gambaran aktivitas fisik rehabilitasi jantung ...eprints.ums.ac.id/71874/12/naskah publikasi ilham...
TRANSCRIPT
GAMBARAN AKTIVITAS FISIK REHABILITASI JANTUNG FASE II PADA
PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI POLIKLINIK JANTUNG
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
ILHAM RAMADHAN
J210140079
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
GAMBARAN AKTIVITAS FISIK REHABILITASI JANTUNG FASE II PADA
PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI POLIKLINIK JANTUNG
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
ILHAM RAMADHAN
J21.01.400.79
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen
Pembimbing
Arief Wahyudi Jadmiko, S.Kep., Ns., M.Kep.,
NIK.123
ii
HALAMAN PENGESAHAN
GAMBARAN AKTIVITAS FISIK REHABILITASI JANTUNG FASE II PADA
PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI POLIKLINIK JANTUNG
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
OLEH
ILHAM RAMADHAN
J21.01.400.79
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari ……., .............. 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Arief Wahyudi Jadmiko, S.Kep., Ns., M.Kep., (................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dian Hudiyawati, M.Kep (................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Okti Sri Purwanti, S.Kep., Ns., M.Kep., Ns. Sp.Kep.M.B. (................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes.,
NIK. 786
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang
lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya
pertanggungjawabkan sepenuhnya.
.
Surakarta, 25 Oktober 2017
Penulis
ILHAM RAMADHAN
J21.01.400.79
1
GAMBARAN AKTIVITAS FISIK REHABILITASI JANTUNG FASE II PADA PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI POLIKLINIK JANTUNG
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Abstrak
CHF atau Congestive Heart Failure merupakan salah satu penyakit jantung yang terus meningkat
prevelensinya setiap tahun, berkisar antara 5-10% per tahun resiko kematian akibat penyakit CHF
ringan dan sekitar 30-40% mengalami peningkatan pada penyakit CHF berat. Program rehabilitasi
jantung adalah program intervensi yang terordinasi, multidisiplin yang digunakan untuk penderita
penyakit kardiovaskular dalam meningkatkan fungsi fisik, psikologis dan sosial, sekaligus
menstabilkan, memperlambat, bahkan menghentikan proses aterosklerosis. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui gambaran umum tentang aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase II pada pasien
CHF di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Desain penelitian menggunakan metode cross sectional
dengan melakukan observasi atau pengukuran variabel. Pengambilan sampel dengan cara total
sampling, sejumlah 82 responden. Hasil analisis univariat didapatkan bahwa rata-rata usia responden
pasien CHF adalah 60 tahun, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 47
responden (57,3%), responden frekuensi tingkat aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase II pada pasien
CHF di RSUD Dr.Moewardi adalah low sebanyak 52 responden (63,4%), moderat sebanyak 28
responden (34,1%) dan high sebanyak 2 responden (2,4%). Kesimpulan penelitian ini adalah tingkat
aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase II pada pasien CHF di RSUD Dr.Moewardi Surakarta
mayoritas low. Diharapkan pada pasien CHF (Congestive Heart Failure) dapat mengikuti rehabilitasi
jantung fase II sesuai jadwal dan advice dokter.
Kata Kunci: Congestive Heart Failure, Aktivitas Fisik, Rehabilitasi Jantung Fase II.
Abstract
CHF or Congestive Heart Failure is a heart disease that continues to increase in prevalence every
year, ranging from 5-10% per year the risk of death due to mild CHF and around 30-40% has
increased in severe CHF. The heart rehabilitation program is a coordinated, multidisciplinary
intervention program that is used for patients with cardiovascular disease in improving physical,
psychological and social function, while stabilizing, slowing, and even stopping the atherosclerosis
process. The purpose of this study was to find out the general description of the physical activity of
phase II cardiac rehabilitation in CHF patients in Dr.Moewardi Hospital Surakarta. The research
design uses cross sectional method by observing or measuring variables. Sampling by total sampling,
a total of 82 respondents. The results of univariate analysis showed that the average age of CHF
patients was 60 years old, the majority of respondents were 47 respondents (57.3%), the frequency
respondents of phase II physical activity at cardiac rehabilitation in CHF patients in Dr.Moewardi
Hospital were low as many as 52 respondents (63.4%), moderate as many as 28 respondents (34.1%)
and high as many as 2 respondents (2.4%). The conclusion of this study is the level of physical
activity of phase II cardiac rehabilitation in CHF patients in Dr.Moewardi Surakarta Hospital, the
majority is low. It is expected that CHF (Congestive Heart Failure) patients can participate in phase II
cardiac rehabilitation according to schedule and doctor's advice.
