genesa bahan galian
DESCRIPTION
Deskripsi gambar mengenai siklus gbgTRANSCRIPT
![Page 1: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/1.jpg)
Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers and Blatt, 1982).
Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa melalui fase cair (Diktat Praktikum Petrologi, 2006).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah perubahan temperatur, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas (Huang, 1962).
Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu 1500
C + 500C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg – carpholite, Glaucophane, Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-11000C, tergantung pada jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994).
Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi dasarnya. Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaan yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar (Bucher & Frey, 1994).
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir batuan, mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan hidroflorik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis (Huang WT, 1962).
http://ptbudie.wordpress.com/2012/04/02/proses-pembentukan-batuan-metamorf-serta-tipe-tipe-mitamorfisme/
Batuan metamorf adalah jenis batuan yang secara genetis terebntuk oleh perubahan secara fisik dari komposisi mineralnya serta perubahan tekstru dan strukturnya akibat pengaruh tekanan (P) dan temperature (T) yang cukup tinggi. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi dalam pembentukan batuan metamorf adalah:
· Terjadi dalam suasana padat
![Page 2: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/2.jpg)
· Bersifat isokimia· Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas metamorfosa· Terbentuknya tekstur dan struktur baru.
Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua factor utama yaitu Tekanan dan Temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma adalah sumber utama yang menyebabkan metamorfosa. Tekanan terjadi diakibatkan oleh beban perlapisan diatas (lithostatic pressure) atau tekanan diferensial sebagai hasil berbagai stress misalnya tektonik stress (differential stress). Fluida yang berasal dari batuan sedimen dan magma dapat mempercepat reaksi kima yang berlangsung pada saat proses metamorfosa yang dapat menyebabkan pembentukan mineral baru. Metamorfosis dapat terjadi di setiap kondisi tektonik, tetapi yang paling umum dijumpai pada daerah kovergensi lempeng.
Jenis-jenis metamorfosa adalah:
Metamorfosa kontak à dominan pengaruh suhu Metamorfosa dinamik à dominan pengaruh tekanan Metamorfosa Regional à kedua-duanya (P dan T) berpengaruh
Fasies metamorfosis dicirikan oleh mineral atau himpunan mineral yang mencirikan sebaran T dan P tertentu. Mineral-mineral itu disebut sebagai mineral index. Beberapa contoh mineral index antara lain:
· Staurolite: intermediate à high-grade metamorphism· Actinolite: low à intermediate metamorphism· Kyanite: intermediate à high-grade· Silimanite: high grade metamorphism· Zeolite: low grade metamorphism· Epidote: contact metamorphism
Pada prinsipnya batuan metamorfosa diklasifikasikan berdasarkan struktur. Strukturfoliasi terjadi
akibat orientasi dari mineral, sedangkan non-foliasi yang tidak memperlihatkan orientasi mineral.
Foliasi merujuk kepada kesejajaran dan segregasi mineral-mineral pada batuan metamorf yang
inequigranular.
![Page 3: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/3.jpg)
Batuan metamorf befoliasi membentuk urutan berdasarkan besar butir dan atau berdasarkan perkembangan foliasi. Urut-urutannya adalah: slate à phyllite à schist àgneiss. Selain menunjukkan besar butir dan derajat foliasi urut-urutan ini juga menunjukkan kandungan mika yang semakin banyak dari kiri ke kanan. Salah satu ciri khas batuan metamorf yang dapat teridentifikasi adalah kenampakkan kilap mika.
Sedangkan, untuk batuan metamorf non-foliasi contohnya adalah marmer, kuarsit dan hornfels.
