gambaran pengetahuan ibu tentang diare pada …repository.poltekkes-kdi.ac.id/394/1/semua gabungan -...
TRANSCRIPT
i
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIAREPADA BALITA DI PUSKESMAS POASIA
KOTA KENDARITAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan PendidikanDiploma III Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Keperawatan
OLEH
SUHARTININIM: P00320130099
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
ii
iii
iv
M O T T O
Tak ada kata terlambat
Dalam mencari ilmu
Berfikir kritis dan kreatif
Bertindak bijaksana
Mengakui kekuasaan tuhan
Adalah kunci kesejahteraan dan kedamaian
Manusia tidak akan mungkin mencapai kesempurnaan
Karena tuhan jualah yang maha sempurna
Namun, inilah yang dapat kupersembahkan kepada
Kedua orang tuaku tercinta dan orang-orang yang mencintaiku
v
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
1. Nama Lengkap : SUHARTINI
2. NIM : NIM: P0032013099
3. Tempat Tanggal Lahir : Maros, 15 Nopember 1995
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
7. Alamat : Desa Iwoimendoro Kecamatan Basala,
Konsel.
B. Pendidikan
1. SD Negeri Iwoimendoro Tamat Tahun 2007
2. SMP Negeri 35 Konsel Kabupaten Konawe Selatan Tamat 2010
3. SMK Kesehatan Budimulia Kota Kendari Tamat Tahun 2013
4. Polteknik Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan 2013 sampai sekarang
vi
ABSTRAK
Suhartini, NIM. P0032013099, Gambaranpengetahuan ibu tentang diarepada Balita Puskesmas Poasia Kota Kendari, dibimbing oleh Lena Atoy danAkhmad. (xi + 55 halaman + 8 Tabel + 7 Lampiran). Diare adalah penyakit yangterjadi karena adanya perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi air besar,oleh karena itu perlnya diketahui tanda dan gejala serta penangana diare.Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku. Rumusan masalahpenelitian ini adalah bagaimana gambaranpengetahuan ibu tentang diare padaBalita Puskesmas Poasia Kota Kendari? Penelitian ini bertujuan untuk Untukmenggambarkanpengetahuan ibu tentang diare pada Balita Puskesmas PoasiaKota Kendari. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitianini berjumlah 64 ibu Balita dengan jumlah sampel sebanyak 32 responden yangdiambil secara kebetulan pada saat peneltian berlangsung dan bersedia menjadiresponden. Tehnik analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan disajikandalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwapengetahuan tentang tanda dan gejala penyakit diare kategori baik berjumlah 8responden (25,00%), kategori cukup berjumlah 4 responden (12,50%) dankategori kurang berjumlah 20 responden (65,50%), pengetahuan tentangpenanganan penyakit diare kategori baik berjumlah 3 responden (9,38%),kategori cukup berjumlah 4 responden (12,50%) dan kategori kurang berjumlah25 responden (78,12%), sehingga disimpulkan bahwa sebagian besar respondenmemiliki pengetahuan tentang penyakit diare kategori kurang berjumlah 23responden (71,88%) dan hanya sebagian kecil responden yang memilikipengetahuan kategori baik berjumlah 3 responden (9,38%). Disarankan kepadaPuskesmas untuk lebih meningkatkan penyuluhan kepada ibu tentang penyakitdiare sehingga dapat mengetahui tanda dan gejala penyakit diare dan bagaimanacara perawatan diare tanpa mengabaikan upaya pencegahannya.
Kata Kunci : Pengetahuan, tanda dan gejala, pencegahan diare, PuskesmasPoasia
Daftar Pustaka : 21 (2008-2015)
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulliah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas Rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini walaupun dalam bentuk yang sederhana, merupakan salah satu
syarat untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikanPendidikan Diploma III
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari dengan judul
”Gambaranpengetahuan ibu tentang diare pada Balita Puskesmas Poasia Kota
Kendari”.
Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat banyak
bantuan, bimbingan, arahan serta motivasi dari berbagai pihak secara moril
maupun materil. Penulismengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya khususnya kepada Ayahanda Amma dan Ibunda Sinaryang
telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan
pengorbanan tiada tara, buat kakakku; Kamal dan Saleh yang juga membantu dan
menghibur disaat penulis merasa lelah. Kesempatan ini pula penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kendari
2. Kepala Badan Riset Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah menerbitkan surat
izin penelitian
3. Ketua jurusan keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Kendari
viii
4. Ibu Lena Atoy, SST.,MPH, selaku pembimbing I, dan bapak Akhmad,
SST.,M.Kes selaku pembimbing II terima kasih atas waktunya untuk
memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
5. Dewan penguji Bapak Muslimin L. A.Kep.,S.Pd.,M.Si, selaku penguji I,
Bapak Taamu, A.Kep.,S.Pd.,M.Kes selaku penguji II dan ibu Anita Rosanty,
SST.,M.Kes selaku penguji III terima kasih atas masukan dan sarannya dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada nenekku rima,dan buat iparku
suri,suqnidan buat ponakanku reski,syahra
7. Dan buat sahabat-sahabatku
MIWARNI,NIAR,MADE,WHARDA,IRNA,HIKMA.dan tidak lupa juga
ucapkan kepada ASTI,RIDHA,ARDI,WENDY.
8. Dosen dan stafPolteknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kendari yang
telah membimbing dan membantu penulis selama menempuh pendidikan.
9. Kepala Puskesmas Poasia Kota Kendari yang telah memberikan izin tempat
penelitian
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan kritik dan saran dari Dosen
penguji sangat penulis harapkan.
Kendari Juli 2016
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. ii
MOTTO ...................................................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pengetahuan.................................................................... 6
B. Tinjauan Tentang Penyakit Diare ................................................................ 12
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pemikiran........................................................................................... 34
B. Kerangka Konsep Penelitian........................................................................ 34
C. Variabel Penelitian....................................................................................... 35
D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif................................................. 35
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 37
B. Waktu dan tempat Penelitian ....................................................................... 37
C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 37
x
D. Pengumpulan dan Cara Pengumpulan Data................................................. 38
E. Pengolahan Data .......................................................................................... 39
F. Analisis Data................................................................................................ 39
G. Penyajian Data ............................................................................................. 40
H. Etika Penelitian ............................................................................................ 40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 42
B. Pembahasan ................................................................................................ 45
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 54
B. Saran ............................................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Poasia BerdasarkanKelurahan Tahun 2015............................................................... 43
Tabel 5.2 Ketenagaan Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2015.......... 44
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di PuskesmasPoasia Kota Kendari Tahun 2016............................................... 44
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Puskesmas PoasiaKota Kendari Tahun 2016................................................. 45
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di PuskesmasPoasiaKota Kendari Tahun2016...............................................................
46
Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda dan gejala diare DiPuskesmas Poasia Kota KendariTahun 2016......................... 46
Tabel 5.7 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Posyandu DiPuskesmas Poasia Kota KendariTahun 2016.................................... 47
Tabel 5.8 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang diare Di Puskesmas PoasiaKota Kendari Tahun 2016................................................. 48
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat persetujuan menjadi responden
Lampiran 2. Lembar kuesioner
Lampiran 3. Surat izin penelitian dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Lampiran 4. Surat izin penelitian dari Badan Riset Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 5. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari Puskesmas Poasia
Kota Kendari
Lampiran 6. Master tabel penelitian
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam), dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cairan (setengan padat), dapat pula disertai frekuensi
defekasi yang meningkat (Haryono, 2012). Diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih
buang air besar dengan tinja yang encer atau cair (Ode, 2012).
Penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia
sampai saat ini. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita
setelah pneumonia. Diperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi setiap tahun
pada anak balita di seluruh dunia. Setiap tahun 1,5 juta anak balita meninggal
karena diare. Dari daftar urutan penyebaran kunjungan Puskesmas/Balai
Pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke
Puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare
diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia
diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap
tahunnya sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak di bawah
umur 5 tahun (±40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami
lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh
ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat
meninggal (Suraatmaja, 2014).
xiv
Jumlah penderita penyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana
kesehatan pemerintah dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar
1,5-2 juta. Jumlah ini adalah sekitar 10 % dari jumlah penderita yang datang
berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survei
rumah tangga diantara 8 penyakit utama, ternyata persentase penyakit diare
yang berobat sangat tinggi yaitu 72% dibandingkan 56% untuk rata-rata
penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan (Suraatmaja, 2014)
Berdasarkan data WHO tahun 2014, pada Weekly Morbidity and Mortality
Report (WMMR) IDP husting and crisis affected districts, Kyberpakhtunkhwa,
Pakistan, dilaporkan bahwa pada minggu ke-22 dari semua jumlah kunjungan
pasien 12% diantaranya adalah kasus penyakit diare dan dari semua jumlah
kunjungan pasien 23% diantaranya adalah balita, dimana yang menderita
penyakit diare adalah 9% dari semua jumlah kunjungan pasien balita.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 diare dan gastroenteritis
menempati urutan pertama pada pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat
inap di rumah sakit, dengan CFR 1,79%. Sedangkan data tahun 2013 jumlah
kasus diare sebanyak 3.902.992 kasus dan tahun 2014 sebanyak 8.490.976 kasus
atau meningkat sebesar 54,03% dari tahun sebelumnya (Kemenkes RI,2015).
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013
jumlah kasus diare sebanyak 10.331 kasus dan tahun 2014 sebanyak 25.430
kasus meningkat sebanyak 59,37% dari tahun sebelumnya. Namun, dari jumlah
tersebut tidak menimbulkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) walaupun
pada tahun 2014 dilaporkan yang meninggal disebabkan diare sebanyak 4 orang
atau Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,01% (Dinkes Sultra, 2015)
xv
Sedangkan untuk Kota Kendari persoalan diare masih merupakan masalah
yang dihadapi disemua Puskesmas yang ada di Wilayah Kota Kendari. Hal ini
diketahui pada tahun 2013 jumlah kasus diare sebanyak 6.400 kasus, 2.068
kasus (32.31%) diare pada umur 1-4 tahun, tahun 2014 jumlah kasus diare
sebanyak 5.398 kasus, 2505 kasus (46,40%) diare pada umur 1-4 tahun dan pada
tahun 2015 jumlah kasus diare sebanyak 5.038 kasus, 2.406 kasus (47,75%)
(Dinkes Kota Kendari, 2015)
Angka kejadian penyakit diare pada Balita di Puskesmas Poasia Kota
Kendari pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 731 kasus, 193 kasus (26,40%)
diantaranya dialami oleh usia Balita (1-4 tahun), tahun 2014 jumlah kasus
diare sebanyak 691 kasus, 251 kasus (36,32%) diantaranya dialami oleh usia
Balita (1-4 tahun) dan pada tahun 2015 jumlah kasus diare sebanyak 490
kasus dan 320 kasus (65,17%) diantaranya dialami oleh usia Balita (1-4
tahun) hal ini menunjukkan bahwa kasus diare di Puskesmas Poasia
mengalami peningkatan setiap tahunnya(Puskesmas Poasia, 2015),
Selanjutnya berdasarkan laporan Bulanan Puskesmas Poasia tahun 2016
periode Januari sampai dengan bulan April jumlah kasus diare
sebanyaksebanyak 216 kasus, sedangkan pada Balita (1-4 tahun) ditemukan
sebanyak 89 kasus diare (41,20%), jumlah Balita tercatat 64 orang
Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian diare di Puskesmas Poasia
Kota Kendari masih sangat tinggi. Penanganan diare perlu dilakukan dengan
tepat untuk menghindari terjadinya dehidrasi yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa
perilaku yang didasari dengan pengetahuan yang yang cukup, akan lebih
xvi
langgeng jika dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari dengan
pengetahuan yang cukup.
Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit diare pada balita, maka
ibu harus memasak air sampai mendidih sebelum diminum, mencuci tangan
Balita sebelum makan, tidak membiarkan anak Balitanya jajan sembarangan
karena makanan tersebut belum terjamin kebersihannya dan membiasakan
Balitanya untuk Buang air besar di Jamban Keluarga. Sikap di atas
merupakan upaya untuk mengurangi risiko kejadian diare pada Balita.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang Gambaranpengetahuan ibu tentang diare pada Balita Puskesmas
Poasia Kota Kendari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana
Gambaranpengetahuan ibu tentang diare pada Balita Puskesmas Poasia Kota
Kendari?“
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menggambarkanpengetahuan ibu tentang diare pada Balita
Puskesmas Poasia Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran pengetahuan ibu tentang tanda dan gejala
diare pada Balita Puskesmas Poasia Kota Kendari
xvii
b. Untuk memperoleh gambaran npengetahuan ibu tentang perawatan
diare dan pencegahan pada Balita Puskesmas Poasia Kota Kendari
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menjadi sumbangan ilmiah dalam memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan merupakan bahan acuan penelitian selanjutnya.
b. Sebagai aplikasi Ilmu dalam menambah wawasan dan pengetahuan
penulis tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit diare
2. Manfaat praktis
a. Sebagai masukan dan satu sumber Informasi bagi Puskesmas Poasia
Kota Kendari, tentang pengetahuan dan sikap ibu keluarga tentang
penyakit diare.
b. Sebagai informasi kepada masyarakat khususnya yang ada di Wilayah
Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tentang penyakit diare.
xviii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan indra. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan alat indra atau akalnya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat, didengar dan dirasakan
sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).
2. Proses adopsi
Penelitian Rogers (1974) dalam Maulana (2009) mengungkapkan
bahwa sebelum orang tersebut menghadapi perilaku baru (berperilaku
baru) dalam arti orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :
a. Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
b. Interest (merasa tertarik) dimana orang mulai tertarik kepada stimulus
atau obyek tersebut.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik buruknya tindakan terhadap
stimulus atau obyek tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial dimana orang telah melalui mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
xix
e. Adaptation, dimana obyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari perilaku baru atau adaptasi perilaku melalui
proses seperti itu, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama, pada perilaku itu sendiri
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: pendidikan, budaya,
perilaku, usia, dan sumber informasi (Maulana, 2009).
3. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup didalam Domain Kognitif dibagi
menjadi 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pada tingkat ini recall (mengingat kembali)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bagian yang
dipelajari/rangsang yang diterima, oleh sebab itu tingkat ini adalah yang
paling rendah.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami dilakukan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar yang dilakukan
dengan menjelaskan , menyebutkan contoh, dll.
xx
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi/penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan konteks/situasi lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi/suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lainnya.
e. Sintetis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan/menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru, dengan sintesis adalah kemampuan untuk
informasi-informasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini kaitanya dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi/penelitan terhadap suatu materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian/responden.
xxi
4. Cara memperoleh Pengetahuan
a. Cara tradisional
1) Coba dan salah (trial and error)
Dipakai sebelum adanya peradaban kebudayaan yang
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan bila kemungkinan tidak berhasil, dicoba kemungkinan
yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.
