geola kelompok pembentukan dasar laut
TRANSCRIPT
MAKALAH MATA KULIAH GEOLOGI LAUT
PEMBENTUKAN DASAR LAUT
Disusun Oleh:
Karina Melias 230210100037
Anisah Qori Afifah 230210110038
Nindita Oriana 230210110039
Armyanda Tussaidah 230210110040
Awal Ahmad Aulia 230210110042
Andi Reiza Juansyah 230210110043
Arnudin 230210110044
Okliandi Saputra 230210110045
Muhammad Tarmidzi 230210110048
Universitas Padjajaran
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Program Studi Ilmu Kelautan
2012
i
KATA PENGANTAR
Assalamuaiakum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini merupakan implementasi dari materi mata kuliah Geologi
Laut dengan judul “Pembentukan Dasar Laut”. Adapun isi dari makalah ini
menjelaskan bagaimana relief atau proses-proses yang terjadi di dasar laut seperti
pembentukan dasar laut, palung laut, gunung laut, dll.
Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen pengajar atas bimbingannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran, kritik dan masukan yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat pada umumnya dan teman-teman.
Jatinangor, November 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Tujuan...........................................................................................................2
1.3. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Laut....................................................................................................3
2.2. Ambang Laut................................................................................................5
2.3. Palung Laut...................................................................................................7
2.4. Gunung Laut.................................................................................................8
2.5. Parit Laut......................................................................................................9
2.6. Punggung Laut...........................................................................................10
2.7. Lubuk Laut.................................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan.....................................................................................................11
3.2. Saran...........................................................................................................12
DAFTAR ACUAN...........................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permukaan bumi ini terdiri dari 70% lautan yang sangat kaya akan sumber
daya alam. Efisiensi dalam pengelolaan sumber daya alam kelautan akan sangat
bergantung pada pengetahuan dan pengertian tentang lautan itu sendiri.
Pengetahuan tentang lautan salah satunya mengenai topografi dasar lautnya.
Bentuk relief (topografi) dasar laut merupakan salah satu kondisi laut yang
begitu unik yang terdiri dari banyak bentukan yang tidak dapat dilihat langsung
secara kasat mata. Topografi laut dari hari ke hari mengalami perubahan yang
tidak terlalu signifikan dikarenakan belum banyak penelitian yang dilakukan di
wilayah laut dikarenakan biaya yang diperlukan tidaklah murah. Dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli selama ini, kita bisa mendapatkan
informasi yang penting bahwa ternyata kondisi di dasar laut ,bentuk relief dasar
laut yang ada sangatlah beragam dan jauh lebih banyak dibandingkan daratan.
Tidak hanya dari segi morfologi saja, tapi jika kita melihat dari segi hubungan
biotik dan abiotiknyapun juga lebih bervariasi.
Proses-proses yang terjadi di dasar laut salah satunya dapat diakibatkan oleh
aliran dan kekuatan gelombang. Gelombang mengangkut bahan kikisan,
mengendapkan muatannya di dasar laut yang membentuk strata sedimen.
Sehingga dari sedimentasi tersebut membentuk morfologi bawah laut, tidak hanya
itu aktifitas kerak bumi yang merupakan lempeng tektonik yang bergerak relatif
juga menyebabkan terbentuknya ciri-ciri khusus dasar laut di mana bentuknya
dapat menjadi beragam. Oleh sebab itu, untuk mempelajari semua itu dibutuhkan
pengetahuan tentang kondisi laut, seperti dasar laut yang dilihat dari topografi dan
proses pembentukannya serta teknologi yang dapat menyajikan kondisi laut
dengan baik.
1
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Geologi Laut , juga bertujuan sebagai berikut :
Mahasiswa mengetahui dan memahami keanekaragaman dan formasi
topografi dasar laut, serta proses-proses pembentukannya
Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan-perbedaan topografi dasar laut
Mahasiswa dapat mengklasifikasi bentuk-bentuk dasar laut
1.3. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah dapat memberikan informasi
mengenai topografi dasar laut dan proses-proses pembentukannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Laut
Dasar laut memiliki relief yang hampir sama dengan relief yang ada di
permukaan Bumi. Seperti halnya relief di daratan yang mempunyai nama-nama
seperti gunung, bukit, lembah, jurang, dan sebagainya. Hal itu juga berlaku bagi
relief di dasar laut dengan penamaan tersendiri. Bedanya bentuk muka bumi di
lautan tidak seruncing dan sekasar relatif di daratan. Keadaan ini akibat dari erosi
dan pengupasan olah arus laut.Penyebab beragamnya bentuk topografi laut
dikarenakan adanya pengaruh pergerakan lempeng tektonik yang dinamis.
