gambaran tingkat keparahan maloklusi dan keberhasilan perawatan menggunakan index of complexity,...

7

Click here to load reader

Upload: sekrips

Post on 25-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Background: Although occlusal indices have been used in research, audit, practice management, and quality assurance in clinical orthodontics, complexity of orthodontic cases had not been easy to assess. Purpose: This pilot study aimed at assessing the orthodontic treatment need, malocclusion severity and treatment outcome in the Orthodontic Department Airlangga University using the Index of Complexity, Outcome and Need (ICON). Methods: A retrospective analysis of 50 pre-treatment and post-treatment models randomly selected from the orthodontic model collection of the Airlangga University at 2007-2008. Fifty casts consisted of 25 girls and 25 boys were used in this study. Result: The result showed that from 50 pre-treatment cases, forty-six (92%) of the sample needed treatment and just four (8%) is no need treatment. In pre-treatment cases also showed malocclusion severity which are twenty (40%) were classified as moderate, fifteen (30%) as mild, twelve (24%) as difficult, and only 3 (6%) is very difficult. In post-treatment cases, minimally improved and moderately improve cases were twenty-four (48%) and 16 (32%), not improve or worse cases were nine (18%) and only one (2%) is substantially improved. Conclusion: ICON can be used to assess the severity and the treatment outcome of malocclusion.

TRANSCRIPT

  • Orthodontic Dental Journal Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2011: 26-32

    26

    Gambaran tingkat keparahan maloklusi dan keberhasilan perawatan

    menggunakan Index of Complexity, Outcome and Need (ICON) di RSGM-P

    FKG Unair

    (Severity assessment and treatment outcome of malocclusion using Index of

    Complexity, Outcome and Need (ICON) in RSGM-P FKG Unair)

    Shella Rosalia Juli Hariyanti*,Ari Triwardhani**, Elly Rusdiana**

    * Mahasiswa Strata 1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya Indonesia ** Staf Pengajar Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya Indonesia

    ABSTRACT

    Background: Although occlusal indices have been used in research, audit, practice management, and

    quality assurance in clinical orthodontics, complexity of orthodontic cases had not been easy to assess. Purpose:

    This pilot study aimed at assessing the orthodontic treatment need, malocclusion severity and treatment outcome

    in the Orthodontic Department Airlangga University using the Index of Complexity, Outcome and Need (ICON).

    Methods: A retrospective analysis of 50 pre-treatment and post-treatment models randomly selected from the

    orthodontic model collection of the Airlangga University at 2007-2008. Fifty casts consisted of 25 girls and 25

    boys were used in this study. Result: The result showed that from 50 pre-treatment cases, forty-six (92%) of the

    sample needed treatment and just four (8%) is no need treatment. In pre-treatment cases also showed

    malocclusion severity which are twenty (40%) were classified as moderate, fifteen (30%) as mild, twelve (24%)

    as difficult, and only 3 (6%) is very difficult. In post-treatment cases, minimally improved and moderately

    improve cases were twenty-four (48%) and 16 (32%), not improve or worse cases were nine (18%) and only one

    (2%) is substantially improved. Conclusion: ICON can be used to assess the severity and the treatment outcome

    of malocclusion.

    Key words: malocclusion, treatment need, treatment outcome, ICON

    Correspondence: Shella Rosalia Juli Hariyanti, Faculty of Dentistry, Airlangga University, Jl. Mayjen Prof. Dr.

    Moestopo, Surabaya, Indonesia. Email: [email protected]

    PENDAHULUAN

    Seiring dengan peningkatan

    pentingnya cara penanganan pasien, jalan yang

    digunakan untuk memastikan fakta

    berdasarkan penelitian secara akurat dalam

    skala besar adalah dengan menstandarkan

    metode pengukuran. Indeks telah lama

    digunakan untuk menstandarkan metode

    pengukuran, sehingga dapat memfasilitasi

    perbandingan saat mengadakan survei

    epidemiologi pada populasi. Indeks telah

    digunakan untuk menilai secara obyektif

    kebutuhan perawatan untuk memaksimalkan

    kegunaan sumber daya yang terbatas.