1) Cara kekuasaan (otoritas)
Sumber pengetahuan diperoleh dari pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan dan sebagainya. Prinsipnya orang lain menerima
pendapat dari orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih
dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik fakta
empiris atau penularan sendiri.
2) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dengan cara
mengulangi kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
3) Jalan Pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya. Baik melalui induksi maupun
deduksi, yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak
xxii
langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan,
dicari hubungan sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.
b. Cara modern (ilmiah)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat
ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Untuk memperoleh kesimpulan
dan melakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan
membuat pernyataan-pernyataan terhadap semua fakta, sehubungan
dengan objek penelitian (Maulana, 2009).
Dalam penelitian ilmiah, pengetahuan diperoleh berdasarkan
penelitian yang sistematis, objektif, terkontrol dan dapat diuji yang
dilakukan melalui metode deduktif dan induktif, selain itu metode
ilmiah selalu dapat mengoreksi sendiri (self correction) sehingga
pengetahuan yang diperoleh dapat selalu diperbaiki dan dikembangkan.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor internal
1) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang
dalam berfikir logis (Maulana, 2009).
2) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-
hal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas
xxiii
hidup. Oleh sebab itu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Maulana, 2009).
3) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan.Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
4) Pekerjaan
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu,
bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarganya (Maulana, 2009).
b. Faktor eksternal
1) Informasi
Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita
tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat.
Informasi memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun orang
tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, maka hal
ini akan dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut.
xxiv
2) Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
orang atau kelompok.(Maulana, 2009).
3) Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh sesuatu kebudayaan dalam hubunganya
dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami
proses belajar memperoleh sesuatu pengetahuan.
6. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) dalam Ariani (2014) pengetahuan
seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif, yaitu :
a. Pengetahuan baik : 76–100%
b. Pengetahuan cukup : 56-75%
c. Pengetahuan Kurang : <56
B. Tinjauan Tentang Diare
1. Pengertian diare
Diare adalah penyakit yang terjadi karena adanya perubahan
konsistensi feses selain dari frekuensi air besar. Seseorang dikatakan
diare apabia feses lebih besar dari biasanya atau bila buang air besar tiga
kali atau lebih, atau buang air besar yang berair atau tidak berdarah
dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011).
xxv
Diare adalah pengeluaran tinja dengan frekuensi yang tidak normal
dan konsistensi lembek atau cair.Berat ringannya diare tidak diukur dari
frekuensinya, tetapi berdasarkan kuantitas tinja yang dikeluarkan.Diare
sering menyebabkan tubuh kehilangan sebagian besar cairan dan
berbagai elektrolit sehingga mengganggu sistem keseimbangan cairan
tubuh. Tubuh dapat kekurangan cairan (dehidrasi) dan berakibat fatal
terlebih pada balita (Ngastiyah, 2011)
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya.Perubahan yang terjadi berupa
perubahan peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau
tanpa lendir darah, yaitu pada anak lebih dari 3 kali/hari dan pada
neonatus lebih dari 4 kali/hari.Menurut defenisi Hippocrates, diare adalah
buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Uripi, 2013).
2. Jenis-Jenis Diare
a. Diare Akut
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak
normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair
dan bersifat mendadak datangnya, dan berlangsung dalam waktu
kurang dari 2 minggu.
b. Diare Kronik
Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan
meningkatnya frekuensi buang air besar yang dapat berlangsung
xxvi
berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus menerus
atau berulang, dapat berupa gejala fungsional akibat suatu penyakit
berat. Banyak nama diberikan untuk diare kronik seperti persistent
diarrhea, protracted diarrhea, intractable diarrhea dan lain
sebagainya (Ngastiyah, 2011).
3. Etiologi Diare
Diare disebabkan oleh beberapa faktor yang berperan sekaligus
saling mempengaruhi:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
entenal sebagai berikut:
a) Infeksi bakteri
b) Infeksi virus
c) Infeksi parasit
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar pencernaan makanan.
b. Faktor malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbonhidrat
2) Malabsorpsi lemak
3) Malabsorpsi protein
c. Faktor makanan, seperti: makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan
d. Faktor psikologis, seperti rasa takut dan cemas.
xxvii
Kemajuan di bidang teknologi laboratorium telah mampu
mengidentifikasi kuman-kuman pathogen penderita diare sekitar 80%
pada kasus yang dating di sarana kesehatan dan mikroorganisme yang
dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi telah teridentifikasi.
Beberapa penyebab infeksi utama timbulnya diare antara lain golongan
parasit, bakteri, dan virus (Suharyono, 2008).
Virus terbanyak yang menyebabkan diare adalah rotavirus (40-
60%) sedangkan virus lainnya adalah virus Norwalk, Astovirus,
Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus, Enteric adenovirus. Bakteri yang
dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas, Bacilus cereus,
Campylobacter jejuni, Clostridium perfingens, Clostridium defficile,
Escherichia coli, Plesimonas shigeloides, Salmonella, Shigella,
Staphyloccus aereus, Vibrio parahaemolyticus, Yersinia entrecolitica.
Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli,
Capillaria phiplippinensis, Crytosporodium, Entomoba hystolitica,
Giardia Lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis
suihominis, Strongileides stercolis, dan trichhuris trichhiura (Olyfta. A,
2010).
Diare pada anak bisa disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti
malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, imunodefisiensi dan sebab lain.
Gangguan penyerapan (malabsorbsi) yang sering menyebabkan diare
adalah malabsorbsi karbohidrat, sedangkan pada bayi dan anak penyebab
tersering adalah karena intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan juga
xxviii
protein.Factor makanan, seperti keracunan makanan atau alergi terhadap
makanan tertentu juga dapat menimbulkan diare.Kondisi psikologis juga
dapat menimbulkan diare seperti rasa takut dan cemas, tetapi hal ini
jarang terjadi pada anak-anak (Suharyono, 2008).
4. Faktor yang berhubungan dengan kejadian Diare
Faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan kejadian diare pada
Balita adalah sebagai berikut:
a. Penjamu (Host)
1) Umur
Diare paling sering menyerang anak-anak, terutama usia
antara 6 bulan sampai 2 tahun. Juga umum terjadi pada bayi
bawah 6 bulan yang minum susu sapi atau susu formula. Bila
dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok
umur dengan insidensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4
tahun) yaitu 16,7%.4 Kejadian diare biasanya tinggi pada
kelompok umur muda dan tua (balita dan manula), rendah pada
kelompok umur remaja dan produktif (Kemenkes RI, 2011).
2) Jenis Kelamin
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada
anak yang lebih besar. Kejadian akut pada anak laki-laki hampir
sama dengan anak perempuan. Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar tahun 2007 insidensi diare menurut jenis kelamin hampir
xxix
sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada
perempuan(Kemenkes RI, 2011).
3) ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada
bayi baru lahir sampai bayi mencapai usia 6 bulan. Pemberian
ASI penuh akan memberikan perlindungan diare 4 kali dari pada
bayi dengan ASI disertai susu botol. Bayi dengan susu botol saja
akan mempunyai risiko diare lebih berat dan bahkan 30 kali lebih
banyak daripada dengan ASI penuh (Widoyono,2008).
4) Status Imunisasi
Berdasarkan laporan Ditjen PPM dan P2LP tahun 2005
bahwa diare sering timbul menyertai campak juga dapat
mencegah diare.Oleh karena itu, anak harus segera diberi
imunisasi campak setelah berumur 9 bulan (Widoyono, 2008).
