gambaran faktor predisposisi pre-eklamsi berat pada …
TRANSCRIPT
GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI PRE-EKLAMSI BERAT
PADA IBU BERSALIN DI RSUD CIANJUR
TAHUN 2017
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan
Pendidikan Program Studi DIII Kebidanan
STIKes Bhakti Kencana Bandung
HANI PUSPITA SARI DWI
CK.1.15.092
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
BANDUNG
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL
NAMA
NIM
: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI PRE-EKLAMSI BERAT PADA IBU BERSALIN DIRSUD CIANJUR TAHUN 2017
: HANIPUSPITA SARI DWI
: CK.1.15.092
Bandung, Juli 2018
Menyetujui
Pembimbing
(Agustina Suryanah., SST.M.Mkes)
Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan
I Kencana bandung(
T• . n / /
(Dewi Nurlaela Sari., SST.M.Keb)
ABSTRAK
Dalam setiap menit seorang ibu meninggal karena penyebab yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Di Indonesia sendiri Angka Kematian
Ibu pada tahun 2015 mencapai 305 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Yang
menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia di samping perdarahan adalah
pre-eklampsia berat sehingga menjadi penyebab kematian perinatal yang tinggi
dan merupakan 5 – 15 % penyulit kehamilan dan persalinan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian pre eklamsi berat pada
ibu bersalin berdasarkan faktor usia, paritas, keturunan, komplikasi obstetric dan
riwayat penyakit yang sudah ada di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi sebanyak 479
orang dan sampel 83 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan sistematik
random sampling sedangkan pengumpulan data secara sekunder.
Hasil penelitian memperlihatkan 83 pasien mengalami pre eklamsia berat.
Sebagian besar dari responden yang mengalami pre eklamsi berat terjadi pada usia
20-35 tahun. Hampir seluruh responden mengalami pre eklamsi berat terjadi pada
multipara. Hampir seluruh responden yang megalami pre eklamsi berat terjadi
pada ibu yang tidak memiliki keturunan hipertensi .Hampir seluruh yang
mengalami pre eklamsi berat terjdi pada ibu yang tidak memiliki komplikasi
obstetric. Hampir seluruh responden yang mengalami pre eklamsi berat terjadi
pada ibu yang tidak memiliki penyakit yang sudah ada.
Dari hasil penelitian diharapkan untuk tenaga kesehatan terutama bidan
untuk mewaspadai ibu hamil baik yang mempunyai faktor prediposisi preeklamsi
ataupun tidak, karena preeklamsi berat tidak terjadi pada satu faktor. Dengan
demikian salah satu deteksinya adalah dengan melakukan ANC.
Kata kunci : Preeklampsia berat, usia, paritas, keturunan, komplikasi obstetric,
riwayat penyakit
Referensi : 21 Referensi, Tahun 2010 -2017
ABSTRACT
In every minute a mother dies due to causes related to pregnancy and
childbirth. In Indonesia alone the Maternal Mortality Rate in 2015 reached 305
deaths per 100,000 live births. The main cause of maternal mortality in Indonesia
in addition to bleeding is severe pre-eclampsia, which is a high cause of perinatal
death and is 5-15% complication of pregnancy and childbirth.
This study aims to determine the occurrence of severe pre eklimsi on
maternal mothers based on factors of age, parity, heredity, obstetric
complications and history of diseases that already exist in the General Hospital of
Cianjur Region.
This research uses a descriptive method. The population is 479 people
and 83 people sample. Sampling using systematic random sampling while
collecting data secondary.
The results showed that 83 patients had severe pre eclampsia. Most of
the respondents who experienced severe preeclampsia occurred at the age of 20-
35 years. Almost all respondents experiencing severe preeclampsia occurred in
multiparas. Almost all respondents who experienced severe preeclampsia
occurred in mothers who did not have hypertensive offspring. Almost all those
who experienced severe preeclampsia occurred in mothers who did not have
obstetric complications. Almost all respondents who experienced severe
preeclampsia occurred in mothers who did not have an existing disease.
The results of the study are expected for health workers, especially
midwives to be aware of pregnant women who have either severe preeclampsia or
not, because preeclampsia does not occur in one factor. Thus, one of the
detections is to do ANC
Keywords: Severe preeclampsia, age, parity, heredity, obstetric complications,
history of the disease
Reference: 21 References, Year 2010 -2017
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia dan kekuatan dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir Program Pendidikan DIII Kebidanan Stikes
Bhakti Kencana Bandung.
Dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis
berusaha untuk dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “Gambaran Faktor Predisposisi Pre-Eklamsi Berat Pada Ibu
Bersalin Di RSUD Cianjur Tahun 2017”.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis ingin mengucapakan terima
kasih kepada semua pihak yang membantu, terutama :
1. H. Mulyana, SH.,MPd., MH.Kes, selaku Ketua Yayasan Adhi Guna
Kencana Bandung.
2. R. Siti Jundiah S.Kep., M.Kep, selaku ketua STIKes Bhakti Kencana
Bandung.
3. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
STIKes Bhakti Kencana Bandung.
4. Agustina Suryanah., SST.M.Mkes selaku Pembimbing dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan nasehatnya.
5. Seluruh staf pengajar Program Studi DIII Kebidanan STIKes Bhakti
Kencana Bandung.
6. Pihak RSUD Cianjur yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
iv
7. Kedua orang tua tersayang yang selalu memberikan segalanya baik itu
dukungan moral maupun material, adik, dan saudara yang selalu
menyayangi serta menjadi penyemangat dalam membuat Laporan Tugas
Akhir.
8. Sahabat terdekat, calon pendamping hidup, guru dan santri Al-Inabah yang
selalu memberikan dukungan dan do’a untuk kesuksesan penulis.
9. Teman-teman bidan seperjuangan yang sama-sama berjuang.
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, namun telah
begitu banyak memberikan dukungan selama penyusunan Laporan Tugas
Akhir
Mudah-mudahan dengan adanya Laporan Tugas Akhir ini dapat
membantu pembaca dan penulis sendiri dalam memahami meteri di dalamnya.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.
Bandung, Juli 2018
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan ..................................................................................... i
Halaman Pengesahan .................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................ v
Daftar Bagan ................................................................................................. ix
Daftar Tabel .................................................................................................. x
Daftar Lampiran ............................................................................................ xi
BAB I Pendahuluan ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
1.4.1 Bagi Penulis .................................................................................. 5
1.4.2 Bagi Rumah Sakit ......................................................................... 5
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan .............................................................. 5
BAB II Tinjauan Teori .................................................................................. 6
2.1 Persalinan .............................................................................................. 6
2.1.1 Definisi ......................................................................................... 6
2.1.2 Tanda-tanda persalinan ................................................................ 6
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya persalinan ............... 8
2.2 Pre-Eklamsi ........................................................................................... 12
vi
2.2.1 Pengertian ..................................................................................... 12
2.2.2 Klasifikasi Pre-eklamsi ................................................................ 13
2.2.3 Etiologi ......................................................................................... 14
2.2.4 Faktor Predisposisi ....................................................................... 16
2.2.5 Komplikasi Pre-eklamsi ............................................................... 19
2.2.6 Penatalaksanaan Pre-eklamsia Berat ............................................ 20
BAB III Metodelogi Penelitian .................................................................... 27
3.1 Desain Penelitian ................................................................................... 27
3.2 Variabel penelitian ................................................................................ 27
3.3 Populasi ................................................................................................. 27
3.4 Sampel ................................................................................................... 28
3.4.1 Besaran sampel............................................................................. 28
3.4.2 Teknik Pengambil Sampel ........................................................... 28
3.5 Teknik Pengambilan Data ..................................................................... 29
3.6 Kerangka Penelitian .............................................................................. 29
3.6.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 29
3.6.2 Kerangka Konsep ......................................................................... 31
3.7 Definisi Operasiaonal ............................................................................ 32
3.8 Pengolahan Analisa data ....................................................................... 33
3.8.1 Pengolahan Data........................................................................... 33
3.8.2 Analisa Data ................................................................................. 35
3.9 Langkah-langkah Penelitian .................................................................. 36
3.9.1 Tahan Persiapan ........................................................................... 36
3.9.2 Tahan Pelaksanaa ......................................................................... 36
3.9.3 Tahap Akhir ................................................................................. 37
vii
3.11 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 37
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 38
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 38
4.1.1 Gambaran Kejadian Ibu Bersalin Dengan Preeklamsi Berat ....... 38
4.1.2 Gambaran Kejadian Ibu Bersalin Dengan Preeklamsi Berat
