gambaran jenis persalinan dan hasil luaran bayi pada grande multipara
TRANSCRIPT
GAMBARAN JENIS PERSALINAN DAN HASIL LUARAN BAYI PADA GRANDE MULTIPARA
DI RUMAH SAKIT UMUM SWADANA DAERAH SUMEDANG TAHUN 2008
KARYA TULIS ILMIAH
ASYIFA, EDWIN ARMAWAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM D3 KEBIDANAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Angka Kematian Ibu bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi indikator
keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan.(1) Tingginya angka kematian ibu dan bayi
menunjukkan bahwa ada yang kurang tepat pada pelayanan kesehatan di negara tersebut, baik
dalam penanganan saat kehamilan, persalinan maupun setelah kelahiran. Oleh karena itu,
keterampilan dan keahlian dari petugas kesehatan sangat dibutuhkan dalam melakukan
pelayanan obstetri untuk mendeteksi adanya tanda bahaya pada ibu sebelum hamil, selama
kehamilan, hingga persalinan, perlu diperhatikan pula kondisi janin supaya angka kejadian
kematian ibu dan bayi dapat menurun.
Angka kejadian kematian ibu dan bayi dapat diturunkan dengan cara memberikan
pelayanan obstetri yang komperhensif atau menyeluruh sehingga apabila ada tanda bahaya pada
ibu ataupun bayi akan terdeteksi secara dini. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini turun dibandingkan tahun 2002 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. (1)
Pada Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2007 di terdapat 788 kasus kematian maternal dari
822.481 kelahiran hidup di Jawa Barat. AKI tahun 2007 di Kota Sumedang didapatkan 28 kasus
dari jumlah persalinan 19.326, meliputi 3 kasus kematian ibu hamil, 19 kasus kematian ibu
bersalin, dan 6 kasus kematian ibu nifas.(2)
Salah satu tujuan pelayanan obstetri adalah bahwa setiap kehamilan diharapkan
menghasilkan bayi yang sehat dan berkualitas, sampai saat ini nampak hasilnya belum
memuaskan, hal itu ditunjukkan dari hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 1991 tercatat kematian perinatal sekitar 77,5 – 142,2 per 1000 kelahiran hidup, lalu
menurun pada tahun 1997 menjadi 52,2 per 1000 kelahiran hidup, dan tahun 2003 kembali
menurun menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup. Data terbaru yang didapat dari Badan Pusat
Statistik mengestimasikan AKB di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 34 per 1000 kelahiran
hidup.(2)
Hasil riset Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007
penyebab kematian neonatal terbanyak di Kota Bandung adalah hipoksia intrauterus dan asfiksia
pada bayi baru lahir sekitar 20,09% kemudian diikuti oleh kematian bayi dalam kandungan /
IUFD sekitar 19,4% dan selanjutnya BBLR sekitar 11,25%. Walaupun angka kejadian asfiksia
pada tahun 2007 sudah lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi pada kenyataannya
asfiksia menjadi urutan pertama dalam daftar pola penyakit penyebab kematian bayi usia 0-28
hari (neonatal) terbanyak yang terjadi di Jawa Barat.(3)
Pada Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2007 didapatkan 2.575 kasus kematian bayi dari
total persalinan 825.056. Di Kota Sumedang terdapat 186 kasus kematian bayi dari total 19.326
persalinan (0,96 %). Angka kematian bayi ini banyak disebabkan karena BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) sebanyak 0,45 %, asfiksia sebanyak 0,34%, kelainan kongenital sebanyak 0,01%,
dan lain-lain sebanyak 0,16%.(4)
Kejadian BBLR, asfiksia, dan kelainan kongenital disebabkan salah satunya oleh faktor
paritas ibu. Paritas lebih dari tiga atau biasa disebut grande multiparitas akan berdampak pada
hasil luaran bayinya, sehingga sedapat mungkin angka kejadian grande multiparitas harus
ditekan. Grande multipara pun dapat menimbulkan komplikasi selama persalinan, seperti
plasenta previa, solutio plasenta, malpresentasi, persalinan dengan alat, operasi sesar, perdarahan
pasca persalinan, persalinan prematur, dan kematian ibu.(5)
Pada tahun 2007 didapatkan data di RSU Swadana Daerah Sumedang mengenai ibu
bersalin grande multipara, yaitu sebanyak 421 kasus dari total 2342 persalinan (17,97 %). Ini
merupakan angka yang cukup tinggi mengingat sudah banyak program pemerintah yang
disediakan dalam rangka pengaturan jumlah persalinan melalui program Keluarga Berencana.
Tingginya angka kejadian grande multipara akan mempengaruhi angka kejadian AKB, sehingga
perlu diidentifikasi mengenai dampak tingginya paritas ibu terhadap keadaan bayi saat lahir.
Dari pemaparan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Gambaran Jenis Persalinan dan Hasil Luaran Bayi pada Grande Multipara di Rumah Sakit
Umum Swadana Daerah Sumedang Tahun 2008”.
1.2 Identifikasi Masalah
Bagaimanakah jenis persalinan dan luaran bayi pada grande multipara di Rumah Sakit
Umum Swadana Daerah Sumedang Tahun 2008?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui jenis persalinan dan luaran bayi pada grande multipara di Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Sumedang Tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk :
1) Mengetahui angka kejadian grande multiparitas di RSU Swadana Daerah Sumedang
tahun 2008.
2) Mengetahui proporsi jenis persalinan pada grande multipara di RSU Swadana Daerah
Sumedang tahun 2008.
