gambaran pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi di sma pasundan 3
TRANSCRIPT
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI
DI SMA PASUNDAN 3 KOTA CIMAHI TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
AYU WAHYUNI
HERNAWATI
MUTIARA
NURFAIZAH
RIAN RISNAWATI
YULIANINGSIH
PROGRAM STUDI KEBIDANAN (DIII)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA INDONESIA
BEKASI TIMUR
2010
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kepada ALLAH SWT Pencipta dan pemelihara
Alam Semesta, karena berkat rahmat dan hidayahnya Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini tepat pada waktunya.
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “ Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan
Reproduksi di SMA Pasundan 3 Kota Cimahi Tahun 2010” Penyusunan karya tulis ini bertujuan
untuk mencapai gelar Ahli Madya Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia
Bekasi Timur.
Karya Tulis Ilmiah dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu hainun nisa,SST. Selaku koordinator mata kuliah metodologi penelitian
2. Ibu Guna Rismawati, Mkes Selaku dosen pembimbing mata kuliah
metodologi penelitian
3. Ibu R. Suryani S, SKM. Selaku dosen pembimbing mata kuliah metodologi
penelitian.
Dalam hal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan berikutnya. Atas bantuan dari seluruh pihak saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Bekasi, Desember 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa ini
individu mengalami perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologi. Apa yang biasanya ada
pada masa anak-anak menjadi apa yang biasanya ada pada masa dewasa. Pada masa ini sering
terjadi konflik pada diri remaja, karena disatu sisi remaja diharapkan untuk menjadi orang yang
dewasa sesuai tampilan fisiknya yang menyerupai orang dewasa, sementara itu disisi lain masih
dianggap anak kecil (Herdiansiska, 2008).
Menurut Harlock (dalam Sarwono, 2000), secara umum masa remaja dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu masa awal remaja dan akhir remaja. Awal remaja berlangsung kira-kira sejak usia 14
sampai 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 18 sampai 21 tahun, maka masa
remaja akhir sebagai usia yang matang secara hukum dan merupakan periode yang sangat
singkat. Jumlah remaja di Indonesia mencapi 62 juta jiwa dari total penduduk Indonesia (Herdi,
2010,2, http://www.menkokesra.go.id, diperoleh tanggal 2 Maret 2010). Berdasarkan data
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana) jumlah remaja di Provinsi Jawa Barat
mencapai 30,1 juta jiwa dari total penduduk Jawa Barat (Netty, 2010, ¶ 3,
http://www.tribunjabar.co.id, diperoleh tanggal 2 Maret 2010). Sedangkan jumlah remaja di Kota
Cimahi mencapai 206.132 jiwa dari total penduduk Kota Cimahi (Suspeda Cimahi, 2009).
Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan fundamental dalam aspek kognitif,
emosi, dan pencapaian, yang mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologi, dan sosial
(Fagan, 2006). Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakteristik yang
khas jika dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya. Karakteristik yang khas
dimiliki oleh remaja seperti pencarian identitas diri, rasa ingin tahu yang besar, kecanggungan
dalam pergaulan, ketidakstabilan emosi, adanya perasaan kosong akibat perubahan transisi,
adanya sikap menantang, senang bereksperimentasi, kecenderungan membentuk kelompok
dalam kegiatan berkelompok, dan mempunyai banyak fantasi dan khayalan
(http://www.netsains.com, diperoleh tanggal 21 Oktober 2009).
Perubahan karakteristik yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik
yang cepat terjadi pada masa pubertas yaitu periode seksual yang mengubah menjadi orang
dewasa yang matang secara biologis yang mampu melakukan reproduksi seksual. Pubertas
dimulai dengan periode pertumbuhan fisik yang cepat disertai perkembangan bertahap organ
reproduktif dan karakteristik seks sekunder, yaitu perkembangan payudara, panggul yang
membulat pada perempuan, janggut pada laki-laki, dan tumbuhnya rambut pubis pada kedua
jenis. Serta terjadi menarche (periode menstruasi pertama) pada perempuan dan ejakulasi
pertama pada laki-laki terjadi sekitar 2 tahun setelah dimulainya percepatan pertumbuhan
(Atkinson, Smith, & Bem, 2003).
Banyak fenomena memperlihatkan sebagian remaja belum mengetahui dan memahami tentang
kesehatan reproduksi. Pada remaja yang memasuki usia 15-17 tahun akan mengalami tahap yang
membutuhkan kawan-kawan dan akan merasa senang kalau banyak teman yang menyukainya.
