gagal jantung kongestif
DESCRIPTION
makalah gagal jantung kongestifTRANSCRIPT
![Page 1: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/1.jpg)
SISTEM KARDIOVASKULER
TUTORIAL MODUL 4 GAGAL JANTUNG
Kelompok 3
Disusun Oleh :
Elisha Ayu Fitria AddiniHudiyani
Intan Purnama SariIsnia Rizkiyah
Putri Widiah AstutiRahmah Amalia Ariza
Reni Marfuah RumangunRizky Amalia SahupalaRian Andito Fesanrey
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 1
![Page 2: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan
prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal
jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal
jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit
(readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal (R. Miftah
Suryadipraja).
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh
(Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena
penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai
dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-
lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
CHF merupakan penyebab tersering lansia dirawat di rumah sakit (Miller,1997). Sekitar
3000 penduduk Amerika menderita CHF. Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia 50
tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap tahun pada lansia berusia di atas 50 tahun
(Aronow et al,1998). Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang dididiagnosis CHF tidak
dapat hidup lebih dari 5 tahun (Ebbersole, Hess,1998).
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 2
![Page 3: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. DEFISINI
Congestive Hearth Failure (CHF) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrient dikarennakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuan hanya ada kalau
disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwald).
Gagal jantung terbagi atas 3 yakni:
1. Gagal jantung akut dan kronik
a) Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak output
dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps
pembuluh darah.
b) Gagal jantung kronik terjadinya secara perlahan ditandai dengan penyakit jantung
iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi retensi air dan sodium
pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel .dilatasi dan
hipertrofi.
2. Gagal Jantung Kanan dan Kiri
a) Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara adekuat
sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan pada katub
aorta/mitral.
b) Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri
yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung akan berakumulasi secara
sistemik di kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura, dll.
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 3
![Page 4: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/4.jpg)
3. Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik
a) Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan ventrikel hipertrofi
b) Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibatnya stroke
volume cardiac output turun.
B. ETIOLOGI
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung
kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup
keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas
miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan
cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta
dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan
kardiomiopati.
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi
yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-
paru. Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan
penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penyakit yang mendasarinya, tetapi
juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
Berdasarkan penyebab kegagalan jantung yaitu :
1. Disritmia, seperti: Bradikardi, takikardi, dan kontraksi premature yang sering dapat
menurunkancurah jantung.
2. Malfungsi katup, dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh kelebihan
beban tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa ruang, seperti
stenosis katup aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan kelebihan beban
volume yang menunjukan peningkatan volume darah ke ventrikel kiri.
3. Abnormalitas otot jantung, menyebabkan kegagalan ventrikel meliputi infark
miokard, aneurisme ventrikel, fibrosis miokard luas (biasanya dari
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 4
![Page 5: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/5.jpg)
aterosklerosis koroner jantung atau hipertensi lama), fibrosis endokardium,
penyakit miokard primer (kardiomiopati), atau hipertrofi l uas karena hipertensi
pulmonal, stenosis aorta, atau hipertensi sistemik.
4. Ruptur miokard, terjadi sebagai awitan dramatik dan sering membahayakan
kegagalan pompa dan dihubungkan dengan mortalitas tinggi. Ini biasa terjadi
selama 8 hari pertama setelah infark.
Menurut Price dan Wilson(2006) penyebab kegagalan jantung yaitu :
1. Meningkatkan beban awal, keadaan yang dapat meningkatkan beban awal yakni
reguirgitasi aorta dan cacat septum ventrikel.
2. Meningkatkan beban akhir, keadaan yang dapat meningkatkan beban akhir yakni stenosis
aorta dan hipertensi sistemik,
3. Menurunkan kontraktilitas miokardium, keadaan yang dapat memicu pada penurunan
infark miokardium dan kardiomipati.
Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth (2002) penyebab gagal jantung kongestif, yaitu:
1. Kelainan otot jantung: Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, menyebabkan menurunya kontraktilitas otot jantung.
