gender 2013
TRANSCRIPT
DINAS PENDIDIKAN PENDIDIKANKABUPATEN MUARA ENIM
2013
Goal 2: yaitu mencapai pendidikan dasar bagi semua dengan tujuan bahwa pada tahun 2015 semua anak baik laki-laki maupun perempuan dapat mengenyam
pendidikan dasar Goal 3: yaitu mempromosikan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan dengan
tujuan untuk menghapuskan segala bentuk disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah paling lambat pada tahun 2015.
IDG Indonesia menunjukkan peningkatan, yaitu dari 0,597 pada tahun 2004 menjadi 0,621 pada tahun 2007 (KNPP-BPS).
IDG Indonesia menunjukkan peningkatan, yaitu dari 0,597 pada tahun 2004 menjadi 0,621 pada tahun 2007 (KNPP-BPS).
Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan PerempuanPerempuanKesetaraan Gender dan Pemberdayaan Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan PerempuanPerempuan
Ekonomi (akses lapangan kerja), angka pengangguran terbuka perempuan mengalami penurunan dari 13,72 persen (2006) menjadi 9,29 persen (2008) (Sakernas).
Jabatan publik, persentase perempuan yang menduduki jabatan eselon I sampai eselon IV, masing-masing sebesar 9,6 persen, 6,6 persen, 13,7 persen, dan 22,4 persen (2006). Persentase tersebut meningkat pada tahun 2008 khususnya untuk eselon II sampai eselon IV, masing-masing sebesar 7,1 persen, 14,5 persen, dan 23,5 persen.
Ekonomi (akses lapangan kerja), angka pengangguran terbuka perempuan mengalami penurunan dari 13,72 persen (2006) menjadi 9,29 persen (2008) (Sakernas).
Jabatan publik, persentase perempuan yang menduduki jabatan eselon I sampai eselon IV, masing-masing sebesar 9,6 persen, 6,6 persen, 13,7 persen, dan 22,4 persen (2006). Persentase tersebut meningkat pada tahun 2008 khususnya untuk eselon II sampai eselon IV, masing-masing sebesar 7,1 persen, 14,5 persen, dan 23,5 persen.
Trend Indeks Pemberdayaan Gender/GEM,
2004-2007
0,597
0,613
0,618
0,621
0,580
0,590
0,600
0,610
0,620
0,630
2004 2005 2006 2007
3
KONDISI UMUM
4
Sumber : Diolah dari Data Susenas 2008
Tipe Daerah Laki-laki Perempuan L+PIndeks Paritas
Gender
Perkotaan 9,4 8,5 8,9 0,90
Perdesaan 6,6 5,7 6,2 0,86
K+D 8,0 7,1 7,5 0,89
Capaian pendidikan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, baik di perkotaan maupun di perdesaan
Sumber: Ditjen PMPTK, Juni 2008
JUMLAH GURU TERSERTIFIKASI BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Laki-laki, 39005 (75%)
Perempuan, 12690 (25%)
STEREOTIPE (Pelabelan)
KEKERASAN
Suatu kondisi yang setara dan seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh peluang/ kesempatan, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan, baik di dalam maupun di luar rumah tangga.
9Sumber: Caroline Moser, 2005
TUJUANKeadilanGender
STRATEGIJalur-Kembar
Pengarus-Utamaangender
1.Integrasikebutuhanlaki-laki dan perempuan dalam seluruh kebijakan dan program
2. Kegiatan khusus
yg ditujukan untuk pemberdayaan perempuan
Kesetaraan
PEMBERDAYAANPEREMPUAN
0
U
T
C
0
M
E
S
MENGAPA PERLU MENYELENGGARAKAN PUG
Identifikasi apakah laki-laki & perempuan
• MemperolehMemperoleh aksesakses yang sama kepada sumber daya pembangunan ;yang sama kepada sumber daya pembangunan ;• BerBerpartisipasipartisipasi yang sama dalam proses pembangunan, termasuk yang sama dalam proses pembangunan, termasuk proses pengambilan keputusan ;proses pengambilan keputusan ;
• MemilikiMemiliki kontrol kontrol yang sama atas sumber dayayang sama atas sumber daya pembangunan; danpembangunan; dan • MemperolehMemperoleh manfaatmanfaat yangyang sama dari hasil pembangunan;sama dari hasil pembangunan;
??
