geopolitik nasional indonesia
DESCRIPTION
Tugas MakalahTRANSCRIPT
GEOPOLITIK NASIONAL INDONESIA
KEWARGANEGARAAN
DOSEN PEMBIMBING KHAMIM, S.HI, S.H, M.H.
Disusun oleh :
KELOMPOK X
Rusdiman 4201314044
Lutfiyah 4201314014
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
JURUSAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
1A ASP
D IV Th 2013/2014
KATA PENGANTARAssalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, dan karunia-Nya yang telah memberikan kami nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’ GEOPOLITIK NASIONAL INDONESIA‘’
Kemudian Shalawat beserta Salam tidak lupa kami panjatkan kepada Nabi besar junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah KEWARGANEGARAAN di jurusan AKUNTANSI prodi ASP . Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak KHAMIM, S.HI, S.H, M.H selaku dosen pembimbing mata kuliah KEWARGANEGARAAN dan kepada segenap pihak yang telah memberikan sumber refrensi dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak memiliki kekurangan dalam penulisannya, baik dari materi maupun teknik penyajiannya.Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapakan,
Wabillahi Taufik Walhidayah Tsummassalamu’alaikum WarahmatullahiWabarakatuh.
Pontianak, 29 Oktober 2013
i
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Geopolitik ............................................................................................. 3
B. Geopolitik Indonesia ............................................................................................... 7
1. Wawasan Nasional ........................................................................................... 7
2. Wawasan Nusantara ......................................................................................... 7
3. Kedudukan Wasan Nusantara ........................................................................... 11
4. Wajah Wawasan Nusantara .............................................................................. 11
C. Implementasi Wawasan Nusantara ......................................................................... 12
1. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila .............................. 12
2. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Pembangunan Nasional ..................... 12
3. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Kewilayahan ...................................... 13
4. Tantangan Bangsa Indonesia Akibat Deklarasi Juanda .................................... 17
D. Geopolitik dan Hukum Kewilayahan...................................................................... 17
1. Hukum Laut dan Perkembangannya ................................................................. 17
2. Beberapa Perhatian Manusia terhadap Laut .................................................... 20
3. Hukum Dirgantara dan Perkembangan ............................................................. 21
4. Geostationery Satelite Orbit (GSO) .................................................................. 22
5. Wilayah Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia ................................. 22
E. Geopolitik dan Otonomi Daerah ............................................................................. 23
1. Hakikat Otonomi Daerah ................................................................................. 23
2. Undang- Undang Pelaksanaa Otonomi Daerah ................................................ 24
3. Pembagian Daerah ............................................................................................ 24
ii
4. Sumber Penerimaan Pelaksanaan Desentralisasi .............................................. 24
5. Rencana Tata Ruang ......................................................................................... 25
6. Daerah Frontier ................................................................................................. 25
7. Pendaftaran Wilayah Maritim ( Marine Cadastre) .......................................... 26
8. Upaya Menghadapi Geopolitik dan Geostrategi Negara Jiran ......................... 26
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ...................................................................................................... 28
B. SARAN & PENDAPAT.......................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara bagaikan suatu organisme. Ia tidak bisa hidup sendiri. Keberlangsungan
hidupnya ikut dipengaruhi oleh negara-negara lain, terutama Negara-negara tetangga atau
negara yang berada dalam satu kawasan dengannya. Untuk itulah diperlukan satu sistem
perpolitikan yang mengatur hubungan antar negara-negara yang letaknya berdekatan diatas
permukaan bumi ini. Sistem politik tersebut dinamakan Geopolitik yang mutlak dimiliki dan
diterapkan oleh setiap Negara di sekitanya tak terkecuali Indonesia. Indonesia pun harus
memiliki sistem Geopolitik yang cocok diterapkan dengan kondisi kepulauannya yang unik
dan letak geografis negara Indonesia diatas permukaan planet bumi.
Geopolitik Indonesia tiada lain adalah wawasan nusantara. Wawasan nusantara tidak
mengandung unsur-unsur kekerasan, cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi pancasila dan UUD 1945 yang
merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan bermartabat serta
menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaanya dalam mencapai tujuan nasional. Wawasan
nusantara juga sering dimaknai sebagai cara pandang, cara memahami, cara menghayati, cara
bertindak, berfikir dan bertingkah laku bagi bangsa Indonesia sebagai hasil interaksi proses
psikologis.
Konsep Wawasan Bangsa tentang wilayah mulai dikembangkan sebagai ilmu pada
akhir abad XIX dan awal abad XX dan dikenal sebagai Geopolitik, yang pada mulanya
membahas geografi dari segi politik negara (State). Selanjutnya berkembang konsep politik
dalam arti distribusi kekuatan pada hamparan geografi negara, sehingga tidaklah berlebihan
bahwa geopolitik sebagai ilmu “baru” dicurigai sebagai upaya pembenaran pada kosepsi
ruang (Sunardi. 2004 : 157). Oleh karena itu dalam membahas masalah Wawasan Nasional
bangsa, disamping membahas sejarah terjadinya konsep Wawasan Nasional akan dibahas pula
teori Geopolitik dan Implementasinya pada negara kita.
1
B. Rumusan Masaalah
1. Apa pengertian Geopolitik itu sendiri ?
2. Bagaimanakah kedudukan Wawasan Nusantara sebagai Landasan Geopolitik
Indonesia ?
3. Bagaimanakah Penerepan Wawasan Nusantara di Indonesia ?
4. Bagaimana Hukum Kewilayahan di Indonesia ?
5. Apa hubungan Geopolitik dengan Otonomi Daerah ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Geopolitik itu sendiri.
2. Untuk mengetahui kedudukan Wawasan Nusantara sebagai Landasan Geopolitik
Indonesia.
3. Untuk mengetahui Penerapan Wawasan Nusantara di Indonesia.
4. Untuk mengetahui bagaimana Hukum Kewilayahan di Indonesia.
5. Untuk mengetahui hubungan Geopolitik dan Otonomi Daerah di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Geopolitik
Kata geopolitik berasal dari kata geo dan politik. “Geo” berarti bumi dan “Politik”
berasal dari bahasa Yunani politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara)
dan teia yang berarti urusan. Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian
asas (prinsip), keadaan, cara, danalat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan
tertentu. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan
umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan,
jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki.
Secara umum Geopolitik adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri, lingkungan, yang berwujud Negara kepulauan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Berikut beberapa pendapat dari pakar-pakar Geopolitik Dunia :
1. Pandangan Ajaran Frederich R (1844-1904)
Pada abad ke-19 Frederich Ratzel merumuskan untuk pertama kalinya Ilmu Bumi Politik
sebagai hasil penelitiannyayang ilmiah dan universal.Pokok-pokok ajaran Frederich Ratzel
adalah:
Dalam hal-hal tertentu pertumbuhan Negara dapat dianalogikan dengan
pertumbuhan organism yang memerlukan ruang lingkup, melalui proses lahir,
tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, menyusut dan mati.
Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik
dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang tersebut,makin besar
kemungkinan kelompok politik itu tumbuh.
Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas
dari hukum alam.Hanya bangsa yang unggul saja yang dapat bertahan hidup
terus dan langgeng.
Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin besar kebutuhannya akan
sumber daya alam. Apabila wilayah hidup tidak mendukung bangsa tersebut
akan mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan alam diluar wilayahnya
(ekspansi).
3
Hal ini melegitimasikan hukum ekspansi yaitu perkembangan atau dinamika budaya
dalam bentuk gagasan,kegiatan(ekonomi,perdagangan, perindustrian) harus diimbangi oleh
pemekaran wilayah,batas-batas suatu Negara pada hakikatnya bersifat sementara. Apabila
ruang hidup Negara sudah tidak dapat memenuhi keperluan, ruang itu dapat diperluas dengan
mengubah batas-batas Negara baik secara damai maupun melalui jalan kekerasan atau perang.
