gaya cinta (love style) aaahasiswa

10
29 Jur nal Psi koislamika I Vol ume 13 Nomor 2 Tahun 2016 Individu pada masa dewasa awal , per empuan maupun l aki- laki, sel ain mencoba berbagai peker j aan sebel um menent ukan pilihan juga cenderung bergonta-ganti pasangan sebel um menentukan pasangan hi dup yang di r asanya cocok. (Hurlock, 1980). Rel asi hubungan ci nta i nil ah yang menjadi kan kegagalan dalam hubungan cinta tidak t er jadi pada masa perni kahan saj a, akan t et api hubungan prani kah akan mengalami l ebih besar kegagalan cinta sebel um menentukan pasangan yang sesuai. Hal tersebut t erkai t dengan kenyat aan yang t erjadi di masyarakat, kasus t entang hubungan cinta t erj adi mulai dar i keker asan hi ngga kasus pembunuhan. Kebanyakan kekerasan terjadi karena adanya kei nginan untuk selalu ingi n t au t ent ang pasangannya dan membat asi seti ap ruang ger ak pasangan karena r asa takut kehi l angan at au r asa memil i ki yang t erl alu tinggi, bi asanya or ang akan menyebut nya sebagai pasangan yang posesi f ( mania) . Sedangkan or ang yang menj adi kor ban adal ah orang yang mempunyai pr i nsi p rel a melakukan apapun demi pasangnnya atau dalam t eori gaya cinta l ebih dikenal sebagai Altr ui stik (agape). Kondisi PENDAHULUAN Cinta akan selal u menj adi topi k yang digandrungi oleh set iap kal angan, bai k yang muda maupun yang t ua, t erbukt i dar i link lagu, dr ama, teater, puisi, saj ak, komi k, novel , bahkan gosi p t ent ang cinta (Wisnuwardhani , 2012). Bahkan sekarang cinta menjadi t opi k popul er pada r i set i l mi ah (Tayl or, 2009). Menur ut Ant onucci, salah sat u kel ompokyang t idak lepas dar i masalah ci nt a adalah i ndividu yang ber ada pada t ahap perkembangan dewasa awal ( I r mawat i dan Sar agi h, 2005) . Kehidupan psi kososial dewasa awal semaki n kompl eks di bandi ngkan masa remaja khusunya yang memil i h unt uk melanj utkan j enjang ke per guruan t i nggi. Pemil i han dan menemukan cal on pasangan hi dup adalah salah sat u tugas perkembangan pada dewasa awal . Pemilihan akan meni kah ataupun hanya sekedar hubungan pr ani kah at au bi asanya di sebut pacar an at au yang l ainnya adal ah waj ar bagi dewasa awal karena mengingat t ugas perkembangan t er sebut (Hurl ock, 1980). Risky Ananda Ariyat i, Fathul Lubabin Nuqul , email : lubabi n_nuqul@uin- malang.ac. i d Fakul t as Psikologi Univer sit as Isl am Neger i (UI N) Maulana Malik Ibr ahi m Mal ang Jl . Gaj ayana 50 Mal ang Telp.0341- 558916 Abstrak- Ci nt a adal ah salah satu bentuk emosi yang mengandung ket ertar i kan, hasr at seksual, dan per hat i an pada seseor ang. Car a seseor ang mencint ai dan mengekspresi kan r asa ci nt anya berbeda- beda, yang kemudi an di sebut dengan gaya ci nt a. Ada 6 gaya ci nt a yai tu eros ( ci nt a romant is), ludos ( ci nt a mai n- mai n) , st rong (ci nta per sahabat an), mani a (ci nta posesif), pragma (ci nta r ealist is), agape (ci nta t anpa pamri h). Tuj uan peneli t i an ini unt uk mengetahui gaya ci nt a (love st yle) mahasi swa diti njau dar i j enis kel ami n. Peneli ti an i ni meli batkan 190 subj ek yang mer upakan mahasiswa. Instr umen yang di gunakan adalah adaptasi dari skal a Love Atti t ude Scale ( LAS). Hasil peneli t i an i ni menunjukkan bahwa subj ek ber kecender ungan mempunyai gaya ci nt a yang kombi nat i f 120 r esponden at au 63,2 %. Peneli ti an i ni j uga menemukan bahwa l aki- laki l ebi h memil i ki gaya ci nt a l udos (ci nt a main- mai n) dan agape (ci nt a t anpa pamr i h) di bandi ngkan perempuan. PSIKOISLAMIKA. Jur nal Psi kol ogi Islam (JPI) copyri ght © 2016 Pusat Penelitan dan Layanan Psi kol ogi. Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016 GAYA CI NTA (LOVE STYLE) AAAHASI SWA

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAYA CINTA (LOVE STYLE) AAAHASISWA

29Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016

Individu pada masa dewasa awal, perempuanmaupun laki-laki, selain mencoba berbagai pekerjaansebelum menentukan pilihan juga cenderungbergonta-ganti pasangan sebelum menentukanpasangan hidup yang dirasanya cocok. (Hurlock,1980). Relasi hubungan cinta inilah yang menjadikankegagalan dalam hubungan cinta tidak terjadipada masa pernikahan saja, akan tetapi hubunganpranikah akan mengalami lebih besar kegagalan cintasebelum menentukan pasangan yang sesuai.

Hal tersebut terkait dengan kenyataan yangterjadi di masyarakat, kasus tentang hubungancinta terjadi mulai dari kekerasan hingga kasuspembunuhan. Kebanyakan kekerasan terjadi karenaadanya keinginan untuk selalu ingin tau tentangpasangannya dan membatasi setiap ruang gerakpasangan karena rasa takut kehilangan atau rasamemiliki yang terlalu tinggi, biasanya orang akanmenyebutnya sebagai pasangan yang posesif (mania).

Sedangkan orang yang menjadi korban adalah orangyang mempunyai prinsip rela melakukan apapundemi pasangnnya atau dalam teori gaya cintalebih dikenal sebagai Altruistik (agape). Kondisi

PENDAHULUANCinta akan selalu menjadi topik yang digandrungi

oleh setiap kalangan, baik yang muda maupun yangtua, terbukti dari link lagu, drama, teater, puisi,sajak, komik, novel, bahkan gosip tentang cinta(Wisnuwardhani, 2012). Bahkan sekarang cintamenjadi topik populer pada riset ilmiah (Taylor,2009).

