gender, interseksionalitas dan kerja · tempat yang lebih jauh. (blm lagi dlm isu land-grabbing [...

19
Gender, Interseksionalitas dan Kerja Ratna Saptari Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan dan Kolaborasi untuk Mewujudkan Keadilan Gender: Memastikan Peran Maksimal Lembaga Akademik, Masyarakat Sipil, dan Institusi Negara“ Depok, 10-13 Februari 2015 Diselenggarakan oleh Program Studi Kajian Gender, Program Pascasarjana (Multidisiplin) Universitas Indonesia

Upload: others

Post on 23-Sep-2019

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Gender, Interseksionalitas dan Kerja

Ratna Saptari

Disampaikan dalam Seminar Nasional

"Jaringan dan Kolaborasi untuk Mewujudkan Keadilan Gender:

Memastikan Peran Maksimal Lembaga Akademik, Masyarakat Sipil, dan Institusi Negara“

Depok, 10-13 Februari 2015

Diselenggarakan oleh Program Studi Kajian Gender, Program Pascasarjana (Multidisiplin)

Universitas Indonesia

Pemahaman gender dalam struktur produksi

• Pada tahun 90an bila kita membicarakan masalah gender dan kerja, beberapa hal yg biasanya merupakan pemahaman dasar:

– pembagian kerja seksual (kerja laki-laki dan kerja perempuan) dibentuk oleh fungsi reproduksi perempuan dan ide ttg laki2 sebagai pencari nafkah utama.

– Pendekatan kaum feminis: peran reproduksi itu sendiri adalah suatu konstruksi sosial dan bukan biologis (nature tidak sama dg culture)

– Diciptakan oleh ideologi patriarki

• Lalu: ketimpangan gender sifatnya universal danmewarnai semua segi kehidupan.

• Apabila lensa gender dipakai, maka perempuan akandimasukkan sebagai kategori yang paling tertindas. Perempuan miskin. Buruh perempuan yang tereksploitasi. Perempuan korban kekerasan.

Di satu pihak: ideologi patriarki

• misalnya

– Soal tes keperawanan Polwan ataupun mereka yang lulus SMA

• Soal norma-norma yg sering dikaitkan dengan adat (atau agama)

• Soal KDRT

Di lain pihak

• Perlawanan dari kaum perempuan

• Keragaman antara kaum perempuan sendiri

• Contoh soal buruh rokok: buruh pabrik di surabaya dan buruh pabrik ‘outsourcing’ di Jombang

• Perlawanan maupun penyimpangan kaum lakisendiri terhadap hegemoni maskulinitas

Selain itu…soal patriarki …

• Apa yang dibayangkan di tingkat nasional bisa beragam pandangan (misalnya antara satu departemen bentrok dengan departemen lain)

• apa yang diputuskan di tingkat nasional bisa ‘bentrok’ dengan praktek di tingkat lokal.

Beberapa persoalan

tanpa mengesampingkan persoalan struktural yang membentuk ketimpangan gender ini:

• bagaimanakah kita bisa memahami hubungangender yang terkait dengan pluralisme (atas dasarkelas, suku, agama, generasi dll) ?

• Bagaimana manifestasi ideologi gender di tingkat2 yang berbeda?

Interseksionalitas

• Tahun 1991, seorang ilmuwan AS yang ahli dlm hubunganrasial, Kimberle Crenshaw (1991) menggunakan istilah“intersectionality” untuk permasalahan yang menyangkutketimpangan multi-dimensional ini.

• Crenshaw terutama mengangkat persoalan ras dalampemahaman gender, di mana kepentingan perempuan kulithitam berbeda dengan posisi perempuan kulit putih.

• Interseksionalitas memungkinkan suatu penggeseran dari fokus yang terlalu biner dan esensialistis.

• Dan memungkinkan memperhatikan ketimpangan yang multidimensional.

• Dengan berdasarkan kesadaran bahwa posisi seseorang dalam interaksi sosial bisa beragam untuk konteks yang berbeda2.

• Jadi kalau kita bicara soal hubungan kekuasaan yang menghambat keadilan gender ini, kita perlu sadari bahwa kekuasaan bisa macam2 sumbernya dan dilakukan oleh aktor yang berbeda2 yang sangat tergantung pada konteks tertentu.

• Model ini berusaha mendobrak pandangan2 tentang ketimpangan gender yang unidimensional dan esensialis.

Interseksionalitas dan kerja

• Faktor2 apa yang mempengaruhi komposisigender dalam pasar tenaga kerja?

• Argumen lama:

– pekerjaan unskilled = perempuan;

– pekerjaan skilled = laki2

• Walaupun tidak mengingkari bahwa masalah kemampuan tehnis, atau training memegang peranan

• Tapi tidak boleh dilupakan banyak faktor lain yang mempengaruhi batasan ‘trampil’ atau ‘tidak trampil’.

• Masalah gender memegang peranan penting

• Tp juga:

– penduduk ‘asli’ atau ‘pendatang’ (dikaitkan jugadengan dimensi suku ataupun agama tertentu).

Contoh:

– Di pertanian: pemilik tanah: laki dan perempuanlokal. Buruh: migran dari desa sekeliling atau daritempat yang lebih jauh. (blm lagi dlm isu ‘land-grabbing’)

– Di industri: satu bagian tidak boleh dari daerah ygsama semua

• Para majikan atau penyewa tenaga kerjaseringkali menggunakan berbagai kombinasifaktor sosial seperti gender, kelas dan etnisitasuntuk

– a) memudahkan pengontrolan tenaga kerja;

– b) membatasi kemungkinan munculnyaperlawanan.

Yang berarti memungkinkan akumulasi modal;

• Tapi di lain pihak dari berbagai bentuk kerja upahan, tercipta pula kemungkinan ruang-ruang gerak yang baru bagi perempuan baik di tempat kerja maupun di rumah tangga.

• Memungkinkan pula otonomi lebih besar dalam hubungan perkawinan dan rumah tangga

Keadilan Gender dalam Konteks Keragaman

• Keadilan gender: bagaimanakah kita mendefinisikannya?

• Berbagai diskusi di dunia akademis melihat gender justice ini dengan model interseksionalitas yang ingin menunjukkan bahwa berbagai bentuk diskriminasi saling tumpang tindih dan berkaitan dalam menghasilkan individu2 yang termarjinalisir. (lihat Crenshaw 1995).

Kesimpulan

• Kalau gender merupakan konstruksi sosial, maka perlu memahami gender dalam konteks keragaman.

• Juga ditengah situasi di mana konstruksi sosial itu sendiri bisa dimanfaatkan oleh kaum perempuan sendiri

• Modal sosial dan budaya (social and cultural capital) kadang diambil dari wacana global ataupun dari budaya atau sejarah lokal.

• Pentingnya mempelajari dan memahami bagaimana hubungan gender berkaitan dengan dimensi sosial lainnya untuk menghindari pemahaman yg essensialis dan homogenistis (walaupun wacana hegemonis masih berlaku)

Juga harus dilihat persoalan tingkatan analisa

• Tingkat global

• Kebijakan2 negara

• Tempat kerja

• komunitas

• rumah tangga

• individu