Berdasarkan Faktor Usia Ibu ................................................................... 39
4.1.3 Gambaran Kejadian Ibu Bersalin dengan Preeklamsi Berat
Berdasarkan Faktor Paritas ..................................................................... 40
4.1.4 Gambaran Kejadian Ibu Bersalin dengan Preeklamsi Berat
Berdasarkan Faktor Keturunan .............................................................. 41
4.1.5 Gambaran Kejadian Ibu Bersalin dengan Preeklamsi Berat
Berdasarkan Faktor Komplikasi Obstetrik ............................................. 42
4.1.6 Gambaran Kejadian Ibu Bersalin dengan Preeklamsi Berat
Berdasarkan Faktor Penyakit yang Sudah ada ....................................... 43
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 44
4.2.1 Kejadian Preeklamsi Berat ............................................................ 44
4.2.2 Faktor Usia Ibu .............................................................................. 45
4.2.3 Faktor Paritas ................................................................................ 46
4.2.4 Faktor Keturunan .......................................................................... 47
4.2.5 Faktor Komplikasi Obstetrik ......................................................... 48
4.2.6 Faktor Penyakit yang sudah ada .................................................... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 51
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 51
viii
5.2 Saran ...................................................................................................... 52
5.2.1 Bagi Istitusi Pendidikan ............................................................... 52
5.2.2 Bagi Rumah Sakit ........................................................................ 52
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................. 52
Daftar Pustaka
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Faktor predisposisi pre-eklamsi berat .......................................... 31
x
DAFTAR TABEL
3.1 Tabel coding data ................................................................................. 34
4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Dengan Kejadian Preeklamsi
Berat di RSUD Cianjur Tahun 2017 .................................................... 38
4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Kejadian Ibu Bersalin Dengan Preeklamsi
Berat Beradsarkan Faktor Usia di RSUD Cianjur Tahun 2017 ........... 39
4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Kejadian Ibu Bersalin dengan Preeklamsia
Berat Berdasarkan Faktor Paritas ......................................................... 40
4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Kejadian Ibu Bersalin dengan Preeklamsia
Berat Berdasarkan Faktor Keturunan ................................................... 41
4.5 Table Distribusi Frekuensi Kejadian Ibu Bersalin dengan Preeklamsia
Berat Berdasarkan Faktor Komplikasi Obstetrik ................................. 42
4.6 Table Distribusi Frekuensi Kejadian Ibu Bersalin dengan Preeklamsia
Berat Berdasarkan Faktor Penyakit yang Sudah ada ........................... 43
xi
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Format Pengajuan Judul
Lampiran 2 Surat Balasan Badan Kesatuan dan Politik
Lampiran 3 Surat Balasan Izin Penelitian Di RSUD Cianjur
Lampiran 4 Format Lembar Ceklis Pengambilan Data Sekunder
Lampiran 5 Lembar Konsultasi
Lampiran 6 Matriks Perbaikan
Lampiran 7 Dokumentasi
Lampiran 8 Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan mempunyai keterkaitan dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu pembangunan
bidang kesehatan harus meliputi seluruh siklus kehidupan manusia. Seperti
halnya seorang perempuan yang mengalami proses kehamilan dan persalinan
untuk menjadi seorang ibu. Proses terberatnya saat seorang ibu meninggal
dalam setiap menitnya karena penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan. Ia biasanya berusia muda, sudah menjadi ibu dan hidup di Negara
berkembang. Dari setiap ibu yang meninggal tersebut, diperkirakan ada 100
wanita yang selamat saat bersalin tetapi mengalami kesakitan, cacat atau
kelainan fisik akibat komplikasi kehamilan.(1)
Melihat dari Angka Kematian Indonesia termasuk negara yang gagal
di dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI). Bahkan lebih dari dua
dekade, upaya dan kerja keras, AKI nyatanya masih cukup tinggi, pada tahun
2015 mencapai 305 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Tertinggalnya
Indonesia dalam mencapai AKI ini juga menunjuk kan keanehan karena
berbanding terbalik dengan posisi negara lain termasuk sesama kawasan
ASEAN. Maka dari itu dibentuklah target yang ditentukan oleh Sustainable
Development Goals (SDGs) dalam 1,5 dekade ke depan mengenai angka
kematian ibu adalah penurunan AKI sampai 70 per 100.000 kelahiran hidup.(1)
2
Yang menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia di samping
perdarahan adalah pre-eklampsia yang menjadi penyebab kematian perinatal
yang tinggi dan merupakan 5 – 15 % penyulit kehamilan dan persalinan.
Presentasi penyebab kematian ibu: Peradarahan (30,3%), Infeksi (7,3%),
Hipertensi (27,1%).(3)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah
berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih. Salah satu kelanjutan dari
hipertensi pada ibu hamil adalah preeklampsi dan preeklamsi berat yang
ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, proteinuria, dan edema
setelah kehamilan 20 minggu akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga.(4)
Menurut Wiknjosastro faktor predisposisi tersebut antara lain: Umur, paritas,
faktor keturunan, status social ekonomi, komplikasi obstetrik, riwayat
penyakit yang sudah ada seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit
ginjal.(5)
diantara faktor faktor tersebut sering kali sukar ditentukan mana yang
menjadi sebab dan mana yang menjadi akibat. Dan faktor-faktor tersebut itu
sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal
care/ANC) yang memadai, atau pelayanan berkualitas dengan standar
pelayanan yang telah ditetapkan.
