gambaran kinerja supply chain pd proyek konstruksi gedung
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung
1/12
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258 - 269 ISSN 0215-1685
258
Gambaran Kinerja Supply Chain pada
Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. OktavianiKK Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandunge-mail: [email protected]
Abstrak
Industri konstruksi dikenal sebagai industri yang tidak efisien. Penerapan lean construction
khususnya pengelolaan rantai pasok, atau Supply Chain Management (SCM), adalah salah satu usaha
yang berpotensi untuk meningkatkan efisiensi suatu pelaksanaan proyek konstruksi. Pada proyekpembangunan gedung bertingkat tinggi, terdapat kecenderungan peningkatan peran pemilik proyek
dalam penyusunan jaringan supply chain konstruksi. Strategi pemecahan kontrak merupakan upaya
pihak pemilik untuk meningkatkan value atas biaya yang sudah dikeluarkannya. Namun, jaringan supply
chain konstruksi yang efektif selayaknya adalah jaringan yang dapat meningkatkan value bagi seluruhpihak yang terlibat. Untuk mengetahui gambaran kinerja supply chain pada proyek konstruksi bangunan
gedung, telah dilakukan survei ke empat lokasi proyek di Jakarta. Dengan menggunakan sepuluh
indikator yang dipilih berdasarkan konsep-konsep lean construction (conversion, flow, dan value),
didapatkan gambaran karakteristik kinerja proyek-proyek yang memiliki bentuk supply chain yang
berbeda. Analisa terhadap nilai-nilai indikator menunjukkan bahwa para kontraktor secara umum telah
menjalankan konsep conversion. Pembentukan hubungan kerjasama jangka panjang dengan pihak
subkontraktor dan supplier, serta pengadaan material strategis secara terpusat adalah upaya kontraktordalam SCM. Di sisi lain, implementasi konsep flow dan value dalam proyek konstruksi masih lemah.
Kata kunci: Kinerja, rantai pasok, proyek, konstruksi, konstruksi ramping, conversion, flow dan value
AbstractConstruction has not been considered as an efficient industry. The application of lean construction
principles, particularly the Supply Chain Management (SCM), is potential to improve the efficiency of
construction processes. Recent trends show the increasing role of owners in selecting the construction
supply chains on high-rise building projects. Owners prefer to deal with different partners using separate
contracts in order to increase value of their expenses. While this strategy has benefited owners, however,
an effective supply chain should also increase values for all the parties involved in the supply chain. The
effect of separating contract on supply chain performance has been contemplated; thus, the first step of
the study was to obtain a general portrayal of supply chain performance. Surveys to four high-rise
building construction sites in Jakarta, each had different characteristics, were conducted and by using
the previously developed performance indicators, a rough assessment on their performances has been
identified. The indicators include three aspects, namely, conversion, flow, and value. The findings
indicate that among the three issues, the concept of conversion is the most realized in construction
projects. The study also found that contractors maintain long term partnerships with subcontractors andsuppliers; furthermore, contractors have implemented central-based strategic material procurement.
Although flow andvalueconcepts have only been partially recognized, these findings demonstrated
that contractors had implemented strategies in line with supply chain management.
Keywords: Performance, supply chain, construction, projects, lean construction, conversion, flow andvalue
1. Latar BelakangProyek konstruksi bangunan gedung
bertingkat tinggi mencakup jumlah danjenis kegiatan yang banyak, tingkat
kompleksitasnya pun semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya penggunaan
berbagai fasilitas pendukung bangunanmodern. Kegiatan-kegiatan tersebutmembutuhkan keahlian khusus. Hal inimenyebabkan kebutuhan pemilahan lingkup
proyek menjadi paket-paket pekerjaan yang
-
7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung
2/12
Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 259
lebih kecil dan spesifik, dengan demikiantentunya melibatkan banyak pihak. Dalam
pembangunan bangunan gedung yangtipikal misalnya, sangat umum ditemukan
keterlibatan lebih dari lima puluhperusahaan kontraktor, subkontraktor, dan
pemasok. Keterlibatan banyak elemen akanmembentuk Supply Chain (SC) yang
kompleks.
