geologi lingkungan untuk tata ruang pasca tambang maros

Upload: phillip-morris

Post on 10-Oct-2015

66 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Geologi Lingkungan Untuk Tata Ruang Pasca Tambang Maros

TRANSCRIPT

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    PENYELIDIKAN GEOLOGI LINGKUNGANUNTUK ARAHAN TATA RUANG LAHAN PASCA TAMBANG

    DAERAH KABUPATEN MAROS, PROVINSI SULAWESI SELATAN

    Oleh :Ediwan.A.Syarief dan Roni Alfian

    SARI

    Kabupaten Maros terletak pada bagian pesisir barat Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya pada posisi 40 40 -50 11 Lintang Selatan dan 1190 30 - 1200 02 Bujur Timur, terletak pada ketinggian antara 0 - 1600 m diatas permukaan laut. Di sebelah utara, Kabupaten Maros berbatasan dengan Kabupaten PangkajeneKepulauan, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone, sebelah selatan berbatasan denganMakasar dan Kabupaten Gowa, serta di sebelah Barat berbatasan langsung dengan perairan Selat Makassar.

    Penambangan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan dilakukan baik secara resmi (berizin) olehperusahaan swasta maupun secara tidak resmi (tidak berizin) oleh rakyat yang dikenal dengan istilahtambang inkonvensional (TI).

    Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mendapatkan berbagai data dan informasi kondisi geologilingkungan pada daerah kegiatan penambangan dan lahan pasca penambangan yang tidak direklamasidan terlantarkan. Adapun tujuannya adalah memberikan arahan tata cara reklamasi dan pengelolaanlingkungan yang baik dan benar sehingga lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan kembali untukberbagai keperluan. Disamping itu untuk memberikan masukan kepada pemerintah daerah mengenaiarahan penataan ruang/penggunaan lahan pasca penambangan ditinjau dari aspek geologilingkungan.

    1.PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangDi Indonesia banyak lahan bekas tambang,baik tambang berizin ataupun tanpa izin, yangtidak direklamasi kembali atau usaha reklamasitelah dilakukan namun belum optimal. Hal inimenyebabkan lahan bekas tambang tersebutkurang dapat dimanfaatkan kembali secaraoptimal. Karena para penambang dianggapsulit untuk dapat melaksanakan reklamasi, sukaatau tidak suka, kewajiban untuk mereklamasilahan bekas tambang ini menjadi kewajibanpemerintah daerah setempat yang tentunyaakan menyulitkan pemerintah daerah karenareklamasi membutuhkan pengetahuan teknisdan biaya yang tidak sedikit. Idealnya penataanruang lahan bekas tambang memerlukanpendekatan multi disiplin secara terpadu. Salahsatu aspek yang diperlukan adalah aspekgeologi lingkungan.Dari berbagai data dan informasi yangdiperoleh, di wilayah Kabupaten Maros,Provinsi Sulawesi Selatan terdapat banyakkegiatan penambangan yang pada umumnyatidak atau belum melakukan reklamasi lahanpasca tambang dan telah banyak pula yangtelah menimbulkan dampak negatif terhadaplingkungan.

    1.2. Maksud dan TujuanPenyelidikan ini dimaksudkan untukmendapatkan berbagai data dan informasikondisi geologi lingkungan pada daerahkegiatan penambangan dan lahan pascatambang yang tidak direklamasi danterlantarkan.Adapun tujuannya adalah memberikan arahantata cara reklamasi dan pengelolaanlingkungan yang baik dan benar sehinggalahan bekas tambang dapat dimanfaatkankembali untuk berbagai keperluan. Disampingitu untuk memberikan masukan kepadapemerintah daerah mengenai arahan penataanruang/penggunaan lahan pasca tambangtersebut ditinjau dari aspek geologilingkungan.1.3. LokasiWilayah Kabupaten Maros terletak padabagian pesisir barat Provinsi Sulawesi Selatan,tepatnya pada posisi 40 42 51 LS - 50 13 5LS dan 1190 27 35 BT - 1190 58 14 BT,terletak pada ketinggian yang berkisarantara 0 - 1600 m di atas permukaan laut. Disebelah utara berbatasan dengan KabupatenPangkajene Kepulauan, di sebelah Timurberbatasan dengan Kabupaten Bone, sebelahselatan berbatasan dengan Makasar dan

