galang … · web viewjurnal aktivitas menonton televisi, tingkat ekonomi orang tua, kedekatan...
TRANSCRIPT
JURNAL
AKTIVITAS MENONTON TELEVISI, TINGKAT EKONOMI ORANG
TUA, KEDEKATAN KELUARGA, DAN PERILAKU IMITASI
(Pengaruh Terpaan Tayangan Sinetron “Anak Jalanan” di RCTI terhadap
Perilaku Imitasi pada siswa-siswi SMK Warga Surakarta dan SMK N 2
Purbalingga)
Disusun Oleh:
GALANG DAYU NUGRAHA
D0212044
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2017
AKTIVITAS MENONTON TELEVISI, TINGKAT EKONOMI ORANG
TUA, KEDEKATAN KELUARGA, DAN PERILAKU IMITASI
(Pengaruh Terpaan Tayangan Sinetron “Anak Jalanan” di RCTI terhadap
Perilaku Imitasi pada siswa-siswi SMK Warga Surakarta dan SMK N 2
Purbalingga)
Galang Dayu Nugraha
Drs. Ign. Agung Satyawan SE., S.Ikom., M.Si,
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract“Anak Jalanan (Street Kids)” Drama is one of the television
entertainment program presented with various story. This research used reinforcement imitation by Miller and Dolland-teory approach. This research want to show any relation between watching Anak Jalanan drama, Parents economic level, and the family closeness toward students imitation behavior of Vocational high school of Warga at Surakarta and Vocational School number 2 at Purbalingga.
The quantitive-type with survey-methods are used for this research. The population in this research is automotive department’s students of Vocational high school of warga at Surakarta and Vocational School number 2 at Purbalingga. 80 students from 414 students of automotive department at Vocational School of Warga at Surakarta and 82 students from 458 students of automotive department as the sample of this research. Purposive sampling are use as sampling technique. Quisioner are used as data collecting method, and rank spearman correlation-analysis method are used as data analysis method. ttable=1,991 and 1,990 are obtained by Signification test that used T-test with comparing tcount value with dk=78 and 80 at 5% of signification standard.
The value of tcount at watching television and family closeness relationship is bigger than the value of ttable, it means there is a significant and positive relation made the hypothesis are proven. Meanwhile the value of tcount at family economic level with imitation behavior are smaller than the value of ttable, it means there is no significant and almost 0 relation that made the hypothesis are unproven.
Keywords: imitation behavior, renforcement imitation, watching Anak Jalanan drama activity
Pendahuluan
Saat ini stasiun televisi berlomba-lomba menayangkan sinema elektronik
atau akrab didengar dengan sinetron yang manyajikan cerita bersifat romantis,
menghibur, penuh khayalan hingga yang bersifat glamour, gaya hidup kebarat-
baratan, kejahatan, kekerasan dan aksi bullying. Namun pada umumnya, kondisi
inilah yang menjadi laris manis dikonsumsi oleh sebagian masyarakat yang
menjadikan sinetron sebagai ritual wajib untuk disaksikan.
Salah satu sinetron televisi yang menjadi perbincangan dalam beberapa
waktu belakangan ini adalah sinetron “Anak Jalanan” yang ditayangkan di RCTI.
Sinetron ini adalah kisah tentang Boy atau nama Asli Stefen William dimana
memerankan sebagai peran utama dalam sinetron ini memiliki watak baik. Dia
adalah remaja dan anak sekolah yang suka membantu temanya di tengah hobinya
mengendarai motor sport-nya. Selain itu, Boy ini juga ternyata memiliki bakat
terpendam yakni dia seorang remaja yang ahli dalam bela diri. Dimana dalam
sinetron ini dia akan melawan beberapa tokoh Antagonis seperti Immanuel Caesar
Hito berperan sebagai Mondy.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil dua tempat populasi yakni di
SMK Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga. Keduanya merupakan sekolah
menengah kejuruan yang terdiri dari beberapa jurusan yang dapat dipilih seperti
teknik otomotif, informatika, komputer, dan lain sebagainya guna menyiapkan
peserta didiknya untuk lebih siap menghadapi dunia kerja.
Penelitian ini berfokus pada aktivitas menonton sinetron, tingkat ekonomi
keluarga, dan kedekatan keluarga (orang tua dengan anak) dengan perilaku imitasi
siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga. Peneliti menggunakan
pendekatan teori reinforcement imitation dari Miller dan Dolland.
Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas menonton
program sinetron “Anak Jalanan” di RCTI dengan perilaku imitasi yang
ditimbulkan siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga?
2. Bagaimanakah tingkat terpaan program sinetron “Anak Jalanan” di RCTI
pada siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga?
3. Apakah terdapat pengaruh tingkat ekonomi orang tua siswa dengan
perilaku imitasi siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga?
4. Apakah terdapat pengaruh tingkat kedekatan keluarga (anak dengan orang
tua) dengan perilaku imitasi siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N 2
Purbalingga?
5. Berapa besar pengaruh terpaan program sinetron “Anak Jalanan” di RCTI
terhadap perilaku imitasi pada siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N 2
Purbalingga?
6. Bagaimana perbandingan pengaruh perilaku imitasi pada siswa SMK
Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga?
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Mengetahui tingkat terpaan tayangan sinetron “Anak Jalanan” di RCTI pada
siswa-siswi SMK Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga.
2. Mengetahui perilaku imitasi yang ditimbulkan siswa-siswi SMK Warga
Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga.
3. Mengetahui hubungan antara tingkat perilaku imitasi berdasarkan tingkat
ekonomi keluarga siswa-siswi SMK Warga Surakarta dan SMK N 2
Purbalingga.
4. Mengetahui hubungan antara tingkat perilaku imitasi berdasarkan tingkat
kedekatan anak dengan orang tua siswa-siswi SMK Warga Surakarta dan SMK
N 2 Purbalingga.
5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sinetron “Anak Jalanan” di RCTI
terhadap perilaku imitasi terbuka pada siswa-siswi SMK Warga Surakarta dan
SMK N 2 Purbalingga.
6. Mengetahui perbandingan pengaruh perilaku imitasi pada siswa-siswi SMK
Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga.
Landasan Teori
1. Konsep Imitasi
Menurut Pierce & Cheney, proses observational learning merupakan belajar
dengan melakukan observasi, yang mencakup melakukan apa yang oranglain
lakukan, yang mana performa dari observer atau pebelajar diatur oleh tindakan
model.1 Apa yang dilakukan oleh model, akan ditirukan oleh anak sebagai
pebelajar. Meskipun modeling dapat menghasilkan berbagai efek (misalnya social
fasilitation, stimulus enhancement), imitasi mensyaratkan bahwa pebelajar atau
anak menunjukkan respon novel yang hanya dapat terjadi dengan mengobservasi
pancaran novel respon yang sama.
2. Jenis Imitasi Pada Manusia
Menurut Pierce & Cheney imitasi bawaan atau spontan didasarkan pada
evolusi dan seleksi natural atau karekteristik individu daripada pengalaman
selama kehidupan individu. Itulah, imitasi dari oranglain mungkin menjadi bentuk
1 Pierce, W. David & Cheney, Carl D. (2004). Behavior Analysis and Learning third edition. USA: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Hlm. 296.
tingkah laku yang penting. Tingkah laku ini mungkin mencakup dari tindakan
instingtif sampai seperangkat respon yang lebih digeneralisasikan, yang
bergantung pada individu.
3. Teori Peneguhan (Reinforcement Imitation)
Miller dan Dolland pada tahun 1941 memerinci kerangka teori tentang
instrumental conditioning dan mengemukakan ada tiga kelas utama perilaku yang
seringkali diberi label “imitasi “ same behavior, dua individu memberi respon
masing-masing secara independen, tapi dalam cara yang sama terhadap stimuli
lingkungan yang sama.2
4. Teori S-O-R
S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Teori ini
dikemukakan oleh Carl I. Hovland pada tahun 1953. Menurut teori ini, organism
menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Maksudnya
adalah keadaan internal organism berfungsi menghasilkan respon tertentu pula.3
Untuk dapat menjelaskan efek yang ditimbulkan oleh pesan media massa ini,
diterangkan dengan menggunakan teori Stimulus-Organism- Respons (S-O-R)
yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.3
Model Teori Stimulus-Organism-Respons Carl I. Hovland.
Efek yang ditimbulkan oleh model ini adalah reaksi khusus terhadap stimulus
khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian
antara pesan dan reaksi komunikan.4 Unsur-unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (Stimulus, S)
2 Miller, Neal, and John Dollard. 1941. Social Learning and Imitation. New Haven, CT: Yale University Press.
3 Hovland, C. I., Janis, I. L., & Kelley, H. H. (1953). Communication and persuasion: Psychological studies of opinion change. Connecticut: Yale University Press. Hlm. 52.4 Effendi, Onong Uchjana. (iii). Op.Cit. Hlm. 254.
