gaya komunikasi penyiar a cara musik di radio …repository.fisip-untirta.ac.id/822/1/gaya...
TRANSCRIPT
GAYA KOMUNIKASI PENYIAR ACARA MUSIK DI RADIO
RAMALOKA FM
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Strata Satu (S1) Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh :
Ryan Hardeanto
NIM. 6662100756
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Mampu bangkit dari kegagalan adalaharti dari kuat yang sebenarnya
-Hyuuga Hinata-
Skripsi ini kupersembahkan untukkeluargaku tercinta. Terutama untuk Ibu
dan Bapakku yang selalu memberikusemangat serta dukungan dalam kondisi
apapun.
ABSTRAK
Ryan Hardeanto. NIM. 100756. Skripsi. Gaya Komunikasi Penyiar AcaraMusik di Radio Ramaloka FM
Radio Ramaloka FM merupakan radio yang bersegmentasikan masyarakatmenengah ke bawah yang mengusung format multi-segment. Hal ini dibuktikandari adanya beragam lagu Indonesia mulai dari dangdut, pop, hingga tembangkenangan. Dengan ada sedikit lagu etnik atau daerah dan lagu mancanegara.Dalam melakukan tugasnya, penyiar di radio Ramaloka FM berperan sangatpenting untuk membawa nama radio dalam menyampaikan hiburan dan informasiyang sesuai dengan segmentasi kepada pendengarnya. Maka dari itu, gayakomunikasi yang sesuai dengan segmentasi tersebut perlu dikuasai oleh penyiaragar pendengar tetap setia mendengarkan radio Ramaloka FM. Pada penelitian ini,peneliti menggunakan Teori Logika Desain Pesan. Penelitian ini jugamenggunakan metode kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Teknikpengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu melalui wawancaramendalam dan observasi secara langsung di radio Ramaloka FM. Hasil daripenelitian ini yaitu Gaya Komunikasi di radio Ramaloka FM mayoritasmenyesuaikan dengan pendengar yang dihadapinya. Selain itu, radio RamalokaFM juga lebih mengutamakan pada interaksi antara penyiar dengan pendengar,sehingga pada radio ini lebih mengutamakan pada pendengar aktif. Meskipun halini lebih efektif pada program acara dangdut. Pembawaan penyiar pada saatmembawakan suatu acara dilakukan dengan santai dan menghibur. Serta gayapercakapan setiap penyiar yang memiliki karakter berbeda. Untuk lebihmengakrabkan dengan pendengar, seringkali diadakan program off air yangmelibatkan penyiar dan pendengar.
Kata Kunci : Gaya Komunikasi, Penyiar, Teori Logika Desain Pesan
ABSTRACT
Ryan Hardeanto. NIM. 100756. Skripsi. Communication Style of MusicProgram Broadcaster in Ramaloka FM Radio
Radio Ramaloka FM is a radio which has segmentation for lower middle classthat carries multi-segment format. These have been proved from existence ofvarious Indonesian songs starting from dangdut, pop, until memory song. There islittle song with ethnic or regional and foreign songs. When doing their job,announcer in radio Ramaloka FM have important role to bring radio name indelivering entertainment and information which appropriate to their audiencesegmentation. Therefore, communication style according to the segmentation needto be controlled by the announcer in order to remain faithful listener to listen toradio Ramaloka FM. In this research, researcher uses the theory of MessageDesign Logic. This research also uses qualitative method with constructivistparadigm. Data collection technique which used by researcher is through deepinterview and direct observation in radio Ramaloka FM. The results of thisresearch, the majority Communication Style in radio Ramaloka FM adapt withlistener faces. Furthermore, radio Ramaloka FM also more priority to interactionbetween announcers with listeners, so that in this radio prioritize more on activelistener. Although this matter more effective in the dangdut event program.Announcer delivery when present an event done with ease and comfort. As wellconversational style every announcer who has a different character. To furtherfamiliarize with the audience, often held off air program involving announcer andlisteners.
Keywords: Communication Style, Broadcaster, Message Design Logic Theory
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala Puji dan Syukur kepada Allah SWT, Zat Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan nikmat,
rahmat, dan ridho-Nya hingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan umat Islam, sang
revolusioner dunia, baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat
dan kita semua sebagai pengikutnya sampai akhir zaman.
Skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam
menempuh pendidikan tingkat Strata Satu (SI) Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Banten.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali memperoleh
bimbingan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak yang dengan penuh
perhatian memberikan banyak hal sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
Oleh karena itu dengan segenap ketulusan hati, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :
1. Allah SWT.
2. Nabi Muhammad Saw.
3. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
vii
4. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi.
6. Bapak Darwis Sagita, S.Ikom., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Komunikasi, sekaligus juga dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing saya dari semester 1 hingga saya menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Naniek Afrilla Framanik, S.sos., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I
yang telah bersedia membimbing, mengarahkan, serta memberikan
motivasi yang sangat berarti bagi penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
8. Bapak Dr. Rangga Galura Gumelar, Dipl. Ing (FH)., M.Si., selaku Dosen
Pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktu dan memberikan
masukan-masukan terbaik ditengah kesibukannya, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
9. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi, Staf Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Untirta, dan Staf Perpustakaan FISIP yang telah memberikan bantuan
selama penulis menyelesaikan skripsi dan menempuh pendidikan di
Untirta.
10. Kedua orang tua, terutama ibu saya yang selalu memberi dukungan moril
dan materil serta selalu mendoakan dan memberi motivasi agar peneliti
dapat menyelesaikan skripsi.
11. Kedua adik saya, Dandy dan Zidane yang telah memberikan dukungan.
viii
12. Anggi Permatasari, seseorang yang selalu menemani disaat saya jatuh,
serta memberi memotivasi dan dukungan kepada saya untuk
menyelesaikan skripsi.
13. Kang Bayu, Pak Dedy, Pak Aji, Kang Ega, Kang Gilang, Teh Asri, dan
Vina selaku Tim Group Radio Ramaloka FM yang telah banyak
membantu saya dalam pengerjaan skripsi.
14. Bunda Euis dan Kang Rudi selaku pendengar radio Ramaloka FM yang
telah bersedia menjadi informan penelitian.
15. Teman-teman di Kreative Movie Pictures dan Wongkene Art Production
yang sudah saya anggap sebagai bagian dari keluarga saya.
16. Teman-teman Humas Ilmu Komunikasi angkatan 2010.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Serang, Januari 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR …………...……………………………………………… vi
DAFTAR ISI …………………….………………………………………………. xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xiv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah…..………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 8
1.3 Identifikasi Masalah…………………………...……………………... 8
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………….….………. 9
1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………………. 9
1.5.1 Manfaat Teoritis...………...…………………………………… 9
1.5.2 Manfaat Praktis ……………………………………………….. 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS…..………...………………………………….. 10
2.1 Deskripsi Teori……...…………………………………….………….… 11
2.2 Teori Logika Pesan…….……………………………….......……........... 12
2.3 Komunikasi………………...……………………………………………. 15
x
2.3.1 Tujuan komunikasi………………………………………..……..... 16
2.3.2 Fungsi Komunikasi……………………………………………..… 18
2.3.4 Hambatan Komunikasi…………………………………………… 20
2.3.5 Gaya Komunikasi………………………………………………….. 23
2.4 Komunikasi Massa……………………………………………………..... 27
2.4.1 Fungsi Komunikasi Massa………………...……………………… 30
2.5 Radio…………………………………………...……………………........ 33
2.5.1 Karakteristik Radio Siaran……………………………………...…. 35
2.6 Penyiar Radio……….………………………………………………...…. 37
2.7 Pendengar………………………………………………..………………. 40
2.8 Kerangka Konsep…………………….…………………………….……. 43
2.9 Penelitian Terdahulu…………………………………………...………… 47
BAB III METODOLOGI PENELITAN………………………………………. 53
3.1 Metode Penelitan………………………………………………...………. 53
3.2 Paradigma Penelitian…………………………………………………….. 54
3.3 Teknik Pengumpulan Data……………..………………………………… 56
a. Wawancara…………………………………………………..……….. 56
b. Observasi……………………………………………………………… 57
c. Telaah Dokumen……………………………………………………… 58
3.4 Informan Penelitian……………..…………...…………………………… 59
3.5 Analisis Data……………..…………...…………….. …………………... 59
3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian………………………………………….….. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………..……………………... 62
4.1 Deskripsi ObjekPenelitian…………………………………………………. 62
4.1.1 Riwayat Singkat Radio Ramaloka FM………………………………. 62
xi
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan…………………………………………….. 63
4.1.3 Komposisi Siaran …………………………………………………… 63
4.1.4 Penyiar………...……………………………………………............... 64
4.1.5 Proporsi Sajian Musik…………………………………………........... 65
4.1.6 Segmentasi Pendengar...…………………………………………....... 65
4.1.7 Produk Radio……………………………………................................ 66
4.1.7.1 Program Harian………………………………………………. 66
4.1.7.2 Program Mingguan…………………………………………… 68
4.2 Deskripsi Data……………………………………………………….………70
4.3 Pembahasan………..…………………………………………………….…. 72
4.3.1 Gaya Komunikasi Penyiar Radio Ramaloka FM.......................... 75
4.3.2 Cara Penyiar Merancang Pesan Siaran di Radio Ramaloka FM... 81
4.3.3 Karakteristik Penyiar dalam menyampaikan Pesan Siaran…...… 89
4.3.4 Kendala Penyiar Radio Ramaloka FM………………………….. 93
4.4 Hasil Observasi………..…………………………..….………………….…. 96
BAB V PENUTUP………………………………………………….………...…... 104
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………….… 104
5.3 Saran………………………………………………………………………... 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.7 Tipologi Pendengar…………………………………..…. 37
Tabel 2.9 Penelitian Sebelumnya………………………………..… 44
Tabel 3.6 Jadwal Penelitian……………………………...………… 56
Tabel 4.1.6.1 Segmen Pendengar………………………………...….… 61
Tabel 4.1.6.2 Proporsi Jenis Kelamin Pendengar……………………… 61
Tabel 4.3.1 Persamaan dan Perbedaan Program Acara……………… 85
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.8 Kerangka Berpikir…………….…………………………….. 41
Gambar 4.3.1.1 Screen update di facebook radio Ramaloka FM……………. 87
Gambar 4.3.1.2 Screen update di facebook radio Ramaloka FM……………. 88
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Biodata Informan Kunci…………….………………….. 102
Lampiran 2 Biodata Informan Pendukung…………………………... 104
Lampiran 3 Pedoman Wawancara………………………………….... 105
Lampiran 4 Transkrip Wawancara………………………………….... 107
Lampiran 5 Kartu Bimbingan Skripsi……………………………...… 130
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian…………………………………...… 132
Lampiran 7 Surat Penerimaan Penelitian…………………………….. 133
Lampiran 8 Dokumentasi…………………………………………..… 134
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup…………………………………… 135
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah terlepas dari interaksi
dengan sesamanya sehingga manusia akan selalu berhubungan dan berkomunikasi
dengan manusia lainnya. Dalam melakukan komunikasi, manusia dapat
melakukannya secara langsung, dan dapat juga dilakukan melalui saluran
(channel). Di mana melalui saluran ini, pesan dari komunikator disampaikan
kepada komunikan melalui media tertentu. Dengan demikian, setiap manusia
dapat berkomunikasi dengan sesamanya.
Selain kehidupan manusia yang tidak pernah terlepas dari komunikasi,
kehidupan manusia juga tidak akan pernah terlepas dari kebutuhannya untuk
mendapatkan informasi dan hiburan. Inilah mengapa terdapat berbagai media
massa yang seiring perkembangan zaman menjadi semakin canggih sehingga
manusia akan dengan mudah mendapatkan informasi dan hiburan tersebut. Media
massa tersebut terdiri dari media cetak seperti surat kabar, majalah, dan tabloid,
serta media elektronik seperti radio, televisi, dan internet (new media). Dengan
adanya media massa, kita bisa mendapatkan informasi dengan mudah. Bahkan
melalui media seperti radio, televisi, dan internet bukan hanya informasi saja yang
didapat, melainkan kita juga bisa mendapatkan hiburan yang disajikan oleh media
tersebut.
2
Salah satu alat komunikasi yang sudah lama dan banyak digunakan adalah
radio. Meskipun radio hanya menyampaikan pesan lewat suara, tapi tetap
mengutamakan keakuratan dan keaktualan berita yang disampaikan1. Radio
adalah salah satu media massa elektronik tertua, jauh sebelum adanya televisi dan
internet. Jika surat kabar mendapat julukan sebagai kekuatan keempat, maka radio
siaran mendapat julukan kelima atau the fifth estate.2 Ini dikarenakan radio siaran
sama seperti surat kabar, yakni turut melakukan fungsi kontrol sosial seperti
memberi informasi, menghibur, mendidik, dan melakukan persuasi3.
Radio adalah media yang bersifat auditif, yang berarti hanya untuk
didengarkan. Berbeda dengan televisi yang bersifat audiovisual, yakni dapat
dilihat dan didengarkan4. Salah satu alasan radio banyak didengarkan oleh
masyarakat yaitu karena radio adalah media yang praktis, dapat didengarkan di
mana saja dan kapan saja. Pada saat berkendara di mobil, pendengar tetap dapat
mendapatkan hiburan melalui musik yang didengarkan, ataupun mendapatkan
informasi dan berita melalui radio di dvd player kendaraan. Bahkan, berkat
kemajuan teknologi saat ini, radio tidak hanya dapat didengarkan melalui radio
tape saja, melainkan dapat juga didengarkan melalui telepon seluler, dan juga
melalui televisi.
1 http://komunikasi.us/index.php/course/perkembangan-teknologi-komunikasi/2918-
perkembangan-radio-dalam-kalangan-masyarakat-modern diakses pada tanggal 23 November
2015 pukul 12.36 WIB 2 Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung:Rosdakarya.
2007. h.128
3 Ibid p.128
4 Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. h.107
3
Radio merupakan salah satu media komunikasi massa yang mempunyai
peranan penting sebagai media bagi masyarakat yang membutuhkan berita
ataupun informasi. Selain itu, radio juga menyajikan hiburan pada pendengarnya.
Salah satunya melalui program acara musik. Pendengar bisa mendapatkan hiburan
dari musik yang diputarkan, dan pendengar juga dapat berinteraksi secara
langsung dengan penyiar dari radio yang didengarkannya.
Pendengar merupakan orang-orang yang sangat loyal dan sangat
bersahabat, di banyak kasus, para pendengar memiliki rasa kekeluargaan yang
sangat kuat terhadap stasiun radio yang mereka dengarkan. Tetapi jika sebuah
stasiun radio ini tidak memuaskan pendengarnya, para pendengar akan segera
mematikan gelombang tersebut. Mereka akan segera pindah ke gelombang radio
lainnya.5
Program acara musik pada radio tetap menjadi program unggulan di setiap
stasiun radio karena pendengar radio banyak yang lebih senang mendapatkan
hiburan dari mendengarkan lagu atau musik. Seperti pada radio Ramaloka FM
yang lebih mengutamakan hiburan berupa program acara musik. Bayu Pratama,
Program Manager Ramaloka FM mengatakan bahwa seringkali pendengar akan
memindahkan saluran ketika terlalu banyak dijejali berita atau informasi saja.
Maka, pada radio ini informasi hanya dijadikan selingan di antara acara musik.6
5 Harley Prayudha. Radio: Suatu Pengantar Untuk Wacana dan Praktik Penyiaran. Malang:
Bayumedia Publishing. 2005. h.119 6 Wawancara Bayu Pratama, Program Director Radio Ramaloka FM. 5 Januari 2016
4
Penyiar adalah seorang komunikator pada radio yang memiliki tugas untuk
menyampaikan pesan kepada komunikannya, dalam hal ini yaitu pendengar.
Selain berbicara, penyiar harus mampu mengakrabkan diri dengan pendengarnya
sehingga tercipta adanya kedekatan antara penyiar dengan pendengar. Pada setiap
program acara tidak terkecuali acara musik, seorang penyiar harus mempunyai
kemampuan lebih dari sekedar berbicara saja. Meskipun pendengar lebih senang
mendengarkan lagu yang diputarkan di radio tersebut, jika penyiarnya menarik
maka pendengar akan lebih tertarik lagi untuk mendengarkan acara pada radio
tersebut.
Setiap orang yang mampu berbicara dengan lancar, tentu memiliki juga
potensi untuk menjadi penyiar. Tetapi sebenarnya ada tiga hal penting yang harus
dimiliki oleh seorang penyiar, yaitu announcing skill (keterampilkan menuturkan
segala sesuatu menyangkut musik, kata, atau lirik lagu yang disajikan), operating
skill, (keterampilan mengoperasikan segala peralatan siaran), dan musical touch,
(keterampilan merangkai musik dalam tatanan yang menyentuh emosi
pendengar).7 Ketiga hal tersebut memerlukan latihan secara terus menerus.
Radio Ramaloka FM merupakan salah satu stasiun radio tertua di Kota
Serang yang telah berdiri sejak tahun 1977. Format dari radio Ramaloka FM lebih
menargetkan pada masyarakat kalangan menengah ke bawah. Karena itulah untuk
program acara musik, radio ini lebih banyak memutarkan lagu dangdut.
Presentase musik dangdut pada radio ini cukup tinggi, yakni sebesar 50%.
Sementara genre musik lainnya seperti pop sebesar 30%, serta musik barat dan
7 Masduki. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer. 2005. h.119
5
etnis tradisional masing-masing hanya 10% saja.8 Menurut Bayu Pratama,
Program Manager radio Ramaloka FM, untuk mendapatkan target masyarakat
kalangan bawah, musik dangdut harus mendapatkan presentase tertinggi karena
masyarakat menengah ke bawah lebih banyak yang menyukai musik dangdut
dibandingkan musik lainnya. Hal ini terbukti dengan lebih aktifnya pendengar
pada saat program acara request lagu dangdut.9
Sesuai dengan format siarannya, terdapat berbagai program acara yang
menyajikan lagu dangdut seperti “Digoda (Digoyang Dangdut)”, “Goyang
Senggol”, “Ajojing”, “Dangdut Pure”, “DELTA (Deretan Lagu Dangdut
Teratas)”, dan “Darling (Dangdut Tarling)”. Semua program acara tersebut
memutarkan berbagai lagu dangdut mulai dari dangdut asli, dangdut tradisional,
sampai lagu dangdut house dan remix.10
Adapun dari segi segmentasi, radio Ramaloka FM dapat dikategorikan
sebagai radio multi-segmen karena mencakup berbagai usia dan jenis musik
meskipun yang paling banyak adalah lagu dangdut. Untuk usia, mulai dari usia
remaja sampai dewasa yakni 17-50 tahun, dengan presentase pria 55% dan wanita
45%.
Masing-masing penyiar di radio Ramaloka FM memiliki kemampuan yang
berbeda, dan memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri pada saat melakukan
siaran. Ada penyiar yang lebih mahir membawakan acara request lagu, ada yang
8 Company Profile Radio Ramaloka FM
9 Wawancara Bayu Pratama, Program Director Radio Ramaloka FM. 5 Januari 2016
10 Ibid
6
hanya mampu memandu acara talkshow saja, dan penyiar juga disesuaikan
usianya ketika membawakan program acara musik tertentu.11
Karena akan
berbeda gaya siaran dari penyiarnya pada saat menjadi penyiar di acara musik
dangdut dan etnik, dengan gaya siaran penyiar yang membawakan acara musik
pop atau barat.
Pada acara request lagu, penyiar di radio Ramaloka FM lebih
mengandalkan pada line telepon dengan pendengar. Pada penyiar di acara musik
dangdut, gaya siarannya semi-formal dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang tidak terlalu baku. Seringkali di antara bahasa Indonesia yang digunakan,
penyiar juga turut menyisipkan bahasa daerah yang banyak dituturkan oleh
masyarakat di Kota Serang, yaitu bahasa Jawa Serang pada saat melakukan siaran.
Khususnya pada program acara lagu etnik, penyiar diharuskan menggunakan
bahasa daerah. seperti pada program acara “Minang Maimbau”, di mana
penyiarnya menggunakan bahasa Minang pada isi siarannya. Program acara
tersebut memang memutarkan lagu-lagu minang. Selain itu, ada juga “Gentra
Parahyangan” yang menggunakan bahasa Sunda dan juga memutarkan lagu-lagu
sunda.
Sementara pada program acara musik pop dan barat, penyiar juga
menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari yang tidak terlalu formal namun tidak
menggunakan bahasa daerah. Penyiar juga menggunakan bahasa gaul karena
musik pop dan barat lebih banyak didengarkan oleh remaja. Karena itulah penyiar
11
Wawancara Bayu Pratama, Program Manager Radio Ramaloka FM. 5 Januari 2016
7
di radio ini ditempatkan sesuai dengan kemampuan dan usia penyiarnya agar
mampu berkomunikasi dengan baik dengan pendengar musik pop yang rata-rata
di usia remaja.
Sebagai radio swasta yang sudah lama berdiri, radio Ramaloka FM masih
terus mengudara hingga saat ini di antara stasiun radio swasta lain di Kota Serang.
Seiring perkembangannya, terus bermunculan radio baru sehingga pendengar
menjadi semakin banyak pilihan. Radio lain yang ada di Kota Serang seperti
Harmony FM, Hot Radio, Megaswara FM, Serang Radio, X-Channel, dan PBS
FM.
Di antara banyaknya stasiun radio lain tersebut, radio PBS FM merupakan
radio yang juga telah lama ada di Kota Serang, yakni sejak tahun 1986. Meskipun
segmentasi radio PBS FM multi-segmen dan menargetkan pada pendengar
menengah ke bawah, presentase musik pada radio ini lebih banyak pada musik
pop Indonesia yakni sebesar 45%, sedangkan acara dangdut hanya 15% saja. Gaya
siaran pada penyiar radio PBS FM lebih kepada semi-formal dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Berbeda dengan radio Ramaloka FM, radio PBS
FM melayani request lagu hanya melalui sms saja. Dengan sajian musik dan cara
siaran tersebut, radio PBS FM mengaku tetap memiliki pendengar setia yang aktif
meminta lagu melalui pesan singkat atau sms.12
Dengan adanya persaingan di dunia penyiaran, radio Ramaloka FM harus
mampu terus memiliki banyak pendengar. Radio Ramaloka FM yang konsisten
12
Wawancara Bambang Irianto, Penanggung Jawab Siaran Radio PBS FM. 7 Januari 2017
8
dengan mengutamakan pada program acara dangdut tetap berusaha untuk
mempertahankan eksistensinya. Upaya untuk mempertahankan eksistensi radio ini
dilakukan dengan cara mengikuti trend dan mengetahui apa yang disukai oleh
masyarakat sekitar. Penyiar juga harus memiliki kemampuan yang baik sehingga
pendengar akan terus tertarik untuk mendengarkan radio Ramaloka FM. Selain
itu, penentuan segmentasi, format radio, dan gaya siaran merupakan hal yang
penting untuk mendukung keberadaan dan kemajuan radio agar tetap terus
bertahan di antara banyaknya stasiun radio lain.
Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini karena Radio
Ramaloka FM merupakan radio tertua di Kota Serang yang masih terus bertahan
hingga saat ini di tengah semakin banyaknya pilihan radio di masyarakat. Adanya
kondisi tersebut menjadikan persaingan di untuk mendapatkan pendengar menjadi
semakin ketat. Namun radio Ramaloka FM tetap konsisten dengan target
masyarakat menengah ke bawahnya. Hal ini tidak terlepas dari gaya siaran
penyiar di radio Ramaloka FM dalam membawakan acara, khsusunya penyiar
pada program acara musik.
1.2 Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah tersebut, maka diperoleh rumusan
masalah yaitu, “Bagaimana Gaya Komunikasi Penyiar Acara Musik di Radio
Ramaloka FM?
9
1.3 Identifikasi Masalah
Dari identifikasi masalah yang sempat dijabarkan pada latar belakang di
atas maka peneliti merangkumnya ke dalam beberapa inti dari identifikasi
masalah tersebut, yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana gaya komunikasi penyiar acara musik di radio Ramaloka FM?
2. Bagaimana cara penyiar merancang pesan siaran di radio Ramaloka FM?
3. Bagaimana karakteristik penyiar dalam menyampaikan pesan siaran di
radio Ramaloka FM?
1.4 Tujuan Penelitian
Dari identifikasi masalah yang telah dijelaskan di atas, adapun tujuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gaya komunikasi penyiar acara musik di radio
Ramaloka FM.
2. Untuk mengetahui cara penyiar merancang pesan siaran di radio Ramaloka
FM.
3. Untuk mengetahui karakteristik penyiar dalam menyampaikan pesan
siaran di radio Ramaloka FM.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
10
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan
akademisi ilmu komunikasi secara umum, serta menjadi kontribusi pemikiran
yang bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya pada bidang ilmu komunikasi
yang berkaitan dengan gaya komunikasi seorang penyiar.
Penelitian ini menjelaskan secara terperinci mengenai gaya komunikasi
penyiar radio. Hal tersebut sangat penting untuk diketahui oleh setiap penyiar
distasiun radio. Hasil dari penelitian ini akan dapat menjelaskan seperti apa gaya
komunikasi yang digunakan di radio Ramaloka FM, dan apakah penerapannya
sudah tepat. Sehingga dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi bagi radio
Ramaloka FM sendiri.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap teori-teori
yang digunakan setelah diadakan penelitian pada informan. Melalui penelitian ini,
diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi,
khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa dan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih dalam mengenai Gaya
Komunikasi Penyiar Acara Musik di Radio Ramaloka FM.
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Deskripsi Teori
Untuk mengetahui pengertian mengenai teori dan teori ilmu komunikasi,
terlebih dahulu kita perlu memahami pemikiran dari pakar teori komunikasi.
Seperti menurut Werner J. Severin, suatu teori merupakan pernyataan umum yang
merangkum pemahaman kita tentang cara dunia bekerja.13
Dalam konteks teori ilmu komunikasi, Theodorson berpendapat bahwa
komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok
orang dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau
kelompok lain14
. Sedangkan menurut Sir Gerald Barry, komunikasi berasal dari
kata communicate yang berarti bercakap-cakap.15
Sementara secara terminologis,
komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain. Dengan demikian, maka komunikasi melibatkan sejumlah orang, di
mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.16
Ilmu komunikasi penting bagi setiap orang karena manusia merupakan
makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, sehingga manusia selama hidupnya
tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup bermasyarakat tersebut, tentunya ada
13
Werner J, Severin. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa
Edisi Kelima. Jakarta. Kencana Prenada Media. 2011. h. 12 14
Syaiful Rohim . Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta. 2009.
h.11 15
Onong Uchjana Effendy. Radio Siaran: Teori dan Praktek. Bandung. Penerbit Mandar Maju.
1990. h.1 16
Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya. 1992. h.4
12
permasalahan yang terjadi. Hal tersebut diakibatkan karena manusia memiliki
berbagai pikiran, perasaan, kebutuhan, kepentingan, dan sifat yang berbeda-beda.