Pembentukan topografi dasar laut terbentuk sebagai hasil dari dinamika
bumi / peristiwa gelogi yang terjadi pada wilayah batas kontinen, yaitu:
Transform yaitu mengalami pergeseran dengan arah yang berbeda terjadi pada
wilayah batas kontinen.
Divergen yaitu pergeseran saling menjauh antar batas benua.
Konvergen yaitu pergeseran saling mendekat sehingga terjadi pertumbukan /
zone subduksi.
A. Landas Kontinen/Paparan Benua (Continental Shelf)
Landas kontinen merupakan, merupakan kelanjutan wilayah benua (kontinen).
Kedalamannya ±200 m. Paparan benua ini terdiri dari lereng curam suatu dataran
yang diikuti oleh kenaikan secara mendatar dari dataran itu. Lebar Paparan Benua
sangat bervariasi. Lebar rata-rata Paparan Benua adalah sekitar 80 km (50 mil).
Kedalaman Paparan Benua juga bervariasi, tetapi umumnya terbatas pada air
dangkal dari 150 m (490 kaki). Kemiringannya biasanya cukup rendah, kurang
dari 10o.
Paparan benua merupakan suatu sistem dinamik yang dikontrol oleh tiga
faktor:
laju sedimentasi bahan-bahan yang dari daratan ke laut
3
laju energi yang cukup untuk menggerakkan sedimen ke, di sekitar dan keluar
paparan
erosi dan naik-turunnya muka laut,
Contoh paparan benua adalah Paparan Siberia di Samudera Arktik dan Dangkalan
Sunda.
B. Lereng Benua (Continental Slope)
Lereng benua (continental slope), merupakan kelanjutan dari continental
shelf.Kemiringan lerengnya lebih curam antara 20o sampai 50o. Daerah
continental slope bisa mencapai kedalaman lebih dari 200 meter menukik hingga
sekitar kedalaman 1400 m -3000 m. Lebar dari lereng ini mencapai 100 km.
Karakteristik dasarnya merupakan akumulasi sedimen hasil erosi dari benua.
Continental shelf dan continental slope berbatuan dasar granit, seperti halnya
batuan dasar benua.
C. Dasar Samudera (Ocean Floor)
Dasar Samudra (ocean floor), meliputi :
Deep Sea Plain, yaitu dataran dasar laut dalam dengan kedalaman lebih dari
1000 meter.
The Deep, yaitu dasar laut yang terdalam yang berbentuk palung laut (trog).
Pada ocean floor terdapat relief bentukan antara lain:
1. Gunung laut, Seamount, Guyot
2. Punggung Laut (Ridge/Rise)
3. Ambang Laut (Drempel)
4. Lubuk Laut (Basin/Bekken)
5. Palung Laut (Trog/Trench)
6. Parit Laut
4
2.2. Ambang Laut
Ambang laut atau Drempel adalah pembatas pada dasar laut yang
memisahkan dua laut dalam atau dasar laut yang mencuat dan memisahkan
perairan yang satu dengan perairan lain. Bentuk ambang laut bagai bukit di antara
dua laut dalam. Ambang laut yang terkenal di Indonesia, contohnya Ambang Laut
Sulu, Ambang Laut Sulawesi, dan Ambang Laut Gibraltar.
Kemungkinan terjadinya ambang laut juga merupakan kecenderungan dari
sifat permukaan bumi yang terus-menerus berubah-ubah bentuk. Perubahan
bentuk . tersebut tidak saja terjadi di atas dataran. Namun juga terjadi permukaan
di dasar laut. Semuanya itu menjadi satu kesatuan yang sama-sama dipelajari di
dalam proses tatanan keruangan bumi dan muka bumi.
Sehubungan dengan terbentuknya ambang laut di dasar samudera atau
lautan, biasanya sehubungan dengan yang namanya gerakan massa batuan.
Gerakan massa batuan ini disebut juga sebagai gerakan mass wasting atau mass
movement.
Gerakan massa batuan ini biasanya memang hanya terjadi di dalam perairan.
Umpamanya laut, lautan, danau dan samudera. Karena ada unsur gravitasi serta
sifat kejenuhan air (massa jenuh air). Gerakan massa batuan biasanya dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yakni:
Kemiringan lereng. Pengaruhnya adalah kepada peluang terjadinya gerakan
massa batuan, apabila terdapat kemiringan lereng yang cukup besar.