MenurutAntonucci, salah satu kelompokyangtidak lepas dari masalah cinta adalah individu yangberada pada tahap perkembangan dewasa awal(Irmawati dan Saragih, 2005). Kehidupan psikososialdewasa awal semakin kompleks dibandingkan masaremaja khusunya yang memilih untuk melanjutkanjenjang ke perguruan tinggi. Pemilihan danmenemukan calon pasangan hidup adalah salahsatu tugas perkembangan pada dewasa awal.Pemilihan akan menikah ataupun hanya sekedarhubungan pranikah atau biasanya disebut pacaranatau yang lainnya adalah wajar bagi dewasa awalkarena mengingat tugas perkembangan tersebut(Hurlock, 1980).

Risky Ananda Ariyati,Fathul Lubabin Nuqul,

email:[email protected]

Fakultas PsikologiUniversitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Jl. Gajayana 50 Malang Telp.0341-558916

Abstrak- Cinta adalah salah satu bentuk emosi yang mengandung ketertarikan, hasrat seksual,dan perhatian pada seseorang. Cara seseorang mencintai dan mengekspresikan rasa cintanyaberbeda-beda, yang kemudian disebut dengan gaya cinta. Ada 6 gaya cinta yaitu eros (cintaromantis), ludos (cinta main-main), strong (cinta persahabatan), mania (cinta posesif), pragma(cinta realistis), agape (cinta tanpa pamrih). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gaya cinta(love style) mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin. Penelitian ini melibatkan 190 subjek yangmerupakan mahasiswa. Instrumen yang digunakan adalah adaptasi dari skala Love AttitudeScale (LAS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek berkecenderungan mempunyaigaya cinta yang kombinatif 120 responden atau 63,2 %. Penelitian ini juga menemukan bahwalaki-laki lebih memiliki gaya cinta ludos (cinta main-main) dan agape (cinta tanpa pamrih)dibandingkan perempuan.

PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright © 2016 Pusat Penelitan dan LayananPsikologi. Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016

GAYA CINTA (LOVE STYLE) AAAHASISWA

Page 2: GAYA CINTA (LOVE STYLE) AAAHASISWA

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 201630

gaya cinta yang ada. Akan tetapi, bisa dikatakanbawasannya perempuan cenderung memaknai cintadalam suatu hubungan dengan kedekatan emosional,atau cinta yang mengutamakan keakraban yangmenyenangkan yaitu pada gaya cinta stronge (cintapersahabatan), pragma (cinta realistis), mania (cintaobsesif), dan agape (cinta tanpa pamrih) sementaralaki-laki cenderung menggunakan kedekatangaya cinta yang berasal dari dari fisik jasmaniahyaitu pada gaya cinta eros (cinta romantis), danludos (cinta permaianan). Seperti hasil riset jugamenunjukkan ada perbedaan seks dalam gayapercintaan, laki-laki lebih cenderung pada gayabercinta romantik, main-main atau egosentric,

sementara perempuan cenderung pada gaya cintapersahabatan, obsesive atau inscure atau pragmatik(Dayakisni a Hurdaniah, 2009).

Oleh karena itu, peneliti tertarik lebih lanjutmeneliti mengenai perbedaan gaya cinta mahasiswaditinjau dari jenis kelamin, karena sebelumnyapeneliti hanya menemukan kecenderungan gayatanpa mengetahui perbedaan yang ada pada jeniskelamin itu sendiri. Fokus penelitian ini bukan hanyamahasiswa yang merasa dirinya berpacaran, akantetapi penelitian ini akan mengambil beberapa subjekyang merasa dirinya memiliki hubungan (relation)cinta yang terjalin dengan lawan jenisnya baikitu resmi maupun tidak. Penelitian ini mengambilsubjek mahasiswa dari Universitas Islam NegeriMaulana Malik Ibrahim Malang, sehingga tujuandalam penelitian ini adalah mengetahui gaya cintayang ada serta perbedaan gaya cinta mahasiswaditinjau dari jenis kelamin di Universitas Islam NegeriMaulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang).

METODE

SubjekSampel dari penelitian ini berjumlah 190 orang

dengan rincian 81 laki-laki dan 109 perempuan.Subyek merupakan mahasiswa S1 di UniversitasIslam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Subjekdipilih yang memiliki hubungan cinta (pacaran,pernikahan dan lain sebagainya).

Teknik Pengumpulan DataMetode pengumpulan data dengan adaptasi

skala love attitude scale (Hendrick & Hendrick,1986) yang teradaptasi untuk mengukur gaya cintamahasiswa. Skala ini berjumlah 24 aitem. Skala(ove attitude scale disusun berdasarkan aspekgaya cinta yaitu: Cinta romantic (eros), a = 0,632contoh pernyataannya "Saya dan pasangan saya

ini akan terus berlangsung karena korban merasahams berkorban demi kebahagiaan pasangan yangdicintai, dan tidak akan melaporkan kekerasanyang diterimanya. Kedua tipe cinta tersebut sangatmenguras emosi, bahkan cenderung penuh tekanan(Harian Umum Pelita, 2012).

Cinta yang seharusnya berlandaskan dengankasih sayang, kepedulian, dan kebahagiaan temyatamemiliki beberapa gaya yang sangat mengurasemosi dan bahkan cenderung penuh tekanan yaitudari beberapa kasus yang dikemukakan ditemukanadanya beberapa gaya cinta yaitu gaya dnta altruistik(agape) dan posesif (mania), John Lee (Taylor, 2009)mengemukakan masih ada empat gaya cinta lainyang akan ditunjukkan pada setiap individu, yaitugaya cinta kawan baik (stonge), main-main (ludos),pragmatic (pragma) dan romantik (eros). Dalamkeenam gaya cinta tersebut mempunyai kelebihandan kekurangan, biasanya individu cenderungmemiliki dua sampai tiga jenis dari gaya cintatersebut dalam sebuah relasi yang dijalin mereka.Selain itu gaya cinta yang positif adalah gaya cintayang menyenangkan dan terjalin dalam suasanayang hangat, biasanya ada dalam bentuk gayacinta kawan baik (stronge), juga altruistik (agape)yang merupakan kombinasi dari eros dan storge.Sementara untuk keempat gaya cinta tersebutlebih menguras tenaga dan bisa membawa dampaknegatif (Taylor, 2009).