2. Aterosklerosis koroner: Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung. Diantaranya hipoksia dan asidosis yang diakbatkan
penumpukan asam laktat serta infark miokard yang menjadi penyebab kematian sel
jantung.
3. Hipertensi pulmonal atau sistemik: Yang disebabkan peningkatan afterload,
meningkatkan beban kerja jantung dan pada akhirnya menyebabkann hipertrofi serabut
otot jantung. Efek tersebut dapat dsebut kompensasi karena akan menigkatkan
kontraktilitas jantung. Dan tidak dapat dhindari hipertrofi juga dapat menyebabkan
kegagalan pada jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degenerative: Berhubungan dengan gagal jantung ,
karena secara langsung dapat merusak serabut jantung dan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain: Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasa terlihat
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 5
![Page 6: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/6.jpg)
mencakup gangguan aliran darah melalui jantung(stenosis katup semiulner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah ( tamponade, perikarditis konstriktif, atau
stenosis katup av) atau pengososngan jantung abnormal (insufisensi katup av).
6. Faktor sistemik: Terjadinya kegagalan jantung disebabkan meningkatkan laju metabolism
(demam, tirotoksikosis) hipoksia dan anemia membutuhkan peningkatan curah jantung
untuk ememnuhi kebutuhan oksigen sistemik. Sehingga anemia dan hipoaksia dapat
mengurangi suplai oksigen ke jantung. Asidosis(respiratorik dan metabolic) dapat
menurunkan kontraktilitas jantung. Disaritmia juga dapat terjadi dengan sendirinya yang
mengakibatkan gagal jantung yang menurunkan efisiensi fungsi jantung.
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mendasari gagal jantung menurut Brunner dan Suddarth (2002)
meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung
abnormal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO= HR x SV
dimana curah jantung ( CO = Cardiak Output ) adalah fungsi frekuensi jantung, Heart x Volume
sekuncup ( SV= Stroke Volume ). Frekuensi jantung adalah fungsi saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan
fungsi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri
untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekuatan serabut otot
jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompakan pada setiap kontraksi tergantung pada
tiga factor: preload, kontraktilitas dan afterload.
Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya renggangan serabut jantung.
Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsiu
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 6
![Page 7: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/7.jpg)
Afterload, bergantung pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan utnuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan afterload
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga factor tersebut terganggu mengakibatkan
curah jantung berkurang mengakibatkan curah jantung berkurang
Berdasarkan beban pengisian (preload) dan beban tahanan (afterload) pada ventrikel yang
mengalami dilatasi dan hipertrofi memungkinkan adanya peningkatan daya kontraksi jantung
yang lebih kuat, sehingga curah jantung meningkat. Pembebanan jantung yang lebih besar
meningkatkan simpatis, sehingga kadar katekolamin dalam darah meningkat dan terjadi takikardi
dengan tujuan meningkatkan curah jantung. Pembebanan jantung yang berlebihan dapat
mengakibatkan curah jantung menurun, maka akan terjadi redistribusi cairan dan elektrolit (Na)
melalui pengaturan cairan oleh ginjal dan vasokonstriksi perifer dengan tujuan untuk
memperbesar aliran balik vena (Venous return) ke dalam ventrikel sehingga meningkatkan
tekanan akhir diastolik dan menaikkan kembali curah jantung.
Dilatasi, hipertrofi, takikardi, dan redistribusi cairan badan merupakan mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan curah jantung dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan.
Bila semua kemampuan mekanisme kompensasi jantung tersebut di atas sudah dipergunakan
seluruhnya dan sirkulasi darah dalam badan belum juga tepenuhi, maka terjadilah keadaan gagal
jantung.
Gagal jantung kiri
Kongestif paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan
cairan terdorong ke jaringan paru. Dispnu dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli
yang mengganggu pertukaran gas. Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan
insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 7
![Page 8: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/8.jpg)
Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti viscera dan jaringan perifer.
Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari
sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah,
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan nokturia.