Setiap masing-masing individu ini berkomunikasi dan saling berinteraksi
satu sama lain sesuai dengan kepentingan mereka. Interaksi tersebut dilakukan
dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti melalui percakapan. Dalam
berkomunikasi, tidak akan pernah terlepas dari bahasa yang digunakan. Bahasa
merupakan alat untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dari seseorang
kepada orang lain dalam berkomunikasi. Dengan menggunakan bahasa ini,
komunikasi verbal dilakukan oleh penyiar di radio Ramaloka FM untuk
berinteraksi dengan pendengarnya, karena bahasa yang digunakan dapat
menggambarkan apa yang dipikirkan penyiar kepada pendengarnya.
2.2 Teori Logika Pesan
Robert T. Craig membangun suatu model yang dapat membantu
menjelajahi berbagai bidang yang ada dalam ilmu komunikasi yang bertujuan
untuk menjelaskan mengenai bagaimana manusia melakukan proses komunikasi.
Menurut Craig, ilmu komunikasi memiliki cara atau sifat yang selalu diwarnai
dengan berbagai teori dan cara pandang. Robert Craig membagi dunia teori
komunikasi ke dalam tujuh kelompok pemikiran atau tradisi pemikiran, yaitu:
semiotika, fenomenologi, sibernetika, sosiopsikologi, sosiokultural, kritis, dan
retorika.17
17
Morissan dan Andy Corry Wardhany. Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,
Percakapan, dan Hubungan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2009. h.26
13
Peneliti menggunakan teori logika pesan yang merupakan bagian dari
tradisi sosiopsikologi. Tradisi Sosiopsikologi memandang individu sebagai
makhluk sosial Berasal dari psikologi sosial, kajian sosiopsikologis memiliki
tradisi yang kuat dalam komunikasi. Teori-teori pada tradisi ini berfokus pada
perilaku sosial individu, variabel psikologis, efek individu, kepribadian dan sifat,
persepsi, serta kognisi.18
Barbara O‟Keefe memulai karyanya sebagai seorang konstruktivis, tetapi
telah mengembangkan orientasi teoritis untuk menggabungkan sebuah model
penyusunan pesan. Tesisnya adalah bahwa manusia berpikir dengan cara yang
berbeda tentang komunikasi dan pesan serta mereka menggunakan logika yang
berbeda dalam memutuskan apa yang akandikatakan kepada orang lain dalam
sebuah situasi. Ia menggunakan istilah logika penyusunan pesan (message-design
logic) untuk menjelaskan proses pemikiran di balik pesan yang kita ciptakan.19
Barbara O‟Keefe pada awalnya adalah seorang pendukung teori
konstruktivisme, namun kemudian ia memperluas teorinya dengan memasukkan
juga pandangan-pandangan terkait dengan bagaimana orang mendesain pesan.
Tesis yang diajukannya menyatakan bahwa manusia berpikir secara berbeda
mengenai bagaimana berkomunikasi dan membuat pesan, dan manusia
menggunakan logika yang berbeda dalam memutuskan apa yang harus dikatakan
kepada orang lain pada situasi tertentu. Dia menggunakan istilah „logika dalam
18
Stephen W Little John dan Karen A. Foss. Theories of Human Communication. Jakarta:
Salemba Humanika. 2009. h.63 19
Ibid. h.188
14
merancang pesan (message design logic) untuk menjelaskan bagaimana proses
berpikir yang terjadi sehingga munculnya pesan.
Menurut teori logika pesan, pesan yang disampaikan oleh setiap orang
akan sama, namun pada situasi lain akan berbeda. Pesan akan berbentuk sama
ketika pesan tersebut bersifat sederhana. Namun ketika banyak tujuan yang akan
dicapai dan memiliki potensi seseorang kehilangan muka, maka apa pun logika
yang digunakan dalam merancang pesan akan menghasilkan berbagai bentuk
pesan yang berbeda.
Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari tradisi
Sosiopsikologi yang memandang manusia sebagai makhluk sosial. Sementara
teori yang akan digunakan oleh peneliti adalah Teori Logika Pesan.
O‟Keefe mengemukakan tiga logika dalam merancang pesan, dimulai dari
yang tidak terpusat pada orang (least person-centered) hingga yang sangat
terpusat (most person-centered).
Logika ekspresif (expressive logic), yaitu logika yang memandang
komunikasi sebagai suatu cara untuk mengekspresikan diri dan untuk
menyatakan perasaan dan pikiran. Pesan yang terdapat pada logika
ekspresif ini bersifat terbuka dan reaktif, dengan hanya memberikan
sedikit perhatian pada kebutuhan dan keinginan orang lain. Dalam hal ini,
logika ekspresif bersifat self-centered atau terpusat pada diri si pembicara,
kebalikan dari person-centered atau terpusat pada lawan bicara
sebagaimana yang dikenal dalam teori konstruktivisme.
15
Logika konvensional (conventional logic), yaitu logika yang melihat
komunikasi sebagai suatu permainan yang dimainkan dengan mengikuti
sejumlah aturan. Di sini, komunikasi merupakan alat untuk
mengekspresikan diri yang dilakukan menurut aturan dan norma yang
diterima termasuk hak dan tanggung jawa masing-masing orang yang
terlibat. Logika jenis ini bertujuan untuk merancang pesan yang sopan,
pantas, dan berdasarkan aturan yang sepatutnya diketahui setiap orang.
Logika retorika (rhetorical logic) yaitu logika yang memandang
komunikasi sebagai suatu cara untuk mengubah aturan melalui negosiasi.
Pesan yang dirancang dengan menggunakan logika ini cenderung luntur
dan fleksibel, memiliki pemahaman dan terpusat pada lawan bicara.
Pembicara yang menggunakan logika ini cenderung untuk membingkai
ulang situasi yang dihadapi agar berbagai tujuan, termasuk persuasi dan
kesopanan, dapat diintegrasikan dalam satu kesatuan yang bulat.
2.3 Komunikasi
Komunikasi atau “communication” berasal dari bahasa latin “communis”,
sedangkan dalam bahasa Inggris disebut “commun” yang berarti sama.20
Sama
dalam hal ini maksudnya adalah sama makna. Ketika berkomunikasi (to
communicate), ini berarti kita berusaha untuk mewujudkan kesamaan makna
mengenai suatu hal. Jika komunikan mengerti apa yang disampaikan oleh
komunikator, maka dapat diartikan bahwa proses komunikasi telah berlangsung.
20
Syaiful Rohim . Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta. 2009.
h.8
16
Komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned) bagu
komunikator dan komunikan. Komunikator menyandi (encode) pesan yang akan
disampaikan kepada komunikan. Ini berarti ia memformulasikan pikiran dan atau
perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh
komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi
(decode) pesan komunikator itu. ini berarti ia menafsirkan lambang yang
mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator berfungsi sebagai penyandi
(encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa-sandi (decoder).21
Pada penyiar radio Ramaloka FM, pesan disampaikan oleh penyiar sebagai
komunikator melalui media massa yakni radio. Dalam proses komunikasi yang
dilakukan tersebut, penyiar harus menyampaikan pesan kepada pendengar dengan
bahasa yang mudah dipahami agar pendengar dapat mengerti apa yang
disampaikan oleh penyiar. Jika sudah ada kedekatan, maka akan semakin mudah
bagi penyiar untuk mendapatkan pendengar setia.
2.3.1 Tujuan Komunikasi
Setiap orang dalam berkomunikasi pasti memiliki tujuan tertentu. Baik itu
pengertian, dukungan, gagasan, atau berbagai tujuan lainnya. Dalam tujuan
komunikasi secara umum, komunikasi mengharapkan adanya umpan yang
diberikan oleh lawan bicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat
diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan
komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku “Ilmu
21
Ibid. h.13
17
Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan bahwa terdapat beberapa tujuan
berkomunikasi, yakni:
Perubahan sikap (attitude change)
Perubahan pendapat (opinion change)
Perubahan perilaku (behavior change)
Perubahan sosial (social change)22
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi memiliki
berbagai tujuan, tergantung dengan apa yang diinginkan oleh komunikator itu
sendiri. Seorang komunikator pasti ingin agar komunikannya mengerti apa pesan
yang disampaikannya, dan efek yang diinginkan dapat berupa perubahan sikap,
pendapat, perilaku, atau perubahan sosial. Penyiar radio Ramaloka FM tentu
menginginkan tujuan yang sesuai dengan penjelasan di atas untuk mendapatkan
pendengar setia. Seseorang yang tadinya biasa saja, menjadi tertarik untuk
mendengarkan radio Ramaloka FM setelah mendengar suara penyiar. Jika ini
terjadi, maka tujuan komunikasi tersebut telah berhasil. Penyiar radio Ramaloka
FM juga harus mampu mengantisipasi jika terjadi hambatan dalam komunikasi
dengan pendengarnya. Karena suatu proses komunikasi tidak selamanya berjalan
sesuai keinginan.
22
Onong Uchjana Effendy. Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
2005. h.8
18
2.3.2 Fungsi Komunikasi
Komunikasi secara umum memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Komunikasi sosial
“Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan
bahwa komunikator itu penting untuk membangun konsep-diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari
ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan
memupuk hubungan dengan orang lain”.23
Fungsi komunikasi sosial merupakan salah satu fungsi inti dari suatu
media. Di mana media memiliki tujuan untuk membuat masyarakat terhibur.
Seperti radio Ramaloka FM yang menyajikan informasi dan hiburan bagi
pendengarnya.
2. Komunikasi Ekspresif
“Komunikasi ekspresif tidak secara otomatis bertujuan mempengaruhi
orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi
instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi)”.24
Dalam konteks radio, komunikasi ekspresif digunakan untuk memberikan
kekuatan emosional dalam siarannya. Penyiar radio Ramaloka FM tidak hanya
berbicara ketika siaran saja, melainkan membuat pendengar tertarik dengan isi
siaran melalui obrolan serta candaan sehingga terjalin suatu komunikasi
personal yang menciptakan kedekatan dan keakraban pada saat siaran tersebut.
23
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. h.5 24
Ibid. Deddy, h.5, h.21
19
3. Komunikasi Ritual
“Komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan
terdalam seseorang. Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya berbagi
komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai
pengabdian kepada kelompok. Bukanlah substansi kegiatan ritual itu sendiri
yang terpenting, melainkan perasaan senasib sepenanggungan yang
menyertainya, perasaan bahwa adanya keterikatan oleh sesuatu yang lebih
besar daripada diri sendiri, yang bersifat abadi, dan bahwa diakui dan diterima
dalam kelompok”.25
Fungsi ini digunakan oleh penyiar radio Ramaloka FM untuk mewujudkan
suatu perasaan saling menghargai dan dihargai dengan pendengar, sehingga
dapat terwujud suatu keterikatan tersebut.
4. Komunikasi Instrumental
“Mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar,
mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau
mengerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi
tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan
tersebut. Studi komunikasi membuat peka terhadap berbagai strategi yang
dapat digunakan dalam komunikasi untuk bekerja lebih baik dengan orang
lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen
25
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. p.25
20
untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka
pendek maupun tujuan janga panjang”.26
Fungsi komunikasi instrumental melengkapi fungsi komunikasi lain yang
perlu diterapkan oleh penyiar di radio Ramaloka FM. Penyiar radio
Ramaloka FM harus menyampaikan informasi dan berita yang menarik bagi
pendengarnya. Untuk hiburan, dapat diterapkan dengan memutarkan musik
yang sesuai dengan segmentasi pendengar di radio ini. Selain itu, penyiar
radio Ramaloka FM dalam berkomunikasi dengan pendengarnya juga harus
memiliki tujuan agar tidak hanya pesan dapat diterima oleh pendengarnya
saja, tetapi juga mempengaruhi pendengar agar tertarik untuk berperan aktif
dalam berinteraksi dengan penyiar.
2.3.4 Hambatan Komunikasi
Berikut ini merupakan hambatan dalam komunikasi yang perlu
diperhatikan oleh komunikator agar dapat berkomunikasi secara efektif:
1. Hambatan Semantis
Hambatan semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator
sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaaannya kepada komunikan.
Demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator harus benar-benar dapat
memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah ucap dapat menimbulkan
26
Ibid. Deddy, h.30
21
salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang
pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).27
Penyiar di radio Ramaloka FM menggunakan bahasa Indonesia pada saat
melakukan siaran, tentunya agar pendengar mengerti apa yang disampaikan oleh
penyiar tersebut. Namun demikian, bahasa daerah juga turut digunakan oleh
penyiar pada program acara tertentu yang memang menargetkan pendengar
tertentu yang masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa sehari-harinya.
Bahasa daerah yang dituturkan tersebut yakni bahasa Jawa Serang, Sunda, dan
bahasa Minang. Tergantung program acara yang dibawakan.
2. Hambatan Mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita alami dalam kehidupan sehari-
hari, seperti suara telepon yang tidak jelas, ketikan huruf yang buram pada surat,
suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, berita surat kabar yang sulit dicari
sambungan kolomnya, gambar yang meliuk-liuk pada pesawat televisi, dan lain-
lain.28
Hambatan seperti ini biasa terjadi pada media mana pun, tidak terkecuali
di Radio Ramaloka FM. Hambatan yang terjadi seperti suara pemancar yang
kurang baik sehingga menghasilkan suara penyiar yang tidak terdengar dengan
jelas. Hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman pendengar terhadap isi
pesan yang disampaikan oleh penyiar.
27
Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. h.14
28
Ibid. h.15
22
3. Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap
proses berlangsungnya komunikasi yang datangnya dari lingkungan. Seperti suara
riuh orang-orang atau kebisingan lalu lintas, suara hujan atau petir, dan lain-lain.29
Hal ini dapat terjadi pada pendengar radio Ramaloka FM ketika berada di lokasi
yang bising sehingga tidak dapat mendengar suara radio dengan jelas.
4. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu hambatan yang berat bagi kegiatan
komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap
menentang komunikator. Pada orang yang bersikap prasangka emosinya
menyebabkan dia menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara
rasional.30
Dalam konteks radio siaran, prasangka merupakan hambatan yang dapat
muncul dari diri pendengar. Radio yang bersifat sekilas seringkali membuat
pendengar mengambil kesimpulan bahwa penyiar yang membawakan acara di
radio tersebut kurang menarik dan membosankan. Karena prasangka tersebut,
pendengar langsung memindahkan channel radio ke stasiun radio lain.
Berdasarkan pengamatan peneliti, hambatan ini di kalangan pendengar radio pasif
yang hanya sekilas mendengarkan radio, dan tidak mendengarkan secara
keseluruhan isi siaran tersebut.
29
Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. h.13 30
Ibid. h.16
23
2.3.5 Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat
perilaku antarpribadi yang terspesialisasi digunakan dalam suatu situasi tertentu (a
specialized set of interpersonal behaviors that are used in given situation). Gaya
komunikasi merupakan cara penyampaian dan gaya bahasa yang baik. Gaya yang
dimaksud sendiri dapat bertipe verbal yang berupa kata-kata atau nonverbal
berupa vokalik, bahasa badan, penggunaan waktu, dan penggunaan jarak.31
Gaya
komunikasi terdiri dari seperangkat perilaku komunikasi yang dipakai untuk
mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula.
Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud
dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver). Berikut ini gaya
komunikasi yang akan dijadikan acuan dalam penelitian ini:32
1) The controlling style. Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini,
ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi,
memaksa, dan mengatur perilaku, pikiran, dan tanggapan orang lain.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan
nama komunikator satu arah atau one-way communications. Controlling
style of Communication ini lebih memusatkan perhatian kepada
pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka
tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan.
Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan
31
Widjaja, H.A.W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta. 2000. h.57 32
Dasrun Hidayat. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya: Fakta Penelitian Fenomenologi Orang
Tua Karir dan Anak Remaja. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012. h.7-10
24
balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk
kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak
khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha
menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain
mematuhi pandangan-pandangannya. Pesan-pesan yang berasal dari
komunikator satu arah ini, tidak berusaha „menjual‟ gagasan agar
dibicarakan bersama, namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang
lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini
sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak
secara efektif dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demikian,
gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini tidak jarang bernada
negatif sehingga menyebabkan orang lin memberi respon atau tanggapan
yang negatif pula.
2) The equalitarian style. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya
landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai
dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan
maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka.
Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun
pendapat dalam suasana yang rileks, santai, dan informal. Dalam suasana
yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan
gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini adalah orang-orang yang
25
memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina
hubungan yang baik dengan orang lain, baik dalam konteks pribadi
maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan
memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi sebab gaya ini efektif
dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk
mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya
komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi
informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3) The structuring style. Gaya komunikasi yang berstruktur ini,
memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna
memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan
pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi
perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan untuk
mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan, dan prosedur yang berlaku dalam
organisasi tersebut.
4) The dynamic style. Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki
kecenderungan agresif karena pengirim pesan atau sender memahami
bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-
oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para
juru kampanye ataupaun supervisor yang membawa para wiraniaga
(salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif
ini adalah menstimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja
26
dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif
digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis,
namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai
kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5) The relinquishing style. Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan
kesediaan untuk menerima saran, pendapat, ataupun gagasan orang lain
daripada keinginan untuk memberi perintah meskipun pengirim pesan
(sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang
lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim
pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang
berpengathuan luas, berpengalaman, teliti, serta bersedia untuk
bertanggung jawab atas tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6) The withdrawal style. Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah
melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-
orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain
karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang
dihadapi oleh orang-orang tersebut. Dalam deskripsi yang konkret adalah
ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam
persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan
diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan
untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu,
gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi dengan orang tua
maupun dengan orang lain dalam organisasi atau instansi.
27
2.4 Komunikasi Massa
Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan
oleh Bittner (1980:10), yakni: “Mass communication is messages communicated
through a mass to a large number of people.” Yang berarti komunikasi massa
adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
orang. Ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi dengan memperinci
karakteristik komunikasi massa. Gerbner (1967) menulis, “Mass communication
is technologically and institutionally based production and distribution of the
most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies.” Yang
artinya, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki
orang dalam masyarakat industri. Sehingga, dari definisi tersebut dapat terlihat
bahwa komunikasi massa menghasilkan suatu pesan komunikasi.33
Menurut Elizabeth-Noelle Neumann, secara teknis terdapat empat tanda
pokok dari komunikasi massa, yaitu:
1) Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis.
2) Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta
komunikasi (para komunikan).
3) Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan
anonim.
33
Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007.
h.188
28
4) Mempunyai publik yang secara geografis tersebar.34
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui
media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan
informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur yang
penting dalam komunikasi adalah :35
1. Komunikator
Komunikator dalam media massa adalah
a. Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika
modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi
dengan cepat ditangkap oleh publik.
b. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi,
wawasan dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar dimana
tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka.
c. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili
institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran
informasi tersebut.
34
Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007.
p.189 35 Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi Edisi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana. 2008. h.72
29
2. Media Massa
Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan
penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara
massal pula. Media massa yang dibahas dalam penelitian ini adalah radio siaran.
3. Informasi Massa (Pesan)
Informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat
secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi pribadi. Dengan
demikian, informasi yang disajikan adalah milik publik, bukan ditujukan untuk
masing-masing individu. Maka dapat diartikan bahwa antara penyiar dan
pendengar radio Ramaloka FM tidak saling mengenal.
4. Gatekeeper
Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa
komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa,
mereka inilah yang akan menyeleksi setiap informasi yang akan disiarkan atau
tidak disiarkan. Bahkan mereka memiliki kewenangan untuk memperluas dan
membatasi informasi yang akan disiarkan tersebut. Pada radio Ramaloka FM,
gatekeeper tersebut seperti editor, scriptwriter, atau wartawan.
5. Khalayak
Khalayak adalah massa yang menerima informasi massa yang disebarkan
oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah
media massa.
30
6. Umpan Balik
Umpan balik dalam media massa berbeda dengan umpan balik dalam
komunikasi antarpribadi. Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya
tertunda sedangkan umpan balik pada komunikasi tatap muka bersifat langsung.
Akan tetapi, konsep umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah
dikoreksi karena semakin majunya media teknologi, maka proses penundaan
umpan balik menjadi sangat tradisional. Saat ini media massa juga telah
melakukan berbagai komunikasi interaktif antara komunikator dan publik,
dengan demikian maka sifat umpan balik yang tertunda ini sudah mulai
ditinggalkan seirama dengan perkembangan teknologi telepon dan internet, serta
berbagai teknologi lain yang mengikutinya.
2.4.1 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki beberapa fungsi. Menurut Dominick (2001),
fungsi tersebut adalah:36
1. Surveillance (Pengawasan)
Komunikasi massa berfungsi sebagai pengawasan untuk mempermudah
pengendalian kegiatan-kegiatan sosial yang terjadi di masyarakat.
Fungsi ini dilakukan oleh penyiar radio Ramaloka FM untuk dapat
mengawasi masyarakat yang juga merupakan pendengar dari radio ini. Seperti
kontrol sosial atau kegiatan persuasif yang dapat disampaikan melalui iklan
36
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah. Komunikasi Massa: Teori, Suatu
Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2007. h.14-17
31
layanan masyarakat ataupun melalui informasi yang disisipkan di tengah-tengah
program acara hiburan.
2. Interpretation (Penafsiran)
Pada fungsi penafsiran, media massa tidak hanya memasok fakta dan data,
tetapi juga penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri
media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat dan
ditayangkan.
Fungsi penafsiran pada stasiun radio, termasuk radio Ramaloka FM dapat
berupa acara dialog interaktif antara penyiar dan pendengar mengenai suatu
peristiwa, isu, atau permasalahan tertentu yang sedang terjadi di sekitar
masyarakat. Dengan cara ini, penyiar radio mengajak pendengarnya untuk
memperluas wawasan dalam pembahasan di program acara tersebut.
3. Linkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam hingga
membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
tentang sesuatu.
Dalam fungsi ini radio Ramaloka FM menjadikan sesuatu yang tadinya
biasa saja, kemudian menjadi trend sehingga banyak masyarakat yang akhirnya
menyukai hal tersebut dan kemudian menjadi saling terhubung karena minat dan
kesukaan yang sama tersebut. Contohnya, pada radio ini terdapat program acara
khusus yang memutarkan lagu Minang, masyarakat yang sama-sama menyukai
32
lagu Minang dipersatukan dan merasa saling terhubung oleh karena kesamaan
minat tersebut.
4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)
Fungsi ini disebut juga dengan socialization (sosialisasi). Sosialisasi
mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.
Dengan kata lain, masyarakat meniru apa yang diperlihatkan di media massa
tersebut.
Fungsi penyebaran nilai sebenarnya lebih banyak terjadi pada media
televisi. Di mana tayangan dalam bentuk visual terlihat dengan jelas sehingga
penonton dapat dengan mudah menirunya. Pada radio tidak sejelas televisi, karena
radio hanyalah media auditif yang hanya dapat didengarkan. Yang dapat ditiru
pendengarnya hanya apa yang didengarkannya saja. Maka cara berbicara seorang
penyiar dan isi siaran tetap perlu diperhatikan.
5. Entertainment (Hiburan)
Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media
menjalankan fungsi hiburan. Semua hal yang bersifat menghibur dapat ditemui di
hampir seluruh media massa, baik itu di surat kabar, radio, ataupun televisi.
Pada radio siaran, hiburan bisa didapatkan melalui sajian musik yang
diputarkan. Dengan adanya sajian musik tersebut, masyarakat akan terhibur.
Adanya fungsi hiburan ini turut melengkapi fungsi lainnya dari berlangsungnya
proses komunikasi massa.
33
2.5 Radio
Radio adalah salah satu media massa yang bersifat auditif atau hanya dapat
didengarkan suaranya saja. Suara tersebut ditransmisikan secara serempak melalui
gelombang radio di udara. Umumnya radio menyiarkan musik, berita, iklan,
diskusi atau talkshow, dan bahkan ada juga radio yang menyiarkan drama.
Informasi bisa dengan mudah didapatkan melalui radio. Bukan hanya informasi
saja, tetapi juga kita bisa mendapatkan sajian hiburan melalui radio sehingga
kejenuhan akan aktivitas sehari-hari dapat hilang ketika mendengarkan hiburan
melalui media ini.
Terdapat beberapa definisi mengenai radio menurut para ahli seperti
menurut H.A Widjaja yang mengatakan bahwa radio adalah keseluruhan sistem
gelombang suara yang dipancarakan dari stasiun pemancar dan diterima oleh
pesawat penerima di rumah, mobil, dan dilepas di mana saja.37
Sementara
menurut Didin Syaifuddin, radio adalah sesuatu yang menghasilkan bunyi atau
suara, karena dipancarkan oleh gelombang atau frekuensi melalui udara (air
wave).38
Radio adalah alat komunikasi massa, dalam arti saluran pernyataan
manusia yang umum atau terbuka dan menyalurkan lambang yang berbunyi,
berupa program-program yang teratur, yang isinya aktual dan meliputi segi
perwujudan kehidupan masyarakat.39
37
H.A. Widjaja. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 2000. h.36
38
Didin Syaifuddin. Radio Siaran. Sidoarjo: Selaras Dua Berdikari Entertain. 2005. h.9
39
Anwar Arifin. Strategi Komunikasi Sebuah Pengatar Ringkas. Bandung: Armico. 2004. h.27
34
Radio siaran memiliki beberapa kelebihan. Hal tersebut dikarenakan
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan radio siaran. Faktor-faktor
tersebut yakni:40
1) Daya Langsung: Pesan yang disampaikan oleh radio siaran dapat langsung
diterima oleh pendengar. Proses penyampaian pesan tersebut berlangsung
dengan mudah dan cepat. Seperti pada penyampaian berita di radio
Ramaloka FM, berita yang sudah dikoreksi dan sudah dicek kebenarannya
dapat langsung dibacakan. Bahkan melalui reportase atau siaran
pandangan mata, peristiwa yang sedang berlangsung dapat langsung
disiarkan.
2) Daya Tembus: Radio siaran memiliki kekuatan daya tembus, yang artinya
dapat mencapai khalayak yang berada di mana saja tanpa mengenal jarak
dan waktu. Perbedaan wilayah tidak menjadi kendala bagi penyampaian
pesan melalui radio siaran. Pada radio Ramaloka FM pun seperti itu, dapat
mencapai seluruh pendengarnya yang berada di mana saja sesuai dengan
cakupan siarannya.
3) Daya Tarik: Faktor ketiga yang menyebabkan radio siaran mempunyai
kekuasaan adalah daya tarik. Daya tarik ini disebabkan sifatnya yang serba
hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni: musik, kata-kata, dan
efek suara (sound effect). Ketiga unsur ini sudah diterapkan oleh radio
Ramaloka FM untuk menarik minat pendengarnya.
40
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah. Komunikasi Massa: Teori, Suatu
Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2007. h.128-130
35
2.5.1 Karakteristik Radio Siaran
Pada radio siaran, terdapat broadcast style atau gaya radio siaran. Gaya
radio siaran ini disebabkan oleh sifat radio siaran yang mencakup:41
1. Auditori
Sifat auditori itu sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar.
Karena kemampuan mendengar manusia itu terbatas, maka pesan komunikasi
melalui radio siaran diterima dengan selintas. Sifat ini merupakan bagian dari
kelemahan radio. Karena selintas, maka isi pesan yang disampaikan oleh penyiar
radio Ramaloka FM harus singkat dan jelas atau concise and clear (Charnley,
1965:29) atau menurut istilah Mark W. Hall, pesan radio siaran itu harus be
crystal clear (1974:51).