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    Kabupaten Gowa, serta di sebelah Baratberbatasan langsung dengan perairan SelatMakassar.2. METODA PENYELIDIKANMetoda Pengumpulan DataData yang diperlukan dalam penyelidikan iniadalah berupa data sekunder dan data primer.Data sekunder berupa peta topografi, petageologi, literatur dan peta-peta lainnya (petahidrogeologi, peta geologi teknik, potensibahan galian, tata guna lahan, dan lain-lain).Data primer yang diambil dari lapangan adalahpengamatan morfologi dan kemiringan lereng,pengamatan geologi, pengamatan lahan bekastambang dan pengambilan contoh tanah tidakterganggu untuk dianalisis dilaboratorium.Pengujian yang dilakukan di laboratoriummekanika tanah dan batuan terhadap contohtanah tak terganggu. Sebagian pengujianmengacu kepada metoda American Society forTesting and Materials Standards (ASTM, 1993)Metoda Analisis DataUntuk menganalisis kemantapan lereng danmendapatkan angka stabilitas setiap litologi disekitar daerah bekas penambangan dilakukananalisis kestabilan lereng mempergunakanmetoda Bishop jenis gerakan tanah rotasidengan bantuan program Stabil 23.Cara analisis yang dibuat oleh Bishop (1955)menggunakan cara potongan (element) yangmengasumsikan bahwa gaya-gaya bekerja padatiap potongan.3. Kondisi DaerahMorfologiKabupaten Maros dapat dikelompokan menjadi3 (tiga) satuan geomorfologi yaitu : SatuanGeomorfologi Perbukitan, Satuan GeomorfologiPerbukitan Karst, dan Satuan geomorfologiPedataran : Satuan geomorfologi pedataran terletak di

    bagian barat menyebar ke arah utara-selatan, menempati sekitar 25%, dicirikanoleh bentuk topografi datar, kemiringanlereng 0 2%, relief rendah dan teksturtopografi halus.

    Satuan geomorfologi Perbukitanmencapai 60% dari luas daerahpenyelidikan. Geomorfologi ini dicirikandengan bentuk relief dan teksturtopografi halus-sedang, kemiringanlereng 15 % - 30 %,

    Satuan geomorfologi perbukitan karstterletak di bagian tengah dan utara,menyebar ke arah utara selatan, luaspenyebaran mencapai 15% dari luasdaerah penyelidikan dicirikan olehbentuk topografi relief tinggi, kemiringanlereng rata-rata lebih dari 15 %, dansebagian berupa dataran.

    LitologiBerdasarkan peta geologi lembar UjungPandang, Benteng, Sinjai, Pangkajene danWatampone Bagian Barat, Sulawesi, skala 1 :250.000, Oleh Rab Sukamto dan S. Supriatna.(1982) daerah penyelidikan disusun olehbeberapa formasi dan satuan batuan yaitu:

    Formasi Balangbaru terdiri atasperselingan antara serpih denganbatu pasir, batulanauan dan batulempung

    Batuan gunung api terpropilitkanyang terdiri dari breksi dan lava.

    Batuan Formasi Mallawa terdiri atasbatu pasir kuarsa, batulanau, batulempung dan konglomerat, dengansisipan atau lensa batubara.

    Batuan sedimen laut Formasi Camba(Tmc), terdiri dari perselinganantara batuan sedimen denganbatuan gunung api, yaitu : batu pasirtufaan berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau dan batu lempung.

    Batuan gunung api Formasi Camba(Tmcv) terdiri dari breksi, lava dankonglomerat. Breksi dankonglomerat terdiri dari fragmenandesit dan basal, matriks dan semendari tufa halus hingga tufa pasiran.

    Batuan gunung api Baturappe-Cindako, terdiri dari lava (Tpbl) danbreksi gunung api (Tpbv), bersisipantufa dan konglomerat.

    Satuan endapan terdiri atas endapanaluvium pantai dan endapan aluviumsungai.

    Batuan terobosan yang terdiri dariBatuan granodiorit, Batuan andesit,diorit Batuan beku trakit dan basalpiroksin.