Kadang-kadang timbul sifat “narsistic”, yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan menyukai
teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam
kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai
sendiri, optimis atau pesimis, ideal atau materialis dan sebagainya. Maka akan muncul sifat untuk
mencari kesenangan diri sendiri yang banyak melanggar norma-norma dimasyarakat (Andari R,
2005).
Remaja mengalami perubahan yang saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara fisik
dan psikologis, dan masa mencari sesuatu yang dapat dipandang menilai, pantas dijunjung tinggi.
Remaja merindukan sesuatu khayalan yang dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu
yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui
bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya.
Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja. dapat diketahui setiap fase
perkembangan pada masa remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi.
Perubahan ini akan semakin mencapai keseimbangan yang sifatnya individu. Di masa remaja
ukuran tubuh sudah mencapai bentuk dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara
fisiologis. Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi, maka akan timbul rasa saling
menyukai antara lawan jenis dengan didasari cinta yang dimotivasi oleh faktor-faktor
menyalurkan dorongan seksual, kesenangan, membuktikan kejantanan, dan upaya yang
menyenangkan yang banyak menimbulkan resiko. Hal ini akan menimbulkan perilaku yang
menyimpang, seperti hubungan seksual diluar nikah. Perilaku ini menyebabkan remaja
mengalami gangguan kesehatan reproduksi, yaitu infeksi penyakit menular seksual termasuk
HIV/AIDS, kehamilan, dan aborsi
Akibat aktivitas seksual di luar nikah menimbulkan ancaman terhadap kesehatan reproduksi
remaja, yaitu pada remaja perempuan mengakibatkan kehamilan dan keputusan untuk
mengakhiri yang tidak diinginkan (aborsi). Pada dasarnya remaja perempuan yang melakukan
aborsi akan mengalami kehilangan harga diri, berteriak-teriak, mimpi buruk mengenai bayinya,
menggunakan obat-obat terlarang dan tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual.
(www://creasoft.wordpress.com., diperoleh tanggal 2 Februari 2010).
Kemudian mengenai kejadian penyakit HIV-AIDS yang terjadi di Kota Cimahi, berdasarkan data
dari profil Dinas Kesehatan Kota Cimahi didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 1.1 Angka Kejadian HIV-AIDS di Kota Cimahi Tahun
2007-2010
No Tahun Jumlah
1 2007 62
2 2008 97
3 2009 111
4 Januari 2010 112
(Sumber Profil Dinkes Kota Cimahi, 2010).
Berdasarkan tabel 1.1 di atas angka kejadian HIV-AIDS dari tahun 2007 sampai tahun 2008
mengalami kenaikan sebesar 35 kasus, kemudian dari tahun 2008 sampai tahun 2009 sebesar 14
kasus, sedangkan dari tahun 2009 sampai awal januari tahun 2010 sebesar 1 kasus. Angka
kejadian HIV-AIDS di Kota Cimahi tiap tahun mengalami kenaikan, sehingga dari tahun 2007
sampai periode Januari awal tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 50 kasus yang di temukan
(Profil Dinkes Kota Cimahi, 2010).
Tabel 1.2 Angka Kejadian HIV-AIDS Berdasarkan Usia Remaja di Kota
Cimahi Tahun 2010
NoUsia
(Tahun)
Kasus Jumlah
Temuan Kematian
1 12-14 0 0 0
2 15-17 4 0 4
3 18-21 22 1 23
Total 26 1 27
(Sumber Profil Dinkes Kota Cimahi, 2010)..
Berdasarkan tabel 1.2 di atas angka kejadian HIV-AIDS di Kota Cimahi terbanyak terjadi pada
usia 18-21 tahun, yaitu sebanyak 22 orang. Lalu terdapat juga orang akibat kematian HIV-AIDS,
yaitu sebanyak 1 orang (Profil Dinkes Kota Cimahi, 2010).
Fenomena di atas yang menunjukkan tentang tingginya angka kejadian HIV-AIDS di Kota
Cimahi, menggambarkan adanya kemungkinan penyimpangan perilaku seksual pada remaja yang
akan menimbulkan tingginya penularan penyakit seksual, kehamilan di luar nikah, dan aborsi di
Kota Cimahi. Hal ini kemungkinan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang kesehatan
reproduksi. Menurut teori Lawrence Green (1980), perilaku manusia berawal dari tingkat
kesehatan, dimana kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Maka untuk mengatasi hal tersebut
perawat melaksanakan suatu pendidikan kesehatan dan konseling tentang kesehatan reproduksi
remaja.
Sekolah Menengah Atas (SMA) Pasundan 3 Cimahi merupakan salah satu SMA swasta yang ada
di Kota Cimahi dibawah lindungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan.