Ilmu bumi politik berdasarkan aaran Ratzel tersebut justru menimbulkan dua aliran, dimana
yang satu berfokus pada kekuatan di darat, sementara yang lainnya berfokus pada kekuatan di
laut. Ratzel melihat adanya persaingan antara kedua aliran itu,sehingga ia mengemukakan
pemikiran yang baru,yaitu dasar-dasar suprastruktur geopolitik kekuatan total/ menyeluruh
suatu negara harus mampu mewadahi pertumbuhan kondisi dan kedudukan geografinya.
Pemikiran Ratzel menyatakan bahwa ada kaitan antara struktur atau kekuatan politik serta
geografi dan tuntutan perkembangan atau pertumbuhan Negara yang dianalogikan dengan
organisme.
2. Pandangan Ajaran Rudolf Kjellen (1864-1922)
Kjellen melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori organisme. Kjellen menegaskan
bahwa Negara adalah suatu organisme yang dianggap sebagai “prinsip dasar”. Pokok ajaran
Kjellen adalah :
Negara merupakan satuan biologis, suatu organisme hidup yang memiliki
intelektual. Negara di mungkinkan untuk memperoleh ruang yang cukup luas agar
kemampuan dan kekuatan rakyatnya dapat berkembang secara bebas.
Negara merupakan suatu system politik/pemerintahan yang meliputi bidang-bidang
geopolitik, ekonomi politik, demo politik, sosial politik dan politik memerintah.
Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar. Ia harus mampu
berswasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan teknologi untuk
meningkatkan kekuatan nasionalnya: ke dalam, untuk memperoleh batas-batas
Negara yang lebih baik. Sementara itu, kekuasaan imperium kontinental dapat
mengontrol kekuatan di laut.
3. Pandangan Ajaran Karl Haushofer (1869-1946)
Haushofer yang pernah menjadi atase militer di Jepang meramalkan bahwa Jepang
akan menjadi negara yang jaya di dunia. Untuk men-jadi jaya bangsa harus mampu benua-
4
benua di dunia. Ia berpen-dapat bahwa pada hakikatnya dapat dibagai atas empat kawasan
benua (Pan Region) dan dipimpin oleh negara unggul. Teori Ruang dan Kekuatan, merupakan
hasil penelitiannya serta dikenal pula sebagai Teori Pan Regional :
1.) Lebensraum (ruang hidup) yang “cukup”
2.) Autarki (swasembada).
3.) Dunia dibagi 4(empat) Pan Region, tiap region dipimpin satu bangsa (nasion)
yang unggul. Pan region : Pan Amerika, Pan Asia Timur, Pan Rusia India, Pan
Eropa Afrika. Dari pemba-gian daerah inilah kita dapat segera tahu percaturan
politik masa lalu dan masa depan.
Pengaruh Haushofer menjelang Perang Dunia II sangat besar di Jerman maupun di
Jepang. Semboyan Macht und Erde di Jerman serta doktrin Fukoku Kyohei melandasi
pembangunan kekuatan angkatan perang kedua negara menjelang Perang Dunia II.
Rumusan ajaran Haushofer lainnya adalah sebagai berikut: Geopolitik adalah doktrin
Negara yang menitikberatkan soal-soal strategi perbatasan. Ruang hidup bangsa dan tekanan-
tekanan kekuasaan dan social yang rasial mengharuskan pembagian baru kekayaan alam di
dunia. Pokok-pokok teori Karl Haushofer pada dasarnya menganut teori Rudolf Kjellen dan
bersifat ekspansif.
4. Pandangan Ajaran Sir Halford Mackinder (1861-1947)
Teori ahli geopolitik ini pada dasarnya menganut “konsep kekuatan” dan mencetuskan
wawasan benua, yaitu konsep kekuatan di darat. Ajarannya menyatakan barang siapa dapat
menguasai “Daerah Jantung” yaitu Eurasia (Eropa dan Asia) ia akan dapat menguasai “Pulau
Dunia” yaitu Eropa, Asia, dan Afrika. Selanjutnya barang siapa dapat menguasai pulau dunia
akhirnya dapat menguasai dunia.
5. Pandangan Ajaran Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred Thyer Mahan
(1840-1914)
Kedua ahli ini mempunyai gagasan “Wawasan Bahari” yaitu kekuatan di lautan.
Ajarannya mengatakan bahwa barang siapa menguasai lautan akan menguasai “perdagangan”.
Menguasai perdagangan berarti menguasai “Kekayaan Dunia” sehingga pada akhirnya
menguasai dunia.
5
Teori Kekuatan Maritim yang dicanangkan oleh Raleigh, bertepatan dengan
kebangkitan armada Inggris dan Belanda yang ditandai de-ngan kemajuan teknologi
perkapalan dan pelabuhan serta semangat perdagangan yang tidak lagi mencari emas dan
sutera di Timur (Simbolon.1995 : 425). Pada masa ini pula lahir tentang pemikiran hukum
laut internasional yang berlaku sampai tahun 1994 (setelah UNCLOS 1982 disetujui melalui
SU PBB).
1.) Sir W. Raleigh : Siapa yang kuasai laut akan menguasai perda-gangan
dunia/kekayaan dunia dan akhirnya menguasai dunia, oleh karena itu harus
memiliki armada laut yang kuat. Sebagai tindak lanjut maka Inggris berusaha
menguasai pantai-pantai benua, paling tidak menyewanya.
2.) Alfred T. Mahan : Laut untuk kehidupan, sumber daya alam banyak terdapat di
laut, oleh karena harus dibangun armada laut yang kuat untuk menjaganya.
Menurut Mahan disamping hal tersebut juga perlu diperhatikan juga, masalah akses
ke laut, dan jumlah penduduk karena faktor ini juga akan memungkinkan
kemampuan industri untuk kemandiran suatu bangsa dan negara.
6. Pandangan Ajaran W.Mitchel, A.Saversky, Giulio Douhet, dan John Frederik
Charles Fuller (1869-1936)
Keempat ahli geopolitik ini berpendapat bahwa kekuatan di udara justru yang paling
menentukan. Mereka melahirkan teori “Wawasan Dirgantara” yaitu konsep kekuatan di
udara. Kekuatan di udara hendaknya mempunyai daya yang dapat diandalkan untuk
menangkis ancaman dan melumpuhkan kekuatan lawan dengan menghancurkannya
dikandangnya sendiri agar lawan tidak mampu lagi menyerang.
7. Pandangan Ajaran Nicholas J. Spykman (1893-1943)
Ajaran ini menghasilkan teori yang dinamakan teori Daerah Batas (Rimland) yaitu
teori wawasan kombinasi yang menggabungkan kekuatan darat, laut dan udara. Dalam
pelaksanaanya, teori ini disesuaikan dengan keperluan dan kondisi suatu negara.
Dalam teorinya tersirat :
1.) Dunia menurutnya terbagi 4 yaitu daerah Jantung (Heartland), Bulan Sabit Dalam
(Rimland), Bulan Sabit Luar dan Dunia Baru (Benua Amerika).
2.) Menggunakan kombinasi kekuatan darat, laut, udara untuk ku-asai dunia.
6
3.) Daerah Bulan Sabit Dalam (Rimland) akan lebih besar penga-ruhnya dalam
percaturan politik dunia daripada daerah jantung.
4.) Wilayah Amerika yang paling ideal dan menjadi negara terkuat.
B. Geopolitik Indonesia
Cara pandang suatu bangsa memandang tanah air dan beserta lingkungannya
menghasilkan wawasan nasional. Wawasan Nasional itu selanjutnya menjadi pandangan atau
visi bangsa dalam menuju tuannya. Namun tidak semua bangsa memiliki wawasan nasional
Inggris adalah salah satu contoh bangsa yang memiliki wawasan nasional yang berbunyi”
Britain rules the waves”. Ini berarti tanah inggris bukan hanya sebatas pulaunya, tetapi juga
lautnya. Adapun bangsa Indonesia memiliki wawasan nasional yaitu wawasan nusantara.