    4. Analisis/Evaluasi Arahan Tata PadaLahan Bekas Penambangan

    Penyelidikan geologi lingkungan untuk arahantata ruang lahan meliputi kajian / evaluasiaspek - aspek geologi lingkungan seperti: aspekmorfologi/topografi, aspek tanah/batuan, aspek

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    keairan, dan aspek kebencanaan (kendala)geologi.Hasil penyelidikan ini menunjukkankarakteristik geologi lingkungan lahan yangberagam. Dalam kaitannya denganperencanaan peruntukan lahan, karakteristikgeologi lingkungan ini ada yang bersifatsebagai faktor pendukung dan ada juga yangbersifat sebagai faktor kendala/pembatas.Aspek yang bersifat sebagai faktor pendukungadalah berupa kestabilan/kemantapan lahandan sumber daya, sedang faktor pembatasadalah berupa aspek kebencanaan/kendalageologi.Di wilayah Kabupaten Maros beberapa lahanbekas tambang, seperti di Desa Sabila,Kecamatan Mallawa belum dilakukanreklamasi secara memadai. Lahan yangmendapat material urugan, pola drainasenyatidak tertata sesuai drainase sekitarnya,materialnya tidak dipadatkan, rawan erosi dangerakan tanah.Berdasarkan pertimbangan seperti tersebutdiatas, berikut akan diuraikan arahan tataruang pasca penambangan dari ketiga lokasiterpilih sebagai berikut:4.1 Arahan Tata Ruang Pasca Tambang

    Pasir Kuarsa di Desa SabilaMerupakan lahan bekas tambang pasir kuarsa PT.Bina Patra Manunggal seluas 8 Ha dari 10 Haluas lahan penambangan yang dimiliki oleh.Morfologi pebukitan bergelombang lemah sampaiPerbukitan, kemiringan lereng > 15 %,ketinggian medan 392 m dpl.

    Batuan dasarnya berupa batugamping pejal,bioklastik, kalkarenit, koral dan kalsirudit bersisik.Mata air yang mengalir dilokasi penambanganmerupakan sumber daya air yang cukuppotensial di lokasi ini. Kebencanaan/kendalageologi yang dijumpai hanya erosi permukaandan longsoran kecil pada tanah timbun yangbelum terkonsolidasi.Upaya reklamasi yang harus dilakukan di DesaSabila sebelum dilakukan arahan tata ruanglahan adalah :

    Penataan geometris lereng,diantaranya membentuk teraseringdengan tinggi jenjang teras < 5 m,sudut kemiringan jenjang maksimal30, dan lebar bidang olah/datar 5 10 m, serta di kaki teras bagian bawahdibuatkan saluran drainase pembuangair hujan di setiap kaki jenjang yang

    alirannya diarahkan ke kolampengendap lumpur.

    Penebaran tanah pucuk di seluruhpermukaan hasil reklamasi tebalnya 30 40 Cm sebagai media tumbuh untuktanaman.

    Segera melakukan penanaman pohonyang telah ditetapkan sesuai rencana,sedangkan permukaan tanahnyaditanami dengan jenis rumputpelindung agar terbebas dari kikisanerosi air, sedangkan tanaman kerasdapat ditanam pada bidang datar/olahseperti albasia, mahoni, sungkai, dlldengan jarak tanam 4 x 4 m.

    Untuk memperkuat bibir teras danpinggir saluran air agar ditanamirumput Vetier atau pun rumput gajah.

    Setelah upaya reklamasi dilakukan, maka dapatdilakukan arahan tata ruang lahan pascapenambangan berdasarkan pertimbangankarakteristik geologi lingkungan bekastambang pasir kuarsa di Desa Sabila cukupbaik bila dimanfaatkan sebagai lahan hutanproduksi, perkebunan, pertambangan, sebagaiberikut :Lahan perkebunan, sebaiknya dikembangkanpada lahan bergelombang lemah. Sumberairnya, disamping dari curah hujan juga dapatmemanfaatkan beberapa genangan air lubangbekas penambangan di sekitarnya.4.2 Arahan Tata Ruang Pasca Tambang

    Batubara di Desa TellumpanueLahan bekas tambang CV. Taman Indah initerdapat di bagian utara daerah penyelidikan,luasnya 0,5 Ha yang telah ditambang dari 9Ha luas lahan penambangan batubara.Morfologi pebukitan bergelombang lemahsampai Perbukitan dengan kemiringan lerengsecara umum lebih dari 20 % dan ketinggianmedan 442 sampai 448 m dpl.

