gambaran kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan …eprints.ums.ac.id/72848/10/naskah...
TRANSCRIPT
GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 0-24
BULAN DENGAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MPASI)
DINI DAN TANPA MAKANAN PENDAMPING ASI (MPASI)
DINI DI PUSKESMAS JAYENGAN SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
ALI MUCHTADI SHODIKIN
J210 171 176
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
1
GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 0-24 BULAN
DENGAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MPASI) DINI DAN TANPA
MAKANAN PENDAMPING ASI (MPASI) DINI DI PUSKESMAS
JAYENGAN SURAKARTA
Abstrak
Diare merupakan penyakit yang dapat menyerang anak-anak khususnya,bayi dan
balita lebih rentan terkena penyakit ini. Kejadian diare pada balita salah satunya
disebabkan oleh kebersihan, pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian
makanan pendamping ASI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan dengan Makanan Pendamping
ASI (MP ASI) dini dan tanpa Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dini. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 47 responden dengan cara
pengambilan sampel Accidental samplingdan menggunakan anlisa data Frekuensi,
jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 47 responden. Hasil penelitian
terdapat 25 anak yang menderita diare dengan MP ASI dini. Dari 25 anak
tersebut, sebagian besar memiliki frekuensi terkena diare sama dengan atau lebih
3 kali dalam 3 bulan terakhir yaitu sebanyak 17 anak, dan 8 anak memiliki
frekuensi kurang dari 3 kali. Dan 22 anak yang menderita diare tanpa MP ASI
dini, sebagian besar memiliki frekuensi terkena diare kurang dari 3 kali dalam 3
bulan terakhir yaitu sebanyak 16 anak, dan 6 anak memiliki frekuensi sama
dengan atau lebih 3 kali.
Kata Kunci : diare, makanan pendamping asi dini, anak 0-24 bulan.
Abstract
Diarrhea is a disease that can affect children in particular, infants and toddlers are
more susceptible to this disease. The incidence of diarrhea in toddlers is one of
them caused by cleanliness, knowledge and attitudes of mothers in providing
complementary breastfeeding. The purpose of this study was to describe the
incidence of diarrhea in children aged 0-24 months with complementary ASI (MP
ASI) food and without ASI (MP ASI) early. This type of research is descriptive
with a number of samples of 47 respondents by means of sampling Accidental
sampling and using analysis of data Frequency, the number of samples in this
study were as many as 47 respondents. The results of the study were 25 children
who suffered from diarrhea with MP ASI early. Of the 25 children, most had the
frequency of getting diarrhea the same as or more than 3 times in the last 3
months as many as 17 children, and 8 children had a frequency of less than 3
times. And 22 children who suffer from diarrhea without MP early breastfeeding,
most have the frequency of getting diarrhea less than 3 times in the last 3 months
as many as 16 children, and 6 children have the same frequency or more than 3
times.
.
Keywords :diarrhea, companion food early breastfeeding, children 0-24 months.
2
1. PENDAHULUAN
Diare merupakan penyakit yang dapat menyerang anak-anak dan orang
dewasa,tapi bayi dan balita lebih rentan terkena penyakit ini. Diare tidak
hanya terjadi di negara berkembang tapi juga di negara maju, di negara
maju walaupun sudah terjadi perbaikan ekonomi dan kesehatan namun
kasus diare tetap tinggi, Di negara berkembang diare menyebabkan
kematian 3 juta penduduk setiap tahunnya (Darmawati,2012).
Diare penyebab utama malnutrisi pada balita. Secara global ada
hampir 1,7 miliar kasus pada anak setiap tahunnya (WHO,2017). Kasus
diare diindonesia pada tahun 2016 sebanyak 2.544.085. Diwilayah jawa
tengah diperkirakan terdapat 911.902 kasus diare, sedangkan kasus diare
yang ditangani sebanyak 95.636 kasus (Kemenkes RI, 2017). Di daerah
surakarta sendiri pada tahun 2016 jumlah diare sebanyak 11.184 kasus.
Data dari dinas kesehatan kota Surakarta menunjukkan bahwa angka
kejadian diare diPuskesmas jayengan megalami peningkatan sebanyak 906
kasus ditahun 2015 sedangkan ditahun 2016 terdapat 944 kasus (Dinas
kesehatan Surakarta, 2017).