Keywords: Congestive Heart Failure, Physical Activity, Cardiac Rehabilitation Phase II.
1. PENDAHULUAN
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2014 diperkirakan lebih dari 17,5 juta orang
meninggal dunia karena serangan jantung pada tahun 2012 dan diperkirakan tahun 2030 lebih dari
2
23,3 juta orang yang meninggal. CHF atau Congestive Heart Failure merupakan salah satu penyakit
jantung yang terus meningkat prevelensinya setiap tahun, berkisar antara 5-10% per tahun resiko
kematian akibat penyakit CHF ringan dan sekitar 30-40% mengalami peningkatan pada penyakit
CHF berat. Menurut American Health Association atau disingkat AHA (2012), prevelensi penyakit
CHF pada tahun 2010 di Amerika sekitar 6,6 juta jiwa angka tersebut diperkirakan pada tahun 2030
akan terus meningkat dan bertambah banyak sekitar 3,3 juta jiwa. Untuk benua Asia sendiri
menempati penyebab kematian tertingi akibat penyakit jantung sekitar 712.000 orang. Di Asia
tenggara sendiri angka kemtian akibat jantung tertinggi terdapat pada negara Philipina, sedangkan
Indonesia sendiri menempati urutan ke dua. Di Indonesia sendiri penyakit jantung menempati nomer
1 penyebab kematian dan memiliki angka yang cukup tinggi berdasarkan data yang dilakukan oleh
kemenkes (2014) prevelensi penyakit gagal jantung sendiri diperkirakan sekitar 229.696 atau sebesar
0,13% dan sekitar 0,3 atau 530.068 orang dengan gejala atau diagnosis tersebut oleh dokter pada
tahun 2013.
Pada penderita gagal jantung menyebabkan masalah penurunan kardiak output yang rentan
terhadap ketidakmampuan jantung memompa darah keseluruh tubuh untuk melakukan metabolisme
(herdman, 2015). Menurut muttaqin (2009) dampak yang ditimbulkan pada CHF adalah nyeri dada,
edema pada ekstermitas, sesak nafas, penurunan output urin, sianosis, gelisah, lemas, asidosis
jaringan, dan dapat mengakibatkan kongesti pulmunal yang mengakibatkan edema paru. Biasanya
penderita CHF mengeluh adanya keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik sehingga penderita
CHF takut untuk melakukan aktifitas yang pada akhirnya memperberat kondisinya (Karyono, 2009).
Pasien CHF sering mengalami kekambuhan dan kembali dirawat di rumah sakit, hal ini disebabkan
karena pasien tidak mampu melaksanakan terapi pengobatan dengan tepat, melanggar pembatasan
diet, kurangnya kepatuhan tindak lanjut medis, berlebihan dalam melakukan aktivitas fisik dan gejala
kekambuhan yang tidak dapat di kenali (Smeltzer & Bare, 2010).
Menurut Perry (2010) perlu dilakukan pendidikan latihan rehabilitasi jantung yang
merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya rawat inap lagi. Pada pasien CHF (Congestive
Heart Failure) untuk menurunkan prevelensi dan menekan tinginya rehospitalis salah satunya dengan
merubah gaya hidup dan melakukan aktivitas fisik (rehabilitasi) yaitu dengan mobilisasi (Arovah,
2010). Di Indonesia sendiri pemerintah sudah membuat kebijakan tentang penyakit tidak menular
yang diantaranya terkait masalah jantung yaitu dengan diberlakukannya peraturan pemerintah nomor
36 tahun 2009 tentang kesehatan. Program rehabilitasi jantung merupakan penatalaksanaan medis
yang dianjurkan setelah penyakit jantung kondisi akut teratasi dan status hemodinamik stabil.
