berbicara tentang besar kecilnya simpangan jarum dari kedudukan yang
seharusnya ditunjukkan pada saat digunakan mengukur suatu parameter ukur. Overshoot dari
sebuah alat ukur idealnya tidak terlalu besar.
c Redaman. Faktor ini menunjuk pada besar kecilnya redaman yaitu terjadi pada alat ukur sebagai
akibat adanya freksi yang terjadi pada komponen yang berputar terhadap sumbunya. Sebuah alat
ukur idealnya memiliki redaman yang rendah.
Sensitivitas Galvanometer
Ada empat konsep yang dapat digunakan untuk menyatakan sensitivitas galvanometer
(Galvanometer Sensitivity), yaitu :
1. Sensitivitas Arus
Sensitivitas arus (Current Sensitivity) ialah perbandingan diantara simpangan jarum
penunjuk galvanometer terhadap arus listrik yang menghasilkan simpangan tersebut. Besarnya arus
listrik biasanya dalam orde mikroampere (μA). Sedangkan besarnya simpangan dalam orde
milimeter (mm). Jadi untuk galvanometer yang tidak memiliki skala yang dikalibrasi dalam orde
milimeter, harus dikonfersi dulu ke dalam skala mili meter. Secara matematis, sensitivitas arus
dinyatakan dengan :
Dengan :
S1 = Sensitivitas arus dalam mm/ A
d = Simpangan Galvanometer dalam mm
I = Arus pada Galvanometer dalam a
2. Sensitivitas Tegangan
Sensitivitas tegangan (Voltage Sensitivity), ialah perbandingan antara simpangan jarum
penunjuk galvanometer terhadap tegangan yang menghasilkan simpangan tersebut. Sensitivitas
tegangan dinyatakan dengan notasi matematis sebagai berikut :
Dengan :
Sv = Sensitivitas tegangan dalam mm/ mV
d = Simpangan Galvanometer dalam mm
V = Arus pada Galvanometer dalam mV
3. Sensitivitas Mega ohm
Sensitivitas mega ohm (Megaohm Sensitivity), ialah besarnya resistansi mega ohm yang terhubung
seri dengan galvanometer (termasuk CDRX – Shunt-nya) untuk menghasilkan simpangan jarum menunjuk
galvanometer sebesar 1 bagian skala jika tegangannya yang disatukan sebesar 1 Volt. Karena besarnya
hambatan ekivalen dari galvanometer yang terhubung paralel dapat diabaikan bila dibandingkan dengan
besarnya tahanan mega ohm yang terhubung seri dengannya, maka arus yang masuk praktis sama dengan
1/R μA dan menghasilkan simpangan satu bagian skala. Secara numeric sensitivitas mega ohm sama dengan
sensitivitas arus dan
dinyatakan sebagai berikut :
Dengan :
SR = Sensitivitas mega ohm dalam mm/ μA
D = Simpangan Galvanometer dalam mm
I = Arus pada Galvanometer dalam a
4. Sensitivitas Balistik
Konsep lain sebagai tambahan adalah konsep Sensitivitas Balistik (Ballistic Sensitivity) yang biasa
digunakan pada Galvanometer Balistirk. Sensitivitas Balistik adalah perbandingan antara simpangan
maksimum dari jarum penunjuk Galvanometer terhadap jumlah muatan listrik Q dari sebuah pulsa tunggal
yang menghasilkan simpangan tersebut. Sensitivitas Balistik dinyatakan dengan formula berikut :
Dengan :
SQ = Sensitivitas Balistik dalam mm/μC
d = Simpangan Galvanometer dalam mm
Q = Besarnya muatan Listrik dalam μC