gerabah

30
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Seni Budaya Disusun oleh : Dewi Melawati X-6 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah member rahmat serta karunia –Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktu-Nya yang berjudul :

Upload: dya-mutiara

Post on 06-Dec-2014

32.893 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Gerabah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Seni Budaya

Disusun oleh :

Dewi Melawati

X-6

Kata Pengantar

Page 2: Gerabah

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah member rahmat serta karunia –Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktu-Nya yang berjudul :

“GERABAH”

Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian “Gerabah” atau yang lebih khususnya membahas tentang “Sejarah Gerabah”,diharapkan Makalah ini dapat memberi informasi kepada kita semua tentang “Gerabah” dan semoga Makalah ini bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari khususnya untuk saya dan umumnya untuk para pembaca Makalah ini.

Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Akhir Kata ,saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir,semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Amin

Daftar isi

1. Pengertian Gerabah ……………………………………………2. Penemuan Gerabah/asal mula Gerabah………………………….

Pecahan beliung……………………………………………….. Batu asahan ………………………………………………..

Page 3: Gerabah

Gelang……………………………………………………. Alat-Alat logam………………………………………….

3. Sejarah Umum dan Sejarah Singkat tentang Gerabah……………….. Sejarah umum tentang Gerabah………………………………… Sejarah tentang Gerabah pada zaman

neolitikum…………………. Sejarah Singkat tentang Gerabah di daerah Plered…………….

a) Asal Usul Sentra kramik Plered………………….b) Perkembangan Kerajinan Keramik Plered……………

4. Proses Pembuatan Gerabah ………………………………………… Tahapan Pembuatan Gerabah …………………………………

a. Tahapan Persiapan………………………………………….b. Tahap Pengolahan Bahan …………………………………c. Tahap pembentukan bahan…………………………………….d. Tahap pengeringan …………………………………………e. Tahap pembakaran…………………………………………f. Tahap finishing……………………………………………..

5. Teknik Pembuatan Gerabah……………………………………...........a) Teknik lempeng (slabing)b) Teknik pijat (pinching)c) Teknik pilin (coiling)d) Teknik putar (throwing)e) Teknik cetak tekan (press)f) Teknik cor atau tuang

6. Fungsi gerabah …………………………………………………………………………………………………

1.Pengertian gerabah

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang di bentuk kemudian di bakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia.Berdasarkan hasil penelitian,gerabah prasejarah diperkirakan sejaman dengan masa bercocok tanam.Gerabah sendiri dipergunakan sebagai peralatan rumah tangga.

Istilah gerabah biasanya untuk menunjukan barang pecah belah yang terbuat dari tanah liat.selain disebut dengan gerabah sebagian ada yang

Page 4: Gerabah

menyebutnya dengan tembikar atau keraamik local,untuk membedakannya dari istilah keramik asing.

Gerabah digunakan sebagai alat rumah tangga dan sebagai bagian mas kawin pada upacara pernikahan.agar gerabah yang dibuat menarik,maka pembuat memberikan motif hias pada gerabah.gerabah yang digunakan untuk kepentingan rumah tangga biasanya bermotif sederhana atau polos,sedangkan gerabah untuk yang lain memerlukan motif yang lebih baik,sebagai contoh motif hias untuk gerabah pernikahan ditentukan oleh martabatnya maka hiasan pada gerabahnya pun semakin banyak dan sulit.

2.Penemuan Gerabah/ Asal mula gerabah

Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa pra sejarah,tepatnya setelah manusia hidup menetap dan mulai bercocok tanam.situs-situs arkeologi di Indonesia, telah ditemukan banyak tembikar yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan riligius seperti upacara dan penguburan.tembikar yang paling sederhana dibentuk dengan hanya menggunakan tangan (sidik jari),selain itu bentuknya kadang tidak simetris.selain dibuat dengan teknik tangan ,tembikar yang modern dibuat dengan menggunakan tatap-batu dan roda putar.selain ditemukan banyak tembikar dan juga terdapat pembuktikan bahwa benda gerabah mulai dikenal pada masa bercocok tanam.Bukti-bukti tersebut berasal dari kadenglebu(banyuwangi),kalapadua(bogor),serpong(tangerang),kalumpang dan minanga sepakka(sulawesi),sekitar bekas danau bandung,timur leste dan poso (minahasa).Dari temuan-temua tersebut dapat kita simpulkan bahwa teknik pembuatan gerabah dari masa bercocok tanam masih sederhana.segala sesuatu nya dikerjakan dengan tangan,sedangkan penggunaan tatap batu dan roda pemutar pada umumnya dikenal masa perundingan tingkat permulaan,ini belum banyak bukti-buktinya kecuali beberapa temuan dari tangerang dan disekitar danau bandung.Temuan yang berasal dari tangerang dan sekitar danau bandung mendekati sebua hipotesis masyarakat petani di Indonesia cenderung untuk menggabungkan teknik tatap batu dengan teknik tangan pada tingkat permulaan.