Pengelolaan SC di industri konstruksisangat berpotensi sebagai suatu usaha
strategis untuk meningkatkan daya saingperusahaan di tengah semakin ketatnyapersaingan lokal, regional maupun global.Salah satu unsur penting pengelolaan SC
adalah struktur jaringan yang efektif,
karena sebuah SC yang efisien selayaknyadapat meningkatkan daya saing setiap
perusahaan yang menjadi bagian dari rantaitersebut.
Studi awal telah memetakan pola danproses pembentukan SC pada industrikonstruksi khususnya proyek bangunangedung di Indonesia ([1], [2]). Pada studitersebut teridentifikasi bahwa secara umum
pola SCbervariasi sejalan dengan adanyaperbedaan metoda kontrak yang digunakan
yaitu Kontrak Umum (GeneralContracting) dan Kontrak Terpisah
(Separate Contracting). Di samping itu,dijelaskan pula bahwa variasi juga terdapat
pada masing-masing pola umum, yangdisebut sebagai pola-pola khusus. Pola-polakhusus ini sesuai dengan fenomenapeningkatan keterlibatan pihak pemilik
dalam pengadaan material strategis padaproyek konstruksi.
Kajian awal tersebut perlu
ditindaklanjuti dengan studi-studi yangmengarah pada metoda pengelolaan SC,dalam lingkup supply chain management,dibutuhkan pengukuran kinerja yangberdasarkan pada suatu sistem indikator
yang relevan. Berbagai studi yang telahdilakukan ([3], [4], [5]) fokus pada industri
manufaktur, sedangkan untuk industrikonstruksi dikembangkan sepuluh indikatorkinerja SC yang disusun berdasarkan padatiga aspek utama lean construction yaitu
conversion, flow, dan value [6].
Dengan menggunakan indikator-indikator ini, empat lokasi proyek
konstruksi bangunan gedung telah disurveiuntuk mendapatkan gambaran karakteristik
kinerja proyek-proyek yang memilikibentuksupply chain yang berbeda.
2. Indikator Kinerja Supply ChainKonstruksi
Pengelolaan conversion dalamkonteks proyek konstruksi dapat dilakukandengan mengendalikan dan
mengoptimalkan penggunaan sumberdayasecara hirarkis, sehingga proses produksi
dari input menjadi output di proyek
konstruksi dapat berjalan dengan baik.Untuk pengelolaan flow dapat dilakukandengan meningkatkan sistem perencanaan
dan pengendalian proyek. Perencanaanyang baik dapat mengoptimalkan aktivitas
proses produksi yaitu fokus pada value-adding activities dan mengurangi nonvalue-adding activities. Dengan demikian,flow seluruh pekerjaan menjadi lancar.Penciptaan value yang sesuai dengan
keinginan konsumen merupakan prinsipdasar yang melingkupi semua tahapan
dalam proses produksi suatu produk. Dalamseluruh tahapan proses produksi, seluruhpihak yang terlibat selayaknya melakukanusaha-usaha ke arah pencapaian hasil akhir
yang sesuai dengan keinginan konsumen.
Menggunakan pertimbangan hasilidentifikasi jenis-jenis data tipikal yang
biasa dicatat pada proyek konstruksi olehperusahaan kontraktor besar, maka disusunsepuluh indikator yang dianggap relevandalam upaya pencapaian lean construction
[7]. Kesepuluh indikator tersebut berikutketerkaitannya dengan jenis data serta
konsep konstruksi ramping diuraikan padaGambar 1. Ada jenis data yang digunakan
untuk lebih dari satu indikator, yaitu catatanmengenai permintaan pembelian (purchaseorder) yang digunakan untuk indikatorkinerja supplier dalam memenuhi jadwalpengiriman material, dan indikator waktutenggang antara pemesanan danpengiriman. Berbagai indikator dapat
menggambarkan pemenuhan konsep-
konsep konstruksi ramping. Indikator
-
7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung
3/12
-
7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung
4/12
Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 261
melakukan pemecahan kontrak, sehinggaseluruh SC yang terdapat dalam proyek
konstruksi merupakan anggota SCkontraktor Y. Namun terdapat sedikit
perbedaan dengan yang terjadi pada ProyekA, pada tahap pelaksanaan konstruksi pada
Proyek B teridentifikasi adanya nominatedsub contractor terkait dengan ketersediaan
dana.