1. Wawasan Nasional
Wawasan dari kata wawas yang berarti meninjau, memandang, mengamati. Dengan
demikian wawasan dapat diartikan konsepsi cara pandang (KBBI, 2002 : 1271). Pada awal era
reformasi menjadi kurang populer, sehingga para politisipun enggan menggunakan istilah ini
(tidak lagi tersurat dalam GBHN 1999 sebagai wawasan bangsa).
Wawasan nasional bangsa terbentuk karena bangsa tinggal dalam suatu wilayah yang
diakui sebagai miliknya untuk kehidupannya. Oleh karena itu, apabila kita membahas bangsa
akan terkait pula masalah : sejarah diri dan budaya, falsafah hidup serta tempat tinggal dan
lingkungannya. Dari ketiga aspek tercetus aspirasi bangsa yang kemu-dian dituangkan dalam
perjanjian tertulis konstitusi maupun tidak tertulis namun tetap menjadi catatan hidup
motivasi yang semuanya dituangkan menjadi ajaran doktrin dasar untuk membangun negara
yang berupa wawasan nasional.
2. Wawasan Nusantara
Geopolitik Indonesia dinamakan Wawasan Nusantara, yang secara umum
didefinisikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya yang bhineka,
dan lingkungan geografinya yang berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
7
a. Latar Belakang Konsepsi Wawasan Nusantara
Latar belakang yang mempengaruhi tumbuhnya konsespi wawasan nusanatara adalah
sebagai berikut :
1.) Aspek Historis
Dari segi sejarah, bahwa bangsa Indonesia menginginkan menjadi bangsa yang bersatu
dengan wilayah yang utuh adalah karena dua hal yaitu :
Kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah dan terpecah,
kehidupan sebagai bangsa yang terjajah adalah penederitaaan, kesengsaraan,
kemiskinan dan kebodohan. Penjajah juga menciptakan perpecahan dalam diri
bangsa Indonesia. Politik Devide et impera. Dengan adanya politik ini orang-
orang Indonesia justru melawan bangsanya sendiri. Dalam setiap perjuangan
melawan penjajah selalu ada pahlawan, tetapi juga ada pengkhianat bangsa.
Kita pernah memiliki wilayah yang terpisah-pisah, secara historis wilayah
Indonesia adalah wialayah bekas jajahan Belanda . Wilayah Hindia Belanda ini
masih terpisah-pisah berdasarkan ketentuan Ordonansi 1939 dimana laut
territorial Hindia Belanda adalah sejauh 3 (tiga) mil. Dengan adanya ordonansi
tersebut , laut atau perairan yang ada diluar 3 mil tersebut merupakan lautan
bebas dan berlaku sebagai perairan internasional. Sebagai bangsa yang
terpecah-pecah dan terjajah, hal ini jelas merupakan kerugian besar bagi
bangsa Indonesia.Keadaan tersebut tidak mendudkung kita dalam
mewujudkan bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat.Untuk bisa keluar
dari keadaan tersebut kita membutuhkan semangat kebangsaan yang
melahirkan visi bangsa yang bersatu.
Upaya untuk mewujudkan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang utuh
tidak lagi terpisah baru terjadi 12 tahun kemudian setelah Indonesia merdeka
yaitu ketika Perdana Menteri Djuanda mengeluarkan pernyataan yang
selanjutnya disebut sebagai Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957. Isi
pokok dari deklarasi tersebut menyatakan bahwa laut territorial Indonesia tidak
lagi sejauh 3 mili melainkan selebar 12 mil dan secara resmi menggantikam
Ordonansi 1939. Dekrasi Djuanda juga dikukuhkan dalam UU No.4/Prp Tahun
1960 tenatang perairan Indonesia yang berisi :
8
a.) Perairan Indonesia adalah laut wilayah Indonesia beserta perairan pedalaman Indonesia.
b.) Laut wilayah Indonesia adalah jalur laut 12 mil laut.c.) Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada
sisi dalam dari garis dasar.
2.) Aspek Geografis dan Sosial Budaya
Dari segi geografis dan Sosial Budaya, Indonesia meruapakan negara bangsa dengan
wialayah dan posisi yang unik serta bangsa yang heterogen. Keunikan wilayah dan dan
heterogenitas menjadikan bangsa Indonesia perlu memilikui visi menjadi bangsa yang satu
dan utuh .
Keunikan wilayah dan heterogenitas itu anatara lain sebagai berikut :
Indonesia bercirikam negara kepulauan atau maritim
Indonesia terletak anata dua benua dan dua sameudera(posisi silang)
Indonesia terletak pada garis khatulistiwa
Indonesia berada pada iklim tropis dengan dua musim
Indonesia menjadi pertemuan dua jalur pegunungan yaitu sirkumpasifik dan
Mediterania
Wilayah subur dan dapat dihuni
Kaya akan flora dan fauna dan sumberdaya alam
Memiliki etnik yang banyak sehingga memiliki kebudayaan yang beragam
Memiliki jumlah penduduk dalam jumlah yang besar, sebanyak 218.868 juta jiwa
3.) Aspek Geopolitik dan Kepentingan Nasional
Prinsip geopolitik bahwa bangsa Indonesia memanndang wikayahnya sebagai ruang
hidupnya namun bangsa Indonesia tidak ada semangat untuk memperluas wilayah sebagai
ruang hidup (lebensraum). Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bangaimanan
menjadikan bangsa dan wilayah negara Indonesia senantiasa satu dan utuh. Kepentingan
nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional, tujuan nasional maupun visi
nasional
Nusantara (archipelagic) dipahami sebagai konsep kewilayahan nasional dengan
penekanan bahwa wilayah negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh
laut. Laut yang menghubungkan dan mempersatukan pulau-pulau yang tersebar di seantero
9
khatulistiwa. Sedangkan Wawasan Nusantara adalah konsep politik bangsa Indonesia yang
memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut)
termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan,
yang menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh mencakup segenap bidang
kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam.
Wawasan Nusantara sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi
pemikiran politik bangsa Indonesia telah ditegaskan dalam GBHN dengan Tap. MPR No.IV
tahun 1973. Penetapan ini merupakan tahapan akhir perkembangan konsepsi negara
kepulauan yang telah diperjuangkan sejak Dekrarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957.
b. Peranan Wawasan Nusantara
Dalam kehidupan nasional, Wawasan Nusantara dikembangkan peranannya untuk :
1.) Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi dan selaras,
segenap aspek kehidupan nasional.
2.) Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungan-nya.
Peranan ini berkaitan dengan adanya hubungan yang erat dan saling terkait dan
ketergantungan antara bangsa dengan ruang hi-dupnya. Oleh karena itu
pemanfaatan lingkungan harus bertanggung jawab. Bila tidak, maka akan
menimbulkan kerusakan lingkungan yang pada akhirnya akan merugikan bangsa
itu sendiri.
3.) Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional.
Ke-pentingan nasional menjadi dasar hubungan antara bangsa. Apabila satu
bangsa kepentingan nasionalnya sejalan atau paralel dengan kepentingan
nasional bangsa lain, maka kedua bangsa itu akan mu-dah terjalin hubungan
persahabatan.
4.) Merentang hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.
c. Fungsi Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-
rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, serta perbuatan bagi
penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah, maupun bagi seluruh rakyat Indonesia
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara.
10
d. Tujuan Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek
kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mementingkan kepentingan nasional dari pada
kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah. Hal tersebut bukan
berarti menghilangkan kepentingan-kepentingan individu, kelompok, suku bangsa,atau
daerah.