Sementara itu, untuk tekstur mineral pada batuan metamorfosa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
· Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika (muskovit, biotit)· Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral plagioklas, k-felspar,
piroksen· Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan batas-batas sutura
(tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.· Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya lepidoblastik saja.· Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya lepidoblastik dan
granoblastik
http://serbasejarah.blogspot.jp/2012/04/siklus-batuan-proses-pembentukan-batuan.html
(Zakapedia) . Minyak bumi, Batu Bara, dan Gas Alam disebut sebagai bahan bakar fosil. Bahan bakar ini terbentuk dari tindakan bakteri dan tekanan lapisan tanah pada sisa-sisa organisme renik yang hidup jutaan tahun silam. Energi ini pada mulanya berasal dari Matahari dan tersimpan sebagai energi kimia potensial melalui fotosintesis. Batu bara adalah bahan bakar pertama yang digunakan dalam jumlah sangat besar. Batu bara mentah dapat dibakar untuk menghasilkan panas. Apabila batu bara dipanaskan di dalam tangki tertutup, ia menghasilkan gas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Minyak Bumi
'Gas batu bara' ini memberikan pasokan energi yang cocok untuk rumah tangga selama abad ke-19 dan awal abad ke-20. 'Gas alam' serupa dengan gas batu bara. Gas ini sering ditemukan di dekat minyak, yaitu bahan bakar fosil yang mendominasi pasokan sumber energi pada abad ke-20. Dari minyak mentah dapat dihasilkan bensin dan bahan bakar lain, yang dapat dibakar agar melepaskan energi. Sekali terbakar, bahan bakar fosil tidak dapat digunakan lagi, dan gas yang dikeluarkan dari bahan bakar fasil yang terbakar dapat mencemari Bumi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan untuk menggunakan bahan bakar fosil secara efisien.
![Page 4: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/4.jpg)
Bagaimanakah proses pembentukan Minyak bumi, Batu bara, dan gas sebagai bahan bakar fosil? Pembentukan batu bara di awali ketika bumi lebih kurang 300 juta tahun yang lalu sebagian besarnya terdiri dari rawa dan hutan yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan tersebut adalah gudang alami energy kimia sebagai hasil fotosintesis. Ketika tumbuh-tumbuhan mati, sebagian di antaranya terkubur. Dalam keadaan yang tepat tumbuh-tumbuhan itu perlahan-lahan berubah menjadi energy yang membatu (batu bara) dalam bentuk seperti sekarang ini.
Sedangkan, minyak dan gas alam biasanya ditemukan secara bersamaan. Pembentukan minyak dan gas alam dimulai jutaan tahun yang lalu ketika energy matahari tersimpan dalam organisme renik di laut seperti ganggang dan plankton. Organisme ini terkubur dalam lapisan sedimen atau endapan, seperti pasir dan garam. Selama jutaan tahun itu, zat kimia pembentuk organism berubah menjadi minyak dan gas alam karena bakteri dan tekanan lapisan sedimen yang semakin banyak membelahnya. Tekanan karang Bumi yang bergerak menyebabkan lipatan atau pematahan. Minyak dan gas alam sering terkumpul dalam di antara lapisan itu. Karena sifat minyak dan gas yang lebih renggang daripada air, sehingga dapat naik melalui karang berpori. Kemudian minyak dan gas terkumpul di bawah lapisan karang yang tak berpori, yang disebut karang tampungan. Dengan meneliti secara seksama pembentukan karang, maka situs minyak dan gas alam dapat diperkirakan dengan ketepatan yang tinggi, (Jendela Iptek).
http://www.zakapedia.com/2013/04/cara-pembentukan-minyak-bumi-batu-bara.html
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1 Minyak Bumi
2.1.1 Pengertian Minyak Bumi
Minyak Bumi merupakan campuran dari berbagai macam hidrokarbon, jenis molekul
yang paling sering ditemukan adalah alkana (baik yang rantai lurus maupun bercabang),
sikloalkana, hidrokarbon aromatik, atau senyawa kompleks seperti aspaltena. Setiap minyak
Bumi mempunyai keunikan molekulnya masing-masing, yang diketahui dari bentuk fisik dan
ciri-ciri kimia, warna, dan viskositas.
2.1.2 Proses Pembentukan Minyak Bumi
Proses terbentuknya minyak bumi dijelaskan berdasarkan tiga teori, yaitu:
1) Teori Abiogenesis
![Page 5: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/5.jpg)
Teori Abiogenesis dikemukakan oleh Berthelok (1866) yang menyatakan bahwa minyak
bumi berasal dan reaksi kalsium karbida, CaC2 (dan reaksi antara batuan karbonat dan logam
alkali) dan air menghasilkan asetilen yang dapat berubah menjadi minyak bumi pada temperatur
dan tekanan tinggi.