Merupakan suatu bukti adanya kemampuan manusia dalam menciptakan teknologi pembuatan gerabah.hal ini dikarenakan fungsi gerabah diantaranya sebagai tempat penyimpanan makanan.Dalam perkembangan berikutnya gerabah tidak hanya berfungsi sebagai tempat menyimpanan makanan,tetapi beraneka ragam,bahkan menjadi salah satu barang yang memiliki nilai tinggi.

Page 5: Gerabah

Penelitian terhadap situs kadenglembu dilakukan oleh Heekeren pada tahun 1941 dan soejono pada tahun 1969 menemukan sejumlah kereweng tidak berhias,diantaranya ada yang memperlihatan warna merah yang dipoleskan pada pemukaan luarnya.Bentuk gerabah yang ditemukan di kedenglembu masih sederhana,karena sebagian besar temuan berupa fragmen tepian dan badan dari periuk yang pada umunya bentuknya membulat.Dari data yang terkumpul,diketahui bahwa bentuk periuk umumnya kebulat-bulatan dengan tepian melihat ke luar.Gerabah seperti itu dibuat oleh kelompok masyakat petani yang selalu terikat dalam hubungan social –ekonomi dan kegiatan ritual.Dari daerah kelapadua , ditemukan gerabah yang lebih banyak dari pada yang ditemukan di kadenrang lembu.Dari hasil penilitian ternyata gerabah yang ditemukan di kalapadua lebih baik dalam pembuatannya,akan tetapi memiliki kekurangan dalam hal pembakaran,dimana pembakarannya kurang sempurna sehingga menagkibatkan sebagian gerabah yang ada di kalapadua tidak bias bertahan lama.gerabah ditemukan dalam keadaan rapuh dan mudah pecah.hampir sebagian gerabah yang ditemukan di kalapadua telah terkikis sehingga mengaibatkan pola hias yang tidak bisa diketahui.

Gerabah yang ditemukan dikalapadua berasal dari masa bercocok tanam.hal ini diperkuat oleh beberapa temuan lain yang berkaitan dengan masa bercocok tanam,seperti :

Pecahan beliung

Batu asahan

Gelang

Page 6: Gerabah

Alat-alat logam

Gerabah dari bandung umumnya tebal-tebal (antara 5-20 mm) dan berwarna merah.

Tanda-tanda hiasan masih tampak ,yaitu berupa goresan-goresan pola sisir dan pola tali,tetapi pada umumnya polos dipoles dengan warna merah pada permukaan luarnya.Dari figmen-figmen yang

Peninggalan gerabah yang ditemukan di Sulawesi tengah diperkirakan berasal dari masa bercocok tanam,karena ditemukan bersama unsur-unsur beliung dan kapak yang diupam.situs penemuan yang ada di Sulawesi tenggara yaitu di daerah minangka sipakka yang terletak di sungai karama.

3.Sejarah umum secara singkat dan sejarah tentang gerabah

Sejarah umum tentang gerabah dan peranannya

Page 7: Gerabah

Dalam dunia arkeologi gerabah sudah sangat terkenal.namun orang awam pun menyebutnya dari sisi yang lain.berbagai benda yang dihasilkan oleh para pengrajin ,sepeti: gentong,pasu,pot bunga,mangkok,cobek,kendi dan sebagainya,serta seringnya diadakan pameran,menandakan bahwa benda tersebut cukup popular di mata masyarakat.

Istilah gerabah ini biasanya untuk menunjukan barang pecah belah yang terbuat dari tanah liat.selain dengan sebutan diatas,ada pula sebagian orang menyebutnya dengan tembikardan sebagian orang lagi keramik lokal, untuk membedakannya dari istilah keramik asing.