Hendrick dan Hendrick (1986) meneliti gayacinta dan seksualitas memiliki hubungan yangsignifikan dengan dengan jenis kelamin, etnis,pengalaman cinta sebelumnya, status, dan hargadin". Hasil penelitian itu didukung oleh penelitianCannary tentang hubungan antara peran genderdan pengertian tentang cinta. Secara khusus,cinta sebagai permainan (ludus) lebih mengarahpada maskulinitas dan jarang berhubungan denganfeminitas. Jenis cinta posesif atau tergantung(mania) cenderung berkaitan dengan feminitasdan jarang ada pada sifat maskulinitas. Perempuanlebih pragmatis (pragma) dibandingkan laki-laki.Perempuan memiliki gagasan yang realistis dari cinta(Cannary, 1997). Kesimpulan dalam penelitian ini,maskulinitas tidak berhubungan dengan sikap eros(romantis), storge (persahabatan atau companionate),agape (self-less; cinta tanpa pamrih), juga pragma(pragmatis). Sementara itu feminitas terkait dengansemua enam jenis cinta (Cannary, 1997)

Perbedaan gaya cinta dari penelitian sebelumnyainilah yang cukup sulit untuk menggolongkan seseorangberada dalam gaya cinta seperti apa, dari enam

Page 3: GAYA CINTA (LOVE STYLE) AAAHASISWA

31Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016

laki berjumlah 10,62 sedangkan perempuan 9,07.Selain itu pada aspek agape ternyata memiliki skoryang hampir sama, dimana skor laki-laki lebih tinggidari pada perempuan yaitu untuk mean laki-lakiberjumlah 13,14 sedangkan perempuan 12,12.

Berdasarkan tabel 2 secara keseluruan aspekludos (cinta main-main) dan agape (cinta tanpapamrih) memiliki perbedaan. Pada aspek ludos, jeniskelamin laki-laki memiliki skor yang lebih tinggi daripada perempuan, ini dapat dilihat dari mean laki-

Note: (Sig) ada perbedaan signifikan gaya cinta / (Ns) tidak ada perbedaan gaya cinta

SigNsNsNsSigNs

12,1216,896,906,459,079,14

13.1416,897,406,53

10,629,06

Cinta tanpa pamrih (Agape)Cinta Realitas (Pragma)Cinta Posesif (Mania)Cinta Kawan Baik (Storge)Cinta main-main (Ludos)Cinta Romantik (Eros)

6.

5.

4.

3.

2.

1.

StatusRerata

Laki-laki PerempuanAspekNo

Tabel 2: Perbedaan Gaya Cinta (Love Style) Mahasiswaantara Laki-laki dan perempuan

murni, diantaranya ragam kombinasi gaya cintayang paling tinggi adalah storge-pragma yaitucinta kawan baik dan cinta realistis berjumlah 25responden. Hal ini menujukkan kombinasi dari gayacinta storge dan pragma memiliki perpaduan yangpaling tinggi daripada ragam kombinasi lainnya.

Peneliti juga mengelompokkan kombinasi-kombinasi dari gaya dnta tersebut. Skor yang palingtinggi menujukkan perpaduan gaya cinta yangdominan dari ragam kombinasi lainnya. Penelitianini juga menujukkan memiliki beberapa gaya cintayang dominan (kombinasi) dari pada gaya cinta

100%63,2%3,7%

25,8%1,1 %3,6%0,5%2,1 %

%

1901207

492714

JUMLAHPerempuan

100%61,5%2,7%

29,4%1,8%2,8%0%

1,8%

109673

322302

100%65,5%4,9%21 %0%

4,9%1,2%2,5%

% PEREMPUAN %

81534170412

LAKI-LAKI

TOTALKombinasiAgapePragmaManiaStorgeLudosErosASPEK

Tabel 1: Kategorisasi Gaya Cinta Laki-laki dan

demografi, locus daya tarik pada pasangan sertatujuan dalam menjalin hubungan romantis

HASIL DAN DISKUSIPenelitian survei ini menemukan adanya

perpaduan (kombinasi) gaya cinta yang palingtinggi yaitu berjumlah 120 responden atau 63,2 %,terdapat lebih dari dua atau lebih gaya cinta yangdominan. Selain kombinasi ada gaya cinta pragma(cinta realitas) dengan jumlah 49 responden atau25,8 %, dan gaya cinta (udos (cinta main-main)memiliki prosentase terendah dengan jumlah 1responden atau 0,5 %.

memiliki chemistrydiantara kami"; Cinta main-main(ludos), a = 0,813. "Saya memiliki lebih dari satupasangan";. Cinta kawan baik (stronge), a = 0,542contoh pernyataannya "Cinta adalah persahabatanyang mendalam, tidak emosional, misterius danmistik"; Cinta posesif (mania), a = 0,560. contohpernyataannya "Soya curiga bita pasangan saya tidakmengangkat telpon"; Cinta prakmatis (pragma), a= 0,709 contoh pernyataannya "Saya dan pasangansaya haws memiliki agama yang sama": Cinta tanpapamrih (agape), a •= 0,676 contoh pernyataannya"Saya lebih suka menderita dibanding jika pasangansaya yang menderita" Selain dengan skala, subyekjuga diberi angket untuk mengungkap diri tentang

Page 4: GAYA CINTA (LOVE STYLE) AAAHASISWA

Jurnal Psikoistamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 201632

memilik untuk berbagi kehidupan bersama. Hal inimenujukkan bahwa tugas perkembangan dewasaawal itu sendiri adalah pemilihan pasangan danberkomitmen untuk masa depan. Penelitian inimenemukan bawasannya gaya cinta ludos (cintamain-main) pada laki-laki lebih tinggi dari padaperempuan, sehingga dapat dikatakan laki-laki akanlebih cenderung mengalami isolasi atau memisahkandiri daripada perempuan atas dasar gaya cinta (udosyang memiliki nilai prosentase laki-laki lebih tinggidaripada perempuan.

Sementara gaya cinta agape (cinta tanpapamrih) juga memiliki perbedaan antara laki-lakidan perempuan. gaya cinta ini adalah orang yangmempunyai prinsip rela melakukan apapun demipasangnnya, individu yang memiliki kesetiaan yangtinggi pada pasangannya dan tanpa pamrih untukhubungan cinta (Taylor, 2009), bisa dikatakan gayacinta ini adalah salah satu tipe gaya cinta yangmenguras emosi, bahkan cenderung penuh tekananapabila pasangannya tidak mmberikan timbal balikakan gaya ini. Penelitian ini menemukan bawasannyalaki-laki memiliki gaya cinta agape (cinta tanpapamrih) yang lebih tinggi dari pada perempuan.Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitianDayaksini & Hurdainah, (2009) bawasannya laki-lakilebih cenderung gaya bercinta romantik, main-mainatau egosentric, sementara perempuan cenderungpada gaya cinta persahabatan, obsesive atau inscureatau pragmatik. Kecenderungan untuk mengalahkepada pasangan serta melihat pasangannya sebagaiberkah dan ingin merawatnya juga kesetiaanmerupakan arti dari pecinta agape.