Kontraktor Y turut dilibatkan sejaktercapainya kesepakatan antara pihakowner
dengan pihak nominated subcontractor,untuk selarasnya irama kerja dengankontraktor utama selaku koordinatorkegiatan di lapangan. Untuk itu kontraktorY mendapat fee koordinasi dengan besaran
yang telah disepakati. Kontraktor utamaberkewajiban menyediakan fasilitas-
fasilitas untuk mendukung pelaksanaanpekerjaan seperti listrik, gudang material,peralatan kerja horizontal dan peralatankerja vertikal. Pihak nominated
subcontractor dikenakan biaya ataspenggunaan sumberdaya milik kontraktorutama. Selain itu juga terdapat pengadaanmaterial yang dilakukan oleh owner, akan
tetapi bukan merupakan material strategisdengan volume yang tidak terlalu besar.
Pola SC di proyek B dijelaskan padaGambar 3.
Proyek C
Proyek C adalah milik pihak swasta,yaitu proyek pembangunan apartemenberlokasi di Jakarta. Metoda kontrak yang
digunakan adalah kontrak terpisah yangmasing-masing bersifat lumpsum fixed
price. Kontraktor X merupakan salah satudari beberapa kontraktor yang memilikihubungan kontrak langsung dengan owner.Peran pemilik sangat besar dalampembentukan pola SC, terdapat hubungan
langsung antara pemilik dengan pihakpenyedia jasa lainnya selain kontraktor X
dan membentuk pola hubungan yang setaraantara pemilik proyek dengan pihak-pihakdibawahnya, yaitu kontraktor dansubkontraktor. Selain itu juga terjadinya
hubungan langsung pemilik proyek denganpihak kontraktor lain dan pihak penyediamaterial.
Gambar 1.Indikator Kinerja SC Konstruksi yang Relevan [7].
-
7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung
5/12
R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani
262 JURNAL TEKNOLOGI,Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269
Kontrak untuk pekerjaan struktur danpekerjaan arsitektur yang merupakan
lingkup pekerjaan kontraktor X dilakukansecara terpisah. Selain itu ada bagian
pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktorlain yang langsung berikatan kontrak denganowner, yaitu pekerjaan mekanikal danelektrikal dengan material yang dibeli atau
disediakan oleh pemilik (supplied by
owner). Di samping itu juga terindikasiadanya keterlibatan owner dalammenentukan pihak-pihak yang terlibat dalampelaksanaan pekerjaan nominated
subcontractor. Pengadaan material terutamauntuk pekerjaan arsitektur dilakukan olehowner antara lain adalah material keramik
dan perlengkapan sanitair. Pola SC diProyek C dijelaskan pada Gambar 4.
Keamanan, ketertiban dan kebersihan
lokasi pekerjaan. Terhadap pemakaiansegala fasilitas kontraktor Y sepertiperalatan kerja, listrik dan lain-lain olehpihak kontraktor lain dikompensasikan
sesuai dengan kesepakatan bersama. Pola SC
di Proyek D digambarkan pada Gambar 5.
Proyek D
Pemilik Proyek D adalah pihak swastayang membangun komplek apartemenberlokasi di Jakarta. Kontrak konstruksi
adalah kontrak terpisah dan bersifatlumpsum fixed price. Owner melakukanpemecahan kontrak terhadap beberapa
pengadaan barang maupun jasa yangdianggap potensial. Pengadaan materialpekerjaan arsitektur dilakukan oleh ownerantara lain material keramik, perlengkapan
sanitair, dan pintu kayu. Selain itu adabagian pekerjaan yang dikerjakan olehkontraktor lain yang langsung berikatankontrak dengan owner. Praktek pemecahan
kontrak ini dilakukan owner sebagai upaya
penghematan biaya konstruksi.
Kontraktor Y merupakan salah satu dari
beberapa kontraktor yang memilikihubungan kontrak langsung dengan owner.
Besaran tanggungjawab kontraktor Y hanyasebatas lingkup pekerjaan yang menjadikewajibannya. Terhadap pihak-pihak lainyang terlibat dalam proyek, kontraktor Y
hanya bertanggungjawab terhadap aspek.