Pengertian dari program rehabilitasi jantung adalah program intervensi yang terordinasi,
multidisiplin yang digunakan untuk penderita penyakit kardiovaskular dalam meningkatkan fungsi
3
fisik, psikologis dan sosial, sekaligus menstabilkan, memperlambat ,bahkan menghentikan proses
aterosklerosis. Menurut Roveny (2017) program rehabilitasi jantung didalamnya terdiri dari proses
edukasi, latihan, modifikasi faktor resiko dan menjadi konseling. Program ini ditujukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien, masalah psikologis pasien akan berkurang, fungsi jantung bisa
optimal (Arovah, 2012)
Kepatuhan pasien dalam melaksanakan program rehabilitasi jantung masih tergolong rendah
(Craciun, 2009). Diperkirakan sebanyak 24-50% pasien menarik diri dari program rehabilitasi
jantung (Scane, 2012 dalam Adawi, 2013) dan hanya 39% pasien yang patuh terhadap latihan
aktivitas fisik yang telah direkomendasikan (Van der Wal, 2006). Ketidakpatuhan pasien dapat
berakibat buruk pada penyakit, kematian, dan meningkatkan biaya pengobatan (Jimmy & Jose,
2011). Lee (2013) mengidentifikasi beberapa alasan utama pasien tidak melaksanakan program
rehabilitasi jantung yaitu hambatan fisik (kurangnya transportasi dan jarak yang terlalu jauh dari
pusat rehabilitasi jantung, dan biaya rehabilitasi yang tinggi), hambatan personal (malu
berpartisipasi, rendahnya pengetahuan mengenai tujuan program) dan kurangnya rekomendasi dari
tim kesehatan. Menurut Wartini (2011) dalam penelitiannya mengenai kepatuhan pasien dalam
melaksanakan program rehabilitasi jantung di RS Sangrah Bali menjelaskan bahwa ketidakpatuhan
pasien relatif tinggi yaitu 58%. Hal ini disebabkan karena pasien belum memahami tentang tahapan
aktivitas yang seharusnya dilakukan serta tujuan dilakukannya aktivitas tersebut. Penderita CHF
sangat memerlukan program rehabilitatif yang komprehensif untukmengembalikan kemampuan fisik
paska serangan serta mencegah terjadinya serangan ulang. Latihan fisik pada penderita CHF
bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan pada pasien dan
keluarga dalam mencegah perburukan dan membantu pasien untuk kembali dapat beraktivitas fisik
seperti sebelum mengalami CHF (Arovah, 2010).
Program latihan fisik rehabilitatif pada penderita penyakit jantung dibagi menjadi tiga fase
utama yakni Fase I (Inpatient), Fase II (Outpatient) dan Fase III (Pemeliharaan) (Arovah, 2010).
Fase II yang disebut sebagai fase sub akut atau tahap pengondisian atau tahap rawat jalan awal dan
juga disebut sebagai fase transisi, yang dimulai segera setelah rawat inap dan biasanya berlangsung
dari 2 hingga 12 minggu. Fase II bertujuan meningkatkan kapasitas fungsional melalui program
latihan individual dan juga melatih pasien tentang modifikasi gaya hidup, serta memberikan
informasi mengenai obat-obatan (Renu et al, 2016). Program latihan fisik rehabilitatif fase II telah
ditetapkan sebagai sarana yang berdampak positif untuk mempengaruhi kematian akibat penyakit
jantung dan berbagai faktor risiko yang terkait dengan penyakit kardiovaskula (Jolly et al, 2011).
Berdasarkan hasil wawancara studi pendahuluan di RSUD Dr.MOEWARDI Surakarta di
dapatkan 10 orang yang belum patuh melaksanakan aktivitas fisik pada program rehabilitasi jantung
4
fase II. Berdasarkan uraian diatas fenomena kepada rehabilitasi jantung masih tergolong rendah,
maka peneliti tertarik ingin meneliti untuk mengetahui “Gambaran aktivitas fisik rehabilitasi jantung
fase II pada pasien CHF”.
