gambaran tingkat pengetahuan tentang …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312379-s 43137-gambaran...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG
PERKEMBANGAN SEKSUALITAS PADA REMAJA AWAL
SMPIT ANUGERAH INSANI BOGOR
SKRIPSI
NOVI APRILIA KUMALA DEWI
0806334193
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK, JAWA BARAT
JUNI 2012
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG
PERKEMBANGAN SEKSUALITAS PADA REMAJA AWAL
SMPIT ANUGERAH INSANI BOGOR
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi tugas akhir
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
NOVI APRILIA KUMALA DEWI
0806334193
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM REGULER 2008
DEPOK, JAWA BARAT
JUNI 2012
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
HAI,AMAI{ ?ERIIYATAAT{ OnISIITALITAS
Sk@ ffi-ffiL hnd'kr5nr myarendhi'
drn rcmr mbcr beft,'5nry dilq!fip nrupm dhuiuk
iehh rrye nyrtrken dcngen bman
Nemr : NoYi Aprtre Kumeh llcrri
NPM !
Tande?mgrn :
Tanggrl : 13 Xuti. ,atr
ilt
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
LEMBAR PERSETUJUAI\
Tugas Akhir ini diajukan oleh:NamaNPMProgram StudiJudul Skripsi
Novi Aprilia Kumala Dewi0806334193Ilmu KeperawatanGambaran Tingkat Pengetahuan tentang
Seksualitas pada Remaja Awal SMPIT Anugrahlnsani Bogor
Telah berhasil dipertahankan di hadapan I)ewan Penguji dan diterimasebagai bagran persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelarSarjana Keperawatan pada Program Studi llmu Keperawatan, FakultasIlmu Keperawatan Univensftas fndonesia.
DEWAI{ PENGUJI
Pembimbing : I)essie \ilanda, S.Kp, MN ( Xu
Penguii ,*:" Agustini, s.Kp, M.si ( $Uffi- )
Ditetapkan di: Ilp"k
Tanggal : 13 Juli ,olr
lv
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam tetap
tercurah kepada Rasulullah SAW yang senantiasa menjadi teladan bagi umat
manusia.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini banyak mendapat dukungan baik
berupa moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan rasa hormat, terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Dewi Irawaty, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia;
2. Dessie Wanda, SKp., MN selaku pembimbing tugas akhir yang selalu sabar
dalam membimbing penulis;
3. Orang tua dan Annisa Resiana adikku tercinta, yang selalu memberikan dukungan
dan doa;
4. Eka Purwani, Eka Setyani, dan kak Ludvy teman sekamar yang selalu
memberikan support. Maaf ya, kalau tidurnya terganggu;
5. My Dear, yang selalu membuat saya selalu ingin lebih maju;
6. My Acer yang selalu terjaga menemani dalam pembuatan tugas akhir ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini
tidak sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis, masyarakat dan pengembangan ilmu.
Depok, Juni 2012
Penulis
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
IIALAMAN PERI\IYATAAI\i PERSETUJUAI\I PUBLIKASI TUGAS AKHIRT]NTT}K KEPENTINGAI\I AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangandi bawah
ini:
Nama
NPM
Program Studi
Fakultas
Jenis Karya
Novi Aprilia Kumala Dewi
0806334193
Ilmu Keperawatan
Ilmu Keperawatan
Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia IIak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Seksualitas pada Remaja Awal di
SMPIT Anugerah Insani Bogor
beserta perangkat yang ada (iiku diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (dotabase),
merawat, dan memublikasikan fugas akhir saya selama tetap mencanfumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juni 2012
Yang menyatakan
(Novi Aprilia Kumala Dewi)
vt
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
vii
ABSTRAK
Nama : Novi Aprilia Kumala Dewi
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Seksualitas pada Remaja
Awal di SMPIT Anugerah Insani Bogor
Remaja mengalami masa pubertas, yaitu masa dimana terjadi perkembangan
menuju maturasi atau menuju tahap dewasa. Pubertas ini dialami oleh remaja,
khususnya remaja awal. Dari studi pendahuluan 36 dari 41 siswa SMPIT
Anugerah Insani telah mengalami salah satu ciri pubertas yaitu menstruasi
ataupun mimpi basah. Skripsi ini membahas tingkat pengetahuan siswa SMPIT
Anugerah Insani tentang perkembangan seksualitas remaja awal. Desain pada
penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif, yaitu menggambarkan
mengenai tingkat pengetahuan. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 69,1%
responden (n=65) yang memiliki pengetahuan rendah. Responden yang memiliki
pengetahuan tinggi 30,9% (n=29). Responden rata-rata berusia 13 tahun dengan
jenis kelamin laki-laki berjumlah 57,4% dan sisanya perempuan. Mayoritas diasuh
oleh orang tua (97,8%, n=92). Informasi utama tentang perkembangan seksualitas
sebagian besar dari teman (44,7%, n=42).
Kata kunci:
Pengetahuan, Seksualitas, Remaja Awal
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
viii
ABSTRACT
Name : Novi Aprilia Kumala Dewi
Program Study : Nursing
Title : Study Descriptive The Knowledge of Sexuality
In Adolescence Islamic Junior High School
Anugerah Insani Bogor
Adolescents experience puberty, which is the era of progress towards maturation
or to the adult stage. Puberty is experienced by young people, especially his early
teens. From a preliminary study 36 of the 41 students Islamic Junior High School
Anugerah Insani Bogor has been one of the traits of puberty is menstruation or
wet dreams. This study discusses the students' level of knowledge about the
development of the Islamic Junior High School Anugerah Insani early adolescent
sexuality. Design of the study is a descriptive design, which describes the level of
knowledge. The results showed that there were 65 respondents (69.1%) who had
low knowledge. Respondents who have high knowledge about 30.9% (n=29). The
average respondent was 13 years old. The majority are cared for by parents
(97.8%, n = 92). The main information about the development of sexuality mostly
from friends (44,7%, n=42).
Keywords:
Knowledge, Sexuality, Adolescence
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan ..................................................... 6
2.2 Pertumbuhan Remaja ....................................................................... 7
2.3 Perkembangan Remaja ..................................................................... 8
2.3.1 Perkembangan Fisik ............................................................... 8
2.3.2 Perkembangan Kognitif Piaget .............................................. 12
2.3.3 Perkembangan Psikososial Erickson ...................................... 13
2.3.4 Perkembangan Psikososial Freud ........................................... 15
2.3.5 Perkembangan Moral Kohlberg ............................................. 16
2.4 Seksualitas dan Faktor yang mempengaruhi .................................... 17
2.1.1 Orang tua ................................................................................ 17
2.3.2 Peer Group ............................................................................. 18
2.3.3 Media Massa .......................................................................... 19
2.3.4 Lingkungan ............................................................................ 19
BAB 3 KERANGKA KERJA PENELITIAN ............................................... 21
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 21
3.2 Definisi Operasional......................................................................... 22
BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................... 23
4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 23
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 23
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 24
4.4 Etika Penelitian ................................................................................ 25
4.4.1 Anonimity & confidentially .................................................... 25
4.4.2 Protection for discomfort and harm ....................................... 25
4.4.3 Inform Consent ....................................................................... 25
4.5 Alat Pengumpul Data ....................................................................... 26
4.5.1 Karakteristik ............................................................................ 26
4.5.2 Lembar Pernyataan Pengetahuan ............................................ 26
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
x
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................... 27
4.7 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 28
4.7.1 Proposal Penelitian dan Perizinan ........................................... 28
4.7.2 Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 28
4.8 Pengolahan Data............................................................................... 29
4.9 Analisis Data .................................................................................... 30
4.10 Jadwal Kegiatan ............................................................................. 31
BAB 5 HASIL PENELITIAN ......................................................................... 32
5.1 Karaktristik Sampel .......................................................................... 32
5.1.1 Usia ........................................................................................ 32
5.1.2 Jenis Kelamin ......................................................................... 33
5.1.3 Sumber Pengetahuan .............................................................. 33
5.1.4 Pengasuh ................................................................................ 34
5.2 Gambaran Pengetahuan tentang Perkembangan Remaja Awal ....... 35
BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................... 39
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil .......................................................... 39
6.1.1 Tingkat Pengetahuan ............................................................ 39
6.1.2 Tingkat Pengetahuan berdasarkan Karakteristik ................. 41
6.1.2.1 Usia ......................................................................... 41
6.1.2.2 Jenis Kelamin .......................................................... 42
6.1.2.3 Pengasuh ................................................................. 43
6.1.2.4 Sumber Pengetahuan ............................................... 44
6.2 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 45
6.3 Implikasi Keperawatan..................................................................... 46
BAB 7 PENUTUP ............................................................................................. 47
7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 47
7.2 Saran ................................................................................................. 47
DAFTAR REFERENSI ................................................................................... 48
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ............................ 33
Gambar 5.2 Distribusi Responden Menurut Pengasuh ................................... 34
Gambar 5.3 Tingkat Pengetahuan ................................................................... 35
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hormon dan Pengaruhnya ................................................................ 9
Tabel 2.2 Perbedaan pubertas pada laki-laki dan perempuan .......................... 10
Tabel 4.1 Kisi-kisi Jawaban Kuesioner ............................................................ 26
Tabel 4.2 Kisi-kisi Sub Pengetahuan ............................................................... 27
Tabel 4.3 Analisis Uji Statistik Variabel ......................................................... 31
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Usia ................................................ 32
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Pengetahuan ............... 34
Tabel 5.3 Tingkat Pengetahuan tentang Pubertas ............................................ 35
Tabel 5.4 Tingkat Pengetahuan tentang Organ Reproduksi............................. 36
Tabel 5.5 Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit dan Resiko Kehamilan....... 36
Tabel 5.6 Tingkat Pengetahuan tentang Mitos ................................................. 36
Tabel 5.7 Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia .......................................... 37
Tabel 5.8 Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 37
Tabel 5.9 Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pengasuh .................................. 38
Tabel 5.10 Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Sumber Penggetahuan .............. 38
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Uji Validitas
Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan pesat teknologi dan informasi membawa banyak hal positif
maupun negatif. Informasi secara cepat dapat kita temukan hanya dengang
beberapa detik saja melalui internet. Internet dapat menjelajahi berbagai
macam kebutuhan informasi baik politik, sosial, ekonomi, budaya, kesehatan,
hiburan maupun berbagai macam hal dan sifatnya tidak terbatas. Sifat internet
yang tidak terbatas, memberikan kesempatan untuk menggali baik hal yang
postif maupun negatif. Akses cepat ini juga didukung oleh kecanggihan
teknologi, bahkan melalui benda kecil seperti laptop ataupun telepon
genggam.
Contoh dampak negatif dari penggunaan internet ini yaitu kemudahan
mengkases segala informasi disalah gunakan untuk mengakses film porno.
Keadaan ini diperburuk dengan menjamurnya warnet-warnet di seluruh
wilayah serta teknologi yang semakin berkembang. Kini dengan adanya benda
kecil seperti handphone atau tablet anak sudah dapat mengakses semua
informasi yang ingin ia ketahui.