5) Status Gizi
Pada anak dengan malnutrisi, serangan diare terjadi lebih
sering dan lebih lama.Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin
sering dan semakin berat diare yang dideritanya.Diduga bahwa
mukosa yang kurang gizi sangat peka terhadap infeksi.Diare dapat
terjadi pada keadaan kekurangan gizi, seperti pada kwashiorkor,
terutama karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan
di usus (Ngastiyah, 2011).
b. Agent
xxx
1) Peradangan Usus
a) Bakteri, seperti :Escherichia coli, Salmonella typhi,
Salmonella Paratyphi A, B, C, Shigella flexneri, Vibrio
cholera, vibrio eltor, vibrio parahemolyticus, Clostridium
perferingens, Campilabacter, Staphilococcus, Coccidiosis.
b) Parasit, seperti : Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonashominis isospora), cacing (Ascaris
lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Necator americanus,
Trichuris trichiura, Vermicularis, Taenia saginata, Taenia
solium), jamur (candida).
c) Virus, seperti :Rotavirus,Farvovirus, Adenovirus, Norwalk.
d) Alergi makanan
e) Sindroma malabsorpsi : malabsorpsi karbohidrat, lemak, dan
protein.
f) Keracunan makanan dan minuman yang disebabkan bakteri
(Clostridium bottulinus, staphylococcus) atau bahan kimia.
g) Alergi, misalnya tidak tahan pada makanan tertentu seperti
susu kaleng atau susu sapi.
h) Kekurangan Energi Protein (KEP)
2) Immunodefisiensi terutama Sig A (secretory immunoglobulin A)
yang mengakibatkan berlipat gandanya bakteri/flora usus dan
jamur terutama Candida.
xxxi
3) Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
c. Lingkungan (Environment)
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan.Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak
sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan kejadian penyakit diare (Kemenkes RI, 2011).
5. Penularan Diare
Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman
seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal
terjadi dengan mekanisme berikut ini :
a. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat
terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar,
baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke
rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan.
b. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus
atau bakteri dalam jumlah yang besar. Bila tinja tersebut dihinggapi
oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan,
maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang
memakannya.
c. Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga
kebersihannya, tidak memakai sabun pada saat mencuci alat-alat
xxxii
makan dan minum, mencuci pakaian penderita di sekitar sungai dan
sumber air lainnya (Widoyono, 2008).
6. Tanda dan Gejala Penyakit Diare
Mula-mula bayi/anak akan menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
meningkat, nafsu makan berkurang/tidak ada kemudian timbul diare.
Tinja cair dapat disertai darah lendir, warna tinja kehijau-hijauan karena
tercampur empedu.Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja semakin lama semakin asam akibat banyaknya asam
laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak diabsorpsi oleh
usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare disebabkan
oleh lambung yang meradang dan akibat gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit, maka terjadilah dehidrasi, berat badan menurun,
ubun-ubun besar dan cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir
berkurang dan kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan dan elektrolit yang hilang, derajat
dehidrasi dapat dibagi menjadi :
a. Diare tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel,
masih bisa bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak
terlalu berat, anak masih mau makan dan minum seperti biasa.
b. Diare dengan dehidrasi ringan, kehilangan cairan sampai 5% dari
berat badan dengan gejala sebagai berikut : keadaan umum baik dan
xxxiii
sadar, mata normal dan air mata ada, mulut dan lidah basah, tidak
terasa haus, turgor kulit kembali cepat.
c. Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari
berat badan dengan gejala sebagai berikut : kadang-kadang muntah,
terasa haus, gelisah dan mengantuk, aktivitas menurun, mata cekung,
mulut dan lidah kering, nadi lebih cepat, ubun-ubun cekung.
d. Diare dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% dari
berat badan dengan gejala sebagai berikut : muntah lebih sering,
tersa haus sekali, tidak kencing, tidak ada nafsu makan, sangat lemah
sampai tidak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering, nafas
sangat cepat dan dalam, nadi sangat cepat, lemah atau tidak teraba,
ubun-ubun sangat cekung (Erlan, 2009).
7. Komplikasi Diare
Kehilangan cairan dan elektrolit yang secara mendadak dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi, yaitu :
a. Dehidrasi : ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, dan hipertonik.
b. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang
(keluarnya elektrolit melalui tinja).
c. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.
d. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
xxxiv
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang,
pengeluaran bertambah).
8. Pencegahan Diare
a. Pencegahan Primer (Primary Prevetion)
Pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama ini
dilakukan pada masa prepatogenesis dengan tujuan untuk
menghilangkan faktor risiko terhadap diare. Adapun tindakan-tindakan
yang dilakukan dalam pencegahan primer yaitu :
1) Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya.ASI
turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru
lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui
mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Kemenkes RI,
2011).
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan
pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih
xxxv
besar.Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.
Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan
risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya
gizi buruk (Kemenkes RI, 2011).
2) Pemberian Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi
secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa.
Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi
sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat
menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun
penyakit lain yang menyebabkan kematian (Kemenkes RI, 2011).
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara
pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu :
a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6
bulan tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan
macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih.
Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak
berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak
dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI
bila mungkin.
b) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur
dan biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu,
telur, ikan, daging, kacang–kacangan, buah-buahan dan
xxxvi
sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan
sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta
menyuapi anak dengan sendok yang bersih.
c) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan
sisa makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan
dengan benar sebelum diberikan kepada anak (Kemenkes RI,
2011)
3) Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan
memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar
dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Kemenkes
RI, 2011).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang
benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil
dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air
bersih (Kemenkes RI, 2011).
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan
diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi
air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah (Kemenkes RI, 2011).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
xxxvii
a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari
hewan, membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter
dari sumber yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali
parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari
sumber.
c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan
gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil
air.
d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan.
(Kemenkes RI, 2011)
4) Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan
perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah
mencuci tangan.Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah
buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare
(Kemenkes RI, 2011).
5) Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam
penurunan resiko terhadap penyakit diare.Keluarga yang tidak
xxxviii
mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus
buang air besar di jamban (Kemenkes RI, 2011).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan
dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b) Bersihkan jamban secara teratur.
c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke
tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh
dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta
lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar
tanpa alas kaki. (Kemenkes RI, 2011)
6) Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak
berbahaya.Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula
menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi
harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus
diperhatikan:
a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus
dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di
kakus.
b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah
yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam
kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di
xxxix
atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan
buang ke dalam kakus.
c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci
tangannya. (Kemenkes RI, 2011)
7) Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting
untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak.Anak
yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare.Oleh karena itu
berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
b. Pencegahan Sekunder (Secundary Prevention)
Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dan pengobatan yang
tepat.Pada pencegahan sekunder, sasarannya adalah mereka yang
terkena penyakit diare. Upaya yang dilakukan adalah:
1) Segera setelah diare, berikan penderita lebih banyak cairan
daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan yang
dianjurkan, seperti larutan oralit, makanan yang cair (sup, air tajin)
dan kalau tidak ada berikan air matang.
2) Jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan
padat lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan cair.
3) Beri makanan sedikitnya 6 kali sehari untuk mencegah kurang gizi.
Teruskan pemberian ASI bagi anak yang masih menyusui dan bila
anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan.
xl
4) Segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila tidak membaik
dalam 3 hari atau menderita hal berikut yaitu buang air besar cair
lebih sering, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan
atau minum sedikit, dengan atau tinja berdarah.
5) Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain,
maka berikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap
mengutamakan rehidrasi.
c. Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention)
Sasaran pencegahan tertier adalah penderita penyakit diare
dengan maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau
terjadi komplikasi.Bahaya yang dapat diakibatkan oleh diare adalah
kurang gizi dan kematian.Kematian akibat diare disebabkan oleh
dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari tubuh.
Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk
keadaan gizi yang telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama
diare biasanya penderita susah makan dan tidak merasa lapar sehingga
masukan zat gizi berkurang atau tidak ada sama sekali. Upaya yang
dilakukan dalam pencegahan tertier ini adalah:
1) Pengobatan dan perawatan diare dilakukan sesuai dengan derajat
dehidrasi. Penilaian derajat dehidrasi dilakukan oleh petugas
kesehatan dengan menggunakan tabel penilaian derajat dehidrasi.
Bagi penderita diare dengan dehidrasi berat segera diberikan cairan
intarvena dengan Ringer Laktat.
xli
2) Berikan makanan secukupnya selama serangan diare untuk
memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat
dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
3) Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan
selama dua minggu untuk membnatu pemulihan penderita. (Erlan.
1999)
9. Penatalaksanaan diare
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita
adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang
didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO.
Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi
akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program
LINTAS DIARE yaitu:
a. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai
dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan
bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah
sayur, air matang.Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit
yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi
rasa mual dan muntah.Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi
penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.Bila penderita
xlii
tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus.Pemberian oralit didasarkan
pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
1) Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
2) Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
3) Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas untuk di infus. (Kemenkes RI, 2011)
Tabel 1Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur
UmurJumlah oralit
yang diberikantiap BAB
Jumlah Oralit yang disediakan dirumah
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
Sumber : Kemenkes RI, 2011
xliii
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan
sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian
dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak yang lebih besar dapat
minum langsung dari gelas.Bila terjadi muntah hentikan dulu
selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1
sendok setiap 2-3 menit.Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai
dengan diare berhenti (Latif, 2014).
b. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam
tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan
mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi
lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air
besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan
kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.Berdasarkan bukti ini semua
anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
1) Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.
2) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
xliv
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah
berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok
makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare
(Kemenkes RI, 2011).
c. Pemberian ASI / Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan
gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan.Anak yang masih minum
ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula
juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan
makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan
lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan
(Latif, 2014).
d. Pemberian antibiotik hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), suspek kolera.Obat-obatan anti diare juga tidak
boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak
bermanfaat.Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah
berat.Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan
xlv
status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping
yang berbahaya dan bisa berakibat fatal.Obat anti protozoa digunakan
bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amoeba, giardia) (Latif,
2014).
e. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan
erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:
1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a) Diare lebih sering
b) Muntah berulang
c) Sangat haus
d) Makan/minum sedikit
e) Timbul demam
f) Tinja berdarah
g) Tidak membaik dalam 3 hari.
xlvi
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pemikiran
Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah
pneumonia. Diperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi setiap tahun pada anak
balita di seluruh dunia. Setiap tahun 1,5 juta anak balita meninggal karena
diare. Dari daftar urutan penyebaran kunjungan Puskesmas/Balai Pengobatan,
hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke Puskesmas.
Penanganan diare perlu dilakukan dengan tepat untuk menghindari terjadinya
dehidrasi yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat
Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku yang didasari dengan pengetahuan yang
yang cukup, akan lebih langgeng jika dibandingkan dengan perilaku yang
tidak didasari dengan pengetahuan dan sikap yang cukup.
B. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan alur pikiran peneliti, maka dapat dibuat sebuah kerangka
penelitian seperti tampak pada gambar berikut:
xlvii
Variabel independent Dependent
Pengetahuan Tentang Diare
Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
Gambar 1: Kerangka Konsep Penelitian
C. Variabel Penelitian
1. Variabel independent atau sering disebut variabel bebas yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu.
2. Variabel Dependent atau sering disebut variable terikat yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah penyakit diare.
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1. Penyakit Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair.
2. Balita yang dimaksud dalam penelitian ini anak yang berumur antara 1-5
tahun yang diare dan berkunjung di Puskesmas Poasia Kota Kendari
Pengetahuan ibu Balita TentangTanda dan gejala penyakit Diare
Penyakit Diare
Pengetahuan ibu Balita TentangPerawatan dan pencegaha Diare
xlviii
3. Pengetahuan ibu Balita tentang tanda dan gejala penyakit Diare dimaksud
dalam penelitian ini adalah pengetahuan responden (ibu Balita) tentang
gejala, atau tanda-tanda penyakit diare pada Balita yang diukur dengan
menggunakan pertanyaan sebanyak 5 item, jika jawaban benar diberi skor
1 dan jika jawaban salah diberi skor 0
Kriteria obyektif:
Pengetahuan baik : Bila responden memperoleh nilai 76 –
100%
Pengetahuan cukup : Bila responden memperoleh nilai 56-75%
Pengetahuan Kurang : Bila responden memperoleh nilai < 56
4. Pengetahuan ibu tentang pengetahuan perawatan Diare dan pencegaha
dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan responden (ibu Balita)
tentang perawatan diare pada Balita yang diukur dengan menggunakan
pertanyaan sebanyak 10 item, jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika
jawaban salah diberi skor 0
Kriteria obyektif:
Pengetahuan baik : Bila responden memperoleh nilai 76 –
100%
Pengetahuan cukup : Bila responden memperoleh nilai 56-75%
Pengetahuan Kurang : Bila responden memperoleh nilai < 56
xlix
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk
memperoleh gambaranpengetahuan ibu tentang diare pada Balita Puskesmas
Poasia Kota Kendari.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian inidilaksanakan di Puskesmas Poasia Kota Kedari
2. Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 20 sampai dengan tanggal
24 Juni Tahun 2016.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibuBalita yang
berkunjung di Puskesmas Poasia Kota Kendari periode Januari-Februari
berjumlah 64 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari Populasi. Sampel dalam penelitian ini
adalah Ibu Balita yang berkunjung di Puskesmas Poasia yang diambil
l
sebesar 50% dari jumlah Populasi. Menurut Notoatmodjo (2010), apabila
jumlah populasi > 100, maka sampel dapat diambil 10%-30%, dan apabila
jumlah populasi < 100, maka sampel dapat diambil 50%-30%, sehingga
jumlah sampel dalam penelitian ini diambil 50% x 64 Balita = 32 sehingga
jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32responden
Tehnik penarikan sampel dilakukan dengan metodeAccidental
Sampling, yaitu yang dijadikan responden adalah ibu Balita yang
berkunjung di Puskesmas Poasia pada saat penelitian berlangsung dan
cocok serta bersedia dijadikan responden
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data
sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari responden
melalui pengisian lembar kuesioner yang meliputi data
tentangkarakteristik responden dan gambaran pengetahuan dan sikap
ibu tentang penyakit diare pada Balita
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang di ambil dari instansi terkait yang
berhubungan dengan penelitian seperti data penyakit diare dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Kesehatan Kota
Kendari dan Puskesmas Poasia Kota Kendari
li
2. Cara pengumpulan data
Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan lembar kuesioner yang berisi tentang daftar pertanyaan
untuk dijawab oleh responden tentang penyakit diare.