Terletak di jalan raya Encep Kartawiria No.97 A Cimahi, mempunyai jumlah murid sebanyak
150 orang terdiri dari kelas X sebanyak 40 orang, kelas XI sebanyak 50 orang, kelas XII
sebanyak 60 orang.(Kusnadi & BP SMA Pasundan 3 Kota Cimahi, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga SMA yang berada disekitar wilayah Kota Cimahi,
yaitu SMA Pasundan 1, 3 dan SMA Negeri 5 Kota Cimahi dimana setiap SMA diwakili oleh 10
orang, didapatkan hasil 16 siswa (53,3%) mengetahui tentang kesehatan reproduksi serta dampak
yang ditimbulkannya, sedangkan 14 siswa (46,7%) tidak mengetahui tentang kesehatan
reproduksi serta dampak yang ditimbulkannya.
Setelah dibandingkan dari ketiga SMA yang berada disekitar Kota Cimahi tersebut,
memperlihatkan bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di SMA 3 Pasundan Kota
Cimahi paling rendah di bandingkan dengan SMA Negeri 5 Kota Cimahi dan SMA Pasundan 1
Kota Cimahi. Menurut pengakuan siswa-siswi SMA tersebut, mereka belum mendapatkan
pelajaran tentang kesehatan reproduksi dan pencegahannya, hanya sekedar pelajaran reproduksi
yang dipelajari pada pelajaran biologi. Informasi tentang kesehatan reproduksi didapatkan dari
teman sebaya dan media masa seperti koran, majalah, dan internet.
Fenomena diatas menunjukkan di Kota Cimahi. Masih kurangnya tingkat pengetahuan siswi
SMA tentang kesehatan reproduksi. Hal ini berpotensi terhadap perilaku penyimpangan seksual
pada remaja. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahuii sejauh mana pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi di SMA Pasundan 3 Kota Cimahi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini “ bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi di
sma pasundan 3 kota cimahi tahun 2010”.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang
kesahatan reproduksi di SMA Pasundan 3 Kota Cimahi.
2. Tujuan Khusus
a Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang definisi kesehatan reproduksi.
b Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang proses reproduksi.
c Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang masalah kesehatan reproduksi.
d Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang perawatan sistem kesehatan
reproduksi.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Untuk bahan perkembangan ilmu kebidanan komunitas yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi pada remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi SMA 3 Pasundan Cimahi
Sebagai masukan dalam pendidikan, sehingga dapat dijadikan salah satu bahan untuk
mengembangkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi para siswa dengan
memberikan pendidikan di lingkungan sekolah.
b. Bagi Peneliti Lain
Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain sebagai informasi dan
bahan untuk penelitian selanjutnya, yaitu tentang kesehatan reproduksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja
World Health Organization (WHO), mendefinisikan remaja adalah kelompok penduduk
yang berusia antara 10-19 tahun, sehingga kesehatan reproduksi remaja memperhatikan
kebutuhan fisik, sosial, dan emosional, menurut Stanley Hall (1998, dalam Dario, 2004)
usia remaja antara usia 12-13 tahun. Sedangkan menurut Hurlock (dalam Sarwono, 2000)
remaja adalah kelompok penduduk yang berusia 14-21 tahun.
Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang batasan
usianya tidak ditentukan dengan jelas. Ditandai dengan pertumbuhan fisik yang lengkap,
selama periode ini membentuk maturitas seksual dan mencari identitas sebagai individu
yang terpisah dari keluarga (Atkinson, Smith, & Bem, 2007).
2. Penggolongan Remaja
Menurut Thornburg (1982, dalam Agoes Dariyo,2006) penggolongan remaja terbagi 3
tahap yaitu :
a.Remaja awal usia 13-14 tahun,
Umumnya telah memasuki pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
b. Remaja tengah usia 15-17 tahun
Umumnya telah memasuki pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
c.Remaja akhir usia 18-21 tahun
Umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau mungkin sudah bekerja.
3. Karakteristik Masa Remaja
a.Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kepentingannya
berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting dari pada beberapa periode
lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku. Pada periode
remaja yang penting yaitu akibat fisik dan akibat psikologis. Menurut Tanner (dalam
Hurlock, 2004) “ Bagi sebagian besar remaja, usia antara 12 tahun dan 16 tahun
merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan
dan perkembangan”. Perkembangn fisik yang cepat dan penting disertai dengan
cepatnya perkembangan mental yang cepat.
b. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan
Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya,
sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang
telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan
yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan
juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan
sikap yang sudah ditinggalkan. Dalam periode peralihan status individu tidaklah jelas
dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan.
c.Masa Remaja sebagai Periode Perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Selama awal remaja ketika perubahan fisik terjadi dengan
pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Apabila perubahan fisik
menurun maka perubahan perilaku dan sikap akan menurun juga.