3. Kedudukan Wawasan Nusantara
Kedudukan (status) wawasan nusantara adalah posisi, cara pandang, dan perilaku
bangsa Indonesia mengenai dirinya yang kaya akan berbagai suku bangsa, agama, bahasa,
dan kondisi lingkungan geografis yang berwujud negara kepulauan, berdasarkan pancasila
dan UUD 1945. Secara hierarki, posisi atau status wawasan nusantara menempati urutan
ketiga setelah UUD 1945. Urutan sistem kehidupan nasional Indonesia adalah :
1.) Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa, dan dasar negara
2.) UUD 1945 sebagai konstitusi negara
3.) Wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia
4.) Ketahanan nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara Indonesia
5.) Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam
pembangunan nasional.
4. Wajah Wawasan Nusantara
Pengertian istilah wajah adalah roman muka. Wajah manusia hanya satu, tetapi wajah
itu memiliki beberapa roman muka dan tiap roman muka berbeda satu dengan yang lain
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Dalam hubungan itu dapat dikatakan bahwa geopolitik Indonesia hanya satu yaitu
Wawasan Nusantara (Wasantara). Tetapi wajahnya lebih dari satu yaitu ada 4 wajah
meliputi :
1. Wajah Wasantara sebagai wawasan nasional yang melandasi konsepsi Ketahanan
Nasional.
2. Wajah Wasantara sebagai wawasan pembangunan nasional.
3. Wajah Wasantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan.
4. Wajah Wasantara sebagai wawasan kewilayahan.
11
C. Implementasi Wawasan Nusantara
Implementasi atau penerapan wawasan nusantara harus tercermin pada pola pikir,
pola sikap, dan pola tindak yangsenantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, wawasan nusantara menjadi
pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi
berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa dan bernegara.
Implementasi wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan
wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh sebagai berikut :
1. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila
Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang
sesuai dengan aspirasinya. Keyakinan ini dibuktikan dalam sejarah perjuangan
bangsa Indonesia sejak awal proses pembentukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia sampai sekarang. Dengan demikian wawasan nusantara menjadi pedoman
bagi upaya mewujudkan kesatuan aspek kehidupan nasional untuk menjamin
kesatuan, persatuan dan keutuhan bangsa, serta upaya untuk mewujudkan ketertiban
dan perdamaian dunia.
2. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Pembangunan Nasional
Menurut UUD 1945, MPR wajib membuat GBHN. GBHN masa Orba
menegaskan bahwa wawasan dalam penyelenggaraan pem-bangunan nasional
adalah Wawasan Nusantara, yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan
UUD’45. Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan ling-kungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang mencakup :
a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik
Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain ikut menciptakan ketertiban
dunia dan perdamaian abadi melalui politik luar negeri yang bebas aktif.
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan
iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut tampak
12
dalam wujud pemerintahan yang kuat aspiratif dan terpercaya yang dibangun
sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.
b. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi akan
menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan
peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di
samping itu, implementasi wawasan nusantara mencerminkan tanggung jawab
pengelolaa sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar
daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.
c. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan
menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui segala bentuk perbedaan
sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan. Implementasi ini juga akan
menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa
membedakan suku, asal usul daerah, agama, atau kepercayaan,serta golongan
berdasarkan status sosialnya.
d. Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan
Keamanan
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan
keamanan akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih
lanjut akan membentuk sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia.
Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini menjadi
modal utama yang akan mengerakkan partisipasi setiap warga negara indonesia
dalam menghadapi setiap bentuk ancaman.
3. Wasantara sebagai Wawasan Kewilayahan
Sebagai faktor eksistensi suatu negara wilayah nasional perlu ditentukan
batas-batasnya agar tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga. Oleh karena itu
pada umumnya batas-batas wilayah suatu negara dirumuskan dalam konstitusi
negara (baik tertulis maupun tidak tertulis). Namun UUD’45 tidak memuat secara
jelas ketentuan wilayah negara Republik Indonesia, baik dalam Pembukaan maupun
dalam pasal-pasalnya menyebut wilayah/daerah yaitu :
13
1. Pada Pembukaan UUD’45, alinea IV disebutkan “…..seluruh tumpah darah
Indonesia…..”
2. Pasal 18, UUD’45 : “Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan
kecil ……………”
Untuk dapat memahami manakah yang dimaksudkan dengan wilayah atau
tumpah darah Indonesia itu, maka perlu ditelusuri pemba-hasan-pembahasan yang
terjadi pada sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI), pada bulan Mei – Juni1945, yang ditetapkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indone-sia (PPKI), sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945, adalah bersumberkan pada Rancangan UUD dan Piagam
Jakarta yang dihasilkan oleh BPUPKI. Dalam rangkaian sidang-sidang BPUPKI
bulan Mei – Juni 1945, telah dibahas masalah wilayah Negara Indonesia merdeka
yang lebih populer disebut tanah air atau juga “Tumpah Darah” Indonesia.
Dalam sidang-sidang ini yang patut dicatat adalah pendapat : Dr. Supomo, SH dan
Muh. Yamin, SH pada tanggal 31 Mei 1945 serta Ir. Sukarno tanggal 1 Juni 1945.
1.) Supomo mennyatakan :
“Tentang syarat mutlak lain-lainya, pertama tentang daerah, saya mufakat dengan
pendapat yang menga-takan : pada dasarnya Indonesia yang harus meliputi batas
Hindia Belanda…” (Setneg RI, tt : 25)
2.) Muh Yamin menghendaki :
“….. bahwa Nusantara terang meliputi Sumatera, Jawa-Madura, Sunda Kecil,
Borneo, Selebes, Maluku-Ambon, dan semenanjung Malaya, Timor dan Papua.
….Daerah kedaulatan Negara Republik Indonesia ialah daerah yang delapan yang
menjadi wilayah pusaka bangsa Indonesia”. (Setneg RI, tt : 49)
3.) Sukarno dalam pidatonya :
“ ….. Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan. Tidak dapat dipisahkan rakyat dari
bumi yang ada di bawah kakinya. … Tempat itu yaitu tanah-air. Tanah-air itu adalah
satu kesatuan. Allah SWT membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita
14
melihat peta dunia, kita dapat menunjukkan dimana “kesatuan-ke-satuan” disitu.
Seorang anak kecilpun, jikalau ia meli-hat dunia, ia dapat menunjukkan bahwa
kepulauan In-donesia merupakan satu kesatuan. ….” (Setneg RI, tt : 66)
Yang disepakati sebagai wilayah negara Indonesia adalah bekas wilayah
Hindia Belanda. Namun demikian dalam rancangan UUD maupun dalam keputusan
PPKI tentang UUD 1945, ketentuan tentang mana wilayah negara Indonesia itu tidak
dicantumkan. Hal ini dijelaskan oleh ketua PPKI Ir. Sukarno bahwa : dalam UUD
yang modern, daerah (wilayah) tidak perlu masuk dalam UUD (Setneg RI, tt : 347).
Berdasarkan penjelasan dari Ketua PPKI tersebut, jelaslah bahwa wilayah atau tanah
air atau tumpah darah Indonesia meliputi batas bekas Wilayah Hindia Belanda.
Untuk menjamin pelestarian kedaulatan, serta melindungi unsur wilayah dan
kepentingan nasional dibutuhkan ketegasan tentang batas wilayah. Ketegasan batas
wilayah tidak saja untuk mempertahankan wilayah tetapi juga untuk menegaskan
hak bangsa dan negara dalam pergaulan internasional. Wujud geomorfologi
Indonesia berdasarkan Pancasila dalam arti persatuan dan kesatuan menuntut suatu
konsep kewilayahan yang memandang daratan/pulau, lautan serta udara angkasa
diatasnya, sebagai satu kesatuan wilayah. Dari dasar inilah laut bukan lagi sebagai
alat pemisah wilayah.