CaCO3 + Alkali → CaC2 + HO → HC = CH → Minyak bumi
2) Teori Biogenesis
Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena adanya kebocoran kecil
yang permanen dalam siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi antara atmosfir dengan permukaan
bumi, yang digambarkan dengan dua panah dengan arah yang berlawanan, dimana karbon
diangkut dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama, karbon dioksida di atmosfir
berasimilasi, artinya CO2 diekstrak dari atmosfir oleh organisme fotosintetik darat dan laut. Pada
arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi makhluk hidup
(tumbuhan, hewan dan mikroorganisme).
P.G. Mackuire yang pertama kali mengemukakan pendapatnya bahwa minyak bumi
berasal dari tumbuhan. Beberapa argumentasi telah dikemukakan untuk membuktikan bahwa
minyak bumi berasal dari zat organik yaitu:
- Minyak bumi memiliki sifat dapat memutar bidang polarisasi,ini disebabkan oleh adanya
kolesterol atau zat lemak yang terdapat dalam darah, sedangkan zat organik tidak terdapat dalam
darah dan tidak dapat memutar bidang polarisasi.
- Minyak bumi mengandung porfirin atau zat kompleks yang terdiri dari hidrokarbon dengan
unsur vanadium, nikel, dsb.
![Page 6: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/6.jpg)
- Susunan hidrokarbon yang terdiri dari atom C dan H sangat mirip dengan zat organik, yang
terdiri dari C, H dan O. Walaupun zat organik menggandung oksigen dan nitrogen cukup besar.
- Hidrokarbon terdapat di dalam lapisan sedimen dan merupakan bagian integral sedimentasi.
- Secara praktis lapisan minyak bumi terdapat dalam kambium sampai pleistosan.
- Minyak bumi mengandung klorofil seperti tumbuhan.
Proses pembentukan minyak bumi terdiri dari tiga tingkat, yaitu:
1. Pembentukan sendiri, terdiri dari:
- pengumpulan zat organik dalam sedimen
- pengawetan zat organik dalam sedimen
- transformasi zat organik menjadi minyak bumi.
2. Migrasi minyak bumi yang terbentuk dan tersebar di dalam lapisansedimen terperangkap.
3. Akumulasi tetes minyak yang tersebar dalam lapisan sedimen hingga berkumpil menjadi
akumulasi komersial.
Proses kimia organik pada umumnya dapat dipecahkan dengan percobaan di
laboratorium, namun berbagai faktor geologi mengenai cara terdapatnya minyak bumi serta
penyebarannya didalam sedimen harus pula ditinjau. Fakta ini disimpulkan oleh Cox yang
kemudian di kenal sebagai pagar Cox diantaranya adalah:
![Page 7: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/7.jpg)
- Minyak bumi selalu terdapat di dalam batuan sedimen dan umumnya pada sedimen marine,
fesies sedimen yang utama untuk minyak bumi yang terdapat di sekitar pantai.
- Minyak bumi memeng merupakan campuran kompleks hidrokarbon.
- Temperatur reservior rata-rata 107°C dan minyak bumi masih dapat bertahan sampai 200°C.
Diatas temperatur ini forfirin sudah tidak bertahan.
- Minyak bumi selalu terbentuk dalam keadaan reduksi ditandai adanya forfirin dan belerang.
- Minyak bumi dapat tahan pada perubahan tekanan dari 8-10000 psi. Proses transformasi zat
organik menjadi minyak bumi.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi peristiwa diatas, diantaranya:
1. Degradasi thermal
Akibat sedimen terkena penimbunan dan pembanaman maka akan timbul perubahan
tekanan dan suhu. Perubahan suhu adalah faktor yang sangat penting.
2. Reaksi katalis
Adanya katalis dapat mempercepat proses kimia.
3. Radioaktivasi
Pengaruh pembombanderan asam lemak oleh partikel alpha dapay membentuk
hidrokarbon parafin. Ini menunjukan pengaruh radioaktif terhadap zat organik.
4. Aktifitas bakteri.
Bakteri mempunyai potensi besar dalam proses pembentukan hidrokarbon minyak bumi
dan memegang peranan dari sejak matinya senyawa organik sampai pada waktu diagnosa, serta
menyiapkan kondisi yang memungkinkan terbentuknya minyak bumi.