2. Imajinatif
Karena hanya indra pendengaran yang digunakan oleh khalayak dan
pesannya pun selintas, maka radio siaran mengajak komunikannya untuk
berimajinasi. Dengan kata lain, pendengar radio siaran bersifat imajinatif. Penyiar
radio Ramaloka FM harus memiliki keterampilan dan gaya siaran yang mampu
menarik minat pendengar. Hal ini agar pendengar memiliki imajinasi yang kuat
akan pesan yang disampaikan tersebut. Jika pendengar tertarik mendengar isi
siaran tersebut, maka pendengar akan dapat memahaminya dengan baik.
41
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah. Komunikasi Massa: Teori, Suatu
Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2007. h.131-133
36
3. Akrab
Sifat radio siaran yang lainnya adalah akrab atau intim. Mendengarkan
radio dapat dilakukan sambil mengerjakan pekerjaan lainnya. Seperti pada saat
pendengar sedang mengerjakan pekerjaan kantor, mengendarai mobil, saat sedang
makan, menulis, atau mengerjakan apa pun. Seorang penyiar radio seolah-olah
berada di sekitar pendengar, kapan pun dan di mana pun. Penyiar radio Ramaloka
FM harus menyajikan acara yang beragam dan sesuai dengan kebutuhan
pendengar. Mulai dari informasi yang menarik sampai hiburan yang
menyenangkan. Tentunya dengan bahasa yang mampu membuat pendengar ingin
terus mendengarkan radio Ramaloka FM.
4. Gaya Percakapan
Seperti yang telah dijelaskan di atas, penyiar radio seolah-olah bertamu ke
rumah atau menemani pendengarnya di mana pun mereka berada. Dalam keadaan
demikian, tidak mungkin ia berbicara dengan semangat dan berteriak. Sekalipun
pesannya didengar oleh ribuan orang, tapi pendengar berada di tempat yang
terpisahkan dan bersifat pribadi. Maka dari itu, penyampaian pesannya pun harus
bergaya percakapan (conversational style).
Seluruh karateristik radio siaran tersebut harus benar-benar dimengerti
oleh penyiar di radio Ramaloka FM agar ketika menyusun dan menyampaikan
materi siaran, penyiar dapat menyampaikan isi siaran tersebut dengan tepat
kepada pendengarnya.
37
2.6 Penyiar Radio
Pelaksanaan dilakukan menurut jadwal tugas yang telah ditetapkan oleh
stasiun radio, maka syarat menjadi penyiar radio di masa sekarang, atau paling
tidak dapat memenuhi kriteria di bawah ini:42
1. Mempunyai kualitas vokal yang memadai.
Dalam melakukan penilaian kualitas suara yang memadai atau tidak,
sangat bergantung pada penilaian pendengarnya. Oleh karena itu, merekrut
penyiar harus hati-hati apakah suara penyiar tersebut dianggap cocok dengan
segmen radionya atau tidak. Ketika jenis vokal yang diinginkan tidak didapat
biasanya stasiun penyiaran radio akan melatih penyiar yang bersangkutan untuk
mengoptimalkan penyesuaian karakter program yang sudah direncanakan oleh
program director. Yang paling penting, bagaimana seorang penyiar mampu
mengoptimalkan jenis suaranya sehingga sesuai perencanaan program dan
harapan pendengar.
2. Mampu melaksanakan adlibbing dan script reading dengan baik.
Tuturan penyiar yang dilakukan spontan secara tanpa persiapan, apalagi
mengingat-ingat terlebih dahulu, bahkan tidak dipikirkan sesaat pun. Kelancaran
berbicara yang mengalir apa adanya, tidak dibuat-buat, jujur, jernih, jelas akan
banyak dipengaruhi wawasan yang luas dan latihan-latihan khusus. Oleh karena
42
Harley Prayudha. Radio: Penyiar It‟s Not Just A Talk. Malang: Bayumedia Publishing. 2006.
h.87-91
38
itu, penyiar perlu memiliki wacana dan mampu menganalisis situasi serta kondisi
dari berbagai aspek.
3. Memahami format radionya dan format clock.
Dalam menjalankan tugasnya, seorang penyiar harus memahami format
radionya, baik format kata maupun format musik, serta aturan-aturan lain yang
berlaku pada stasiun radionya. Yang jelas, format di sini lebih merupakan ramuan
pokok atau rencana program yang diarahkan pada pendengar tertentu. Sedangkan
format clock tersebut adalah perintah kerja mulai dari playlist, sistem rotasi musik,
iklan, radio ekspose, penempatan stasiun ID/jingle, atau toleransi waktu bicara
penyiar.
4. Memahami secara mendalam segmen radionya.
Dengan memahami secara mendalam segmen radionya, berarti penyiar
akan sangat paham tentang target pendengarnya. Penyiar juga harus mengetahui
karakteristik pendengarnya maupun program apa yang mereka butuhkan dan
mereka sukai.
5. Memperlihatkan simpati dan empati terhadap pendengarnya
Penyiar harus bisa berempati, maksudnya dalam upaya melayani secara
optimal sebaiknya bisa mewujudkan rasa kedekatan dengan pendengar, sekaligus
harus bisa berpikir dari sudut pandang pendengar atau berempati.
39
6. Mampu menghasilkan gagasan-gagasan segar dan kreatif dalam siarannya.
Seorang penyiar perlu menjadi seorang kreator, karena tugasnya
menghibur pendengar dengan kata-katanya. Agar pendengar tertarik dalam setiap
siarannya selalumenghasilkan gagasan atau ide-ide segar dan selalu kreatif
memunculkan hal-hal baru sesuai kondisi atau tren yang berkembang.
7. Mampu bekerja sama dalam tim
Karena bekerja di radio merupakan kerja terintegrasi antara masing-
masing bagian yang terlibat dalam produksi siaran, maka seluruh praktisi
penyiaran termasuk penyiar wajib memiliki kemampuan bekerja sama dan saling
pengertian, menghargai, dan saling mengingatkan untuk menghasilkan output
siaran yang berkualitas.
Menurut Harley Prayudha, penyiar terkadang dideskripsikan sebagai
seseorang yang ideal. Sifat ideal tersebut meliputi kehangatan dan kasih saying,
memiliki rasa humor dan cerdas, jujur, rasa saling berbagai sekaligus teman yang
selalu menemani dengan baik, dapat dipercaya, memiliki rasa percaya diri,
bersemangat, dan optimis. Bukan hanya itu saja, penyiar juga harus bisa
emmainkan peran. Peran harus dilihat dengan sesuatu yang objektif, karena
memainkan emosi yang berlebihan akan menyebabkan penyiar menjadi monoton
dan berdampak pada minat mendengar.43
43
Harley Prayudha. Radio: Penyiar It‟s Not Just A Talk. Malang: Bayumedia Publishing. 2006.
h.91-92
40
Secara umum ada tiga keterampilan yang harus dikuasai penyiar yaitu:44
1. Announcing skill, yaitu keterampilkan menuturkan segala sesuatu menyangkut
musik, kata, atau lirik lagu yang disajikan.
2. Operating skill, yaitu keterampilan mengoperasikan segala peralatan siaran
3. Musical touch, yaitu keterampilan merangkai musik dalam tatanan yang
menyentuh emosi pendengar. Bercita rasa dalam seleksi, harmonis dalam
rangkaian.
2.7 Pendengar
Pada proses komunikasi, terdapat komunikator dan komunikan.
Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan, sedangkan komunikan
adalah khalayak yang menerima pesan. Pada radio Ramaloka FM, yang menjadi
komunikator adalah penyiarnya yang menyampaikan pesan melalui media radio
siaran, sementara yang menjadi komunikan adalah pendengar radio yang
menerima pesan berupa isi siaran dari penyiar radio Ramaloka FM. Pendengar
pun dapat melakukan umpan balik dengan penyiar sehingga terjadi suatu interaksi.
Adanya interaksi ini menimbulkan proses komunikasi antara penyiar dan
pendengar, sehingga jika proses komunikasi ini berjalan dengan baik maka jika
dilakukan terus menerus akan muncul komunikasi yang dekat antara penyiar dan
pendengar. Pendengar pun akan menjadi pendengar setia dari radio Ramaloka
FM.
44
Masduki. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer. 2005. h.119
41
Pendengar merupakan orang-orang yang sangat loyal dan sangat
bersahabat, di banyak kasus, para pendengar memiliki rasa kekeluargaan yang
sangat kuat terhadap stasiun radio yang mereka dengarkan. Tetapi jika sebuah
stasiun radio ini tidak memuaskan pendengarnya, para pendengar akan segera
mematikan gelombang tersebut. Mereka akan segera pindah ke gelombang radio
lainnya.45
Pendengar radio terbagi menurut beberapa segmen. Mereka menjadi
pendengar setia atas format suatu siaran, di samping ada khalayak setia yang
sangat loyal terhadap suatu stasiun favorit. Pendengar yang dapat dikatakan benar-
benar loyal terhadap sebuah stasiun penyiaran radio akan cenderung melakukan
pilihan sesuai dengan kebutuhan, keinginan, serta selera mereka masing-masing.
Tetapi, bisa saja pendengar tersebut hanya loyal terhadap satu mata acara pada
stasiun radio tersebut. Oleh karena itu, batasan pendengar radio dibedakan
berdasarkan suka atau tidak suka pada program siaran yang ditawarkan oleh
stasiun penyiaran radio.46
Dengan demikian, setiap radio memiliki segmentasi
pendengar yang dapat diketahui dengan mudah.
Menurut Harley Prayudha, teori psikologi umum telah merumuskan
konsep persepsi pendengar yang didasarkan pada perbedaan kepribadian individu.
Setiap orang akan menanggapi isi penyiaran radio berdasarkan kepentingan
mereka disesuaikan dengan kepercayaan serta nilai-nilai sosial mereka. Atas dasar
pengakuan tiap individu tidak sama perhatiannya, kepentingannya,
45
Harley Prayudha. Radio: Suatu Pengantar Untuk Wacana dan Praktik Penyiaran. Malang:
Bayumedia Publishing. 2005. h.119 46
Ibid, Harley,h.119
42
kepercayaannya maupun nilai-nilainya maka dengan sendirinya selektivitas
mereka terhadap komunikasi penyiaran radio berbeda.47
Tipologi pendengar dapat dilihat dari berbagai sisi, yaitu:48
a. Tipologi pendengar menurut kelas sosial dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kelas menengah ke atas dengan ciri mereka memiliki pandangan jauh ke
depan, cakrawala berpikir yang luas, berpikir rasional, percaya diri,
berani mengambil resiko, selera pilihan beragam, berciri kota urban.
2. Kelas menengah ke bawah, pandangan mereka terhadap hari ini, kemarin,
dan esok terbatas, cakrawala berpikir sempit, dunia seakan mengelilingi
dirinya sendiri, berciri pedesaan rural, cara berpikir nonrasional, selera
pilihan terbatas.
b. Tipologi pendengar menurut perspektif ekonomi.
c. Tipologi pendengar menurut skala partisipasi terhadap acara siaran.
Tabel 2.749
Tipologi Pendengar menurut Skala Partisipasi terhadap Acara Siaran
No. Tipologi Penjelasan
1. Pendengar Spontan Bersifat kebetulan. Tidak berencana mendengarkan
siaran radio atau acara tertentu. Perhatian mudah
47
Harley Prayudha. Radio: Suatu Pengantar Untuk Wacana dan Praktik Penyiaran. Malang:
Bayumedia Publishing. 2005. h120 48
Masduki. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer LkiS, 2004. p.18-21 49
Ibid, Masduki. h.18-21
43
beralih ke aktivitas lain.
2. Pendengar Pasif Suka mendengarkan radio untuk mengisi waktu
luang dan menghibur diri, menjadikan radio
sebagai teman biasa.
3. Pendengar Selektif Mendengar siaran radio pada jam tertentu atau
acara tertentu saja, fanatik pada sebuah acara atau
penyiar tertentu, menyediakan waktu khusus untuk
mendengarkan.
4. Pendengar Aktif Secara regular tak terbatas mendengarkan radio,
apapun, di mana pun, dan aktif.
Pentingnya mengetahui tipologi pendengar terkait erat dengan
perencanaan pendirian radio atau penyajian sebuah acara.
2.8 Kerangka Konsep
Semakin banyaknya stasiun radio yang mengudara khususnya di Kota
Serang, memberikan pilihan radio lebih banyak bagi pendengarnya. Pendengar
menjadi lebih selektif dalam memilih stasiun radio karena karakteristik pendengar
yang berbeda-beda, sehingga apa yang disukai oleh pendengar pun beragam.
Dibutuhkan penyiar yang benar-benar bisa terampil untuk membuat pendengar
tertarik mendengarkan radio Ramaloka FM. Permasalahannya adalah kemampuan
penyiar di radio Ramaloka FM yang berbeda-beda dan masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan tersendiri. Penyiar harus mampu berkomunikasi dengan
baik ketika melakukan siaran ataupun berinteraksi dengan pendengar.
44
Peneliti menggunakan bentuk hubungan dalam komunikasi massa. Dari
bentuk yang digunakan ini, maka dapat ketahui seperti apa gaya komunikasi yang
digunakan oleh radio Ramaloka FM saat ini agar pendengarnya tetap terus setia
mendengarkan radio Ramaloka FM. Selain itu, peneliti juga dapat mengetahui
seperti apa gaya komunikasi penyiar acara musik di radio Ramaloka FM ketika
membawakan acara musik tertentu. Karena gaya komunikasinya berbeda antara
musik pop dan barat, ataupun dangdut dan etnik. Melalui gaya komunikasi yang
digunakan di radio Ramaloka FM tersebut, jika cara berkomunikasinya tepat maka
akan menumbuhkan kedekatan yang kuat antara penyiar dan pendengar pada saat
berinteraksi.
Untuk melakukan proses komunikasi, penyiar di radio Ramaloka FM
menggunakan media berupa radio dalam pengiriman pesan dalam bentuk isi
siaran kepada khalayaknya, dalam hal ini yaitu pendengar radio Ramaloka FM.
Ketika proses komunikasi ini berlangsung, tidak menutup kemungkinan akan
adanya suatu hambatan. Dengan adanya hambatan yang terjadi tersebut maka
peneliti dapat mengetahui kendala yang dihadapi penyiar di radio Ramaloka FM
dalam menjalin komunikasi dengan pendengarnya, khususnya ketika penyiar
berinteraksi dengan pendengarnya.
Pada alur kerangka berpikir, peneliti membahas mengenai Gaya
Komunikasi Penyiar Acara Musik di Radio Ramaloka FM. Peneliti menggunakan
teori Logika Pesan dalam penelitian ini. Di mana teori ini menjelaskan tentang
manusia berpikir secara berbeda mengenai bagaimana berkomunikasi dan
45
membuat pesan, dan manusia menggunakan logika yang berbeda dalam
memutuskan apa yang harus dikatakan kepada orang lain pada situasi tertentu.
Dengan demikian, masalah yang terjadi dapat dikurangi jika penyiar dapat
mendesain dan mengemas pesan yang dapat diterima dan dimengerti oleh
pendengar atas dipilihnya dengan tiga logika dalam merancang pesan yaitu logika
ekspresif, logika konvensional, dan logika retorika. Dari ketiga logika ini,
memiliki cara yang berbeda-beda dalam perancangan pesan yang disesuaikan
dengan situasi tertentu yang dihadapi oleh penyiar pada saat berinteraksi dengan
pendengarnya.
Berikut ini merupakan tabel gambaran kerangka berpikir dari penjelasan di
atas :
46
Gambar 2.8 Kerangka Berpikir
Gaya Komunikasi Penyiar Acara Musik di Radio Ramaloka FM
Permasalahan Komunikasi Penyiar Radio:
1. Penyiar mempunyai kemampuan yang berbeda dalam
ekspresi diri
2. Kemampuan penyiar berbeda-beda dalam merancang
pesan siaran
3. Penyiar mempunyai karakteristik tersendiri, sehingga
belum mampu menghadapi pendengar tertentu yang
berbeda dengan karakter penyiar
Teori Logika Pesan
(O‟Keefe)
Logika
Ekspresif
Logika
Konvensional
Logika
Retorika
47
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai media massa termasuk penelitian mengenai penyiaran
radio, sudah banyak diteliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut dapat
menjadi referensi bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian dalam
bidang yang sama. Tentunya akan terdapat persamaan dan perbedaan dari
penelitian sebelumnya dan penelitian yang saat ini sedang dilakukan oleh peneliti.
Adapun persamaan dan perbedaan tersebut akan dijelaskan seperti di bawah ini.
Salah satu penelitian mengenai penyiaran radio pernah dilakukan oleh
Putri Ferrira pada tahun 2013 dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
meneliti tentang Pola Komunikasi Penyiar Radio Harmony FM dalam Menjalin
Komunikasi dengan Pendengar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif, dan teori yang digunakan adalah teori Logika Pesan.
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pola komunikasi penyiar radio
Harmony FM dalam menjalin komunikasi dengan pendengarnya, serta untuk
mengetahui kendala penyiar radio Harmony FM dalam menjalin komunikasi
dengan pendengarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi
yang digunakan di radio Harmony FM adalah berbentuk pelayanan, karena semua
program mayoritas tidak membuka interaksi kepada pendengarnya, kecuali pada
program “Nostalgia on The Weekend”. Persamaan dalam penelitian ini adalah
menggunakan objek penelitian tentang fungsi radio dan objek yang ditelitinya
adalah penyiar.
48
Penelitian berikutnya yaitu berjudul Fungsi Bahasa dalam Strategi
Komunikasi Penyiar PBS oleh Utari Satyawati Seminingrat dari Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 2011. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui fungsi bahasa dalam strategi komunikasi penyiar radio PBS.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dan teori yang digunakan
adalah teori SMCR (Source, Message, Channel, Receiver). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat fungsi bahasa pada radio PBS. Hal tersebut dapat
diketahui dengan terpenuhinya unsur fungsi interaksional, fungsi personal, fungsi
imajinatif, dan fungsi representasional dalam siaran penyiar radio PBS. Strategi
Komunikasi Penyiar Radio PBS tidak terlepas dari fungsi bahasa. Persamaan
dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang bahasa yang digunakan
oleh penyiar radio, khususnya bahasa yang ditujukan pada pendengar remaja dan
dewasa. Dan metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Perbedaannya
adalah teori yang digunakan oleh peneliti.
Penelitian terakhir yang dijadikan referensi oleh peneliti yaitu berjudul
Strategi Pendengar Radio Komunitas dalam Memperoleh Pendengar (Studi pada
Radio Komunitas Srimartani FM Kelurahan Srimartani Kecamatan Piyungan)
oleh Anwarudin dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada
tahun 2010. Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang bahwa radio
Srimartani FM didirikan di tengah kebutuhan masyarakat desa akan adanya
informasi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi
penyiaran yang dilakukan oleh manajemen radio komunitas Srimartani FM dalam
memperoleh pendengar. Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif, dan
49
teori yang digunakan adalah teori perencanaan Hasil penelitian menunjukkan
bahwa program acara yang disiarkan di radio Srimartani FM disiarkan bertepatan
dengan waktu yang sesuai dengan kegiatan dan kebutuhan warga. Hal tersebut
dibuktikan dengan banyaknya warga yang menyukai program acara yang
disiarkan di radio Srimartani FM. Persamaannya yaitu penelitian ini mengenai
komunikasi antara penyiar dan pendengarnya. Sementara perbedaannya adalah
penelitian ini meneliti tentang radio komunitas, berbeda dengan penelitian
mengenai radio Ramaloka FM yang merupakan radio swasta. Perbedaan lainnya
yaitu pada teori yang digunakan.
Tabel 2.3
No. Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Universitas Metode
Penelitian
Teori Hasil Penelitian
1. Putri
Ferrira
Pola
Komunikasi
Penyiar
Radio
Harmony
FM dalam
Menjalin
Komunikasi
dengan
Pendengar
Universitas
Sultan
Ageng
Tirtayasa
Deskriptif Logika
Desain
Pesan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pola komunikasi yang
digunakan di radio
Harmony FM adalah
berbentuk pelayanan,
karena semua
program mayoritas
tidak membuka
interaksi kepada
pendengarnya,
kecuali pada program
“Nostalgia on The
Weekend”.
50
Persamaan dalam
penelitian ini adalah
menggunakan objek
penelitian tentang
fungsi radio dan
objek yang ditelitinya
adalah penyiar, serta
terdapat kesamaan
pada teori yang
digunakan.50
2. Utari
Satya
wati
Semi
ningrat
Fungsi
Bahasa
dalam
Strategi
Komunikasi
Penyiar
PBS
Universitas
Sultan
Ageng
Tirtayasa
Deskriptif SMCR
(Source,
Message,
Channel,
Receiver)
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
terdapat fungsi
bahasa pada radio
PBS. Hal tersebut
dapat diketahui
dengan terpenuhinya
unsur fungsi
interaksional, fungsi
personal, fungsi
imajinatif, dan fungsi
representasional
dalam siaran penyiar
radio PBS. Strategi
Komunikasi Penyiar
Radio PBS tidak
terlepas dari fungsi
bahasa.
50
Putri Ferrira, Pola Komunikasi Penyiar Radio Harmony FM dalam Menjalin Komunikasi
dengan Pendengar (Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2013)
51
Persamaan dalam
penelitian ini adalah
sama-sama meneliti
tentang bahasa yang
digunakan oleh
penyiar radio,
khususnya bahasa
yang ditujukan pada
pendengar remaja dan
dewasa. Dan metode
yang digunakan
adalah deskriptif
kualitatif.
Perbedaannya adalah
teori yang digunakan
oleh peneliti.51
3. Anwaru
din
Strategi
Pendengar
Radio
Komunitas
dalam
Memperole
h Pendengar
(Studi pada
Radio
Komunitas
Srimartani
FM
Universitas
Islam
Negeri
Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
Deskriptif Perencan
aan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
program acara yang
disiarkan di radio
Srimartani FM
disiarkan bertepatan
dengan waktu yang
sesuai dengan
kegiatan dan
kebutuhan warga. Hal
tersebut dibuktikan
dengan banyaknya
51
Utari Satyawati Seminingrat, Fungsi Bahasa dalam Strategi Komunikasi Penyiar PBS (Serang:
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2011)
52
Kelurahan
Srimartani
Kecamatan
Piyungan)
warga yang menyukai
program acara yang
disiarkan di radio
Srimartani FM.
Persamaannya yaitu
penelitian ini
mengenai komunikasi
antara penyiar dan
pendengarnya.
Sementara
perbedaannya adalah
penelitian ini meneliti
tentang radio
komunitas, berbeda
dengan penelitian
mengenai radio
Ramaloka FM yang
merupakan radio
swasta. Serta
perbedaan teori yang
digunakan.52
52
Anwarudin, Strategi Pendengar Radio Komunitas dalam Memperoleh Pendengar (Studi pada
Radio Komunitas Srimartani FM Kelurahan Srimartani Kecamatan Piyungan) (Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010)
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian, ada banyak cara dan metode yang
dapat digunakan oleh peneliti sesuai dengan permasalahan yang dibahas.
Sehingga penelitian tersebut dapat dianggap valid dan kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pada penelitian yang berjudul “Gaya Komunikasi Penyiar Acara Musik di
Radio Ramaloka FM”, peneliti menggunakan metode kualitatif. Pada penelitian
ini, peneliti lebih menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah (natural
setting). Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat dengan
membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku
observasi, serta tidak berusaha untuk memanipulasi variabel.53
Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, Secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.54
Melalui
pendekatan kualitatif, peneliti berusaha untuk mendapatkan data sebanyak-
banyaknya mengenai pola komunikasi penyiar radio Ramaloka FM dalam
53
Elvinaro Ardianto. Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2010. h.60 54
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2007.
h.6
54
menjalin komunikasi dengan pendengarnya sehingga dapat menjelaskan dan
mendeskripsikan fenomena tersebut sedalam-dalamnya.
Metode kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan
berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada
di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke
permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang
kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.55
Model desain penelitian penelitian
kualitatif merupakan desain penelitian yang digunakan untuk makna dalam
proses-proses komunikasi linier (satu arah), interaktif, maupun pada proses-proses
transaksional.56
Metode penelitian kualitatif ini digunakan oleh peneliti karena metode
seperti inilah yang dapat digunakan untuk meneliti komunikasi linier pada media
massa. Dalam penelitian ini, yaitu interaksi antara penyiar radio Ramaloka FM
dengan pendengarnya.
3.2 Paradigma Penelitian
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap
diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif),
bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif).57
Penelitian ini menggunakan
paradigma konstruktivis sebagai dasar alur kerangka berpikir. Paradigma
55
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: Kencana. 2007. h.68 56
Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi
di Masyarakat. Jakarta: Kencana. 2008. h.304 57
Dani Vardiansyah. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks. 2008. h.27
55
konstruktivis memandang realitas sosial sebagai analisis sistematis terhadap
socially meaningfull action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap
pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola
dunia sosial mereka.58
Paradigma ini menyatakan bahwa dasar untuk menjelaskan kehidupan,
peristiwa sosial dan manusia bukan ilmu dalam kerangka positivistik, tetapi justru
dalam arti common sense. Menurut paradigma ini, pengetahuan dan pemikiran
awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan
kehidupannya sehari-hari.59
Dengan menggunakan ini, peneliti berupaya untuk
mendalami secara menyeluruh untuk mengetahui seperti apa gaya komunikasi
penyiar radio ramaloka FM dalam menjalin komunikasi dengan pendengarnya.
Paradigma ini memiliki karakteristik yaitu pertama, penekanan terhadap
peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individual; kedua, makna
atau meaning merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini. Pengalaman
dipandang sebagai meaning centered atau dasar pemahaman makna. Dan
paradigma konstruktivis cenderung menghindarkan sifat-sifat perspektif dan
keputusan-keputusan absolut tentang fenomena yang diamati.
Peneliti harus dapat mengungkap data yang sebenarnya melalui kegiatan
observasi dengan cara mengamati aktivitas siaran di radio Ramaloka FM. Selain
observasi, pengungkapan data juga dilakukan dengan cara wawancara mendalam
58
Dedy N. Hidayat. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik. Jakarta:
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia. 2003. h.3 59
E. Kristi Poerwandari . Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok:
LPSP3, 2007. h.22-23
56
terhadap pihak-pihak yang terjun langsung dalam aktivitas penyiaran di radio
Ramaloka FM. Oleh karena itu, hubungan antara peneliti dengan objek yang
diteliti harus intens dan dilakukan berlangsung dengan baik.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar yang ditetapkan.60
Adapun teknik pengumpulan data yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah bagian dari teknik pengumpulan data yang dilakukan
jika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, selain itu wawancara mendalam juga dilakukan peneliti untuk
mendapatkan informasi dari responden yang lebih mendalam.61
Wawancara mendalam (in depth interview) dilakukan oleh peneliti
terhadap orang-orang yang dianggap memiliki kompetensi khusus. Wawancara
mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial
60
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008. h.224 61
Ibid. h.231
57
yang relatif lama.62
Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah
keterlibatannya dalam kehidupan informan.
Metode wawancara mendalam adalah sama seperti metode wawancara
lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara
melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya.
Wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama
bersama informan di lokasi penelitian, di mana kondisi ini tidak pernah terjadi
pada wawancara pada umumnya.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada
informan, informan kunci, dan informan pendukung. Informan tersebut dipilih
oleh peneliti berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Pertanyaan yang diajukan
adalah seputar penyiaran di Radio Ramaloka FM, apa saja program acara yang
dimiliki, dan menanyakan seputar gaya komunikasi antara penyiar dan pendengar.
Peneliti juga mewawancarai Program Manager radio PBS FM sebagai
pembanding. Pertanyaan yang diajukan adalah seputar penyiaran di radio PBS
FM. Peneliti memilih melakukan wawancara langsung secara tatap muka untuk
mengetahui proses tanya jawab yang dilakukan, sehingga menambah keakuratan
data yang didapat dari hasil wawancara ini.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra
62
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: Kencana, 2007. h.111
58
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.63
Menurut Indriantoro dan
Supomo, observasi dapat diartikan sebagai proses pencatatan pola perilaku subjek
(orang), objek (benda-benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya
pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.64
Dalam
penelitian, terdapat dua jenis metode yang digunakan, yaitu observasi partisipatif
dan observasi non partisipatif.65
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipatif di
mana peneliti mengamati lokasi penelitian dan seluruh kegiatannya. Selain itu,
peneliti turut mendengar siaran Radio Ramaloka FM untuk mengetahui lebih
dalam tentang siaran radio tersebut. Dalam hal ini, peneliti hanya mengamati saja
tanpa terlibat dengan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang diteliti. Maka
dapat diartikan bahwa peneliti di sini hanya sebagai pengamat saja.
c. Telaah Dokumen
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan telaah dokumen
digunakan untuk mendukung kelengkapan data dalam proses penelitian. Metode
dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam
metodologi penelitian sosial dengan cara menelusuri data historis.66
Sebagian
besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cendera
63
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: Kencana, 2007. h.118 64
Rosady Ruslan. Metodologi Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2006. h.34
65
Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2009. h.176
66
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: Kencana, 2007. h.124
59
mata, laporan, dan sebagainya. Sifat utama dari data ini tak terbatas ruang dan
waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang
pernah terjadi di waktu silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini termasuk
monumen, artefak, foto, tape mikrofilm, disc, CD, hardisk, flashdisk, dan
sebagainya.67
3.4 Informan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan informan sebagai narasumber
untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif, informan
penelitian berkaitan dengan bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data
atau informasi dapat diperoleh.68
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
informan kunci (key informant), dan informan pendukung.
3.5 Analisis Data
Menurut Bogdan, analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.69
Berikut ini penjabaran mengenai analisis
data:
67
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: Kencana, 2007. h.125 68
Ibid. h.107 69
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008. h.244
60
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya.
b. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, data disajikan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling umum
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan menyederhanakan
informasi kompleks ke dalam suatu bentuk yang lebih mudah untuk dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi.
Langkah terakhir dari proses analisis data adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian ini diungkapkan dalam bentuk
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga
setelah penelitian menjadi jelas, kesimpulan tersebut berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis, atau teori.70
Berdasarkan data yang didapatkan, peneliti akan menggambarkan data
dengan menganalisisnya secara kualitatif. Hasil penelitian akan mengenai kualitas
70
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008. h.253
61
suatu informasi berupa penjabaran berupa kata-kata dan deskripsi, bukan dalam
bentuk angka-angka. Informasi tersebut mengenai Gaya Komunikasi Penyiar
Acara Musik di Radio Ramaloka FM
3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di studio Ramaloka FM di Jl. Mayor Syafei
No. 66B, Lontar, Kec. Serang, Kota Serang – Banten. Penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan Gaya Komunikasi Penyiar Acara Musik di Radio
Ramaloka FM. Sedangkan untuk jadwal penelitian berlangsung kurang lebih 11
bulan, dari bulan Februari 2016 – Desember 2016.
Tabel 3.6
Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept-Des
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Observasi
Awal
2. Pembuatan
Bab I
3. Pembuatan
Bab II
4. Pembuatan
Bab III
5. Sidang
Outline
6. Pembuatan
Bab IV
7. Pembuatan
Bab V
8. Sidang
Skripsi
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Riwayat Singkat Radio Ramaloka FM
Radio Ramaloka FM merupakan radio siaran swasta tertua di Kota Serang
Provinsi Banten yang berdiri pada tanggal 26 Juli 1977. Radio ini berlokasi di Jl.
Mayor Syafei No. 66B Lontar, Kec. Serang, Kota Serang - Banten. Nama
perusahaan radio ini yakni PT. Radio Swara Rama Lokantara dengan direktur
yaitu bapak Ahmad Muzani. Ramaloka 96,5 FM hadir selama 19 jam dalam satu
hari siaran, kecuali pada hari sabtu yang mengudara selama 21 jam hingga pukul
02.00 dini hari.
Data Radio
Nama Badan : PT. Radio Swara Rama Lokantara
Penyelenggara : Radio Ramaloka FM
Call Station : Sobat Anda di Segala Suasana
Call Sign : 96.5 Mhz
Alamat Studio dan Kantor : Jl. Mayor Syafei No. 66B Lontar, Kec. Serang,
Kota Serang – Banten
Telepon : (0254) 203936 – 200446
63
Station Manager : Aep Dedi Supriadi
Manager Program : Bayu Pratama
Daerah Jangkauan : Serang, Cilegon, Merak, Anyer, Rangkasbitung,
Pandeglang, Lampung, Balaraja, Tangerang, Bogor,
dan Sukabumi
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi Perusahaan
Menjadi media informasi, edukasi, dan hiburan masyarakat Banten.
Misi Perusahaan
Memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi, pendidikan, dan hiburan
yang sehat.
4.1.3 Komposisi Siaran
Komposisi siaran radio Ramaloka FM cukup beragam karena mencakup berbagai
informasi, pendidikan, berita, hiburan, dan komersial.
Berita : Suatu sajian tentang berita terkini dan teraktual untuk menjadi suatu
bahan yang dapat dikritisi atau dikomentari yang diangkat dari media massa lain
sekitar 30%.
64
Informasi : Suatu sajian yang diselipkan disela-sela setiap program acara yang
berisi tentang informasi dan tips yang lebih mengusung tema akan gaya kehidupan
keluarga sehari-hari sekitar 15%.
Pendidikan dan budaya : Suatu sajian acara yang tidak jauh berbeda dengan
informasi yang diselipkan pada suatu program acara yang biasanya terdapat pada
spot radio Ramaloka FM atau dari diadakannya suatu talkshow sekitar 5%.
Hiburan : Lebih kepada pemutaran lagu-lagu baik pop, barat, nostalgia, dan religi,
keseluruhan sekitar 45%.
Komersial : Pemutaran iklan yang masuk pada radio Ramaloka FM (terdiri dari
iklan pemerintahan 30%, iklan nasional 20%, dan iklan swasta 50%), keseluruhan
sekitar 5%.
4.1.4 Penyiar
Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Penyiar Radio Ramaloka FM
1. Bertanggung jawab atas kelancaran operasional siaran harian yang
berkaitan dengan tugas kepenyiaran (dan operator on air).
2. Berkonsultasi dan menerima pengarahan dari koordinator penyiar/operator
mengenai pelaksanaan tugas dan hambatan-hambatan yang dialami dalam
pelaksanaan.
3. Bekerjasama dengan produser, produksi, music director, mendiskusikan
program-program recording/live yang akan diudarakan.
65
4. Memelihara dan mengembangkan gabungan yang telah terjalin serta
komunikasi koordinasi integral dengan semua divisi perusahaan, untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas serta hasil program.
5. Melakukan kerja piket pada hari yang telah disepakati sesuai jadwal yang
telah disusun oleh koordinator penyiar.
4.1.5 Proporsi Sajian Musik
Proporsi sajian musik bervariasi mulai dari pop Indonesia, barat, dangdut,
dan etnik. :
Pop Indonesia berisi lagu-lagu yang berasal dari penyanyi atau band Indonesia
30%
Dangdut berisi lagu-lagu dangdut yang berasal dari penyanyi Indonesia sebesar
50%
Etnik berisi lagu-lagu yang menggunakan bahasa daerah seperti bahasa Sunda,
Jawa, dan Minang. Lagu ini memiliki presentase sebesar 10%
Pop Barat berisi lagu-lagu pop yang berasal dari mancanegara sekitar 10%
4.1.6 Segmentasi Pendengar
Target segmentasi pendengar Radio Ramaloka FM menurut usia adalah
sebagai berikut:
66
Tabel 4.1.6.1
Segmen Pendengar
Usia 15-19th
20-24th
25-29th
30-34th
35-39th
45-50th
Presentase 10% 25% 30% 20% 10% 5%
Proporsi jenis kelamin untuk pendengar di radio Ramaloka FM yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4.1.6.2
Proporsi Jenis Kelamin Pendengar
Jenis Kelamin Pria Wanita
Presentase 55% 45%
Sumber: Company Profile Radio Ramaloka FM
4.1.7 Produk Radio
4.1.7.1 Program Harian
1. Jelang Fajar (Senin-Minggu, jam 05.00-06.00)
Menemani aktivitas bangun tidur pendengar radio Ramaloka FM dengan
sajian murotal dan ceramah agama.
67
2. Forum Pagi (Senin-Minggu, jam 06.00-09.00)
Informasi dan talkshow interaktif seputar permasalahan keseharian
pendengar. Informasi tersebut mengenai kesehatan, pendidikan, dunia usaha, dan
public service tanpa tema politik. Menemani pendengar memulai aktivitas di pagi
hari.
3. Goyang Senggol (Senin-Sabtu, jam 09.00-12.00)
Pendengar dapat berkirim salam dan request lagu dangdut. Selain itu
diselipkan juga tips dan informasi mengenai kesehatan dan umum.
4. Rehat (Relaksasi dan Istirahat) (Senin-Kamis, jam 12.00-15.00)
Menyajikan lagu-lagu pop yang pernah hits berirama medium dan lambat
untuk menemani aktivitas siang pendengar.
5. Hits Request (Senin-Jum‟at, jam 15.00-17.30)
Menyajikan lagu-lagu pop Indonesia yang tengah hits. Pendengar juga
dapat berkirim salam dan request lagu.
6. Opik (Opini Kita) (Senin, Rabu, Jum‟at, jam 19.00-21.00 dan Sabtu, jam 18.00-
21.00)
Mengangkat tema tentang permasalahan sehari-hari para pendengar. Tema
yang dibahas mengenai keluarga, cinta, sosial, dan lain-lain. Pada program acara
ini pendengar dapat mengirimkan opini melalui sms mengenai tema yang dibahas.
68
7. Lagu Kenangan (Selasa, jam 19.00-21.00 dan Minggu, jam 18.00-21.00)
Berisi lagu-lagu nostalgia era 80-an dan 90-an. Pendengar dapat berkirim
salam dan melakukan request lagu sambil menceritakan kenangan dengan lagu
pilihannya.
8. Digoda (Digoyang Dangdut) (Senin, Selasa, dan Jum‟at, jam 21.00-24.00)
Menemani istirahat malam pendengar dengan lagu-lagu dangdut yang
sedang hits. Pendengar juga dapat berkirim salam dan request lagu.
4.1.7.2 Program Mingguan
1. Delta (Deretan Lagu Dangdut Teratas) (Sabtu, jam 11.00-12.00 dan jam 14.00-
15.00)
Berisi lagu dangdut yang disajikan dalam bentuk tangga lagu berdasarkan
hasil request acara Goyang Senggol dan Digoda.
2. Gentra Parahyangan (Sabtu, jam 21.00-24.00)
Menyajikan lagu pop Sunda. Pendengar juga bisa request lagu favorit
pilihannya sambil berkirim salam.
3. Ajojing (Minggu, jam 21.00-24.00)
Memutarkan lagu dangdut modern seperti house dan remix. Pendengar
juga dapat request lagu dan berkirim salam.
69
4. Dangdut Pure (Minggu, jam 09.00-12.00)
Menyajikan lagu-lagu dangdut asli. Pendengar juga dapat melakukan
request lagu dan berkirim salam.
5. Ramaloka Top 10 (Minggu, jam 14.00-15.00)
Berisi lagu pop yang disajikan dalam bentuk tangga lagu berdasarkan hasil
request pendengar dan recording company yang dikirim ke radio Ramaloka FM.
6. Bingkai (Bingkisan lagu spesial) (Minggu, jam 15.00-18.00)
Acara yang dikhususkan untuk pendengar yang ingin berkirim spesial
untuk keluarga, teman, atau pacar yang sedang berulang tahun, ultah pernikahan,
kenaikan pangkat, atau dikirim khusus untuk seseorang yang sangat dicintai.
Pendengar hanya berkirim untuk satu orang saja.
7. Minang Maimbau (Rabu, jam 21.00-24.00)
Program acara yang dikhususkan untuk pendengar orang Minang,
pendengar dapat melakukan request lagu Minang dan juga dapat berkirim salam.
8. Darling (Dangdut Tarling) (Selasa, jam 21.00-24.00)
Menyajikan lagu tarling tradisional. Pendengar dapat melakukan request
lagu dan berkirim salam.
9. Ramaloka Golden Hits (Kamis, jam 19.00-21.00)
Berisi lagu kenangan mancanegara era 80-90an.
70
10. Sugali (Suguhan Lagu-lagu Iwan Fals) (Sabtu, jam 15.00-18.00)
Acara ini khusus permintaan lagu-lagu Iwan Fals.
11. Akrab (Ajang Kreasi Anak Muda Banten) (Sabtu, jam 19.00-21.00)
Acara ini menyalurkan hobi musik anak muda yang mempunyai grup
band, disiarkan live dari studio.
12. Amor (Aneka Musik Rhoma Irama) (Kamis, jam 21.00-24.00)
Menyajikan lagu-lagu hits musik Rhoma Irama.
4.2 Deskripsi Data
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai Gaya
Komunikasi Penyiar Acara Musik di Radio Ramaloka FM. Dalam penelitian ini,
pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara dan observasi. Pada
observasi, peneliti mengamati keseharian dari kepenyiaran di radio Ramaloka FM,
mendengarkan isi siaran, dan ikut menempatkan diri sebagai pendengar. Peneliti
juga mendokumentasikan proses siaran dengan merekam siaran tersebut dan
mendengarkan lalu mencatat serta menganalisa bagaimana proses siaran tersebut
berlangsung. Selain itu, peneliti juga mewawancarai penyiar radio Ramaloka FM.
Setelah itu, barulah hasil analisa dapat ditanyakan dan dikuatkan dengan
wawancara ke Program Manager radio Ramaloka FM. Peneliti juga mewawancari
Program Manager radio PBS FM seputar gaya siaran di radio tersebut sebagai
71
pembanding. Kemudian dapat diambil kesimpulan beberapa poin yang
berhubungan dengan gaya komunikasi penyiar.
Penyiar pertama yang diwawancarai bernama Asri Aulia yang
membawakan program acara harian berisi lagu dangdut, yaitu “Goyang Senggol”.
Acara ini hadir setiap hari Senin-Sabtu mulai dari jam 09.00-12.00 WIB yang
bersegmentasikan untuk orang dewasa, pekerja, dan ibu rumah tangga. Acara
dibawakan dengan pembawaan semi-formal, dan SES-nya untuk masyarakat
menengah ke bawah. Selain itu, Asri juga membawakan acara “Rehat” setiap
Senin-Kamis mulai dari jam 12.00-15.00. Acara ini memberikan tips ringan pada
pendengar dan memutarkan lagu pop Indonesia. Sementara untuk penyiar kedua
yakni Vina Asmara membawakan program acara harian “Hits Request” yang
memutarkan musik pop terbaru. Acara ini hadir setiap hari mulai dari jam 15.00-
18.00 WIB yang bersegmentasikan prioritas untuk remaja atau pendengar usia 30
tahun ke bawah, dan SES-nya untuk masyarakat menengah. Keduanya memiliki
kesamaan, yaitu sama-sama membawakan program acara harian unggulan dan
sama-sama membawakan program acara yang membuka interaksi dengan
pendengarnya. Perbedaannya hanya pada program acara Rehat yang tidak
membuka interaksi dengan pendengar.
Pada wawancara yang dilakukan, peneliti menyiapkan sejumlah
pertanyaan lalu merekam jawaban dan menulis hal-hal penting. Daftar pertanyaan
pada narasumber dapat dilihat pada lampiran. Data yang didapatkan dari hasil
wawancara diperoleh dari dua orang penyiar tersebut lalu dibandingkan dan
dikuatkan oleh wawancara dengan program manager Ramaloka FM. Peneliti juga
72
mengambil data sebagai pelengkap dari pendengar siaran program tersebut dan
program lainnya di antaranya yang terdiri dari pendengar aktif. Informan lain
yang diwawancarai yaitu Penanggung Jawab Siaran radio PBS FM.
Hasil wawancara dan observasi langsung kepada key informant merupakan
data primer atau sumber pokok dalam penelitian ini adalah penyiar radio
Ramaloka FM. Data sekunder diperoleh dari wawancara dengan informan yaitu
pendengar radio Ramaloka FM dan Penanggung Jawab Siaran radio PBS FM.
Data-data yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada key
informant dan informan, serta melalui observasi, dikategorisasikan sesuai dengan
identifikasi masalah. Data mana saja yang termasuk mengenai gaya komunikasi
penyiar, dan dapat diketahui seperti apa gaya komunikasi yang diterapkan di radio
Ramaloka FM, serta yang berkaitan pula dengan Teori Logika Pesan. Kemudian
dibandingkan juga dengan gaya siaran di radio PBS FM yang juga merupakan
radio tertua kedua di Kota Serang setelah radio Ramaloka FM. Semua data
tersebut dijabarkan secara jelas dan terbuka sehingga dengan demikian dapat
disimpulkan hasil penelitian mengenai gaya komunikasi penyiar di radio
Ramaloka FM.
4.3 Pembahasan
Berikut ini merupakan pembahasan yang berisi penjelasan mengenai teori
yang telah dipaparkan sebelumnya pada bab II berkaitan dengan radio Ramaloka
FM. Peneliti telah melakukan wawancara dan observasi sehingga mendapatkan
data yang dibutuhkan.
73
Pada proses komunikasi di sebuah radio, yang menjadi komunikator
adalah seorang penyiar. Hal ini dikarenakan penyiar bertugas untuk mengirimkan
pesan kepada khalayaknya, yaitu pendengar. Menurut program manager radio
Ramaloka FM, seorang penyiar harus dapat membangun suasana keakraban dan
kedekatan dengan pendengarnya. Selain kemampuan dalam berkomunikasi
dengan pendengar, penyiar di radio Ramaloka FM juga harus berwawasan luas
karena ada juga informasi yang harus disampaikan oleh penyiar. Dengan
kemampuan berkomunikasi dan wawasan yang luas tersebut, penyiar akan mampu
mengakrabkan diri dengan pendengar dan juga mampu menyampaikan informasi
dengan baik.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan peneliti, pendengar pada
radio Ramaloka FM ini memiliki minat yang tinggi pada program acara dangdut
sementara pada program acara lagu pop, minat pendengar lebih sedikit. Terutama
pendengar aktif. Selain itu, pendengar radio Ramaloka FM juga lebih selektif
karena ada penyiar yang lebih disukai dibandingkan dengan penyiar lain.
Sehingga masing-masing pendengar memiliki pendengar yang lebih difavoritkan
dibandingkan dengan pendengar lain.
Berbeda dengan radio Ramaloka FM, pada radio PBS FM yang juga
merupakan radio multi-segment yang ditujukan untuk masyarakat menengah ke
bawah, lebih banyak memutarkan musik pop Indonesia dibandingkan dengan
musik dangdut. Menurut Bambang Irianto, Penanggung jawab siaran radio PBS
FM, minat pendengar radio PBS FM lebih tinggi pada musik pop.
74
Rudi, salah satu pendengar aktif radio Ramaloka FM yang berusia 33
tahun dan berprofesi sebagai loper koran mengatakan bahwa,
“Penyiar favorit saya itu Kang Aji sama Teh Asri kalau di acara dangdut,
tapi saya juga suka kalau Teh Asri bawain acara Hits Request. Kalau Vina itu
ngebawain acara Hits Request masih kurang kalau menurut saya. Mungkin karena
masih baru ya. Saya juga belum pernah ketemu sama dia. Beda sama penyiar yang
lain di sini, rata-rata saya udah akrab sama mereka.”
Berdasarkan wawancara dengan pendengar radio Ramaloka FM, maka
dapat diketahui bahwa pendengar lebih menyukai gaya percakapan penyiar yang
tidak terlalu formal, humoris, santai, dan dapat menyesuaikan diri dengan
pendengar. Acara “Forum Pagi” tersebut merupakan program acara berisi
informasi yang ditayangkan di pagi hari ketika pendengar mengawali berbagai
aktivitasnya. Acara ini dimulai dari jam 06.00 sampai jam 09.00.
Penelitian ini menggunakan Teori Logika Pesan, di mana pada teori ini
lebih membahas tentang bagaimana manusia berpikir mengenai cara
berkomunikasi dan membuat pesan, dan manusia menggunakan logika yang
berbeda dalam memutuskan apa yang harus dikatakan kepada orang lain pada
situasi tertentu. Jika dikaitkan dengan gaya komunikasi penyiar, maka akan
membahas tentang seperti apa penyiar mengelola pesan sesuai dengan logika pada
keadaan tertentu dapat dipahami dan dimengerti oleh pendengarnya. Masalah
yang muncul, baik dari segi kemampuan dan karakter penyiar dapat diatasi jika
penyiar mampu mengelola pesan dengan baik, dan cara penyampaian pesan
75
tersebut dapat diterima dengan baik juga oleh pendengar. Permasalahan tersebut
akan dibahas pada pembahasan berikut ini.
4.3.1 Gaya Komunikasi Penyiar Radio Ramaloka FM
Radio Ramaloka FM yang memiliki program acara request seperti
“Goyang Senggol” dan “Hits Request” membuat penyiar di radio ini wajib untuk
berinteraksi dengan pendengarnya. Pada saat interaksi tersebut berlangsung,
tentunya penyiar memiliki gaya komunikasi tersendiri yang tidak akan sama
antara penyiar yang satu dan penyiar lainnya. Berikut ini merupakan enam bentuk
gaya komunikasi menurut Dasrun Hidayat dalam buku Komunikasi Antarpribadi
dan Medianya: Fakta Penelitian Fenomenologi Orang Tua Karir dan Anak
Remaja:71
1) The controlling style. Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini,
ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi,
memaksa, dan mengatur perilaku, pikiran, dan tanggapan orang lain.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan
nama komunikator satu arah atau one-way communications. Controlling
style of Communication ini lebih memusatkan perhatian kepada
pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan.
2) The equalitarian style. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya
landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai
71
Hidayat, Dasrun. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya: Fakta Penelitian Fenomenologi
Orang Tua Karir dan Anak Remaja. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012. h.7-10
76
dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan
maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka.
Artinya, setiap gagasan ataupun pendapat disampaikan dalam suasana
yang rileks, santai, dan informal.
3) The structuring style. Gaya komunikasi yang berstruktur ini,
memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna
memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan
pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi
perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan untuk
mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan, dan prosedur yang berlaku dalam
organisasi tersebut.
4) The dynamic style. Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki
kecenderungan agresif karena pengirim pesan atau sender memahami
bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-
oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para
juru kampanye ataupaun supervisor yang membawa para wiraniaga
(salesmen atau saleswomen).
5) The relinquishing style. Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan
kesediaan untuk menerima saran, pendapat, ataupun gagasan orang lain
daripada keinginan untuk memberi perintah meskipun pengirim pesan
77
(sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang
lain.
6) The withdrawal style. Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah
melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-
orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain
karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang
dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Berdasarkan bentuk gaya komunikasi tersebut, maka peneliti
mewawancarai penyiar dan melakukan pengamatan tentang seperti apa gaya
komunikasi yang digunakan oleh penyiar acara musik di radio Ramaloka FM.
Hasil yang didapat, ternyata terdapat perbedaan dan persamaan tersendiri
tergantung dengan program acara yang mereka bawakan dan seperti apa latar
belakang pendengarnya.
Asri Aulia membawakan program acara “Goyang Senggol” yang
merupakan acara request lagu dangdut. Pada acara ini Asri menggunakan
equalitarian style karena program acara tersebut membuka interaksi dengan
pendengarnya sehingga terjadi komunikasi verbal secara dua arah (two-way traffic
of communication). Selain itu, pesan disampaikan oleh penyiar dengan rileks,
santai, dan informal. Asri Aulia mengatakan bahwa,
“Kalau di radio itu kan informasi itu sifatnya sekilas, jadi saya mengubah
bahasa media cetak menjadi bahasa bahasa Indonesia sehari-hari. Jadi seperti kita
ngobrol dengan pendengar saja, tidak ada batasan. Justru kalau saya menggunakan
bahasa yang terlalu tinggi pendengar malah ngga ngerti. Tapi karena pendengar
78
acara Goyang Senggol mayoritas menggunakan bahasa jawa Serang dan banyak
pendatang juga, jadi saya ngga harus selalu pakai bahasa Indonesia. Ada bahasa
Sunda juga, bahasa jawa Serang, bahasa Minang. Jadi saya pakai bahasa daerah
juga.”
Apa yang disampaikan oleh Asri Aulia tersebut sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Rudi, salah satu pendengar aktif yang mengatakan bahwa,
“Saya biasanya kalo nelpon ke penyiar itu pake bahasa Indonesia sehari-
hari aja. Kadang campur juga sih, saya pake bahasa Jawa Serang. Biasanya di
acara Goyang Senggol, Digoda, yang emang bawain acara dangdut. Biasanya
sama Kang Aji, Kang Ega, Teh Asri yang emang ngerti. Udah terbiasa aja pake
bahasa Jawa Serang kalo sama mereka.”
Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa gaya komunikasi
Asri Aulia pada saat membawakan acara “Goyang Senggol” lebih dominan
menggunakan logika konvensional pada teori logika pesan karena ia melakukan
penyesuaian diri ketika berhadapan dengan pendengarnya, terutama dari segi
penggunaan bahasa.
Sementara pada program acara “Rehat”, Asri Aulia menggunakan gaya
komunikasi relinquishing style karena tidak terjadi interaksi dengan pendengar
dan komunikasi yang terjadi hanya bersifat satu arah saja. Pada acara ini penyiar
menyampaikan informasi seputar musik, lifestyle, kesehatan, dan sebagainya
menggunakan bahasa Indonesia tutur, yang merupakan bahasa sehari-hari dan
dibawakan dengan santai dan bersifat informal. Lagu yang diputarkan pada acara
“Rehat” merupakan lagu pop yang bernada slow yang memang lebih cocok
79
diputarkan di siang hari. Karena tidak terjadi interaksi dengan pendengar tersebut,
musik yang diputarkan pada acara ini sesuai dengan pilihan penyiar. Asri Aulia
mengatakan bahwa,
“Acara Rehat ini kan dibawakannya pada siang hari, ya jadi disesuaikan
aja tipsnya dan informasinya dengan yang cocok didengarkan pada siang hari.
Biasanya tips tentang kesehatan, keluarga, dan gaya hidup. Tips yang ringan-
ringan aja. Contohnya kaya gini, siang-siang kan panas tuh. Jadi saya ngebahas
dulu tentang cuaca siang hari, terus dikaitkan dengan manfaat minuman yang
segar seperti jus alpukat yang baik untuk kesehatan, itu manfaatnya apa aja. Kaya
gitu”.