Tabel 1.Data Umum Proyek Studi Kasus
Proyek A Proyek B Proyek C Proyek D
Penggunaan Gedung Rumah Sakit Perkantoran Apartemen Apartemen
KompleksitasBangunan
8 Lantai + 1Basement
6 Lantai + 1Basement
24 Lantai + 2Basement
4 Tower, masing-masing 34 Lantai +2 Basement
Pemilik Pemerintah Pemerintah Swasta SwastaPola Jaringan SC Pola Umum Pola Umum Pola Khusus Pola Khusus
Metoda Kontrak Umum Umum Terpisah Terpisah
Kontraktor Utama Kontraktor X Kontraktor Y Kontraktor X Kontraktor YSubkontraktorStruktur
6 Perusahaan 8 Perusahaan 10 Perusahaan 35 Perusahaan
SubkontraktorArsitektur
15 Perusahaan 22Perusahaan
39 Perusahaan
Subkontraktor M/E 6 Perusahaan 11Perusahaan
Kontraktor lain 10 PerusahaanPemasok/Supplier 32 Perusahaan 20
Perusahaan
22 Perusahaan 25 Perusahaan
Nominated SubContractor
Tidak Ada 1 Perusahaan 11 Perusahaan 1 Perusahaan
Material yangDisediakan Pemilik
Tidak Ada Karpet, IT,Soundsystem
M/E, Keramik,Saniter
Keramik, M/E,Saniter, Pintu
-
7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung
6/12
Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 263
Gambar 2.Pola SCpada Proyek A
TINGKATAN
ORGANISASI
PEMILIK PROYEK
KONTRAKTOR Y
PEKERJAAN STRUKTUR PEKERJAAN ARSITEKTUR
NSC PEKERJAAN IT
PROFESIONAL
SUBKONTRAKTOR
PEK. KERAMIK
ORGANISASITINGKAT1
ORGANISASITINGKAT2 KONSULTAN MANAJEMEN
KONSTRUKSI
KONSULTAN
PERENCANA
ORGANISASI
TINGKAT3
Material
SUBKONTRAKTOR
PEK. PLAFOND
Alat bantu
Tenaga Kerja
SUBKONTRAKTOR
PEK. M/E
Material
Alat bantu
Tenaga Kerja
Material Supplied
By Owner
Soundsistem
Profesional, IT,
Karpet
Alat bantu
Tenaga Kerja
SUBKONTRAKTOR
(MANDOR) PEK. DINDING
Alat bantu
Tenaga Kerja Material
Alat bantu
Tenaga Kerja
Gambar 3.Pola SCpada Proyek B
4. Pengukuran Kinerja SupplyChainSeperti telah dijelaskan pada Gambar 1,
terdapat sepuluh indikator yang dapat
digunakan untuk mendapatkan gambaranmengenai kinerja SC pada proyek konstruksi
studi kasus. Dengan konsep yangberdasarkan konstruksi ramping tersebut,
kesepuluh indikator dapat digunakan dengandefinisi dan formulasi sesuai dengan uraianpada Tabel 2.
Selanjutnya, pengukuran dilakukan pada
empat proyek konstruksi studi kasus.Pengukuran difokuskan pada pekerjaan
finishing arsitektur dengan sub pekerjaan:
pekerjaan dinding bata ringan, pekerjaan
plafond, pekerjaan pemasangan keramik danpekerjaan mekanikal-elektrikal. Pengadaan
material yang diamati adalah bata ringan,bata merah, plafond, keramik dan M/E.
Indikator-indikator pada Tabel 2digunakan untuk mengukur danmendapatkan gambaran mengenai kinerjaSC di Proyek A, B, C, dan D. Hasilpengukuran dijelaskan pada Tabel 3.
Merujuk pada Tabel 3, hasil pengukurandengan indikator-indikator nomor 4, 5, 6,
dan 7, menunjukkan nilai-nilai yangseragam pada ke-empat proyek studi kasus.Demikian pula pada indikator 10b yangtidak bervariasi nilainya pada semua proyek
yang diamati.
-
7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung
7/12
R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani
264 JURNAL TEKNOLOGI,Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269
Gambar 4.Pola SCpada Proyek
Gambar 5.Pola SCpada Proyek D
Nilai-nilai indikator 1 (intensitasperubahan/ revisi terhadap rencana kerja)
menunjukkan terjadinya perubahan rencanakerja yang hampir sama pada proyek-proyek (40-50 kali), kecuali Proyek C yangtidak mengalami banyak revisi (12 kali).Proyek D dengan kompleksitas yang tinggi
ternyata mengalami perubahan rencana
kerja yang hampir sama dengan jumlahkejadian pada Proyek A dan B. Secara
umum dapat dinyatakan bahwa, faktorperbedaan pola SC tidak terlaluberpengaruh terhadap nilai indikator ini.