Dalam menentukan batas wilayah negara, Pemerintah RI meng-acu pada
Aturan peralihan UUD 45, pasal II “Segala badan negara dan peraturan yang ada
masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang
dasar ini” yang memberlakukan undang-undang sebelumnya. Pemerintah Hindia
Belanda telah menge-luarkan peraturan perundang-undangan wilayah dan termuat
dalam Ordomantie tahun 1939 yang diundangkan pada 26 Agustus 1939 yang
dimuat dalam Staatblad No. 422 tahun 1939, tentang “Territoriale Zee en Maritieme
Kringen Ordonantie”. Berdasarkan ketentuan ordonansi ini, penentuan lebar laut
wilayah sepanjang 3 mil laut dengan cara penarikan garis pangkal berdasar garis air
pasang surut, yang dikenal pula mengikuti contour pulau/darat. Ketentuan demikian
itu mempunyai konsekwensi bahwa secara hipotetis setiap pulau yang merupakan
bagian wilayah negara Republik Indonesia mempunyai laut teritorial sendiri-sendiri.
15
Sedangkan disisi luar atau sisi laut (outer limits) dari tiap-tiap laut teritorial
dijumpai laut bebas. Jarak antara satu pulau dengan pulau lain yang menjadi bagian
wilayah negara Republik Indonesia “dipi-sahkan” oleh adanya kantong-kantong laut
yang berstatus sebagai laut bebas yang berada diluar yuridiksi nasional kita. Dengan
demikian dalam kantong-kantong laut nasional tidak berlaku hukum nasional.
Berdasar itulah pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan pengumuman
Pemerintah Republik Indonesia tentang wilayah perairan Negara Republik Indonesia
yang dikenal sebagai “Deklarasi Juanda” Ir. Juanda pada periode itu sebagai Perdana
Menteri Republik Indonesia yang pada hakekatnya melakukan perubahan terhadap
ketentuan ordonansi pada lembaran negara (staatblad) no. 422 tahun 1939 sebagai
berikut :
a.) Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi didasarkan pada garis pasang surut
(low water line), tetapi didasarkan pada sistem pe-narikan garis lurus (straight
base line) yang diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang
terluar dari pada pulau-pulau atau bagian pulau yang termasuk kedalam wilayah
negara Republik Indonesia (= point to point theory).
b.) Penentuan lebar laut wilayah dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut. Deklarasi
Juanda pada hakikatnya adalah menerapkan asas archipelago atau asas
nusantara. Didalam deklarasi ini terkandung kepentingan dan tujuan bangsa
Indonesia ialah keutuhan wilayah negara di lautan.
Deklarasi ini selanjutnya diakomodasikan dalam rangkaian peraturan perundang-
undangan, sebagai berikut :
1.) Undang-undang no. 4 PRP tahun 1960 tentang perairan Indonesia. Dalam UU
ini diberikan penjelasan dan kejelasan tentang :
a.) Alasan atau argumentasi perlunya meninjau kembali peraturan tentang
penentuan batas laut wilayah.
b.) Makna dan pengertian : perairan Indonesia, laut wilayah Indo-nesia,
perairan pedalaman Indonesia.
2.) Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 1960 tentang lalu-lintas laut damai perairan
Indonesia. Peraturan ini menentukan aturan-aturan, antara lain tentang : lalu
lintas laut damai kendaraan air asing di perairan pedalaman, pengertian dan
16
makna lalu lintas damai kendaraan asing, bentuk dan luas kedaulatan wilayah
Nusantara sejak “Deklarasi Juanda 1957”.
4. Tantangan Bangsa Indonesia Akibat Deklarasi Juanda
Dengan adanya Deklarasi Juanda, secara yuridis formal negara kita menjadi
utuh tidak terpecah lagi. Hal ini menimbulkan reaksi bebe-rapa negara yang beragam
dan dapat dikatagorikan menjadi 4 (Kusuma-atmaja, 2002 : 26)
1.) Negara-negara ASEAN termasuk Australia dan kini Timor Leste.
2.) Negara-negara yang berepentingan terhadap usaha perikanan laut.
3.) Negara-negara maritim yang memiliki armada angkutan niaga besar.
4.) Negara maritim besar terutama negara adidaya dalam rangka memcapai global
strataegi.
Tidak kalah penting adalah tantangan ke dalam yakni : mema-hami makna
negara kepulauan, makna “benua maritim” (Zen, 2005), menghilangkan faham
bahwa batas wilayah tidak lagi berdasarkan garis pantai atau “contour/coastline”
base, tetapi atas dasar base line.
D. Geopolitik dan Hukum Kewilayahan
Kemajuan teknologi berdampak pada meningkatnya kemampuan mannusia
memanfaatkan wilayah laut dan dirgantara.Bertambahnya jumlah penduduk,harus di imbangi
dengan kenaikan produksi, khususnya dari sumber kekayaan laut dan kini manusia berupaya
memanfaatkan wilayah dirgantara.Bagi bangsa Indonesia wilayah laut dan dirgantaraa untuk
menjamin keutuhan wilayah merupakan sarana penghubungan dan transportasi serta salah
satu sumber penghidupan. Sudah barang tentu bagi pertahanan untuk pengamanan militer
dalam artian Military Security.
1. Hukum Laut dan PerkembangannyaPerkembangan sejarah hukum laut tidak terlepas dari kemajuan teknologi maritim
perkapalan dan perlabuhan belanda dan inggris,serta orientasi komoditi perdagangan
dunia.Setelah perang salib sampai bagian akhir zaman pencerahan,laut praktis hanya milik
Spanyol dan Portugal sehingga ada pembagian wilayah yuridiksi dari kedua negara tersebut.
17
Hukum laut banyak di tentukan oleh polemik bangsa Belanda dan Inggris karena pada
bagian akhir zaman pencerahan,teknologi maritime Belanda dan Inggris melampau spanyol
dan portugal. Oleh karena itu hukum laut banyak ditentukan oleh polemik bangsa Belanda dan
Inggris.
Namun sebelum membahas polemik yang menghasilkan regim hukum laut, ada
baiknya kita bahas lebih dahulu hakekat laut. Hakekat laut adalah :
1.) Bebas, merdeka dan bergerak serta relatif tetap dan tidak mudah dirusak.
2.) Datar dan terbuka, tidak dapat dipakai sembunyi.
3.) Tidak dapat dikuasai secara mutlak (tidak dapat dikapling, sulit diberi tanda).
4.) Media macam-macam alat angkut, terutama yang bervolume besar.
Dari hakekat tersebut timbul falsafah hukum laut yang berbuntut pada perebutan wilayah laut,
yakni :
1.) Res Nullius : Laut tidak ada yang memiliki, oleh karenanya dapat diambil dan dimiliki
masing-masing negara.
2.) Res Communis : Laut milik masyarakat dunia, oleh karena itu tidak dapat
diambil/dimiliki oleh masing-masing negara.
Belanda dan Inggris merasa bahwa mereka tidak harus tunduk pada negara yang lebih
“primitif”. Oleh karena itu para ahli hukum dari kedua negara tersebut saling berpolemik
mengeluarkan argumentasi ten-tang hak atas laut.
1.) Hugo Grotius, seorang ahli hukum internasional Belanda membe-rikan teori “Mare
Liberum” (laut bebas). Laut tidak dapat dikuasai suatu negara dengan jalan “okupasi”
(menduduki), oleh karena itu laut menjadi bebas.
2.) John Selden, seorang Inggris seorang ahli hukum Inggris pada tahun 1635 menulis
tentang hukum laut dengan judul, “Mare Clausum” (hak kuasai laut), sebagai jawaban
atas teori Grotius. Setiap negara dapat menguasai laut.