Meskipun tidak terjadi interaksi dengan pendengar, di sini penyiar pada
saat membawakan acara “Rehat” tetap berbicara seolah-olah sedang berhadapan
dengan pendengar. Sedangkan pada penggunaan teori logika pesan, Asri Aulia
terlihat menggunakan logika ekspresif karena penyiar berbicara seorang diri
dengan menggunakan imajinasinya. Pada acara ini, Asri Aulia hanya melakukan
kewajibannya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan pendengar tanpa ada
interaksi antara penyiar dan pendengar.
Penyiar berikutnya yang diwawancarai dan diamati pada saat melakukan
siaran yaitu Vina Asmara. Ia membawakan program acara “Hits Request”, yaitu
program acara request lagu-lagu pop Indonesia terbaru mulai dari tahun 2012
sampai 2016, yang tentu saja membuka interaksi dengan pendengar. Sama seperti
acara “Goyang Senggol”, gaya komunikasi Vina Asmara pada acara “Hits
Request” juga menggunakan equalitarian style karena program acara ini
80
membuka interaksi dengan pendengarnya sehingga terjadi komunikasi verbal
secara dua arah (two-way traffic of communication). Pesan pada acara ini juga
disampaikan dengan rileks, santai, dan informal. Perbedaannya hanya pada bahasa
yang digunakan. Pada acara “Hits Request”, penyiar menggunakan bahasa
Indonesia sehari-hari dikombinasikan dengan sedikit bahasa Inggris tanpa ada
penggunaan bahasa daerah.
“Kalau untuk acara Hits Request itu ringan, karena banyakan anak muda
yang denger, jadi yang kita sering pakai bahasa Indonesia sehari-hari, cuman kita
juga ada batasan tersendiri. Batasan-batasan bahasa yang kita pakai yang di
saring, kaya “lo”, “gue”, itu ngga dipake. Digantinya dengan menyebutkan nama
sendiri, atau pakai “saya”. “Saya”, “kamu”. Kita pake bahasa sehari-hari, pake
bahasa gaul juga, tapi kita batasin penggunaan bahasanya. Untuk Hits Request itu
80 persen bahasa Indonesia, 20 persen bahasa Inggris. Jadi kita kombinasikan aja,
seperti stay tone, don’t go anywhere, check this song, atau check it out.”
Sama seperti acara “Goyang Senggol”, gaya komunikasi Vina Asmara
pada saat membawakan acara “Hits Request”. Pada teori logika pesan, Vina
Asmara menggunakan logika konvensional ketika berinteraksi dengan pendengar
karena penyesuaian diri ketika berinteraksi dengan pendengar tetap dilakukan,
bahasa daerah tidak digunakan karena pendengar yang lebih banyak anak muda
hanya menggunakan bahasa Indonesia saja, tanpa ada yang menggunakan bahasa
daerah. Selain itu, juga terdapat peraturan untuk lagu yang bisa di-request oleh
pendengar hanya lagu pop Indonesia terbaru, mulai dari tahun 2012 sampai 2016
saja.
81
Pada setiap program acara yang dibawakan tersebut, setiap penyiar di
radio Ramaloka FM wajib menyampaikan berita terkini, baik lokal ataupun
nasional yang didapat dari media online setiap satu jam sekali pada segmen “Kilas
Berita Ramaloka”. Pada segmen tersebut penyiar menyampaikan berita secara
singkat pada saat sebelum masuk ke pembukaan siaran, pertengahan, dan akhir
acara pada pertengahan dan akhir acara, “Kilas Berita Ramaloka” disisipkan di
antara iklan komersial. Berita tersebut disampaikan dengan bahasa Indonesia baku
sesuai dengan yang ada pada media online. Di sini penyiar menggunakan gaya
komunikasi controlling style di mana komunikasi bersifat satu arah (one-way
communications), dan lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan saja
karena isi pesannya yang hanya menginformasikan berita.
Sementara itu pada radio PBS FM, komunikasi dua arah melalui line
telepon hanya terjadi pada program acara dangdut saja, yaitu pada acara karaoke.
Sedangkan pada program acara pop Indonesia, pendengar hanya dapat
berinteraksi melalui sms dan media sosial facebook saja. Gaya komunikasi di
radio PBS FM lebih banyak menggunakan relinquishing style karena interaksinya
menggunakan sms dan facebook saja sehingga tidak terjadi interaksi secara
langsung dengan pendengar.
4.3.2. Cara Penyiar Merancang Pesan Siaran di Radio Ramaloka FM
Pada program acara di radio Ramaloka FM, terdapat dua aliran musik yang
dominan diputarkan, yaitu musik pop Indonesia dan musik dangdut. Pada
penelitian ini, peneliti akan terfokus pada acara “Goyang Senggol” untuk program
acara dangdut, serta “Rehat” dan “Hits Request” untuk program acara pop
82
Indonesia. Program acara “Goyang Senggol” dan “Hits Request” merupakan acara
request lagu yang membuka interaksi antara penyiar dan pendengar, sedangkan
acara “Rehat” merupakan acara berisi informasi dan musik yang tidak membuka
interaksi dengan pendengar. Perbedaan cara merancang pesan siaran tersebut
dapat tergantung dari jenis musiknya, yakni program acara dangdut dan pop
Indonesia, jenis program acaranya yaitu acara request dan acara yang berisi
informasi, ataupun dari seperti apa kemampuan penyiarnya. Hal tersebut akan
dibahas secara mendalam di sini.
Program acara yang pertama yaitu “Goyang Senggol”. Acara ini
merupakan program acara request lagu dangdut yang mengudara setiap hari Senin
sampai Sabtu, mulai dari jam 09.00 sampai jam 12.00 siang, yang dibawakan oleh
Asri Aulia. Pada company profile radio Ramaloka FM disebutkan bahwa acara
“Goyang Senggol” memberikan informasi kesehatan dan umum, namun pada
kenyataannya penyiar hanya melayani permintaan lagu dan kirim-kirim salam
saja, dan tidak memberikan tips ataupun informasi bagi pendengarnya. Hal ini
dikarenakan pada acara ini banyak pendengar aktif yang menelpon untuk meminta
lagu kepada penyiar. Sehingga penyiar lebih banyak berinteraksi dengan
pendengar karena lebih banyak pendengar yang menghubungi melalui saluran
telepon. Bahkan berdasarkan pengamatan, pendengar acara ini sangat
bersemangat untuk berinteraksi dengan penyiar. Asri Aulia mengatakan bahwa,
“Emang kalo di acara dangdut seperti Goyang Senggol itu, pendengar
sangat antusias untuk interaksi sama kita. Banyak yang request sama kirim-kirim
salam juga. Kadang sampai kewalahan karena untuk satu orang suka ada yang
83
lama banget nelponnya, sedangkan di belakangnya masih banyak yang ngantri.
Kebanyakan dari mereka itu usia dewasa yang ikut bergabung untuk request lagu.
Seperti para pekerja dan ibu rumah tangga.”
Berdasarkan pengamatan, tidak ada materi khusus yang disiapkan oleh
Asri Aulia sebelum dimulainya siaran, karena pada acara “Goyang Senggol”
penyiar hanya secara spontan saja menyampaikan isi siarannya. Program acara
“Goyang Senggol” memang hanya melayani request lagu dan kirim-kirim salam
dari pendengarnya dan tidak ada informasi lain yang disampaikan. Persiapan yang
dilakukan sebelum siaran yaitu hanya menyiapkan berita dari media online yang
akan disampaikan setiap satu jam sekali pada “Kilas Berita Ramaloka”.
Cara Asri Aulia menyampaikan pesan pada acara “Goyang Senggol” ini
menggunakan logika konvensional pada teori logika pesan, di mana terdapat
komunikasi dua arah antara penyiar selaku komunikator dan pendengar selaku
komunikannya. Logika konvensional pada acara “Goyang Senggol” ini dilakukan
ketika penyiar menyesuaikan diri dengan bahasa yang digunakan oleh pendengar
seperti penggunaan bahasa daerah, dan juga terdapat peraturan tentang durasi
lama menelpon, dan hanya lagu dangdut yang diperbolehkan untuk di-request
oleh pendengar.
Meski telah ada peraturan tentang lama menelpon, terkadang ada saja
pendengar yang menelpon terlalu lama sehingga penyiar mengingatkan pendengar
agar berbicara secukupnya saja karena masih banyak pendengar lain yang juga
ingin bergabung. Pada saat inilah penyiar merancang pesan untuk mengingatkan
84
pendengar dengan bahasa yang sebisa mungkin sopan dan tidak menyakiti
perasaan pendengar, yang termasuk pada logika retorika. Asri Aulia mengatakan,
“Ya, kalo ada yang nelponnya kelamaan gitu paling saya ingetin aja pake
bahasa yang sopan. Mohon maaf ya pak, di belakangnya masih ada lagi yang mau
telpon. Kan kasian nanti ngga kebagian. Makasih ya udah request lagunya, nanti
bakal langsung diputerin. Nah, contohnya kira-kira kaya gitu. Biar gimanapun
jangan sampe nunjukin kalo kita ini kesel sama pendengar, nanti yang ada mereka
ngga mau lagi gabung di acara kita.”
Sementara logika ekspresif pada acara Goyang Senggol lebih terlihat
penggunaannya pada saat membuka dan menutup acara saja, di mana belum
terjadi interaksi dengan pendengar, dan penyiar menunjukkan perasaannya dengan
mengatakan bahwa penyiar merasa senang dapat berjumpa kembali dengan
pendengar pada acara tersebut. Terlebih lagi acara Goyang Senggol dibawakan
pada pagi hari, sehingga penyiar harus senantiasa menunjukkan perasaan
semangat dan keceriaan.
Pada program acara “Hits Request”, hampir sama dengan acara “Goyang
Senggol” yaitu merupakan acara yang membuka interaksi dengan pendengarnya.
Acara ini merupakan program acara request lagu pop Indonesia yang mengudara
setiap hari Senin sampai Jum‟at, mulai dari jam 15.00 sampai jam 17.30 sore,
yang dibawakan oleh Vina Asmara. Pada program acara yang dibawakannya,
pendengar banyak yang menelpon pada saat awal-awal hingga pertengahan acara
saja. Sedangkan menjelang akhir acara, pendengar lebih sedikit yang berinteraksi.
85
Cara perancangan pesan atau persiapan yang dilakukan oleh Vina Asmara
yaitu dilakukan pada saat sebelum melakukan siaran. Penyiar terlebih dahulu
menyiapkan berita online yang akan dibacakan pada “Kilas Berita Ramaloka”
yang akan disampaikan satu jam sekali. Selain itu, penyiar juga melihat informasi
ringan terkini melalui media sosial online baik itu melalui instagram, facebook,
twitter, ataupun mencari melalui penelusuran google. Hal ini dilakukan karena
pada saat tidak ada pendengar yang menelpon, informasi yang didapat tersebut
akan disampaikan kepada pendengar sambil terus mengajak pendengar untuk
bergabung. Penyiar juga memberikan informasi terbaru mengenai lagu, penyanyi,
atau grup band tertentu.
“Pendengar acara Hits Request itu banyak yang request dan kirim-kirim
salam pas opening sampe pertengahan acara. Kalau udah mau ke akhir biasanya
emang dikit yang nelpon. Tapi ya, yang request emang ada aja. Biasanya saya
akalin dengan ngasih tips, informasi, sambil terus ngajak mereka. Kalo ngga ada
yang request, ya langsung saya puterin lagu aja.”
Berkaitan dengan teori logika pesan, logika yang digunakan pada acara
“Hits Request” adalah logika konvensional di mana terjadi interaksi antara
penyiar dan pendengar melalui saluran telepon. Pada acara ini juga terdapat aturan
seperti pendengar harus menyebutkan nama dan alamat, waktu pendengar untuk
menelpon dibatasi agar memberi kesempatan pada pendengar lain yang ingin
menelpon, serta pendengar hanya diperbolehkan merequest lagu pop terbaru dari
tahun 2012 sampai 2016 saja.
86
Sedangkan ketika tidak ada pendengar, penyiar menggunakan logika
ekspresif di mana penyiar berbicara tanpa ada pendengar sebagai lawan bicaranya,
dan hanya menyampaikan informasi tanpa ada feedback dari pendengar. Informasi
yang disampaikan tersebut berisi tentang penyanyi ataupun musik yang
diputarkannya serta informasi mengenai permasalahan yang sedang hangat.
Karena tidak berhadapan dengan pendengar, penyiar akan menanggapi sendiri
informasi yang dibawakannya. Hal tersebut juga merupakan cara menarik minat
pendengarnya dengan penyampaian pesan yang bersifat terbuka dan reaktif untuk
terus memancing pendengarnya bergabung. Jika tidak ada penelpon yang masuk,
maka penyiar memutarkan lagu sesuai keinginannya dan tidak memenuhi
keinginan dari pendengar.
Berikut ini kesamaan dan perbedaan secara umum pada program acara
request musik pop dan musik dangdut :
Dangdut Pop
Memutarkan lagu terlebih dahulu
sebelum membuka acara untuk menarik
perhatian pendengar.
Memutarkan lagu terlebih dahulu
sebelum membuka acara untuk menarik
perhatian pendengar.
Wajib membacakan “Kilas Berita
Ramaloka” setiap satu jam sekali pada
program acara yang dibawakan
Wajib membacakan “Kilas Berita
Ramaloka” setiap satu jam sekali pada
program acara yang dibawakan
Lebih banyak berinteraksi dengan
pendengar. karena lebih banyak
pendengar yang menghubungi melalui
telepon.
Pendengar banyak yang menelpon pada
saat awal-awal hingga pertengahan
acara saja. Sedangkan menjelang akhir
acara, biasanya pendengar lebih sedikit
yang berinteraksi
Selain “Kilas Berita Ramaloka”, tidak
ada informasi atau tips khusus yang
disampaikan, hanya melayani request
dan kirim-kirim salam saja.
Selain request dan kirim-kirim salam,
terkadang ada informasi khusus yang
disampaikan. Terutama ketika sedikit
pendengar yang menelpon.
Kebanyakan pendengarnya berusia
dewasa, pekerja, dan ibu rumah tangga.
Pendengarnya lebih banyak berusia
remaja. Meskipun ada beberapa
87
pendengar dewasa yang ikut
berinteraksi juga.
Umumnya merupakan pendengar yang
sering menelpon, sehingga penyiar
sudah mengetahui siapa pendengarnya
hanya dari mendengar suaranya.
Pendengar yang menelpon tidak selalu
pendengar setia saja. Ada juga
pendengar yang baru melakukan
interaksi, sehingga penyiar tidak selalu
hapal siapa pendengarnya.
Tabel 4.3.2 Persamaan dan Perbedaan Program Acara Pop dan Dangdut
Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa Asri Aulia ketika
membawakan acara “Goyang Senggol” lebih banyak pendengar aktif yang
bergabung, sedangkan pada acara “Hits Request” yang dibawakan oleh Vina
Asmara lebih sedikit pendengar yang bergabung. Hal ini menjadikan acara
“Goyang Senggol” lebih berfokus pada pendengar aktif, dan informasi menjadi
berkurang. Sedangkan “Hits Request” lebih berfokus pada pendengar pasif dengan
adanya informasi yang disampaikan oleh penyiar.
Dedi selaku Station Manager yang lebih paham mengenai Radio Ramaloka
FM secara keseluruhan, menjelaskan bahwa sebenarnya pada setiap program
acara di radio Ramaloka FM lebih mengutamakan interaksi yang berarti lebih
menargetkan pada pendengar aktif sehingga program acara yang saat ini ada
memang dirancang untuk bersifat interaktif, meskipun ada beberapa program
acara yang tidak ada interaksi dengan pendengar di dalamnya. Seperti yang beliau
katakan bahwa,
“Saya pikir siaran di radio Ramaloka ini seharusnya lebih dominan yang
interaktif yang pada akhirnya lebih menargetkan ke pendengar aktif, karena di
dalamnya lebih banyak pendengar ikut komunikasi. Meskipun kenyataannya
88
memang pada program acara dangdut itu interaktifnya lebih terasa karena
pendengar yang interaksinya lebih banyak. Untuk program acara pop, tetap ada
interaksi tetapi tidak seperti acara dangdut yang sangat banyak pendengar
interaktifnya.”
Radio Ramaloka FM yang dapat dikatakan radio multi-segment yang lebih
banyak menargetkan masyarakat menengah ke bawah dapat diketahui dengan
jelas dari selera musik pendengarnya. Meskipun ada program acara yang
memutarkan lagu pop, tetap lagu dangdut lebih banyak diminati oleh pendengar
radio ini.
Pada hasil observasi, masing-masing penyiar berusaha untuk membentuk
penciptaan suatu imajinasi (Theater of Mind) pada pikiran pendengarnya. Dengan
menggunakan cara ini, penyiar mengimajinasikan berbagai hal yang ada di
sekitarnya. Pada saat memberi informasi kepada pendengarnya, baik itu seputar
informasi tentang musik, lifestyle, kesehatan, dan sebagainya, penyiar
memberikan bayangan pikiran kepada pendengar agar pendengar mudah
memahami informasi tersebut tanpa harus berpikir keras. Dengan menggunakan
theater of mind ini penyiar sedang membayangkan apa yang sedang dipikirkan
oleh pendengarnya.
Khususnya pada program acara “Rehat” yang dibawakan oleh Asri Aulia,
penyiar yang juga membawakan acara yang berisi tips dan informasi ini
mengatakan bahwa untuk menarik perhatian pendengarnya dia tidak langsung
kepada tips atau informasi yang akan disampaikannya. Tetapi terlebih dahulu
89
membuka pembicaraan lain dan kemudian mengkaitkannya dengan tips atau
informasi yang akan disampaikan tersebut. Meskipun tidak berinteraksi dengan
pendengar, penyiar berimajinasi seolah-olah sedang mengobrol dengan pendengar
tersebut, pada saat inilah penyiar menggunakan imajinasinya melalui theater of
mind. Logika pesan yang digunakan oleh Asri Aulia pada acara “Rehat” adalah
logika ekspresif di mana penyiar berbicara seorang diri dengan menggunakan
imajinasinya.
Logika pesan yang digunakan pada radio PBS FM yaitu logika ekspresif,
di mana penyiar berbicara tanpa ada pendengar sebagai lawan bicaranya, dan
hanya membacakan permintaan lagu yang telah dikirimkan oleh pendengar
melalui sms dan media sosial facebook. Logika konvensional pada radio PBS
hanya terjadi pada program acara musik dangdut di mana pendengar dapat
berinteraksi langsung dengan penyiar pada program acara karaoke.
4.3.3. Karakteristik Penyiar dalam menyampaikan Pesan Siaran di Radio
Ramaloka FM
Dari segi usia dan karakter penyiar, baik Asri Aulia dan Vina Asmara
sesuai dengan usianya untuk membawakan program acara masing-masing. Asri
yang sudah berusia 37 tahun membawakan acara dangdut yang kebanyakan
pendengarnya berusia dewasa. Begitu pula dengan Vina yang masih berusia 21
tahun membawakan program acara musik pop yang rata-rata pendengarnya
berusia muda.
Asri Aulia yang sudah berpengalaman di dunia penyiaran dan berusia
dewasa mempunyai ciri khas dan karakter yang lebih menonjol pada program
90
acara tertentu. Meskipun Asri juga membawakan acara musik pop Indonesia, akan
tetapi pendengar sudah lebih mengenalnya ketika membawakan acara request
musik dangdut. Sehingga ketika Asri membawakan acara “Hits Request” ketika
penyiar pada acara tersebut berhalangan hadir, pendengar jadi kurang berminat
untuk berinteraksi.
“Kaya saya gini nih kan orang lebih kenal saya sebagai penyiar acara
dangdut, saya pernah bawain acara “Hits Request” ketika penyiarnya berhalangan
hadir. Kendalanya kadang ketika saya bawain program acara pop itu ada aja
pendengar yang request lagu dangdut. Padahal itu acara untuk musik pop. Ya,
mungkin image nya saya tuh bawain lagu dangdut. Dan saya emang lebih ngerasa
nyaman bawain acara dangdut.”
Selain itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa Asri Aulia mempunyai karakter suara yang dewasa dan mampu
berkomunikasi dengan bahasa Sunda dan Jawa Serang ketika berinteraksi dengan
pendengar. Kemampuan tersebut menjadikan pendengar merasa memiliki
kedekatan tersendiri dengan penyiar.
Yati, pendengar aktif berusia 54 tahun yang sehari-harinya bekerja sebagai
guru paud memiliki pendapat sendiri tentang cara Asri Aulia membawakan acara.
Yati mengatakan bahwa suara dari Asri Aulia nyaman untuk didengarkan.
“Teh Asri itu suaranya enak didengerin. Cara ngomongnya juga enak, saya
biasa request lagu dangdut. Kadang saya pake bahasa Sunda juga pas request
lagu. Kalau menurut saya sih Teh Asri itu cocok juga nyampein informasi di acara
91
rehat. Acara rehat biasanya saya dengerin ketika saya lagi santai atau pada saat
saya sedang istirahat siang.”
Sementara itu untuk Vina Asmara, usianya yang masih muda
menjadikannya sangat pas untuk membawakan acara pop Indonesia yang
kebanyakan pendengarnya berusia muda juga. Selain itu, Vina juga lebih
mengetahui lagu pop Indonesia dibandingkan dengan lagu dangdut. Berdasarkan
observasi, Vina sebagai penyiar cukup mampu menyesuaikan diri ketika
berhadapan dengan pendengar yang berbeda usia dengan dirinya. Karena
terkadang pendengar dewasa juga ada yang menelpon untuk berinteraksi dengan
penyiar.
“Saya kan baru ya di dunia siaran. Siaran di Ramaloka FM aja baru 5
bulan. Ya, tapi saya bisa menyesuaikan diri kalau harus berhadapan dengan
pendengar yang lebih dewasa dari saya. Paling saya lebih ke penggunaan bahasa
yang lebih sopan aja, kalo pendengarnya dewasa. Misalnya kalau ibu-ibu
dipanggilnya mamah. Beberapa ada yang Vina udah tau sih kalau pendengarnya
sering nelpon. Beda sama kalo sama pendengar yang muda atau seumuran ya, bisa
pake bahasa yang lebih nyantai”.
Berdasarkan pengamatan peneliti, meskipun sebagai penyiar baru di radio
Ramaloka FM, tetapi Vina cukup mampu melakukan siaran dengan baik.
Seringkali ia berimprovisasi menyampaikan informasi tanpa melihat tulisan
ataupun naskah.
92
Rudi, salah satu pendengar aktif mengatakan bahwa Vina sebagai penyiar
baru masih memiliki kekurangan dan masih belum akrab karena belum lama
menjadi penyiar di radio Ramaloka FM. Rudi mengatakan bahwa,
“Kalau Vina itu saya masih belum begitu akrab karena baru sekali ketemu
langsung di sini. Terus, menurut saya dia masih agak kaku cara ngomongnya pas
siaran. Ya, tapi walaupun begitu semakin ke sini udah semakin baik sih.
Kedengerannya juga udah lumayan enak penyampaiannya dibanding pas awal-
awal siaran dulu”.
Dari hasil wawancara dengan penyiar, pendengar aktif, dan pengamatan,
dapat disimpulkan bahwa baik Asri Aulia maupun Vina Asmara keduanya
memiliki ciri khas dan karakter tersendiri. Asri yang pembawaannya dewasa,
penguasaannya pada musik dangdut, dan mampu menggunakan bahasa daerah
ketika sedang berinteraksi dengan pendengar. Sementara Vina lebih kepada
pembawaan anak muda-nya yang membawakan program acara request musik pop
Indonesia. Selain kelebihannya tersebut, masing-masing dari mereka memiliki
kekurangan tersendiri. Seperti Asri Aulia yang lebih dikenal sebagai penyiar acara
dangdut, sehingga kurang disukai ketika membawakan acara request lagu pop.
Dan Vina Asmara yang merupakan penyiar baru masih belum begitu dikenal,
selain itu, Vina hanya menguasai musik pop saja, sehingga tidak menguasai jika
harus menjadi penyiar acara dangdut.
93
4.3.4 Kendala Penyiar Radio Ramaloka FM
Seperti dijelaskan pada bab II, terdapat kendala atau hambatan pada proses
komunikasi, termasuk komunikasi pada penyiar di radio Ramaloka FM. Kendala
tersebut disebabkan oleh adanya gangguan semantik, mekanik, ekologis,
prasangka. Dari berbagai gangguan tersebut, beberapa di antaranya pernah dialami
oleh penyiar di radio Ramaloka FM pada saat berlangsungnya siaran, termasuk
pada saat berinteraksi dengan pendengar ketika program acara request.
Dengan terbatasnya interaksi penyiar dan pendengar hanya pada program
acara request lagu saja menjadi keterbatasan bagi pendengar untuk berinteraksi
dengan penyiar pada acara yang mengkhususkan diri pada tips dan informasi.
Meskipun penyiar telah membawakan acara dengan baik, tetapi komunikasi yang
berlangsung hanya menjadi satu arah saja karena pendengar tidak dapat
menanggapi informasi yang disampaikan tersebut.
1. Hambatan Semantik
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti,
hambatan semantik atau hambatan yang terjadi karena penggunaan bahasa terjadi
ketika pada saat pendengar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah
yang tidak dimengerti oleh penyiar acara tersebut. Contohnya saja ketika acara
“Hits Request”, ada salah seorang pendengar yang berbicara dengan bahasa Jawa
Serang yang tidak dimengerti oleh Vina Asmara selaku penyiar acara tersebut.
Vina yang tidak mengerti bahasa Jawa Serang itu sempat kebingungan namun
94
dapat disiasati dengan mencoba mengarahkan pendengar tersebut untuk
menggunakan bahasa Indonesia.
2. Hambatan Mekanis
Gangguan ini berasal dari peralatan siaran yang tidak berfungsi dengan
baik. Pada radio Ramaloka FM, terjadi ketika ada masalah pada pemancar. Ketika
pemancar tersambar petir yang disebabkan oleh cuaca buruk, sehingga radio
Ramaloka FM tidak bisa mengudara. Bahkan ketika sudah diperbaiki pun, saat ini
pemancar radio ini hanya bisa menjangkau wilayah Kota Serang dan sekitarnya
saja. Sedangkan sebelumnya jangkauan radio Ramaloka FM dapat mencakup
hingga wilayah Tangerang, Cilegon, dan Lampung.
Selain itu, gangguan juga dapat terjadi ketika suara dari pendengar tidak
terdengar jelas disebabkan oleh buruknya sinyal telepon sehingga penyiar tidak
dapat mendengar suara penelpon dengan jelas. Komputer yang ada di ruang siaran
pun dapat menimbulkan gangguan bagi berlangsungnya proses siaran ketika
sambungan koneksi internetnya tidak baik sehingga menghambat ketika penyiar
ingin mencari informasi melalui internet. Seluruh peralatan siaran ini sangat
penting karena mendukung berlangsungnya proses siaran di radio Ramaloka FM.
2. Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap
proses berlangsungnya komunikasi yang datangnya dari lingkungan. Seperti suara
riuh orang-orang atau kebisingan lalu lintas, suara hujan atau petir, dan lain-lain.