Gerabah dibuat dari satu dua jenis tanah liat yang dicampur.warnanya tidak bening,berpori dan bersifat menyerap air.campuran yang digunakan terdiri dari pasir kasar atau pasir halus dan pembakarannya antara 1000-1150 derajat Celsius.kadang-kadang lebih dari itu.

Diduga gerabah pertama kali dikenal pada masa neolithikum (kira –kira 10.000 tahun SM)di daratan eropa dan mungkin pula sekitar masa paleolitik (kira-kira 25.000 tahun SM) di daerah timur dekat.menurut ahli kebuudayaan ,gerabah merupakan kebudayaan yang universal(menyeluruh).artinya gerabah ditemukan dimana-mana ,hamper diseluruh bagian dunia.perkembangannya bahkan juga penemuannya muncul secara individual di tiap daerah tanpa harus selalu mempengaruhi.mungkin juga masing-masing bangsa menemukan diri sendiri system pembuatan gerabah tanpa adanya unsure peniruan dari bangsa lain.

Gerabah muncul pertama kali pada waktu suatu bangsa mengalami masa food gathering (pengumpulan makanan). Pada masa ini masyarakat hidup secara nomade,senantiasa berpindah-pindag dari satu tempat ke tempat yang lainnya.dalam corak hidup seperti itu wadah gerabah dapat digunakan secara efektif karena gerabah juga merupakan benda yang kuat dari pada yang dibuat dari bahan lain,seperti kayu atau kulit binatang.

Yang terpenting ,bahan pembuatan gerabah mudah di dapat.tanah liat terdapat di mana-mana.karena itu adalah suatu hal yang wajar jika setiap masyarakat bisa menjadi produsen bagi kepentingannya sendiri.akan tetapi mengenai proses penemuan gerabah itu sendiri,belum satu orang pun bisa menguraikannya secara ilmiah.barangkali bisa diuraikan begini.pada waktu itu beberapa orang sedang membakar hasil buruannya.kebetulan pembakaran itu

Page 8: Gerabah

dilakukan atas tanah yang tergolong tanah liat.setelah membakar daging itu,mereka mendapatkan tanah di bawahnya berubah menjadi keras.dari sinilah muncul gagasan untuk membuat suatu wadah dari tanah liat yang du bakar.

Pembuatan gerabah jelas membutuhkan api sebagai factor yang utama ,meskipun panas matahari barang kali dapat juga dipakai untuk fungsi yang sama karena itu dapat dipastikan bahwa muncul nya gerabah merupaka efek lain dari penemuan dan domestikasi api masyarakat yang belum mengenal api tentulah mustahil,bisa memproduksi gerabah dengan demikian tapsiran bahwa gerabah mulai pertama dikenal pada masa neolithik dapat diterima ,sebab penemuan dan domestikasi api baru dikenal.Pada akhir masa paleolitik atau awal masa neolithik.

Melalui temuan-temuan lainnya diketahui bahwa pada masa itu manusia hidup dalam corak berbulu dan mengumpulkan makanan usaha mengumpulkan makanan berarti membutuhkan sesuatu untuk wadah makanan tersebut.dalam hali ini wadah yang paling tepat adalah gerabah karena gerabah mudah dibawa kemana saja dan ini sesuai dengan corak hidup nomaden karena itu lah gerabah memiliki arti yang penting bagi manusia hingga ia dapat diterima dalam setiap kebudayaan dan terus semakin berkembang selama belum ditemukan wadah lain yang memiliki tingkat efektivitas semakin tinggi.

Penggunaan gerabah oleh suatu kelompok manusia memiliki arti penting bahkan jauh lebih penting dari pada yang bisa kita bayangkan.dengan dikenalnya wadah yang kecil mudah dibawa dan kuat , suatu kebudayaan maju selangkah lagi ke arah kebudayaan yang lebih tinggi.apa lagi dengan di kenalnya corak kebudayaan hidup menetap funsi gerabah semakin meluas. kebutuhan gerabah yang beraneka ragam melahirkan tipe-tipe gerabah yang semakin banyak kalau sebelumnya digunakan wadah lain yang jauh lebih sulit diperoleh,kini mereka bisa membuat wadah gerabah yang lebih mudah di dapat.

Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia merupakan unsure yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia sampai kini.gerabah yang berhasil di temukan terutama bentuk wadah seperti :periuk,cawan,pedupaan,kendi,tempayan,piring dan cobek.