Untuk melaksanakan PUG ini, pada tahun 2000 telah dikeluarkan Instruksi Presiden No.9 Tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam pembangunan Nasional. Melalui instruksi ini Presiden Republik Indonesia telah mengintruksikan kepada seluruh Kementerian/Lembaga serta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk melaksanakan PUG kedalam perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program yang berperspektif gender diseluruh aspek pembangunan
Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025. Dalam UU tersebut peningkatan kesetaraan gender merupakan salah satu tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Ke-2 (2010-2014)
Permendagri No 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender di daerah
Permendiknas No.84 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan PUG Bidang Pendidikan yang memberi acuan pelaksanaan PUG bidang pendidikan mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai dengan satuan pendidikan.
Suatu strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender (KKG) melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan sektor pembangunan
Kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan Gender bidang pendidikan
14
VISI & MISI RENSTRA 2010-2O14
Visi Kementerian Pendidikan Nasional :
“Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif
Misi1.Meningkatkan Ketersediaan Layanan Pendidikan
2.Memperluas Keterjangkauan Layanan Pendidikan
3.Meningkatkan Kualitas/Mutu dan Relevansi Layanan Pendidikan
4.Mewujudkan Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan
5.Menjamin Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan
15
TUJUAN STRATEGI RENSTRA 2010-2O14
1. Tersedia dan terjangkaunya layanan PAUD bermutu dan berkesetaraan di semua provinsi, kabupaten, dan kota;
2. Terjaminnya kepastian memperoleh layanan Dikdas bermutu dengan dan berkesetaraan di semua provinsi, kabupaten, dan kota;
3. Tersedia dan terjangkaunya layanan Dikmen yang bermutu, relevan, dan berkesetaraan di semua provinsi, kabupaten, dan kota;
4. Tersedia dan terjangkaunya layanan Dikti bermutu, relevan, berdaya saing internasional dan berkesetaraan di semua provinsi;
5. Tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan orang dewasa berkelanjutan yang berkesetaraan, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat;
6. Tersedianya sistem tata kelola dan handal dalam menjamin terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional
Kode IKK KondisiAwal
(2009)
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
501 Tingkat Literasi Penduduk usia ≥
15 Tahun
95.0% 95.6^ 96.2% 96.8% 97.4% 98.0%
502 Rasio Kesetaraan Gender Tingkat
Literasi
97.3% 97.6% 97.8% 98.0% 98.0% 98.0%
503 Persentase Provinsi dengan
Tingkat Literasi > 95%
69.7% 74.8% 79.8% 84.9% 89.9% 95.0%
504 Persentase Kota dengan Tingkat
Literasi > 95%
70.0% 75.0% 80.0% 85.0% 90.0% 95.0%
505 Persentase Kab dengan Tingkat
Literasi > 95%
60.0% 65.0% 70.0% 75.0% 80.0% 85.0%
507 Persentase PKBM Berakreditasi 1.3% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0%
508 Persentase Kab/Kota yang Mengarusutamakan Gender
5.0% 14.0% 23.0% 32.0% 41.0% 50.0%
509 Persentase Pemegang SUKMA Menempuh PKH
2% 5% 9% 16% 19% 20.0%
PERATURANMENTERI PENDIDIKAN
NASIONALNOMOR 84 TAHUN 2008
TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN
PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN
Pedoman pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan bertujuan :
memberikan acuan bagi para pemegang kebijakan dan pelaksana pendidikan dalam menyusun strategi pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, penganggaran, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan bidang pendidikan;
mewujudkan perencanaan berperspektif gender melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan laki-Iaki dan perempuan;
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender pada satuan pendidikan dan masyarakat;
mewujudkan pengelolaan anggaran pendidikan yang responsif gender;
meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumber daya pembangunan.