Pada hambatan jenis ini, tidak terjadi pada penyiarnya karena penyiar berada di
95
studio yang ada pada lokasi yang baik untuk berkomunikasi dengan pendengarnya
karena tidak ada gangguan. Hambatan ekologis ini hanya dapat terjadi pada
pendengar radio Ramaloka FM ketika pendengar tersebut berada di lokasi yang
bising sehingga tidak dapat mendengar suara radio dengan jelas.
3. Prasangka
Prasangka merupakan hambatan yang cukup berat bagi penyiar, khususnya
di radio Ramaloka FM. Pada hambatan jenis ini, pendengar telah terlebih dulu
memiliki kecurigaan terhadap penyiar sehingga dapat terjadi salah persepsi atau
bahkan pendengar menjadi enggan untuk berkomunikasi dengan penyiar. Namun
jika penyiar tersebut dapat meyakinkan pendengar dan memberi kesan yang baik
maka proses komunikasi antara penyiar dan pendengar dapat berlangsung dengan
baik.
Prasangka dapat terjadi ketika penyiar mempunyai ciri khas dan karakter
yang lebih menonjol pada program acara tertentu. Sehingga pendengar akan
memiliki perkiraan, meskipun apa yang diperkirakan oleh pengdengar tersebut
belum tentu kebenarannya. Asri Aulia mengatakan bahwa :
“Kaya saya gini nih kan orang lebih kenal saya sebagai penyiar acara
dangdut, sedangkan di radio Ramaloka ini kan satu penyiar bisa pegang beberapa
program acara. Pernah saya bawain acara “Hits Request” ketika pendengarnya
berhalangan hadir. Kendalanya kadang ketika saya bawain program acara pop itu
ada aja pendengar yang request lagu dangdut. Padahal itu acara untuk musik pop.
96
Ya, mungkin image nya saya tuh bawain lagu dangdut. Dan saya emang lebih
ngerasa nyaman bawain acara dangdut.”
Kendala yang dihadapi oleh penyiar radio Ramaloka FM lebih banyak
disebabkan oleh hal teknis yang diakibatkan dari peralatan siaran yang digunakan,
dan dari karakter penyiar itu sendiri. Untuk hambatan yang lain seperti semantik,
tidak begitu sering terjadi karena penyiar di radio Ramaloka FM hampir semuanya
menguasai bahasa daerah yang digunakan oleh pendengar, kecuali Vina Asmara
yang merupakan penyiar baru.
Radio Ramaloka FM ditujukan untuk pendengar aktif sehingga penyiar
pada program acara radio ini dituntut untuk banyak melakukan interaksi dengan
pendengarnya. Meskipun interaksi tersebut hanya terbatas pada program acara
yang berisi request saja. Sedangkan untuk program acara yang berisi informasi
lebih ditujukan kepada pendengar pasif dan tidak membuka interaksi.
4.4 Hasil Observasi
Program acara yang diamati oleh peneliti yaitu acara “Goyang Senggol”
pada acara request dangdut, dan acara “Hits Request” pada acara request pop.
Selain itu, peneliti juga mengamati proses berjalannya siaran acara “Rehat” untuk
acara yang tidak membuka interaksi. Berikut ini merupakan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti kepada penyiar radio Ramaloka FM pada saat melakukan
siaran di kedua program acara tersebut :
Pada program acara Goyang Senggol, penyiar membuka acara dengan
terlebih dulu membacakan Kilas Berita Ramaloka yang beritanya didapat dari
97
media online. Setelah itu, baru kemudian penyiar memutarkan lagu sebelum
dimulainya pembukaan acara. Kemudian penyiar membuka acara dengan
menyapa pendengar dan berharap agar pendengarnya tetap ada dalam keadaan
sehat untuk mengawali aktifitas di pagi hari. Penyiar juga mempersilakan
pendengarnya yang ingin bergabung untuk request lagu dan kirim-kirim salam
melalui line telepon. Karena sudah ada pendengar yang menelepon, penyiar pun
langsung menanggapi penelpon pertama pada acara Goyang Senggol di hari
tersebut. Berikut kalimat yang disampaikan oleh penyiar pada saat membuka
acara:
Opening :
“Selamat pagi menjelang siang Sobat Ramaloka. Senang sekali saya Asri Aulia
bisa hadir kembali menemani Sobat Ramaloka di pagi hari ini sampai jam 12
siang nanti. Dan tentu saja kita bertemu di acara Goyang Senggol di edisi hari ini
Senin, 15 Agustus 2016. Terima kasih kepada Sobat Ramaloka yang selalu setia
bergabung bersama kami, dan yang selalu kami harapkan Sobat Ramaloka di pagi
hari ini dalam kondisi yang baik. Dalam keadaan sehat wal‟afiat, dalam lindungan
Yang Maha Kuasa. Untuk anda yang mau bergabung tentu kami persilakan seperti
biasa di line telepon 200446. Udah lah, tanpa basa-basi langsung aja, ada siapa nih
di 200446 nih”
Penyiar : “Halo, dengan siapa ini?”
Pendengar : “Halo juga. Selamat pagi menjelang siang Teh Asri. Apa kabar?”
Penyiar : “Iya, selamat pagi. Baik-baik saja”
98
Pendengar : “Pengen denger lagu ini nih, jadul. Kok Begitu saja Kok Marah”
Penyiar : “Iya, dikirim buat siapa lagunya?
Pendengar : “Buat Kang Rudi, sama emanya yah. Semoga punya kabar sehat.
Buat Mas Edi, udah ngedengerin ngga itu ya. Apa lagi di pasar ya. Selamat pagi
menjelang siang Mas Edi. Semoga sehat selalu, terus buat dimana lagi nih. Buat di
Kubang Kemiri dulu ya, buat Firman, buat Aan. Buat semuanya aja di Kubang
Kemiri ya. Terus buat Andi, Fahri, Kang Deni, semuanya aja. Terus yang di
Cipocok Mamah Ana lagi ngapain. Semoga punya kabar sehat ya.
Penyiar : “Iya, maaf ya. Segitu aja dulu kirim salamnya. Kasian yang di belakang
nungguin pengen gabung juga.
Pendengar : “Oh, iya. Buat semuanya aja ya salamnya. Lagunya ditunggu.
Wssalamu‟alaikum”
Penyiar : “Wa‟alaikum salam. Terima kasih. Ada Pak Encun di kawasan Taman.
Itu adalah salah satu dialog antara penyiar dengan pendengar yang terlalu
lama menelpon, sehingga harus dihentikan. Pendengar tersebut ada yang terlalu
lama menelpon sehingga penyiar pada akhirnya harus menegur secara halus
kepada pendengar tersebut karena di belakangnya masih banyak yang juga ingin
bergabung.
Kemudian, selama durasi tiga jam dari awal hingga akhir acara, setiap
segmennya selalu ada saja pendengar yang menelpon. Sehingga penyiar tidak
99
selalu terus mengajak pendengar untuk bergabung. Penyiar juga seperti telah
mengetahui setiap nama pendengar yang menelpon untuk request lagu dan kirim
salam. Hal ini dapat diketahui karena seringkali penyiar tidak lagi menanyakan
siapa nama pendengar tersebut dan langsung akrab dengan sendirinya. Pendengar
juga sangat bersemangat pada saat berinteraksi dengan penyiar. Bahkan, salah
satu dari Bahasa yang digunakan pada saat penyiar berinteraksi dengan
pendengarnya adalah bahasa Indonesia sehari-hari yang tidak terlalu formal.
Namun seringkali penyiar juga menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa
Serang ketika pendengar juga menggunakan bahasa tersebut. Dalam hal ini,
penyiar menyesuaikan diri dengan bahasa yang digunakan pendengar. Karena
banyaknya pendengar yang ingin bergabung, penyiar pada program acara ini
hanya melayani request lagu dan kirim-kirim salam dari pendengar saja. Tidak
ada penyampaian tips ataupun informasi khusus pada acara ini. Penyampaian
informasi berupa berita hanya disampaikan pada Kilas Berita Ramaloka saja.
Kemudian acara ditutup pada pukul 12.00 siang.
Closing : “Akhirnya selesai sudah kebersamaan kita di acara Goyang Senggol,
edisi hari ini, Senin, 15 Agustus 2016. Dan akhirnya saya Asri Aulia mohon pamit
undur diri dari ruang dengar Sobat Ramaloka semua ya. Dan tak lupa kami
ucapkan terima kasih atas perhatian dan partisipasi Anda. Selamat siang, sampai
jumpa. Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”.
Sementara pada program acara Hits Request, penyiar terlebih dahulu
memutarkan lagu pembuka. Kemudian penyiar membuka acara dengan menyapa
pendengar dan mempersilakan pendengar yang ingin bergabung untuk request
100
lagu pop terbaru dari tahun 2012 sampai 2016. Selain itu, penyiar juga
memberitahu bahwa pendengar dapat berkirim-kirim salam juga. Penyiar
menyebutkan nomor telepon yang dapat dihubungi, setelah itu kemudian langsung
ada penelpon yang masuk. Berikut narasi yang disampaikan oleh penyiar,
Opening :“Assalamu‟alaikum. Selamat sore Sobat Ramaloka semua telah hadir
bersama Anda. Siapa lagi kalau bukan Vina Asmara ya. Sore hari ini di acara Hits
Request edisi hari Kamis tanggal 18 Agustus 2016. Seneng banget nih Vina bisa
menyapa Sobat Ramaloka. Kayanya kita udah lama ya ngga ketemu. Oke, buat
Sobat Ramaloka yang mau request lagu dan kirim salam bisa langsung aja ke
200446 ya. Sore hari ini Vina bakal puterin lagu pop Indonesia dari tahun 2012
sampai tahun 2016. Pokoknya masih di suasana kemerdekaan 17 Agustus,
semangat 45.”
Penyiar : “Halo, Assalamu‟alaikum. Dengan siapa di mana?”
Pendengar : “Dengan Iwan Bordir. Di Rau”
Penyiar : “Apa nih lagunya? Pop Indonesia”
Pendengar : “Lagu Andai”
Penyiar : “Dikirimnya buat siapa?”
Pendengar : “Buat semuanya aja”
Penyiar : “Oke, ada Iwan. Bukan Iwan Fals ya. Lagunya Noah, Andai”
101
Di awal hingga pertengahan acara, di setiap segmennya ada saja penelpon
yang berinteraksi dengan penyiar. Di setiap segmennya, penyiar terus mengajak
pendengar untuk bergabung melalui telepon. Pada saat berkomunikasi dengan
pendengarnya, penyiar menggunakan bahasa Indonesia yang santai dan diselingi
candaan. Seringkali penyiar menanyakan tentang kegiatan pendengar pada saat
acara peringatan kemerdekaan RI sehingga ada pembahasan dibicarakan dengan
pendengar pada acara tersebut. Ketika pendengar mulai sepi, penyiar memberi
informasi berkaitan dengan acara HUT Kemerdekaan RI. Ketika memang benar-
benar tidak ada yang request, penyiar memutarkan lagu sesuai keinginan penyiar
itu sendiri. Berikut ini narasi dari penyiar ketika menyampaikan informasi,
Penyiar : “Selamat sore Sobat Ramaloka yang masih stay tune terus di acara Hits
Request. Seperti biasa nih, yang mau request lagu bisa ke 200446 ya. Sobat
Ramaloka, tau gak sih kalo negara kita ini dibanggakan dengan diraihnya medali
emas oleh ganda campuran badminton ya. Lilyana Natsir dan Tantowi. Pokoknya
selamat ya buat Indonesia. Memberi hadiah terbaik di hari ulang tahun Indonesia
ke 71. Semoga Indonesia makin jaya, makin bahagia, makin ceria. Dan semuanya,
masih Vina tunggu sampai jam 6 sore nanti di 96,5 Ramaloka FM.
Selain itu, penyiar juga membacakan Kilas Berita Ramaloka setiap satu jam sekali
dengan bahan berita yang bersumber dari media online yang telah disiapkan
sebelumnya. Sampai akhirnya acara “Hits Request” ditutup pada pukul 18.00
Closing : “Selamat sore Sobat Ramaloka. Selesai sudah Vina nemenin Sobat
Ramaloka di acara Hits Request, edisi hari Kamis, 18 Agustus 2016. Dan akhirnya
102
saya Vina Asmara mohon undur diri. Sampai ketemu di acara Hits Request edisi
berikutnya ya. Terima kasih atas perhatian dan partisipasi Sobat Ramaloka
semua. Selamat sore. Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”.
Opening : “Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Gimana kabar
Sobat Ramaloka semuanya? Semoga sehat selalu tidak kurang suatu apa pun ya.
Ditunggu Sobat Ramaloka sama saya, Asri siang hari ini di acara Rehat edisi
Kamis, 18 Agustus 2016. Seperti biasa, di Rehat banyak sekali tips-tips dan
informasi seputar dunia anak-anak, dunia kerjaan, dunia kesehatan. Pokoknya
jangan kemana-mana. Tetep stay di 96,5 Ramaloka FM, Sobat Anda di Segala
Suasana.”
Isi : “Sobat Ramaloka, ngomongin tentang family atau keluarga adalah dasar
hidup seorang manusia. Ketika kita lahir ke dunia ini, yang pertama kita lihat
adalah orang tua kita. Ibu sama ayah, segala tingkah laku yang pasti dipengaruhi
oleh orang tua kita. Keberadaan keluarga menjadi salah satu elemen penting
dalam hidup kita. Untuk itu, kita harus menjaga keluarga agar menjadi keluarga
berkualitas. Seperti apa sih keluarga yang berkualitas itu?
Ternyata, Sobat Ramaloka, ciri-ciri keluarga yang berkualitas adalah yang
pertama sehat. Kesehatan adalah salah satu hal utama dalam diri manusia.
Sebagai orangtua, berikanlah kebutuhan gizi yang baik bagi anak. Kita bisa
memberikan hidangan empat sehat lima sempurna. Tapi jangan lupa untuk
memperhatikan kesehatan ya. Yang kedua adalah maju. Maju bisa diartikan
bermacam-macam. Salah satunya maju secara finansial. Orangtua harus mulai
103
melakukan perencanaan dana baik untuk kebutuhan saat ini maupun masa depan
anak-anak. Selain itu, maju juga bisa berarti secara pendidikan. Kita harus
mempersiapkan dan memilih pendidikan yang terbaik untuk anak-anak. Yang
ketiga, harmonis. Keluarga yang harmonis merupakan kunci kesejahteraan.
Jangan lupa untuk selalu berkomunikasi dengan sesama anggota keluarga.
Sisihkan waktu setiap hari untuk mendengarkan cerita pekerjaan pasangan atau
anak kita saat sedang di sekolah. Keluarga yang harmonis juga dapat membuat
jiwa kita lebih sehat. Dan terakhir adalah Mengatur Jarak Usia Anak Pengaturan
jarak usia anak penting untuk meningkatkan taraf hidup keluarga. Ini karena
jumlah anak berpengaruh terhadap perencanaan finansial hingga pendidikan bagi
keluarga. Bagaimana cara mengatur jumlah anak agar ideal? Penggunaan alat
kontrasepsi bisa menjadi solusi. Pilihlah metode jangka panjang yang praktis dan
aman, yaitu IUD dan implan. IUD dipasang dalam rahim untuk menghambat sel
sperma sehingga tidak mampu mencapai sel telur. Sementara implan dipasang di
kulit lengan atas untuk mencegah pelepasan sel telur dengan sel progesteron serta
mengentalkan lendir rahim. Jadi itu ya, idealnya keluarga yang berkualitas.”
104
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Gaya komunikasi penyiar radio Ramaloka FM yang diteliti lebih banyak
menggunakan equalitarian style karena mayoritas membuka interaksi
dengan pendengarnya, di mana terjadi komunikasi dua arah (two-way
traffic communication). Termasuk program acara “Goyang Senggol” dan
“Hits Request”. Sementara acara yang khusus berisi informasi seperti
“Rehat”, menggunakan relinquishing style karena tidak membuka interaksi
dengan pendengar. Pada radio PBS FM, lebih banyak menggunakan
relinquishing style karena penyiar tidak banyak berinteraksi dengan
pendengar.
2. Cara penyiar merancang pesan, berdasarkan teori logika pesan yang
digunakan pada penyiar di radio Ramaloka FM lebih banyak
menggunakan logika konvensional karena lebih banyak interaksi antara
penyiar dan pendengar. Selain itu, penyiar juga menyesuaikan bahasa yang
digunakan oleh dengan pendengar. Terdapat juga aturan pada saat terjadi
interaksi antara penyiar dengan pendengar. Meskipun logika ini lebih
banyak terlihat pada acara dangdut saja. Pada acara pop Indonesia, lebih
banyak logika ekspresif karena pendengar tidak banyak yang bergabung.
Selain itu, logika ekspresif lebih banyak digunakan pada acara yang berisi
tips dan informasi di mana tidak terjadi interaksi antara penyiar dengan
105
pendengar, namun acara ini tidak sebanyak acara yang membuka interaksi.
Sementara pada radio PBS FM, lebih banyak menggunakan logika
ekspresif karena penyiar lebih sering menyampaikan pesan siaran tanpa
berinteraksi secara langsung dengan pendengarnya.
3. Dari segi karakter, baik Asri Aulia maupun Vina Asmara keduanya
memiliki ciri khas dan karakter tersendiri. Asri yang pembawaannya
dewasa, penguasaannya pada musik dangdut, dan mampu menggunakan
bahasa daerah ketika sedang berinteraksi dengan pendengar. Sementara
Vina lebih kepada pembawaan anak muda-nya yang membawakan
program acara request musik pop Indonesia. Selain kelebihannya tersebut,
masing-masing dari mereka memiliki kekurangan tersendiri. Seperti Asri
Aulia yang lebih dikenal sebagai penyiar acara dangdut, sehingga kurang
disukai ketika membawakan acara request lagu pop. Dan Vina Asmara
yang merupakan penyiar baru masih belum begitu dikenal, selain itu, Vina
hanya menguasai musik pop saja, sehingga tidak menguasai jika harus
menjadi penyiar acara dangdut.
5.2 Saran
1. Karena mayoritas acara di radio Ramaloka FM bersifat interaktif, penyiar
harus mampu lebih menghidupkan acara tersebut agar pendengar lebih
banyak bergabung dan untuk mempertahankan pendengar setia.
106
2. Pada perancangan pesan siaran di acara request, penyiar harus mampu
menyeimbangkan antara interaksi dengan penyiar dan informasi yang
dibawakan.
3. Penyiar di radio Ramaloka FM hampir semuanya merupakan penyiar
berpengalaman yang sudah lama berada di dunia penyiaran, dan masing –
masing memiliki ciri khas dan karakteristik tersendiri. Tentunya memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Penyiar harus lebih banyak
berlatih lagi agar bisa saling melengkapi, dan untuk penyiar baru ada
baiknya jika diadakan pelatihan agar kemampuannya semakin baik lagi.
107
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dan Siti Karlinah. 2007. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar Edisi Revisi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Arifin, Anwar. 2004. Strategi Komunikasi Sebuah Pengatar Ringkas. Bandung : Armico.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana.
Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana.
Erdinaya & Ardianto. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa
Rekatama Media
Hidayat, Dasrun. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya: Fakta Penelitian
Fenomenologi Orang Tua Karir dan Anak Remaja. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hidayat, Dedy N. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik.
Jakarta : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.
Little John, Stephen W, Karen A. Foss. 2009. Theories of Human Communication.
Jakarta : Salemba Humanika.
Masduki. 2005. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta : Pustaka Populer.
McQuail, Dennis. 2005. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Morrisan, Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,
Percakapan, dan Hubungan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Poerwandari, E. Kristi. 2007. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Depok : LPSP3.
108
Prayudha, Harley. 2005. Radio: Suatu Pengantar Untuk Wacana dan Praktik Penyiaran.
Malang : Bayumedia Publishing.
Prayudha, Harley. 2006. Penyiar It’s Not Just A Talk. Malang : Bayumedia Publishing.
Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Ruslan, Rosady. 2006. Metodologi Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Severin, Werner J. 2011. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Terapan di Media
Massa Edisi Kelima. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Syaifuddin, Didin. 2005. Radio Siaran. Sidoarjo: Selaras Dua Berdikari Entertain.
Uchjana Effendy, Onong. 1990. Radio Siaran : Teori dan Praktek. Bandung : Penerbit
Mandar Maju.
Uchjana Effendy, Onong. 2004. Dinamika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Uchjana Effendy, Onong. 2005. Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta : Indeks.
Widjaja, H.A. 2000. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Zuriah, Nurul. 2009. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori dan Aplikasi.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Sumber lain :
Company Profile Radio Ramaloka FM
Putri Ferrira. Pola Komunikasi Penyiar Radio Harmony FM dalam Menjalin
Komunikasi dengan Pendengar (Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
2013)
109
Utari Satyawati Seminingrat. Fungsi Bahasa dalam Strategi Komunikasi Penyiar PBS
(Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2011)
Anwarudin. Strategi Pendengar Radio Komunitas dalam Memperoleh Pendengar (Studi
pada Radio Komunitas Srimartani FM Kelurahan Srimartani Kecamatan
Piyungan) (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010)
http://komunikasi.us/index.php/course/perkembangan-teknologi-komunikasi/2918-
perkembangan-radio-dalam-kalangan-masyarakat-modern diakses pada tanggal 13
Juli 2014
110
LAMPIRAN 1
BIODATA INFORMAN KUNCI
Informan 1
Nama Informan : Bayu Pratama
Tempat / tanggal lahir : Serang, 6 Februari 1971
Usia Informan : 45 Tahun
Agama : Islam
Status : Program Manager radio Ramaloka FM
Alamat : Jln. Mayor Syafei No. 66 B Lontar, Serang – Banten
Informan 2
Nama Informan : Aep Dedi Supriadi
Tempat / tanggal lahir : Bandung, 12 Oktober 1962
Usia Informan : 54 tahun
Agama : Islam
Status : Station Manager radio Ramaloka FM
Alamat : Duta Harapan,Telaga Mas Blok G5/45, Bekasi-Jawa Barat
Informan 3
Nama Informan : Asri Aulia Rahman
Tempat / tanggal lahir : Cirebon, 27 Juli 1979
Usia Informan : 37 tahun
Agama : Islam
111
Status : Penyiar radio Ramaloka FM
Alamat : Taman Pesona, Blok D2 No.18, Taktakan, Serang-Banten
Informan 4
Nama Informan : Vina Ni‟matun
Tempat / tanggal lahir : Pandeglang, 11 September 1995
Usia Informan : 21 Tahun
Agama : Islam
Status : Penyiar radio Ramaloka FM
Alamat : Kec. Pulosari, Kab. Pandeglang – Banten
112
LAMPIRAN 2
BIODATA INFORMAN PENDUKUNG
Informan 1
Nama Informan : Rudi
Tempat / tanggal lahir : Serang, 8 Juli 1982
Usia Informan : 34 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Loper Koran
Alama : Jl. Raya Cilegon, Link.Legok Asalam RT.002/RW011
Drangong, Taktakan, Kota Serang – Banten
Informan 1
Nama Informan : Yati Iriati
Tempat / tanggal lahir : Serang, 6 Juni 1963
Usia Informan : 53 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru Paud
Alama : Jl. KH. Abdul Hadi, Link.Kebon Jahe RT.004/RW005
Cipare, Kec. Serang, Kota Serang – Banten
113
LAMPIRAN 3
PEDOMAN WAWANCARA
1. Key Informan
A. Program Manager dan Station Manager
Menanyakan gambaran secara umum tentang radio Ramaloka FM
Bagaimana segmentasi dan format radio Ramaloka FM
Bagaimana target audience di radio Ramaloka FM
Program acara apa saja yang banyak diminati pendengar
Berapa banyak penyiar, dan seperti apa karakter mereka
B. Penyiar
Program acara apa saja yang dibawakan oleh penyiar
Seperti apa program acara yang dibawakan oleh penyiar
Apa yang didapat pendengar dari acara yang dibawakan
Bagaimana target audience di acara yang dibawakan
Bagaimana penyiar mengakrabkan diri dengan pendengar
Bahasa seperti apa yang digunakan oleh penyiar ketika berinteraksi
dengan pendengar
Bagaimana gaya siaran dari penyiar di acara tersebut
Seperti apa kendala dan gangguan yang mungkin dihadapi penyiar
Seberapa paham penyiar dengan berbagai macam jenis lagu
Media apa saja yang digunakan ketika berinteraksi dengan
pendengar
2. Informan Pendukung
Pendengar aktif radio Ramaloka FM
Apa acara yang paling sering didengarkan dan apa alasannya
Seberapa sering pendengar berinteraksi dengan penyiar
Siapa penyiar favorit dari pendengar tersebut
Bahasa seperti apa yang digunakan pendengar ketika berinteraksi
dengan penyiar
114
Apakah pendengar tersebut juga mendengar program acara yang
khusus berisi informasi, dan apa alasannya
Media apa yang digunakan oleh pendengar untuk berinteraksi
dengan penyiar
Apakah pendengar tersebut terlibat pada acara off air yang
diselenggarakan oleh radio Ramaloka FM
115
LAMPIRAN 4
TRANSKRIP WAWANCARA
Wawancara Bayu Pratama, Program Director Ramaloka FM
Hari/tanggal : Selasa, 1 Juni 2016
Tempat : Radio Ramaloka FM
1. Dari sembilan penyiar di radio ini, apakah masing-masing memiliki
karakter atau ciri khas tersendiri? penyiar penyiar (Dedi, bayu, aji, ega,
gilang, itam, vero, asri, nufus).
Memang betul, karena saya ngerekrut penyiar itu kan, dia pegang acara apa. Ngga
mungkin dong dia yang mandu acara pop yang otomatis didengar sama anak
muda, dipegang sama penyiar yang sudah dewasa. Rata-rata emang udah senior.
Tapi yang yunior itu ya nufus. Dia itu usianya 22 tahun. Jadi, penunjukan penyiar
itu disesuaikan dengan program acara. Maksudnya gini, kalau peruntukannya
acara ini untuk anak muda, yang kita rekrut adalah anak muda yang megang acara
itu. Kenapa? Kalau yang megangnya bukan anak muda tidak menjiwai acara itu.
Acara dangdut, harus yang dewasa. Acara lagu-lagu etnik juga sama. Lalu acara
yang mengangkat masalah informasi harus yang wawasannya bagus. Tidak
mungkin yang oon ditempatin disitu. Acara talkshow sama. Kita pilih mereka
yang benar-benar menguasai. Kalau kita nurunin penyiar yang tidak menguasai
program acara, ngga bisa jalan. Jadi artinya, kalau ditanya dominan mana antara
anak muda dan dewasa memang dewasa. Kebanyakan kita di sini memang sudah
pernah siaran di radio lain. Sudah tahunan. Model kaya saya kan (bayu) dari 92
udah siaran. Aji dari 80-an udah siaran. Cuma walaupun mereka usianya segitu,
tapi kita tempatkan di acara yang bisa dia pandu. Kalau acara anak muda, saya ga
akan nyuruh karena ga akan menjiwai.