    Batuan dasarnya berupa berupa batupasirkuarsa umumnya bersifat rapuh dan kurangkompak, struktur berlapis tipis (laminasi). Padabatulempung dan batulanau mengandung fosilmoluska, sisipan batugamping dan lapisanbatubara dengan ketebalan antara 10 centimetersampai 1,5 meter.

    Potensi airtanah pada wilayah ini termasukkatagori akifer produktivitas sedang kecil.Kebencanaan/kendala geologi yang dijumpaihanya erosi permukaan dan longsoran kecilpada tanah timbun yang belum terkonsolidasi.

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    Upaya reklamasi yang harus dilakukan di DesaTellumpanue sebelum dilakukan arahan tataruang adalah :

    Melakukan pemadatan material tanah diwaste dump dari lapis ke lapis.

    Penataan geometris lereng, diantaranyamembentuk terasering dengan tinggijenjang teras 5 m, sudut kemiringanjenjang maksimal 30, dan lebar bidangolah/datar 5 15 m, serta di kaki terasbagian bawah dibuatkan salurandrainase pembuang air hujan di setiapkaki jenjang yang alirannya diarahkanke kolam pengendap lumpur.

    Penebaran tanah pucuk di seluruhpermukaan hasil reklamasi tebalnya 40 Cmsebagai media tumbuh untuk tanaman.

    Segera melakukan penanaman pohon yangtelah ditetapkan sesuai rencana, sedangkanpermukaan tanahnya ditanami denganjenis rumput pelindung agar terbebas darikikisan erosi air, sedangkan tanaman kerasdapat ditanam pada bidang datar/olahseperti albasia, mahoni, jati, kemiri dlldengan jarak tanam 4 x 4 m.

    Untuk memperkuat bibir teras dan pinggirsaluran air agar ditanami rumput Vetieratau pun rumput gajah.

    Guna menjamin pertumbuhan tanamandengan baik, lapisan tanah perlu diberikapur dan pupuk fospat alam denganukuran 1 Ton/Ha dan pupuk NPKsebanyak 200 Kg/Ha.

    Dengan mempertimbangkan karakteristikgeologi lingkungan, lahan bekas tambangbatubara di daerah ini cukup baik biladimanfaatkan sebagai lahan, lahan perkebunan,pertanian, dan hutan produksi.

    4.3 Arahan Tata Ruang Pasca TambangTanah Urug di Desa Damai.

    Lahan bekas galian tanah urug terdapat di bagianbarat desa Damai luasnya 2 Ha. Morfologidataran hingga bergelombang lemah dengankemiringan lereng kurang dari 5 %, ketinggianantara 19 m - 22 m dpl.Batuan penyusun adalah batu lempung, batu lanaudan batu pasir yang bersifat padat dan relatifkedap air.Potensi air tanah termasuk akuifer produktifsedang-kecil. Kebencanaan/kendala geologi yangdijumpai adalah erosi permukaan dan longsorankecil pada tanah timbun yang belumterkonsolidasi.

    Upaya reklamasi yang harus dilakukan di DesaDamai sebelum dilakukan arahan tata ruangadalah : Penataan geometris kolam, diantaranya

    membentuk terasering dengan tinggijenjang teras 3 m, sudut kemiringanjenjang maksimal 30.

    Penebaran tanah pucuk di seluruh permukaanhasil reklamasi tebalnya 40 Cm sebagaimedia tumbuh untuk tanaman.

    Segera melakukan penanaman pohon yangtelah ditetapkan sesuai rencana, sedangkanpermukaan tanahnya ditanami dengan jenisrumput pelindung agar terbebas dari kikisanerosi air, sedangkan tanaman keras dapatditanam pada bidang datar seperti albasia,mahoni, sungkai, bambu dll dengan jaraktanam 4 x 4 m.

    Untuk memperkuat bibir teras dan pinggirsaluran air agar ditanami rumput Vetier ataupun rumput gajah.