Orang tua perlu mengimbangi arus informasi yang semakin cepat dengan
pendidikan dan pengawasan kepada anak. Pendidikan dapat dilakukan dengan
pesan moral maupun spiritual. Melalui pesan moral, anak belajar meneladani
suatu sifat baik dan menghindari sifat buruk. Didukung dengan pemahaman
spiritual dan agama yang menguatkan dan menjadi landasan utama untuk
bertindak. Sedangkan pengawasan anak dilakukan dengan mendampingi anak
dalam browsing internet, menonton televisi ataupun film.
Tren budaya barat yang cenderung bebas merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi pembentukan karakter anak. Budaya ini bisa di tampilkan
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
2
Universitas Indonesia
dalam bentuk fashion, film maupun lagu-lagu. Adegan-adegan yang kurang
pantas, penampilan dengan minim busana maupun gaya aneh yang
ditampilkan bisa jadi ditiru oleh anak, khususnya pada remaja.
Remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Identitas diri ini dapat
diperoleh dengan meniru gaya tokoh idola maupun internalisasi karakter
kelompok. Seorang remaja yang ikut dalam kelompok punk, maka ia akan
menyamakan identitas dirinya seperti identitas kelompok, misalnya dengan
mengecat rambut, memakai gelang dan kalung dan sebagainya.
Data dari BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
pada tahun 2010 sebanyak 51% remaja pernah melakukan hubungan seks
sebelum menikah untuk wilayah Jabodetabek. Wilayah Surabaya tercatat 54%,
di Bandung 47% dan 52% di Medan. Hanya terdapat 26% responden yang
terbuka kepada orang tua mengenai kondisi yang mereka alami. Survei ini
dilakukan di lima kota besar seperti Jakarta, Bandung, Bali, Yogyakarta dan
Surabaya.
Angka kejadian hamil sebesar 11% dan kejadian aborsi 17%. WHO sebagai
organisasi kesehatan dunia menyampaikan bahwa angka kejadian aborsi
sekitar 28 – 1000 per tahun. Pada tahun 2008 terdapat kasus aborsi sebesar
49% yang dilakukan secara non medis.
Dari hasil survei terlihat bahwa perilaku seksual pada tingkat remaja awal
mengalami penyimpangan. Kasus yang lebih ekstrim yang didapatkan dari
survei tersebut yaitu terdapat 6% remaja awal atau setingkat SMP yang telah
melakukan hubungan seksual. Oleh karena itu, peran orang tua untuk
mendidik anak sangat penting.
Banyaknya kasus kehamilan dan aborsi pada remaja, maka orang tua perlu
memberikan pendidikan seks sejak dini. Pada usia balita anak diajarkan toilet
training maupun mengenal tubuhnya. Hal ini agar anak mengerti perbedaan
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
3
Universitas Indonesia
laki-laki dan perempuan. Anak usia sekolah terkadang sudah bisa
mengidentifikasi lingkungannya, misalnya kehamilan. Anak akan bertanya
bagaimana bisa terjadi hamil. Orang tua perlu menjelaskannya dengan
sederhana tetapi dimengerti oleh anak. Anak juga diajari bagaimana
melindungi diri dari kejahatan, misalnya berpesan kepada anak bahwa yang
boleh mencium hanya ayah, ibu dan saudara kandung.
Pada usia remaja, anak diajarkan tentang hal yang terjadi pada tubuhnya atau
yang disebut pubertas. Organ mana saja yang mengalami perubahan seta
bagaimana dampaknya bagi tubuh perlu diketahui oleh remaja. Tujuannya
agar anak mengerti bagimana anak dapat mengerti dan dapat mengambil
tindakan yang tepat dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
Hasil studi pendahuluan di SMP Anugerah Insani yang dilakukan pada 41
siswa bulan November 2011. Dari 24 siswa laki-laki 58,3% (n=14) siswa telah
mengalami mimpi basah. Siswi sebanyak 70,6% (n=12) telah megalami
menstruasi. Mayoritas dari siswa-siswi tersebut mendapat pengetahuan dari
pelajaran sekolah. Ketika anak ditanya mengenai seksualitas, 1 responden
menjawab seksualitas merupakan hubungan suami istri, 1 responden lainnya
menjawab yaitu ciuman. Dua responden lain hanya terdiam dan tidak
menjawab ketika ditanya mengenai seksualitas, dan sebagian lainnya kurang
dan cukup tau.
Terdapat pengetahuan yang cukup ekstrim oleh responden dari hasil survei
tersebut. Melihat fenomena tentang pemahaman siswa-siswi SMP Anugerah
Insani mengenai seksualitas, maka peneliti ingin mengidentifikasi gambaran
pengetahuan tentang perkembangan seksualitas pada remaja awal di SMP
Anugrah Insani.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
4
Universitas Indonesia
1.2 Perumusan Masalah
Arus informasi yang semakin cepat dan bahkan dapat diakses melalui
handphone sekalipun memiliki dampak positif maupun negatif. Anak dapat
menyalahgunakan kecepatan mengakses informasi apabila tidak ada kontrol
dari orang tua. Rasa ingin tahu menyebabkan anak mencari informasi baik dari
televise, teman, kelompok bahkan dari dunia maya sekalipun. Hasil survei
terdapat kasus kehamilan pada fase remaja awal. Hal inilah yang
menyebabkan penulis untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan remaja
awal tentang perkembangan seksualitas di SMP Anugerah Insani.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat
pengetahuan tentang perkembangan seksualitas pada remaja awal di SMP
Anugerah Insani.
Tujuan Khusus:
1. Teridentifikasi karakteristik siswa SMP Anugerah Insani
2. Teridentifikasi tingkat pengetahuan tentang perkembangan seksualitas
pada remaja awal siswa SMP Anugerah Insani
3. Teridentifikasi tingkat pengetahuan tentang perkembangan seksualitas
pada remaja awal berdasarkan karakteristik siswa SMP Anugrah Insani
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penelitian lain dengan objek
atau variabel yang berbeda.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
5
Universitas Indonesia
2. Keperawatan
Dalam dunia keperawatan, yang mengkaji klien secara holistik baik dari
segi biologi, psikologi, spiritual, dan sosial maka penelitian ini berguna
untuk meningkatkan pengetahuan perawat mengenai tumbuh kembang
anak serta memberikan asuhan keperawatan yang lebih optimal.
3. Masyarakat Umum
Memberikan gambaran tentang pertumbuhan dan perkembangan
seksualitas remaja awal sehingga dapat memperbaiki pendidikan maupun
bimbingan kepada anak khususnya di dalam keluarga dan masyarakat pada
umumnya.
4. Sekolah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
sekolah dalam upaya peningkatan pelayanan pendidikan dan bimbingan
bagi siswanya.
5. Peneliti
Memberikan wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian terkait informasi perkembangan seksualitas anak remaja.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri makhluk hidup.
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat
membelah diri dan mensintesis protein baru, menghasilkan peningkatan
ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel (Wong et al., 2001).
Dengan kata lain pertumbuhan bertambah besar, bertambah tinggi dan
bertambah berat.
Pertumbuhan lebih mengarah kepada pertambahan ciri fisik. Misalnya
pada bayi yang baru lahir, mula-mula memiliki berat 3000 gram kemudian
ketika usia dua tahun ia memiliki berat badan sebesar sebelas kilogram.
Selain bertambah berat, anak tersebut juga bertambah tinggi. Mula-mula
panjang badan bayi 50 cm, kemudian ketika usia dua tahun menjadi 85
cm saat berusia 13 tahun tinggi badan menjadi 125 cm.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah perubahan dan
perluasan secara bertahap. Perkembangan tahap kompleksitas dari yang
lebih rendah ke yang lebih tinggi atau peningkatan dan perluasan
seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran (Wong et al.,
2001). Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan lebih bersifat
kualitatif. Meskipun berbeda, pertumbuhan dan perkembangan merupakan
hal yang perlu diselaraskan.
Tingkat perkembangan seseorang digolongkan berdasarkan usia. Tiap-tiap
kelompok usia memiliki kemampuan perkembangan yang harus dicapai
oleh individu yang bersangkutan atau dikenal dengan istilah tugas
perkembangan. Jika seseorang telah mencapai tugas perkembangan maka
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
7
Universitas Indonesia
ia akan mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya (Wong et
al., 2001).
Terdapat perbedaan tumbuh dan berkembang pada anak. Ada yang mulai
di awal waktu, akan tetapi ada yang di akhir. Adapun faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang ini yaitu genetik, asupan nutrisi, status
kesehatan dan lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang (Santrock,
2008).
2.2 Pertumbuhan Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Selama periode ini, individu mencapai kematangan fisik maupun seksual,
mengembangkan pemikiran yang nalar dapat membuat keputusan untuk
masa depannya. Bagian otak, yaitu corpus callosum sebagai jembatan
yang menghubungkan antara otak kiri dan otak kanan mengecil. Hal ini
memungkinkan remaja untuk memproses informasi lebih cepat (Santrock,
2008).
Pada usia remaja terjadi pertumbuhan yang pesat, yaitu bertambah 7 – 25
kg dan tinggi sebesar 5 – 25 cm pada wanita. Pada laki-laki yaitu sebesar 7
– 30 kg dan pertambahan tinggi 7 – 30 cm (Wong et al., 2001). Setelah
ledakan pertumbuhan terjadi ia kan melambat. Pada laki-laki percepatan
pertumbuhan terjadi pada usia sebelas tahun, dua tahun lebih lambat
dibandingkan dengan percepatan pertumbuhan pada perempuan. Akan
tetapi perempuan lebih dahulu mengalami tumbuh lambat pada usia 11,5
tahun dan pada laki-laki 13,5 tahun (Santrock, 2008).
Pertumbuhan berlangsung secara berangsur-angsur. Telapak tangan dan
telapak kaki merupakan organ yang pertama kali tumbuh mencapai ukuran
dewasa, kemudian diikuti lengan maupun betis. Otot menjadi lebih padat
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
8
Universitas Indonesia
dan kuat. Tubuh pria lebih kuat daripada wanita, hal ini terjadi karena
tubuh pria 40% terdiri dari otot sedangkan tubuh wanita otot hanya sebesar
25% selebihnya lemak (Boyd & Bee, 2009).
2.3 Perkembangan Remaja
Perubahan tidak hanya terjadi pada fisik dan psikologi namun juga terjadi
pada lingkungan sosial remaja seperti pada keluarga, peer group, sekolah
dan tempat kerja (Hockenberry, 2007). Fisik terjadi ledakan pertumbuhan
dan pengaktifan hormon. Freud, Erickson, maupun Kohlberg juga
memberikan gambaran perkembangan spesifik pada remaja.
2.3.1 Perkembangan Fisik
Fisik mengalami perkembangan menuju kematangan. Beberapa
perubahan yang terjadi pada masa remaja dapat dilihat pada tabel
2.1 hormon dan pengaruhnya.
Secara kimiawi hormon adrenal androgen menyerupai testoteron.
Hormon ini berperan pada wanita untuk menstimulasi
pertumbuhan yang pesat serta mengatur perkembangan rambut
pada pubis. Pada pria, hormon ini kurang begitu signifikan karena
adanya hormon testoteron (Boyd & Bee, 2009).
Tabel 2.1 Hormon dan Pengaruhnya (Boyd & Bee, 2009).
Kelenjar Hormon Pengaruh pada tubuh
Tiroid Tiroxin Perkembangan pada
otak dan pertumbuhan
secara umum.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
9
Universitas Indonesia
Adrenal Adrenal Androgen Membentuk
karakteristik seks
sekunder pada wanita.