Indikator 2 menjelaskan bahwa
intensitas kendala selama masa pelaksanaan
-
7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung
8/12
Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 265
pekerjaan yang terjadi pada proyek adalahsebanyak 30-40 kali selama waktu
pengamatan. Sama halnya dengan indikator1, pada Proyek C juga tidak terdapat
banyak masalah (8 kali) dibandingkandengan proyek-proyek lain walaupun
Proyek C cukup kompleks dan pola SCnyasangat dipengaruhi oleh pihak pemilik.
Intensitas rapat koordinasi (indikator 3)hampir sama pada setiap proyek, namunkhusus pada Proyek D yang mencakup
lingkup konstruksi yang besar, dilakukankoordinasi tambahan khusus untukmenangani urusan-urusan yang bersifateksternal terkait dengan pihak lain yang
terlibat dalam proyek tetapi bukan di bawah
koordinasi kontraktor utama.
Inventory material seperti ditunjukkan
pada indikator 8 tidak dipengaruhi olehpola SC pada tiap proyek, namun
merupakan implementasi dari kebijakanperusahaan kontraktor di tingkat pusat.
Kontraktor X yang menangani Proyek Adan C mengadakan persediaan material
sampai dengan 10% dari kebutuhanbulanan, sedangkan pada Kontraktor Y
dalam menangani proyek-proyekkonstruksinya membatasi persediaan
material antara 5% sampai 10%.
Keluhan dari pihak pemilik kekontraktor terjadi jauh lebih sering daripadatimbulnya keluhan dari kontraktor kesubkontraktor/ pemasok. Hal ini khususnya
terjadi pada Kontraktor Y, jumlah keluhansebanyak 44 kali dalam berhubungandengan pemilik pemerintah dan 33 kalidengan pemilik swasta. Pada Kontraktor X,
terjadi 15 kali keluhan dari pemilik pada
Proyek A yang pola SC-nya tradisional, danterjadi 25 kali keluhan dari pemilik padaproyek C yang pola SC-nya memang lebihterfragmentasi.
Tabel 2.Formulasi Indikator Kinerja SCProyek Konstruksi [6]
No Indikator Sumber Data Cara Perhitungan1 Intensitas perubahan/revisi
terhadap rencana kerjaVariation Orderatau ChangeOrder
Jumlah kejadian revisi
2 Intensitas kendala selamapelaksanaan pekerjaan
Daftar kendala yang terjadiselama masa pelaksanaan
Jumlah kejadian kendala
3 Intensitas rapat koordinasi antar
pihak yang terlibat
Data risalah jenis-jenis rapat
yang dilakukan selama masa
pelaksanaan
Jumlah seluruh jenis rapat
koordinasi
4 Intensitas defectpekerjaan Data catatan hasil pengawasanyang dilakukan proyek terkaitinspeksi dan tes terhadapsubkontraktor
(Jumlah kegagalan dalamtes/Jumlah inspeksi dan tes) x100%
5 Kinerja supplierdalammemenuhi jadwal pengiriman
material
Purchase Order (Jumlah kedatangan materialtidak tepat waktu/Jumlah
kedatangan material) x 100%6 Waktu tenggang (lead time)
antara pemesanan dan
pengiriman
Purchase Orderdan datamonitoring kedatangan material
(Jumlah kejadian lead time aktuallebih panjang daripada lead time
yang direncanakan/Jumlahkedatangan material) x 100%
7 Intensitas kejadian rejectmaterial
Data material reject (Jumlah kejadian reject/Jumlahkedatangan material) x 100%
8 Inventorimaterial Data inventory material digudang
(Volume material digudang/volume total material
yang dibeli) x 100%9 Keikutsertaan subkontraktor di
dalam perencanaan pelaksanaanCatatan keikutsertaansubkontraktor dalamperencanaan pelaksanaan
Kualitatif(ada/tidak ada keikutsertaannya)
10 Intensitas complaints dari ownerkepada kontraktor & darikontraktor kepada supplier
Daftarcomplaints yang terjadiselama masa pelaksanaan
Jumlah keluhan dari ownerkekontraktor + Jumlah keluhan darikontraktor ke pemasok
-
7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung
9/12
R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani
266 JURNAL TEKNOLOGI,Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269
Tabel 3.Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus [8]
Proyek A Proyek C Proyek B Proyek D
Kontraktor X Kontraktor Y
Pola Umum Pola Khusus Pola Umum PolaKhusus
No. Indikator
Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta
1 Intensitas perubahan/revisi terhadap
rencana kerja
59 kali 12 kali 48 kali 52 kali
2 Intensitas kendala selama pelaksanaanpekerjaan
43 kali 8 kali 35 kali 42 kali
3a Intensitas rapat koordinasi intern antarpihak yang terlibat
28 kali 20 kali 28 kali 28 kali
3b Intensitas rapat koordinasi ekstern antarpihak yang terlibat
28 kali 20 kali 28 kali 56 kali
3c Intensitas rapat koordinasi manajemenproyek dengan kantor pusat
28 kali 20 kali 28 kali 28 kali
3d Intensitas rapat koordinasi khusus 15 kali 2 kali 4 kali 8 kali
4 Intensitas defectpekerjaan < 2% < 2% < 2% < 2%
5 Kinerja supplierdalam memenuhi jadwalpengiriman material
100% 100% 100% 100%
6 Waktu tenggang (lead time) antarapemesanan dan pengiriman
0% 0% 0% 0%
7 Intensitas kejadian rejectmaterial < 2% < 2% < 2% < 2%8 Inventori material < 10% < 10% 5% - 10% 5% - 10%9 Keikutsertaan subkontraktor di dalam
perencanaan pelaksanaanTidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak
Ada10a Intensitas complaints dari owner kepada
kontraktor
15 kali 25 kali 44 kali 33 kali
10b Intensitas complaints dari kontraktorkepada supplier
1 kali 2 kali 2 kali 3 kali
5.
Kinerja Supply Chain MenujuImplementasi Konstruksi Ramping
Seperti telah dijelaskan pada Bagian 2,pengukuran kinerja SC ini secara khusus
dilakukan dalam konteks pencapaianpelaksanaan proyek yang berdasarkan padakonsep-konsep konstruksi ramping. Tigakonsep dasar konstruksi ramping menurut
Koskela [4] adalah conversion, flow,dan value.
Konsep ConversionPengelolaan conversion pada proyek
konstruksi diharapkan dapat meningkatkanefektifitas pelaksanaan proses produksi.
Terkait dengan konsep conversion initerdapat 4 indikator kinerja SC(Gambar 6).
Hasil pengukuran kinerja terhadap 4indikator yang mengarah pada konsepconversion menunjukkan bahwa kinerjakeempat proyek studi kasus cukup seragam.Hal ini sejalan dengan pertimbangan bahwa
baik Kontraktor X maupun Kontraktor Yadalah kontraktor BUMN besar yang telah
berpengalaman selama puluhan tahun.Segala upaya pencapaian konsepconversion telah secara rutin dilakukan
sesuai dengan kualitas kerja perusahaanyang telah memiliki prosedur standar
kegiatan-kegiatan operasional, termasukjuga kepemilikan sertifikat ISO. Keduakontraktor menjalankan proses konstruksisebaik-baiknya dan tidak terpengaruh
dengan pola SCproyek konstruksi.
Hal yang perlu dicatat adalah bahwa
indikator 9 (keiikutsertaan subkontraktordalam perencanaan pelaksanaan konstruksi)
tidak dijumpai pada semua proyek yangdiamati. Perencanaan pelaksanaan
konstruksi yang matang sebenarnya sangatdibutuhkan bagi kesuksesan proyek yangmeminimalkan penggunaan sumberdaya.Walaupun konsep ini telah disadari oleh
pihak kontraktor utama, namun belumditerapkan. Di Indonesia, secara umum
hubungan antara kontraktor utama dengansubkontraktor memang belum merupakan
hubungan yang bersifatpartnership.
-
7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung
10/12
Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 267
Konsep Flow
Upaya pengelolaan flow adalahmengidentifikasi dan meminimalisasikegiatan-kegiatan yang tidak menambahkan
nilai (non value-adding activities).Indikator-indikator 1, 2, 3, 5, 7, dan 8menggambarkan upaya-upaya tersebut
(Gambar 7).