Tujuan Penelitian ini ialah untuk mengetahui gambaran umum tentang aktivitas fisik
rehabilitasi jantung fase II pada pasien CHF di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode desain cross sectional dengan melakukan observasi atau
pengukuran variabel. Penelitian ini berlangsung di Poliklinik Jantung RSUD Dr.Moewardi Surakarta
pada bulan April 2018. Pengambilan sample pada penelitian ini dengan menggunakan teknik total
sampling sejumlah 82 responden.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah data dari gambaran umum karakteristik responden dijelaskan menggunakan
distribusi frekuensi dengan ukuran prosentase. Hasil penelitian karakteristik responden adalah sebagai
berikut :
3.1 Karakteristik Responden
Tabel 1 Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Dr.Moewardi
(n = 82)
Karakteristik Penilaian
Mean Median SD Min Max
Usia 60,27 60 6,78 45 74
Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata usia pasien CHF adalah 60,27 tahun dengan
median 60 tahun, standar deviasi 6,78, usia pasien CHF termuda 45 tahun dan usia pasien CHF tertua
74 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden masuk dalam kategori usia lansia akhir. Menurut
Depkes (2009) masa lansia akhir berada pada rentang usia 56-65 tahun. Sejalan dengan hasil
penelitian Penelitian Widagdo (2015) menunjukkan bahwa distribusi penyakit CHF meningkat pada
usia 40 tahun ke atas. Heo et al (2009) juga mengatakan bahwa penuaan dapat mengakibatkan
penurunan elastisitas dan pelebaran aorta, penebalan dan kekakuan katup jantung, serta peningkatan
jaringan ikat yang mengakibatkan terjadinya gagal jantung pada manula. Penelitian yang dilakukan
oleh Banerjee et al (2013) pada 423 pasien yang mengalami gagal jantung membuktikan bahwa
faktor umur berpengaruh secara signifikan (p value = 0,001). Menurut Karavidas, et al (2010),
pertambahan umur dikarakteristikkan dengan disfungsi progresif dari organ tubuh dan berefek pada
kemampuan mempertahankan homeostasis.
5
3.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2 Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr.Moewardi
(n = 82)
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-Laki Perempuan
35 47
42,7 % 57,3 %
Total 82 100
Hasil penelitian ini didapatkan mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 47 responden
(57,3%). Sejalan dengan hasil penelitian Fachrunnisa dkk (2015) didapatkan bahwa mayoritas
responden pasien CHF berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 17 responden (53,1%). Menurut
American Heart Association (2015) kejadian penyakit kardiovaskular didominasi pada jenis kelamin
perempuan. Perempuan dengan usia >60 pada umumnya mengalami menopause yang menyebabkan
kolesterol LDL meningkat sehingga perempuan lebih banyak menderita penyakit jantung (Nrmalasari,
2017)
3.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Aktivitas Fisik Rehabilitasi Jantung Fase II pada Pasien CHF
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Aktivitas Fisik Rehabilitasi Jantung Fase II pada Pasien
CHF di RSUD Dr.Moewardi (n=82)
Tingkat Aktivitas Fisik Frekuensi Presentase
Low Moderat
High
52 28
2
63,4% 34,1%
2,4%
Total 82 100%
Hasil penelitian ini didapatkan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase II pada pasien CHF low
sebanyak 52 responden (63,4%), moderat sebanyak 28 responden (34,1%) dan high sebanyak 2
responden (2,4%). Pada penelitian ini hanya 2 responden yang memiliki aktivitas fisik high hal
tersebut dikarenakan usia responden masih 45 tahun. Sejalan dengan hasil penelitian Triarso (2017)