Adapun komplikasi yang terjadi pada ibu antara lain: solusioplasenta,
hiperfibrinogen, hemolisis, perdarahan otak, kelainan mata, edema paru,
nekrosis hati dan sindroma HELLP (hemolysis, elevated Liver enzymes dan
low platelet). Sedangkan komplikasi pada bayi antara lain: IUGR (intrauterine
growth restriction) prematuritas, oligohidramnion, sindroma distress napas,
3
kematian intrauterin, Bayi lahir rendah, sepsis, cerebal palsy dan berakhir
pada mortalitas dan mordibitas baik ibu maupun bayi. (6)
Salah satu provinsi yang menyumbang cukup banyak kematian ibu di
Indonesia adalah Jawa Barat. Menurut laporan Dinas Kesehatan Jawa Barat di
tahun 2015 disampaikan bahwa jumlah kasus kematian Ibu melahirkan karena
kehamilan, persalinan, dan nifas meningkat cukup tajam dari 748 kasus di
tahun 2014 menjadi 823 kasus di tahun 2015.(7)
Rata-rata setiap hari di
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 terjadi kurang lebih dua kematian ibu,
baik dalam masa kehamilan, bersalin, dan nifas yang tercatat.(8)
Jika dilihat dari daerah penyumbang terbesar AKI di Jawa Barat tahun
2015 adalah kabupaten Bogor sebanyak 71 kasus, kabupaten Karawang 59
kasus, Kabupaten Indramayu 54 Kasus, kabupaten Cianjur 49 kasus, dan
kabupaten Bandung 48 kasus. Menurut Dinkes Kabupaten Cianjur Pada tahun
2016 AKI yang berkaitan dengan persalinan sebanyak 21 kasus dengan
presentase hipertensi (34%), perdarahan (28%), infeksi (19%), lainnya (19%).
Berdasarkan data dari Rekam Medik dan Register di RSUD Cianjur
menunjukan jumlah persalinan dengan Pre-eklamsia Berat pada tahun 2016
sebanyak 707 kasus dan pada tahun 2017 sebanyak 479 kasus dengan 1 kasus
kematian ibu. Meskipun kasus preeklamsia berat mengalami penurunan
namun tetap saja pre-eklamsia berat menjadi salah satu penyebab langsung
terbanyak kematian ibu.
4
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Faktor Predisposisi Pre-
Eklamsi Berat pada Ibu bersalin di RSUD Cianjur Tahun 2017”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Gambaran Faktor Predisposisi Pre-Eklamsi Berat
pada ibu bersalin di RSUD Cianjur Tahun 2017”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor predisposisi pre-eklamsi
berat pada ibu bersalin di RSUD Cianjur tahun 2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kejadian pre-eklamsi berat pada ibu bersalin di
RSUD Cianjur tahun 2017.
2. Untuk mengetahui kejadian pre-eklamsi berat berdasarkan faktor
usia ibu bersalin di RSUD Cianjur tahun 2017.
3. Untuk mengetahui kejadian pre-eklamsi berat berdasarkan faktor
paritas pada ibu bersalin di RSUD Cianjur tahun 2017.
4. Untuk mengetahui kejadian pre-eklamsi berat berdasarkan faktor
keturunan pada ibu bersalin di RSUD Cianjur tahun 2017.
5. Untuk mengetahui kejadian pre-eklamsi berat berdasarkan faktor
komplikasi obstetric pada ibu bersalin RSUD Cianjur tahun 2017.