Ada 4 perubahan yang sama hampir bersifat universal, diantaranya :
1) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi.
2) Perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok social untuk
dipesankan sehingga menimbulkan masalah baru.
3) Perubahan nilai-nilai, apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting,
sekarang setelah hamper dewasa tidak penting lagi.
4) Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan, menginginkan dan menuntut
kebebasan tetapi remaja sering takut tanggung jawab akan akibatnya dan keraguan
untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
d. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah
Setiap periode mempunyai masalah sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja
sering menjadi maslah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun permpuan.
Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu diantaranya :
1) Sepanjang masa kanak-kanak
2) Masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru,
sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.
3) Merasa dirinya mandiri
4) Mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan
guru-guru.
e.Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas
Menurut Erikson (dalam Hurlock, 2004), “ Identitas diri yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Dalam
usaha mencari keseimbangan dan kesamaan yang baru, para remaja memperjuangkan
kembali perjuangan tahun-tahun lalu. Remaja selalu siap menempatkan idola dan ideal
mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.
f. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan ketakutan.
Banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai dan
sayangnya bersifat negatif. Ada istilah stereotif budaya. Stereotif berfungsi sebagai
cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja, yang menggambarkan citra diri
remaja sendiri yang lamat laun dianggap sebagai gambaran yang asli dan remaja
membentuk perilakunya.
g. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melaui kaca berwarna merah jambu. Ia
melihatnya dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang di inginkan dan bukan
sebagaimana adanya. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya ssendiri
tetapi justru bagi keluarga dan teman-temannya, sehingga menyebabkan meningginya
emosi yang merupakan cirri awal masa remaja. Semakin tidak realistic cita-citanya
semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakannya atau kalau tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya.
h. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa.
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah
untuk meninggal streotif belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka
sudah hamper dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata
belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memutuskan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, seperti merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap
bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (Hurlock, 2004).
4. Perkembangan Remaja
Dalam perkembangan kepribadian seseorang khususnya remaja mempunyai arti yang
khusus, namun masa remaja perkembangan seseorang, artinya remaja tidak termasuk
mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses golongan anak, tetapi tidak
pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada di antara anak dan
orang dewasa, sehingga masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik maupun
psikisnya (Monks, Knoers, & Haditono, 2006). Maka Perkembangan yang terjadi pada
remaja meliputi :
a.Perkembangan Fisik
Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang
khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam
rangkaian proses perkembangan seseorang. Seorang anak masih belum selesai
perkembangannya, orang dewasa dapat dianggap sudah berkembang sepenuhnya
fungsi-fungsi fisik. Pada masa remaja perkembangan berlangsung antara masa usia 12
tahun dan 21 tahun, sehingga pada remaja akan mengalami perubahan fisik yang di
pengaruhi oleh suatu hormon seks yang akan mengubah pola pertumbuhan seorang
anak.
Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2001) perkembangan fisik remaja akan
mengalamami perubahan seperti :
Tabel 2.1 Perubahan Fisik Pada Remaja Wanita
Perkembangan fisik Usia
Pertumbuhan payudara
Pertumbuhan rambut kemaluan
Pertumbuhan badan
Menarche ( haid pertama)
Bulu ketiak
7-13 tahun
7-14 tahun
9,5-14,5 tahun
10-16,5 tahun
setelah tumbuhnya rambut
kemaluan
(Sumber : Papalia, Olds, dan Feldman, 2001)
b. Perkembangan Seksual
Pubertas adalah periode maturasi seksual yang mengubah seorang anak menjadi orang
dewasa yang matang secara biologis yang mampu melakukan reproduksi seksual,
terjadi dalam periode sekitar 3 atau 4 tahun. Pubertas dimulai dengan periode
pertumbuhan fisik yang cepat yang disertai oleh perkembangan bertahap organ
reproduktif dan karakteristik seks sekunder (perkembangan payudara pada perempuan,
janggut pada laki-laki, dan tumbuhnya rambut pubis pada kedua jenis.
Menarche merupakan periode menstruasi pertama, terjadi relatif lambat pada pubertas
sekitar 18 bulan setelah percepatan pertumbuhan wanita mencapai puncaknya. Periode
ini cenderung tidak teratur, dan ovulasi (pelepasan sel telur) biasanya tidak di mulai
sampai 1 tahun atau lebih setelah menarche. Ejakulasi pertama pada anak laki-laki
biasanya terjadi sekitar 2 tahun setelah di mulainya percepatan pertumbuhan. Cairan
seminal pertama tidak mengandung sperma, jumlah sperma dan fertilitas mereka
meningkat secara bertahap (Atkinson, Smith, & Bell, 2003).
c.Perkembangan Psikologis
Anak perempuan yang secara fisik matur biasanya kurang puas dengan berat badan dan
penampilan mereka dibandingkan temannya yang belum dewasa. Anak perempuan
yang dewasa lebih awal cenderung merasa malu oleh fakta bahwa tubuh meraka
memiliki bentuk yang lebih dibandingkan temannya yang mempunyai daya tarik.