Adapun hipotesis penelitian ini adalah terdapatperbedaan gaya cinta mahasiswa antara laki-lakidan perempuan dimana perempuan cenderungmemaknai cinta dalam suatu hubungan dengankedekatan emosional, atau cinta yang mengutamakankeakraban yang menyenangkan yaitu pada gayacinta strange (cinta persahabatan), pragma (cintarealistis), mania (cinta obsesif), dan agape (cintatanpa pamrih) sementara laki-laki cenderungmenggunakan kedekatan gaya cinta yang berasaldari dari fisik jasmaniah yaitu pada gaya cinta eros(cinta romantis), dan ludos (cinta permaianan).Akan tetapi hasil penelitian ini menyimpulkanbawasannya hanya ada perbedaan pada aspek (udos(cinta main-main) dan agape (cinta tanpa pamrih)antara laki-laki dan perempuan. Pada aspek eros(cinta romantik), storge (cinta kawan baik), mania(cinta posesif), dan pragma (cinta realitas) tidakada perbedaan gaya cinta ((ove style) antara laki-laki dan perempuan.

Secara keseluruan aspek ludos (cinta main-main) dan agape (cinta tanpa pamrih) memilikiperbedaan. Perbedaan yang ditunjukkan bahwalaki-laki memiliki kecenderungan yang lebih tinggidaripada perempuan. Hal ini menunjukkan bahwalaki-laki memiliki gaya cinta (udos (cinta main-main) dan agape (cinta tanpa pamrih) yang lebihtinggi daripada perempuan, sedangkan gaya cintaeros (cinta romantik), storge (cinta kawan baik),mania (cinta posesif), dan pragma (cinta realitas)tidak memiliki perbedaan antara laki-laki dan

perempuan.

Gaya cinta (ados (cinta main-main) merupakangaya cinta yang lucu, genit dan riang, dimana pecintaludos tidak peduli dengan komitmen dan hanyamemikirkan tentang kesenangan yang sesaat. Tidakada hubungan yang berlangsung lama dan biasanyaberakhir setalah muncul kejenuhan, biasanya orangyang memiliki gaya ini disebut play boy (untuklaki-laki) dan play girls (untuk perempuan) (Taylor,2009). Penelitian ini menemukan bawasannya laki-laki memiliki gaya cinta (udos (cinta main-main)yang lebih tinggi dari pada perempuan. Hal inisama dengan pernyataan Dayaksini & Hurdainah(2009) yang mengungkapkan bahwa laki-lakicenderung pada gaya bercinta romantik, main-main atau egosentric. Selain itu hasil penelitianini didukung oleh hasil penelitian Cannary (1997)yang menemukan tentang hubungan antara perangender dan pengertian tentang cinta, secara khusus,cinta sebagai permainan {ludus) lebih mengarahpada maskulinitas dan jarang berhubungan denganfeminitas.

Pada tahap perkembangan dewasa awal,individu akan mengalami perubahan signifikan dalamhubungan personal dengan orang lain, terutama yangberkaitan dengan menjalin dan membangun ikatanberdasarkan pertemanan, cinta dan seksualitas(Papalia, 2008). Erikson mengungkapkan bahwaindividu pada tahap perkembangan ini akanberusaha mencari dan menemukan pasanganhidup yang tepat, sebagimana berkenaan dengantugas perkembangannya yang sangat penting,yaitu membina hubungan intim (Papalia, 2008).Erikson mengungkapkan perkembangan psikososialdewasa awal termasuk kedalam tahap intimacyversus isolation. Jika dewasa awal tidak dapatmelakukan komitmen pribadi secara mendalamdengan orang lain, mereka akan terisolasi dancenderung memisahkan din. Erikson juga menjelaskanbahwa "virtue" dari tahapan dewasa awal adalah"love", yaitu kesetiaan antara pasangan yang telah

Page 5: GAYA CINTA (LOVE STYLE) AAAHASISWA

33Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016

(pranikah), menujukkan daya tarik kesamaan padalaki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Sedangkanuntuk yang berstatus menikah tidak ada yang masukkedalam kategorisasi kesamaan. Akan tetapi padapenelitian ini menemukan intensitas keyakinan dengandaya tarik yang dimiliki responden, menunjukkanbawasannya laki-laki maupun perempuan cenderungtidak yakin kepada pasangannya dikarenakan daya

tarik kesamaan.Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gaunt

(dalam Sarwono, 2009) ditemukan bawasannyapasangan suami istri yang memilki kepribadianyang hampir sama akan memiliki pernikahan yanglebih bahagia daripada pasangan suami istri yangmemiliki kepribadian berbeda. Dalam hal berkencan(pranikah) dan pernikahan, tendensi untuk memilihpasangan yang mirip dinamakan matchin^ principle(prinsip pasangan). Pasangan kencan atau pasangansuami istri cenderung mencari kesesuaian bukanhanya dalam nilai dan sikap, tetapi juga dalampenampilan fisik, latar belakang, dan personalitas.Penelitian yang dilakukan Hill & Peplau (Taylor,2009) misalnya, sebuah studi terhadap pasangankencan menemukan bahwa pasangan-pasanganitu cenderung mirip satu sama laindalam hal usia,kecerdasan, cita-cita pendidikan, agama, dayatarik fisik, dan bahkan tinggi badan. Penelitianini juga menemukan adanya daya tarik dalam halkesamaan atau kemiripan yang terlihat dari statupacaran dan Iain-lain (pranikah), dimana laki-lakilebih memilih pasangannya atas dasar kesamaanatau kemiripan daripada perempuan. Akan tetapijauh berbeda dengan hasil yang berstatus menikah,bawasannya tidak ada yang masuk kedalam kategorisasikesamaan atau memiliki daya tarik yang berbedauntuk memilih pasangannya.

Kemiripan begitu penting bagi daya tarikinterpersonal, Taylor (2009) mengungkapkan salahsatu kemungkinannya, adalah masing-masing memilikipandangan religius yang kuat dan menggunakannyauntuk menyaring calon pasangan atau pacar.Kemungkinan lainnya adalah partner (pasangan)itu mungkin pada awalnya berbeda sikap tetapikemudian perlahan-lahan saling membujuk satusama lain untuk mengubah pandangan. Kemungkinanketiga adalah hubungan itu dipengaruhi oleh faktorlingkunngan yang menyebabkan orang dengan sikapyang sama akan saling bertemu.