5
6. Untuk mengetahui kejadian pre-eklamsi berat berdsarkan faktor
riwayat penyakit yang sudah ada pada ibu bersalin di RSUD
Cianjur tahun 2017.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat meningkatan pengetahuan dan menerapkan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh. Penelitian ini dapat dijadikan
sebagai sumber referensi bagi penelitian lainnya yang hendak
melakukan penelitian dan sebagai arahan penelitian lainnya yang
masih berkaitan dengan pre-eklamsi berat.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
Hasil peneltian ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan
sebagai bahan masukan serta perbaikan untuk meningkatakan derajat
kesehatan ibu dan menurunkan penyebab Angka Kematian Ibu di
RSUD Cianjur.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan dalam
pembelajaran yang berguna begi pembaca dan dapat dikembangkan
untuk penelitian.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PERSALINAN
2.1.1. Definisi
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan
adalah pelepasan dan pengeluaran hasil konsepsi (janin, air ketuban,
plasenta dan selaput ketuban) dari uterus melalui vagina ke dunia luar.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung kurang dari 24 jam tanpa komplikasi
baik bagi ibu maupun bagi janin.(9)
2.1.2. Tanda-tanda persalinan
Tanda-tanda dalam proses persalinan, yaitu :
a. Tanda persalian sudah dekat
1. Lightening
Pada minggu ke-36 di bagian primipara terjadi penurunan
fundus uteri, karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
yang disebabkan oleh kontraksi barxton hicks, ketegangan otot,
ketegangan ligamentum rotundum, gaya berat janin kepala kearah
bawah.
2. Terjadinya his permulaaan
Dengan makin tuan usia kehamialn, pengeluaran estrogen
dan progesteron semakin berkurang sehingga oksitosin dapat
7
menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu, yang
meliputi rasa nyeri ringan di bagian bawah, datangnya tidak
teratur, tidak ada perubahan serviks, durasinya pendek, tidak
bertambah jika beraktifitas.
b. Tanda persalinan
1. Terjadinya his persalinan
His persalian bersifat pinggang terasa sakit, menjalar ke
depan, teratur, interval pendek, kekuatan semakin besar, makin
beraktifitas kekuatan semakin bertambah, kontraksi mengakibatkan
perubahan uterus
2. Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan his permulaaan, terjadi perubahan serviks yang
menimbulkan pembukaaan dan pendataran, lendir yang terdapat
pada kanalis serviks lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang
menjadikan pendaran sedikit.
3. Pengeluaran cairan
Keluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat
pecahnya ketubah atau selaput ketuban robek. Sebagian besar
ketuban pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang
kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil.(9)
8
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan, diantaranya yaitu:(9)
a. Power
Adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar
.kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot otot perut, kontraksi
diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan
sempurna.
b. His
Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna sifat his yang baik adalah kontraksi
simetris, fundus dominan, terkoordinir dan relaksasi.
Pembagian his dan sifatnya, meliputi :
1. His pendahuluan: tidak kuat, datangnya tidak teratur, menyebabkan
keluarnya bloody show.
2. His pembukaan (kala I) : pembukaan serviks, semakin kuat, teratur
dan sakit.
3. His pengeluran (kala II): mengeluarkan janin,sangat kuat, teratur
simetris, terkoordinir.
4. His pelepasan uri (kala III): melepaskan dan melahirkan plasenta.
5. His pengiring (kala IV): kontraksi lemah, sedikit nyeri, terjadi
pengecilan rahim.
9
c. Passanger
Faktor lain yang mempengaruhi persalinan adalah faktor janin,
yang meliputi sikap janin, letak presentasi, bagian terbawah dan posisi
janin
1. Sikap
Menunjukan hubungan bagian bagian janin dengan sumbu
janin-janin umumnya bersikap fleksi, dimana kepala, tulang
punggung dan kaki dalam keadan fleksi, lengan bersilang di dada.
2. Letak
Bagian sumbu janin berada terhadap sumbu ibu misalnya
letak lintang, sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu ,memujur
yaitu sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa berupa letak
kepala atau sungsang.
3. Presentasi
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada dibagian
bawah rahim, yang dijumpai ketika palpasi atau pemeriksaan
dalam misalnya presentsi kepala, bokong, bahu dan lain – lain.
4. Bagian Terbawah Janin
Sama dengan persentasi ,hanya lebih diperjelas istilahnya.
5. Posisi Janin
Ada 6 variasi dari petunjuk arah (indikator )
a) Letak belakang kepala: indikatornya ubun-ubun kecil
b) Letak puncak kepala: idikatornya ubun ubun besar
10
c) Presentasi dahi: indikatornya teraba dahi dahi dan ubun-ubun
besar
d) Presentasi muka: indikatornya dagu
e) Presentasi bokong: indikatornya sakrum
f) Letak lintang : menurut posisi kepala, arah punggung, presentai
bahu dan tangan menumbung.
d. Passage
Faktor jalan lahir dibagi menjadi :
1. Bagian keras: tulang panggul (rangka panggul)
a) Tulang panggul terdiri dari 4 buah tulang, yaitu 2 tulang
pangkal paha (coxae), 1 tulang kelangkang (sacrum), 1 tulang
tingging (coccygis). Coxae terdiri dari ilium, ischium, dan
pubis.