Pesan Tunggal Penerima Individu Reaksi
b. Komunikan (Organism, O)
c. Efek (Response, R)
Kemudian yang dimaksud dengan respon adalah efek yang ditimbulkan dari
terpaan informasi yang diberikan kepada audiens. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, efek komunikasi yang muncul sehubungan dengan pesan ada tiga
tingkatan yaitu efek kognitif, afektif, dan behavioral.
Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode
survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.5
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh periset untuk
dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan.6 Dalam penelitian ini populasinya
adalah siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga. Jumlah total
siswa jurusan otomotif SMK Warga Surakarta adalah 414 siswa. Sedangkan
jumlah total siswa jurusan otomotif SMK N 2 Purbalingga adalah 458 siswa.
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non probability
sampling. Non probability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberi
peluang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel.7 Salah satu dari teknik sampling ini adalah Purposive Sampling.
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja.
Sampel ditentukan berdasarkan pada ciri tertentu yang dianggap mempunyai
hubungan erat dengan ciri populasi. Peneliti dengan sengaja menentukan anggota
sampelnya bagi mereka yang menonton sinetron Anak Jalanan di RCTI.
5 Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta:LP3ES. Hlm. 3.6 Sugiyono. (2011).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Hlm. 80. 7 Susanto. Op. Cit. Hlm. 120.
Dari pra survey yang telah dilakukan oleh peneliti, jumlah total populasi
SMK Warga yaitu 414 siswa, didapatkan sampel yaitu siswa kelas 1, 2, dan 3
SMK Warga Surakarta yang menyaksikan sinetron Anak Jalanan di RCTI
sejumlah 80 responden. Sedangkan pada siswa-siswi kelas 1, 2, dan 3 SMK N 2
Purbalingga memiliki jumlah total populasi 458 siswa dan didapatkan sampel
yang menyaksikan sinetron Anak Jalanan di RCTI sejumlah 82 responden.
Uji reliabilitas kuesioner dilakukan dengan cara test dan retest dalam dua hari, yaitu Rabu, 2 November 2016 (Test) dan Rabu, 16 November 2016 (Retest). Uji reliabilitas dilakukan di SMK N 3 Surakarta dengan melibatkan 30 siswa setiap harinya. Analisis test dan retest untuk menguji reliabilitas dilakukan dengan statistik Pearson product moment correlations melalui aplikasi SPSS 20 for Windows, yang dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Korelasi Kuesioner
Test Retest
Test
Pearson Correlation 1 .851**
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
Retest
Pearson Correlation .851** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan SPSS 16 for Windows, soal kuesioner secara keseluruhan memiliki hasil signifikan. Hal tersebut berarti kuesioner reliabel atau andal untuk digunakan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis hubungan (asosiatif). Analisis hubungan adalah analisis yang
menggunakan uji statistik inferensial dengan tujuan untuk melihat derajat
hubungan diantara dua atau lebih dari dua variabel.8
Dalam penelitian ini proses perhitungan korelasi dilakukan menggunakan
program SPSS 20.00 for windows. Ouput data berupa tabel akan dibahas didalam
analisis data lebih lanjut dan mendalam. Koefisien korelasi yang diperoleh
langsung dengan korelasi tata jenjang Spearman tidak dapat langsung
dikonsultasikan dengan harga kritis Spearman. Hal ini disebabkan harga kritis
Spearman hanya berlaku untuk n kurang dari 30 responden. Maka selanjutnya
akan dipergunakan tabel harga kritis dengan rumus:
Apabila harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel maka Ho ditolak dan
Ha diterima (thitung > ttabel ). Sebaliknya jika harga t tabel lebih besar daripada harga
t hitung maka Ha ditolak dan Ho diterima (thitung < ttabel)9
Keterangan:
t = harga signifikasi korelasi
n = jumlah sampel
r = koefisien korelasi tata jenjang spearman
Sajian Data
1. Variabel X1 Independen (Aktivitas menonton sinetron Anak Jalanan)
1. Frekuensi Menonton Sinetron Anak Jalanan
8 Kriyantono. (2008). Op. Cit. Hlm. 1729 Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hlm
252.