E. Pengolahan Data
Pengolahan data yang diperoleh dari Kuesioner dan hasil pengamatan di
lapangan diolah menggunakan program komputer. Langkah-langkah
pengolahan data meliputi:
1. Editing yaitu dilakukan untuk mengisi setiap daftar pernyataan yang sudah
di isi. Editing meliputi kelengkapan pengisisan, kesalahan pengisian, dan
konsistensi pada setiap jawaban.Hal ini dilakukan dilapangan.
2. Coding yaitu memberikan kode pada setiap jawaban yang ada dengan
maksud memudahkan untuk menganalisa.
3. Skoringyaitu perhitungan secara manual dengan menggunakan kalkulator
untuk mengetahui presentase setiap variabel yan diteliti.
4. Tabulasi yaitu kelanjutan dari proses pengolahan dalam hal ini setelah data
disebut koding dan kemudian ditabulasi agar dapat mempermudah
penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi.
F. Analisa Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif pada masing-masing variabel.
Dalam distribusi frekuensi digunakan analisis persentase sebagai berikut:
lii
P = xKn
f(Ariani 2014 )
Keterangan:
P = Persentase
f = frekuensi
n = Jumlah sampel
K = Konstanta
G. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian
dinarasikan.
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian
yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia
(Hidayat, 2009). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Persetujuan menjadi responden (Informed Consent)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan.Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
liii
responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud
dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan.Jika responden tidak
bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden (Hidayat, 2009).
2. Tanpa nama(Anonymity)
Masalah etika penelitian kesehatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2009).
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
liv
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Puskesmas Poasia terletak di Kecamatan Poasia Kota kendari,
sekitar 9 KM dari Kantor Walikota Kendari.Luas wilayah kerja
Puskesmas Poasia sekitar 4.175 Ha atau 44.75. KM atau 15,12 % dari
luas daratan Kota Kendari. Sebagian besar wilayah kerja merupakan
dataran rendah dan sebagian merupakan perbukitan sehingga sangat
ideal untuk pemukiman.Di bagian utara berbatasan dengan Teluk
Kendari yang sebagian besar berupa hamparan empang. Pada bagian
barat yang mencakup 2 kelurahan (Kelurahan Anduonohu dan
Kelurahan Rahandouna) Adapun batas Wilayah kerja Puskesmas Poasia
adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu
b. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Poasia pada tahun
2015 sebanyak 27.058 jiwa yang tersebar di 4 wilayah kelurahan. Untuk
lebih jelasnya dapat disajikan
lv
Tabel. 5.1Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Berdasarkan Kelurahan Tahun 2015
No Kelurahan Pria Wanita Total
1 Anduonohu 5.045 4.955 10.000
2 Rahandouna 5.579 5.273 10.8523 Anggoeya 2.322 2.413 4.9454 Mata bubu 645 616 1.261
Total 13801 12481 27058
Sumber: Profil Puskesmas Poasia, 2015
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 27058 jiwa yang ada di
Wilayah kerja Puskesmas Poasia, yang terdiri dari pria sebanyak 13.801
dan wanita sebanyak 12.481 jiwa.
c. Sarana kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Poasia terdiri dari:
a. Puskesmas perawatan : 1 unit
b. Puskesmas pembantu : 2 unit
c. Pondok bidan : 4 unit
d. Posyandu : 16 unit
e. Poyandu Lansia : 4 unit
1) Tenaga kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Poasia Kota
Kendari dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
lvi
Tabel 5.2Ketenagaan Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2015
No Jenis Ketenagaan n %123456789101112131415
Dokter umumDokter gigiS1 KeperawatanKesehatan MasyarakatPerawatPerawat gigiBidanTenaga GiziSanitarianSMASPPMApotekerLaboranAsisten ApotekerGizi
534134312075214236
4,22,53,410,936,10,816,85,94,21,70,83,41,72,55,0
Jumlah 119 100Sumber: Profil Puskesmas Poasia, 2015
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 119 tenaga kesehatan yang
di Puskesmas Poasia, sebagian besar adalah tenaga perawat sebanyak
43 orang (36,1%) dan sebagian kecil adalah tenaga perawat gigi dan
SPPM masing-masing 1 orang (0,8%).
2. Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 5.3Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Di Puskesmas Poasia Kota KendariTahun 2016
No Kelompok Umur f %1234
20-24 tahun25-30 tahun31-35 tahun36-40 tahu
51593
15,6246,8828,139,37
Jumlah 32 100,00Sumber: Data Primer Diolah Juni, 2016
lvii
Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa dari 32 responden ibu
Balita yang diteliti, sebagian besar responden memiliki kelompok umur
25-30 tahun berjumlah 15 responden (46,88%), dan sebagian kecil
responden ibu Balita memiliki kelompok kelompok umur antara 36-40
tahun berjumlah 3 responden (9,37%).
b. Pendidikan
Distribusi pendidikan responden dalam penelitian dapat disajikan
pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.4Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Puskesmas
PoasiaKota Kendari Tahun 2016
No Pendidikan f %1234
SDSMPSMAPT
57146
15,6221,8843,7518,75
Jumlah 32 100,00Sumber: Data Primer Diolah Juni, 2016
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa dari 32 responden ibu
Balita yang diteliti, sebagian besar responden memiliki pendidikan
SMA berjumlah 14 responden (43,75%), dan hanya sebagian kecil yang
memiliki pendidikan SD berjumlah 5 responden (15,62%).
c. Pekerjaan
Distribusi pekerjaan responden dalam penelitian dapat disajikan
pada tabel di bawah ini.
lviii
Tabel 5.5Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Puskesmas
PoasiaKota Kendari Tahun 2016
No Pekerjaan f %123
IRTWiraswastaPNS
2516
78,133,1318,74
Jumlah 32 100,00Sumber: Data Primer Diolah Juni, 2016
Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa dari 32 responden ibu
Balita yang diteliti, sebagian besar responden tidak bekerja (IRT)
berjumlah 25 responden (78,13%), dan hanya sebagian kecil yang
memiliki pekerjaan wiraswasta masing berjumlah 1 responden (1,13%).
3. Variabel penelitian
a. Pengetahuan tentang tanda dan gejala diare
Distribusi pengetahuan responden tentang tanda dan gejala diare
dalam penelitian dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.6Distribusi Pengetahuan Responden TentangTanda dan gejala
diareDi Puskesmas Poasia Kota KendariTahun 2016
No Pengetahuan tentang tandadan gejala diare
f %
123
BaikCukupKurang
8420
25,0012,5062,50
Jumlah 32 100,00Sumber: Data Primer Diolah Juni, 2016
Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 32 responden yang
diteliti, sebagian responden yang memiliki pengetahuan tentang tanda
dan gejala diare kategori kurang berjumlah 20 responden (62,50%),
kategori baik berjumlah 8 responden (25,00%) dan hanya sebagian
lix
kecil responden memiliki pengetahuan kategori cukup berjumlah 4
responden (12,50%).
b. Pengetahuan tentang perawatan diare
Distribusi pengetahuan tentang perawatan diare dalam penelitian
dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.7Distribusi Pengetahuan Responden TentangPerawatan Diare
Di Puskesmas Poasia Kota KendariTahun 2016
NoPengetahuan
TentangPerawatan Diare f %
123
BaikCukupKurang
3425
9,3812,5078,12
Jumlah 32 100,00Sumber: Data Primer Diolah Juni, 2016
Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa dari 32 responden yang
diteliti, responden besar responden memiliki pengetahuan tentang
perawatan diare kategori kategori kurang berjumlah 25 responden
(78,12%), kategori cukup berjumlah 4 responden (12,50%) dan
sebagian kecil responden memiliki pengetahuan tentang perawatan
diare kategori baik berjumlah 3 responden (9,38%).
c. Pengetahuan ibu tentang diare
Distribusi pengetahuan ibu tentang diare dalam penelitian dapat
disajikan pada tabel di bawah ini.
lx
Tabel 5.8Distribusi Pengetahuan Responden Tentang diare Di Puskesmas
PoasiaKota Kendari Tahun 2016
No Pengetahuan Tentang diare f %123
BaikCukupKurang
3623
9,3818,7471,88
Jumlah 32 100,00Sumber: Data Primer Diolah Juni, 2016
Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa dari 32 responden yang
diteliti, sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan tentang
diare kategori cukup berjumlah 23 responden (71,88%), pengetahuan
kategori cukup berjumlah 6 responden (18,74%) dan sebagian kecil
responden memiliki pengetahuan tentang kategori baik berjumlah 3
responden (9,38%).