    Guna menjamin pertumbuhan tanamandengan baik, lapisan tanah perlu diberi kapurdan pupuk fospat alam dengan ukuran 1Ton/Ha dan pupuk NPK sebanyak 200Kg/Ha.

    Setelah upaya reklamasi dilakukan, maka dapatdilakukan arahan tata ruang lahan pascapenambangan berdasarkan pertimbangankarakteristik geologi lingkungan di DesaDamai, dapat dimanfaatkan sebagai lahanpermukiman, kolam budidaya ikan air tawar,dan pertanian.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Dari uraian di muka dapat disimpulkan sebagaiberikut:

    Di Kabupaten Maros terdapat 3 jenis kegiatanpenambangan, yaitu penambangan pasirkuarsa, panambangan batu bara danpenambangan tanah urug.

    Lahan bekas penambangan iniumumnya berupa lahan timbunan dangenangan-genangan (lubang berair).

    Morfologi lahan bekas penambanganumumnya berupa dataran hinggabergelombang lemah, batuan dasarpenyusun terdiri dari batu lempung dan,tanah penutupnya berupa pasirlempungan mengandung kuarsa.

    Genangan (lubang berair) merupakansumber daya air cukup potensial padalahan-lahan bekas penambangan.

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    Gam

    bar

    1. P

    eta

    Ara

    han

    Peng

    guna

    an L

    ahan

    Pas

    ca P

    enam

    bang

    an T

    anah

    Uru

    g

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    Gam

    bar

    2. P

    eta

    Ara

    han

    Peng

    guna

    an L

    ahan

    Pas

    ca P

    enam

    bang

    an B

    atub

    ara

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    Kebencanaan/kendala geologi berupaerosi permukaan pada tanah timbunandan longsoran kecil pada dinding lubangpenambangan yang agak terjal.

    Berdasarkan pertimbangan karakteristikgeologi lingkungan, lahan bekas

    penambangan silika di Desa Sabilacukup baik bila dimanfaatkan sebagailahan hutan produksi, perkebunan,pertambangan, lahan bekas tambangbatu bara di Desa Tellumpanue dapatdimanfaatkan sebagai kawasan lahanperkebunan, pertanian, dan hutanproduksi, sedangkan lahan bekaspenambangan tanah urug di DesaDamai, dapat dimanfaatkan sebagailahan permukiman, kolam budidayaikan air tawar, dan pertanian.

    Saran

    1. Kegiatan penambangan sebaiknyadilakukan pada tempat-tempat telahditentukan sebagai kawasan pertambangan.Pertambangan oleh rakyat sangat perluditertibkan dengan membentuk wilayahpertambangan rakyat (WPR) supayapengendalian dan pengontrolan mudahdilakukan.

    2. Model arahan tata ruang lahan pascapenambangan ini diharapkan dapatdipergunakan oleh pemerintah daerahmaupun para pengusaha pertambangansebagai salah satu acuan dalampengelolaan lahan pasca penambangan dilokasi-lokasi yang lain.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. -------------, 2003, Badan Pusat Statistik (BPS)Kabupaten Maros, Kabupaten MarosDalam Angka Tahun 2003. PemdaKabupaten Maros.

    2. -------------, 2001, Penyelidikan PengelolaanGeologi Lingkungan pada Tahap PascaPenambangan Batubara dalam RangkaPemanfaatan Lahan Bekas Tambang diKabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.DTLGKP Bandung.

    3. Dhadar, R.J., ---------- Eksplorasi EndapanBahan Galian, G.S.B., Bandung.

    4. Khalil, 1995, Laporan EksplorasiPendahuluan Bahan Galian Pasir KuarsaDaerah Uludaya Kabupaten Maros,Sulawesi Selatan.Ujungpandang.

    5. RAB Sukamto dan S. Supriatna, 1982. PetaGeologi Bersistem Lembar Pangkajenedan Camba, Ujung Pandang, Malino,Sulawesi Selatan, Skala 1 : 250.000,PPPG Bandung.

    6. Supriatna, 1997. Bahan Galian Industri.PPTM, Bandung.

    7. Wijaya, S, dkk, 1994, Penyelidikan GeologiTerpadu Kabupaten Daerah Tingkat IIMaros, propinsi Sulawesi Selatan, UjungPandang.

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    8