    Kebutuhan perawatan dan hasil

    perawatan telah dinilai selama bertahun-tahun

    oleh indeks seperti Index of Orthodontic

    Treatment Need (IOTN) dan Peer assessment

    Rating Index (PAR Index), Dental aesthetic

    Index (DAI) dan masih banyak yang lainnya.

    Bagaimanapun, dari beberapa indeks

    tersebut, belum ada satupun yang efektif

    didesain untuk menilai kebutuhan perawatan,

    hasil yang didapat setelah perawatan,

    kekomplekan kasus dan derajat perubahan oleh

    berbagai perawatan yang dilakukan sampai

    pada berkembangnya Index of Complexity,

    Outcome and Need (ICON). Berdasarkan

    pada opini para ahli ortodontik yang terdiri

    dari 97 orang yang berasal dari Jerman,

    Yunani, Hongaria, Italia, Belanda, Spanyol,

    UK, dan Amerika, indeks tersebut merupakan indeks internasional yang

    menyediakan metode penilaian tunggal untuk

    mencatat kekomplekan, kebutuhan dan

    Research Report

  • Orthodontic Dental Journal Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2011: 26-32

    27

    keberhasilan perawatan. Indeks ini diharapkan

    dapat digunakan sebagai alat untuk menilai,

    meneliti dan pembuat keputusan ortodontik.

    Index of Complexity, Outcome and

    Need (ICON) terdiri dari 5 komponen, yang

    masing-masing memiliki bobot yang berbeda

    sesuai dengan kepentingannya. Komponen

    pertama diadaptasi dari komponen estetik

    IOTN. Komponen lainnya termasuk

    berdesakan/diastema rahang atas, crossbite,

    openbite/overbite anterior, dan relasi

    anteroposterior segmen bukal. Masing-masing

    komponen dapat dilihat dari model studi dan

    model progres. Skor ICON mencerminkan

    tingkat dari kebutuhan, kekomplekan dan

    derajat perubahan sebagai hasil dari

    perawatan.

    Tujuan dari penelitian ini adalah

    untuk mengetahui gambaran keparahan

    maloklusi dan keberhasilan perawatan

    ortodontik menggunakan Index of Complexity,

    Outcome and Need (ICON) di Klinik

    Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR.

    BAHAN DAN METODE

    Sampel yang dipakai dalam penelitian

    ini sebanyak 50 model studi dan model

    progres, yang terdiri dari 25 model studi

    perempuan dan 25 model studi laki-laki.

    Sampel yang telah diseleksi berasal dari model

    studi pasien yang dirawat di Klinik Ortodonsia

    Fakultas Kedokteran Gigi 2007 2008. Kriteria sampel adalah : pasien berusia

    911 tahun, fase geligi pergantian, dibedakan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan,

    tidak membedakan suku bangsa, memiliki

    model studi dan model progres yang masih

    utuh, gigi molar pertama permanen sudah

    tumbuh dan tidak karies, pasien telah

    menjalani perawatan ortodonti selama 18 bulan

    sampai 20 bulan.

    Cara kerja penelitian ini dengan

    meletakkan model studi dan model progres

    pada meja, kemudian masing-masing diamati

    kelima komponen Index of Complexity,

    Outcome and Need (ICON) untuk dicatat

    skornya masing-masing komponen.

    1. Komponen Estetik

    Gigi-geligi rahang atas dan rahang

    bawah pada model dioklusikan, kemudian

    dibandingkan dan dipilih yang paling

    mendekati dengan keadaan gigi-geligi yang

    ada pada foto hitam putih. Lalu diberi skor

    sesuai dengan skor yang ada pada foto

    tersebut. Skala tersebut antara 1, untuk estetik

    yang baik, sampai 10, untuk komponen estetik

    yang terburuk.