D. Pembahasan
1. Pengetahuan tentangtanda dan gejala diare
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviort).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada tabel 5.6 bahwa
sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan tentang tanda dan
gejala diare kategori kurang berjumlah 20 responden (65,50%), hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan tentang tanda dan gejala diare ini
masih sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya
responden yang memiliki pendidikan SD sebesar 15,63% dan SMP
lxi
sebesar 21,88%. Selain itu, masih kurangnya pengalaman ibu Balita
tentang penyakit diare, sehingga responden ibu masih banyak yang
belum mengetahui tanda dan gejala diare walaupun telah memiliki
pendidikan seperti SMA maupun perguruan tinggi. Pengetahuan tentang
tanda dan gejala diare sangat diperlukan untuk mendeteksi terjadinya
diare pada Balita.
Sebagian kecil responden memiliki pengetahuan tentang tanda
dan gejala diare kategori baik dan cukup masing-masing berjumlah 8
responden (25,00%) dan 4 responden (12,50%) ini menunjukkan bahwa
responden telah mengetahui tentang tanda dan gejala diare dengan baik
karena didukung oleh responden telah memiliki pendidikan yang tinggi
seperti SMA sebesar 43,75%, dan perguruan tinggi sebesar 18,75%,
sehingga berdampak pada tingkat pengetahuan responden terhadap tanda
dan gejala diare.
Hal ini sesuai dengan pendapat Maulana (2009) bahwa pendidikan
diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab
itu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan
lxii
Selain itu, dalam mengadopsi pengetahuan diantaranya adalah
Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek), kemudian adanya
ketertarikan dimana orang mulai tertarik kepada stimulus atau obyek
tersebut dalam hal ini penyakit diare khususnya dalam mengenali tanda
dan gejala, dimana diketahui bahwa kondisi terburuk yang disebabkan
oleh diare adalah kematian pada Balita.
Peningkatan pengetahuan tentang tanda dan gejala diare ini tidak
terlepas dari peran petugas kesehatan yang telah memberikan
memberikan pemahaman kepada ibu-ibu baik di Puskesmas maupun
pada saat kegiatan Posyandu, serta kesadaran masyarakat itu sendiri
untuk menerima informasi yang diperoleh.
2. Pengetahuan tentangperawatan diare
Pengetahuan tentang perawatan diare seharusnya dipahami oleh
setiap ibu Balita dan masyarakat sebagai langkah awal dalam penanganan
diare sebelum Balita penderita diare mengalami hal-hal yang lebih parah.
Berdasarkan hasil penelitian menjukkan pada tabel 5.7 bahwa
sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang
perawatan diare berjumlah 25 responden (78,12%), ini menunjukkan
bahwa sebagian masih ada responden yang masih kurang memahami
tentang perawatan diare yang disebabkan masih kurangnya pengalaman
dan informasi tentang bagaimana cara merawat penderita diare pada
lxiii
Balita. Oleh karena itu pihak Puskesmas Poasia harus melakukan
penyuluhan kepada masyarakat tentang perawatan diare.
Sebagian kecil responden memiliki pengetahuan tentang tanda
dan gejala diare kategori baik berjumlah 3 responden (9,38%) dan
pengetahuan kategori cukup berjumlah 4 responden (12,5%), ini
menunjukkan bahwa responden telah mengetahui tentang perawatan
diare dengan baik karena didukung oleh sebagian besar responden telah
memiliki, pengalaman dan pendidikan yang tinggi sehingga berdampak
pada tingkat pengetahuan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Maulana (2009) bahwa
pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Oleh
sebab itu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan tentang
Perawatan diare masih ada yang belum mengetahuinya, hal ini
disebabkan karena pendidikan yang rendah dimana dalam penelitian ini
masih ada yang memiliki pendidikan SD dan SMP.
lxiv
3. Pengetahuan tentangDiare
Pengetahuan tentang diare diantaranya adalah pengetahuan tentang
tanda dan gejala penyakit diare dan pengetahuan tentang cara
penanganan atau perawatan penyakit diare pada Balita.
Penelitian pada tabel menjukkan pada tabel 5.8 bahwa sebagian
besar responden memiliki pengetahuan tentang diare kategori kurang
berjumlah 23 responden (71,88%), hal ini disebabkan karena tingkat
pendidikan yang rendah, sehingga berdampak pada pengetahuan tentang
diare. Pengetahuan tentang diare harus dimiliki oleh semua ibu, sehingga
dapat mengetahui penyebab, tanda dan gejala dan cara pengobatan atau
penaganan diare di rumah tangga, tanpa mengabaikan upaya
pencegahannya.
Sebagian kecil responden pengetahuan tentang diare kategori baik
berjumlah 3 responden (9,38%) dan kategori kurang berjumlah 6
responden (18,78%), hal ini responden telah mengetahui tentang Diare
hal ini disebabkan karena sebagian besar responden memiliki pendidikan
yang tinggi seperti SMA dan perguruan tinggi.
Hasil penelitian Olyfta, A (2010) di Kelurahan Tanjung Sari
Kecamatan Medan Selayang dapat diketuhi bahwa pengetahuan ibu
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor karakteristik ibu
bayi/balita diantaranya adalah pengetahuan yang rendah tanteng diare
Hal tersebut sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) mengetakan
bahwa pengetahuan responden sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
lxv
salah satunya adalah faktor pendidikan. Oleh sebab itu makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang makin semakin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Pengetahuan yang baik Tentang diare dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin baik umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang dalam
berfikir logis. Hal ini sesuai dengan penelitian bahwa seluruh responden
memiliki umur yang produktif. Selain umur, faktor pendidikandiperlukan
untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab itu makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki,
sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Maulana,
2009).
Pada pertanyaan tentang diare, sebaran jawabannya bervariasi
seperti pada pertanyaan tentang pemberian Oralit pada Balita yang
mengalami diare tanpa dehidrasi sebagian besar tidak mengetahuinya,
lxvi
pada hal masalah tersebut sangat penting diketahui oleh ibu dalam upaya
pengobatan.
lxvii
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa dari 32 responden yang diteliti, pengetahuan responden tentang
penyakit diare pada Balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari kategori baik
berjumlah 3 responden (9,38%), kategori cukup berjumlah 4 responden
(12,50%) dan kategori kurang berjumlah 25 responden (78,2%).
1. Pengetahuan responden tentang tanda dan gejala penyakit diare pada
Balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari kategori baik berjumlah 8
responden (25,00%), kategori cukup berjumlah 4 responden (12,50%)
dan kategori kurang berjumlah 20 responden (65,50%).