Data responden SMK Warga Surakarta yang menonton film sinetron Anak
Jalanan dalam 1 (satu) bulan yaitu sebanyak 51 responden atau sebesar
63,8% yang menjawab 1-10 kali menonton dalam 1 (satu) bulan, 22
responden atau sebesar 27,5% yang menjawab 11-20 kali menonton dalam 1
(satu) bulan dan 7 responden atau 8,8% yang menjawab 21-30 kali menonton
dalam 1 (satu) bulan.
Data responden SMK N 2 Purbalingga yang menonton film sinetron Anak
Jalanan dalam 1 (satu) bulan yaitu sebanyak 43 responden atau sebesar
52,4% yang menjawab 1-10 kali menonton dalam 1 (satu) bulan, 30
responden atau sebesar 36,6% yang menjawab 11-20 kali menonton dalam 1
(satu) bulan dan 9 responden atau 11% yang menjawab 21-30 kali menonton
dalam 1 (satu) bulan.
2. Durasi Menonton Sinetron Anak Jalanan
Data responden SMK Warga Surakarta yang menonton film sinetron Anak
Jalanan dalam 1 (satu) bulan yaitu sebanyak 62 responden atau sebesar
77,5% yang menjawab 1-40 menit menonton dalam sekali penayangan, 14
responden atau sebesar 17,5% yang menjawab 41-80 menit menonton dalam
sekali penayangan dan 4 responden atau 5% yang menjawab 81-120 menit
menonton dalam sekali penayangan.
Data responden SMK N 2 Purbalingga yang menonton film sinetron Anak
Jalanan dalam 1 (satu) bulan yaitu sebanyak 47 responden atau sebesar
57,3% yang menjawab 1-40 menit menonton dalam sekali penayangan, 25
responden atau sebesar 30,5% yang menjawab 41-80 menit menonton dalam
sekali penayangan dan 10 responden atau 12,2% yang menjawab 81-120
menit menonton dalam sekali penayangan.
3. Waktu Khusus Menonton Sinetron Anak Jalanan
Data responden SMK Warga Surakarta yang terkadang menyediakan
waktu khusus untuk menonton sinetron Anak Jalanan yaitu sebanyak 20
responden atau sebesar 25%, sebanyak 58 responden atau sebesar 72,5%
tidak pernah menyediakan waktu khusus dan 2 responden atau 2,5%
menjawab menyediakan waktu khusus untuk menonton sinetron Anak
Jalanan.
Data responden SMK N 2 Purbalingga yang terkadang menyediakan
waktu khusus untuk menonton sinetron Anak Jalanan yaitu sebanyak 41
responden atau sebesar 50%, sebanyak 38 responden atau sebesar 46,3%
tidak pernah menyediakan waktu khusus dan 3 responden atau 3,7%
menjawab menyediakan waktu khusus untuk menonton sinetron Anak
Jalanan.
4. Kegiatan bersamaan saat Menonton Sinetron Anak Jalanan
Data responden SMK Warga Surakarta yang menonton film sinetron Anak
Jalanan yang terkadang disertai dengan melakukan kegiatan lain yaitu
sebanyak 45 responden atau sebesar 56,3%, sebanyak 27 responden atau
sebesar 33,8% menjawab selalu disertai dengan melakukan kegiatan lain
sewaktu menonton dan 8 responden atau 10% menjawab tidak ada kegiatan
lain ketika sedang menonton sinetron Anak Jalanan.
Data responden SMK N 2 Purbalingga yang menonton film sinetron Anak
Jalanan yang terkadang disertai dengan melakukan kegiatan lain yaitu
sebanyak 60 responden atau sebesar 73,2%, sebanyak 14 responden atau
sebesar 17,1% menjawab selalu disertai dengan melakukan kegiatan lain
sewaktu menonton dan 8 responden atau 9,8% menjawab tidak ada kegiatan
lain ketika sedang menonton sinetron Anak Jalanan.
2. Variabel X2 Independen (Ekonomi Keluarga)
Data pendapatan orang tua responden SMK Warga Surakarta dengan nominal
di atas Rp 5.000.000,- sebanyak 6 responden atau sebesar 7,5%, sebanyak 41
responden atau sebesar 51,3% menjawab pendapatan orang tua responden berkisar
antara Rp 1.418.000,- s/d Rp 5.000.000,- dan 33 responden atau 41,3% menjawab
pendapatan orang tua mereka kurang dari Rp 1.418.000,- yang artinya adalah di
bawah UMR.