Relief lokal. Tergantung kepada bentuk relief lokal, apabila terdapat relief
lokal yang rapat semakin mungkin untuk terjadi mass wasting atau gerakan
massa batuan.
Ketebalan hancuran batuan yang terdapat pada batuan dasar. Artinya semakin
tebal maka semakin sangat mungkin terjadinya mass wasting. Ini diakibatkan
karena permukaan yang labil cukup luas.
Ambang laut adalah salah satu fenomena alam yang terbentuk oleh proses
alam. Ambang ini terbentuk dari tenaga yang merupakan kekuatan alam. Ada dua
tenaga yang secara tidak langsung membentuk ambang ini. Yakni tenaga endogen
dan tenaga eksogen.
5
A. Tenaga Endogen
Yang dimaksud dengan tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari
dalam bumi. Biasanya endogen membentuk konfigurasi permukaan bumi. Baik
permukaan yang ada di daratan maupun permukaan bumi yang ada di dasar laut
atau samudera.
Tenaga endogen biasanya memiliki sifat mengubah permukaan bumi menjadi
tidak rata. Dari sinilah terbentuk gunung, lembah, pegunungan, ngarai, sungai dan
danau yang ada di daratan. Juga membentuk palung, lembah laut, serta ambang
laut yang terdapat di wilayah perairan.
Tenaga endogen dalam perwujudannya bisa berupa diastropisme atau
tektonisme (desakan dua tenaga yakni orogenesa dan epirogenesa), gempa serta
vulkanisme (akibat aktivitas letusan gunung berapi). Dengan kekuatannya tenaga
endogen membentuk litosfer atau kulit bumi.
B. Tenaga Eksogen
Ada tenaga endogen, maka ada tenaga eksogen. Tenaga eksogen adalah
tenaga yang berlangsung pada permukaan bumi yang berasal dari luar kulit bumi
(litosfer).
Tenaga eksogen yang bekerja meliputi semua medium alami. Yang mampu
mengikis serta mengangkut material di permukaan bumi. Tenaga ini dapat berupa
pelapukan (baik pelapukan fisik, mekanis, organik, maupun campuran), gerakan
massa batuan, longsor, dan erosi. Tenaga yang menggerakkan dapat berupa air
mengalir, air tanah, gelombang, dan arus tsunami, angin dan gletser.
Sedangkan bila berdasarkan proses yang beraktivitas pada permukaan bumi
dikenal proses fluvial, marin, eolian, glasial, pelapukan dan gerakan massa batuan.
Akibat bekerjanya proses tersebut, maka terjadilah proses gradasi yang terdiri atas
degradasi dan agradasi.
Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi,
sedangkan agradasi menyebabkan penaikan permukaan bumi. Sama seperti tenaga
orogenesa dan epirogenesa pada tenaga endogen.
6
Pada proses degradasi tercakup proses pelapukan, gerak massa batuan dan
erosi. Berlangsungnya proses eksogen tersebut dipengaruhi oleh faktor geologi
(jenis batuan, struktur geologi, sikap perlapisan), iklim, topografi, vegetasi, dan
tanah.
2.3. Palung Laut
Palung laut merupakan relief dasar laut berupa jurang sangat dalam, curam
dan bentuknya menyerupai huruf V. Proses terbentuknya palung berkaitan dengan
gejala pergeseran kerak bumi (gejala tektonis) yang membentuk relief daratan dan
samudera.
Teori yang menjelaskan proses pergeseran kerak bumi disebut teori tektonik
lempeng. Teori ini menjelaskan bahwa pemanasan dari inti bumi secara terus
menerus menyebabkan terjadinya arus panas dari bawah ke atas (arus konveksi)
pada lapisan mantel. Kerak bumi yang terus menerus ditekan oleh arus panas,
lama kelamaan akan melengkung ke atas dan patah. Patahan kerak bumi yang
terapung di atas arus konveksi kemudian bergeser mengikuti gerak arus konveksi.
Lempeng yang bergeser akhirnya akan bertumbukan dengan lempeng yang lain.
Karena tumbukan tersebut, terjadi proses seperti tampak pada gambar 1.
Gambar 1
Lempeng samudera dan benua yang saling bergeser akan saling bertabrakan.
Lempeng samudera yang lebih lunak menghunjam ke bawah lempeng benua
kemudian meleleh dan berubah menjadi magma. Bila tumpukan magma tersebut
7
terus bertambah dan menjadi sangat besar, akhirnya menyebabkan terjadinya hal-
hal sebagai berikut:
Magma akan menerobos lempeng benua diatasnya melalui retakan atau
patahan membentuk deretan pegunungan api.