    Gambar 1. Skala estetik dari IOTN (Index of

    Orthodontic Treatment Nee)

    2. Crossbite

    Gigi-geligi rahang atas dan rahang

    bawah pada model dioklusikan, kemudian

    dilihat ada tidaknya crossbite. Skor yang

    diberikan bila dijumpai adanya crossbite

    adalah 1 dan 0 bila tidak.

    Tabel 1. Skor penilaian crossbite

    Skor

    Ciri oklusal 0 1

    Crossbite

    tidak ada

    crossbite

    ada

    crossbite

    Keterangan :

    - Pada segmen posterior, relasi transversal menunjukkan

    adanya gigitan tonjol pada segmen bukal atau gigitan

    terbalik

    - Pada segmen anterior, crossbite didefinisikan dengan

    gigi insisivus atau kaninus rahang atas pada saat oklusi

    dalam keadaan edge to edge atau linguoversi

    3. Relasi Vertikal Anterior

    Disini yang dilihat adalah adanya

    gigitan terbuka (open bite) dan gigitan dalam

    (deep bite).

  • Orthodontic Dental Journal Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2011: 26-32

    28

    Tabel 2. Skor Penilaian Relasi Vertikal Anterior

    Skor

    Ciri oklusal

    0 1 2 3 4

    Open bite

    anterior

    nor

    mal

    < 1

    mm

    1,1 -

    2 mm

    2,1 -

    4 mm

    > 4

    mm

    Deep bite

    anterior

    sam

    pai

    1/3

    gigi

    1/3-

    2/3

    bagi-

    an

    insi-

    siv

    yang

    ter-

    tutu-

    pi

    2/3

    sam-

    pai

    selu-

    ruh

    insi-

    siv

    ba-

    wah

    ter-

    tu-

    tupi

    Selu-

    ruh

    ba-

    gian

    insi-

    siv

    ba-

    wah

    tertu-

    tup

    se-

    mua Keterangan : Skor yang dicatat adalah skor yang

    tertinggi, baik open bite maupun deep bite

    4. Diastema/Berdesakan Rahang Atas Komponen ini didapat dengan

    mengukur diskrepansi jumlah lebar mesiodistal

    gigi dengan lengkung geligi.

    Tabel 3. Skor Penilaian Diastema /Berdesakan

    Rahang Atas

    Skor

    Ciri

    Oklusal

    0 1 2 3 4 5

    Berdesakan

    Rahang

    Atas

    < 2

    mm

    2,1

    5 mm

    5,1

    9 mm

    9,1

    13

    mm

    13,1 17

    mm

    > 17

    mm

    Diastema

    Rahang

    Atas

    > 2

    mm

    2,1

    5 mm

    5,1

    9 mm

    > 9

    mm

    Keterangan : Skor yang dicatat adalah skor yang tertinggi

    baik untuk diastema maupun berdesakan

    5. Relasi Anteroposterior Segmen Bukal

    Gigi-geligi rahang atas dan rahang

    bawah pada model dioklusikan dan dilihat

    bagaimana relasi anteroposterior pada sisi

    kanan dan kiri, kemudian skor kedua sisi

    tersebut dijumlahkan.

    Setelah kelima komponen Index of

    Complexity, Outcome and Need (ICON) pada

    model studi dan progres dicatat skornya

    masing-masing, kemudian skor tersebut

    dikalikan dengan bobot yang dimiliki oleh

    masing-masing komponen dan dijumlahkan.

    Setelah kelima komponen Index of

    Complexity, Outcome and Need (ICON) pada

    model studi dan progres dicatat skornya

    masing-masing, kemudian skor tersebut

    dikalikan dengan bobot yang dimiliki oleh

    masing-masing komponen dan dijumlahkan.