Berkaitan dengan mood banyak penelitian menyatakan bahwa anak perempuan yang
dewasa awal lebih cepat mengalami depresi dan kecemasan dan memiliki percaya diri
yang lebih rendah, jarang berbicara dengan orang tuanya, memiliki lebih sedikit
perasaan positif terhadap hubungan keluarga dibandingkan anak perempuan yang
lambat dewasa (Simmon & Blyth, 1988, dalam Atkinson, 2003).
d. Perkembangan Sosial.
Percepatan perkembangan remaja yang berhubungan dengan pemasakan seksualitas,
juga mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan social remaja. Sebelum
masa remaja sudah ada hubungan yang lebih erat antara anak-anak yang sebaya, sering
timbul juga kelompok-kelompok, perkumpulan-perkumpulan untuk bermain bersama
atau membuat rencana bersama. Aktivitas tersebut juga dapat bersifat agresif, kadang-
kadang kriminal seperti mencuri, penganiayaan dan lain-lain (Monks, Knoers, &
Haditono, 2006).
e.Perkembangan Kognitif
Menurut Pieget (dalam Dariyo, 2006) mengemukakan kognitif/ kecerdasan merupakan
kemampuan mental (mental activity) untuk beradaptasi dan mencari keseimbangan
dengan lingkungan hidupnya. Lingkungan itu terdiri atas lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial.
Setiap individu akan mengalami proses pertumbuhan yaitu proses perubahan struktur
dan skema mentalnya, dari yang bersifat sederhana menuju hal yang lebih komplek,
hal ini terjadi karena adanya faktor perkembangan maupun faktor belajar. Pada proses
perkembangan yang terjadi yaitu perubahan struktur mentalnya, sedangkan pada proses
belajar yaitu perubahan isi mental.
f. Perkembangan Identitas
Pada masa remaja tugas utama perkembangan adalah menghadapi krisis antara
pencapaian identitas diri dengan kebingungan identitas (role confusion). Jika identitas
diri berhasil dicapai, maka remaja menjadi dewasa yang matang dimana terdapat
keseimbangan antara perkembangan diri dengan keadaan sosialnya. Sebaliknya jika
remaja gagal mencapai identitas dirinya maka remaja akan menghadapi kebingungan
peran atau identitas.
Terdapat 4 keadaan identitas diri pada remaja, yaitu :
1) Identity diffusion adalah suatu keadaan dimana belum mengalami krisis atau
membuat komitmen akan melakukan sesuat.
2) Identity foreclosure, adalah suatu keadaan dimana remaja telah membuat
komitmen namun belum mengalami krisis.
3) Identity moratorium, adalah suatu keadaan dimana remaja telah mengalami
krisis namun belum membuat komitmen.
4) Identity achievement, adalah suatu keadaan dimana remaja telah mengalami
krisis dan telah membuat komitmen (Suriadi & Yulianni, 2006).
B. Konsep Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Menurut Perkumpulan Keluaraga Berencana Indonesia (PKBI) (2001), Reproduksi berasal
dari kata “re” yang artinya kembali dan “production” yang artinya membuat atau
menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehiduapan manusia
dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat jasmani, psikologis, dan sosial yang
berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi (ICPD, 1994, dalam Depkes,
2005).
2. Proses Reproduksi
Manusia berkembangbiak secara seksual dan pada saat tertentu membentuk sel-sel kelamin
(gamet). Sel-sel kelamin yang dibentuk oleh laki-laki membentuk sel-sel kelamin (gamet).
Sel-sel kelamin yang dibentuk seorang pria disebut sel sperma (spermatozoa). Seorang laki-
laki dewasa menghasilkan lebih dari seratus juta sel sperma. Adapun sel-sel kelamin yang
dibentuk oleh seorang wanita disebut sel telur (ovum). Proses pembentukan spermatozoa
disebut spermatogenesis, sedangkan proses pembentukan ovum disebut ogenesis. Kedua
proses mengawali terjadinya perkembangbiakan pada manusia. Seorang wanita mampu
memproduksi sel telur (ovum) setelah masa puber (remaja awal) sampai dewasa, yaitu
sekitar umur 12 sampai 50 tahun. Setelah usia sekitar 50 tahun seorang wanita tidak
produktif lagi yang ditandai dengan tidak mengalami menstruasi disebut menopause.