Data pendapatan orang tua responden SMK N 2 Purbalingga dengan nominal
di atas Rp 5.000.000,- sebanyak 3 responden atau sebesar 3,7%, sebanyak 14
responden atau sebesar 17,1% menjawab pendapatan orang tua responden berkisar
antara Rp 1.377.500,- s/d Rp 5.000.000,- dan 65 responden atau 79,3% menjawab
pendapatan orang tua mereka kurang dari Rp 1.377.500,- yang artinya adalah di
bawah Upah Minimum Regional (UMR).
3. Variabel X3 Independen (Kedekatan Keluarga)
Data responden SMK Warga Surakarta yang terkadang mendapat nasehat dari
orang tua yaitu sebanyak 28 responden atau sebesar 35%, sebanyak 4 responden
atau sebesar 5% menjawab tidak pernah mendapat nasehat dari orang tua, dan 48
responden atau 60% menjawab sering mendapat nasehat dari orang tua.
Data responden SMK N 2 Purbalingga yang terkadang mendapat nasehat dari
orang tua yaitu sebanyak 44 responden atau sebesar 53,7%, sebanyak 4 responden
atau sebesar 4,9% menjawab tidak pernah mendapat nasehat dari orang tua, dan
34 responden atau 41,4% menjawab sering mendapat nasehat dari orang tua.
4. Variabel Y Dependen (Perilaku Imitasi)
1. Perilaku Imitasi Balapan Liar SMK Warga Surakarta dan SMK N 2
Purbalingga
Data menunjukkan bahwa hampir sebagian responden SMK Warga Surakarta
tidak ada keinginan untuk melakukan balapan liar seperti yang ada pada sinetron
Anak Jalanan. Hal itu dapat dilihat dari total 80 responden, ada 38 responden atau
47 ,5% yang menjawab tidak ada keinginan untuk melakukan balapan liar seperti
yang ada pada sinetron Anak Jalanan.
Data menunjukkan bahwa sebagian responden SMK N 2 Purbalingga tidak
ada keinginan untuk melakukan balapan liar seperti yang ada pada sinetron Anak
Jalanan. Hal itu dapat dilihat dari total 82 responden, ada 46 responden atau
56,1% yang menjawab tidak ada keinginan untuk melakukan balapan liar seperti
yang ada pada sinetron Anak Jalanan.
2. Perilaku Imitasi Cara Menyelesaikan Masalah SMK Warga Surakarta
dan SMK N 2 Purbalingga
Data menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden SMK Warga
Surakarta tidak akan menyelesaikan masalahnya dengan cara berkelahi dan
balapan liar seperti yang ada pada sinetron Anak Jalanan. Hal itu dapat dilihat dari
total 80 responden, ada 48 responden atau 60,0% yang menjawab tidak ada
keinginan untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara berkelahi dan balapan
liar seperti yang ada pada sinetron Anak Jalanan.
Data menunjukkan bahwa hampir sebagian responden SMK N 2 Purbalingga
tidak akan menyelesaikan masalahnya dengan cara berkelahi dan balapan liar
seperti yang ada pada sinetron Anak Jalanan. Hal itu dapat dilihat dari total 82
responden, ada 42 responden atau 51,2% yang menjawab tidak ada keinginan
untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara berkelahi dan balapan liar seperti
yang ada pada sinetron Anak Jalanan.
3. Perilaku Imitasi Keinginan Responden SMK Warga Surakarta dan dan
SMK N 2 Purbalingga Bergabung dalam Geng Motor
Data menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden SMK Warga
Surakarta mengerti dengan adanya geng motor dan bersikap biasa saja tidak
melakukan apa-apa. Hal itu dapat dilihat dari total 80 responden, ada 40
responden atau 50,0% yang menjawab mengerti dengan adanya geng motor dan
bersikap biasa saja tidak melakukan apa-apa.
Data menunjukkan bahwa hampir sebagian responden SMK N 2 Purbalingga
tidak menyukai dengan adanya geng motor karena menurutnya akan berdampak
buruk. Hal itu dapat dilihat dari total 82 responden, ada 38 responden atau 46,3%
yang tidak menyukai dengan adanya geng motor karena menurutnya akan
berdampak buruk.