    Tabel 4. Skor Penilaian Relasi Anteroposterior

    Segmen Bukal

    Skor

    Ciri oklusal 0 1 2

    Anteroposterior

    segmen bukal

    Hanya

    relasi cusp

    ke

    embrasure

    Relasi

    cusp

    yang

    lain

    kecuali

    cusp to

    cusp

    Relasi

    cusp to

    cusp

    Tabel 5. Bobot masing-masing komponen Index of

    Complexity, Outcome and Need (ICON)

    Ciri Oklusal Bobot

    Komponen Estetik 7

    Crossbite 5

    Relasi Vertikal Anterior 4

    Diastema/Berdesakan Rahang

    Atas 5

    Relasi Anteroposterior Segmen

    Bukal 3

    Pada model studi, angka yang

    didapatkan dari penjumlahan tersebut

    digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui

    kebutuhan perawatan dan juga tingkat

    keparahan maloklusi.

    Tabel 6. Kategori Kebutuhan Perawatan

    Kategori

    Skor

    Tidak dibutuhkan perawatan < 43

    Butuh perawatan > 43

  • Orthodontic Dental Journal Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2011: 26-32

    29

    Tabel 7. Tingkat Keparahan Maloklusi

    Complexity grade Score range

    Easy < 29

    Mild 29 - 50

    Moderate 51 - 63

    Difficult 64 - 77

    Very Difficult > 77

    Pada model progres, angka yang

    didapatkan dari penjumlahan tersebut

    digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui

    tingkat keberhasilan perawatan. Cara yang

    digunakan untuk mengetahui tingkat

    keberhasilan perawatan adalah dengan

    mengurangi skor yang diperoleh dari

    penghitungan pada model studi dengan empat

    (4) kali skor yang didapatkan dari

    penghitungan pada model progres.

    Tabel 8. Tingkat Keberhasilan Perawatan

    Improvement grade Score range

    Greatly improved > -1

    Substantially improved -25 sampai -1

    Moderatelly improved -53 sampai -26

    Minimally improved -85 sampai -54

    Not improved or worst < - 85

    Data hasil penelitian diolah dengan

    menggunakan uji deskriptif, meliputi nilai

    frekuensi dan prosentase.

    Disamping dilakukan uji deskriptif,

    juga dilakukan uji perbedaan antara model

    studi dan model progress dengan

    menggunakan angka index. Angka index ini

    berskala ordinal sehingga uji yang digunakan

    adalah non parametrik yaitu uji Wilcoxon sign

    rank test dengan tingkat kemaknaan sebesar

    0.05.

    HASIL

    Tabel 9. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin

    dengan Kebutuhan Perawatan Ortodontik ( % )

    Jenis Kelamin

    Total

    L P

    Kebutuhan

    Perawatan

    Butuh

    % of

    Total 48 44 92

    Tidak

    butuh

    % of

    Total 2 6 8

    Total

    % of

    Total 50 50 100

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    Laki-Laki Perempuan

    Butuh

    Tidak Butuh24

    1

    22

    3

    Gambar 2. Diagram Gambaran Kebutuhan

    Perawatan

    Tabel 10. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin

    dengan Tingkat Keparahan Maloklusi ( % )

    Jenis

    Kelamin Total

    L P

    Kepa-

    rahan

    Malo-

    klusi

    Mild

    % of

    Total 14 16 30

    Moderate

    % of

    Total 22 18 40

    Difficult

    % of

    Total 12 12 24

    Very

    Difficult

    % of

    Total 2 4 6

    Total

    % of

    Total 50 50 100

  • Orthodontic Dental Journal Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2011: 26-32

    30

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    Laki-Laki Perempuan

    Mild

    Moderate

    Difficult

    Very Difficult7

    11

    6

    1

    8 9

    6

    2

    Gambar 3. Diagram Gambaran Tingkat Keparahan

    Maloklusi

    Tabel 11. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin

    dengan Tingkat Keberhasilan Perawatan Ortodontik

    ( % )