mengaakan sebagian besar pasien CHF yang menjadi responden adalah pasien dengan dengan tingkat
aktifitas dengan kategori low yaitu sebesar 59,7%
Menurut Muttaqin (2009) dampak yang ditimbulkan pada CHF adalah nyeri dada, edema pada
ekstermitas, sesak nafas, penurunan output urin, sianosis, gelisah, lemas, asidosis jaringan, dan dapat
mengakibatkan kongesti pulmunal yang mengakibatkan edema paru. Keterbatasan dalam kegiatan
hidup sehari-hari disebabkan oleh sesak nafas yang merupakan temuan umum pada pasien dengan
CHF kelas III dan IV. Penilaian spesifik keterbatasan kegiatan aktivitas fisik bisa digunakan sebagai
parameter dari perkembangan penyakit dan respon terapi (Ywia, 2011). Pasien dibagi menjadi 3
kategori kesulitan dalam kegiatan aktivitas sehari -hari (tidak ada atau minimal, sedang dan berat) di
antara 1128 pasien (usia rata-rata 74,7 tahun dan 49,2% perempuan) mayoritas melaporkan kesulitan
satu atau lebih kegiatan aktivitas sehari –hari saat pendaftaran di Rumah Sakit (Rita & Ade, 2016)
6
Kapasitas fungsional dan aktivitas fisik merupakan komponen penting dalam menentukan
kualitas hidup penderita penyakit jantung (Pollentier et al , 2010). Penderita penyakit jantung yang
menghindari aktivitas fisik dan tidak dapat mengendalikan emosinya dalam jangka panjang dapat
mengakibatkan penurunan kualitas hidup (Indarti, 2014). Kualitas hidup dapat berdampak pada
kematian. Kematian meningkat dengan meningkatnya kesulitan kegiatan aktivitas fisik, kematian
terjadi 1,49 dan 2,26 bagi pasien CHF dengan kesulitan aktivitas fisik sedang dan berat. Selain itu
17,7% pasien melaporkan kesulitan dalam kegiatan aktivitas fisik dan kesulitan terus-menerus
semakin parah atau memburuk berada pada risiko tinggi kematian dan rawat inap (Dunlay et al, 2016).
Hasil penelitian Dunlay et al, (2012) menemukan bahwa kesulitan dalam kegiatan aktivitas fisik
sangat umum terjadi pada sebagian besar pasien gagal jantung yang dapat berkembang dari waktu ke
waktu sebagai penanda kuat dari prognosis buruk. Selain sesak nafas, fatigue dianggap sebagai faktor
yang melemahkan pada pasien CHF dan umumnya dapat menyebabkan hilangnya kemampuan sosial-
fisik dan mempengaruhi perilaku perawatan diri ke tingkat yang lebih tinggi (Nasiri et al, 2016).
Tergantung pada tingkat keparahan fatigue, terkadang pasien tidak dapat menjalankan aktivitas fisik
mereka seperti makan, mandi, berpakaian, buang air kecil, berpindah (berjalan), kontinuitas, atau
hanya bisa melakukannya pada tingkat yang lebih rendah (Gift & Pugh, 2010) sehingga terjadi
penurunan produktivitas (Smith et al, 2010)
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran umum tentang aktivitas fisik
rehabilitasi jantung fase II pada pasien CHF di RSUD Dr.Moewardi dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1) Hasil distribusi responden berdasarkan usia diketahui bahwa rata-rata usia pasien CHF adalah
60,27 tahun dengan median 60 tahun, standar deviasi 6,78, usia pasien CHF termuda 45 tahun dan
usia pasien CHF tertua 74 tahun, jenis kelamin diketahui bahwa mayoritas responden berjenis
perempuan sebanyak 47 responden (57,3%)
2) Tingkat aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase II pada pasien CHF low sebanyak 52 responden
(63,4%), moderat sebanyak 28 responden (34,1%) dan high sebanyak 2 responden (2,4%).
4.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
1) Bagi Masyarakat
Masyarakat yang menderita penyakit CHF hendaknya menjaga aktivitas fisik dengan tetap
mengikuti program rehabilitasi jantung sesuai jadwal dan advice dokter.