Page 9: Gerabah

Sejarah tentang Gerabah pada zaman neolitikum

Hasil kebudayaan yang terkenal pada zaman neolitikum ini jalan jenis kapak persegi dan kapak lonjong.Untuk meningkatkan pemahaman anda tentang perkembangan kapak tersebut maka amatilah gambar 1.7 di bawah ini !

Masih ingat anda nama kapak pada gambar 1.7 ?

Kalau anda ingat nama kapak tersebut berarti anda masih ingat asal-usul penyebaran kapak tersebut melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia.

Nama kapak persegi di beri nama oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya panjang atau trapezium.

Penampang kapak tersedia dalam berbagai ukuran,ada yang besar dan ada yang kecil.yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul / pacul.sedangkan yang berukuran kecil disebut dengan tarah/tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/ alat untuk mengerjakan kayu sebagai mana lazimnya pahat.

Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa , juga dibuat dari batu api(chalcedon).kemungkinan besar kapak yang terbuat dari kapan chalcedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan,azimat atau tanda kebesaran.

Daerah asal kapak persegi adalah daratan asia masuk ke Indonesia melalui jalur barat dan daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatra,jawa,bali, Nusa Tenggara,Kalimantan<Sulawesi dan Maluku.

Page 10: Gerabah

Walau pun kapak persegi berasal dari daratan asia,tetapi di Indonesia banyak ditemukan pabrik /tempat pembuatan kapan tersebut yaitu di Lahat(Sumatra selatan),bogor, sukabumi,karawang,tasikmalaya,pacitan serta lereng selatan gunung ijien(jawa timur).

Pada waktu yang hampir bersamaan dengan penyebaran kapak persegi,di Indonesia timur juga tersebar sejenis kapak yang penampang melintangnya berbentuk lonjong sehingga disebut kapak lonjong.untuk mengetahui kapak lonjong silahkan amati gambar 1.8 berikut ini :

Gambar 1.8 kapak lonjong

Sebagian kapak lonjong dibuat dari batu kali dan warnanya kehitam-hitaman.bentuk eseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempay tangkainya ,sedangkan ujung lainnya di asah hingga tajam .untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah di asah halus.

Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan walzenbeil dan yang kecil d sebut dengan keinbeil.sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi.Daerah penyebaran kapak lonjong adalah minahasa,gerong,seram,leti,tanimbar dan irian.Dari irian kapak lonjong tersebar meluas sampai kepulauan Melanesia,sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan neolitikum papua.

Page 11: Gerabah

Perhatikan table berikut :

Table 1.5 hasil kebudayaan neolitikum dan penyebarannya

No

Hasil kebudayaan neolitikum

Ukuran Jalur penyebaran

Daerah penyebaran di Indonesia

Fungsi Manusia pendukung

1. Kapak persegi

Beliung(besar)Taran(kecil)

Daratan asia,malaysia barat,Sumatra,jawa,bali

Sumatra,jawa,bali,Kalimantan,nusa tenggara ,maluku

Alatpertanian,pacul dan alat upacara

Suku Nias,toraja,Sasak,dayak,Batak,(proto melayu)

2. Kapak lonjong

Walzwnbeil(besar)Kleinbeil (kecil)

Daratan asia ,jepang,Formosa,Philipina,MinahasaIrian

Irian,leti,tanimbar,Seram,gorong,Minahasa

Alat pertanian,Alat upacara.

Pada zaman neolithikum selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan , gerabah dan pakaian.Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu,baik batu biasa maupun batu berwarna atau batu permata atau juga terbuat dari kulit kerang.

Selain perhiasan ,gerabah juga baru dikenal pada zaman neolithikum,dan teknik pembuatannya masih sangat sederhana karena hanya menggunakan tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang.sedangkan pakaian yang dikenal oleh masyarakat pada zaman neolithikum dapat diketahui melalui suatu kesimpulan penemuan alat pemukul kayu di daerah Kalimantan dan Sulawesi selatan. Hal ini berarti pakaian yang dikenal pada zaman neolithikum berasal dari kuli kayu.dan kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya pakaian suku dayak dan suku toraja , yang terbuat dari kulit kayu.