Testis Testoteron Pembentukan organ
genital pada janin laki-
laki, serta berperan
dalam pembentukan
karakteristik seks
primer maupun
sekunder pada pria.
Ovarium Estrogen (estradiol) Aktif dalam mengatur
siklus menstruasi dan
pertumbuhan payudara
pada wanita. Hormon
ini kurang begitu aktif
dalam membentuk
karakteristik seks
sekunder pada wanita.
Pituitari Hormon Pertumbuhan Sebagai pengatur
kelenjar lain untuk
mengontrol maturasi
tubuh
Pubertas merupakan masa dimana terjadi perubahan hormonal
maupun perubahan fisik yang terjadi pada usia awal usia remaja
(Santrock, 2008). Perubahan pada pubertas ini dibagi menjadi dua
yaitu perubahan karakteristik seks primer dan perubahan
karakteristik seks sekunder. Perubahan karakteristik seks primer
pada laki-laki ditandai dengan perkembangan testis dan penis. Pada
perempuan, perubahan karakteristik seks primer terjadi pada
ovarium, uterus dan vagina (Boyd & Bee, 2009).
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
10
Universitas Indonesia
Perubahan karakteristik seks primer dipusatkan pada organ utama,
sedangkan karakteristik seks sekunder pada organ pendukung.
Pada laki-laki karakteristik seks sekunder yaitu adanya perubahan
suara atau timbulnya jakun, muncul rambut pada wajah seperti
kumis dan jenggot. Karakteristik seks sekunder pada wanita yaitu
pertumbuhan payudara dan pembesaran panggul. Selain hal
tersebut, baik laki-laki maupun perempuan mengalami
pertumbuhan rambut pubis (Boyd & Bee, 2009).
Berikut ini perbedaan pubertas pada laki-laki dan perempuan:
Tabel 2.2 Perbedaan pubertas pada laki-laki dan perempuan
Laki-laki Perempuan
Muncul jakun Payudara membesar
Tubuh semakin berotot Pinggul dan paha membesar
Peristiwa Mimpi Basah Peristiwa Menarche
Muncul rambut pada wajah
(kumis, jenggot)
Tubuh semakin berisi dan
berlekuk
Muncul jerawat
Bulu halus pada pubis dan ketiak
Peristiwa awal dumulainya pubertas yaitu tumbuhnya rambut di
sekitar ketiak maupun daerah genital, kemudian diikuti dengan
perkembangan penis pada laki-laki dan perkembangan payudara
pada perempuan. Selanjutnya pubertas diikuti dengan peristiwa
menarche dan first ejaculation.
Peristiwa menarche dan first ejaculation menandakan bahwa tubuh
siap untuk bereproduksi. Menarche yaitu haid yang pertama kali
terjadi. Perempuan yang telah mengalami menarche artinya tubuh
telah mampu untuk hamil dengan diproduksinya sel telur atau
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
11
Universitas Indonesia
ovum. Sedangkan peristiwa first ejaculation atau yang lazim
disebut dengan peristiwa mimpi basah menandakan bahwa tubuh
telah mengasilkan sperma yang dapat membuahi sel telur.
Hormon yang berperan pada tubuh wanita yaitu (Sherwood, 2001):
Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRh)
Hormon ini dihasilkan oleh Hipotalamus. GnRH berperan
sebagai pengatur LH dan FSH.
LH dan FSH
Hormon ini dihasilkan oleh hipofisis anterior. LH dan FSH
mempengaruhi estrogen
Estrogen dan progesteron
Estrogen dan progesteron berperan besar dalam kehidupan
wanita yaitu pada peristiwa menstruasi, kehamilan,
melahirkan, menyusui serta aktivitas sepanjang kehidupan
wanita. Hormon ini diproduksi oleh ovarium.
Proses Menstruasi:
Hipotalamus menghasilkan GnRH, GnRh ini yang mengatur
LH maupun FSH. FSH merangsang sekresi estrogen, yaitu
untuk mengeluarkan sel telur. Sedangkan LH merangsang
progesteron. Progesteron menghambat adanya produksi sel
telur kembali, dan mempersiapkan lingkungan agar siap
ditempati sel telur dengan melakukan penebalan pada dinding
rahim. Sel telur yang tidak dibuahi menyebabkan lapisan yang
menyelimuti rahim ini meluruh atau disebut menstruasi.
Hormon yang berperan terhadap pubertas pada pria antara lain:
Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRh)
Hormon ini dihasilkan oleh Hipotalamus. GnRH berperan
sebagai pengatur LH dan FSH.
LH dan FSH
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
12
Universitas Indonesia
Hormon ini dihasilkan oleh hipofisis anterior. LH berperan
sebagai pengatur sekresi testoteron. FSH berperan untuk
meningkatkan spermatogenesis (Sherwood, 2001).
Testoteron
Testoteron pada tubuh berfungsi untuk membentuk ciri seks
sekunder pada laki-laki.
2.3.2 Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget (dalam Wong, et al., 2001) menjelaskan bahwa
intelegensia memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap
lingkungan sehingga meningkatkan kemungkinan bertahan hidup
dan melalui perilakunya individu dapat membentuk dan
mempertahankan keseimbangan dengan lingkungannya.
Berdasarkan teori Piaget, remaja berada pada tahap formal
operation. Karakteristik pada tahap formal operation tersebut
adalah (Wadsworth, 1996):
Mampu berpikir deduktif, artinya anak dapat menjelaskan suatu
alasan dengan logis serta alur berpikir secara sistematis.
Mampu berpikir induktif. Anak dapat menyimpulkan sesuatu
berdasarkan pengalaman anak sendiri. Memahami suatu
kesimpulan dari premis-premis yang diberikan.
Memiliki sifat idealis, yaitu segala sesuatu harus sesuai dengan
jalurnya.
2.3.3 Perkembangan Psikososial Erickson
Menurut Erickson, masa remaja berada pada tahap Identity vs role
confusion. Identitas merupakan cara pandang dalam mengarungi
usia, situasi dan peran sosial (Boyd & Bee, 2009). Identititas ini
mencakup siapa diri saya, bagimana tempat saya di masyarakat,
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
13
Universitas Indonesia
maupun seperti apa nilai yang saya anut dan bagaimana cara
mencapainya (Berk, 2001). Apabila remaja telah menemukan
identitas diri, maka remaja tersebut dikatakan telah berhasil melalui
tahap ini. Sebaliknya, apabila ia gagal dalam pencarian identitas
diri, maka anak akan bingung peran.
Masa pencarian identitas ini memungkinkan anak remaja untuk
mencoba berbagai karakter hingga menemukan karakter yang
sesuai dengan dirinya. Idola juga sangat berperan dalam pencarian
identitas remaja. Remaja cenderung mengikuti tingkah laku sang
idola. Apabila remaja mengidolakan orang dengan kepribadian
yang baik, maka ia juga akan mengikuti. Sebaliknya, jika idola
memiliki kepribadian yang buruk maka diikuti pula oleh remaja.
Dilihat dari sudut pandang mood, pada remaja cenderung belum
stabil dibandingkan dewasa. Remaja sering berubah ekspresi dari
sedih hingga berganti ceria, perubahan ini diikuti dengan mood
yang menyebabkan moodiness.
Terdapat tiga hubungan utama yang paling menonjol pada remaja.
Hubungan antara anak dengan orang tua, hubungan dengan
kelompok serta hubungan dengan teman dekat (Boyd & Bee,
2009).
Hubungan antara remaja dengan orang tua terkadang menemui
konflik. Konflik antara orang tua dan remaja sering terjadi pada
masa dewasa awal. Penyebab konflik biasanya masalah sehari-hari
seperti menjaga kerapian tempat tidur, pulang ke rumah tepat
waktu, tidak terlalu lama berbicara di telepon bahkan berbusana
dengan rapi (Santrock, 2008).
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
14
Universitas Indonesia
Remaja memiliki kecenderungan lebih dekat dengan peer group
atau kelompoknya. Kelompok ini dibentuk dengan kesamaan nilai,
sikap, kepribadian, status ataupun kesamaan aktivitas (Boyd &
Bee, 2009). Sebagai contoh, kelompok ilmiah remaja. Kelompok
ini dibentuk karena aktivitas dan minat yang sama yaitu bidang
ilmiah. Anggota dari kelompok memiliki kewajiban untuk
berkomitmen, loyal dan saling percaya satu sama lain.
Remaja juga memberikan label pada peer group, misalnya label
popular, normal, loners dan lainnya (Boyd & Bee, 2009). Peer
diperlukan anak untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Selain itu,
peer juga dapat memberikan motivasi bagi anak (Santrock, 2008).
Hubungan remaja dengan teman dekat, baik sahabat sesama jenis
atau berlainan jenis kelamin maupun kekasih atau pacar. Rasa
untuk mencintai dan dicintai pada remaja menjadi faktor penting
dalam membentuk hubungan ini. Bahkan hubungan ini juga dapat
berakhir karena tidak ada lagi rasa saling menyayangi (Boyd &
Bee, 2009).
Hubungan dengan pacar atau kekasih sangat dipengaruhi nilai yang
di anut anak. Nilai spiritual, nilai budaya maupun pengasuhan
orang tua mempengaruhi perilaku remaja terhadap kekasih. Dalam
budaya tertentu remaja mewujudkan nilai kasih sayang dalam
keberadaan sang kekasih, misalnya dengan nonton ke bioskop,
berbelanja atau makan bersama. Akan tetapi ada pula yang
mewujudkan nilai kasih sayang dengan bergandengan tangan,
memeluk, mencium atau bahkan berhubungan.
Terdapat perbedaan cara penyelesaian konflik pada setiap tahap
perkembangan. Jika terjadi konflik pada anak usia lima tahun,
maka si anak akan pergi dari teman yang berkonflik. Ia baru akan
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
15
Universitas Indonesia
kembali setelah konflik selesai atau sudah tidak bersitegang.
Berbeda dengan anak usia remaja, ia akan pergi untuk sementara
waktu untuk menenangkan diri. Remaja akan kembali setelah
cukup tenang dan mencoba membicarakannya baik-baik.
Sedangkan pada dewasa langsung mengkomunikasikan konflik
atau masalah yang dihadapi (Boyd & Bee, 2009).
2.3.4 Perkembangan Psikoseksual Freud
Remaja dalam perkembanagn psikoseksual, berada pada tahap
kepuasan genital (Berk, 2001). Terjadinya perubahan baik fisik
yang tampak oleh mata maupun perubahan hormonal yang tidak
dapat dilihat. Peristiwa menuju maturasi seperti menarche maupun
mimpi basah.
Freud (1993) menyatakan bahwa perubahan fisik pada remaja men-
siagakan seksual dan agresif pada remaja awal. Hal ini akan
menurun pada pertengahan maupun akhir remaja. Freud juga
berpendapat bahwa koping remaja di dapat dari dukungan orang
tua maupun non keluarga seperti teman, sahabat, bahkan teman
spesial (Potts & Mandleco, 2007).