Sebagai koreksi atas tulisan tersebut diatas, Grotius membuat argumen bahwa, laut
wilayah dapat dimiliki sepanjang dapat dikuasai dari darat. Ini berarti laut hanya milik negara
pantai. Selanjutnya Selden menginginkan adanya hak lintas damai bagi kapal-kapal dengan
alasan untuk membeli suplai segar dari negara pantai.
18
Cornelis Bijenkershoek (seorang Belanda), berpendapat bahwa laut wilayah adalah 3
mil laut dari pantai pada saat pasang surut. Ar-gumentasi ini didasari bahwa jangkauan
meriam + 3 mil. Ketentuan ini berlaku hingga tahun 1994 yaitu dengan adanya pengesahan
melalui Sidang Umum PBB, yang merupakan tindak lanjut dari United Nations Convention
on the Law of the Sea dikenal UNCLOS 1982 berdasarkan persetujuan 118 negara di
Montego Bay, Jamaica tahun 1982.
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Dekla-rasi tanggal 13
Desember 1957 mengajukan NKRI perlu laut wilayah (territory water) selebar 12 mil laut dari
Garis Pangkal/Garis Dasar (Base Line) atas dasar “Point to point theory”. Dengan demikian
laut antar pu-lau menjadi Perairan Pedalaman (internal waters). Selanjutnya laut wilayah dan
laut pedalaman dikenalkan sebagai laut Nusantara.
Sebagai akibat konvensi hukum laut timbul bermacam tipe per-airan, hal ini tidak
terlepas karena perhatian orang yang besar pada laut. Untuk itu dibahas beberapa masalah
yang menyangkut hukum laut :
1.) Laut Teritorial/Laut Wilayah (Territorial Sea) : wilayah laut yang le-barnya tidak
melebihi 12 mil dari garis pangkal/garis dasar (base line). Garis dasar adalah garis
yang menghubungkan titik-titik terluar pulau terluar.
2.) Perairan Pedalaman (Internal waters) : wilayah laut sebelah dalam dari
da-ratan/sebelah dalam dari GP. Negara pantai mempunyai kedaulatan penuh.
3.) Zona Tambahan (Contiguous Zone) : wilayah laut yang lebarnya ti-dak boleh melebihi
12 mil dari Laut Teritorial, merupakan wilayah Negara Pantai untuk melakukan
pengawasan pabean, fiskal, imi-grasi, sanitasi dalam wilayah laut territorial.
4.) Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone) : wilayah laut yang tidak
melebihi 200 mil dari GP. Negara yang bersangkutan mempunyai hak berdaulat untuk
keperluan eksplorasi dan eksploi-tasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan
hayati perairan.
5.) Landas Kontinen (Continental Shelf) : wilayah laut Negara Pantai meliputi dasar laut
dan tanah di bawahnya, terletak di luar laut teritorial sepanjang merupakan kelanjutan
alamiah wilayah. Jarak 200 mil GP atau maksimal 350 mil, atau tidak melebihi 100
mil dari kedalaman 2.500 m.
6.) Laut Lepas (High Seas) dikenal pula sebagai laut bebas/laut Inter-nasional : Wilayah
laut > 200 mil dari Garis Pangkal.
19
Dengan adanya ketentuan di atas negara lain menuntut beberapa hak yang sebenarnya adalah
jaminan dari negara kepulauan :
1.) Lintas : berlayar/bernavigasi melalui laut territorial, termasuk masuk dan keluar
perairan pedalaman untuk singgah di salah satu pelabuhan.
2.) Lintas Damai : bernavigasi melalui laut teritorial suatu negara sepanjang tidak
merugikan kedamaian, ketertiban, atau keamananan negara yang bersangkutan.
3.) Lintas Transit : bernavigasi melintasi pada selat yang digunakan untuk pelayaran
internasional antara laut lepas/ZEE yang satu dan laut lepas/ZEE yang lain.
4.) Alur Laut Kepulauan :
a.) Alur yang ditentukan oleh Negara Kepulauan untuk alur laut dan jalur
penerbangan diatasnya yang cocok digunakan untuk lintas kapal dan pesawat
terbang asing.
b.) Alur ditentukan dengan merangkai garis sumbu pada peta, kapal dan pesawat
terbang tidak boleh melintas lebih dari 25 mil kiri/kanan dari garis sumbu
5.) Laut Lepas :
a.) Semua bagian laut yang tak termasuk laut territorial, perairan pedalaman maupun
ZEE.
b.) Laut terbuka untuk semua negara baik berpantai maupun tidak berpantai.
c.) Dalam laut lepas semua negara berhak berlayar, terbang, riset ilmiah dan
menangkap ikan.
2. Beberapa Perhatian Manusia terhadap Laut
a. Laut untuk kelangsungan hidup bangsa dan kesejahteraan rakyat.
b. Perlu pengaturan bersama pemanfaatan laut dan lingkungan untuk bangsa-
bangsa.
c. Kemajuan teknologi berdampak pada meningkatnya kemampuan manusia dalam
memanfaatkan laut.
d. Bertambahnya jumlah penduduk harus di imbangi dengan kenaikan
produksi,khususnya dari sumber kekayaan laut.
e. Bagi bangsa indonesia laut untuk menjamin integrasi,sarana penghubungan dan
transportasi,serta menjadi salah satu penghidupan,di tinjau dari segi militer
merupakan wahana pertahanan.
20
3. Hukum Dirgantara dan Perkembangannya
Ruang dirgantara dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Ruang Udara dan Ruang
Antariksa. Ruang udara berada di atas suatu wilayah Negara dikatagorikan sebagai ruang
Udara Nasional atau wilayah kedaulatan Negara kolong, yang pemanfaatannya dikendalikan
oleh Negara tersebut. Adapun Ruang Antariksa pe-manfaatannya diken-dalikan secara
internasional dan tidak boleh dijadikan subyek negara kolong.
Beberapa teori yang menjadi polemik para hukum adalah :
a. Teori Udara Bebas (Air Freedom Theory).
Bahwa ruang udara be-bas, dapat digunakan siapa saja, timbul perbedaan
persepsi : kebebasan udara tanpa ba-tas dan kebebasan udara terbatas.
b. Teori Negara Berdaulat di Udara (Air Sovereignty Theory).
Bahwa Negara kolong berdaulat penuh tanpa batas keatas, timbul perbedaan
persepsi : kedaulatan negara kolong dibatasi oleh ketinggian ter-tentu, negara kolong
berda-ulat penuh tetapi dibatasi oleh hak lintas damai.
c. Masalah Ketinggian.
Sampai kini masih belum ada kesepakatan (1910) ditentukan + 500 km. Teori
Penguasaan Cooper, bahwa batas ketinggian ditentukan kemampuan teknologi
masing-masing negara. Sedangkan Teori Udara Schacter, bahwa ketinggian s/d 30 km
atau s/d balon dan pesawat terbang dapat mengapung dan diterbangkan.
d. Batas Wilayah Udara.
Cara menentukan wilayah udara ada perbe-daan yaitu : apabila ditarik garis
tegak lurus dari permukaan bumi keatas, luas daratan dan lautan = luas udara, ada
daerah yang lowong dan dapat menimbulkan masalah. Disepakati menarik garis dari
“pusat bumi” sampai batas ruang angkasa/antariksa membentuk kerucut terbalik. Oleh
karenanya luas daerah udara lebih luas dari-pada luas daratan dan lautan.
e. Perjanjian Ruang Antariksa (Space Treaty) 1967 menyepakati :
Penggunaan damai bagi antariksa. Antarariksa dan benda-bendanya menjadi
wilayah internasional. Namun dalam perjanjian ini juga berlaku pemanfaatan ruang
antariksa berdasarkan “first come, first serve” yang merugikan negara sedang
berkembang. Indonesia memi-liki ruang dirgantara yang luas, apalagi di bawah
Khatulistiwa yang memiliki jalur GSO. Sementara batas ruang udara dan ruang anta-
riksa ditetapkan 100/110 km.