4. Perilaku Imitasi Gaya Berpacaran Anak Jalanan SMK Warga Surakarta
dan SMK N 2 Purbalingga
Data menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden SMK Warga
Surakarta tidak meniru gaya berpacaran seperti dalam sinetron Anak Jalanan yaitu
berciuman dan berpelukan saat naik motor. Hal itu dapat dilihat dari total 80
responden, ada 54 responden atau 67,4% yang menjawab tidak meniru gaya
berpacaran seperti dalam sinetron Anak Jalanan yaitu berciuman dan berpelukan
saat naik motor.
Data menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden SMK N 2
Purbalingga tidak meniru gaya berpacaran seperti dalam sinetron Anak Jalanan
yaitu berciuman dan berpelukan saat naik motor. Hal itu dapat dilihat dari total 82
responden, ada 52 responden atau 63,4% yang menjawab tidak meniru gaya
berpacaran seperti dalam sinetron Anak Jalanan yaitu berciuman dan berpelukan
saat naik motor.
Analisis Data
1. Hubungan antara aktivitas menonton program sinetron Anak Jalanan di
RCTI dengan perilaku imitasi pada siswa SMK Warga Surakarta dan
SMK N 2 Purbalingga
Diketahui harga t hitung adalah 9,058. Kemudian harga t hitung dibandingkan
dengan nilai t tabel untuk pengujian hipotesis dengan dengan derajat kebebasan
= n-2 pada taraf signifikansi 5%. Dengan dk = 78 maka diperoleh harga t tabel
sebesar = 1,991. Harga t hitung lebih besar dari pada t tabel (9,058>1,991), maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga ada hubungan yang signifikan antara
aktivitas menonton program sinetron Anak Jalanan di RCTI dengan perilaku
imitasi pada siswa SMK Warga Surakarta.
Diketahui harga t hitung adalah 5,233. Kemudian harga t hitung dibandingkan
dengan nilai t tabel untuk pengujian hipotesis dengan dengan derajat kebebasan
= n-2 pada taraf signifikansi 5%. Dengan dk = 80 maka diperoleh harga t tabel
sebesar = 1,990. Harga t hitung lebih besar dari pada t tabel (5,233>1,990), maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga ada hubungan yang signifikan antara
aktivitas menonton program sinetron Anak Jalanan di RCTI dengan perilaku
imitasi pada siswa SMK N 2 Purbalingga.
2. Hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan perilaku imitasi
siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga
Diketahui harga t hitung adalah 1,653. Kemudian harga t hitung dibandingkan
dengan nilai t tabel untuk pengujian hipotesis dengan dengan derajat kebebasan
= n-2 pada taraf signifikansi 5%. Dengan dk = 78 maka diperoleh harga t tabel
sebesar = 1,991. Harga t hitung lebih kecil dari pada t tabel (1,653<1,991), maka
Ha ditolak dan Ho diterima. Sehingga tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat ekonomi keluarga dengan perilaku imitasi siswa SMK Warga
Surakarta.
Diketahui harga t hitung adalah 0,909. Kemudian harga t hitung dibandingkan
dengan nilai t tabel untuk pengujian hipotesis dengan dengan derajat kebebasan
= n-2 pada taraf signifikansi 5%. Dengan dk = 80 maka diperoleh harga t tabel
sebesar = 1,990. Harga t hitung lebih kecil dari pada t tabel (0,909<1,990), maka
Ha ditolak dan Ho diterima. Sehingga tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat ekonomi keluarga dengan perilaku imitasi siswa SMK N 2
Purbalingga.
3. Hubungan antara tingkat kedekatan anak dengan orang tua dengan
perilaku imitasi siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga
Diketahui harga t hitung adalah 4,242. Kemudian harga t hitung dibandingkan
dengan nilai t tabel untuk pengujian hipotesis dengan dengan derajat kebebasan
= n-2 pada taraf signifikansi 5%. Dengan dk = 78 maka diperoleh harga t tabel
sebesar = 1,991. Harga t hitung lebih besar dari pada t tabel (4,242>1,665), maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga ada hubungan yang signifikan antara
tingkat kedekatan anak dengan orang tua dengan perilaku imitasi siswa SMK
Warga Surakarta.
Diketahui harga t hitung adalah 5,430. Kemudian harga t hitung dibandingkan
dengan nilai t tabel untuk pengujian hipotesis dengan dengan derajat kebebasan
= n-2 pada taraf signifikansi 5%. Dengan dk = 80 maka diperoleh harga t tabel
sebesar = 1,990. Harga t hitung lebih kecil dari pada t tabel (5,430<1,990), maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga ada hubungan yang signifikan antara
tingkat kedekatan anak dengan orang tua dengan perilaku imitasi siswa SMK
N 2 Purbalingga.