D. MANIFESTASI KLINIS
Turunnya curah jantung pada gagal jantung dimanifestasikan secara luas karena darah
tidak dapat mencapai jaringan dan organ untuk membawa oksigen yang dibutuhkan. Beberapa
efek yang ditimbulkan pusing, konfusi, kelelahan,, tidak toleran terhadap latihan dan panas,
ekstermitas dingin, oliguri. Tekanan perfusi ginjal turun mengakibatkan pelepasan rennin dari
ginjal pada akhirnya menyebabkan sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta
pengikatan volume intravaskuler.
Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa
darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
Dispnue
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat
terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam hari yang
dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
Batuk
Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi
karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi
karena distress pernafasan dan batuk.
Kegelisahan dan kecemasan
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 8
![Page 9: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/9.jpg)
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
Gagal jantung kanan
Kongestif jaringan perifer dan viseral.
Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat
badan
Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar
Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga
abdomen.
Nokturia
Kelemahan.
E. KOMPLIKASI
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) komplikasi dari gagal jantung kongestif adalah:
1. Syok kardiogenik
Merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif, terjadi bila
ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan
kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang
tidak adekuat ke organ vital.
2. Episode tromboembolik
Diakibatkan karena kurangnya mobilitas penyakit jantung dan adanya gangguan sirkulasi
yang menyertai kelainan, berperan dalam pembentukan thrombus intrakardial dan
intravaskuler. Episode emboli yang paling sering adalah emboli paru. Gejala emboli
meliputi nyeri dada, sianosis, napas pendek, dan cepat serta hemoptisis. Serta emboli
sistemik yang dapat berasal dari daerah ventrikel kiri. Sumbatan vaskuler menyebabkan
stroke atau infark ginjal juga dapat mengganggu suplai darah ke ekstermitas.
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 9
![Page 10: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/10.jpg)
3. Efusi pericardial dan tamponade jantung
Efusi pericardial mengacu pada masuknya cairan ke dalam kantung pericardium.
Kejadian ini biasanya ditandai dengan perikarditis, gagal jantung, atau bedah jantung.
Sedangkan tamponade jantung adalah situasi mengancam dan sangat tergantung pada
penatalaksanaan yang cepat.
4. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat
membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
5. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada
katup jantung.
6. Serangan jantung dan stroke.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di jantung
yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan mengembangkan pembekuan
darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Dongoes (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat d ilakukan untuk menegakkan
diagnosa CHF yaitu:
1. Elektro kardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikule r, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi,
fibrilasi atrial.
2. Skan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding .
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 10
![Page 11: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/11.jpg)
3. Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katup, atau area penurunan kontraktili tas ventrikular.
4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
5. Rongent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6. Enzim hepar
Meningkat dalam gagal / kongesti hepar.
7. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretik.
8. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi
kronis.
9. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
10. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
11. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre pencetus
gagal jantung.
Berdasarkan tes diagnostic yang dapat dilakukan untuk gagal jantung kongestif adalah:
1. USG jantung : Menggunakan ultra sonograpi untuk melihat keadaan jantung
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 11
![Page 12: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/12.jpg)
2. Oksimetri nadi : Saturasi O2 mungkin rendah, terutama gagal jantung kongestif akut
memperburuk PPOM.
G. PENATALAKSANA
Tujuan pengobatan adalah :
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat
farmakologi
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi
antidiuretik, diit dan istirahat
Terapi Farmakologis :
1. Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisi dan mengurangi edema
2. Terapi diuretic
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus
hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan.
4. Diet
Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 12
![Page 13: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/13.jpg)
PATHWAY TEORI
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 13
![Page 14: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/14.jpg)
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
PENGKAJIAN TEORITIS
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan memberikan
keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti
pulmonal dan sistemik. Karenanya diagnostik dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya
dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada
dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pad aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah
jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
Tanda : 1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3) Irama Jantung ; Disritmia.
4) Frekuensi jantung ; Takikardia.
5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
6) posisi secara inferior ke kiri.