Berdasarkan hasil pengukuran dapatdiketahui bahwa telah banyak perhatian dari
kedua kontraktor dalam menerapkankonsep flow dalam proses produksi
lapangan, terutama terkait dengankelancaran pasokan material. Kelancaran
pasokan material diupayakan dengan
pemesanan yang baik (waktu tenggang ataulead time yang cukup), sehingga pemasokdapat memenuhi jadwal pengirimanmaterial dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara,diketahui bahwa kelancaran pasokanmaterial didukung dengan penerapan
sistem kontrak payung untuk pengadaanmaterial-material strategis. Dengan kontrak
yang bersifat lebih jangka panjang,hubungan antara kontraktor dengan
pemasok menjadi lebih baik. Kontraktormendapatkan material dengan kualitas yang
lebih terjamin, serta kontraktor dapatmelakukan pengelolaan persediaan
(inventory) secara lebih optimal.
Kelancaran pasokan material jugadiupayakan dengan pengelolaan gudangyang mencakup pemeriksanaan danpencatatan mendetil setiap kedatanganmaterial sebelum masuk gudang dan setiap
pengeluaran material dari gudang.Kemudian, setiap hari pada akhir waktukerja juga dilakukan pemeriksaan danpencacatan sisa material oleh petugas
gudang. Pada setiap akhir bulan dilakukanpemeriksaan bersama menyeluruh
(opname) terhadap ketersediaan material.Jumlah material yang tersimpan di gudangpada akhir bulan diupayakan kurang dari10% pada Kontraktor X dan sekitar 5-10%
pada Kontraktor Y, dari nilai pembelianyang dilakukan pada bulan berjalan.
Gambar 6.Indikator Kinerja Supply Chain yang Terkait dengan Konsep Conversion
Gambar 7.Indikator Kinerja Supply Chain yang Terkait dengan Konsep Flow
-
7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung
11/12
R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani
268 JURNAL TEKNOLOGI,Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269
Gambar 8.Indikator Kinerja Supply Chain yang Terkait dengan Konsep Value
Kontraktor juga mengelola material sisapelaksanaan konstruksi. Perhitungankebutuhan dilakukan secara seksamadengan tujuan meminimalkan sisa material.Material sisa yang tidak dapat dihindari,
seperti sisa pengecoran beton, potongan-potongan besi, dan keramik dimanfaatkan
lagi sedemikian rupa sehingga tidakmenimbulkan permasalahan baru.
Konsep Value
Tujuan mendasar semua tahapan dalamproses produksi adalah penciptaan value
yang sesuai keinginan konsumen. Valuemerupakan nilai yang ditentukan olehkonsumen yang merupakan kebutuhan yangharus diterjemahkan secara spesifik yaitu
dalam spesifikasi teknis, batas waktu, dan
biaya sesuai kontrak. Proses penciptaanvalue ini didukung oleh proses conversiondan flow yang telah dibahas sebelumnya.
Terkait dengan konsep value, terdapat duaindikator yang digunakan seperti dijelaskan
pada Gambar 8.
Kegiatan pengendalian defect(pekerjaan yang tidak sesuai secara kualitas
dan kuantitas) telah dilakukan dengan baikoleh kedua kontraktor, pemeriksaan mutupekerjaan dilakukan oleh pengawas internalsehingga setiap defect yang ditemukan
langsung diperbaiki. Pemeriksaan kualitaspekerjaan pada proyek-proyek pemerintahbiasanya dilakukan secara terpadu padamasa akhir konstruksi, namun demikianpihak kontraktor selalu melakukanpemeriksaan periodik secara mandiri olehtim pengawas internalnya.
Jumlah keluhan dari pemilik kepadakontraktor utama cukup sering ditemui,
namun keluhan tersebut segera ditanganioleh kontraktor. Pemahaman kontraktor
terhadap definisi value masih terbatas pada
nilai-nilai yang tertera dalam kontrak.Namun, keinginan pihak pemilik tidakseluruhnya dapat disampaikan secaraeksplisit dalam dokumen kontrak, sehinggasejak sebelum dimulainya tahap konstruksi
perlu dilakukan komunikasi yang baikdengan pemilik untuk mengurangi potensi
kegagalan pencapaian value tersebut. Halini terutama penting diupayakan padaproyek-proyek konstruksi yang kompleksdan yang melibatkan banyak pihak serta
melibatkan banyak kontrak terpisah.