4. Perbandingan hubungan antara keseluruhan perilaku imitasi antara
SMK Warga Surakarta dengan SMK N 2 Purbalingga.
a. Perbandingan Hubungan Aktivitas Menonton
Hasil menunjukkan adanya perbedaan tingkat pengaruh aktivitas
menonton pada SMK Warga Surakarta yang lebih signifikan (0,716)
dibandingkan SMK N 2 Purbalingga yang hanya dalam kategori cukup
(0,505). Peneliti menduga adanya faktor lain yang berasal dari internal
maupun external dan memengaruhi perilaku imitasi pada siswa SMK
Warga Surakarta seperti lingkungan yang lebih heterogen, kepadatan
penduduk, pergaulan, dan lain sebagainya. Sehingga secara tidak
langsung, faktor diluar aktivitas menonton turut memengaruhi perilaku
imitasi siswa SMK Warga Surakarta.
b. Perbandingan hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan
perilaku imitasi siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N 2
Purbalingga
Hasil menunjukkan adanya pengaruh hubungan yang signifikan
antara tingkat ekonomi keluarga dengan perilaku siswa SMK Warga
Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga. Hal itu dapat dilhat dari
rendahnya koefisien korelasi yang mendekati 0 yakni 0,184 dan 0,101.
Sehingga pada kedua sekolah tersebut memiliki kecenderungan yang
sama bahwa tingkat ekonomi keluarga tidak memengaruhi perilaku
imitasi siswa.
c. Perbandingan hubungan antara kedekatan anak dengan orang tua
dengan perilaku imitasi siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N
2 Purbalingga
Hasil menunjukkan adanya perbedaan tingkat pengaruh kedekatan
anak dengan orang tua terhadap perilaku imitasi siswa SMK N 2
Purbalingga yang lebih tinggi yakni 0,519 dibandingkan SMK Warga
Surakarta yang hanya 0,424 meskipun keduanya masuk dalam kategori
cukup berarti. Peneliti menduga adanya faktor lain yang berasal dari
internal maupun external dan memengaruhi perilaku imitasi pada
siswa SMK N 2 Purbalingga seperti kekeluargaan yang lebih terjaga
karena lingkungan lebih cenderung kondusif, sehingga peran orang tua
sebagai pengawas anak tergolong lebih mudah.
Kesimpulan
Berdasarkan dari data yang telah dianalisis dengan bantuan program SPSS
20.0 for Windows dapat disimpulkan bahwa:
1. Hipotesis yang menyatakan “Terdapat hubungan yang signifikan antara
aktivitas menonton program sinetron Anak Jalanan di RCTI dengan perilaku
imitasi pada siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga”
terbukti.
2. Hipotesis yang menyatakan “Terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat ekonomi keluarga dengan perilaku imitasi siswa SMK Warga
Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga” tidak terbukti.
3. Hipotesis yang menyatakan “Terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat kedekatan anak dengan orang tua dengan perilaku imitasi siswa SMK
Warga Surakarta dan SMK N 2 Purbalingga” terbukti.
4. Hipotesis yang menyatakan “Terdapat perbandingan yang signifikan antara
keseluruhan perilaku imitasi antara SMK Warga Surakarta dengan SMK N 2
Purbalingga” terbukti.
Saran
Berdasarkan data dan analisis yang sudah diperoleh dalam penelitian ini,
peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi pihak pembuat sinetron Anak Jalanan di RCTI, berdasarkan hasil sajian
data yang telah diolah, ditemukan pengaruh hubungan yang signifikan antara
aktivitas menonton dengan perilaku imitasi seperti melakukan balapan liar,
menyelesaikan masalah dengan cara berkelahi dan balapan, bergabung dalam
geng motor, berpacaran dengan berciuman, dan berpelukan pada saat
membonceng di motor. Untuk itu bagi pembuat sinetron Anak Jalanan di RCTI
lebih baik menampilkan penayangan yang lebih mendidik dan bermuatan
positif, sehingga akan semakin banyak anak yang meniru hal-hal baik.