Acara anak mudanya: Ramaloka Hits Request (request an lagu-lagu pop),Sugali
(Suguhan lagu Iwan Fals), Remix (Khusus lagu-lagu remix),
Di saat penyiar inti yang acara anak muda itu tidak bisa siaran, baru mau tidak
mau yang senior turun. Tapi kan nantinya di situ ngga greget, karena kan dia ngga
biasa pake bahasa anak muda. Beda dengan yang anak muda kan udah biasa pake
(bahasa) anak muda. Bahasa gaul. Jadi artinya apakah acara lagu-lagu yang
dikhususkan untuk anak muda bisa dipandu oleh dewasa, bisa. Kalau misalnya
penyiar utamanya lagi sakit, lagi ada urusan keluarga. Kita kan ngga tau. Begitu
juga dengan acara dewasa, bisa dipandu sama anak muda kalau si penyiar intinya
116
itu tidak bisa masuk. Jadi fleksibel di radio itu. Makanya saya menekankan ke
teman-teman di radio itu harus bisa menguasai semua acara. Karena penyiar yang
jago itu dia bisa mandu acara khusus dewasa, anak muda, lalu talkshow, lalu acara
yang berita. Itu yang seperti itu baru yang namanya penyiar kelas satu. Nufus,
gilang, ega, masih termasuk muda kan. Muda itu kan patokannya 30 ke bawah
kan. Kalo saya, 30 itu masih bisa mandu acara anak muda. Terlalu muda juga
ngga bagus. Kalau yang tiga itu bisa hadir, misal yang satu ngga bisa hadir. Yang
lainnya bisa, ya mereka gantiin. Tapi kalo tiga-tiganya ngga bisa hadir ya otomatis
kita yang turun. Karena kita kan ngga bisa prediksi. Model tahun baru kemarin 5
orang ijin. Ya pada saat itulah sudah tidak mementingkan lagi yang mandu acara
itu anak muda atau dewasa. Jadi dikondisikan siapa yang bisa. Saya kan ngga
mungkin ngerekrut dalam waktu yang singkat.
2. Apakah radio Ramaloka Pernah mendapatkan penghargaan di KPID
Award?
Yang menjadi juri hanya praktisi, menilai berdasarkan teori. Penyelenggaraannya
selalu jadi kontroversi. Penilaiannya tidak objektif. Jujur, kalau mau jujur
pendengar kita itu sebenarnya menengah ke bawah. Menengah ke atas itu hanya
sekian persen. Ya di situlah yang namanya programmer itu ngga boleh ego.
3. Pendengar di radio ramaloka dapat berinteraksi dengan penyiar melalui
media apa saja?
Telepon dan sms kalau untuk sekarang. Untuk website untuk sementara kita ngga.
Facebook iya, bisa. Cuman kan kita yang pake media sosial itu kan twitter sama
facebook. Cuman itu untuk acara tertentu aja saya pakai. Misal untuk acara hits
request, acara request-an lagu pop, acara request-an lagu iwan fals baru kita buka.
Kalau mau jujur, antara pendengar musik dangdut, pendengar musik etnik,
pendengar musik pop, dan barat lebih ramean dangdut, etnik. Dibandingkan
dengan pop dan barat. Itu animo nya kurang. Makanya kita buka facebook dan
twitter untuk memfasilitasi mereka yang mau bergabung di request an lagu pop
karena responnya kecil. Kalau kita buka facebook dan twitter di acara dangdut
sama etnik, keteteran. Ya harus buka telepon. Jadi media sosial itu kita batasi
untuk acara-acara yang responnya kurang. Nah dari situ itu kan ketauan minat
pendengar serang ke musik apa itu kan ketauan dari acara itu. Bisa didengar setiap
jam 3 sore yang masuk itu jarang di acara pop itu. Artinya musik ini kurang
digemari. Nah sekarang kenapa dulu waktu di bawah tahun 2000-an acara apa aja
bisa rame. Internet belum booming, televisi swasta belum banyak. Radio di
Serang cuman dua, pbs sama ramaloka. Otomatis kita bikin acara apa aja itu yang
nelepon banyak. Nah kalo sekarang, radio udah kaya jamur, akses internet
semakin mudah, televisi swasta makin banyak, orang udah kepecah-pecah. Jadi
117
kalo ada yang nanya, kok sekarang bikin acara agak susah yah. Salah satunya ya
itu. Kenapa kita mempertahankan musik etnik dan dangdut, karena itu yang
digemari. Makanya kita pertahankan. Setiap radio itu bikin program sudah
berdasarkan survey, sudah berdasarkan langsung nanya ke audiens. Ngga semena-
mena kita bikin acara.
4. Apakah radio ramaloka dapat disebut sebagai radio dangdut?
Tidak. Atau apa yang menjadi ciri khas radio ini sehingga menarik minat
pendengar? Yang jadi ciri khas kita itu ya multi-segment. Semua jenis musik kita
ramu. Cuma berdasarkan presentase. Misal orang serang doyannya apa, dangdut.
Kita adain acara dangdut. Ada juga sekian persen yang suka pop. Kita adain.
Cuman kalo ditanya, apa ciri khasnya ramaloka. Ya kita lebih mengedepankan
lagu-lagu yang sesuai pendengar kita. Dangdut, lalu lagu-lagu daerah, lagu sunda,
ada tarling, gitu kan. Makanya pendengar kita loyal. Kita ngga ditinggalin. Salah
satu contohnya, kenapa radio kita banyak pendengar, kita selalu ngadain event. Di
antaranya yang kemaren hari Sabtu, malam silaturahmi. Terus tour, terus acara
halal bihalal. Cuman kalo di tanya ciri khasnya apa sih? Ciri khasnya ya kita
meramu musik sesuai dengan selera pendengar. Makanya radio kita ngga
kekurangan pendengar. Dan kita bisa menempatkan di jam-jam mana saja acara
ini cocok disimpen. Kenapa multi-segment? Karena saya pengen merangkul
semua pendengar untuk dengerin Ramaloka. Yang suka dangdut, di jam sekian,
yang suka lagu pop di jam sekian, yang suka lagu barat di jam sekian. Tapi, kalau
bicara menengah ke bawah. Saya lebih konsen ke program yang menengah ke
bawah seperti dangdut, lagu etnik (tarling, sunda, minang). Itu salah satu caranya.
5. Berapa persen presentase untuk informasi, hiburan, pendidikan, berita,
dan komersial di radio ini?
Hiburan yang paling tinggi. Hal yang berisi informasi dan religi paling 10 persen.
Kita ngakalin agar pendengar tidak dijejali konten yang berat sehingga menjadi
pindah channel. Ada yang lebih dari segitu. Mereka yang bisa hidup dengan
talkshow dan berita. Dan di Serang itu belum ada.
6. Berapa banyak kira-kira pendengar setia di radio ini? Terutama yang
sering berinteraksi dengan penyiar.
Kita sudah ada database, cuma sekarang tuh ada istilah satu pendengar itu bisa
mendengar beberapa radio. Jadi sudah tidak ada istilah pendengar setia.
Pendengar ramaloka ya pendengar radio lain juga. Cuma kalau sekarang begini,
kalau seandainya radio itu disukai banyak orang dia pernah bikin program apa
118
saja. Kita ada acara halal bihalal, tour, buka puasa bersama. Yang radio lain tidak
bisa itu ngadain acara seperti itu.
Ada yang selalu aktif. Dari program ke program tuh ada yang itu-itu aja, tapi ada
juga yang baru. Karena kita kan ada ramaloka fans club, dan tidak semua radio
punya. Dan mereka yang loyal sama ramaloka itu selalu hadir dengerin.
7. Penyiar di radio Ramaloka kebanyakan adalah penyiar yang sudah senior,
apakah terdapat kesulitan tersendiri ketika berhadapan dengan pendengar
yang masih muda?
Ya pasti ada lah. Gimanapun juga kan usia 40an sama usia 20an dari segi
bahasanya udah beda kan. Kita kan kalo ngomong bahasa gaul kan udah males.
Udah malu sendiri gitu kan. Ya cuman kan mau gimana lagi. Salah satunya kan
kalo emang yang tiga itu tidak bisa hadir. Itu jarang terjadi. Kalau memang benar-
benar ya urgent banget lah baru gitu. Dan itu jarang terjadi.
8. Seberapa sering radio Ramaloka melakukan perekrutan penyiar baru?
Perekrutan sering, saya sering sebar di FB. Sering kita buka lowongan juga kita
informasiin di radio. Nah terutama saya nyari yang masih fresh, masih muda.
Cuman kendalanya sekarang adalah sering kita buka lowongan responnya sedikit.
Responnya kurang bagus. Masalahnya yang kita cari itu freelance. Bukan penyiar
tetap. Artinya dia siaran kita gaji, kita bayar. Ngga siaran ya ngga ada. Kenapa
saya pilih freelance? Ya kan namanya orang kan cari penghasilan. Kalo freelance
kan di sini ngga seberapa. Terus jadi penyiar tetap di sini juga kalo awal-awal juga
kan ngga seberapa. Makanya kita kasih kebebasan kamu di sini siaran seminggu
sekian. Selebihnya silakan kamu cari usaha lain. Yang penting pada saat kamu
siaran, saya taunya kamu ada. Adapun dia punya usaha lain silakan. Tapi dia
harus komit di radio ini dan tidak bisa yang namanya penyiar itu ngambil dua
radio. Acak-acakan, ngga bakalan bisa itu dari dulu.
Dulu mah ada 12 penyiar. Cuman kan sekarang efisien, ini artinya ya kalo emang
bisa ditangani dengan 9 orang itu ya sudah. Karena kan yang keluar itu kan yang
mandu acara sunda. Yang mandu acara Minang Maimbau juga keluar. Terus yang
mandu acara pop juga ada yang keluar. Itu kan hak mereka, kita kan ngga bisa.
Cuman saya pikir dengan 9 itu udah mengcover. Sudah bisa mengatasi semuanya.
9. Apakah banyak pihak yang beriklan di radio ramaloka?
Kalau ditanya masalah itu sih relatif. Kalau sekarang sih kita udah ngga bisa
pastiin. Tapi kalau untuk ramaloka Alhamdulillah. Iklan lokal ada, iklan nasional
ada. Cuma kalau untuk sekarang memang porsinya sudah jauh berkurang. Kalau
119
dulu itu sejam kita bisa muter di atas 20 iklan, udah 10 iklan aja udah bagus.
Kalau dulu kita ngga pernah muter iklan lokal, sekarang banyak muter iklan lokal.
Karena ya kondisinya iklan nasional itu sudah tidak melirik radio. Dan kalaupun
melirik radio, nominalnya kecil. Cuma ya kita masih bisa hidup lah, dari iklan itu.
Orang klien kan begini, sebelum masang iklan di satu radio, dia tanya dulu dia
minta company profile dulu. Nanti dia baca. Nah kalau menurut mereka cocok,
mereka pasang. Artinya mereka pasang di salah satu radio memang sudah
menyesuaikan produk ini cocok untuk segmen radio ini yang menyasar menengah
ke bawah atau menengah ke atas. Sekarang pinter-pinter klien itu, ya ngga asal
masang di radio Anda tanpa mereka pelajari company profile dulu.
10. Apakah ada program acara yang kurang diminati pendengar? Apa yang
kemudian dilakukan terhadap program acara tersebut?
Untuk program acara berbahasa minang tadinya ada 2 penyiar, sekarang jadi ada 1
penyiar aja. Yang 1 ngundurin diri. Tadinya berpasangan, laki perempuan. Nah
yang perempuan ini ngundurin diri. Jadi cuman dipandu sama satu orang aja.
Tadinya juga di acara sunda, ada dipandu sama yang namanya Layung. Karena
dia ada kesibukan, itu tadi saya bilang kan kalo memang ada tempat kerjaan yang
penghasilannya lebih mencukupi dibandingkan ramaloka silakan. Dia keluar.
Karena ga ada yang mandu, untuk sementara vakum acara ini. Saya tidak mau
blunder, daripada dipandu sama orang yang tidak bisa bahasa Sunda nanti kan
belepotan.
Yang pertama evaluasi. Kenapa acara ini ngga bisa digemari. Lalu kita tambahin
yang bisa menarik dari acara ini. Nah kalo misalnya sudah evaluasi, sudah kita
tambahin sama hal-hal yang menarik belum juga bisa menarik pendengar, artinya
ngga cocok ini program ini untuk radio kita. Otomatis harus diganti. Tapi ada juga
acara yang tidak diminati tapi dipertahankan. Kenapa? Harusnya kan kalau acara
sudah tidak diminati harusnya diganti gitu kan. Karena percuma. Tapi, pihak radio
ada pertimbangan lain. Terutama program director. Acara ini dibutuhkan tidak
untuk pendengar. Artinya model kaya berita ya, setiap pagi kan mulai dari jam 7
sampai jam 9 kita menyampaikan informasi dari media lokal ataupun dari internet.
Ngga ada yang suka. Tapi kita pertahankan. Karena kita punya kewajiban
memberikan informasi kepada pendengar. Kenapa acara ceramah di radio masih
dipertahankan? Sedangkan yang masuk paling satu dua. Karena kita berkewajiban
mencerdaskan pendengar kita dari sisi pengetahuan agama islam. Pengelola radio
harus punya tanggung jawab kepada pendengarnya memberikan sesuatu yang
bermanfaat dalam bentuk informasi dan siraman rohani.
120
Contoh acara yang kurang diminati: Bingkai (Bingkisan lagu spesial), itu karena
sdm nya tidak mampu karena saking cepatnya itu acara. Hanya beberapa yang
mampu. Dan beberapa yang mampu ini sudah kepecah di acara yang lain.
Akhirnya daripada dipaksakan itu tidak bisa jalan, sudah saya ganti. Diganti
dengan ramaloka top 10. Lagu-lagu sepuluh besar yang paling banyak digemari.
Itu juga sama, gayanya cepet. Jalan beberapa tahun. Tapi akhirnya keteteran juga.
Karena dia mandu nya kan harus enerjik banget. Daripada saya paksakan ngga ada
yang mampu, ganti. Jadi tetep yang namanya program tuh harus begitu. Ini bisa
dijalanin ngga. Walaupun bagus kalo ngga bisa dijalanini, ngga terpatok acara ini
ngga laku loh.
Ya lumayan lah, kalo dibilang sering sih ngga. Ada beberapa acara model kaya
bingkai, terus juga model kaya tadi top 10, lalu ada juga acara yang khusus berita.
Kalau setiap minggu kan kita dulu berikan informasi mengenai berita-berita
olahraga. Diambil dari internet. Nah itu juga ngga jalan. Udah saya hapus. Ada
beberapa lah, walaupun tidak sering begitu kan. Nah sekarang yang kita hentikan,
Gentra Parahyangan. Lagu-lagu Sunda. Contoh paling baru nih ya. Padahal
pendengarnya banyak. Animo orang yang nelepon sms banyak. Saya hentikan
karena yang mandunya sudah tidak konsen. Dia pindah ke asuransi. Dipaksakan
sama yang lain bahasa sundanya belepotan. Tidak menjiwai. Yang ada nanti
acaranya kurang greget. Makanya sebelum ada penggantinya. Saya tutup dulu itu
acara. Karena itu kan acara yang banyak didengar. Termasuk acara minang. Kalau
misalkan penyiar yang satu laginya ngundurin diri ya sudah saya hapus. Kan lucu
kalau acaranya minang ngomongnya bahasa Indonesia. Yang seperti ini acara
musik, acara talkshow. Acara talkshow itu kan pernah kita hentikan karena yang
jago mandunya keluar. Kalo kita paksakan acara talkshow. Bukannya informasi
yang benar yang didapat sama masyarakat, malah informasi yang ngga benar.
Orang tuh ngedenger talkshow bagaimana caranya agar mereka nyaman dengerin
acara talkshow. Diantaranya kan pemandunya itu kan harus ngeklik. Nguasain
materi. Bisa mancing pendengar masuk. Nah kalau kriteria itu tidak ada di penyiar
kita ngapain saya adain.
11. Pada suatu program acara, apakah program yang menyesuaikan penyiar,
atau sebaliknya?
Program acara menyesuaikan pendengarnya. Jadi program acara itu tidak akan
sama daerah yang satu dengan daerah lainnya. Karena seleranya kan beda-beda.
121
12. Apakah setiap penyiar di radio ramaloka memiliki keterampilan yang
sama pada saat melakukan siaran? Ataukah terdapat kekurangan dan
kelebihan sendiri pada masing-masing penyiar?
Masing-masing sdm, dalam hal ini penyiar itu mereka punya kemampuan masing-
masing. Ada yang dia cuman bisa mandunya acara request-an. Ada yang dia
cuman bisa mandunya acara talkshow. Ada yang dia bisa mandu semuanya. Nah
makanya di radio itu ada klasifikasi. Penyiar kelas 1, kelas 2, kelas 3. Yang c, dia
bisanya cuman mandu acara request-an. Yang b, dia bisa mandu acara request
sama talkshow. Nah, penyiar a dia bisa nguasai semua acara. Rate-nya juga beda.
Jadi misal kita ada acara talkshow. Tidak bisa sembarangan penyiar itu bisa
masuk. Kita pilih dulu penyiar yang bisa mandu acara ini mana. Dan program
director itu punya datanya. Jadi walaupun yang pada jam itu yang mandu yang
bisa acara request-an saya suruh keluar. Kamu keluar, yang mandu acara ini nih.
Kenapa? Kalau kita paksakan nanti blunder. Acara itu ngga hidup. Cuma kalau
untuk penyiar yang paling banyak disuka, otomatis penyiar yang mandu acara
request-an. Ngga akan pendengar suka penyiar yang mandu acara talkshow atau
pemandu acara yang khusus nyampein berita. Cuma itu tidak jadi permasalahan
buat kita. Di semua radio itu. Acara request-an itu kalau cowonya saya (bayu), aji,
ega, gilang. Terus kalau yang perempuannya itu ya vero. Cuma ya ada penyiar
perempuan yang khusus di request-an aja. Vero ini, dia khusus cuma di request-
an. Kalo di acara yang lain mati.
122
Wawancara Asri Aulia, Penyiar Acara Goyang Senggol dan Acara Rehat
Hari/tanggal : Senin, 6 Juni 2016
Tempat : Radio Ramaloka FM
1. Sudah berapa lama Anda berada di dunia broadcasting / penyiaran?
Sudah menjadi penyiar di radio Ramaloka FM selama 6 tahun, jalan 7 tahun
2. Program acara apa saja yang Anda bawakan di radio Ramaloka? Seperti
apa program acaranya?
Acara Goyang Senggol. Acara yang memutarkan lagu dangdut. Dan pendengar
bisa request lagu juga. Jenis lagunya bisa dangdut koplo, remix, cha-cha, dangdut
asli, di sini kita buka line telepon. 2 penelepon. Kemudian ada sisipan informasi,
tips kesehatan, tips dunia kerja. Tergantung dari penyiarnya itu sendiri untuk
menyiapkan bahan untuk siaran.
3. Apakah Anda mempromosikan program acara yang Anda bawakan?
Seperti apa caranya?
Untuk promo program kita udah bikin spot iklannya, jadi sebelum acara itu
ditayangkan, kan jam 9 sampai jam 12. Dari jam 7 sampai jam 8 acara itu sudah
digeber. Ataupun nanti penyiarnya setelah closing ngasih tau. Jangan kemana-
mana sobat ramaloka, setelah ini ada Asri Aulia di Goyang Senggol dari jam 9
sampai jam 12. Yang suka lagu dangdut silakan stay di 96,5 ramaloka fm. Jadi,
penyiar yang sebelumnya sudah mempromosikan program yang berikutnya.
Begitu pun saya nanti mempromosikan program berikutnya lagi.
4. Apakah pada program acara yang Anda bawakan, ada saling bertukar
pikiran atau sharing antara Anda dengan pendengar? Apa saja biasanya hal
yang dibahas?
Tidak ada, kalau dulu ada di acara Opini. Kalau di Goyang Senggol tidak ada.
Kalau ada yang di acara Goyang Senggol ada yang ingin curhat, kita siasati
kalaupun ada yang ingin curhat pas kita ketemu aja. Atau disuruh datang aja ke
studio. Ngobrol-ngobrol aja sebagai teman. Ya boleh aja, selama ada batasan-
batasannya kita selalu welcome.
Tidak, biasanya cuman minta lagu, kirim salam aja karena acara goyang senggol
itu acara request. Mulai dari jam 09.00 sampai jam 12.00
123
5. Bagaimana cara Anda mengakrabkan diri dengan pendengar?
Berdasarkan informasi dari senior-senior saya di sini, memang banyak pendengar
baru. Kita berinteraksi dengan mereka seramah mungkin ya. Welcome sama
pendengar, siapapun itu. Tidak memilih milih, membeda-bedakan pendengar.
Sebisa mungkin kita memperlakukan mereka seperti sahabat. Soalnya di sini
banyak pendengar kita yang sudah dewasa.
Kita juga harus hapal suaranya. Dari karakter suara. Walaupun ngga ketemu tetapi
kita tahu. Kalau kitanya welcome mereka juga akan seneng.
6. Apakah pendengar mendapatkan hiburan, pendidikan, dan informasi dari
acara yang Anda bawakan?
Kalau pendidikan itu maksudnya bukan menggurui ya. Karena saya yakin
pendengar sekarang itu pinter-pinter. Jadi sharing aja. Berbagi cerita, berbagi
pengalaman.
7. Bahasa apa yang Anda gunakan pada saat melakukan siaran?
Bahasa Indonesia, tapi karena di sini kan mayoritas orang jawa ya. Banyak
pendatang juga. Jadi kita ngga harus selalu pakai bahasa Indonesia. Ada bahasa
Sunda juga, bahasa jawa, bahasa padang. Jadi di sini penyiar harus bisa bermacam
bahasa daerah juga.
8. Bagaimana pengemasan kalimat dan bahasa yang digunakan agar mudah
dipahami pendengar?
Kalau di radio itu kan informasi itu sifatnya sekilas, jadi kita mengubah yang
bahasa media cetak menjadi bahasa tutur seperti kita ngobrol dengan pendengar.
Jadi tidak ada batasan. Karena kita tidak menggunakan bahasa yang terlalu tinggi
lah. Jadi misalnya kaya kata „rasionalisasi‟, kita cari lagi kata yang lain yang lebih
mudah dipahami. Seperti di media online juga banyak bahasa politik yang terlalu
tinggi. Nah kita harus kreatif untuk menerjemahkan.
9. Apakah sebelum siaran, Anda menyiapkan materi terlebih dahulu? Atau
adakah persiapan lain yang Anda lakukan?
Siaran itu kita idealnya SOP nya satu jam sebelum siaran kita udah datang, kita
sudah menyiapkan bahan, kita sudah membaca bahan yang akan kita bahas
nantinya. Kemudian kita juga udah siap dengan segala sesuatu yang akan terjadi
nanti. Takut ada mati lampu atau apa. Mungkin harus ada senamnya juga ya.
Diusahakan sebelum kita masuk ke ruang siaran, kita udah clean dari makan dan
minum ataupun jangan makan permen atau apa lah. Kita seperti itu
124
10. Yang lebih banyak bergabung di acara yang Anda bawakan, apakah
anak muda atau dewasa?
Kalau untuk rate acaranya sebenernya mulai dari 17 ke atas. Kita semua kalangan
sebenernya, tetapi lebih banyak dewasa yang bergabung di acara ini.
11. Apakah Anda dapat melakukan siaran dengan gaya yang berbeda dari
biasanya? Misalkan Anda biasa membawakan acara anak muda, tapi
kemudian harus membawakan acara dewasa
Di sini kan radionya multi segmen. Acara anak muda ada, acara orang dewasa
ada. Terus lagunya juga multi. Jadi di sini dituntut untuk bisa semua jenis acara.
Dan siap ditempatkan dimana pun dan jam kapan pun. Jadi sebisa mungkin ya kita
bisa menguasai acara di sini. Dari mulai Forum Pagi, sampai Digoda. Karena kita
acaranya sampai jam 12 malem, kalau kita dapet jatah misalnya dari jam 9 sampai
jam 12 malem, ya mau ngga mau kita harus siap. Jadi, insha allah bisa
menyesuaikan karena di sini kita juga emang dituntut harus bisa.
12. Apakah Anda dapat menyesuaikan diri ketika berinteraksi dengan
pendengar yang memiliki usia berbeda beda?
Menurut saya sih ada perbedaan pendengar dewasa dan pendengar anak muda.
Karena saya berawal dari radio anak muda ya. Yang ceria, yang semangat, jadi
cara bicaranya juga cepat. Tapi kalau untuk yang multi seperti radio ramaloka ini,
kita ngga bisa ngomong cepet. Jadi ngomongnya santai tapi intonasinya jelas. Biar
message atau pesan yang kita sampaikan juga nyampe. Kan kalau di anak muda
kan „lo‟ „gue‟, dan dari gaya bahasanya juga beda. Dan dari segi intonasinya juga
berbeda. Karena saya sekarang sudah bukan anak muda lagi.
Kalau penyiar itu kan banyak pengagum rahasianya. Jadi ada yang menyangkanya
saya masih muda. Ya Alhamdulillah aja, kalau di radio itu kita ngerasanya selalu
muda aja. Ngga pernah ngerasa tua. Tapi kebanyakan orang berasumsi atau
membayangkan kalau penyiarnya cantik, penyiarnya begini, ya disyukurin aja.
Mungkin mereka tertarik dengan suara, karena kan kita menjual suara, bukan
visual.
13. Menurut Anda, apakah penting berimajinasi saat melakukan siaran?
Seperti apa imajinasi yang Anda lakukan tersebut?
Tergantung suasananya. Di saat pagi hari kita mengingatkan pendengar untuk
berangkat beraktivitas. Jangan sampai lupa dengan bawaannya. Surat-surat
kendaraan, dan lain-lain. Kalau dari pagi jam 9 mungkin aktivitasnya sudah
125
berjalan. Kalau pada acara Rehat Jam 12 siang, mungkin mengingatkan untuk
makan siang.
14. Saya sudah tahu kalau ada acara off air yang melibatkan pendengar
radio ini. Apakah Anda terlibat dengan acara off air di radio Ramaloka?
Seperti apa keterlibatan Anda?
Kita semua ikut. Off airnya itu kaya ada acara dangdut karokean
15. Apakah pernah terjadi gangguan yang mengganggu proses
berlangsungnya siaran? Baik secara teknis, ataupun dari penyiar atau
pendengarnya. Jika ada, gangguan seperti apa?
Kalau gangguan teknis biasanya mati lampu, kalau hujan turun juga kita banyak
petir. Kalau ada gangguan itu ya kita stop dulu acaranya. Kalau sudah beres
gangguannya kita mulai lagi. Semua radio seperti itu.
Pendengar biasanya menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Biasanya
campur. Ya, jadi di situlah kita jadi harus mau belajar menggunakan bahasa
mereka.
16. Apakah Anda menggunakan media sosial sebagai media lain untuk
berinteraksi dengan pendengar? Jika iya, media sosial apa yang Anda
gunakan?
Kalau untuk goyang senggol sebenarnya ada facebooknya, hanya kalau untuk
bergabung melalui line telepon, 2446 saja. Kalau hits request itu kita biasa
menggunakan twitter, biasa menggunakan facebook, bisa sms, bisa telepon juga.
Kalau hits request, melalui keempat media tersebut pasti akan dibacakan.
126
Wawancara Aep Dedi Supriadi, Station Manager Ramaloka FM
Hari/tanggal : Selasa, 27 September 2016
Tempat : Radio Ramaloka FM
1. Di radio Ramaloka FM ini lebih interaktif atau menargetkan pendengar
pasif?