7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
8) terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
9) Murmur sistolik dan diastolic.
10) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
11) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
12) kapiler lambat.
13) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 14
![Page 15: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/15.jpg)
14) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
15) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
16) khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas ego
Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah
tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia),
diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan,
pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi
garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema
(umum, dependen, tekanan dn pitting).
6. Higiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 15
![Page 16: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/16.jpg)
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada
otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk
dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan
pernapasan.
Tanda : 1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
10. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran/pengajaran
Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat saluran
kalsium.
Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
DIAGNOSA TEORITIS
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 16
![Page 17: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/17.jpg)
1. Penurunan curah jantung b/d Perubahan kontaksilitas miokardial/perubahan
inotropik,perubahan frekwensi, irama, konduksi listrik, perubahan stuktural
( mis:kelainan katub, aneurisme ventrikuler)
2. Intoleransi aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan, Kelemahan umum, Tirah baring lama/imobilisasi
3. Kelebihan volume cairan b/d Menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane kapiler alveolus
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar mengenaai kondisi dan program pengobatan b/d kurang pemahaman atau kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal
INTERVENSI TEORITIS
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 17
![Page 18: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/18.jpg)
NO Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Penurunan curah jantung b/d Perubahan kontaksilitas miokardial/perubahan inotropik,perubahan frekwensi, irama, konduksi listrik, perubahan stuktural ( mis:kelainan katub, aneurisme ventrikuler)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan :Kriteria Hasil :
- Klien dapat menunjukkan tanda vital yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung,
- Melaporkan penurunan episode dispnoe, angina
- Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
1. Auskultasi nadi apical;kaji frekwensi,irama jantung
2,.Catat bunyi jantung
3. Palpasi nadi perifer
4. Pantau TD
5. Kaji kulit terhadap pucat atau sianosis
1. Biasanya terjadi takikardia (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel
2. S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama gallop umum(S3 dan S4) dihasil sebagai aliran darah keserambi yang distensi.Mur-mur dapat menunjukkan inkompentensi/stenosis katup
3. Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal dorsalis, pedis posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse aternan
4. Pada GJK dini, sedang atau kronis tekanan darah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat normal lagi.
5. Pucat menunjukkan turunnya perfusi perifer skunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung;vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapat
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 18
![Page 19: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/19.jpg)
6. Berikan Oksigen tambahan dengan kanul nasal/masker dan obat sesuai indikasi(kolaborasi)
terjadi sebagai refraksrori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atau belang karena peningkatan kongesti vena
6. Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek iskemik/hipoksia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti
2. Intoleransi aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan, Kelemahan umum, Tirah baring lama/imobilisasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan :Kriteria Hasil :
- Klien akan berpartisifasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur dibuktikan oleh menurunya kelemahan dan kelelahan.
1. Periksa tanda vital dan segera setelah aktivitas, khususnya Bila klien menggunakan vasodilator, diuretic dan penyakit beta
2. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, cacat takikardi, disrtimia, dispnea berkeringan dingiin dan pucat
3. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas
4. Implementasi program rehabilitasi
1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
2.Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
3. Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas.
4. Peningkatan bertahap
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 19
![Page 20: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/20.jpg)
jantung/aktivitas (kolaborasi)
pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali.
3. Kelebihan volume cairan b/d Menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan :Kriteria Hasil :
- Klien akan mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan kesimbangan masukan den pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema
- Menyakatan pemahaman tentang pembatasab cairan individual
1. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana dieresis terjadi.
2. Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24jam
3. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
4. Pantau TD dan CVP (bila ada)
1. Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal, posisi.Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
2. Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
3. Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
4. Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 20
![Page 21: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/21.jpg)
5. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
6. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi),mis, Lasix
7. Konsul dengan ahli diet.
5. Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
6. Meningkatkan laju aliran urine dan dapat menghambat reabsopsi natrium, klorida pada tubulus ginjal
7. Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium
4 Resiko tinggi gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane kapiler alveolus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan :Kriteria Hasil :
- Klien akan Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.