6. KesimpulanHasil pengukuran kinerja SC secara
terbatas terhadap empat proyek konstruksi
menunjukkan bahwa ditemui berbagai
upaya kontraktor sejalan denganpencapaian lean construction. Secaraumum, kinerja SCproyek cenderung relatif
lebih baik dalam pencapaian konsepconversion dibandingkan dengan konsepflow dan value. Kesimpulan ini tidakmengherankan karena konsep conversionadalah konsep yang paling tradisional danyang minimal harus secara optimaldilakukan oleh kontraktor untuk bertahan
dalam bisnis konstruksi. Kedua kontraktoryang diamati adalah perusahaan-perusahaan
yang telah puluhan tahun berkecimpung didunia konstruksi sehingga telah sangat baikmengimplementasikan konsep conversion.Sedangkan implementasi konsep flow danvalue lebih bersifat meningkatkan kinerja.
Hipotesa bahwa pola SC yang lebih
terfragmentasi akan cenderungmenghasilkan kinerja yang relatif lebihburuk daripada pola SC tradisional, tidakterbukti dalam studi kasus. Baik Kontraktor
X maupun Y, dalam menangani proyek
yang melibatkan peran pemilik yang besar
-
7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung
12/12
Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 269
(Proyek C dan D) tetap melakukan kinerjayang relatif sebanding dengan kinerja pada
proyek dengan pola SC tradisional (ProyekA dan B). Hal ini diduga karena kedua
kontraktor sudah biasa menangani proyek-proyek yang komplek, banyak pihak
terlibat, dan pemilik sangat berperan dalammemecah-mecah kontrak. Pada pelaksanaan
konstruksi bangunan bertingkat tinggimemang akhir-akhir ini sedang mengalamikecenderungan seperti demikian.
Hasil pengukuran yang telah dilakukan
tidak dapat secara langsungmengindikasikan kinerja proyek denganpola SC yang bagaimana yang lebih baik.Nilai-nilai indikator akan menjadi
bermakna apabila dilakukan suatupengukuran yang menyeluruh di industri
konstruksi. Nilai indikator suatu proyekakan bermakna apabila dibandingkandengan nilai indikator pada proyek yangditangani oleh perusahaan kompetitornya
(benchmarking).
Daftar Acuan
[1] Susilawati Studi Supply ChainKonstruksi pada Proyek Konstruksi
Bangunan Gedung, Tesis Magister,
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi,Program Studi Teknik Sipil, InstitutTeknologi Bandung (2005).
[2] Wirahadikusumah R. D., SusilawatiPola Supply Chain Konstruksi pada
Proyek Konstruksi Bangunan Gedung,
Jurnal Teknik Sipil ITB, Vol. 13 No. 3,Juli 2006, hal 107-122 (2006).
[2] Beamon, B. M. Measuring SupplyChain Performance, International
Journal of Operations and ProductionManagement, Vol. 19, No. 3, (1999).
pp. 275-292.[3] Koskela, L. Application of the New
Production Philosophy to the
Construction Industry, CIFE TechnicalReport No. 72, California Centre for
Integrated Facility Engineering,Stanford University (1992).
[4] Taweesak, T. PerformanceMeasurement System in Supply Chain
Activities, Burrapha University,
Thailand, http://www.bmc.buu.ac.th(2003).
[5] Noorlaelasari, Y. PengembanganIndikator Kinerja Supply Chain pada
Proyek Konstruksi Bangunan Gedung,Tesis Magister, Manajemen dan
Rekayasa Konstruksi, Program StudiTeknik Sipil, Institut Teknologi
Bandung (2008).[6] Wirahadikusumah, R., Soemardi,
B.W., Abduh, M., Kajian Hubungan
Antar Pihak yang Terlibat dalam
Rantai Pasok Proyek Konstruksi
Bangunan Gedung, Laporan AkhirRiset KK-ITB 2007, LPPM - Institut
Teknologi Bandung (2007).
[7]
Oktaviani, C. Z. Kajian Kinerja SupplyChain pada Proyek KonstruksiBangunan Gedung, Tesis Magister,
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi,Program Studi Teknik Sipil, Institut
Teknologi Bandung (2008).