7
2) Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan bacaan dan acuan
belajar tentang aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase II pada pasien CHF dapat diaplikasikan
dalam proses belajar mengajar
3) Bagi Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan, wawasan serta pemahaman bagi peneliti tentang
gambaran aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase II pada pasien CHF sehingga dapat
mengembangkan penelitian, serta dapat mempromosikan pentingannya rehabilitasi jantung
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association.(2015).Statisticfact sheet 2015 update women & cardiovascular disease.
http://ahajournal.org.com
Arovah N,I.(2010). Program latihan fisik rehabilitatif pada penderita penyakit jantung.Jurnal
Medikora.5, (I):11-22
Banerjee, T, Lee, K.S., Browning, S.R.,Hopenhayn, C., Westneat, S., et al.(2013). Limited
Association Between Perceived Control and Heald Related Quality of Life in Patient With
Heart Failure, Journal of Cardiovascular Nursing, pp.1-5.
Dunlay et al.(2012). Lifetime Costs of Medical Care after Heart Failure Diagnosis. Cardiovascular
Quality and Outcomes, 4(1), 68–75. http://doi.org/10.1161/CIRCOUTCOMES.110.957225
Dunlay. (2016). Activities of Daily Living andOutcomes in Heart Failure. Journal of The American
Heart Association. Figueroa.
Fachrunnisa, Sofiana Nurchayati, Arneliwati.(2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kualitas Tidur Pada Pasien Congestive Heart Failure. Universitas Riau. JOM Vol 2 No
2,Oktober 2015
Gift A and Pugh L .(2010) Dyspnea and fatigue . Nurs . Clin . N Am . 2010 ; 28: 373-384.
Heo, S., Lennie, T. A., Okoli, C., & Moser, D. K. (2009). Quality of Life in Patients With Heart
Failure: Ask the Patients, Journal of Heart Lung, 38(2), pp.100– 108.
Jolly MA, Brennan DM, Cho L.(2011). Impact of exercise on heart rate recovery.Circulation
2011;124-152
Karavidas, et al. (2010).Aging and the cardiovaskular system.Hellenic Jou,56;527:415-22 journal of
Cardiology. 51-421-427
Muttaqin Arif., (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan
hematologi. Salemba Medika, Jakarta
Nasiri M, Rahimian B, Jahanshahi M, Fotoukian Z, Motamed Omran Chaboki A. et al. Study of
Fatigue and Associated Factors in Patients with Chronic Heart Failure, Crit Care Nurs J. 2016
;9(3):e8124. doi: 10.17795/ccn-8124
Nirmalasari Novita.(2017). Deep Breathing Exercise Dan Active Range Of Motion Efektif
Menurunkan Dyspnea Pada Pasien Congestive Heart Failure. NurseLine Journal. Vol. 2 No. 2
Nopember 2017 p-ISSN 2540-7937 e-ISSN 2541-464X
Pollentier et al.(2010). Examination of the Six Minute Walk Test to Determine Functional Capacity in
People with Chronic Heart Failure: A Systematic Review. Cardiopulmonary Physical Therapy
8
Journal. Vol 2. No. 1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2845244/pdf/cptj0021-
0013.pdf
Renu B. P, Radhika C, Saviola R.(2016). Phase II Cardiac Rehabilitation Program-Barriers To Follow
Up And Participation: A Cross-Sectional Study. International Journal of Physiotherapy and
Research.Int J Physiother Res 2016, Vol 4(3):1489-97
Rita Sekarsari & Ade Irma Suryani.(2016). Gambaran Aktivitas Sehari-Hari Pada Pasien Gagal
Jantung Kelas Ii Dan Iii Di Poli Jantung Rsu Kabupaten Tangerang. Universitas
Muhammadiyah Tangerang. JKFT, Edisi Nomor 2, Januari 2016
Triarso.(2017). Gambaran Aktivitas Fisik Pasien Congestive Heart Failure (CHF) Di Poliklinik
Jantung RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.Naskah Publikasi Online.
http://eprints.ums.ac.id/55462/12/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Widagdo, Fatoni, Darwin Karim, Ririn Novayellinda. (2015). Faktor-Faktor yang berhubungan
dengan Kejadian Rawat Inap di Rumah Sakit pada Pasien CHF. [Online]. Available from: h t t
p: / /do w nl oa d. p or t a l gar u da .o r g/