1. Pantau bunyi nafas, atat krekles
2. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
3. Dorong perubahan posisi.
4. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
1. Menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
2. Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
3. Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia
4. Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.
5. Meningkatkan oksigen alveolar yang dapat memperbaiki penurunan
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 21
![Page 22: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/22.jpg)
5. Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
6. Berikan obat sesuai indikasi : diuretik contoh furosemide (Lasix)
hipoksemia jaringan
6. Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas.
5 Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan :Kriteria Hasil :
- Klien akan Mempertahankan integritas kulit
- Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
1. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
2. Pijat area kemerahan atau yang memutih
3, Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
4. Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
5. Hindari obat intramuskuler
1. Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
2. Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
3. Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
4. Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat kerusakan.
5. Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi.
6. Kurang Setelah dilakukan 1. Diskusikan fungsi 1. Pengetahuan proses
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 22
![Page 23: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/23.jpg)
pengetahuan (kebutuhan belajar mengenaai kondisi dan program pengobatan b/d kurang pemahaman atau kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal
tindakan keperawatan, diharapkan :Kriteria Hasil :
- Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
- Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
- Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu
jantung normal
2. Kuatkan rasional pengobatan
3. Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
4. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi
penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
2. Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
3. Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
4. Dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan dirumah.
BAB IV
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 23
![Page 24: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/24.jpg)
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Skenario II Modul 4
Seorang laki-laki usia 70 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 minggu sebelum
MRS. Saat pengkajian ditemukan adanya ronkhi basal dibasal paru, JVP 5+2 cmH2O, irama
gallop, dan murmur sistolik. Suara jantung 1 dan 2 muncul tidak beraturan, dan terdapat pulsus
deficit. Terdapat pitting edema +1. Dari hasil perekaman ECG klien ditemukan adanya filbrilasi
atrium dengan respon verikel normal (HR 87 kalipermenit). Riwayat hipertensi sudah 4 tahun
dan jarang berobat. Selama di rumah klien tidur dengan 2 bantal, dan sering terbangun pada
malam hari karena sesak nafas. Klien mengatakan ngongsrong (nafas terasa berat) bila
beraktivitas berat. Di rumah sakit klien mendapatkan terapi digoxin 0,25mg, Lasix 40mg, dan
propranolol bila HR >100 kalipermenit. Hasil thorax foto menunjukkan kalsifikasi aorta, tanda
kardiomegali.
PENGKAJIAN
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 24
![Page 25: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/25.jpg)
Identitas
Nama : Tn. A
Usia : 70 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
DS DO
1. Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit
2. Selama dirumah klien tidur dengan dua bantal
3. Klien sering terbangun dimalam hari karena sesak nafas
4. Klien mengatakan ngongsrong (sesak nafas berat) bila beraktivitas berat
5. Riwayat hipertensi 4 tahun dan jarang berobat
1. Ditemukan ronkhi basal dibasal paru
2. JVP 5+2 cmH2O
3. Irama gallop murmur sistolik
4. S1 dan S2 muncul tidak beraturan
5. Pulse deficit
6. Pitting edema di ekstermitas +1
7. ECG: Fibrilasi atrium, respon ventrikel normal
HR : 87 x/menit
Terapi yang didapat :
Digoxin 0,25mg
Lasix 40mg
Propanolol bila HR >100 x/menit
ANALISA DATA
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 25
![Page 26: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/26.jpg)
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS:
- Klien mengatakan ngongsrong (sesak nafas berat) bila beraktivitas berat
DO:
- Ditemukan ronkhi basal dibasal paru
- Irama gallop murmur sistolik
- S1 dan S2 muncul tidak beraturan
- Pulse deficit
- ECG: Fibrilasi atrium, respon ventrikel normal
Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan suplai oksigen
2 DS:
- Selama dirumah klien tidur dengan dua bantal
- Klien sering terbangun dimalam hari karena sesak nafas
DO:
- Ditemukan ronkhi basal dibasal paru
Gangguan pola tidur Sesak nafas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 26
![Page 27: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/27.jpg)
1. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen
2. Gangguan pola tidur b.d sesak nafas
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan / kriteria hasil
Intervensi Rasional
1. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen
Berpartsipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan keperawatan diri sendiri.