Diare pada bayi cukup berbahaya, karena dapat menimbulkan
kematian bayi maupun balita serta angka kejadian cukup tinggi setiap
tahunnya. Lima juta anak berusia kurang dari lima tahun meninggal akibat
diare. Kejadian diare pada balita salah satunya disebabkan oleh higiene
termasuk pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian makan dimana bayi
sudah diberi makan selain ASI sebelum usia 6 bulan. Menurut WHO
(2017), bayi yang mendapatkan makanan pendamping ASI sebelum 6
bulan akan mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI ekslusif dan
mendapatkan MP ASI tepat waktu (Maharani, 2016). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian diare pada anak
usia 0-24 bulan dengan makanan pendamping asi (MP ASI) dini dan
3
tanpa makanan pendamping asi (MP ASI) dini di Puskesmas Jayengan
Surakarta.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan
objek yang bertujuan melihat gambaran fenomena yang terjadi didalam
suatu populasi tertentu (Notoadmojo, 2010). Populasi yang diambil dari
penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia0-24 bulanyang
menderita diare sebanyak 90 anak.
Perhitungan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus
slovin, sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tehnik Accidental sampling yaitu pengambilan sampel
yang kebetulan ada atau tersedia yang sesuai dengan kriteria sampel
penelitian hingga memenuhi jumlah sampel yang telah ditetapkan dengan
menggunakan analisa data distribusi frekuensi. Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 47 responden. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Ibu
yang memiliki anakusia 0-24 bulan yang menderita diare, Ibu yang
memiliki anak usia 0-24 bulan yang tidak memiliki komplikasi selain
penyakit diare seperti pneumonia.
Cara pengambilan sampel yaitu dengan cara menunggu responden di
puskesmas yang sesuai dengan kriteria sampel, setelah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter dan dinyatakan diare, kemudian ibu responden
diberi informed concent dan kuesioner untuk dilakukan pengisian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Analisis Deskriptif
Tabel 1. Distribusi anak yang terkena diare dengan MP ASI dini
dan tanpa MP ASI dini
Kategori Diare
MP ASI dni 25
Tanpa MP ASI dini 22
4
Total 47
Berdasarkan hasil penelitian, anak yang mendapat MP ASI
dini sebanyak 25 anak yang terkena diare dan terdapat 22 anak
yang tanpa MP ASI dini yang terkena diare,
Tabel 2. Distribusi frekuensi kejadian diare pada anak dengan MP
ASI dini dan tanpa MP ASI dini
Kategori Frekuensi N
3 kali/< 3 kali >3 kali
MP ASI dini 8 17 25
Tanpa MP ASI dini 16 6 22
Total 24 23 47
Berdasarkan hasil penelitian, anak yang mendapat MP ASI
dini memiliki frekuensi lebih besar terkena diare dalam 3 bulan
terakhir dibandingkan dengan anak tanpa MP ASI dini.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Gambaran Kejadian Diare pada anak usia 0-24 bulan dengan MP
ASI dini.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 25 anak dengan MP ASI dini yang
menderita diare. Hasil penelitian sebagian besar ibu responden
berpendidikan SLTA (40,4%) dari hasil tersebut masih banyak ibu yang
memberikan MP ASI dini karena menurut keyakinan yang ada dalam
keluarga anak yang mendapat MP ASI lebih cepat akan lebih kuat.
Tingkat pendidikan ibu berkaitan dengan kemampuan ibu dalam
memahami suatu informasi yang selanjutnya menjadi dasar dalam
pembentukan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Altriza
Juliyandari, dkk (2017), penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan ibu dalam pemberian MP-ASI dini
dengan pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan (p = 0,045, p <0,05).Hambatan
utama tercapainya ASI eksklusif dan pemanfaatan MP-ASI yang benar
5
adalah karena kurangnya pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif
dan MP-ASI pada para ibu, ibu dengan tingkat pengetahuan rendah
mayoritas akan acuh tak acuh dengan kondisi bayinya sebaliknya ibu
dengan tingkat pengetahuan lebih biasanya akan sangat peduli terhadap
kondisi anaknya baik itu terhadap pemberian ASI eksklusif maupun
sampai pemberian makanan pendamping ASI (Roesli, 2010). Selain
faktor pendidikan ibu, terdapat faktor lain yang mempengaruhi ibu dalam
pemberian MP ASI dini, salah satu faktor tersebut adalah adanya
pengaruh dari orang tua dan mertua yang masih meyakini adat dan
kebiasaan bahwa bayi yang diberi makanan pendamping ASI akan lebih
cepat dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sucianingsih, H, dkk (2018) hasil
wawancara pada saat studi pendahuluan pada 10 ibu yang mempunyai
bayi umur 0-6 bulan didapatkan data MP-ASI dini dilakukan oleh 5 ibu
(50%). Alasan pemberian MPASI dikarenakan jumlah ASI yang keluar
sedikit dan bayinya masih terlihat lapar ketika minum ASI saja.