Akan tetapi, perbedaan juga tidak kalahmenyenangkan daripada persamaan. Jones menjelaskanbahwa seseorang merasa senang saat menemukan

terdapat hal yang mirip dengan orang yang disukai,

Setelah mengetahui beberapa perbedaan gayacinta mahasiswa pada laki-laki dan perempuan.Pembahasan kali ini merujuk kepada alasan-alasan orang tersebut mencintai atau menyukai.Pada kehidupan psikososial dewasa awal semakinkompleks dibandingkan masa remaja khusunya yangmemilih untuk melanjutkan jenjang ke perguruantinggi. Pemilihan dan menemukan calon pasanganhidup adalah salah satu tugas perkembangan padadewasa awal. Pemilihan akan menikah ataupunhanya sekedar hubungan pranikah atau biasanyadisebut pacaran atau yang lainnya adalah wajar bagidewasa awal karena mengingat tugas perkembangantersebut (Hurlock, 1980). Pemilihan pasanganpranikah maupun menikah pada seseorang memilikikriteria masing-masing dalam menyukai maupunmencintai, Myers (2012) mengungkapkan beberapafaktor yang memunculkan menyukai dan mencintaiyaitu kedekataan, fisik yang menarik, persamaan-perbedaan, dan imbalan dalam hubungan.

Ketertarikan pribadi itu sendiri adalah kesukaanpada orang yang membentuk atau menimbulkan rasasuka pada seseorang, ketertarikan pribadi memlikiarti bahwa seseorang mempunyai ketertarikantersendiri kepada orang lain, pada umumnya orangmenilai seseorang memiliki daya tarik atau tidaktergantung pada daya tarik pribadi yang dimilikinya.Penilaian daya tarik pribadi adalah penilaian utamasebelum memutuskan mencintai. Daya tarik pribaditerdiri dari daya tarik fisik, kepribadian, kecerdasan,prestasi, dan daya tarik sosial (Faturochman, 2006).Penelitian yang dilakukan oleh Faturochman (1988)menujukkan bahwa pada umumnya orang lebihmengukur psikis seperti nilai-nilai, kepribadian,kecerdasan, prestasi, dan keberhasilan daripadafaktor yang bersifat fisik seperti ketampanan ataukecantikan dan kedekatan fisik. Pemyataan ini jugasesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan padamahasiswa bawasannya ketertarikan pribadi memilikijumlah responden yang lebih tinggi daripada yanglainnya.

Daya tarik selanjutnya adalah kesamaan ataukemiripan Sarwono (2009) mengungkapkan bahwasangat menyenangkan ketika seseorang menemukanorang yang mirip dengannya dan saling berbagiasal-usul, minat, dan pengalaman yang sama.

Semakin banyak persamaan, semakin merasa salingmenyukai. Seseorang cenderung menyukai orangyang mirip dalam hal sikap, nilai, latar belakang,dan personality (Taylor, 2009). Penelitian inimenemukan adanya perbedaan antara laki-lakidan perempuan untuk status pacaran dan Iain-lain

Page 6: GAYA CINTA (LOVE STYLE) AAAHASISWA

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016

penelitian semacam ini, laki-laki cenderung lebihbanyak menilai pada daya tarik fisik lawan jenisnyadaripada perempuan. Pernyataan ini hampir samadengan hasil penelitian survei yang dilakukanpada mahasiwa UIN Malang yang berjumlah 190responden yakni 81 laki-laki dan 109 perempuan,dimana ditemukan laki-laki memiliki skor yang lebihtinggi dalam menilai pada daya tarik fisik padapasangannya daripada perempuan. Penilaian dayatarik fisik laki-laki yang memiliki skor yang lebihtinggi ini berlaku kepada respoden yang memilikistatu pacaran dan Iain-lain yaitu hubungan yangterjalin sebelum pernikahan (pranikah).

Alasan laki-laki yang lebih memilih perempuan darifisiknya yang memungkinan, perempuan menhalamibeberapa kekhawatiran mengenai penampilannya.Dalam sebuah studi yang dilakukan Regan (Taylor,2009) mengevaluasi perempuan yang terlalugendut, dan ditemukan bawasannya perempuangendut sebagai sosok yang tidak menarik secaraseksual, kurang ahli, dan kurang ramah dibandingperempuan yang tubunya sedang, namun merekatidak membedakan antara laki-laki gendut denganlaki-laki normal. Sehingga tidak heran hampir 90persen perempuan memilih untuk bedah plastik(ASAP, dalam Myers, 2009).

Daya tarik yang terakhir adalah keakrabanatau kedekatan, di mana dalam penelitian iniditemukan bawasannya perempuan memilikikecenderungan daya tarik lebih tinggi daripadalaki-laki. Sedangkan untuk yang memiliki statusIain-lain laki-laki memiliki kecenderungan yanglebih tinggi dari pada perempuan, serta untukstatus menikah hanya perempuan saja yang masukkedalam kategorisasi ini. Selain itu, penelitian inijuga menemukan perempuan memiliki intensitaskeyakinan yang tinggi daripada laki-laki. Hal inimenujukkan bawasannya perempuan lebih yakinkepada pasangannya dengan ketertarikan keakrabanatau kedekatan daripada laki-laki.

Kedekatan secara geografis: jarak fungsional,secara kuat memprediksi rasa suka (Myers, 2012).Orang yang secara fisik dekat biasanya lebih mudahditemui ketimbang orang yang jauh. Jadi tidak heranjika orang biasanya tidak menyukai atau menjaditeman dari seseorang yang belum pemah ditemuinya(Taylor, 2009). Para psikolog evolusi berpendapatbahwa manusia mungkin punya ketakutan bawaanterhadap hal-hal yang asing, sebab orang dan objekyang asing atau tak dikenal mungkin merupakanancaman, sebaliknya orang dan sesuatu yang sudahdiakrabi atau dikenal baik mungkin menimbulkan

tetapi ternyata lebih menyenangkan saat seseorangmengetahui bahwa orang yang disukai memilikipandangan berbeda dengan yang dimiliki (Sarwono,2009). Hal ini terjadi karena perbedaan bukanmerupakan salah satu sikap yang salah akan tetapisebalinya yaitu opini apa adanya orang tersebuttanpa adanya paksaan, selain itu perbedaanjuga dapat membuat seseorang belajar hal yangbaru dan bernilai darinya. Menurut Myers (2012)mengungkapkan bawasannya perbedaan membuatsikap saling melengkapi antar hubungan yang dilajin.Kemungkinan inilah yang memungkinkan ditemukanadanya ketidak yakinan pada daya tarik kesamaanlaki-laki maupun perempuan.

Fisik yang menarik adalah kategorisasi daya tarikselanjutnya, dimana pada responden yang memilikistatus pacaran dalam penelitian ditemukan laki-lakimemiliki skor lebih tinggi daripada perempuan yaitu14 responden atau 25 % untuk laki-laki dan 6 repondenatau 7,2 % untuk perempuan. Dan untuk respondenyang memiliki yang memiliki status Iain-Iain hanyalaki-laki yang masuk kedalam kategorisasi ini yaknimemiliki 5 reponden atau 20,8 %. Selanjutnya untukresponden yang memiliki status menikah berjumlah1 respoden untuk laki-laki dan 15 reponden untukperempuan, karena laki-laki hanya 1 respondendan masuk kedalam kategorisasi lainnya. Jadiskor lainnya untuk responden perempuan padakategorisasi ketertarikan fisik memiliki 3 respondenatau 20%.