Mandiri
1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan vasodilator, diuretic penyekat beta.
2. Catat respon kardio pulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, distrimia, dipsnea, berkeringat, pucat.
3. Kaji
1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karen aefek obat (vasodilasi), perpidahan cairan (diuretik), atau pengaruh fungsi jantung.
2. Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
3. Kelemahan
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 27
![Page 28: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/28.jpg)
presipitator, penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
4. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas
5. Berikan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi. Selingi periode aktivitas dengan periode istirahat
Kolaborasi
Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas
adalah efeksamping beberapa obat (betabloker, traquilizer, dan sedapati). Nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energy dan menyebabkan kelemahan.
4. Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas
5. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard/ kebutuhan oksigen berlebihan.
Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung atau konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila disfungsi jantung tidak dapat membaik
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 28
![Page 29: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/29.jpg)
2. Gangguan pola tidur b.d sesak nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kebutuhan istirrahat/tidur klien secara adekuat (kualitas/kuantitas) :Kriteria Hasil :
- Klien mampu tidur dengan nyaman
- Kuantitas tidur dalam batas normal
- Keluhan sesak nafas hilang
Mandiri1. Identifikasi
pola normal tidur klien
2. Bantu klien dalam beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit
3. Nilai adanya faktor yang menunjang terjadinya gangguan pola tidur (mis sesak nafas, nyeri, rasa takut, cemas, merasa kesepian, kebisingan, lampu terlalu terang)
1.
kembali.
1. Pola tidur menyebabkan kecemasan yang dapat memicu nyeri dada dan meningkatkan konsumsi oksigen. Keluhan fisik yang mengganggu tidur harus dikelola untuk menunjang kebutuhan istirahat, dan mengurangi konsumsi oksigen miokard. Proedur ritual dapat memberikan kenyamanan fisik sebelum tidur yang menunjang relaksasi
2.
1.
PATHWAY KASUS
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 29
Hipertensi
![Page 30: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/30.jpg)
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 30
Kegagalan kontraksi ventrikel kiri
Tekanan vaskuler meningkat
Kardiomegali
Curah jantung menurun
Kerja jantung meningkat
Hipertrofi ventrikel
Kegagalan kontraksi ventrikel kanan
Disfungsi sistoik dan diastolik
Gagal jantung
Intolerasi aktivitas
Supali O2 tidak seimbang
Iskemia miokard
Volume darah atrium kiri meningkat
Volume darah atrium kanan meningkat
Volume darah atrium kiri meningkat
Volume darah atrium kanan meningkat
![Page 31: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/31.jpg)
BAB V
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 31
Aliran darah baik ke sistemik
Piting edema ekstremitas
Perembesan cairan ke alveoli
Cairan ke luar ke interstisial
Penumpukan cairan diparu
Aliran darah balik ke paru
Penumpukan cairan darah
Inspirasi alveolus menurun
Sesak nafas
Gangguan pola tidur
Ronki basal paru
![Page 32: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/32.jpg)
HASIL TUTORIAL
Kata yang tidak dimengerti
1. Propranolol
Klasifikassi : anti hipertensi, anti angina, penyakit adrenergik beta (non selektif),
aritrimia (group II), kategori kehamilan C
Indikasi :
Untuk pengobatan berikut ini : hipertensi (sendiri atau bersama agen lain), angina
pektoris (sendiri atau bersama agen lain)
Takiaptritmia superavenrikular, takikardia, ventricular, dan tarkiamia lain
Gejala yang berhubungan dengan kardiomiopati hipertropik (angina, palpitasi,
sinkop)
Tremor pencegahan infak miokard
Profilasis migraine
Kerja obat :
Menghantarkan stimulasi tempat reseptor beta1 (miokard) dan beta2 (paru,
vaskuler, atau uterus)
Efek terapetik menurunkan frekuensi jantung
Menurunkan tekanan darah
Menurunkan konduksi AV
Kontra indikasi dan perhatian :
Edem paru
Syok kardiogenik
Bradikardia
Blok jantung
Hipersensitivitas terhadap sulfit (hanya lepas lambat saja)
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 32
![Page 33: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/33.jpg)
2. Basal paru
Basal paru merupakan bagian paru kanan dan paru kiri
3. Murmur sistolik
Murmur adalah suara jantung abnormal yang dapat didengar dengan stetoskop. Biasanya
hal ini karna peningkatan laju darah yang melewati anting.