2.3.5 Perkembangan Moral Kohlberg
Remaja berada pada tahap perkembangan conventional maupun
postconventional. Pada tahap conventional, remaja patuh pada
aturan atau norma yang telah ditetapkan pada keluarga, peer group,
bahkan negara. Sedangkan pada tahap postconventional, remaja
menganut bahwa “yang paling baik yaitu yang mendapatkan
dukungan yang paling banyak”. Meskipun demikian, tetap
menganut nilai-nilai dasar, seperti kebebasan (Boyd & Bee, 2009).
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
16
Universitas Indonesia
Terdapat perbedaan cara penyelesaian konflik pada setiap tahap
perkembangan. Jika terjadi konflik pada anak usia lima tahun,
maka si anak akan pergi dari teman yang berkonflik. Ia baru akan
kembali setelah konflik selesai atau sudah tidak bersitegang.
Berbeda dengan anak usia remaja, ia akan pergi untuk sementara
waktu untuk menenangkan diri. Remaja akan kembali setelah
cukup tenang dan mencoba membicarakannya baik-baik.
Sedangkan pada dewasa lansung mengkomunikasikannya (Boyd &
Bee, 2009). Perbedaan penyelesaian masalah juga terjadi pada pria
maupun wanita, pada wanita berorientasi pada kepedulian sebelum
orientasi pada keadilan dan sebaliknya pada pria lebih
mendahulukan keadilan daripada kepedulian (Hockenberry, 2007).
2.4 Seksualitas dan Faktor yang Mempengaruhi
Seksualitas merupakan ciri, sifat atau peranan seks. Seksualitas
merupakan interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin
yang berbeda dan atau sama dan mencakup pikiran, pengalaman,
pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Menurut SIECUS (Sex
Information and Education Council for the United States), seksualitas
mencakup enam aspek, antara lain: biologis, sosial, kesehatan,
penyesuaian diri dan tingkah laku, asosiasi interpersonal, dan
pembentukan nilai.
Lima dimensi seksualitas meliputi biologis, psikologis, sosial, perilaku
dan kultural. Dimensi biologi berkaitan dengan organ reproduksi dan
alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan
memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan orongan seksual
(BKKBN, 2006). Dimensi psikososial meliputi faktor psikologi yaitu
emosi, pandangan dan kepribadian, yang bergabung dengan faktor
sosial, yaitu bagaimana manusia berinteraksi. Dimensi perilaku,
bergantung pada berbagai faktor yang menghasilkan perilaku seseorang.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
17
Universitas Indonesia
Dimensi yang paling banyak menjadi sorotan yaitu dimensi kultural, hal
ini karena perbedaan nilai antara suatu wilayah dengan wilayah yang lain
sangatlah berbeda.
Beberapa faktor yang mempengaruhi seksualitas remaja antara lain
orang tua, peer group, lingkungan dan media massa. Berikut ini
penjelasan dari masing-masing faktor:
2.4.1 Orang tua
Keluarga adalah tempat belajar anak yang pertama kali. Begitu
pula tentang seksualitas, masyarakat percaya bahwa pendidikan
seks paling baik didapat dari rumah. Sayangnya, terkadang orang
tua tidak membicarakan tentang seksualitas di rumah (Raffaeli
dalam Rice, 2005). Jika terdapat orang tua yang membicarakan
seksualitas di rumah, sebatas penjelasan mengenai pertumbuhan
dan perkembangan remaja seperti menarche dan perubahan fisik.
Anak juga ingin mengetahui topik lain seperti masturbasi,
orgasme, kontrasepsi dsb (Roshental dalam Rice, 2005)
Remaja merasakan hubungan seks sebagai rasa indin tahu bukan
sebagai wujud rasa cinta. Informasi yang diperoleh dari orang tua
tidak akurat, akibatnya pengetahuan anak tidak lengkap, tidak
akurat, dan tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan
anak (Hockenberry dalam Rice, 2005).
Diantara ayah dan ibu, seringkali ibu lebih terbuka untuk
berdiskusi masalah seks dibandingkan ayah. Ibu memiliki
kecenderungan memberikan informasi kepada anak perempuan
dinbanding anak laki-lakinya (Hockenberry dalam Rice, 2005).
Feldman berpendapat bahwa anak merasa lebih nyaman untuk
mendiskusikan masalah seksualitas kepada ibu. Apabila
mendiskusikan masalah seksualitas, Ibu dirasakan terbuka dan
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
18
Universitas Indonesia
nyaman untuk menanyakan hal yang belum dimengerti (Rice,
2005).
Terkait peran orang tua sebagai pendidik, kontrol orang tua,
kedisiplinan maupun aturan yang ketat dari orang tua menjadi
salah satu faktor perkembangan seksualitas. Angka kejadian seks
yang tinggi terjadi pada anak dengan orang tua yang memberikan
kelonggaran bagi anaknya. Sebaliknya, orang tua yang
mengontrol dan memberikan rasa disiplin memiliki angka
kejadian seks yang rendah (Rice, 2005). Penelitian lain
menemukan bahwa angka kejadian kehamilan remaja banyak
ditemukan pada komunikasi dalam keluarga (antara orang tua dan
anak) yang tidak erat, anak dengan orang tua yang bercerai, serta
keluarga dengan pendapatan yang rendah (Barnett dalam Rice,
2005).
2.4.2 Peer Group
Mayoritas pengetahuan anak tentang seksualitas diperoleh dari
peer, televisi, movie dan majalah (Hockenberry & Wilson, 2009)
hal ini disampaikan pula oleh Santrock (2005) .
Santrock menyampaikan bahwa masyarakat sebenarnya memiliki
batasan tersendiri untuk mengatur seksualitas remaja, salah
satunya peer group. Pembahasan mngenai peer group juga telah
disampaikan sebelumnya pada perkembangan psikososial.
2.4.3 Media Massa
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
19
Universitas Indonesia
Hasil riset yang paling banyak memberikan remaja tentang
informasi seksual adalah dari media massa seperti televisi dan
majalah (Shibley dalam Rice, 2005). Media seperti iklan, film
maupun talkshow terkadang terkandung konten yang berbau
seksualitas, anak perlu mendapat klarifikasi dan bimbingan dari
orang tua.
2.4.4 Lingkungan
Beberapa hal lain terkait pengaruh seksualitas remaja yaitu
lingkungan, diantaranya: suku/ras/etnis, perilaku yang beresiko,
faktor ekonomi dan pendidikan.
Suku, Ras dan Etnis
Sekelompok tertentu baik suku, ras agama dan etnis memiliki nilai
dan pandangan sendiri mengenai seksualitas. Terdapat hal-hal
yang boleh dilakukan maupun yang dilarang, tergantung dari nilai
yang dianut dari suku, rasa tau etnis tertentu. Misalnya suku
tertentu melarang menggunting kuku ketika haid.Penelitian
menemukan bahwa terdapat perbedaan perilaku seksual pada
remaja dengan ras atau etnis hispanik, kulit hitam maupun kulit
putih di Amerika (Miller dalam Rice, 2005) .
Perilaku yang beresiko
Aktivitas seksual dini juga dipengaruhi perilaku yang beresiko
seperti konsumsi alkohol, obat-obat terlarang, kenakalan remaja
maupun masalah yang berhubungan dengan sekolah (Resenbaum
dalam Santrock, 2005). Anak dengan perilaku tersebut cenderung
memiliki seksualitas yang negative dan mengarah pada hubungan
seks pada remaja.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
20
Universitas Indonesia
Sosioekonomi dan Pendidikan
Fessler juga melihat bahwa selain faktor diatas faktor
sosioekonomi mempengaruhi seksualitasnya (Santrock, 2005).
Huebner menemukan hubungan antara tingkat pendidikan dan
seksualitas remaja (Santrock, 2005). Remaja yang hidup dalam
sosialekonomi yang rendah memiliki kecenderungan untuk
melakukan hubungan seks. Remaja dengan tingkat pendidikan
tinggi cenderung fokus pada akademis dan karir, hal ini terjadi
sebaliknya pada remaja dengan pendidikan SMA atau yang lebih
rendah.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
21
BAB 3
KERANGKA KERJA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian
yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih
sesuai dengan identifikasi masalahnya (Hidayat, 2008). Berdasarkan
teori dan konsep yang telah dibahas pada bab sebelumnya, hubungan
antar variabel pada penelitian ini adalah:
Keterangan :
: Hal yang tidak diteliti
: Hal yang diteliti
: Menyatakan hubungan
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional menggambarkan validitas informasi karena pada
definisi operasional tercakup komponen definisi, apa pengukur dan
alat pengukuran, dari semua variabel yang didefinisikan (Dahlan,
2008).
Media massa
(cetak, elektronik)
Pengetahuan tentang seksualitas
remaja awal
Pendidikan seks
dan pengasuhan
orang tua
Peer group, teman
pergaulan
lingkungan
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
22
Universitas Indonesia
No Variabel Definisi
Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Karakteristik
Anak:
a. Usia Lama hidup
responden saat
dilakukan
penelitian
Responden
mengisi
kuesioner
bagian usia
Kuesioner Usia (dalam
tahun)
Interval
b. Jenis
Kelamin
Ciri biologis
responden
Mengisi
kuesioner
bagian jenis
kelamin
Kuesioner 1=
Perempuan
2=laki-laki
Nominal
c. Pengasuh Orang yang
mengasuh anak 2
tahun terakhir
Mengisi
kuesioner
bagian
pengasuh
Kuesioner 1= Orang tua
2= Kerabat
3= Lainnya
Nominal
d. Sumber
Pengetahuan
Sumber
informasi utama
pendidikan seks
bagi responden
Mengisi
kuesioner
bagian
sumber
pengetahuan
Kuesioner 1= Orang tua
2= Teman
3= Internet
4= Buku,
TV, Radio
5= Sekolah
6= Lainnya
Nominal
2 Pengetahuan:
Pertanyaan
pengetahuan
Pemahaman
anak tentang
perkembangan
seksualitas
remaja
Kuesioner
berisi
pertanyaan
singkat yang
menggunaka
n skala
Guttman
yaitu
dengan
memberikan
tanda check
pada salah
satu
jawaban
“Benar”
atau
“Salah”.
Kuesioner
berisi 35
pernyataan
Tinggi jika
nilai total
responden
>75% skor
maksimal,
rendah jika
nilai total
responden ≤
75% skor
maksimal.
Ordinal
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
BAB 4
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
24
Universitas Indonesia
n = N. d2 + 1
Keterangan:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : proporsi variabel yang dikehendaki
122
n = 122 x 0.05 x 0.05 + 1 = 93,4
Hasil 93,4 dibulatkan menjadi 94
Dalam pengambilan data untuk mengantisipasi adanya drop out, maka sampel
ditambahkan 10% atau 9,3 dibulatkan menjadi 10 responden. Jumlah sampel
yang dibutuhkan yaitu sejumlah 104 responden.
Saat pengumpulan dari 106 kuesioner yang dibagikan, 105 kuesioner kembali
dengan isian dan satu kuesioner dikembalikan karena responden menolak
untuk mengisi. Dari 105 kuesioner yang diisi, 11 kuesioner tidak layak untuk
dianalisis, sehingga return rate sebesar 89,5%.
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian diawali dengan pembuatan rancangan proposal penelitian pada
bulan April 2012 hingga persetujuan proposal yaitu pada bulan Mei 2012.
Peneliti selanjutnya melakukan pengambilan data pada bulan Mei 2012 di
SMP Anugerah Insani. Analisis data serta pembuatan laporan hasil penelitian
dilakukan pada bulan Juni 2012.