21
Seperti halnya dengan hukum laut Indonesia juga menuntut perla-kuan yang sama
seperti hukum laut. Dalam hal ini Indonesia menuntut berlakunya kedaulatan Negara kolong
terhadap ruang Dirgantara. Paling sedikit tujuan yang ingin dicapai ialah ruang udara
Indonesia sebagai wilayah udara (air souverignty) nasional dan ruang antariksa Indonesia
sebagai wilayah kepentingan (air juridiction) yang diperlakukan serupa dengan ZEE atau
landas kontinen, yang meliputi pemanfaatan wilayah Geo-stationary Satelite Orbit (GSO),
Medium Earth Orbit (MEO), Low Earth Orbit (LEO).
4. Geostationary Satellite Orbit (GSO)
Geostationary Satelit Orbit adalah suatu orbit yang berbentuk cincin terletak pada
enam radian bumi di atas garis khatulistiwa. GSO untuk menempatkan satelit komunikasi
agar satelit tersebut berada pada posisi tetap di ruang angkasa terhadap bumi. Ketinggian
GSO + 36.000 km di atas permukaan bumi. Tiga keunikannya :
1.) GSO hanya pada padang khatulistiwa, ruas GSO ada di negara khatulistiwa.
2.) Ukuran terbatas : tebal + 30 km dan lebar 150 km.
3.) Satelit pada orbit ini akan mengelilingi bumi dari barat ke timur dengan masa
orbit + 24 jam (23 jam, 56 menit, 4 detik).
Panjang garis khatulistiwa Indonesia 6.110 km, GSO Indonesia 9.997 km atau 12,5 %
keliling GSO. GSO menjadi Sumber daya alam terbatas.
5. Wilayah Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia
a. Masa Penjajahan (Belanda dan Jepang)
Dasar : Ordonansi Laut Teritur dan Lingkungan Maritim no 442/1939
(Territoriale Zee en Maritiem Kringen Ordonantie no. 442/1939)
Ukuran : 3 mil dari garis pantai pada saat pasang surut (low water)
Luas Wilayah : + 2 juta km2
b. Setelah Proklamasi s/d 13 Desember 1957
Dasar : Ketentuan Peralihan UUD 1945, Konstitusi RIS, UUDS 1950, tetap
berlaku Ordonansi no 442/1939.
c. Deklarasi Pemerintah R.I. tanggal 13 Desember 1957 (Deklarasi Juanda)
Dasar : Pengumuman Pemerintah RI tanggal 13 Desember 1957
PEPERPU no 4/1960 tentang Perairan Indonesia
22
Ukuran : 12 mil dari garis pangkal (point to point theory)
Luas Wilayah : bertambah + 3,9 juta km2, menjadi 5,9 juta km2
d. Deklarasi Pemerintah R.I. tanggal 17 Februari 1969 (Landas Kontingen)
Dasar : Deklarasi Pemerintah RI tanggal 17 Februari 1969
UU no 1/1973 tentang Landas Kontingen
Luas Wilayah : Bertambah + 0,8 juta km2, menjadi + 6,7 juta km2
e. Pengumuman Pemerintah R.I. tahun 1980 (Zona Ekonomi Eksklusif)
Dasar : Pengumuman Pemerintah tentang Zone Ekonomi Eksklusif
UU no 5/1983 tentang Zone Ekonomi Ekslusif (Pembenahan Kekayaan Alam
dan Potensi Alam)
Luas Wilayah : Bertambah + 2,5 juta km2, menjadi + 9,2 juta km2
E. Geopolitik dan Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dalam NKRI.
1. Hakikat Otonomi Daerah
a. Daerah memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri sesuai
kebutuhan daerah masing-masing.
b. Daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Beberapa istilah yang berhubungan erat dengan otonomi daerah, sebagai berikut:
1.) Pemerintahan Pusat
2.) Desentralisasi
3.) Pemerintah Daerah
4.) Dekonsentralisasi
5.) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
6.) Tugas pembantuan
7.) Daerah Otonom
8.) Peraturan Daerah.
23
2. Undang-Undang Pelaksanaan Otonomi Daerah
1.) Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonomi.
2.) Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
3.) Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
3. Pembagian Daerah
Wilayah NKRI di bagi atas daerah provinsi,lalu di bagi atas kabupaten dan kota
masing-masing mempunyai pemerintah daerah.Pemmerintah provinsi yang berbatasan dengan
laut memiliki kewenangan laut sejauh 12 mil laut di ukur dari garis pantai ke arah laut lepas
dan ke arah perairan kepulauan.
Globalisasi yang menyebabkaan adanya Global Parados jangan sampai menyemangati
pemekaran wilayah atas dasar pendekatan kebudayaan sehingga menimbulkan benturan
budaya yang berakibat pecahnya negara nasional.Oleh sebab itu,perlu adanya perhatian
khusus pada wilayah yang di lalui alur laut Kepulauan Riau,Kalimantan Barat,Banten,Bangka
Belitung,Sulawesi Tengah,Sulawesi Barat,serta Maluku dan Maluku Utara yang beberapa saat
lalu hingga kini tetap bergejolak.
4. Sumber Penerimaan Pelaksanaan Desentralisasi
Untuk mendukung jalannya pemerintahan di daerah diperlukan dana, namun tidak
semua daerah mampu mendanai sendiri jalannya roda pemerintahan. Oleh karenanya
Pemerintah harus mampu membagi adil dan merata hasil potensi masyarakat. Agar adil dan
merata diperlukan aturan yang baku. Dari ketentuan tersebut dikeluarkan beberapa istilah
tentang dana untuk keperluan pembinaan wilayah :
1.) Pendapatan asli daerah
2.) Dana Perimbangan Daerah
3.) Pinjaman Daerah,baik dari dalam negeri maupun luar negeri
4.) Lain-lain penerimaan yang sah termasuk dana darurat,berasal dari pinjaman
APBN
24
5. Daerah Frontier
Daerah frontier terbentuk karena sifat manusia yang saling tergantung, baik dengan
manusia maupun alam sehingga terjadi sim-biose. Kehidupan masyarakat Indonesia dengan
masyarakat negara jiran menjadi saling pengaruh mempengaruhi. Sebagai akibatnya terjadi
pergeseran batas negara secara imajiner.
Daerah Frontier terjadi karena:
1.) Dorongan ekonomi, berupa kemudahan masyarakat untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup
2.) Dorongan Sosial Budaya, berupa kesamaan subkultur dan kemudahan
mendapatkan fasilitas perlindungan masa depan,seperti sekolah,kesehatan.
3.) Dorongan Politik,yaitu adanya kepastian hukum dan tidak menutup
kemungkinan adanya tuntunan referendum.
6. Rencana Tata Ruang Wilayah
Berkaitan dengan diundangkannya UU no 32/2004 perlu ditinjau kembali rencana tata
ruang wilayah (RTRW), baik provinsi maupun kabupaten dan kota. Pada saat mengacu UU
no. 22/1999 ttg Peme-rintahan Daerah, RTRW Provinsi sudah sesuai, dan telah menjadi
Perda. Namun RTRW Kabupaten dan Kota masih dibawah 50 % yang telah menjadi Perda
(dikukuhkan). Dengan diundangkannya UU no. 32/2004, ternyata perlu mengubah RTRW.
Pengubahan RTRW hendaknya meng-acu pada Kepentingan Nasional, tidak hanya mengacu
pada kepentingan daerah semata (UU no. 24/1992). Oleh karena itu perlu standarisasi
penataan ruang, dan sudah barang tentu mengacu pada asas negara kepulauan. Selama ini
sering RTRW lebih berorientasi pada negara kontinen, sehingga upaya pembenahan pantai
kurang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup. Kurangnya pemahaman akan makna
hakekat negara nusantara menyebabkan meningkatnya kerusakan lingkungan tidak saja di
darat tetapi di daerah maritim. Reklamasi pantai utara DKI Jakarta dengan menebang hutan
bakau menimbulkan banjir yang tidak saja di DKI Jakarta tetapi juga provinsi lain.