1) Os. Ilium terdiri dari crista oliaca, spina iliaca anterior
superior, spina iliaca posterior superior, spina iliaca
anterior inferior, spina iliaca posterior inferior.
2) Os ischium terdiri dari spina ishiadica dan tuber
ischiadikum.
3) Os pubis terdiri dari foramen obturator, ramus superior
ossis pubis, ramus inferior ossis pubis.
b) Jenis jenis panggul terdiri dari panggul gynecoid, android,
anthropoid, dan platypelloid.
11
c) Bidang hodge
Untuk menentukan berapa jauhnya bagian depan anak
itu turun kedalam rongga panggul, maka hodge telah
menentukan berapa bidang khayal dalam panggul :
1) H I : ialah sama dengan pintu atas panggul
2) H II : sejajar dengan H I melalui pinggir bawah symphysis
3) H III : sejajar dengan H I melalui spinae ischiadicae
4) H IV : sejajar dengan H I ujung os coccygis
d) Station
Untuk menggambarkan tingkat desensus digunakan
istilah station (lever spina ischiadica), dimana:
1) 0 station, berarti puncak kepala mengalami sesensus
setinggi spina isciadica.
Bila puncak kepala masih belum mencapai
ketinggian spina ishciadica, maka keadaan ini ditandai
denga angka (-).
2) spina station -2 berarti bahwa puncak kepala masih berada
2 cm diatas spina ischiadic.
Bila puncak kepala sudah mencapai ketinggian
spina ishciadica, maka keadaan ini ditandai denga angka
(+), seperti +2 berarti puncak kepala sudah berada 2 cm di
bawah spina ischiadica.
12
3) Station -3 menunjukan bahwa kepala masih mengapung
dan station lebih besar dari +3 menunjukan kepla sudah
mengalami crowning dan siap untuk dilahirkan.
2. Bagian lunak: otot-otot, jaringan, dan ligamen.
e. Psikologi ibu
Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu
bersalin yang didampingi suami dan orang-orang yag dicintainya
cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar
dibandingkan dengan ibu bersalin tanpa didampingi suami atau orang-
orang yang dicintainya. Ini menunjukan bahwa dukungna mental
berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh pada
kelancaran proses persalianan.
f. Penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk
memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan
neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yanag baik diharapkan
kesalahan atau malpraktik dalma memberikan asuhan tidak terjadi.
2.2. Pre-Eklamsi
2.2.1. Pengertian
Pre-eklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu usia
kehamilan disertai dengan adanya peningkatan tekanan darah, proteinuria
dan edema yang timbul karena kehamilan.(10)
13
Pre-eklamsi didefinisikan sebagai terjadinya peningkatan teakan
darah yang disertai dengan proteinuria dalam kehamilan. Diagnosis ini
ditegakan setidaknya dilakukan 2 kali pengukuran dengan hasil terjadi
peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg atau diastolic ≥90 mmHg.
Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya protein dalam urin yang
melebihi 300 mg per-24 jam atau lebih dari 30 mg/dl (dipstick fositif 1).(11)
2.2.2. Klasifikasi Pre-eklamsi
1. Pre-eklamsi
Pre-eklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan/ atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan .
Kriteria pre-eklamsi :
a. Hipertensi dengan sistolik 140-159 mmHg diastolik 90-109 mmHg
setelah usia kehamilan 20 minggu
b. Proteinuria ≥ 300mg/24 jam atau 1+ dipstick.(12)
2. Pre-eklamsi Berat
Pre-eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai proteinuria dan/ atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih.(12)
14
Kriteria pre-eklamsi berat :
a. Tekanan darah sistolik/diastolic ≥160/110 mmHg sedikitnya 6 jam
pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun
ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit dan telah tirah baring.