4.4 Etika Penelititan
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
25
Universitas Indonesia
Dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian, peneliti menghormati harkat
dan martabat manusia, menghormati privasi, keadilan dan inklusivitas, serta
memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan. Peneliti
menerapkan etika penelitian antara lain:
4.4.1 Anonymity & Confidentiality
Peneliti menjaga kerahasiaan data yang didapat maupun hasil diobservasi dan
digunakan untuk kepentingan pendidikan dan kebermanfaatan. Adapun
responden yang berpartisipasi, informasi yang diberikan tidak merugikan
responden dalam bentuk apapun. Peneliti memberikan kode responden pada
setiap kuesioner untuk menjaga kerahasiaan maupun menghilangkan unsur
subjektivitas.
4.4.2 Protection from Discomfort & Harm
Secara teknis, penelitian dilakukan dengan mengisi lembar kuesioner.
Penelitian ini berupa identifikasi sikap dan perilaku remaja, maka tidak ada
resiko yang ditimbulkan. Kuesioner yang telah di olah, selanjutnya dipisahkan
antara nama dan kesediaan mengisi kuesioner dengan jawaban kuesionernya.
Hal ini untuk menghindari diketahuinya jawaban kuesioner oleh orang lain
jika suatu saat berpindah tangan. Kuesioner ini kemudian disimpan dalam
kardus dan ditaruh di dalam lemari.
4.4.3 Informed Consent
Sebelum melakukan penelitian, maka perlu kesediaan responden untuk terlibat
dalam penelitian. Responden dari penelitian ini yaitu anak usia 12 hingga 15
tahun sehingga sudah dapat dimintai kesediaan sebagai responden. Informed
Consent atau lembar pernyataan kesediaan menjadi responden diberikan
kepada responden yang bersangkutan.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
26
Universitas Indonesia
4.5 Alat Pengumpul Data
Peneliti menggunakan instrument berupa kuesioner yang dikembangkan
sendiri oleh peneliti. Kuesioner tersebut dibagi dalam beberapa bagian
yaitu:
4.5.1 Bagian 1 tentang karakteristik responden, berisi data responden
meliputi usia, jenis kelamin, sumber pengetahuan pendidikan seks
dan pengasuh. Karakteristik usia merupakan pertanyaan terbuka
yang di jawab bebas oleh responden. Karakteristik jenis kelamin,
sumber pengetahuan pendidikan seks dan pengasuh merupakan
pertanyaan yang jawabannya telah disediakan.
4.5.2 Lembar Pertanyaan Pengetahuan, yaitu lembar yang berisi 35
pertanyaan pengetahuan mengenai perkembangan seksualitas
remaja. Pertanyaan ini untuk mengeksplorasi tingkat pengetahuan
remaja mengenai pendidikan seks. Responden diminta untuk
memberikan jawaban benar atau salah terhadap pernyataan yang
diberikan oleh peneliti. Skor maksimal yang mungkin diperoleh
responden yaitu 35, dengan pernyataan yang harus di nyatakan
benar sebanyak 19 dan 16 pernyataan harus dinyatakan salah.
Kriteria tingkat pengetahuan tinggi apabila skor responden
mencapai lebih dari 75% dari skor maksimal (lebih dari 26,25 atau
dibulatkan menjadi lebih dari 27).
Tabel 4.1 Kisi-kisi Jawaban Kuesioner
Jumlah Nomor
Pernyataan Positif 19 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 13, 14,
16, 17, 20,21, 22, 23, 24,
25, 26, 35
Pernyataan Negatif 16 4, 6, 8, 11, 12, 15, 18, 19,
27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
34
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
27
Universitas Indonesia
Kuesioner dibagi menjadi empat sub pengetahuan terkait
seksualitas, berikut tabel penjelasan mengenai pembagian
pernyataan.
Tabel 4.2 Kisi-kisi Sub Pengetahuan
Pengetahuan Jumlah Nomor
Pubertas 12 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 21, 22
Organ Reproduksi 9 12, 13, 14, 15, 16,
17, 18, 19
Penyakit Menular dan Resiko
Kehamilan
7 20, 23, 24, 25, 26,
27, 28
Mitos terkait seksualitas 7 11, 29, 30, 31, 32,
33, 34
Pada tabel di atas dapat dilihat pernyataan menurut sub bab.
Pengetahuan tentang pubertas berjumlah 12 pernyataan, responden
dikatakan memiliki pengetahuan tinggi tentang pubertas apabila
memiliki skor lebih dari 25% atau di atas 9. Pengetahuan tinggi
tentang reproduksi yaitu apabila responden berhasil mencapai skor
lebih dari 6,75 atau dibulatkan menjadi 7. Pengetahuan tentang
penyakit menular dan kehamilan serta mitos tinggi apabila
mencapai skor 5,25 atau 6.
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji coba kuesioner dilakukan pada siswa di SMP Putra Bangsa sebanyak 35
responden. Responden memiliki karakteristik yang sama dengan sampel,
yaitu berusia 12 – 15 tahun atau pada fase remaja awal. Uji coba kuesioner
dilanjutkan dengan uji validitas maupun reliabilitas.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
28
Universitas Indonesia
Uji validitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai tiap-tiap
pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Suatu variabel dinyatakan
valid apabila skor variabel tersebut mempunyai korelasi yang bermakna yaitu
jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel. Saat melakukan uji validitas
dengan SPSS 16, dari 35 pernyataan terdapat 12 pernyataan valid yaitu
membandingkan Corrected Item-Total Correlation dengan r tabel yang
besarnya 0,349. Pernyataan yang tidak valid kemudian diperbaiki bersama
pembimbing dengan melakukan perubahan bahasa yang lebih sederhana agar
mudah dimengerti oleh responden. Uji validitas ini sekaligus sebagai uji
keterbacaan untuk melihat bagaimana pernyataan dapat dimengerti oleh
responden.
Pengujian reliabilitas instrumen SPSS yaitu dengan melihat nilai alpha
chronbach, yairu dengan membandingkan r alpha dengan r tabel. Bila r
alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliabel. Dari hasil uji validitas
yang dilakukan alpha cronbach menunjukkan nilai 0,65. Alpha cronbach
pada uji validitas menunjukkan angka yang lebih besar dari r tabel sebesar
0,6 dan dapat dikatakan kuesioner tersebut reliabel.
4.7 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan prosedur sebagai berikut:
4.6.1 Proposal Penelitian dan Perizinan
Peneliti membuat proposal penelitian untuk diajukan kepada fakultas.
Peneliti kemudian mempersiapkan perizinan dari Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia kepada SMP Anugerah Insani
Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Bogor Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat.
4.6.2 Prosedur Pengumpulan Data
Proposal yang telah disetujui dan perizinan penelitian yang
dikeluarkan oleh Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
29
Universitas Indonesia
kemudian diajukan kepada kepala SMP Anugerah Insani untuk
menyampaikan tujuan dan manfaat dari penelitian ini.
Pengambilan data dimulai setelah mendapatkan perizinan untuk
meneliti dari sekolah.
Peneliti dibantu oleh Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan
dalam pengaturan jam saat pengambilan data agar tidak
menganggu KBM yang sedang berlangsung.
Peneliti masuk ke masing masing kelas (kelas VII dan VIII)
kemudian kontrak waktu tujuan dan tempat. Selanjutnya, peneliti
peneliti menjelaskan prosedur pengisian kuesioner mulai dari
Lembar Penjelasan Penelitian, Lembar Persetujuan Responden,
Bagian Karakteristik maupun Bagian Pernyataan.
Peneliti mengingatkan responden untuk memastikan jawaban dari
pernyataan maupun karakteristik telah terisi.
Peneliti mengumpulkan kuesioner, sekaligus memastikan
responden telah mengisi semua pernyataan.
Pengambilan data memakan waktu dua hari melihat responden
dari kelas IX yang sulit untuk ditemui.
Pada fase terminasi kepada yayasan, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada sekolah maupun responden.
4.8 Pengolahan Data
Berdasarkan teknik pengolahan data oleh Hastono (2007), tahapan pengolahan
data pada penelitian ini yaitu:
Editing, yaitu pengecekan observasi mengenai kelengkapan pengisian.
Kuesioner yang tidak lengkap dipisahkan dari kuesioner yang diisi
lengkap oleh responden.
Coding, klasifikasi dan pengkodean data agar mudah untuk memasukkan
data. Peneliti mengkode responden dari 1 hingga 94. Pernyataan benar dari
responden diberi kode 1,sedangkan jawaban salah diberi kode 2.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
30
Universitas Indonesia
Processing, pemrosesan data dengan menggunakan program aplikasi
statistik dan pengolahan data. Peneliti melakukan penilaian dari hasil
kuesioner, kemudian diperoleh skor total. Skor ini yang kemudian diolah
untuk dikategorikan menjadi pengetahuan tinggi maupun rendah.
Cleaning, pengecekan kembali data yang telah diolah untuk menghindari
kesalahan pemasukan data.
4.9 Analisis Data
Analisis data merupakan tahapan yang dilakukan setelah data terkumpul. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan analisis univariat. Analisis univariat
digunakan untuk mendapatkan gambaran pada masing-masing variabel dalam
bentuk tabel frekuensi dan nilai-nilai tendensi sentral. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran masing-masing responden sesuai karakteristik
seperti jenis kelamin, pengasuhan maupun sumber informasi pengetahuan
perkembangan seksualitas remaja dan pengetahuan remaja tentang
perkembangan seksualitas.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis
variabel. Jenis data yang terdapat dalam penelitian ini berbentuk data
kategorik dan numerik. Berikut ini merupakan jenis uji statistik berdasarkan
variabel dapat dilihat pada tabel 4.2.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
31
Universitas Indonesia
Tabel 4.3 Tabel Analisis Uji Statistik Variabel
Variabel Jenis Data Analisis
Usia Kategorik Distribusi frekuensi
Jenis Kelamin Kategorik Distribusi Frekuensi
Pengasuh Kategorik Distribusi Frekuensi
Sumber Informasi Kategorik Distribusi Frekuensi
Tingkat Pengasuhan Kategorik Distribusi Frekuensi
4.10 Jadwal Kegiatan
Agenda Riset April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Penetapan Judul Penelitian
Pembuatan Proposal Penelitian
Revisi dan Pengesahan Proposal
Perizinan Penelitian
Uji Coba Penelitian
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Pembuatan Laporan Akhir
Sidang Akhir
Revisi dan Pemberkasan
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
32
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang akan digambarkan berdasarkan
analisis univariat masing-masing variabel. Penelitian ini memberikan gambaran
mengenai pengetahuan tentang perkembangan seksualitas remaja awal di SMP
Anugerah Insani Cibinong Bogor yang akan dijelaskan sesuai dengan tujuan
penelitian Bab Pendahuluan.
5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pengasuh dan sumber
pengetahuan terkait perkembangan seksualitas.
5.1.1 Usia
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata usia responden antara 13,11
tahun dengan standar deviasi sebesar 0.989. Usia paling muda yaitu 12 tahun
dan tertua yaitu 15 tahun. Keterangan lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Usia
di SMPIT Anugerah Insani Bogor, Mei 2012 (n=94)
Variabel Mean Median Modus SD Min-Maks
Usia 13,11 13,00 12 0.989 12-15
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
33
Universitas Indonesia
5.1.2 Jenis Kelamin
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, responden laki-laki lebih banyak
jumlahnya (57,4%, n=54) dibandingkan dengan responden perempuan
(42,6%, n=40). Karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada Diagram 5.1
berikut.