50:50 sih. Tapi justru kalo saya pikir lebih dominan yang interaktif. Kadang kan
kalaupun muter lagu sama informasi. Tapi interaktifnya yang jam 09-12 yang
kirim kiriman ya. Terus 12-15, muter lagu dan tips. Jam 15.00, kirim kirim & info
juga. Jam 7 sampai jam 9 malam lagu kenangan permintaan lagu sama informasi
juga. Dari pariwisata atau apa gitu, yang berkaitan dengan kenangan masa lalu
kaya gitu. Jam 9 malem sampe jam 12 itu lagu lagu dangdut. Jadi yang interaktif
secara langsung itu 9-12, 15-18, 19-21. Jadi untuk sekarang lebih banyak
interaktif.
2. Apakah lebih mencari pendengar aktif atau pasif?
Kita dengan banyaknya interaktif jadi kan menyasar ke aktif. Karena lebih banyak
pendengar ikut komunikasi. Tapi yang pasifnya kita di posisi pagi sama jam 12
siang sampai jam 15. Itu isinya informasi dan tips tips kaya gitu.
Seharusnya 50:50, minta lagu tapi juga informasi harus dibanyakin. Kadang-
kadang karena kebanyakan kirim kiriman, jadi infonya jadi kepotong. Jadi sedikit.
Sebenernya harusnya nanti itu kedepannya pendengar itu tidak terlalu banyak
ngirim. Jadi mungkin buat 5 orang baru, ya mungkin nanti ceritain pengalaman
dia. Atau penyiarnya bacain info.
Kalau untuk dangdut emang kebanyakan yang request, terus dangdut juga lagunya
kan panjang panjang. Sekarang itu kan kita nyasarnya lebih banyak ke hiburan.
Tapi tidak melupakan informasi dan edukasi juga. Untuk sekarang ini kan kita
sasar orang yang udah cape di kantor, pusing dengan segala permasalahan. Jadi
minimal ya untuk sekarang itu yang kita utamain enjoy di radio dulu. Jadi
kalaupun info disuruh ikut opini kan susah. Kalo kita udah opini yang ribet lagi, di
kantor kita cape kerja, mungkin di rumah juga banyak masalah, kan pusing. Terus
dengerin radio dijejelin juga info masalah politik malah jadi mumet gitu. Makanya
radio salah satunya enjoy. Informasinya juga yang singkat padat menarik gitu,
tidak membuat orang makin stress. Acara informasi: Forum Pagi, Rehat
127
Nah terus informasi juga sebenernya ada setiap jam di sela-sela acara. Ada Kilas
Berita Ramaloka, sama di antara siaran harus ada informasi sebenarnya, yang
dibawakan secara ringan. Ya tapi itu kadang-kadang penyiar lupa kalo udah
banyak yang ikutan, informasinya kadang-kadang kelewat. Tapi sebenernya ngga.
Pendek aja informasinya. Ga usah terlalu panjang.
3. Apakah penyiar di sini punya ciri dan karakter masing-masing?
Ya pasti lah. Minimal harus hobi ke radio. Karena kalau ngga hobi ke radio, ngga
enjoy gitu kan. Udah ngga bertahan nantinya. Karena di radio ini kan berkaitan
dengan seni, otmatis harus smart ya. Si penyiar harus juga menyukai
pekerjaannya. Ya itu tadi, radio itu lebih banyak ke seninya. Kehidupan radio itu
studio itu udah kaya rumah sendiri.
4. Untuk acara off air itu kira-kira apa aja?
Untuk off air biasanya kita kan dangdutan ya. Berdendang, off air di sini.
Kebanyakan kita juga off air itu produk-produk. Jadi beriklan di udara, kita juga
mensponsori suatu acara. Dilakukan juga di off air nya. Karena disitu juga produk
selain dia beriklan pengen tau juga direct selling nya. Jadi istilahnya saya pengen
beriklan di ramaloka, tapi saya pengen juga tau produknya biasa dijual berapa di
pasaran. Animo masyarakatnya segimana. Nah itu off air radio itu disitu biasanya
untuk client kita ini pengen tau. Sebenarnya di on air sama off air itu harus
seimbang. Kalau sekarang, kalau dulu itu pengiklan kadang-kadang ga peduli di
off air nya. Mereka yang penting pasang iklan di udara gitu. Mereka tuh sekarang
udah berpikir, beriklan di udara bagus tapi di masyarakat produknya laku ngga?
Kan gitu. Kalau dengan di on air, di off air, yang sering kita adain ketauan tuh
animo masyarakat ternyata juga ada.
Kalau untuk yang keakraban dengan pendengar itu ada di acara Berdendang,
karokean bareng. Terus juga tour, ngadain acara di sana. Pernah ke Jogja, pernah
juga ke Anyer yang deket-deketnya. Pokonya banyak lah. Ke Bandung kemaren
itu terakhir. Untuk pendengar ada namanya Ramaloka Fans Club. Ada ketuanya,
bagian hiburan, bagian ini. Ada sosialnya juga, jadi dari pendengar untuk
pendengar. Acaranya tergantung mereka yang merencanakan. Bulan ini apa,
bulan depan apa. Minimal kalau antar pendengar ada yang sakit saling
mendukung lah. Atau ada yang kesusahan, saling membantu lah.
5. Gangguan pada saat siaran di sini seperti apa?
Sebenernya kalau siaran itu biasanya faktor alam ya, misalnya ada petir gitu kan
pemancarnya. Kaya kemaren juga tower roboh gitu kan. Karena alam, karena
puting beliung gitu. Dan biasanya kalo ini trouble itu ya paling masalah yang
128
lainnya di teknis misalnya dari pemancar itu kan. Gara-gara kepanasan, hal-hal
yang kaya gitu.
6. Apakah ada hambatan dari penyiar atau pendengar?
Kadang kadang kita kan kelas menengah ke bawah ya. Kalau kita talkshow,
terlalu tinggi bahasanya. Yang terlalu njlimet, tinggi. Kurang memahami,
makanya kita pakenya bahasa pasar. Jadi cara berdialog juga bahasanya ngga
tinggi.
7. Kemampuan penyiar di sini udah jago pake alat semua ya pak?
Sekarang ini udah ngga dipake sistem kaya dulu. Operator ya. Jadi sekarang udah
single operator. Penyiar itu harus serba bisa. Kalau dulu itu siaran ya siaran aja,
buka mike aja, operatornya tersendiri gitu kan. Terus lagu ada yang muterin
sendiri. Kalau sekarang semua sendiri kecuali informasi udah ada Asri yang
bikinkan. Ngambil dari beberapa media gitu kan. Kalau sekarang emang penyiar
harus udah serba bisa, bahkan ke depan itu penyiar harus selain bisa siaran,
marketing juga. Karena radio ini nanti ke depannya penyiar dituntut juga harus
bisa produksi. Teknologi makin canggih, peran penyiar itu harus serba bisa gitu,
walau memang saat ini susah dalam arti kue iklan untuk radio itu kan kecil karena
banyak media lain. Terus juga sekarang banyak media online, banyak hal yang
menghambat.
8. Kalau acara talkshow itu apakah biasanya cuman untuk yang pengen
beriklan doang atau melibatkan tokoh penting?
Ngga juga, kita ada beberapa yang untuk sosialisasi ada misalnya mencegah
banjir. Gimana menjaga lingkungan. Terus berbenah dengan sanitasi yang bagus
untuk yang seperti itu kita ambil dari pihak-pihak pemerintah. Dan juga seperti
dari kelurahan atau apa, ada juga produk gitu. Jadi ngga semuanya produk. Ada
juga kita yang sifatnya sosial gitu. Buat mengajak masyarakat bagaimana
misalnya mencegah banjir, ada narasumbernya yang kompeten, gimana cara kita
supaya tidak boros dalam keuangan, ada pakarnya gitu. Tapi memang kalo produk
kan otomatis harus gitu kan karena untuk kehidupan radio sendiri. Jadi dari
sponsor gitu.
Kalau pemerintah biasanya di Forum Pagi, atau di Rehat. Misalnya dari polisi,
misalnya himbauan tentang hati-hati dengan curanmor. Atau ada kebijakan
siskamling bersama. Terus ada sosialisasi pembuatan SIM. Ya pokoknya banyak
lah. Itu dari pihak kepolisian, belum dari pihak dishub, dll yang berkaitan dengan
masyarakat.
129
Ya justru itu, pendengar kita ajak terlibat karena kepentingannya untuk kita kita
juga, untuk masyarakat.
9. Kalau untuk media sosial yang dipakai di sini apa saja pak?
Mau tidak mau kita harus ngikutin teknologi gitu kan. Misalnya Facebook,
Twitter, website ya. Terus radio juga sekarang streaming. Jadi, radio kita bisa
didengar ngga terbatas. Di belahan dunia mana pun yang penting ada internet bisa
denger gitu. Harus ngikutin perkembangan media sosial. Kalau untuk yang kita
gunakan lebih ke Facebook. Karena lebih banyak pendengar ramaloka itu
menggunakan Facebook. Terus juga ngga terlalu rumit. Mereka merasa nyaman di
Facebook. Entah dia ngasih saran atau minta lagu atau memberikan informasi.
Radio itu salah satu yang tujuannya juga didengar dan pendengar juga merasa
memiliki. Kalau ada info juga sebaliknya. Pendengar juga bisa memberikan
informasi. Yang apdet itu justru pendengar ngeliat kejadian terus ngasih tau gitu
kan.
Nah itu, seharusnya ada. Tapi ngga semua penyiar menggunakan. Biasanya yang
pake ega, gilang. Harusnya penyiar itu harus pake facebook. Jadi siaran di
ramaloka misalnya penyiarnya si ini, acaranya ini. Iya, karena kadang kesibukan
masyarakat masih bisa ikut langsung minta lagu, telepon.
130
Wawancara Vina Asmara, Penyiar Acara Hits Request dan Acara Sugali
Hari/tanggal : Selasa, 30 Agustus 2016
Tempat : Radio Ramaloka FM
1. Sudah berapa lama Anda berada di dunia broadcasting / penyiaran?
Masih baru, baru dari bulan Juni 2016 ini Vina jadi penyiar di Ramaloka
2. Program acara apa saja yang Anda bawakan di radio Ramaloka? Seperti
apa program acaranya?
Saya di sini bawain dua acara. Yang pertama itu Hits Request, khusus untuk
request lagu-lagu pop Indonesia dari tahun 2012 sampai 2016. Per-empat tahun.
Misalnya nanti kalau udah 2017 mundur, mulainya dari lagu tahun 2013. Terus
yang kedua itu acara Sugali (Suguhan Lagu Iwan Fals), acara request yang khusus
muterin lagu-lagu Iwan Fals.
3. Apakah pada program acara yang Anda bawakan, ada saling bertukar
pikiran atau sharing antara Anda dengan pendengar? Apa saja biasanya hal
yang dibahas?
Lebih fokus pendengar tuh lebih maunya lagu apa sih. Jadi sambil nunggu
penelpon kita suka sharing informasi yang kita tahu, bisa seputar lagu atau
penyanyinya. Atau kadang saya juga suka ngasih informasi yang lagi hits
sekarang. Informasinya dapet dari internet. Bisa juga dari facebook, twitter, atau
instagram. Biar pendengarnya tertarik untuk nelpon.
4. Bagaimana cara Anda mengakrabkan diri dengan pendengar?
Saya sendiri kan masih baru di sini, jadi banyak yang masih belum tau sama Vina.
Jadi kalau saya sih lebih ke nyantai aja ngebawainnya. Lebih banyak becanda buat
bisa ngeakrabin diri.
5. Apakah pendengar mendapatkan hiburan, pendidikan, dan informasi dari
acara yang Anda bawakan?
Iya, pasti dong. Itu tadi, selain muterin musik hasil request-an pendengar, kita
juga ngasih bingkisan informasi yang ter-update juga. Yang pasti ngga jauh
dengan lagu yang kita putar, kadang ada juga tips keanak mudaan. Jadi informasi-
131
informasi yang ter-update aja kita juga berikan di hits request. Informasinya
fleksibel banget, nyesuaikan isu terbaru. Terus, kita kan wajib juga bacain berita.
Tiap satu jam ada Kilas Berita Ramaloka, nyampein berita terbaru yang dibacain
dari media online.
6. Bahasa apa yang Anda gunakan pada saat melakukan siaran?
Pake bahasa-bahasa sehari-hari, cuman kita juga ada batasan tersendiri. Batasan-
batasan bahasa yang kita pakai. Yang di saring, kaya “Lo”, “gue”, itu ngga
dipake. Karena kita punya tagline panggilan sobat. Punya tagline panggilan
pendengar sendiri, dan juga bisa pakai nama misalkan saya Vina. Jadi bisa pakai
nama untuk panggilannya. Jadi, “Halo sobat ramaloka, apa kabar semuanya?
Senang sekali Vina Asmara bisa kembali hadir”. Jadi menyebutkan nama sendiri,
atau pakai “saya”. “Saya”, “kamu”. Seperti itu aja, jadi lebih lunak aja. Ada
batasan, kamu saya. Terus pakai nama biasanya si penelponnya itu siapa. Kalau
dari segmentasi anak mudanya, yang lo lo gue gue itu kepake. Cuman kadang kita
membatasi itu. Itu lebih kepada karena banyak banget selain anak muda itu, yang
di bawah anak mudanya lagi ada gitu. Jadi ya kurang pantes aja.
7. Adakah tema tertentu pada saat berlangsungnya program acara?
Bagaimana cara Anda membuat pendengar tertarik untuk berinteraksi
dengan acara yang Anda bawakan?
Tidak ada, karena emang acara Hits Request itu hanya acara request lagu dan
kirim-kirim salam aja.
8. Yang lebih banyak bergabung di acara yang Anda bawakan, apakah anak
muda atau dewasa?
Anak muda, tapi ada juga orang dewasa yang ikut gabung. Karena kan pendengar
radio di Serang ini rata-rata emang orangnya itu-itu aja. Tapi emang pendengar
acara pop kaya Hits Request itu ngga banyak kaya acara dangdut. Pendengar acara
Hits Request itu banyak yang request dan kirim-kirim salam pas opening sampe
pertengahan acara. Kalau udah mau ke akhir biasanya emang dikit yang nelpon.
Tapi ya, yang request emang ada aja. Biasanya saya akalin dengan ngasih tips,
informasi, sambil terus ngajak mereka. Kalo ngga ada yang request, ya langsung
saya puterin lagu aja.
9. Apakah Anda dapat melakukan siaran dengan gaya yang berbeda dari
biasanya? Misalkan Anda biasa membawakan acara anak muda, tapi
kemudian harus membawakan acara dewasa
132
Bisa, kaya acara Sugali itu kan pendengarnya lebih banyak dewasa. Cara
ngebedainnya ngga beda jauh sih kaya acara Hits Request, bedanya mungkin kalo
di berhadapan dengan pendengar yang lebih dewasa saya pake kata-kata yang
lebih sopan aja. Saya kan baru ya di dunia siaran. Siaran di Ramaloka FM aja baru
5 bulan. Ya, tapi saya bisa menyesuaikan diri kalau harus berhadapan dengan
pendengar yang lebih dewasa dari saya. Paling saya lebih ke penggunaan bahasa
yang lebih sopan aja kalo sama pendengar yang dewasa. Beda sama kalo sama
pendengar yang muda atau seumuran, bisa pake bahasa yang lebih nyantai.
10. Menurut Anda, apakah penting berimajinasi saat melakukan siaran?
Seperti apa imajinasi yang Anda lakukan tersebut?
Yang pasti imajinasi saat siaran itu apa yang kita lihat di sekitar. Jadi seolah olah
kita tuh ada di dekat pendengar. Terus kadang tiba-tiba kan siaran tuh panas di
dalem studio. Pas kita keluar oh ternyata hujan. Jadi refleks saya ngebahas
masalah cuaca ke pendengar. Berimajinasi kalau hujan tuh enaknya ngapain. Kaya
gitu.
11. Saya sudah tahu kalau ada acara off air yang melibatkan pendengar
radio ini. Apakah Anda terlibat dengan acara off air di radio Ramaloka?
Seperti apa keterlibatan Anda?
Sejauh ini sih masih belum ya. Saya cuman siaran aja, belum terlibat di acara off
air yang diadain sama Ramaloka.
12. Apakah pernah terjadi gangguan yang mengganggu proses
berlangsungnya siaran? Baik secara teknis, ataupun dari penyiar atau
pendengarnya. Jika ada, gangguan seperti apa?
Gangguan yang terjadi biasanya sih teknis. Kaya contoh, tiba-tiba pemancarnya
down kaya gitu. Itu biasanya ngga mengudara dulu. Pendengar juga dikasih tau
lewat facebook kalo untuk sementara Ramaloka off dulu. Kalau dari segi
gangguan dari pendengar, ngga ada ya. Paling masalah bahasa, kadang pendengar
tuh ada yang pake bahasa daerah, pake bahasa Jawa Serang gitu. Saya kan ngga
begitu paham karena bahasa daerah saya Sunda. Ya, paling diarahin supaya pake
bahasa Indonesia. Saya sih lebih ke dianggep becanda aja kalo ada yang saya ngga
ngerti.
13. Apakah Anda mengetahui bermacam jenis lagu? Baik itu lagu pop,
dangdut, barat, jadul, ataupun lagu terbaru?
Kalau saya lebih pahamnya lagu pop, terutama yang terbaru. Dulu sempet mau
ditempatin di acara dangdut. Saya ngga mau karena ngga nguasain disitu,
133
makanya lebih milih bawain acara Hits Request sama Sugali karena lebih dapet
feel nya disitu.
14. Apakah Anda menggunakan media sosial sebagai media lain untuk
berinteraksi dengan pendengar? Jika iya, media sosial apa yang Anda
gunakan?
Untuk media sosial, paling saya pakenya untuk nyari informasi aja. Kalau untuk
update di facebook masih belum. Harusnya sih kalau dulu, sebelum sebelumnya
acara Hits Request itu ada update di facebook. Tapi untuk sekarang saya masih
belum siap. Sementara pake telepon dulu aja.
134
Wawancara Rudi, Pendengar Aktif Acara Radio Ramaloka FM
Hari/tanggal : Sabtu, 15 Oktober 2016
Tempat : Radio Ramaloka FM
1. Apa acara yang paling sering anda dengarkan di radio Ramaloka? Apa
alasannya?
Semua acara dangdut , lagu pop (Hits Request), lagu kenangan. Paling sering
dangdut. Dalem sehari saya nelpon terus dari pagi sampai malem. Alesannya
karena hobi aja sih, saya seneng dengerin musik. Terus rasanya seneng aja kalau
lagu yang saya minta diputerin.
2. Siapa penyiar favorit Anda dari acara tersebut? Alasannya?
Kang Aji sama Kang Ega di acara dangdut. Kalo di Hits Request paling Teh Asri.
Kalo penyiar baru (Vina) itu saya masih belum tau orangnya. Saya baru ketemu
sekali juga itu sama Vina. Karena saya penasaran sama orangnya. Sengaja pengen
liat yang mana.
Penyiar emang rata-rata udah tau saya dari denger suara saya juga karena saya
sering telepon dan udah pada tau saya juga. Sering ketemu. Saya sering kesini.
Saya seneng sama penyiar-penyiar di sini, ngga sombong. Jadi saya seneng
silaturahmi gini. Kalo ketemu di jalan juga kita saling tegur sapa.
3. Bahasa seperti apa yang biasanya Anda gunakan ketika berinteraksi
dengan penyiar?
Tergantung acara. Kalau tarling bahasa jawa. Kalo Hits Request, lagu kenangan,
dangdut, itu bahasa Indonesia aja. Biasanya kadang dicampur pake bahasa Jawa
Serang tergantung siapa yang siaran. Biasanya sama Kang Ega, Kang Aji, Kang
Bayu, Vero. Di acara semuanya. Di acara dangdut oke, parahyangan oke. Di sini
ada Minang Maimbau juga, tapi saya ngomongnya pake bahasa Indonesia aja.
4. Apakah Anda menggunakan media sosial juga untuk berinteraksi dengan
pendengar? Apa yang Anda lakukan melalui media sosial tersebut?
Media sosial cuman ngelike doang, atau comment hadir aja gitu. Kalo pengen
request lagu harus korban pulsa. Kalo media sosial cukup like & hadir aja. Ngga
minta lagu. Kalo saya minta lagu cuman lewat telpon doang. Banyakan kalo dari
facebook itu mah kadang diputerin kadang ngga.
135
5. Apakah Anda sering ikut acara off air di radio ini? Acara seperti apa yang
biasanya Anda ikuti?
Saya suka ikut acara karokean, kadang kondangan, nengok anggota fans ramaloka
yang sakit. Saya ikut fansclub juga. Suka ikut kalo ada acara di serang-cilegon.
Kalo jauh jauh ngga, soalnya saya sibuk sama kerjaan saya sebagai loper Koran.
Kaya acara halal bihalal di Baros, itu saya juga ikut. Munggahan mau puasa di
Anyer, ikut juga.
6. Apakah Anda suka mendengarkan program berisi tips dan informasi di
radio ini? Program apa yang anda dengarkan? Alasannya?
Kalo acara informasi yang forum pagi itu jarang karena saya kerja, ngeloper
Koran dari jam 6 sampai jam 7. Kadang kadang mah denger, kan ada tuh penyiar
namanya Pak Boy. Dia itu suaranya enak didengerin. Cara ngomongnya tuh enak
banget. Kalo rehat saya juga suka dengerin sambil tiduran. Kan enak dengerinnya
sambil istirahat siang pake hp.
Ramaloka kan acaranya sampe jam 12 malem ya. Kalo belum bisa masuk itu
belum tidur. Ya kadang saya juga dengerin radio lain selain ramaloka ini, soalnya
kalo di radio lain sekitar serang-cilegon itu kadang saya suka kesel juga kalo
pengen nelpon suka ngga bisa masuk. Kalo di sini enaknya juga penyiar itu
ngomong sebentar, terus angkat telepon. Jadi ngga kebanyakan ngomong.
Tetangga saya juga banyak yang suka denger, tapi hanya jadi pendengar pasif
doang. Mau nelpon ga berani ngomongnya. Saya kalo nelpon biasanya 5 menit
lewat kadang. Suka dikasih tau sih kalo kelamaan, ada yang masih mau nelpon di
belakang. Itu di acara dangdut, kalo di acara Hits Request biasanya cuman 2
menitan. Karena paling banyak pendengar di dangdut, kalo di Hits Request kan
jarang jarang. Biasanya saya nelpon bentar gitu karena lagi badmood, suasana di
rumahnya yang ngga memungkinkan untuk saya nelpon lama lama. Di rumah
saya suka berisik.
136
Wawancara Yati, Pendengar Aktif Radio Ramaloka FM
Hari/tanggal : Sabtu, 15 Oktober 2016
Tempat : Rumah Ibu Yati di Kebon Jahe, Serang
1. Apa acara yang paling sering anda dengarkan di radio Ramaloka? Apa
alasannya?
Goyang Senggol jam 9 pagi sampe jam 12 siang yang bawain kadang Kang Bayu,
Kang Aji. Acara Lagu Kenangan Juga, yang siarannya kadang Vero, kadang Ega.
Karena udah tua ya, lagunya beda. Lebih suka lagu-lagu lama.
2. Siapa penyiar favorit Anda dari acara tersebut? Alasannya?
Kang Bayu, Aji, Ega. Tiga orang itu penyiar kesukaan saya. Selain penyiar itu
kurang begitu deket. Dengan tiga penyiar ini saya udah kaya kakak adik. Pada saat
siaran enak aja, nyambung gitu ngomongnya. Dan kebetulan saya sering
ketemunya dengan ketiga penyiar itu. Setiap acara arisan juga ketemu seminggu
sekali. Enak buat ngobrol, sharing, bertukar pikiran juga enak.
3. Apakah Anda sering berinteraksi dengan penyiar? Seberapa sering?
Biasanya nelpon di acara Goyang Senggol jam 9 pagi sampe jam 12 siang yang
bawain kadang Kang Bayu, Kang Aji. Acara Lagu Kenangan Juga, yang
siarannya kadang Vero, kadang Ega. Karena udah tua ya, lagunya beda. Lebih
suka lagu-lagu lama. Biasanya sering banget nelpon, kayanya ngga ada hari tanpa
nelpon ke ramaloka. Tapi kan kalau saya sedang sibuk, ga bisa ikut request
biasanya saya tetep dengerin ramaloka walaupun ngga nelpon.
4. Bahasa seperti apa yang biasanya Anda gunakan ketika berinteraksi
dengan penyiar?
Bahasa Indonesia. Tapi biasanya saya pakai bahasa daerah juga, ibu biasa pakai
bahasa Sunda kalau penyiarnya itu Kang Bayu & Kang Ega. Dulu banget juga ibu
pernah jadi penyiar di Ramaloka di acara Gentra Parahyangan, acara khusus yang
menggunakan bahasa sunda. Saya berdua sama Kang Layung bawain acara itu.
Kalau sama Kang Aji, sayanya pakai bahasa Sunda, dianya pakenya bahasa
Indonesia aja.
137
5. Apakah Anda sering ikut acara off air di radio ini? Acara seperti apa yang
biasanya Anda ikuti?
Ibu suka ikut karokean, karena ibu ketua fans nya jadi sudah pasti setiap seminggu
sekali datang ke ramaloka. Sambil arisan dengan para fans ramaloka yang lain
juga. Ada acara tahun baruan juga tiap tahun. Buka puasa bersama ketika bulan
puasa, halal bihalal. Ada juga tour setiap tahun itu pasti ada. Sebagai ketua fans,
ibu terlibat semua acara off air. Kalau tahun 2016 ini kita ke Kebun Binatang,
tahun 2015 ke Jogja.
6. Apakah Anda suka mendengarkan program berisi tips dan informasi di
radio ini? Program apa yang anda dengarkan? Alasannya?
Kalau ibu sih lebih senengnya dengerin acara tausiyah aja, religi yang ditayangin
sore ketika mau maghrib. Acara rehat juga ibu dengerin kalau sempet, biasanya
sambil istirahat siang.
138
LAMPIRAN 5
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
139
140
LAMPIRAN 6
SURAT IJIN PENELITIAN
141
LAMPIRAN 7
SURAT PENERIMAAN PENELITIAN
142
LAMPIRAN 8
DOKUMENTASI
Observasi Siaran di radio Ramaloka FM
Foto 1: Observasi Siaran Vina Asmara Foto 2: Observasi Siaran Asri Aulia
Foto 3: Observasi Siaran Ega Nugraha Foto 4: Observasi Siaran Adji Wibawa
143
LAMPIRAN 9
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama : Ryan Hardeanto
Tempat / Tanggal Lahir : Serang, 7 April 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jln.Warung Jaud, Link. Terondol RT.003/RW001
Kelurahan Terondol, Kec. / Kota Serang – Banten
E-Mail : [email protected]
B. PENDIDIKAN
2010 – 2016 : Ilmu Komunikasi FISIP Untirta
2007 – 2009 : SMA Negeri 4 Kota Serang
2004 – 2006 : SMP Negeri 1 Serang
1998 – 2003 : SD Negeri Serang 9
1996 – 1998 : TK Flamboyan Kasemen
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. UKM Jurnalistik Untirta
2. GMNI Komisariat Untirta
3. Komunitas Fotografi FISIP