Dari gambaran tersebut diatas, jelaslah bahwa kita sering mengabaikan baku mutu
lingkungan, terabaikannya salah satu sektor. Wajib memiliki analisa dampak lingkungan
(amdal) sering terabaikan karena kurang disadari oleh para pejabat di daerah. Padahal kita
hen-daknya mengacu pada filsafat yang mendasarinya yaitu :
25
1.) Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdayaguna dan
berhasil guna, serasi, selaras,dan berkelanjutan.
2.) Keterbukaan,persamaan,keadilan,dan perlindungan hukum.
Dengan menyadari akan filsofi ini maka akan didapat hal-hal antara lain :
1.) Tercapai kelestarian, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan alam.
2.) Terwujud manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang miliki sikap
untuk melindungi dan membina lingkungan hidup.
3.) Terjamin generasi masa kini dan generasi masa depan.
4.) Tercapai kelestarian lingkungan hidup.
5.) Terkendali pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
6.) Terlindung NKRI terhadap dampak usaha kegiatan di luar wilayah NKRI yang
menyebabkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Oleh karena
itu penyusunan RTRW perlu benar-benar terpadu.
7. Pendartaran Wilayah Maritim (Marine Cadastre)
Tanah air Indonesia memiliki sebanyak 17.504 pulau dan yang bernama hanya 5.703
pulau dan sisanya sebanyak 11.802 belum bernama.Akibatnya dokumentasi nasional tentang
konfigurasi kepulauan Indonesia tidak jelas.Untuk itu perlu berdirinya jawatan pencatatan
pullau yang di kenal sebagai Marine Cadastre.Adapun keuntungan yang di dapat dari Marine
Cadastre adalah:
1.) Dapat menuntut hak atas pulau tersebut di wilayah Indonesia apabila di duduki
secara diam-diam oleh negara tetangga.
2.) Jangan sampai Indonesia kehilangan pulau,tetapi tidak tabu apa atau pulau
mana yang hilang.
3.) Memberikan batas wewenang bagi daerah otonom tentang batas laut
berdasarkan koordinat .
8. Upaya Mernghadapi Geopolitik dan Geostrategi Negara Jiran
Menghadapi ASEAN dan Australia tindakan kita paling tidak :
1.) Mewaspadai “silent occupation” dengan pemantapan pembinaan ke-kuatan
maritim.
26
2.) Menghadapi Australia dengan proyek Australia Maritime Identi-fication Zone
(AMIZ), kita harus segera mengidentifikasikan pulau-pulau yang tersebar
lauas.
3.) Menghadapi Malaysia dan Singapura dengan kekerasan perlu me-waspadai
adanya “Five Power Defence Agreement” yang masih berlaku.
4.) Tentunya kunjungan Presiden dan Wakil Presiden keperbatasan akan
meningkatkan rasa nasionalisme rakyat.
Menghadapi Negara Yang Berkepentingan dengan Perikatan :
1.) Meningkatkan kemampuan nelayan dari nelayan pantai menjadi nelayan laut,
nelayan belajar membaca peta laut dan menggunakan peralatan navigasi lebih
baik.
2.) Pembangunan desa pantai, yang diisi oleh keluarga nelayan/pelaut tidak seperti
sekarang ini yang masih dibangun oleh petani gunung.
3.) Nelayan dijadikan monitor terhadap pengganggu negara terhadap pencurian
ikan, pencemaran lingkungan dan perusakan alat navigasi laut.
Menghadapi Negara yang memilik armada angkutan laut besar yang ingin
tetap berperan dalam Era Globalisasi :
1. Penambahan ALKI sesuai dengan permintaan International Maritime
Organization tetap ditolak karena pada hakekatnya membuat wilayah kita
terbuka sehingga merupakan contra productive dari Deklarasi Juanda.
2. ALKI perlu diinforemasikan lebih intensif kepada masyarakat maritim
Indonesia, dengan ditindak lanjuti proaktif pengawasan.
Dalam menghadapi negara adidaya yang sejak semula menentang negara nusantara,
hendaknya Indonesia tetap menolak penambahan ALKI. Penambahan ALKI dapat
mengakibatkan wilayah Indonesia terbuka kembali. Dengan demakian laut nusantara menjadi
“HIGH SEAS”.
27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Geopolitik di artikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud
kebijaksanaan dan Strategi Nasional.
Geopoliltik di dorong oleh aspiraasi nasional geografik (kepentingan yang titik
beratnya terletak pada pertimbangan geografi,wilayah atau teritorial dalam arti luas) suatu
negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung kepada sistem
politik suatu negara. Sebaliknya, politik negara itu secara langsung akan berdampak pada
geografis negara yang bersangkutan.
Geopolitik bertungku pada geografi sosisal (hukum geografis), mengenai situasi,
kondisi, atau kontelasi geografi dan segala sesuatu yang di anggap relevan dengan
karakteristik suatu negara.
B. SARAN & PENDAPAT
Konsep Geopolitik hendaknya terus diterapkan dan dikembangkan agar dapat
mencapai tujuan-tujuan Wawasan Nusantara yang telah di terapkan, yaitu mewujudkan
kesejahteraan, ketentraman dan keamanan bagi bangsa Indonesia. Dengan demikian ikut serta
juga dalam membina kebahagiaan dan perdamaian bagi seluruh umat manusia di dunia.
28
DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikankewarganegaraans.blogspot.com/2012/12/pengertian-geopolitik-dan-wawasan.html
http://belajarkampus.wordpress.com/2013/05/19/paham-kekuasaan-dan-geopolitik/
http://id.wikipedia.org/wiki/Geopolitik_di_Indonesia
http://books.google.co.id/books?id=mFhDVYWB7zIC&pg=PA147&lpg=PA147&dq=wawasan+nusantara+sebagai+landasan+konsepsi+pembangunan+nasional&source=bl&ots=-2z9AxkqM&sig=0J2TgB2TUTxKe0eIgn4S7CRtfWY&hl=en&sa=X&ei=kmmkUsupO8LVrQexxYHwBA&redir_esc=y#v=onepage&q=wawasan%20nusantara%20sebagai%20landasan%20konsepsi%20pembangunan%20nasional&f=false
http://mahasiswa-tpb-ipb.blogspot.com/2011/02/geopolitik-indonesia_20.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
Basrie, Chaidir Drs., M.Si., 1995. Wawasan Nusantara, Wawasan Nas-ional Indonesia. Serpong, Lembaga Ilmu Humaniora ITI,
Depdiknas, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka
Djalal, Hasyim, 1995. Indonesia and the Law of the Sea. Jakarta, CSIS
Hardjasumantri, Kusnadi, 1989. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta, UGM Pres
Kusumatmadja, Prof. DR. Mochtar, 2003, Konsep Hukum Negara Nusantara Pada Konvensi Hukum Laut III. Bandung, Alumni.
Mirhad, R.P. Purnomo, 1973. Geopolitik dan Geostrategi Indonesia. Ja-karta, Lemhannas (diktat untuk KRA)
Naisbitt, John (terjemahan), 1994. Global Paradox, Semakin Besar Eko-nomi Dunia Semakin Kuat Perusahaan Kecil.Jakarta, Binarupa Aksara
Sekretariat Negara RI, tt. Himpunan Risalah Sidang-sidang BPUPKI dan PPKI yang berhubungan dengan Penyusunan UUD-45. Jakarta, Setneg
Soewarso (1981), Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional. Hak Cipta.
Sunardi, R. M. (2004), Pembinaan Ketahanan Bangsa, dalam rangka memperkokoh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta: PT. Kuadernita Adidarma.