Murmur sistolik yaitu aorta-pulmonal tidak akan membuka secara sempuran bila
katupnya mengalami stenosis.
4. Pitting edema
Adalah edema yang akan tetap cukung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung
jari. (buku ajar medikal bedah vol. 2).
5. Fibrilasi atrium
Kondisi dimana ruang atas jantung berdenyut terlalu cepat dan kacau. Karna darah tidak
sepenuhnya dipompa keventrikel,ruang jantung atas dan bawah tidak bekerja sama
dengan baik, mengakibatkan detak jantung secara keseluruhan sebagai aritmia
supraventikel karna merupakan aritmia yang berasal dari ventrikel. fibrilisasi atrium
dapat tanpa gejala . bila ada, penderita mungkin mengalami palpitasi, nyeri dada, pusing
atau pingsan .fibrilisasi atrium dapat tetap tidak terdeteksi untuk waktu yang lama . jika
tidak diobati, komplikasi bisa berupa stroke dan serangan jantung.
6. JVP
JVP atau tekanan vena jugularis adalah gambaran tekanan pada atrium dextra dan
tekanan diastolic pada ventrikel dextra, pulsasi pada vena jugularis dapat mengatakan
abnormalitas konduksi dan fungsi katup trikuspidalis.JVP menggambarkan volume
pengisian dan tekanan pada jantung bagian kanan. Tekanan pada vena jugularis dama
dengan level yang berhubungan dengan tekanan pada atrium kanan . tekanan vena
jugularis adalah salah satu pengukuran pada sistem vena secara tidak langsung.
Kata kunci
1. Sesak nafas
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 33
![Page 34: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/34.jpg)
2. Ronkhi basal
3. S1 dan S2 tidak beraturan
4. Tidur dengan dua bantal
5. Pitting edema ekstermitas (+1)
6. ECG : Fibrilasi atrium
7. Nafas terasa berat bila beraktivitas
8. Photo thorax : Kalsifikasi aorta
9. Riwayat hipertensi 4 tahun
Pertanyaan
1. a. Pada penyakit jantung apa saja yang memiliki manifestasi sesak nafas ?
Penyakit dengan manifestasi sesak nafas :
Kardiomegali
Angina pektoris
Gagal jantung kongestif
Efusi perikardial dan temponade jantung
2. a. Bagaimana proses terjadinya ronkhi basal dan sesak?
b. Ditemukannya ronkhi basal, manifestasi penyakit jantung apa saja ?
jawabanya:
Diawali dari penyakit hipertensi dan adanya arterosklerosis di artei coroner
memnyebabkan suplai O2 yang berkurang didalam dijantung .dengan adanya
penyempitan menyebabakan tekanan vaskuler dipenbuluh darah menjadi tinggi sehingga
jantung berusaha memompa kuat pada saat jantung berkerja lebih kuat lama kelamaan
akan terjadi hipertrofi pada ventrikel dalam keadaan ini maka ventrikel lemah untuk
memompa darah keluar menyebabkan volume darah di ventrikel meningkat lama
kelamaan darah akan balik keatrium makan volume atrium bertambah dangan adanya
darah balik dari ventrikel dan ditambah pasokan darah dari paru-paru keatrium
menyebabkan volume darah dari atrium akan balik keparu-paru sehingga darah akan
menumpuk dipembuluh darah paru-paru menyebabkan pembuluh darah tidak bisa
menampung volume darah sehingga cairan dalam penbuluh darah akan merembas diparu-
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 34
![Page 35: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/35.jpg)
paru , lalu hai ini akan menyebabkan edema paru dan basal paru. Karna adanya cairan
yang terlalu banyak diparu-paru maka O2 akan sulit diinspirasi oleh alveolussehingga
menyebabkan sesak. Ronkhi basal merupakan manifestadi klinis dari penyakit gagal
jantung kongestif
3. a. Pada penyakit apa saja S1 dan S2 tidak beraturan ?