b. Proteinuria ≥5 gram/24 jam atau ≥2+ dalam pemriksaan kualitatif
c. Oliguria ≥500 ml/ 24 jam
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma
e. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala
persisten, skotoma, dan pandangan kabur
f. Nyeri epigastrum pada kuadran kanan atas abdomen akibat
teregangnya kapsula glisson
g. Edema paru dan sianosis
h. Hemolysis mikroangipatik Karena meningkatnya enzim laktat
dehydrogenase
i. Trombositopenia (trombosit ≤100.000 mm3). Oligohidramnion,
pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta
j. Gangguan fungsi hepar karena peningkatan kadar enzim ALT dan
AST.(13)
2.2.3 Etiologi
Penyebab pre-eklamsi saat ini masih tidak bisa diketahui dengan
pasti, walaupun penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini
sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang
15
dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebabnya pre-eklamsi disebut juga
“disease of theory”(14)
Adapun teori-teori yang dihubungkan dengan terjadinya pre-
eklamsi adalah :
1. Peran prostasiklin dan trombiksan
Pada pre-eklamsia dan eklamsia didapatkan kerusakan pada endotel
vascular, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin yang pada
kehamilan normal meningkat, aktifasi pengumpulan dan fibrinolysis
yang kemudian akan diganti thrombin dan plasmin, thrombin akan
mengkonsumsi anti thrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktif
trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan dan serotonin, sehingga
terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2. Peran faktor imunologis
Pre-eklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak yimbul
lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan
berikutnya. Beberapa data yang mendukung sadanya sistem imun pada
penderita Pre-eklamsia, beberapa wanita dengan Pre-eklamsia
mempunyai komplek imun dalam serum, beberapa studi juga
mendapatkan adanya aktifasi sistem komplemen pada Pre-eklamsia
diikuti proteinuria.
16
3. Faktor genetic
Beberapa bukti menunjukan peran faktor genetic pada kejadian pre-
eklamsia antara lain: pre-eklamsia terjadi hanya pada manusia, tredapat
kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklamsia pada anak-anak
dari ibu yang menderita pre-eklamsia, kecenderungan meningkatnya
frekuensi pre-eklamsia pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat
pre-elamsia dan bukan pada ipar mereka, peran renin-angiotensin-
aldostreon sistem.(14)
2.2.4. Faktor predisposisi
Menurut Wiknjosastro faktor predisposisi tersebut antara lain:
1) Usia/ umur : primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua
ibu dengan usia diatas 35 tahun dianggap lebih rentan. Preeklampsi
yang meningkat di usia muda dihubungkan belum sempurnanya
organ-organ yang ada ditubuh wanita untuk bereproduksi, selain itu
faktor psikologis yang cenderung kurang stabil juga meningkatkan
kejadian preeklampsia di usia muda. Bertambahnya umur wanita
berkaitan dengan perubahan pada system kardiovaskulernya dan
secara teoritis preeklampsi dihubungkan dengan adanya patologi
pada endotel yang merupakan bagian dari pembuluh darah.
Preeklampsia-eklampsia hampir secara eksklusif merupakan
penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur
dengan umur ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada
17
wanita yang berumur lebih dari 35 tahun mempunyai komplikasi 3-4
kali lipat mendapatkan preeklampsi dibandingkan usia lebih muda.
2) Paritas : primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir dua kali
lipat. Menurut penelitian, telah diketahui bahwa umur reproduksi
sehat pada seorang wanita berkisar antara 20-30 tahun. Artinya
melahirkan setelah umur 20 tahun, jarak persalinan sebaiknya 2-3
tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 30 tahun. Berarti jumlah
anak cukup 2-3 orang. Telah dibuktikan bahwa kelahiran ke empat
dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin . Menurut
Prawirohardjo paritas 2 merupakan paritas paling aman ditinjau dari
sudut kematian maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka maternal lebih tinggi primigravida dan gravida
pada usia diatas 35 tahun merupakan kelompok yang rentan untuk
preeklampsia-eklampsia.
3) Faktor keturunan ( genetic): bukti adanya pewarisan secara genetik
paling mungkin disebabkan oleh turunan resesif. Menurut Chapman,
ada hubungan genetik yang telah ditegakkan, riwayat keluarga ibu
atau saudara perempuan meningkatkan komplikasi empat sampai
delapan kali. Komplikasi hipertensi pada kehamilan dapat
diturunkan pada anak perempuannya. Menurut Angsar, Ada faktor
keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu
lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial dibandingkan dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa
18
pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26% anak perempuannya
akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak
menantu mengalami preeklampsia.
4) Status sosial ekonomi : preeklampsi dan eklampsi lebih umum
ditemui pada kelompok sosial ekonomi rendah. Beberapa peneliti
menyimpulkan bahwa sosial ekonomi yang baik mengurangi
terjadinya preeklampsi.
5) Komplikasi obstetrik : kehamilan kembar, kehamilan mola atau
hidrops fetalis. Preeklampsi lebih besar kemungkinan terjadi pada
kehamilan kembar. Selain itu, hipertensi yang diperberat karena
kehamilan banyak terjadi pada kehamilan kembar. Dilihat dari
segi teori hiperplasentosis, kehamilan kembar mempunyai resiko
untuk berkembangnya preeklampsi. Kejadian preeklampsi pada
kehamilan kembar meningkat menjadi 4-5 kali dibandingkan
kehamilan tunggal. Selain itu, dilaporkan bahwa preeklampsi akan
meningkat pada kehamilan kembar tiga dan seterusnya.