Diagram 5.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
di SMPIT Anugerah Insani, Bogor Mei 2012 (n=94)
5.1.3 Pengasuh
Selain karakteristik jenis kelamin, berikut merupakan karakteristik responden
berdasarkan pengasuh. Mayoritas responden diasuh oleh orang tua (97,8%,
n=92) dan sisanya diasuh oleh anggota keluarga lain yaitu nenek ataupun
saudara dekat (2,2%, n=2). Karakteristik pengasuhan secara detil dapat dilihat
pada Diagram 5.2.
Jenis Kelamin
57,4% 42,6%
Laki-laki
Perempuan
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
34
Universitas Indonesia
Diagram 5.2 Distribusi Responden Menurut Pengasuh
di SMPIT Anugerah Insani Cibinong, Bogor Mei 2012 (n=94)
5.1.4 Sumber Pengetahuan
Karakteristik sumber pengetahuan mengenai perkembangan remaja paling
banyak diperoleh dari teman sebesar 44,7% (n=42). Selain itu, sebagian
responden mendapat pengetahuan dari orang tua yaitu sebesar 23,4% (n=22).
Informasi tersebut paling sedikit diperoleh dari televisi, radio, majalah ataupun
buku.
Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Sumber Pengetahuan tentang
Perkembangan Remaja di SMPIT Anugerah Insani Bogor, Mei 2012 (n=94)
Karakteristik Sumber Pengetahuan Frekuensi Persentase
Orang tua 22 23,4%
Media Massa 3 3,2%
Teman 42 44,7%
Sekolah 18 19,1%
Internet 9 9,6%
Total 94 100%
Jumlah
97,8%
2,2%
Orang tua
Anggota keluarga lain
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
35
Universitas Indonesia
5.2 Gambaran Pengetahuan tentang Perkembangan Remaja Awal
Sejumlah 29 responden (30,9%) memiliki pengetahuan rendah, sedangkan
responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 69,1% (n=65). Diagram
5.3 menggambarkan tingkat pengetahuan responden tentang perkembangan
remaja awal.
Diagram 5.3 Tingkat Pengetahuan tentang Perkembangan Seksualitas
Remaja Awal di SMPIT Anugerah Insani, Bogor Mei 2012 (n=94)
Berikut tabel penyajian berdasarkan sub pengetahuan tentang Pubertas, Organ
Reproduksi, Penyakit dan Resiko Kehamilan maupun Mitos. Tabel 5.3
memperlihatkan perbandingan tingkat pengetahuan tinggi dan rendah tentang
pubertas. Sebanayak 60,6% (n=57) responden memiliki pengetahuan tinggi.
Tabel 5.3 Tingkat Pengetahuan tentang Pubertas
di SMPIT Anugerah Insani Bogor, Mei 2012 (n=94)
Pengetahuan tentang Pubertas n %
Tinggi 57 60,6%
Rendah 37 39,4%
Jumlah 94 100%
30,9%
69,1%
Pengetahuan
Tinggi
Pengetahuan Rendah
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
36
Universitas Indonesia
Tabel 5.4 memperlihatkan tingkat pengetahuan tentang organ reproduksi.
Responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 35,1% (n=33).
Tabel 5.4 Tingkat Pengetahuan tentang Organ Reproduksi
di SMPIT Anugerah Insani Bogor, Mei 2012 (n=94)
Pengetahuan tentang Organ Reproduksi n %
Tinggi 33 35,1%
Rendah 61 64,9%
Jumlah 94 100%
Tabel 5.5 menggambarkan tingkat pengetahuan tentang penyakit dan resiko
kehamilan. Responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang peyakit dan
resiko kehamilan sebanyak 76,6% (n=72).
Tabel 5.5 Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit dan Resiko Kehamilan
di SMPIT Anugerah Insani Bogor, Mei 2012 (n=94)
Tabel 5.6 menggambarkan tingkat pengetahuan tentang penyakit dan resiko
kehamilan. Responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang peyakit dan
resiko kehamilan sebanyak 76,6% (n=72).
Tabel 5.6 Tingkat Pengetahuan tentang Mitos
di SMPIT Anugerah Insani Bogor, Mei 2012 (n=94)
Pengetahuan tentang Mitos n %
Tinggi 8 8,5%
Rendah 86 91,5%
Jumlah 94 100%
Pengetahuan tentang Penyakit & Resiko Kehamilan n %
Tinggi 72 76,6%
Rendah 22 23,4%
Jumlah 94 100%
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
37
Universitas Indonesia
Selanjutnya tingkat pengetahuan responden akan digambarkan berdasarkan
karakteristiknya. Pada tabel 5.7 tingkat pengetahuan dibedakan berdasarkan usia
responden. Berdasarkan yang ditemukan, tingkat pengetahuan tinggi terbanyak
berada pada usia 12 tahun (11,7%, n=11) sedangkan tingkat pengetahuan rendah
paling banyak ditemukan pada usia 13 tahun (25,5%, n=24).
Tabel 5.7 Tingkat Pengetahuan berdasarkan usia
di SMPIT Anugerah Insani Bogor, Mei 2012 (n=94)
Karakteristik Usia Pengetahuan
Pengetahuan rendah Pengetahuan tinggi
12 21 65,6% 11 34,4%
13 24 82,8% 5 17,2%
14 14 58,3% 10 41,7%
15 6 33,3% 3 66,7%
Total 65
29
Selanjutnya, tabel 5.8 menunjukkan gambaran tingkat pengetahuan tentang
perkembangan seksualitas berdasarkan jenis kelamin responden. Responden laki-
laki, memiliki pengetahuan rendah daripada responden perempuan. Pada
kelompok responden yang memiliki pengetahuan tinggi, untuk responden laki-laki
juga lebih sedikit.
Tabel 5.8 Tingkat Pengetahuan berdasarkan jenis kelamin
di SMPIT Anugerah Insani, Bogor Mei 2012 (n=94)
Karakteristik Jenis Kelamin Pengetahuan
Pengetahuan rendah Pengetahuan tinggi
Laki-laki 40 74,1% 14 25,9%
Perempuan 25 62,5% 15 37,4%
Total 65
29
Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan pengasuh di SMPIT Anugerah Insani
Bogor dapat dilihat pada tabel 5.9 di bawah ini. Pada kedua kelompok
pengetahuan tinggi maupun rendah, mayoritas pengasuhan dilakukan oleh orang
tua.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
38
Universitas Indonesia
Tabel 5.9 Tingkat Pengetahuan berdasarkan pengasuh
di SMPIT Anugerah Insani, Bogor Mei 2012 (n=94)
Karakteristik Pengasuhan Pengetahuan
Pengetahuan rendah Pengetahuan tinggi
Orang tua 63 67,0% 29 30,9%
Anggota Keluarga Lain 2 2,1% 0 0%
Lainnya 0 0% 0 0%
Total 65 69,1% 29 30,9%
Variabel karakteristik lain yang dikaji adalah sumber pengetahuan. Pada
kelompok pengetahuan tinggi, sumber informasi terbanyak berasal dari teman
(19,1%, n=18) dan orang tua (8,5%, n=8). Sementara itu pada kelompok
pengetahuan rendah, sumber informasi terbanyak adalah teman (25,5%, n=24) dan
orang tua (22,3%, n=21).
Tabel 5.10 Tingkat Pengetahuan berdasarkan Sumber Pengetahuan
di SMPIT Anugerah Insani Bogor, Mei 2012 (n=94)
Karakteristik Sumber
Pengetahuan
Pengetahuan
Pengetahuan rendah Pengetahuan tinggi
Orang tua 21 22,3% 1 1,1%
Media Massa 3 3,2% 0 0,0%
Teman 24 25,5% 18 19,1%
Sekolah 10 10,6% 8 8,5%
Internet 7 7,4% 2 2,1%
Total 65 69,1% 29 30,9%
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
39
BAB 6
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan hasil penelitian yang akan dikaitkan
dengan teori-teori terkait. Pembahasan akan disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Selain itu, akan dijelaskan pula keterbatasan penelitian yang ditemukan.
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
mayoritas responden memiliki pengetahuan rendah. Berikut ini akan dibahas
tingkat pengetahuan siswa berdasarkan sub bab pengetahuan seksualitas serta
tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik meliputi usia, jenis kelamin,
pengasuhan dan sumber pengetahuan.
6.1.1 Tingkat Pengetahuan
Secara umum siswa memiliki pengetahuan rendah tentang perkembangan
seksualitas. Pengetahuan tentang perkembangan seksualitas itu sendiri
terbagi menjadi pengetahuan tentang pubertas, pengetahuan tentang organ
reproduksi, pengetahuan tentang penyakit dan resiko kehamilan serta
pengetahuan tentang mitos-mitos. Berikut akan dibahas mengenai tingkat
pengetahuan yang dilihat berdasarkan sub bab pengetahuan.
Salah satu sub bab pengetahuan perkembangan seksualitas yaitu
pengetahuan tentang pubertas. Mayoritas remaja memiliki pengetahuan
tinggi tentang pubertas. Secara umum, anak telah mengetahui perubahan
apa yang terjadi dan bagaimana pubertas tersebut. Pubertas yang dialami
remaja seperti yang dikemukaan oleh Freud bahwa terjadi perubahan baik
fisik maupun hormonal (Berk,2001)
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
40
Universitas Indonesia
Anak telah mengetahui tanda-tanda pubertas meliputi munculnya tanda-
tanda seks sekunder, seperti membesarnya pinggul pada anak perempuan,
tumbuhnya jakun dan kumis pada anak laki-laki. Pada pubertas yang
dialami remaja juga muncul bulu halus di daerah ketiak maupun pubis.
Anak laki-laki mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan
mengalami haid
Selanjutnya, sub pengetahuan tentang perkembangan seksualitas remaja
yaitu pengetahuan tentang organ reproduksi. Pengetahuan tentang organ
reproduksi didominasi oleh pengetahuan remaja yang rendah. Penelitian
lain (Rice, 2005) menyebutkan bahwa orang tua yang membicarakan
seksualitas di rumah, sebatas penjelasan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan remaja seperti menarche dan perubahan fisik.
Menurut Freud, koping remaja didapat dari orang tua maupun non
keluarga seperti sahabat, teman dan teman special (Potts & Mandleco,
2007). Peneliti berasumsi bahwa anak tidak mendapat infromasi yang
cukup tentang organ reproduksi baik dari orang tua, peer group,
lingkungan dan media. Hal inilah yang menyebabkan informasi yang
didapatkan anak seringkali bukan penjelasan ilmiah tentang kondisi organ
reproduksi.
Akibat dari informasi yang tidak benar, menyebabkan anak percaya pada
mitos yang berkembang di masyarakat. Hockkenberry menyampaikan
bahwa anak tidak mendapat informasi yang akurat akibat orang tua tidak
emnyampaikan jawaban yang memuaskan anak (Rice,2005). Hal ini juga
dikemukakan Andika (2010) yang menyampaikan bahwa remaja tidak
mendapatkan sumber informasi tentang seksualitas yang benar.