Sarwono (2009) mengungkapkan bawasannyaseseorang akan memilih orang yang menarikdibandingkan orang yang kurang menarik karenaorang yang menarik memiliki karakteristik lebihpositif. Pada penelitian Berscheid dkk (Myers, 2012)mengungkapkan bawasannya fisik yang menarik dariseorang perempuan muda merupakan suatu penandayang cukup baik mengenai seberapa sering perempuantersebut berkencan, dan fisik yang menarik dariseorang laki-laki muda merupakan penanda yangkurang tepat mengenai seberapa sering laki-lakitersebut berkencan. Terlebih lagi, dibadingkan paralaki-laki perempuan lebih sering berkata bahwamereka lebih memilih pasangan yang mencintairumah dan hangat daripada seseorang yang menarik,namun dingin (Myers, 2012). Penelitian selanjutnyaadalah penelitian yang dilakukan Feingold dkk(Myers, 2012) yang melakukan penelitian denganmemberikan mereka informasi mengenai seseoranglawan jenis, termasuk foto orang tersebut, kepadamahasiswa-mahasiswa laki-laki dan perempuanyang memiliki orientasi seks heteroseksual. Dalam

Page 7: GAYA CINTA (LOVE STYLE) AAAHASISWA

35Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016

masa depan individu dewasa awal (Arneet, 2000).Hal ini sesuai dengan kategorisasi fungsi pacaran,bawasannya tidak hanya sumber kesenangan ternyataresponden juga menujukkan kategorisasi komitmenmasa depan, diketahui laki-laki memiliki prosentaselebih tinggi daripada perempuan.

Kategorsisai selanjutnya juga hampir samayaitu ekspolorasi, dimana laki-laki memilikikecenderungan lebih tinggi daripada perempuan.Individu yang berada pada masa dewasa awalmemiliki karakteristik diantaranya terkait ekplorasiidentitas (Arnett, 2000). Individu yang tergolongdewasa awal akan mengeksplorasi identitas terutamadalam hal cinta dan pekerjaan. Pada masa iniindividu mengalami kemungkinan perubahan yangbersifat tidak terbatas, artinya individu dapatmemilih jalan hidup secara mandiri. Salah satukemungkinan perubahan pada individu dewasa awaladalah mencoba untuk mengesplorasi jalur kariryang ingin diambil (Arnett, 2000). Berdasarkan haltersebut, dapat disimpulkan bahwa fungsi pacarsebagai pihak otoritas memiliki peranan pentingbagi dewasa awal, seperti dalam menentukanpekerjakan maupun kota tempat bekerja.

Pada masa dewasa awal, pacaran lebihcenderung difokuskan pada couple, focused yangmenekankan pada eksplorasi emosional dan keintimanfisik (Jaccard, dalam Wongso, 2014). Laki-lakimemiliki kecenderungan untuk memilih perempuanberdasarkan daya tank seksualitas sebagi suatu dasarkemenarikan seseorang untuk dijadikan pasanganhidupnya (Wongso, 2014). Selain itu laki-laki jugacenderung mencari kesesuaian dan kesegeraanberinteraksi fisik dalam hubungan. Pernyataan inisesuai dengan hasil kategorisasi fungsi pacarandalam penelitian ini, yakni sumber kesenangandan eksplorasi pada laki-laki lebih tinggi daripadaperempuan. Sedangkan orientasi untuk masa depanatau komitmen pada masa depan terhadap pacarsebagai calon pendamping juga memiliki peranmasa depan untuk dewasa awal itu sendiri, sehinggaindividu dapat berusaha mewujudkan kehidupannyata. Fungsi pacar terakhir adalah mencari status,pacaran dapat menjadi sumber yang meberikanstatus dan prestasi. Dalam kategorisasi mencaristatus, perempuan memiliki jumlah yang lebihtinggi daripada perempuan. Hal ini menujukkanbawasannya perempuan lebih cenderung mengartikan

status pacaran sebagai pencarian dan memberikanstatus semata dibandingkan laki-laki.

Masa dewasa awal adalah masa pencariankemantapan dan masa reproduktif, yaitu suatu

perasaan nyaman. Oleh sebab itu keakraban ataufamiliaritas dapat menambah rasa suka (Taylor,2009). Bossard dkk (dalam Myers, 2012) jugamenambahkan bahwa kebanyakan orang menikahiorang-orang yang tinggal dalam lingkungan yangsama. Hal ini yang menunjukan responden yang masukkedalam kategorisasi keakraban atau kedekatanadalah responden yang memilih pasangannya yangtidak jauh dari lingkungannya atau sering dilihatresponden.

Setelah mengetahui perbedaan gaya cinta sertadaya tarikantara taki-laki dan perempuan, diketahuijumlah responden yang memiliki status pacaran lebihbanyak dari pada status menikah dan Iain-lain, olehsebab itu penelitian ini menemukan kategorisasifungsi pacaran pada responden yang belum menikahatau pranikah. Pacaran merupakan fenomena yangcukup banyak dijumpai di zaman sekarang. Barupada tahun 1920-an, pacaran terbentuk dan fungsiutamanya adalah untuk memilih dan mendapatkanseseorang pasangan. Sebelum periode ini, pacaranhanya bertujuan untuk menyeleksi pasangan, dan"pacaran" diawasi dengan cermat oleh orang tua,yang sepenuhnya mengendalikan kebersamaansetiap relasi heterosekual (Santrock, 2007).

Berdasarkan penelitian survei untuk mengetahuiperbedaan gaya cinta mahasiswa antara laki-lakidan perempuan ditemukan adanya fungsi pacaranbagi reponden memiliki status pacaran, dimanalaki-laki lebih memaknai pacaran dengan sumberkesenangan, sedangkan perempuan lebih memaknaipacaran dengan pencarian status.

Salah satu fungsi pacaran adalah sebuahbentuk rekreasi. Orang yang berpacaran akanmenikmatinya dan menganggap pacaran sebagaisumber kesenangan dan rekreasi (Santrock, 2007).Penelitian ini menujukkan responden laki-laki lebihmemaknai fungsi pacaran sebagai sumber kesenangandaripada perempuan, hal ini hampir sama denganperbedaan gaya cinta sebelumnya bawasannya gayacinta (udos (cinta main-main) memiliki prosentaselebih tinggi laki-laki daripada perempuan. Hal inimenujukkan bawasannya laki-laki lebih memaknaipacaran sebagai bentuk rekreasi dan menikmatistatus pacaran ini daripada perempuan.