2. Penelitian ini masih terbatas pada pengaruh aktivitas menonton, tingkat
ekonomi keluarga, dan kedekatan keluarga (orang tua dengan anak). Untuk
peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan bahasan serupa,
perlu memperluas variabel-variabel baik internal maupun external yang dapat
memengaruhi perilaku imitasi anak.
3. Penelitian mengenai perilaku imitasi siswa SMK Warga Surakarta dan SMK N
2 Purbalingga masih banyak yang perlu digali lebih dalam. Seperti bentuk
perilaku imitasi yang lebih beragam dan faktor lain yang memengaruhinya.
Selain itu, dapat juga menggunakan paradigma penelitian baru dalam
menentukan pola hubungan antar variabel dan metode analisis yang berbeda.
Daftar Pustaka
Buku
Abu, Ahmadi. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Alberto, Paul & Troutman, Anne C. (1995). Applied Behavior Analysis for
Teachers. USA: Merrill Publishing Company.
Bandura, A. (1971). Behavior therapy from a social learning perspective.
Proceedings of the XIXth International Congress of Psychology. London,
Inggris.
Effendi, Onong Uchjana. (2001). Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Bina
Cipta.
Effendi, Sofyan & Masri Singarimbun. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta:
LP3ES.
Hovland, C. I., Janis, I. L., & Kelley, H. H. (1953). Communication and
persuasion: Psychological studies of opinion change. Connecticut: Yale
University Press.
JB., Wahyudi. (1996). Media Komunikasi Massa Televisi. Bandung: Alumni.
Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: CV. Kartika.
Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Kuswandi, Wawan. (1996). Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.
Jakarta: Rhineka Cipta.
Mc Cartney, K. & Dearing, E. (2002). (Ed). Child Development. USA: Mc Millan
Refference
Miller, Neal, and John Dollard. 1941. Social Learning and Imitation. New Haven,
CT: Yale University Press.
Pierce, W. David & Cheney, Carl D. (2004). Behavior Analysis and Learning
third edition. USA: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Poulson CL, Kymissis E. (1988). Generalized imitation in infants. J Exp Child
Psychol.
Purwanta, Edi. (2012). Modifikasi Perilaku: Alternatif Penanganan Anak
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rakhmat, Jalaluddin. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Sarwono, Sarlito W. (2005). Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi
Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Sarwono, S.W. & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (1989). Metode Penelitian Survai.
Jakarta:LP3ES.
Sugiyono. (2011).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Tarde, Gabriel. (1903). The Laws of Imitation. Trans. Elsie Clews Parsons. 1st
French ed., 1880; 2d ed., 1885. New York: Henry Holt.
Wardhana, Veven Sp. (1994). Kapitalisme TV dan Strategi Budaya
Massa.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal
Basrowi. (2010). Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten
Lampung Timur. Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan. ISSN 1829-8028 Vol 7
No 1.
Hasnawati. (2013). Dampak Menonton Tayangan Sinetron Putih Abu-Abu
Terhadap Perilaku Anak Di Kelurahan Sidodamai Samarinda. eJournal
Ilmu Komunikasi.
Riza, H., & Maya A. O. P. (2011). Televisi dalam Kehidupan Anak, Prosiding
Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora.
Bandung.
Situs Internet
Bahaya, 10 Alasan Sinetron Anak Jalanan.
(http://www.wajibbaca.com/2016/05/bahaya-10-alasan-sinetron-anak-
jalanan.html).
Bocah Terinspirasi Sinetron Anak Jalanan.
https://www.brilio.net/news/terinspirasi-anak-jalanan-bocah-ini-ciuman-
minta-motor-ninja-duh-160131k.html
Jumlah Persebaran Penduduk Purbalingga.
(http://dispendukcapil.surakarta.go.id/20XIV/index.php/id/2014-05-21-
04-43-06/2014-05-21-08-47-11/kuantitas-penduduki/item/65-jumlah-
dan-persebaran-penduduk/65-jumlah-dan-persebaran-penduduk dan
http://dinpendukcapil.purbalinggakab.go.id/kepadatan-penduduk/)
Kasus Remaja Menjambret di Buleleng, Bali.
(http://bali.tribunnews.com/2016/07/18/dua-remaja-di-buleleng-nekat-
menjabret-dapat-ide-dari-sinetron-anak-jalanan)
Sinetron Anak Jalanan Berbahaya. (https://serambimata.com/2016/02/10/inilah-
bukti-sinetron-anak-jalanan-berbahaya-dan-tidak-layak-tonton-hentikan-
sekarang-juga/)