Setelah sel telur di dalam ovarium matang, dinding rahim menebal dan banyak mengandung
pembuluh darah. Pembuahan didahului oleh peristiwa ovulasi, yaitu lepasnya sel telur yang
matang dari ovarium. Jika sperma bertemu dengan ovum akan terjadi pembuahan.
Pembuahan terjadi di ovarium. Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk zigot. Zigot
yang terbentuk segera diselubungi oleh selaput, kemudian menuju ke rahim. Di dalam
rahim zigot menanamkan diri pada dinding rahim yang telah menebal. Zigot yang telah
berada di rahim akan terus tumbuh dan berkembang menjadi embrio sampai dilahirkan.
Masa embrio/masa kehamilan manusia sekitar 9 bulan 10 hari. Di dalam rahim embrio
mendapat makanan dari tubuh induk melalui plasenta (Dahlan, 2009, Proses reproduksi, ¶
1, http://wordpress.com, di peroleh tanggal 10 Februari 2010).
3. Kesehatan Reproduksi Wanita
a.Kesehatan Reproduksi Wanita
Berdasarkan konferensi wanita sedunia ke-4 di Beijing pada tahun 1995 dan konferensi
kependudukan dan pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hal-hal
reproduksi pada wanita tersebut.
Empat hal pokok dalam reproduksi wanita, yaitu :
1) Kesehatan reproduksi dan seksual.
2) Penentuan dalam keputusan reproduksi.
3) Kesetaraan wanita dan pria.
4) Keamanan reproduksi dan seksual.
b. Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita
Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita meliputi :
1) Gender
Gender adalah peran masing-masing berdasarkan jenis kelamin menurut budaya
yang berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi sosial mempengaruhi tingkat
kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam konteks cross cultural berarti
tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.
2) Kemiskinan
Kemiskinan akan mengakibatkan :
a) Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi.
b) Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang
tidak layak.
c) Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
3) Pendidikan yang rendah
Kemiskinan dapat mempengaruhi kesempatan untuk mendapatakan pendidikan.
Sehingga tingkat pendidikan juga dapat mempengauhi tingkat kesehatan. Orang
yang berpendidikan memadai dapat merawat diri sendiri dan ikut serta dalam
pengambilan keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
4) Kawin muda
Di Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah
usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum
menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan,
orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan
diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini berarti wanita muda hamil
mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Di samping itu resiko tingkat
kematian dua kali lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan.
5) Beban kerja yang berat.
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah
dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya
wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan
kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh
waktu (http://www.wordpress.com/kesehatan-reproduksi-wanita-2008, diperoleh
tanggal 15 Februari 2010).
4. Masalah Kesehatan Reproduksi
Menurut BKKBN (2001) Masalah kesehatan reproduksi di Indonesia meliputi :
a.Kesakitan dan kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas
b. Aborsi
c.Infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual, meliputi :
1) Genorhe (kencing nanah)
2) Sifiis (raja singa)
3) Herpes genitalis
4) Trikomonas vaginitis (keputihan berbau busuk)
5) Sankroid (koreng)
6) Klamida (keluar cairan dari vagina)
7) Condiloma akuminata (Kutil daerah kemaluan)
8) Candidiasis (Jamur di mulut vagina)
9) Hepatiitis B
d. HIV/AIDS
e.Keluarga Berencana.
5. Perawatan Sistem Reproduksi
Perawatan sisstem reproduksi adalah suatu perawatan rutin pada alat reproduksi bertujuan
supaya terhindar dari bakteri, jamur, dan virus yang akan mengakibatkan peradangan,
infeksi, dan rangsangan rasa gatal pada sistem reproduksi. Berikut perawatan sistem
reproduksi pada wanita dan laki-laki, diantaranya :
a.Pemeliharaan Sistem Reproduksi pada Wanita meliputi :
1) Pemakaian pembilas vagina, pembilas secuknya, tidak berlebihan.
2) Tidak memasukkan benda asing dalam vagina
3) Tidak menggunakan celana yang terlalu ketat
4) Hal yang perlu diperhatikan oleh remaja puteri pada saat haid adalah :
Pada saat haid, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Oleh
karena itu kebersihan vagina lebih dijaga supaya kuman tidak mudah masuk dan
menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.
5) Selama haid mungkin timbul rasa nyeri pada pinggang dan panggul. Hal ini
disebabkan adanya peregangan-peregangan (kontraksi) pada otot rahim.
6) Untuk menjaga kebersihan, penggunaan pembalut selama haid harus diganti
secara teratur 4-5 kali sehari atau setelah buang air kecil.