2. Pengetahuan responden tentang perawatan penyakit diare pada Balita di
Puskesmas Poasia Kota Kendari kategori baik berjumlah 3 responden
(9,38%), kategori cukup berjumlah 4 responden (12,50%) dan kategori
kurang berjumlah 25 responden (78,12%).
B. Saran
1. Bagi petugas Puskesmas
Bagi pihak Puskesmas untuk lebih meningkatkan penyuluhan
kepada ibu tentang penyakit diare sehingga dapat mengetahui tanda dan
gejala penyakit diare dan bagaimana cara perawatan diare tanpa
mengabaikan upaya pencegahannya.
lxviii
2. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan atau
tambahan kepustakaan bagi pembaca atau peneliti selanjutnya.
3. BagiPeneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat
dikembangkan lagi serta mencari faktor-faktor penyebab lainnya.
lxix
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Sultra. 2015.Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012-2014.Kendari.
Dinkes Kota Kendari.2015Profil Kesehatan Kota Kendari Tahun 2013-2015.Kendari..
Erlan. 2009.Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC.
Kemenkes RI. 2011.Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare padaBalita.Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan. Jakarta.
.................. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. DepartemenKesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Haryono,R., 2012. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan. GosyenPublishing: Yogyakarta.
Hidayat, AA. 2009.Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data.Jakarta: Medika Salemba.
................... 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta:Medika Salemba.
Latif, B. 2014.Sanitasi Lingkungan. Ilmu Keperawatan. [on-line], accessed 7Januari 2016; availablefromhttp://www.ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/13-kesehatan-masyarak a t/33-sanitasi-lingkungan.html; Internet
Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta.
Ngastiyah. 2011.Perawatan Anak Sakit Edisi Dua. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC.
Notoatmodjo.2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT. Rhineka Cipta :Jakarta.
Olyfta, A. 2010.Gambara Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Diare Pada AnakBalita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun2010.Skripsi FKM USU. Medan.
Ode Sarif. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika. Yogyakarta.
lxx
Puskesmas Poasia. 2015. .Profil Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2013-2015. Kendari.
Suharyono. 2008. Diare Akut, Klinik dan Laboratorik Cetakan Kedua. Jakarta:Rineka Cipta.
Suraatmaja, S., 2014.Gastroenterologi Anak. Sagung Seto: Jakarta.
Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: PenerbitAlfabeta.
Wawan, A dan Dewi, M. 2010.Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan.Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis-Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, danPemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga.
World Health Organization. 2014.Global Health Risks [book on-line], accessed 17Februari 2016; available from http://www.who.int /healthinfo/global-burden-disease/GlobalHealthRisks-report-full-pdf; Internet.
LAMPIRAN 1
lxxi
SURAT PERSETUJUANINFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Insial :
...............................................................................................
Umur :
...............................................................................................
Menyatakan bersedia menjadi subjek (responden) dalam penelitian dari :
Nama : SUHARTINI
Nim : P00320013099
Jurusan : D. III Keperawatan
Judul :Gambaran pengetahuan ibu tentang diare pada
Balita Puskesmas Poasia Kota Kendari”
Informasi yang diberikan pada penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan
risiko apapun pada subjek penelitian, karena semata-mata untuk kepentingan
ilmiah serta kerahasiaan dari wawancara yang diberikan dijamin sepenuhnya oleh
peneliti. Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang
belum dimengerti dan telah mendapatkan jawaban yang jelas dan benar.
Demikian ini saya menyatakan secara sukarela untuk ikut sebagai subjek dalam
penelitian ini.
Kendari, Juni 2016
Peneliti Responden
(SUHARTINI) (……………….................)
L A M P I R A N 2
lxxii
K U E S I O N E R P E N E L I T I A NGAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA
PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI
Nomor Responden :
Tanggal :
I. Identitas Responden
a. No Urut Responden :
b. Inisial :
c. Umur :
d. Jenis Kelamin :
e. Pendidikan :
f. Pekejaan :
II. Pertanyaan tentang Pengetahuan Tanda penyakit DiareBerilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap paling
tepat
1. Menurut ibu, penyakit diare ditandai dengan?a. Buang air besar yang disertai dengan lendir atau darahb. Buang air besar lebih dari tiga kali seharic. Buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja
lembek sampai cair
2. Menurut ibu, salah satu tanda penyakit diare yaitu...a. Sakit perut yang disertai yang disertai dengan muntah-muntahb. Buang air besar lebih dari 3 kali seharic . Muntah-muntah dan Buang air besar lebih dari 3 kali sehari
3. Menurut ibu,diarepada bayi dan anak penyebab tersering kecuali?a. Alergi makananb. Pemberian ASIc . Keracunan makanan
4. Menurut ibu, Gejala muntah dapat terjadi pada?
lxxiii
a. Sebelum atau sesudah diareb. Sebelum diarec. Sesudah diare
5. Menurut ibu, akibat gangguan diare yang menyebabkan muntah padaBalita, maka dampak yang ditimbulkan salah satunya kecuali?a. Berat badan menurunb. Kulit tampak lembabc. Kulit tampak kering
II. Pertanyaan tentang Pengetahuan Perawatan Diare1. Menurut ibu, yang pertama dilakukan apabila anak Balita mengalami diare
adalah?a. Memberikan banyak minumb. Memberikan larutan gula garamc. Memberikan obat dari toko obat
2. Menurut ibu, jika diare tetap berlanjut apa yang ibu lakukan?a. Memberi obat di Apotikb. Segera membawa ke pelayanan kesehatanc. Membawa ke dukun
3. Menurut ibu, jika diare tidak terobati, apa akibat yang ditimbulkan?a. Akan menjadi parab. Akan menimbulkan kekurangan cairan (Dehidrasi)c. Akan menimbulkan kekurangan cairan (Dehidrasi) dan kematian
4. Menurut ibu, pemberian Oralit pada Balita diberikan setiap?a. Sebelum Balita mencretb. Sesudah Balita mencretc. Sebelum dan sesudah Balita mencret
5. Menurut ibu, pemberian Oralit pada Balita yang mengalami diare tanpadehidrasi sebanyak?a. ½ - 1 gelasb. ½ gelasc. > 1 gelas
6. Menurut ibu, selain pemberian Oralit pada Balita yang mengalami diarepengobatan diare yang lebih efektif yaitu?
lxxiv
a. Diapetb. Zincc. Air hangat
7. Menurut ibu, Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk?a. Cepat sembuhb. Memberikan gizi pada penderitac. Mencegah dehidrasi
8. Menurut ibu, Obat-obatan anti diare tidak boleh diberikan pada anak yangmenderita diare?a. Benarb. Salahc. Tidak tahu
9. Menurut ibu, pemberian Antibiotik pada Balita penderita diare bermanfaatpada penderita?a. Diare dengan lendirb. Diare dengan darahc. Semua salah
10. Menurut ibu, Balita penderita diare harus dibawa kembali ke petugaskesehatan apabila, Kecuali?a. Dehidrasib. Muntah berulangc. Timbul demam
lxxv
lxxvi
lxxvii
lxxviii
lxxix
lxxx
lxxxi
DOKUMENTASI HASIL PENILITIAN
Gambar I
Melakukan wawancara dengan responden
Gambar II
Melakukan wawancara dengan responden yang berbeda
Gambar III
lxxxii
Melakukan wawancara dengan responden yang berbeda
Gambar IV
Melakukan wawancara dengan responden yang berbeda
lxxxiii