Bila tumpukan energi di daerah penunjaman sangat besar, maka energi tersebut
akan mampu menggoyang atau menggetarkan lempeng benua dan lempeng
samudera di sekitarnya. Getaran ini disebut gempa bumi tektonik.
Tekanan tenaga ke atas dari magma dan energi yang terkumpul di daerah
penunjaman, akan mampu menekan lapisan kulit bumi sehingga kulit bumi
bisa melengkung atau bahkan patah sehingga terbentuklah patahan dan lipatan.
Gejala ini disebut tektonisme.
Tempat penghujaman lempeng samudera dengan lempeng benua disebut zona
subduksi. Zona ini merupakan sumber gempa bumi tektonik dan disepanjang
zona subduksi terbentuklah palung laut (dasar laut yang sangat dalam dan
curam berbentuk huruf V).
2.4. Gunung Laut
Gunung laut yaitu gunung yang kakinya di dasar laut, sedangkan puncaknya
muncul ke permukaan dan menjadi sebuah pulau. Adapun contohnya : Gunung
Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan berpuncak
runcing serta kemungkinan mempunya tinggi sampai 1 km atau lebih tetapi tidak
sampai ke permukaan laut. Contohnya ialah St. Helena, Azores da Ascension di
laut Atlantik.
Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount
tetapi bagian puncaknya datar, lerengnya curam dan berpuncak runcing yang
ketinggiannya tidak mencapai permukaan laut,. Banyak dijumpai di lautan Pasifik.
Seamounts dan Guyots adalah gunung berapi yang telah dibangun dari dasar
laut, kadang-kadang ke permukaan laut atau di atas. Guyots adalah seamounts
yang telah dibangun di atas permukaan laut. Erosi oleh gelombang
menghancurkan puncak gunung bawah laut yang dihasilkan dalam bentuk pipih.
Karena pergerakan dasar laut jauh dari pegunungan laut, dasar laut secara
8
bertahap tenggelam dan guyots rata terendam menjadi bawah rata-atasnya puncak.
Kita tahu bahwa puncak guyots dulunya di permukaan karena mengandung bukti
fosil seperti terumbu karang yang hanya hidup di perairan dangkal. Seamounts
sebaliknya merupakan gunung berapi yang tidak mencapai permukaan laut
sehingga puncak mereka tetap utuh dan berbentuk seperti gunung berapi di darat.
Di Daerah pemekaran samudra terjadi proses keluarnya material dari mantel
atas yang keluar seperti keluarnya gelembung air pada saat mendidih. Arus
berputarnya ini disebut arus konveksi. Persis arus air ketika merebus air. Kalau
merebus air yang keluar itu gelembung udara, tetapi ini yang keluar material dari
lapisan mantel atas yang cair. Kerak samudra selalu bertambah atau bergerak
karena ada pembentukan kerak baru pada zona pemekaran samudra.
Pada saat keluar tentusaja ada yang berukuran besar dan membentuk sebuah
gunung api bawah laut.
Gunung api bawah laut ini terbentuk diatas kerak samodra dan terus terbawa
oleh kerak samodra menuju zona penunjaman disebelah kanan.
Semakin jauh dari zona pemekaran, tentusaja material mantel yang cair dan
panas ini kehilangan suhunya. sehingga membentuk seamount atau gunung laut
yang seringkali berupa gundukan yang tidak lagi berupa gunung api yang aktif.
Ketika mendekati zona penunjaman tentusaja bagian atas dari kerak samodra
ini akan bergesekan dengan kerak benua. Gesekan ini menimbulkan panas dan
sering menyebabkan batuan pembentuk kerak samodra ini meleleh. Batuan
yang meleleh dan cair ini akan keluar membentuk gunung api seperti yang kita
lihat di rentetan Gunung Api sepanjang bagiam barat Sumatra, hingga bagian
selatan Jawa. Termasuk Gunung Merapi, Semeru dan gunung api yang lain
yang masih aktif.
2.5. Parit Laut
Parit laut adalah bentukan dasar laut yang terjadi akibat masuknya satu
lapisan/lempeng benua ke bawah lapisan/lempeng benua yang lain. Proses
terjadinya adalah parit laut terbentuk dari formasi geologi pada bagian terdalam
dari laut akibat pergerakan lempeng tektonik.
9
Ketika suatu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua,
lempeng ini masuk ke lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian
meleleh. Pada lapisan litosfer tepat di atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi
(volcanic mountain range). Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi
penunjaman, terbentuklah parit samudra (oceanic trench).