Mitos yang berkembang di masyarakat diantaranya tidak boleh
menggunting kuku ataupun keramas ketika haid, minum minuman bersoda
agar melancarkan haid hingga mitos seputar hubungan seks seperti
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
41
Universitas Indonesia
berhubungan seks ketika haid tidak menyebabkan kehamilan. Hasil ini
juga didukung beberapa penelitian terkait mitos oleh Eldred (1998) dan
Umeora & Egwuatu (2008). Penelitian tersebut memperlihatkan hasil
bahwa kepercayaan masyarakat yang masih kental tentang mitos haid dan
hubungan seksual. Wanita yang haid dianggap kotor dan dikucilkan, yaitu
dengan menggunakan peralatan makan yang khusus, tidak boleh
menyentuh pot, tidak boleh menuang anggur serta sejenisnya.
Sub pengetahuan berikutnya adalah pengetahuan tentang penyakit dan
resiko kehamilan. Pengetahuan tentang penyakit dan resiko kehamilan
mayoritas memiliki pengetahuan yang tinggi. Penyakit seperti AIDS
maupun penyakit kelamin mungkin bukan hal asing lagi bagi remaja
melihat banyaknya poster dan leaflet maupun iklan-iklan yang
menanyangkan tentang HIV dan dampaknya bagi tubuh.
Warren (1999) menyatakan ada hubungan geografis dengan tingkat
pengetahuan dan sikap pada penyakit AIDS, ada perbedaan antara remaja
yang tinggal di daerah terpencil maupun daerah kota besar. Berdasarkan
penelitian tersebut, peneliti berasumsi bahwa siswa telah mendapat cukup
infrmasi tentang HIV/AIDS dan resiko kehamilan karena berada di kota
besar.
6.1.2 Tingkat Pengetahuan berdasarkan Karakteristik
6.1.1.1 Usia
Rata-rata usia siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini
adalah 13,11 tahun. Usia tersebut termasuk dalam usia remaja awal
yang memiliki rentang usia antara 12 hingga 15 tahun. Secara
umum, anak pada usia tersebut mengalami fase formal operation
yaitu anak mampu berpikir deduktif maupun induktif. Pada tahap
ini, anak dapat berpikir secara sistematis.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
42
Universitas Indonesia
Berikut ini hasil dari penelitian tingkat pengetahuan yang dilihat
berdasarkan usia. Usia dengan pengetahuan tinggi terbanyak yaitu
pada usia 15 tahun (66,7%) dan 14 tahun (41,7%). Sedangkan pada
pengetahuan rendah usia 12 tahun dan 13 tahun memeliki proporsi
yang besar.
Penelitian tersebut memeperlihatkan bahwa usia yang lebih tua
memiliki pengetahuan tinggi lebih banyak dibandingkan usia yang
lebih muda. Apabila melihat usia sebagai lama hidup, maka
semakin tua memiliki lama hidup yang panjang dan memungkinkan
mendapat pengalaman maupun paparan informasi yang semakin
banyak dibandingkan dengan orang yang lama hidupnya lebih
sedikit.
Pada penelitian Yu-Li Zang (2011) menyampaikan tidak ada
perubahan signifikan pengetahuan tentang seksualitas terkait usia.
Yu-Li Zang menyampaikan bahwa semakin tua tidak selalu
pengetahuan semakin tinggi. Maka, dalam penelitian ini berbeda
dengan hasil penelitian Yu-Li Zang.
6.1.1.2 Jenis Kelamin
Tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik selanjutnya yaitu
terkait jenis kelamin. Baik remaja laki-laki maupun remaja
perempuan keduanya mengalami pubertas yang ditandai dengan ciri
seks sekunder yaitu tumbuhnya rambut pada pubis maupun pada
ketiak. Persamaan lain yaitu timbulnya jerawat serta bau badan.
Perbedaannya, anak laki-laki mengalami perubahan suara dan mulai
memproduksi testis, sedangkan anak perempuan tidak mengalami.
Remaja perempuan mengalami menstruasi serta pembesaran
payudara dan pinggul.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
43
Universitas Indonesia
Remaja perempuan cenderung mengalami pubertas lebih awal
daripada anak laki-laki. Rambut pada pubis tumbuh pada anak
perempuan terlebih dahulu dibandingkan anak laki-laki. Payudara
anak perempuan juga mulai membesar lebih awal dibandingkan
perkembangan testis. Percepatan pertumbuhan pada perempuan
terjadi pada awal pubertas, sebaliknya pada laki-laki justru pada
akhir pubertas (Madaras, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian, 14 dari 54 laki-laki memiliki
pengetahuan tinggi atau dengan kata lain 25,9% laki-laki memiliki
pengetahuan rendah. Berbeda dengan responden perempuan, dari 40
responden perempuan 37,5% memiliki pengetahuan tinggi. Dalam
hal ini, peneliti berasumsi bahwa perempuan lebih cenderung
waspada terhadap perubahan tubuh yang terjadi pada masa pubertas.
Sebaliknya, pada laki-laki cenderung acuh terhadap perubahan yang
terjadi pada tubuhnya yang terjadi pada masa pubertas.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hadiyana (2004) bahwa perempuan memiliki pengetahuan
tentang perkembangan seksualitas lebih rendah dibanding laki-laki.
Perempuan lebih mudah merasa malu sehingga cenderung
membatasi diri untuk memperoleh informasi terkait perkembangan
seksualitas.
6.1.1.3 Pengasuh
Kehadiran orang tua berperan untuk mendukung tumbuh kembang
si anak. Anak remaja yang kurang mendapat pengawasan maupun
perhatian dari orang tua menyebabkan waktunya dihabiskan sendiri
atau bersama teman-temannya. Hal tersebut yang akan
menyebabkan anak memiliki perilaku menyimpang seperti
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
44
Universitas Indonesia
penggunaan obat-obat terlarang ataupun hubungan seksual (Wong,
2007).
Hasil penelitian hampir semua responden diasuh oleh orang tua.
Akan tetapi hal ini berkebalikan dengan hasil yang menunjukan
bahwa mayoritas reponden mendapatkan pengetahuan dari teman,
bukan dari orang tua. Philip Rice & Dolgin (2005), menyampaikan
terdapat berbagai macam sikap orang tua dalam menghadapi anak
remaja, antara lain:
Bersama anak berdiskusi dan membuat kesepakatan tentang hal
yang boleh dilakukan maupaun hal yang tidak boleh dilakuan.
Orang tua menganggap bahwa membicarakan seksualitas
merupakan hal yang tabu, sehingga tidak perlu dibicarakan.
Orang tua yang sengaja membiarkan anaknya tidak tahu
tentang seksualitas.
Orang tua yang terlambat membicarakan perihal seksualitas
kepada anak.
6.1.1.4 Sumber Pengetahuan
Remaja memiliki kecenderungan lebih dekat dengan peer group
atau kelompoknya. Kelompok ini dibentuk dengan kesamaan nilai,
sikap, kepribadian, status ataupun kesamaan aktivitas (Boyd & Bee,
2009). Kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman, hal
inilah yang menyebabkan arus informasi lebih cepat diperoleh dari
teman.
Persentase anak yang memiliki pengetahuan tinggi yang berasal dari
teman memegang jumlah maupun persentase terbesar. Sedangkan
pada sumber pengetahuan yang berasal dari orang tua, responden
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
45
Universitas Indonesia
berpengetahuan rendah lebih besar persentasinya daripada yang
berpengetahuan tinggi.
Peneliti berasumsi bahwa kedua belah pihak baik orang tua maupun
pihak anak memiliki kecenderungan untuk tidak membisarakan
seksualitas di dalam keluarga. Oranng tua mungkin malu untuk
membicarakannya atau tidak memiliki kompetensi untuk
menyampaikan perkembangan seksualitas sedangkan anak kurang
nyaman untuk membicarakan perkembangan seksualitas kepada
orang tua dan lebih terbuka kepada teman.
Penelitian oleh Hockenberry (2008) menemukan bahwa orang tua
khususnya ibu tidak dapat secara memadai mendefinisikan
perkembangan seksual akibatnya tidak dapat mengajarkan kepada
anak tentang perkembangan seksualitas. Wakley (2011) juga
menyampaikan tentang penelitian yang menunjukkan bahwa orang
tua seringkali tidak memiliki pengetahuan dan bingung untuk
membicarakan dengan anak mengenai perkembangan seksual,
padahal di sisi lain anak memiliki pengetahuan tinggi mengenai
perkembangan seksualitas. Hal ini menunjukkan bahwa anak tidak
mendapatkan informasi mengenai perkembangan seksualitas bukan
dari orang tua.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan memiliki kendala diluar perkiraan peneliti yang terjadi
selama proses penelitian. Adapun keterbatasan penelitian peda populasi dan
sampel. Populasi pada penelitian ini yaitu sejumlah 122 siswa SMPIT Anugerah
Insani. SMPIT Anugerah Insani merupakan sekolah yang terbilang baru berdiri,
akibatnya terjadi perbedaan jumlah antara kelas 7, 8 maupun 9. Siswa kelas 8
maupun kelas 9 terdiri dari satu kelas, sedangkan kelas 7 terdapat dua kelas.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
46
Universitas Indonesia
Selain itu, pengambilan data bertepatan dengan usainya UN SMP sehingga jumlah
siwa-siswi kelas 9 yang berpartisipasi menjadi responden sedikit dan mendapat
jumlah minimal setelah disortir menurut kelayakan untuk diuji.
Selain keterbatasan diatas, peniliti memiliki keterbatasan mengenai ruang lingkup
penelitian. Fokus ruang lingkup penelitian dipersempit dan mengarah pada
pengetahuan. Perizinan yang membutuhkan waktu cukup lama membuat hal
teknis yang terlewatkan. Hal tersebut menyebabkan pada surat perizinan tertulis
judul yang masih belum difokuskan pada pengetahuan.
6.3 Implikasi Keperawatan
Perawat sebagai pemberi layanan asuhan keperawatan yang holistic perlu
mengembangkan model komunikasi untuk orang tua dan remaja terkait seksualitas
yaitu dengan cara meningkatkan kesadaran dan sikap positif terkait komunikasi
terkait seksualitas pada remaja, membangun pengetahuan dan perkembangan
seksualitas serta membangun hubungan ibu-anak.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
47
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Siswa-siswi SMPIT Anugerah Insani yang rata-rata berusia 13 tahun mayoritas
diasuh oleh orang tua. Sebagian besar pengetahuan didapat dari teman. Jumlah
laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Siswa-siswi SMPIT Anugerah
Insani sebagian besar memiliki pengetahuan yang rendah mengenai
perkembangan seksualitas remaja awal khususnya pengetahuan tentang organ
reproduksi dan mitos yang berkembang di masyarakat.
7.2 Saran
Perlu adanya inovasi untuk melakukan penelitian lanjutan. Penelitian berikutnya
diharapkan dapat memberikan hubungan baik antara pengetahuan, faktor yang
mempengaruhi perilaku maupun perilaku yang ada pada remaja awal terhadap
perkembangan seksual.