3) Mengetahui luaran bayi pada grande multipara, mencakup angka kejadian kelainan
kongenital, IUFD, BBLR, dan asfiksia di RSU Swadana Daerah Sumedang tahun 2008.
4) Mengetahui gambaran jenis persalinan dan luaran bayi pada primipara dan grande
multipara di RSU Swadana Daerah Sumedang Tahun 2008.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Bagi Peneliti
Dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari tentang ilmu kebidanan dan juga
metodologi penelitian sehingga dapat melakukan penelitian dan menuangkannya
dalam bentuk karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan D3 Kebidanan
UNPAD serta menambah pengetahuan mengenai jenis persalinan dan luaran bayi
pada grande multipara.
2) Bagi Institusi Kesehatan
Data yang diperoleh dapat digunakan untuk evaluasi dalam pengelolaan kasus jenis
persalinan dan luaran bayi pada grande multipara pada masa yang akan datang.
3) Bagi Pengembangan Ilmu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bahan penelitian
selanjutnya.
1.5 Kerangka Pemikiran
Paritas yang dialami ibu acap kali tercantum dalam referensi sebagai faktor ibu pada
kasus-kasus kebidanan. Misalnya pada hasil luaran janin seperti kejadian asfiksia, BBLR, IUFD,
malpresentasi, ataupun pada kondisi kehamilan/persalinan seperti plasenta previa, solutio
plasenta, persalinan dengan alat, operasi sesar, perdarahan pasca persalinan, persalinan prematur.(4)
Paritas yang dimaksud disini adalah paritas lebih dari 3 atau biasa disebut grande multiparitas.
Grande multiparitas memiliki risiko kematian ibu maupun janin yang lebih tinggi, sehingga
sedapat mungkin angka kejadian grande multiparitas harus ditekan.
Menurut Purwanti, karakteristik ibu terutama paritas berpengaruh terhadap pemilihan
jenis persalinan dan luaran bayinya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa paritas tinggi
meningkatkan kejadian SC sebesar 33%, forseps 27%, dan vakum 22%.(5) hasil ini diperkuat oleh
Oxorn dalam penelitiannya pada tahun 2006 memperoleh bahwa grande multiparitas
meningkatkan angka kejadian seksio sesarea sebesar 3,2 kali lipat. Begitu pula dalam penelitian
yang dilakukan oleh Mesleh di Saudi Arabia tahun 2008 yang menyebutkan bahwa paritas tinggi
(lebih dari 3) mengalami persalinan bantuan alat (forseps) sebesar 1,6 kali lipat dibandingkan
dengan paritas 2-3.(6) oleh karena itu, pemilihan jenis persalinan akan berdampak pula pada
luaran bayi, terutama pada wanita yang mengalami grande multiparitas.(5)
Tingginya kejadian grande multiparitas dipengaruhi pula oleh faktor sosial. Asumsi
masyarakat atau anggapan masyarakat terhadap banyak anak banyak rezeki akan sangat
mempengaruhi terhadap keinginan suami istri mengenai pengaturan jumlah anak, sehingga
seringkali kehamilan dianggap hal yang mudah, biasa saja, dan umum, terutama di daerah
pedesaan akan dianggap tidak lumrah bila sebuah keluarga memiliki anak sedikit. Kota
Sumedang merupakan salah satu contohnya. Sumedang adalah kota yang memiliki tekstur alam
berbukit-bukit dan kondisi sosial yang sangat erat serta masih ada beberapa daerah yang sulit
dijangkau oleh sarana transportasi. Kepadatan penduduk rata-rata kota Sumedang adalah 731
jiwa per km2. (2,7) Jumlah yang cukup padat bagi sebuah kota kecil. Tidak heran bila faktor
budaya masih sangat melekat pada masyarakat Sumedang. Anggapan bahwa banyak anak berarti
banyak rezeki, ketabuan masyarakat terhadap metoda KB, dan dominasi keputusan kepala
keluarga dalam mengambil keputusan masih banyak ditemukan di kota ini. Program pemerintah
mengenai pengaturan jumlah anak pun semakin digiatkan untuk memotivasi para ibu supaya
menghasilkan anak yang berkualitas, bukan hanya dilihat dari kuantitasnya.
Pada tahun 2008, RSU Swadana Daerah Sumedang memiliki fokus target terhadap WUS
(Wanita Usia Subur) khususnya bagi ibu-ibu yang memiliki paritas lebih dari 3 dengan jumlah
anak hidup 3 orang, sejahtera, dan bahagia untuk mengikuti program MOW (Metode Operatif
Wanita). Program ini ditujukan untuk mengurangi angka kejadian grande multipara yang
nantinya diharapkan berdampak pula terhadap penurunan kejadian asfiksia, BBLR, maupun
kelainan kongenital.
Luaran Bayi mencakup:
1. Kelainan kongenital
2. IUFD
3. BBLR
4. Asfiksia
Cara Persalinan :
1. Spontan kepala
2. Spontan bokong
3. Vakum Ekstraksi
4. Forseps Ekstraksi
5. Sectio sesarea
Jumlah paritas yang ibu alami :
Paritas 1
(primipara)
Paritas 2-3
(multipara)
Gambar 1 : Kerangka Konsep Pemikiran
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data
yang digunakan sebagai sumber adalah data sekunder dari Buku Register di Ruang Perinatologi
dan Data Rekam Medis di Ruang Medrek di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Sumedang
Tahun 2008.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bagian Perinatologi dan Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Sumedang. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan
Desember 2009.