Page 12: Gerabah

Dengan adanya contoh-contoh kebudayaan neolithikum ,maka untuk memudahkan anda memahami keseluruhan dari kebudayaan zaman batu.simaklah tabel 1.6 berikut ini :

Tabel 1.6 ikhtisar kebudayaan zaman batu

No Zaman Hasil kebudayaan Manusia pendukung

Cirri-ciri hasilbudaya

1. Palaelithikum

Kapak genggam ,chopper/kapak perimbas,Alat –alat serpih/flekes,alat-alat tulang

*homo erectus*homo sapiens Wajakensis*homo sapiens Soloensis

Batunya kasarBelum di bentuk

2. Mesolothikum

Kjokken moddinger abris sous roche pebble ,hache courte,flakes,ujung mata panah,pipisan

*Papua melanosoide

Batunya agak halus , agak dibentuk sesuai kebutuhan

3. Neolithikum Kapak persegiKapak lonjongPerhiasan danGerabah

Proto melayu (suku Nias,toraja,dayak,Sasak)

Batunya sudah halus dibentuk sesuai kebutuhan

sejarah tentang gerabah di daerah plered

Contoh bentuk-bentuk gerabah di daerah plered

Plered adalah nama daerah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat dengan luas wilayah 91.172 Ha. Sejarah Plered tidak lepas dari sejarah keramik dan perjuangannya, dimana wilayah Palered, Cirata, Gandasoli, dan Citalang termasuk kota atau desa tua di Kabupaten Purwakarta. Sejarah Plered dan keramik sudah ada sejak jaman Neolitikum. Pada jaman tersebut sudah ada penduduk yang berdatangan menyusuri sungai Citarum ke daerah

Page 13: Gerabah

Cirata. Dari hasil penggalian di daerah ini ditemukan peninggalan dari batu kapak persegi, alat untuk menumbuk dari alu dan batu, termasuk ditemukan belanga dan periuk dari tanah liat, juga ditemukan adanya Panjunan (Anjun) tempat membuat keramik. Asal muasal nama Plered mempunyai beragam versi diantaranya nama tersebut berasal dari masa tanam paksa dimana pada waktu itu daerah ini merupakan tempat penanaman kopi yang hasilnya diangkut dengan pedati-pedati kecil yang ditarik oleh kerbau (disebut PALERED dan selanjutnya berkembang menjadi “PLERED”) pedati mengangkut kopi tersebut terbuat dari papan kayu baik roda maupun pedatinya sehingga kuat sekali ketika melewati jalan berlumpur.

Pengangkutan kopi tersebut menuju Cikao Bandung/Jatiluhur yang selanjutnya diangkut menggunakan rakit ke Tanjung Priok menyusuri sungai Citarum.

a) Asal-usul Sentra Keramik Plered

Cerita lain yang tidak kalah menariknya adalah tentang asal usul nama sebuah kampung di Kecamatan Plered yang merupakan pusat pembuat keramik di desa itu, yang bernama “Anjun”. Ada beberapa pendapat tentang asal-usul nama Anjun itu: Ada yang mengatakan bahwa kata “Anjun” itu adalah kependekan dari kata “Panjunan” yaitu tempat orang membuat “Jun”. Kata “Jun” menurut kamus Bausastra Jawa karangan S. Prawiro Atmojo mempunyai arti “Buyung”. Jadi menurut asal katanya, “Paanjunan” atau “Panjunan” itu adalah tempat orang membuat buyung atau wadah/penyimpan air. Hal itu sama dengan arti di dalam kamus yang lain seperti Kamus Umum Basa Sunda, yang menyebutkan bahwa “Anjun” adalah “tukang nyieun gagarabah ( keramik )”. Yang lain mengatakan bahwa kata “Anjun” itu berasal dari nama seorang pangeran yang berasal dari Cirebon “Panjunan”, menurut cerita rakyat itu demikian. Konon pada jaman dahulu, sejaman dengan permulaan agama Islam masuk ke tanah Jawa, seorang pangeran dari kesultanan Kanoman Cirebon yang bernama Panjunan menyebarluaskan agama Islam ke berbagai daerah di Jawa Barat, sambil mengajarkan keahliannya membuat barang-barang keramik kepada para pengikutnya di daerah yang ia kunjungi. Hampir kebanyakan para pembuat keramik di daerah-daerah tersebut menganggap pangeran ini sebagai tokoh legendaris yang perlu dihormati dan dikeramatkan, sehingga di beberapa daerah khususnya di Jawa Barat, namanya diabadikan di sentra-sentra pembuatan keramik antara lain di Cirebon, Sitiwinangun ada Panjunan Astana Japura dan Plered – Purwakarta ada “Kampung Anjun”, di Karawang, Tanjungpura ada kampung “Anjun Kanoman”. Mengingat bahwa Pangeran Panjunan pernah hidup sejaman dengan Sunan Gunung Djati yaitu di sekitar abad ke-15. Ini memberikan suatu indikasi bahwa tradisi pembuatan keramik di beberapa