Orang tua perlu menggali pengetahua, pemahaman, sikap maupun persepsi
tentang perkembangan, dan perasaan tidak nyaman anak untuk membangun
komunikasi terkait perkembangan seksual.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
48
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Andika, Alya. (2010). Ibu, Darimanakah Aku Lahir?. Yogyakarta : Pustaka
Grahatama
Berk, L. E. (2001). Development Through the Lifespan Second Edition. USA:
Allyn & Bacon.
Boyd, D., & Bee, H. (2009). Lifespan Development Fifth Edition. USA: Pearson
Education Inc
Chomaria, N. (2008). Aku Sudah Gede. Solo: Samudera.
Dahlan, M. S. (2008). Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan. (Seri 3). Jakarta : Sagung Seto
Eldred, S. M. (1998, Aug 31). Menstruation myths. New Moon, 5, 40-40.
Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/194790773?accountid=17242
Gunarsa, S. D. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Gunung Mulia.
Hadiyana, I. M. (2004). Seksualitas: Teori dan Realitas. Jakarta : Ford Foundation
& FISIP UI
Hidayat, A.A.A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika
Hockenberry, M. J. (2007). Wong's Nursing Care Of Infant And Childern Eight
Edition. St. Louis Missouri: Mosby Elsevier.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
49
Universitas Indonesia
Lawan, U. M., Yusuf, N. W., & Musa, A. B. (2010). Menstruation and menstrual
hygiene amongst adolescent school girls in kano, northwestern nigeria.
African Journal of Reproductive Health, 14(3), 201-7. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/858374465?accountid=17242
Madani, yusuf. (2003). Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam. Jakarta : Zahra
Madaras, L., & Madaras, A. (2011). Ada Apa dengan Tubuhku? Jakarta: Indeks.
Kertapati D. T. (2010). Kepala BKKBN: 51 dari 100 Remaja di Jabodetabek
Sudah Tak Perawan (diunduh
http://www.detiknews.com/read/2010/1…awan?991101605 pada 23 April
2012).
Potts, N. L., & Mandleco, B. L. (2007). Pediatric Nursing: Caring for Children
and Their Families Second Edition. New York: Thompson Corp.
Pranoto, Naning. (2005). Virgin? Sex and Teens. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Rice & Dolgin. (2005). The Adolescent Development, Relationship, and Culture.
Ninth Edition. USA: Pearson Education Inc.
Santrock, J. W. (2008). Life-Span Development Twelve Edition. New York: Mc
Graw Hill.
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia: dari sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC.
Siriarunrat S dkk. (2010). Development of a model for parent-adolescent daughter
communication about sexuality. Bangkok : SEAMO Regional Tropical
Medicine and Public Health Network.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
50
Universitas Indonesia
Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Umeora, O. U. J., & Egwuatu, V. E. (2008). Menstruation in rural igbo women of
south east nigeria: Attitudes, beliefs and practices. African Journal of
Reproductive Health, 12(1), 109-15. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/218991039?accountid=17242
Wadsworth, B. J. (1996). Piaget's Theory of Cognitive and Affective
Development: Foundation of Constructivism. New York: Longman.
Warren, C. (1999). Geographical variations in AIDS knowledge and attitude
among adolescent girls of jamaica. AIDS Education and Prevention, 11(4),
364-72. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/197988750?accountid=17242
Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M., & Schwartz, P.
(2001). Wong's Essentials of Pediatric Nursing Sixth Edition. Washington
St Louis Toronto: Mosby.
Zang, Yuli. (2011). A randomised trial on pubertal development and health in
China. China: Journal of Clinical Nursing
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
UNIVERSITAS INDONESIAFAI(U LTAS I LM U KE PERAVI'ATAN
Kampus Ul Depok Telp. (021)78W9120,78U9121 Faks. 7864124Email : [email protected] Web Site :www.fik.ui.ac.id
Nomor : 23 z flU2.F I 2.D I /PDP .04.04 12012Lamp : --Perihal : Permohonan Ijin Penelitian
8 Mei 2012
\,r+LI LIT.
Kepala SekolahSMP Putra BangsaDepok
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir (skripsi) bagi mahasiswa Program Studi Sarjana (S1)Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI):
Nama mahasiswa : Novi Aprilia K.D.NPM - :0806334193
akan melakukan pengumpulan data penelitian dengan judul "Gambaran PengetahuanPendidikan Seks dan Perilaku Seks Remaja".
Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini kami mohon dengan hormat kesediaan Bapak/Ibumengijinkan mahasiswa FIK-UI tersebut untuk melakukan pengumpulan data di lingkunganSMP Putra Bangsa Depok pada bulan Mei20l2.
Atas perhatian dan rjin yang diberikan, disampaikan terima kasih.
Tembusan:i. Dekan FIK UI2. Sekretaris FIK UI3. 'Manajer Pendidikan dan Riset FIK UI
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
UNIVERSITAS INDONESIAF ,U4EI|j:KEP'..,|ERAWATANKampus UtDepok Telp. (021)78Ug12O,78Ug121 Faks. 78il124
Email : [email protected] Web S[e : wvvw.fik.ui.ac.id
Nomor :2 22) lH2.F I 2.D 1 /PDP.04.0412012Lamp : --Perihal ; Permohonan Ijin Penelitian
8Mei20l2
Ytfl.Kepala SekolahSMP Anugerah Insani
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir (skripsi) bagi mahasiswa Program Studi Sarjana (Sl)Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI):
Nama mahasiswa : Novi Aprilia K.D.NPM :0806334193
akan melakukan pengumpulan data penelitian dengan judul "Gambaran PengetahuanPendidikan Seks dan Perilaku Seks Remaja".
Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini kami mohon dengan hormat kesediaan Bapak/Ibumengijinkan mahasiswa FIK-UI tersebut untuk melakukan pengumpulan datadi lingkunganSMP Anugerah Insani pada bulan Mei2Al2.
Atas perhatian dan ,jit yang diberikan, disampaikan terima kasih.
Tembusan:1. Dekan FIK UI2. Sekretaris FIK UI3. Manajer Pendidikan dan Riset FIK UI
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERKEMBANGAN
SEKSUALITAS PADA REMAJA AWAL
SMP ANUGERAH INSANI BOGOR
INSTRUMEN PENELITIAN
NOVI APRILIA KUMALA DEWI
0806334193
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM SARJANA REGULER
DEPOK, JAWA BARAT
MEI 2012
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Novi Aprilia Kumala Dewi
NPM : 0806334193
Alamat : Jln Kedondong, Asrama Putri Aceh „Pocut Baren‟
adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang sedang melakukan
penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Perkembangan Seksualitas
pada Remaja Awal” Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan
remaja mengenai perkembangan seksualitasnya. Penelitian akan menggunakan instrumen
berupa kuesioner untuk proses pengumpulan data.
Saya berharap teman-teman semua dapat menjawab pertanyaan pada kuesioner ini dengan
jujur. Identitas maupun jawaban yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya. Atas
kesediaanya saya mengucapkan terimakasih.
Depok, 24 Mei 2012
Peneliti
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
Usia :
Setelah membaca penjelasan yang diberikan oleh peneliti, saya bersedia ikut berpartisispasi
sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Perkembangan
Seksualitas pada Remaja Awal”
Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini dilakukan secara sukarela dan
tidak akan merugikan saya. Saya menyadari bahwa segala informasi pada penelitian ini
adalah rahasia dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian. Dengan demikian saya bersedia
untuk menjadi responden penelitian.
Depok, … Mei 2012
( )
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
Kode Responden:
Usia : tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan
Tinggal bersama: Orang tua Kakek/nenek/paman/bibi
Lainnya: ....
Sumber pengetahuan pendidikan seks : 1. Orang tua 4. TV/radio/Majalah/Buku
2. Teman Sekolah
3. Internet Lainnya : …..
Petunjuk Pengisian Kuesioner A
1. Bacalah pernyataan di bawah ini dengan teliti.
2. Jawablah pernyataan berikut dengan memberikan tanda (√) di kolom “Benar” apabila
saudara menganggap pernyataan tersebut benar atau di kolom “Salah” apabila
pernyataan tersebut salah.
3. Jika ingin mengganti jawaban beri tanda (√) dan beri tanda (√) kembali pada jawaban
yang sesuai.
No Pernyataan Benar Salah
1 Pada masa remaja terjadi pubertas
2 Pubertas merupakan peristiwa perubahan dari anak-anak
menuju dewasa.
3 Mimpi basah merupakan tanda bahwa anak laki-laki
mengalami pubertas.
4 Tumbuhnya kumis, rambut halus pada ketiak dan kelamin
merupakan tanda pubertas pada laki-laki maupun
perempuan.
5 Munculnya jakun pada anak laki-laki membuat suaranya
berubah.
6 Menstruasi merupakan satu-satunya tanda pubertas pada
perempuan.
7 Perempuan pada masa pubertas mengalami pembesaran
payudara dan pinggul.
8 Pubertas pada perempuan mengakibatkan terjadinya
pelebaran otot lengan dan bahu.
9 Pada masa pubertas, penis mengalami pertumbuhan.
10 Rahim dan vagina mengalami pertumbuhan pada masa
pubertas.
No Pernyataan Benar Salah
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.
No Pernyataan Benar Salah
11 Menstruasi merupakan peristiwa pengeluaran darah kotor.
12 Laki-laki memproduksi hormon estrogen dan progesteron.
13 Jika pubertas, artinya wanita sudah bisa hamil.
14 Berhentinya tubuh untuk memproduksi sel telur disebut
menopause.
15 Menopause dialami laki-laki maupun perempuan.
16 Mimpi basah artinya anak laki-laki tersebut telah
mengeluarkan sperma (untuk yang pertama kali).
17 Ejakulasi merupakan peristiwa pengeluaran sperma pada
laki-laki.
18 Ketika hamil, perempuan tetap mengalami menstruasi.
19 Laki-laki memproduksi sel telur.
20 Hamil di usia muda beresiko pada kecacatan dan kurang
bulan (prematur) bahkan kematian bayi.
21 Usia siap menikah untuk wanita yaitu 20-25 tahun.
22 Usia pada laki-laki untuk siap menikah yaitu 25 tahun.
23 Salah satu cara merawat organ reproduksi yaitu dengan
menjaga kebersihan pakaian baik luar maupun pakaian
dalam.
24 Cara cebok yang salah dapat menyebabkan penyakit.
25 Berhubungan seks sebelum menikah dan berganti-ganti
pasangan beresiko tertular penyakit, salah satunya AIDS.
26 AIDS dapat menular melalui hubungan seksual dan
berganti-ganti pasangan.
27 Hanya perempuan yang menderita penyakit kelamin jika
berganti-ganti pasangan.
28 Laki-laki yang berganti-ganti pasangan beresiko
menimbulkan kanker serviks.
29 Kehamilan tidak akan terjadi jika hanya sekali melakukan
hubungan seks.
30 Agar tidak terjadi kehamilan, maka melakukan hubungan
seks pada saat haid.
31 Orang hamil yang memakan buah nanas akan mengalami
keguguran.
32 Keramas maupun memotong kuku merupakan pantangan di
saat haid.
33 Salah satu cara memperlancar haid yaitu dengan minum
minuman bersoda.
34 Banyak makan kacang menyebabkan jerawat.
35 Peristiwa sel telur bertemu dengan sperma disebut konsepsi.
Gambaran tingkat..., Novi Aprilia Kumala Dewi, FIK UI, 2012.