Hal ini didukung dari jurnal Internasional oleh Panda.S, at all
(2014), penelitian lebih lanjut menyoroti pentingnya mempromosikan
intervensi kesehatan masyarakat tentang ASI eksklusif untuk pencegahan
diare pada anak-anak.Namun, intervensi tentang ASI perlu pendekatan
komunikasi inovatif dengan tujuan mengubah sikap dan praktik orang
tua.Berdasarkan tinjauan sistematis, WHO jelas menyatakan bahwa bayi
yang ASI eksklusif selama 6 bulan lebih tahan terhadap penyakit dari
pada mereka yang mendapatkan MP ASI selama 3-4 bulan. Dari
penelitian menguatkan bukti bahwa anak yang mendapat MP ASI usia
kurang dari 6 bulan meningkatkan resiko mengalami diare bahwa lebih
dari setengah.Pemberian MP-ASI dini akan mengakibatkan menurunnya
produksi ASI yang lebih cepat, karena produksi ASI menurun, maka bayi
akan menerima sedikit faktor proteksi yang mengakibatkan bayi sering
sakit. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2010 menunjukkan
bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum berusia 6 bulan
6
lebihbanyak terserang diare dibanding bayi yang mendapat ASI eksklusif
dan MP ASI yang tepat waktu (Azizah, 2013).Menurut jurnal penelitian
Molla Gedefaw & Resom Berhe (2015), anak-anak yang mendapatkan
MP ASI dini 83 kali lebih mungkin terkena diare. Jurnal penelitian yang
dilakukan oleh Christie G. Turin & Theresa J. Ochoa (2014) didapatkan
hasil bahwa menyusui secara tidak optimal dapat mempengaruhi
kesehatan anak yang merugikan termasuk peningkatan kejadian diare.
Para ibu masih memberikan makanan pendamping ASI setelah lahir
karena alasan sibuk, bayi cepat gemuk dan besar selain itu ibu-ibu kurang
percaya apakah air susunya cukup, keraguan itu yang membuat ibu
memberikan makanan pendamping ASI (Sulastri,& Murningsih).
3.2.2 Gambaran kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan Tanpa MP
ASI dini
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 22 anak yang mendapat MP ASI
tepat pada usia 6-24 bulan yang terkena diare. Penyebab diare yang
dialami responden karena cara pemberian MP ASI yang kurang tepat.
Dari hasil penelitian bahwa ibu jarang mencuci tangan sebelum
memberikan makanan kepada responden.Hal ini sejalan dengan
penelitian Apriyanti, M, dkk (2009) yang menyatakan ada hubungan
kejadian diare dengan cuci tangan hal ini dikarenakan tangan adalah
salah satu media masuknya kuman penyebab penyakit masuk kedalam
tubuh.Namun, sebagian ibu responden masih memiliki kesadaran yang
rendah untuk mencuci tangan, mereka hanya mencuci tangan saat tangan
mereka terlihat kotor saja pada hal tangan yang bersih belum tentu bebas
dari kuman penyakit. Makanan Pendamping ASI adalah makanan selain
ASI yang diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan sampai 2 tahun (
Amalia, 2011). MP ASI dianjurkan kepada bayi setelah usia 6 bulan
karena di usia 6 bulan sistem pecernaan bayi relatif sempurna dan siap
menerima Makanan Pendamping ASI. Menjelang 6 bulan umumnya bayi
menjadi kurang mendapat energi dan zat gizi dari ASI semata.
7
Sedangkan bayi harus tumbuh 2 kali atau lebih dari waktu lahir sehingga
pada usia setelah 6 bulan perlu diberikan MP ASI.