Kesetaraan dan keadilan gender dapat diintegrasikan melalui tugas dan fungsi (tupoksi) sekolah dalam menerapkan MBS yang meliputi komponen-komponen sebagai berikut : pengelolaan proses belajar mengajar perencanaan , evaluasi dan supervisi pengelolaan kurikulum pengelolaan ketenagaan pengelolaan fasilitas pengelolaan keuangan pelayanan siswa peran serta masyarakat pengelolaan budaya sekolah
Merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah dengan memasukkan kesetaraan gender sebagai bagian integral dan eksplisit
Mengidentifikasi fungsi-fungsi sekolah yang menggunakan prinsip MBS dengan mengintegrasikan masalah gender yang diperlukan untuk mencapai sasaran
Melakukan analisis SWOT untuk mengetahui potensi pengembangan kesetaraan gender dalam perencanaan programdan pengembangan strategis untuk mencapai sasaran
Mengidentifikasi langkah-langkah pemecahan masalah terkait dengan hambatan kesetaraan gender di sekolah akibat konstruksi sosial budaya
Menyusun rencana dan program peningkatan mutu yang responsif terhadap perbedaan gender sebagai konstruksi sosial dengan memperhatikan kebutuhan gender praktis dan gender strategis
Melakukan monitoring dan evaluasi dengan menggunakan indikator kesetaraan gender dan indikator kebijakan responsif gender
Merumuskan sasaran mutu baru melaui reformulasi manajemen sekolah yang bias atau netral gender menuju manajemen responsif gender
Memiliki visi dan misi yang berperspektif gender Kepala sekolah memiliki karakteristik yang
profesional dan sensitif gender Karakteristik guru yang profesional dan sensitif
gender Kurikulum yang seimbang dan responsif gender Lingkungan sekolah yang sensitif gender Lingkungan fisik dan pembelajaran yang ramah
terhadap perbedaan gender Manajemen sekolah yang responsif gender Ada upaya mewujudkan komite sekolah responsif
gender
1. Akses terhadap semua program/kegiatan2. Partisipasi dalam pengambilan kebijakan3. Kontrol terhadap sumber-sumber daya4. Manfaat dari program/kegiatan yang
dilaksanakan
Mewujudkan kesempatan pendidikan yang adil dan setara adil pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, mendorong peningkatan mutu dan efisiensi melalui pemberdayaan potensi perempuan dan laki-laki secara optimal, dan memperkecil ketimpangan gender terutama pada jurusan/program studi dan bidang kejuruan.
Kebijakan sekolah cenderung netral (beberapa bias) gender, yang berdampak terhadap tingkat pemerolehan manfaat yang berbeda antara laki-laki dan perempuan (laki-laki biasanya mendapatkan manfaat lebih tinggi dibandingkan perempuan)
Masih terdapat bahan ajar yang mengandung stereotipe gender yang menguatkan prilaku bias gender di masyarakat.
Perilaku guru yang belum sensitif gender, yang berdampak pada bentuk-bentuk prilaku yang bias gender
Penataan sarana dan prasarana di sekolah /Perguruan Tinggi yang belum memperhatikan kebutuhan spesifik perempuan dan laki-laki.
Keterwakilan anggota masyarakat dalam komite sekolah dan dewan pendidikan masih didominasi oleh laki-laki.