Jenis zat organik yang dijadikan sumber minyak bumi menurut para ahli dapat
disimpulkan bahwa jenis zat organik yang merupakan zat pembentuk utama minyak bumi adalah
lipidzat organik dapat terbentuk dalamkehidupan laut ataupun darat dan dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu: yang berasal dari nabati dan hewani.
![Page 8: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/8.jpg)
3) Teori Duplex
Teori “duplex” yang merupakan perpaduan dari kedua teori sebelumnya. Teori duplex
yang banyak di terima oleh kalangan luas menjelaskan bahwa minyak dan gas bumi berasal dari
berbagai jenis organisme laut baik hewani maupun nabati.
Di perkirakan bahwa minyak bumi berasal dari materi hewani dan gas bumi berasal dari
materi nabati. Yang jelas minyak dan gas bumi terdiri dari senyawa kompleks yang unsur
utamanya adalah karbon (C) dan unsur hydrogen (H). secara sederhana senyawa ini dapat ditulis
dengan rumus kimia CXHY, sehingga sering di sebut sebagai senyawa hidrokarbon.
Pada zaman purba, di darat dan di laut hidup beraneka ragam binatang dan tumbuh-
tumbuhan. Binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati ataupun punah itu akhirnya tertimbun di
bawah endapan Lumpur. Endapan Lumpur ini kemudian di hanyutkan oleh arus sungai menuju
lautan, bersama bahan organik lainnya dari daratan.
![Page 9: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/9.jpg)
Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi dan tekanan beban lapisan batuan di atasnya
binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati tadi berubah menjadi bintik-bintik dan gelembung
minyak atau gas.
Akibat pengaruh yang sama, maka endapan Lumpur berubah menjadi batuan sediment.
Batuan lunak yang berasal dari Lumpur yang mengandung bintik-bintik minyak dikenal sebagai
batuan induk atau “soure rock”. Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju tempet
yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat yang di sebut perangkap
(trap).
Suatu perangkap dapat mengandung :
1. Minyak, gas, dan air
2. Minyak dan air
3. Gas dan air
Karena perbedaan berat jenis, apabila ketiga-tiganya berada dalam suatu perangkap dan
berada dalam keadaan stabil, gas senantiasa berada di atas, minyak di tengah dan air di bagian
bawah. Gas yang terdapat bersama-sama minyak bumi di sebut “associated gas” sedangkan yang
terdapat sendiri dalam suatu perangkap disebut “non-associated gas”.
Dalam proses pembentukan minyak bumi diperlukan waktu yang masih belum bisa di
tentukan sehingga mengenai hal ini masih terdapat pendapat yang berbeda-beda. Ada yang
mengataka ribuan tahun, ada yang mengatakan jutaan tahun bahkan ada yang mengatakan lebih
dari itu.
2.2 Gas Alam
2.2.1 Pengertian Gas Alam
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil
berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak,
ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi
melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia
disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir
sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan. Komposisi kimia Komponen utama
dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek
dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti
![Page 10: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/10.jpg)
etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung
sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium. Metana
adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke atmosfer,
dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun
begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan air,
sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat.
Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak
(mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun
secara berturut-turut).
2.2.2 Proses Pembentukan Gas Alam
Pembentukan gas alam dapat dibagi menjadi dua jenis yakni proses biologis dan proses thermal.
a. Proses Biologis
Pada proses awal, gas alam terbentuk dari hasil dekomposisi zat organik oleh mikroba
anaerobik. Mikroba yang mampu hidup tanpa oksigen dan dapat bertahan pada lingkungan
dengan kandungan sulfur yang tinggi. Pembentukan gas alam secara biologis ini biasanya terjadi
pada rawa, teluk, dasar danau dan lingkungan air dengan sedikit oksigen. Proses ini
mmembentuk gas alam pada kedalaman 760 sampai 4880 meter akan tetapi pada kedalaman
dibawah 2900 meter, akan terbentuk wet gas (gas yang mengandung cairan hydrocarbon). Proses
jenis ini menempati 20 persen keseluruhan cadangan gas dunia.
b. Proses Thermal
Pada kedalaman 4880 meter, minyak bumi menjadi tidak stabil sehingga produk utama
hydrocarbon menjadi gas metan. Gas ini terbentuk dari hasil cracking cairan hydrocarbon yang
ada disekitarnya. Proses pembentukan minyak bumi juga terjadi pada kedalaman ini, akan tetapi
proses pemecahannya menjadi metan lebih cepat terjadi.