7) Jika memakai pembalut sekali pakai, sebaiknya dibersihkan dulu sebelum
dicuci terlebih dahulu rendam memakai sabun pada temppat tertutup.
8) Mencatat siklus haid.
9) Apabila badan terasa kurang segar pada saat haid karena tubuh memproduksi
lebih banyak keringat dan minyak serta getah-getah tubuh lainnya, sebaiknya tetap
mandi dan keramas seperti biasa menggunakan air hangat.
10) Pada waktu haid, air di dalam tubuh lebih banyak, hal ini menyebabkan nyeri
perut dan lainnya. Oleh karena itu , sebaiknya selama haid garam dikurangi,
perbanyak buah-buahan dan sayuran segar, batasi lemak dan daging. Ikan dan
ayam lebih cocok serta minum air putih sebanyak-banyaknya dan lebih banyak
mengkonsumsi karbohidrat agar tubuh tidak menjadi lemah.
b. Pemeliharaan Sistem Reproduksi pada Laki-laki
1) Tidak menggunakan celana yang ketat dapat mempengaruhi suhu testis,
sehingga dapat menghambat produksi sperma.
2) Sunat dapat mencegah penumpukan kotoran atau smegma (cairan dan
kelenjar alat kelamin) sehingga alat kelamin menjadi bersih.
c.Akibat Tidak Menjaga Kebersihan Sistem Reproduksi
1) Bisa tekena sejenis jamur atau kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal atau
tidak nyaman.
2) Mencuci vagina dengan air kotor, pemriksaan dalam yang tidak benar,
pemakaian pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak hiegenis dan
adanya benda asing dalam vagina dapat menyebabkan keputihan yang abnormal.
Keputihan juga bias timbul karena pengobatan hormonal, celana yang tidak
menyerap keringat dan penyakit seksual. keputihan yang abnormal berwarna putih
atau kuning, berbau, sangat gatal dan disertai nyeri perut bagian bawah (R.
Wahyudi, 2006).
C. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(overt behavior).
Penelitian Rogers (1974, dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yakni :
a.Awareness (kesadaran), yakni menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)
terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
c.Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut.
d. Trial, yakni orang mulai mencoba perilaku baru.
e.Adaption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
da sikapnya terhadap stimulus.
2. Tingkatan Pengetahuan
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan
perilaku tidak selalu melewati 5 proses tersebut, apabila penerimaan perilaku baru atau
adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka
tidak akan berlangsung lama. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan itu mempunyai 6
tingkatan, yaitu:
a.Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c.Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e.Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justufikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) fakto -faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada 5 yaitu:
a.Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan, sehingga terjadi perubahan
perilaku yang positif dan meningkat.
b. Informasi
Seorang yang mempunyai sumber lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang
lebih luas.
c.Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang
meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu
yang bersifat non formal.
e.Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang akan di ukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo,
2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), pertanyaan yang dapat di gunakan untuk mengukur
pengetahuan umum dapat di kelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Pertanyaan subjektif berupa jenis pertanyaan essay, disebut pertanyaan
subjektif dari penilai sehingga nilainya akan berada dari penilaian satu dengan yang
lain dari satu waktu yang lainnya.
b. Pertanyaan objektif merupakan pertanyaan pilihan ganda, salah-betul dan
menjodohkan. Penilaian dari bentuk pertanyaan bersifat pasti, tanpa melibatkan
subjektifitas dari pelaku.
5. Indikator Hasil Pengukuran Pengetahuan
Menurut Nursalam (2003), hasil pengetahuan dapat dikelompokkan dengan kriteria hasil :
a. Baik, jika 76%-100% jawaban benar
b. Cukup, jika 56%-75% jawaban benar
c. Kurang, jika < 56% jawaban benar
Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di
SMA Pasundan 3 Kota Cimahi tahun 2010
Keterangan :
: Identitas Responden
: Variabel
KarakteristikUmur
Perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rencana strategis penelitian yang dimaksudkan menjawab permasalahan
yang dihadapi ( Notoadmodjo,2005)
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan
pendekatan survey yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup
banyak dalam jangka waktu tertentu.
3.2 Polulasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai
kwantitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya ( Aziz, 2010). Dalam penelitian ini penulis menentukan
populasi yaitu seluruh remaja putri yang terdiri kelas X sebanyak 40 orang, kelas XI
sebanyak 50 orang, kelas XII sebanyak 60 orang. Dengan jumlah total 150 orang.
3.2.2 Sampel
Adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi ( Sugiono,
2002;57 ). Tehnik sampel yang digunakan adalah probability sampling dengan
pengambilan sampel secara stratified random sampling, dilakukan dengan cara
mengidentifikasi criteria umum dari anggota populasi.