    Jenis

    Kelamin Total

    L P

    Keberha-

    silan

    Perawatan

    Ortodontik

    Substansially

    Improved

    % of

    Total 0 2 2

    Moderatelly

    Improved

    % of

    Total 12 20 32

    Minimally

    Improved

    % of

    Total 28 20 48

    Not Improve

    or Worst

    % of

    Total 10 8 18

    Total

    % of

    Total 50 50 100

    Selain dalam bentuk data deskriptif di

    atas, skor yang didapat dari hasil penelitian

    juga dilakukan uji statistik antara skor yang

    didapat pada model studi dan juga model

    progres.

    Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa hasil

    uji statistik antara skor yang didapat pada

    penilaian skor pada model studi dengan model

    progres sebesar 0,000 yang lebih kecil dari

    0,05 (

  • Orthodontic Dental Journal Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2011: 26-32

    31

    derajad keparahan maloklusinya sangat ringan.

    Perawatan ortodontik mungkin

    dipertimbangkan dapat mengurangi maloklusi

    sehingga status membutuhkan perawatan tidak

    penting.

    Dari tingkat keberhasilan perawatan

    pada tabel 11 tersebut dapat diketahui bahwa

    penderita yang dirawat selama 18-20 bulan

    masih membutuhkan perawatan yang lebih

    lanjut. Tingkat keberhasilan perawatan

    ortodontik pada sampel penelitian tidak ada

    yang masuk dalam kategori greatly improve

    atau memiliki perubahan yang sangat besar

    dari model studi, dan yang dinilai masuk

    substansially improve atau sangat berubah

    hanya dijumpai pada satu model saja. Hal ini

    dikarenakan pada perawatan ortodontik

    menggunakan piranti lepasan tidak dapat

    digunakan untuk langsung menggerakkan

    banyak gigi, melainkan hanya beberapa gigi

    dalam setiap tahap, sehingga membutuhkan

    waktu perawatan yang lebih lama. Selain itu,

    karena piranti lepasan ini dapat dipakai dan

    dilepas sendiri oleh penderita, maka juga

    membutuhkan adanya kekooperatifan

    penderita dalam pemakaian piranti lepasan.

    Dari tabel 11 juga dapat dilihat bahwa

    pada kelompok perempuan perawatan

    ortodontik lebih banyak memberikan hasil

    daripada laki-laki. Hal ini dikarenakan

    perempuan lebih menghargai penampilan gigi-

    geligi, bentuk badan, dan memiliki ketertarikan

    pada keindahan fisik daripada laki-laki. Pada

    intinya, nilai sosial dan penampilan lebih

    penting bagi perempuan dibandingkan laki-

    laki. Maka dari itu, mereka lebih menerima

    perawatan dengan baik dibandingkan laki-

    laki. Keberhasilan perawatan juga tergantung

    pada kerja sama antara penderita, orang tua

    dan juga operator.

    Tabel 12 menunjukkan bahwa adanya

    perbedaan yang bermakna antara penilaian

    pada model studi dan model progres. Hal ini

    berarti bahwa perawatan yang dilakukan

    selama 18-20 bulan oleh operator mampu

    memperbaiki maloklusi yang ada. Perbaikan

    maloklusi yang ada tidak hanya ditunjukkan

    oleh skor indeks melainkan juga secara

    statistik, yang ditunjukkan oleh hasil uji

    Wilcoxon Sign Rank Test dengan tingkat

    kemaknaan lebih kecil dari 0,05 (

  • Orthodontic Dental Journal Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2011: 26-32

    32

    treatment need. Saudi Dental Journal.

    2008;20(3):111-20.

    9. Rahardjo P. Ortodonti dasar. Airlangga University Press. 2009; p.35.

    10. Fireirra DA. A critique of Index of Compexity, Outcome and Need. 2005:198-

    304.