SEKOLAH BERWAWASAN
GENDER
SEKOLAH BERWAWASAN
GENDER
MANAJEMEN SEKOLAH
MANAJEMEN SEKOLAH
PROSES PEMBELAJARAN
PROSES PEMBELAJARAN
PERAN SERTA MASYARAKATPERAN SERTA MASYARAKAT
SISTEM PENGELOLAANSISTEM PENGELOLAAN
PENATAAN RUANGPENATAAN RUANG
PENGGUNAAN BAHASAPENGGUNAAN BAHASA
PEMBELAJARANPEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARANPERENCANAAN PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARANMATERI PEMBELAJARAN
PENGELOLAAN PUBERTASPENGELOLAAN PUBERTAS
INTERAKSI KELASINTERAKSI KELAS
KOMITE SEKOLAHKOMITE SEKOLAH
HUBUNGAN GURU DENGAN ORANGTUAHUBUNGAN GURU DENGAN ORANGTUA
PENGELOLAAN SAR-PRASPENGELOLAAN SAR-PRAS
PELECEHAN SEKSUALPELECEHAN SEKSUAL
Melakukan pengarusutamaan gender pada aspek:
1. Manajemen Sekolah, yang meliputi; Organisasi dan budaya sekolah, Sarana dan Prasarana, Administrasi Sekolah, Kebijakan dan Pengelolaan Sekolah
2. Proses Pembelajaran; perencanaan pembelajaran, penyusunan bahan ajar, prilaku guru, metode/pendekatan dalam pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran
3. Peran Serta Masyarakat dalam pendidikan
1. Manajer Sekolah 2. Tenaga Pendidik dan Kependidikan3. Stakeholders pendidikan (Komite
Sekolah, Penulis Bahan Ajar, Penerbit, Orang tua)
4. Peserta didik
1. Manajemen Sekolah2. Pembelajaran3. Peran Serta Masyarakat
1. Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peran yang yang sama atau setara dalam mengendalikan sistem pendidikan di sekolah;
2. Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peran yang sama atau setara dalam membina, mengarahkan dan melaksanakan pelayanan pendidikan di sekolah dan dapat memperoleh manfaat yang sama dari kesempatan dan peran tersebut;
3. Sekolah menghargai adanya karakter kerja, kesempatan dan tugas kultur yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan tugas kedinasan;
4. Data dan informasi yang digunakan oleh guru dan kepala sekolah terpilah antara laki-laki dan perempuan, dan digunakan untuk analisis pendidikan yang berpihak pada laki-laki dan perempuan secara seimbang;
5. Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk menempati jabatan struktural dan/atau jabatan fungsional di sekolah, melakukan pengendalian terhadap program serta memperoleh manfaat yang sama;
6. Sekolah memiliki sarana-parasarana yang dapat diakses oleh serta memenuhi kebutuhan khusus laki-laki dan perempuan, seperti: kamar mandi, lapangan olahraga, alat-alat olahraga, pakaian olahraga, kamar ganti, bangsa, dsb,
1. Kesenjangan gender dalam kaitan dengan partisipasi murid yang dapat ditunjukkan dengan proporsi jumlah murid di sekolah yang menyebabkan jenis kelamin laki-laki menjadi kelompok yang mendominasi dibandingkan dengan murid perempuan
2. Stereotipi atau pembakuan citra dari peran-peran laki-laki maupun perempuan yang merugikan salah satu jenis kelamin.
3. Diskriminasi terhadap jenis kelamin tertentu sehingga menghalangi untuk mendapatkan hak-haknya serta melaksanakan peran-perannya di lingkungan sekolah
4. Kekerasan berbasis gender, baik fisik, psikis maupun seksual, seperti memandang lebih rendah dan meminggirkan, pelecehan seksual, dan yang sejenisnya.
1. Menciptakan rasa aman dan nyaman tanpa ada kekerasan fisik, psikis, seksual berbasis perbedaan jenis kelamin
2. Memberikan penghargaan dan penghormatan sesuai dengan posisi dan perannya masing-masing
3. Menghindari terjadinya diskriminasi gender baik terhadap laki-laki maupun terhadap perempuan
NO INDIKATOR STANDAR MINIMAL PENCAPAIAN1 Dukungan
Kebijakan/Komitmen
Adanya surat keputusan Dirjen/Gubernur/ Bupati mengenai pelaksanaan PUG bidang pendidikan
2 Kelembagaan Adanya Pokja PUG Bidang Pendidikan di pusat dan daerah
3 Focal Point Adanya 1 orang di pusat dan daerah yang mempunyai pemahaman PUG dengan baik
4 Program Adanya minimal 1 program pendidikan responsive gender
5 Pendataan Tersedianya data pendidikan terpilah menurut jenis kelamin
6 Anggaran Adanya dukungan APBD untuk program PUG
7 Alat analisis Adanya salah satu alat analisis gender yang dipahami dan dipergunakan dalam perencanaan program pendidikan
Standar Minimal PUG Pusat Dan Daerah
41
42
43