Faktor orientasi masa depan juga berperanterhadap fungsi pacar bagi mahasiswa yang masukpada dewasa awal sebab pada masa dewasa awal,

individu memiliki harapan yang luar biasa akanmasa depan sehingga individu berusaha untukmewujudkan di kehidupan nyata dan pacar sebagaicalon pendamping hidup memiliki peran terkait

Page 8: GAYA CINTA (LOVE STYLE) AAAHASISWA

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 201636

atau bahkan anak. Pada tahap terakhir individumengetahui karakter positif maupun negatif daripasangan, dan memutuskan apakah ingin membangunkehidupan bersama, ketiga tahapan ini tidak salingterpisah melainkan perpaduan ketiganya dalamhubungan romantis jangka panjang, salah satunyaadalah ikatan pernikahan dengan komitmen untuksaling berbagi (Stuzer a Frey, 2006).

Hubungan yang berdasarkan cinta dapatmemunculkan berbagai tipe atau gaya cinta, dimanaJohn Lee mengungkapkan terdapat 6 gaya cintayakni meliputi eros (gaya cinta romantis), (udos(permainan cinta), dan strong (cinta persabatan),mania (cinta posesif), pragma (Realistis cinta),dan agape (cinta tanpa pamrih). Akan tetapi JohnLee, yang mengungkapakan bahwa jarang individuyang mempunyai bentuk cinta "murni" karena padaumumnya individu memiliki dua atau tiga bentukgaya cinta yang dominan (Taylor, 2009).

Untuk penelitian yang akan datang, hendaknyapeneliti menggali lagi mengenai sejumlah faktoryang mungkin saling terkait satu sama lain terhadapgaya cinta, sehingga hasil yang diperoleh dapatlebih dimaksimalkan. Adapun kekurangan danketerbatasan dalam penelitian ini adalah masihbelum maksimalnya responden dari berbagai statuspacaran, menikah maupun Iain-lain. Sehinggamasih belum bisa mewakili keseluruan populasi.Selain itu, skala dalam penelitian ini memilikiitem gugur yang cukup banyak sehingga sedikitmempengaruhi pengolahan maupun analisa data.Keterbatasan penelitian ini diharapkan dapatdijadikan pertimbangan lebih lanjut bagi penelitiselanjutnya.

PENUTUPKesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisa data danpembahasan atas hasil penelitian, maka dapatdisimpulkan sebagai berikut: 1). Gaya cinta yangdimiliki mahasiswa menujukkan kebanyakan duaatau lebih gaya cinta yang dominan dalam dirinya,akan tetapi terdapat pula gaya cinta murni padaenam gaya cinta yakni eros (cinta romantik), ludos(cinta main-main), storge (cinta kawan baik),mania (cinta posesif), pragma (cinta realitas), danagape (cinta tanpa pamrih). Kombinasi gaya cintamahasiswa yang paling tinggi ditunjukkan padakombinasi gaya cinta storge-pragma yaitu cintakawan baik dan cinta realistis.2) Perbedaan gayacinta yang dimiliki pada mahasiswa menujukkanterdapat perbedaan pada gaya cinta ludos (cinta

masa yang penuh dengan masalah dan keteganganemosional, periode isolasi sosial, periode komitmendan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai,kreatifitas, dan penyesuaian diri pada pola hidupyang bam (Dariyo, 2003). Pada tahap perkembangandewasa awal, individu akan mengalami perubahansignifikan dalam hubungan personal dengan oranglain, terutama yang berkaitan dengan menjalin danmembangun ikatan berdasarkan pertemanan, cinta,dan seksualita (Papalia, 2008). Kehidupan psikososialdewasa awal semakin kompleks diandingkan masaremaja khusunya yang memilih untuk melanjutkanjenjang ke perguruan tinggi. Pemilihan danmenemukan calon pasangan hidup adalah salahsatu tugas perkembangan pada dewasa awal.Pemilihan akan menikah ataupun hanya sekedarhubungan pranikah atau biasanya disebut pacaranatau yang lainnya adalah wajar bagi dewasa awalkarena mengingat tugas perkembangan tersebut(Hurlock, 1980).

Pemilihan pasangan perempuan maupunlaki-laki memiliki daya tarik tersendiri dalammemutuskan pasangan sehingga menjalin sebuahhubungan yang didasari akan cinta. Daya tarikfisik merupakan hal yang penting bagi seseoranguntuk menentukan pasangan hidupnya. Akan tetapiternyata daya tarik psikis atau pribadi adalahpenilaian utama sebelum memutuskan mencintai.Seperti dalam penelian Faturochman (1988) yangmeneliti mengenai daya tarik fisik laki-laki danperempuan, ditemukan kedua kelompokyakni laki-laki dan perempuan lebih mengutamakan faktorpsikis seperti nilai-nilai, kepribadian, kecerdasan,prestasi, dan keberhasilan daripada faktor yangbersifat fisik seperti ketampanan atau kecantikandan kedekatan fisik. Selain ketertarikan pribadidan fisik, seseorang juga cenderung memilikipasangan yang memiliki kedekatan atau keakrabandan kesamaan atau kemiripan.

Daya tarik inilah yang akan menimbulkan sebuahhubungan yang dilandasakan akan cinta. Berkenaandengan cinta, Kienlen (2007) menyebutkan tigatahapan dalam percintaan, yaitu romantic feeling(rasa cinta), ketertarikan fisik, dan kelekatan emosi.Pertama-tama perasaan cinta muncul pada individukarena adanya kedekatan dengan lawan- jenis.Selanjutnya, pikiran individu dipenuhi oleh orangterkasih dan mulai menjadikan sebagai pasangan yang

ideal. Tahap ketertarikan fisik ini sering dikatakansebagai fase "lovesick" atau mabuk kepayang.Kemudian hubungan berlanjut pada kelekatanemosi yang melibatkan komitmen, pertemanan,

Page 9: GAYA CINTA (LOVE STYLE) AAAHASISWA

37Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016

Freud, S. (2010). Terjemahan: Deviant Love (Cintayang Menyimpang). Surabaya: PORTICO

publishingFromm, E. (2005). The Art Of Loving. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Gonzaga, GC, Londahl, EA, ft Smith, MD. (2001).Love and the commitment problem inromanticrelations and friendship. Journal of Personalityand Social Psychology. Vol. 81, No 2, 247-

262Hendrick, S.S ft Hendrick, C. (1986). A theory and

method of love. Journal of Personality andSocial Psychology. 50: 392-402

Hurlock, EB. (1980). Psikologi Perkembangan (SuatuPendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan)Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga

Irmawati dan Saragih J.I. (2005). Fenomena jatuhcinta pada mahasiswa. Jurnal PsikologiFakultas Kedokteran Universitas SumateraUtara. Vol. 1, No. 1,48-55

Keinlen, L.P. (2007). "3 Stages of Love: RomanticFeelings, Physical Attraction, and EmotionalAttachment". http://perasaancinta-capung.blogspot. co. id/2011 /06/3-stages-of-love-in-relationships.html. (diakses tanggal 8 Maret

2016)Marasabessy, R. (2007). Perbedaan cinta berdasarkan

teori segitiga cinta Stemberg antara perempuandengan laki-laki masa dewasa awal. Jurnal

Universitas Gunadarma

Mendatu, A. (2010). Cinta Manusia (Arti, ragamjenis,dansebabakibatnya). Psikoedukasi:https://

DAFTAR PUSTAKAAnshori, M ft Iswati, S. (2009). Metode Penelitian

Kuantitatif. Surabaya: Airlangga UniversityPress

Arnett, J.J. (2000). Emerging adulthood. A theoryof development from the late teens throughthe twenties. American Psychologist. Vol. 55No. 5, 467-480

Baron, R. A a Byrne, D. (2004). Psikologi Sosialjilid1 Edisi Sepeluh. Jakarta: Penerbit Erlangga

Cannary, D.J, Faulkner, S a Emmers-Sommer, T.M.

(1997). Sex and gender differences in personalrelationship. New York: The Guilford Press

Creswell, JW. (2010). Research Design (PendekatanKualitatif, Kuantitatif, dan Mixed). Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Dariyo, A. (2003). Psikologi Perkembangan DewasaAwal. Jakarta: Gasindo

Dayakisni, T a Hudaniah.( 2009). Psikologi sosiat.Malang: UMM Press.

Faturochman. (1988). Studi tentang daya tarikfisik laki-laki dan perempuan. LaporanPenelitian

Faturochman. (2006). Pengantar Psikologi Sosial.Yogyakarta: Penerbit Pustaka

Fitriani, R. (2014). Gaya cinta remaja akhir. JurnalOnline Psikologi Universitas MuhammadiyahMalang. Vol 02, No 01, 1-16

Freud, S. (2009). Terjemahan: Pengantar Umum

Psikoanalisis (A General Introduction toPsycholoanalysis). Yogyakarta: PustakaPelajarar

dan dapat pula sebagai bahan kajian pembinaankemahasiwaan yaitu dalam mengenalkan mahasiswabaru untuk menjalin hubungan cinta dengan gayacinta yang ada sesuai nilai-nilai yang positif dankaidah agama..

Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya penelitimenggali lagi mengenai sejumlah faktor yangmungkin saling terkait satu sama lain terhadap gayacinta, seperti pengalaman, pola asuh, lingkungan,budaya, dan lain sebagianya, sehingga hasil yangdiperoleh dapat lebih dimaksimalkan. Serta dapatmengumpulkan data yang lebih bervariasi lagi, sepertirentang dewasa awal dengan cara memberikankuota partisipan untuk setiap usia.

main-main) dan agape (cinta tanpa pamrih) antaralaki-laki dan perempuan sedangkan, dimana laki-laki lebih dominan dibandingkan perempuan. Halini ditunjukkan dengan jumlah responden laki-lakilebih dominan kepada gaya tersebut daripadaperempuan. Sedangkan gaya cinta eros (cintaromantik), storge (cinta kawan baik), mania (cintaposesif), dan pragma (cinta realitas) tidak memilikiperbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,dapat menjadi kajian terhadap mahasiswa dewasaawal mengenai pentingnya mengetahui gayacinta mahasiswa dalam tugas perkembanganya,

Page 10: GAYA CINTA (LOVE STYLE) AAAHASISWA

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 201638

Sears, D. 0, Freedman, J.L, & Peplau, L.A. (1994).Psikologi Sosisal. Edisi 5. Jakarta Erlangga.

Setyorini, E.W. (2007). Perbedaan gaya cintapadaremaja akhir ditinjau dari peran genderJurnal Universitas Muhammadiyah Malang.www.digilib.umm.ac.id. (diakses tanggal 9

Oktober2015)Sholihah, N. (2006). Gender dan Jenis Kelamin.

http:// pmiiliga.wodpress.com. (diaksestanggal 2 Sepetember 2015)

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum dalam LintasSejarah. Bandung: Pustaka Setia

Stuzer, A & Frey, B.S. (2006). Does marriage makepeople happy, or do happy people getmarried?. The Journal of Socio-Economics.Vol. 35, 326-347

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian KuantitatifKualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Taylor, Shelley E, Sears, D.O dan Peplau. LA. (2009).Psikologi sosial edisi kedua betas. Jakarta:Kencana Perdana Media Group

Todosijevic B,. Arancic A,. & Ljubinkovic. (2009).An Examanation and Revision of the LoveAttitude Scale in Serbia. University of NoviSad, Serbia.

Wisnuwardani, D & Mashoedi, S F. (2012). HubunganInterpersonal. Jakarta: Salemba Humanika

Wongso, F. (2014). Peran Pacar bagi EmergingAdulthood Laki-laki. Jurnal llmiah MahasiswaUniversitas Surabaya. Vol. 3, No. 1, 1-14

aseranikurdi.files.wordpress.com/2011 /09/cintamanusia. (diakses tanggal 8 Nopember

2015)Meneg PP. (2012). Meneg PP: Sotu dari lima remaja

alami pelecehan seksual (artikel). Harianumum Pelita: http://www.pelita.or.id/baca.php?id=47477. (diakses tanggal 2 September

2015)Myers, D.G. (2012). Psikologi Sosial: Buku2. Jakarta:

Salemba Humanika

Papalia, D, Old SW, Feldman RD. (2008). HumanDevelopment: Psikologi Perkembangan.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Pease, B ft Allan. (2009). Terjemahan: Why mendon't listen and women can't read map.Jakarta: Cahaya Insan Suci

Prasetyo, B & Jannah, LM. (2012). Metode PenelitianKuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Santrock, John W. (2002). Life Span Development.Jakarta: Penerbit Erlangga

Santrock, John W. (2007). Remaja edisi sebelasjilid dua. Jakarta: Penerbit Erlangga

Santrock, John W. (2012). Life Span Development.Jakarta: Penerbit Erlangga

Saragih, J.I. (2006). Bentuk-bentukcintaberdasarkantringular theory of love, www.repository.usu.acid . (diakses tanggal 7 Maret 2016)

Sarwono, S & Meinarno, EA. (2009). Psikologi Sosial.Jakarta: Salemba Humanika