b. Apa penyebab S1 dan S2 tidak beraturan ?
jawabannya :
S1 dan S2 tidak beraturan pada penyakit gagal jantung. Penyebab S1 dan S2 tidak
beraturan karna terdapatnya bunyi S3 dan S4. S3 disebabkan oleh pengisisan ventrikel
yang cepat . S4 disebabkan oleh kontraksi atrium melawan venrtikel yang sudah tidak
lentur lagi. Sehingga S1 dan S2 meredam
4. Apa hubungannya tidur dengan dua bantal pada penyakit ini ?
Jawabanya:
Sesak nafas pada waktu berbaring terlentang dan orang harus tidur pakai sandaran
ditempat tidur atau tidur duduk pada sebuah kursi. Bila orang berbaring terlentang
ventilasi berkurang dan volume darah pada pembuluh-pembuluh paru-paru meningkat.
Orthopnea sering dijelaskan dengan sejumlah bantal agar pasien dapat beristirahat dengan
nyaman ditempat tidur.
5. Pitting edema ekstremitas (+1) merupakan manifestasi penyakit apa saja ?
Pitting edema adalah edema yang akan tettap cekung bahkan setelah penekanan ringan
dengan ujung jari baru jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan paling tidak sebanyak
4,5 kg. Manifestasi dari pitting edema ektermitas (+1) hanya ada pada penyakit gagal
jantung. pitting edema (+1) kedalamnnya 1-3 mm dengan waktu kembali 3 detik
Piting edema dibagi menjadi 4 derajat:
Derajat I : Kedalamannya 1-3 mm dengan waktu kembali 3 deik
Derajat II : Kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik.
Derajat III : Kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
Derajat IV : Kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 35
![Page 36: GAGAL JANTUNG KONGESTIF](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022020106/5695cfbc1a28ab9b028f5231/html5/thumbnails/36.jpg)
(Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah)
6. Apa hasil ECG: Fibrilasi atrium merupakan manifestasi penyakit ini ?
Iya, karena pasien dengan gagal jantung mengalami peningkatan resiko fibrilasi atrium.
Sebagaimana terjadinya kekakuan ventrikel dan peningkatan tekanan akhir diastolic,
atrium kiri mengembang dan tegang kondisi ini sering menimbulkan fibrilasi atrium
kehilangan kontraksi atrium memperburuk gejala gagai jantung karena pasien gagal
jantung diastolic sangan tergantung dengan pengisian atrium terhadap ventrikel kiri.
7. Kenapa klien merasa nafas terasa berat saat beraktivitas ?
Jantung memompa darah secara fisiologis, jantung memompa darah ke seluruh tubuh
pada semua organ. Ketika tubuh beraktivitas, otot skelet yang bekerja sehingga sel otot
butuh oksigen berlebih. Jantung makin bekerja keras unttuk memompa darah, tapi karena
pada pemeriksaan terdapat bendungan (kongestif) sehingga aliran darah tidak lancar, dan
berakibat pula pada kesulitan dalam pengambilan oksigen di paru.
8. a. Apakah photo thorax tersebut merupakan manifestasi dari penyakit ini ?
b. Pada penyakit jantung apa saja yang memiliki photo thorax seperti kasus ?
Photo thorax tersebut merupakan manifestasi dari penyakit hipertensi,CHF. penyakit
jantung bawaan memiliki photo tthorax seperti kasus
MODUL 4 KARDIOVASKULARPage 36