2.6. Punggung Laut
Punggung Laut atau punggung bukit lautan adalah rangkaian perbukitan di
dalam laut dan kadang-kadang muncul di permukaan laut yang mirip tanggul
raksasa. Panjangnya bisa ribuan kilometer. Punggung laut dibatasi oleh laut dalam
di kanan kirinya. Punggung laut terjadi karena tenaga endogen yang berupa proses
tekanan vertikal, pada batas pergerakan akan terbentuk kerak bumi yang baru
karena naiknya materi dari lapisan mantel (magma) ke permukaan bumi dan
membeku sehingga membentuk punggung laut. Contohnya adalah Punggung Laut
Sibolga dan Punggung Laut Snehus.
2.7. Lubuk Laut (Basin/ Bekken)
Lubuk laut atau basin / bekken adalah cekungan di dasar laut berbentuk
bulat atau lonjong (oval). Basin terjadi akibat pemerosotan dasar laut. Proses
pembentukan lubuk laut sama dengan palung laut, hanya berbeda pada bentuknya
saja, yaitu bentuknya yang membulat dan kedalamannya juga lebih dari 5.000
meter. Misalnya, Lubuk Laut Sulu dan Lubuk Laut Banda
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Relief dasar laut adalah perbedaan tinggi rendahnya permukaan dasar laut.
Berikut adalah beberapa istilah yang berkaitan dengan relief dasar laut:
Paparan/continental shelf
Paparan benua (continental shelf) merupakan kelanjutan wilayah benua
(kontinen). Kedalamannya ±200 m. Contohnya Dangkalan Sunda antara
Kalimantan, Jawa, dan Sumatera yang berkedalaman ± 40 – 45 meter. Daerah
tebing paparan benua disebut tebing benua/kontinen.
Punggung laut (ridge/rise)
Punggung laut atau punggung bukit lautan, adalah bentukan di dasar laut yang
mirip tanggul raksasa. Panjangnya bisa ribuan kilometer. Punggung laut
dibatasi oleh laut dalam di kanan kirinya.Punggung laut yang berlereng curam
disebut ridge, sedangkan yang berlereng landai disebut rise.
Gunung laut
Gunung laut adalah bagian yang berdiri sendiri, dan kakinya mulai dari dasar
laut. Puncak gunung dapat muncul ke permukaan air. Contohnya Gunung
Krakatau di Selat Sunda.
Ambang Laut
Ambang laut atau Drempel adalah pembatas pada dasar laut yang memisahkan
dua laut dalam atau dasar laut yang mencuat.
Palung Laut (Trench / trog)
Palung adalah dasar laut sangat dalam dan berdinding curam, yang semakin ke
dasar semakin menyempit. Palung sempit dan tidak terlalu curam disebut
trench, sedangkan jika lebih lebar dan curam disebut trog. Kedalaman palung
bisa mencapai ± 7.000 – 11.000 meter.
Parit laut
Parit laut adalah bentukan dasar laut yang terjadi akibat masuknya satu
lapisan/lempeng benua ke bawah lapisan/lempeng benua yang lain.
11
Lubuk Laut
Lubuk laut atau basin / bekken adalah cekungan di dasar laut berbentuk bulat
atau lonjong (oval)
3.2. Saran
Kurangnya penjelasan teori di dalam kelas mengenai pembentukan dasar laut, sehingga diharapkan untuk pembuatan makalah ke depannya penjelasan teori di dalam kelas dapat diperjelas atau diperbanyak lagi. Sedikit atau terbatasnya literatur yang diperoleh mahasiswa, sehingga diharapkan agar di kampus untuk memperbanyak buku referensi mengenai geologi laut agar literatur yang kami peroleh tidak hanya dari internet dan jurnal.
12
DAFTAR PUSTAKA
W. Dewi. Proses Terjadinya Palung Laut. 2012. www. pinterdw.blogspot.com
Stern, R. J. Subduction Zones Reviews of Geophysics. 2002. 40 (4): 1012–1049.
Wiwin. Materi Oceanografi Sifat Fisis. 2012. www.
wiwinsparkling.blogspot.com
Fadilah Saeful. Bentuk Muka Bumi dari Bentuk Patahan dan Lipatan.
www.slideshare.net
Ahira Anne. Ambang Laut. www.anneahira.com
Anonymous. Pengertian Punggung Laut. 2012.
www.fourseasonnews.blogspot.com
Jupri. Ocean Floor. 2012. www.juprimalino.blogspot.com
Aswinana. Guyot dan Seamount. 2009. www.aswinana.wordpress.com
13