Dalam menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan rumus sampel sebagai berikut
( Notoatmodjo, 2005 ) :
21 dN
Nn
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan : 0,05
jadi jumlah sampelnya adalah :
= 60 responden
Berdasarkan hasil perhitungan rumus menurut Notoatmodjo (2005), didapatkan 110
responden, maka dilakukan pembagian kelas dengan menggunakan teknik dengan
rumus Stratified random sampling:
ni = Ni x n
N
Keterangan :
ni = besarnya sampel
Ni = total populasi
n = besar sampel stratum I
N = total populasi stratum I
Berdasarkan rumus diatas maka dapat diketahui pembagian strata tiap kelas X, XI,
dan XII, sebagai berikut :
Kelas X =40 x 60
150= 15 orang
Kelas XI =50 x 6 0
150= 20 orang
Kelas XII=60 x 60
150= 24orang
Jumlah ......................................= 110 orang
Dari hasil penelitian didapatkan 110 Responden. Penelitian dilakukan selama satu minggu.
3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data
skunder. Dimana data primer didapat
Dengan cara responden mengisi lembar quisioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang akan diisi
oleh para responden, dimana pertanyaan tersebut berkaitan dengan variabel yang akan diteliti dan
disusun secara sistematik.
Untuk data skunder didapatkan melalui kepala sekolah untuk mendapatkan jumlah populasi siswa
khususnya siswi kelas 1, 2 dan 3.
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karateristik yang diamati ( Hidayat, 2007 ).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabe
l
Sub Variabel Definsi
Konseptual
Definisi
Operasio
nal
Kategori Alat
Ukur
Skala
Pengeta
huan
tentang
kesehat
an
reprodu
a. Penge
rtian
kesehatan
reproduksi
Hasil dari
tahu, dan
terjadi
setelah
orang
melakkuka
Pengetah
uan dan
pemaham
an
subtansi
tentang
1. Baik
, jika skor
76-100%
2. Cuk
up, jika skor
58-75%
Kuisio
ner
Ordin
al
ksi
b. Prose
s reproduksi
pada manusia
c. Masal
ah kesehatan
reproduksi
n
perinderaa
n terhadap
suatu objek
Hasil dari
tahu
tentang
proses
terjadinya
perkemban
gan
manusia
Hasil dari
tahu
tentang
masalah
yang
menimbulk
an
terhadap
kesehatan
reproduksi
topic –
topic
kesehatan
reproduks
i remaja
Pengeta
huan dan
pemaham
an
subtansi
tentang
topic –
topic
reproduks
i
Pengetah
uan dan
pemaham
an
subtansi
tentang
topic –
topik
masalah
kesehatan
reproduks
i
Pengetah
uan dan
3. Kura
ng, jika skor
<56%
1. Baik
, jika skor
76-100%
2. Cuk
up,jika skor
56-75%
3. Kura
ng, jika skor
<56%
1. Baik
, jika skor
76-100%
2. Cuk
up, jika skor
56-75%
3. Kura
nng, jika
skor <56%
1. Baik
, jika skor
76-100%
2. Cuk
up, jika skor
56-75%
3. Kura
ng, jika skor
<56%
Kuisio
ner
Kuisio
Ordin
al
Ordin
d. Peraw
atan sistem
reproduksi
Hasil dari
tahu
tentang
upaya
untuk
menjaga
kesehatan
sistem
reproduksi
dan
berbagai
macam
dampak
negatif
pemaham
an
substansi
tentang
perawata
n sistem
reproduks
i
ner
Kuisio
ner
al
Ordin
al
3.5 Pengolahan Data
3.5.1 Editting
Tahap ini dilakukan untuk menilai kelengkapan dan menyesuaikan dengan jawaban
responden. Ini dilakukan secara manual yaitu memeriksa setiap lembar kuisioner pada
waktu penerimaan pengumpulan data. ( Zaluchu, 2006 ).
3.5.2 Coding
Tahap ini dilakukan dengan cara member kode angka pada setiap jawaban kuisioner,
dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengolahan data ( Zaluchu, 2006 ).
3.5.3 Tabulating
Pada tahap ini penulis melakukan pemindahan penyusunan data dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi pada setiap variabel yang diteliti ( Zaluchu, 2006 ).
3.5.4 Analisa Data
Pada tahap ini menggunakan teknik analisa data secara uni variat menghasilkan distribusi
dan presentase dari setiap variabel yang diteliti dengan menggunakan rumus :
P = F X 100%
N
Keterangan :
P= Presentase
F= Frekuensi
N= Jumlah Responden ( Hidayat, 2007 )