![Page 11: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/11.jpg)
2.3 Batubara
2.3.1 Pengertian Batubara
Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat
![Page 12: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/12.jpg)
fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur
memberikan rumus formula empiris seperti : C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS
untuk antrasit.
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan
Karbon atau Batu Bara) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang berlangsung antara
360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh
suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’.
Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu bara
coklat)’ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu
bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai
kecoklat-coklatan.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara
muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan
mengubah batu bara muda menjadi batu bara ‘sub-bitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika terus
berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk
‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin
tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
2.3.2 Proses Pembentukan Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
1. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit
endapan batubara dari perioda ini.
2. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit
endapan batubara dari perioda ini.
![Page 13: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/13.jpg)
3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batubara
berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji,
berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
4. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar
getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah
penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
5. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara disebut dengan istilah
pembatubaraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
1. Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga
lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air,
tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
b. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan
akhirnya antrasit.
a. Teori berdasarkan Tempat terbentuknya
Teori Insitu :
Bahan – bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk ditempat dimana tumbuh – tumbuhan asal
itu berada. Dengan demikian setelah tumb mati, belum mengalami proses transportasi segera
tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification.
Ciri :
a. Penyebaran luas dan merata
b. Kualitas lebih baik, contoh Muara Enim
Teori Drift:
![Page 14: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/14.jpg)
Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi ditempat yang berbeda dengan tempat
tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati
mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh lapisan
sedimen dan mengalami coalification.
Ciri :
a. Penyebaran tidak luas tetapi banyak.
b. kualitas kurang baik (mengandung pasir pengotor), contohnya pengendapan delta di aliran
sungai mahakam.
http://safinarahma.blogspot.jp/2013/05/proses-pembentukan-minyak-bumi-gas-alam.html
Litifikasi (lithification berasal dari kata kerja to lithify, yang berarti menjadi batu) adalah proses dimana sedimen urai (unconsolidated) perlahan-lahan berubah menjadi batuan sedimen. Selama litifikasi terjadi perubahan keseluruhan secara kimia, biologi, dan fisika yang mempengaruhi sedimen sejak diendapkan. Selama dan setelah proses litifikasi disebut Diagenesa (diagenesis). Perubahan diagenesa yang utama dan sederhana adalah kompaksi dan sementasi serta rekristalisasi.
Kompaksi, beban akumulasi sedimen atau material lain menyebabkan hubungan antar butir menjadi lebih lekat dan air yang dikandung dalam ruang pori-pori antar butir terdesak keluar. Dengan demikian volume batuan sedimen yang terbentuk menjadi lebih kecil, namun sangat kompak.
Sementasi, dengan keluarnya air dari ruang pori-pori, material yang terlarut didalamnya mengendap dan merekat (menyemen) butiran sedimen. Material semennya dapat merupakan karbonat (CaCO3), silica (SiO3), oksida (besi) atau mineral lempung. Proses ini menyebabkan porositas sedimen menjadi lebih kecil dari material semula.
![Page 15: Genesa Bahan Galian](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf9c2f550346d033a8f269/html5/thumbnails/15.jpg)
Reristalisasi, saat sedimen terakumulasi, mineral yang kurang stabil mengkristal kembali atau terjadi rekristalisasi, menjadi yang lebih stabil. Proses ini umumnya terjadi pada batu gamping terumbu yang porous. Mineral aragonite (bahan struktur koral hidup), lama-kelamaan berekristalisasi menjadi bentuk polimorfnya, kalsit.
Setelah mengalami perubahan tersebut sedimen menjadi batuan yang bersifat keras dan kompak dari yang semula urai dan lunak.
http://doctorgeologyindonesia.blogspot.jp/2010/05/litifikasi-diagenesa-kompaksi-sementasi.html