Pada dasarnya pemberian nutrisi pada bayi harus sesuai dengan
ketepatan waktunya, komposisi, konsistensi jenis makanan, porsi, jumlah
takaran dan frekuensi pemberiannya harus sesuai dengan umur serta
pertumbuhannya. Pada usia 0-6 bulan belum bisa diberikan makanan
pendamping, karena pada usia tersebut sistem pencernaan yang belum
siap atau belum matang sehingga menyebabkan diare. Diare merupakan
masalah yang sering ditemukan pada bayi dan anak, diare merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak.Sehingga
pada saat bayiusia 6 bulan, dapat diberikan Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal (Kamalia, 2015). Berdasarkan jurnal penelitian Hanieh et. Al
(2015) mengatakan bahwa ASI eksklusif pada anak di bawah usia 6
bulan secara signifikan mengurangi terjadinya penyakit diare. Jurnal
penelitian yang dilakukan oleh Laura M Lamberti & Christa L Fischer
Walker (2011) mengatakan bahwa perlindungan terbesar diberikan oleh
ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan dalam mencegah terjadinya penyakit
diare serta kematian karena diare.
4 PENUTUP
a) Terdapat 25 anak yang menderita diare dengan MP ASI dini. Dari 25 anak
tersebut, sebagian besar memiliki frekuensi terkena diare lebih 3 kali yaitu
sebanyak 17 anak, dan 8 anak memiliki frekuensi3 kali atau kurang dari 3
kali. Berdasarkan distribusi karakteristik, kejadian diare pada anak dengan
MP ASI dini yaitu dipengaruhi oleh pendidikan ibu dan juga adat
kebiasaan serta kepercayaan dalam keluarga.
b) Terdapat 22 anak yang menderita diare tanpa MP ASI dini. Dari 22 anak
tersebut, sebagian besar memiliki frekuensi terkena diare 3 kali atau
kurang dari 3 kali yaitu sebanyak 16 anak, dan 6 anak memiliki frekuensi
lebih dari 3 kali.
8
DAFTAR PUSTAKA
Amalia.(2012). Dampak Memberikan MPASI terlalu dini atau
terlambat.http://ibuhamil.com/diskusi- umum/21014-mpasi-bolehkah-
untukbayi.
Christie G. Turin & Theresa J. Ochoa (2014).The Role of Maternal Breast Milk in
Preventing Infantile Diarrhea in the Developing World.Currn Trop Med
Rep (2014) 1;97-105
Darmawati, (2012).Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada
masyarakat dikelurahan puncak indah kecamatan malili kabupaten luwu
timur. Jurnal kesehatan 2012.
Dinas Kesehatan Kota Surakarta.(2017). Profil Kesehatan Kota
Surakarta.http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_
KAB_KOTA20 14/3372_Jateng_Kota_Surakarta_2017.pdf.
Hanieh et. Al (2015). Exclusive Breast Feeding in Early Infancy Reduces the Risk
of Inpatient Admission for Diarrhea and Suspected Pneumonia in Rural
Vietnam : A Prospective Cohort Study. BMC Public Health
(2015)15:1166
Juliyandri,Altriza, dkk(2017) yang berjudul “Hubungan karakteristik ibu dan
perilaku dalam pemberian MP ASI dini dengan pertumbuhan bayi usia 0-
6 bulan”Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal)Volume 6, Nomor 4,
Agustus 2018 (ISSN:2356-
3346)http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indnesia Tahun 2016.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Laura M Lamberti & Christa L Fischer Walker (2011). Breastfeeding and the risk
for diarrhea morbidity and mortality.Department of International Health,
Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Baltimore, MD,
USA.BMC Public Health 2011, 11 (Suppl 3):S15
Molla Gedefaw & Resom Berhe (2015). Determinates of Childhood Pneumonia
and Diarrhea with Special Emphasis to Exclusive Breastfeeding in North
Achefer District, Northwest Ethiopia : A Case Control Study. Open
Jounal Epidemiology,2015,5,107-112
Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
9
Panda, S at all. (2014). Factors associated with darrhoea in young children and
incidence of symptomatic rotavirus infection in
rural.Epidiomologi.Infect.(2014),142, 1848-1858.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Sucianingsih, H, dkk (2018)“Faktorpredisposisi yang mempengaruhi perilaku ibu
dalam pemberian makanan pendamping ASI dini”Dunia Keperawatan,
Volume 6, Nomor 2, September 2018: 116-122.
Sulastri, & Murningsih, (2008).Hubungan Antara Pemberian Makanan Tambahan
Pada Usia Dini Dengan Tingkat Kunjungan Ke Pelayanan Kesehatan
Dikelurahan Sine Sragen. Berita Ilmu Keperawatan issn 1979-2697,
Vol.1 No.3,Dosen Keperawatan FIK Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
WHO.(2017). Diarrhoeal Disease. Website:
Http://Http://Www.Who.Int/Mediacentre/Factsheets/Fs330/En/Diakses
Pada Tanggal 29 Januari 2018.