6) Riwayat penyakit yang sudah ada: hipertensi, Diabetes mellitus,
penyakit ginjal, system lupus erytematosus (SLE ), sindrom
antifosfolipid antibody.(7)
19
2.2.5. Komplikasi Pre-eklamsi
2.2.5.1. Komplikasi pada ibu
1. Solusio plasenta
Solusio plasenta ini terjadi pada ibu dengan hipertensi akut atau lebih
sering terjadi pada pre-eklamsi.
2. Hiperfibrinogen
Dianjurkan untuk memeriksakan kadar fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis
Penderita dengan pre-eklamsia berat kadang-kadang menimbulkan
gejala klinik hemolisis yang dikenal dengan icterus.
4. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab pertama kematian maternal
penderita eklamsia
5. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang terjadi pada retina yang
merupakan kegawatan akan terjadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru
Sebuah penelitian menemukan satu penderita dari 69 kasus eklamsi
karena payah jantung
7. Nekrosis hati
Ini merupakan akibat vasospasme arteriol.
8. Sindroma HELLP dan kelainan ginjal. (6)
20
2.2.5.2. Komplikasi pada janin
Menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme dan
kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta mengakibatkan janin
kenaikan mordibitas dan mortalitasnya tinggi, secara tidak langsung akibat
IUGR, prematuritas, oligohidramnion, sindroma distress napas, kematian
janin intrauterine, BBLR, sepsis, cerebral palsy. (6)
2.2.6. Penatalaksanaan Pre-Eklamsi Berat
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklamsi
berat selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal. Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada
setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).
a. Indikasi (salah satu atau lebih)
1) Ibu
a) Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
b) Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan
meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada
perbaikan).
2) Janin
a) Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
b) Adanya tanda IUGR
21
3) Laboratorium
Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi
hepar, trombositopenia).
b. Pengobatan Medisinal
Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu :
1) Segera masuk rumah sakit
2) Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30
menit, refleks patella setiap jam.
3) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL
(60-125 cc/jam) 500 cc.
4) Antasida
5) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6) Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
7) Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema
paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan
furosemid injeksi 40 mg/im.
8) Antihipertensi diberikan bila:
a) Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110
mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah
tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg)
karena akan menurunkan perfusi plasenta.
b) Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
umumnya.
22
c) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat
diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu),
catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500
cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
d) Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan
tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam,
maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual
maka obat yang sama mulai diberikan secara oral.
c. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
d. Lain-lain:
1) Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.
2) Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat
celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkohol atau xylomidon 2 cc IM.
3) Antibiotik diberikan atas indikasi.
4) Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV/hari.
5) Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi
uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja,
selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
23
e. Pemberian Magnesium Sulfat
Cara pemberian magnesium sulfat:
1) Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1
gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5
menit). Diikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gram di bokong
kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm.
Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang
tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
2) Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam
pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM
setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
Syarat-syarat pemberian MgSO4:
1) Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram
(10% dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
2) Refleks patella positif kuat
3) Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
4) Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/kgBB/jam).
MgSO4 dihentikan bila:
1) Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena
kelumpuhan otot-otot pernapasan karena ada serum 10 U
24
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15
mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15
mEq/liter terjadi kematian jantung.
2) Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat:
Hentikan pemberian magnesium sulfat
a) Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc)
secara IV dalam waktu 3 menit.
b) Berikan oksigen.
c) Lakukan pernapasan buatan.
d) Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca
persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).
f. Pengobatan Obstetrik
1) Cara Terminasi Kehamilan yang Belum Inpartu
a) Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai
Bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
b) Seksio sesaria bila :
Fetal assesment jelek
Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang
dari 5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk
fase aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk
dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.
25
2) Cara Terminasi Kehamilan yang Sudah Inpartu
Kala I
a) Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan
seksio sesaria.
b) Fase aktif:
c) Amniotomi saja
d) Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan
lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan
tetesan oksitosin).
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan
partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan
sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan
medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan
memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan
kortikosteroid.
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
a. Indikasi
Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
impending eklampsia dengan keadaan janin baik.
b. Pengobatan medisinal
Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif.
26
Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup
intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada
bokong kanan.
c. Pengobatan obstetric
1) Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
2) MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre
eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
3) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan
medisinal gagal dan harus diterminasi.
4) Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih
dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
d. Penderita dipulangkan bila:
1) Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklampsia
ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
2) Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia
ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre
eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).(13)