Page 14: Gerabah

sentra di Jawa Barat telah ada jauh sebelum kedatangan bangsa Belanda. Cerita lainnya mengenai keramik Plered sebagai bentuk kerajinan, sudah tampak sejak jaman kolonial Belanda yaitu sekitar tahun 1795 dimana sekitar Citalang ada Lio-lio (tempat pembuatan genteng dan batu batu), dari sejak itu rumah penduduk yang semua beratap ijuk, sirap, daun kelapa dan alang-alang berubah menjadi genteng. Bahkan disekitar Anjun (Panjunan) sudah dimulai pembuatan gerabah/tembikar. Mulai tahun 1935, gerabah menjadi industri rumah tangga dan pada tahun yang sama pula ada perusahaan Belanda yang membuat pabrik besar bernama Hendrik De Boa di Warungkandang, Plered. Pada jaman pendudukan Jepang, kerajinan keramik mengalami kemunduran akibat penduduknya bekerja sebagai romusha, terutama sekitar Ciganea dan Gunung Cupu. Sedangkan pabrik De Boa dikuasai dan diganti namanya menjadi Toki Kojo, Kendati demikian perusahaan tersebut tetap berjalan.Pada masa kemerdekaan produksinya nyaris terhenti karena keterlibatan penduduk dalam perjuangan hingga tanggal 29 Desember 1945 berangsur baik dan mulai bangkit, apalagi sejak tahun 1950 Bung Hatta membuka resmi induk keramik yang gedungnya dekat Gonggo, Plered. Dimana pada saat itu didatangkan mesin-mesin dari Jerman dan mencapai masa kejayaan karena produksinya relatif tinggi, selain itu induk keramik tersebut berjasa dalam membimbing industri rumah tangga hingga berkembang pesat.

Data lain menyebutkan, dari tokoh masyarakat Plered Bapak Darma Kapal bahwa kerajinan keramik ada sejak tahun 1904, dimana pada waktu itu sudah dibuat gerabah kasar untuk kebutuhan rumah tangga dengan tokohnya Ki Dasjan, Sarkun, Aspi, Entas, Warsya dan Suhara. Sampai generasi sekarang banyak mengalami kemajuan, kondisi terkini sudah terdapat sekitar 286 unit usaha dengan mempekerjakan sekitar 3000 orang dengan nilai produksi berkisar 17,5 milyar. Produksinya selain untuk permintaan pasar lokal juga diekspor keberbagai negara diantaranya ke Jepang, Taiwan, Korea, Australia, New Zealand, Belanda, Kanada, Saudi Arabia, Amerika Serikat dan Latin, Inggris, Spanyol, Italia dan mancanegara lainnya.

b) Perkembangan Kerajinan Keramik Plered

Keramik sebagai bentuk kerajinan sudah Nampak pada jaman colonial Belanda,mulai tahun 1795 yang pada saat itu di sekitar Citalang ada lio-lio (tempat pembuatan genteng dan batu bara) .sejak itu lah rumah-rumah rakyat yang semula beratap ijuk,sirap,daun kelapa atau alang-alang di sekitar plered dan di kabupaten karawang mulai di ganti dengan atap genteng bahkan di sekitar Anjun (Panjunan) sudah mulai pembuatan gerabah atau tembikar.

Page 15: Gerabah

Mulai tahun 1935,produk gerabah yang diglasir di plered menjadi industry rumah tangga.Pada tahun tersebut,terdapat perusahaan belanda yang membuka pabrik glasir bernama Hendrik De Boa di warung Kondang,plered.

Pada zaman colonial Jepang,kerajinan keramik mengalami kemunduran akibat penduduknya harus bekerja sebagai Romusha,utamanya di sekitar kaki Gunung Cupu dan Ciganea.Sedangkan pabrik De Boa dikuasai dan di ganti namanya jadi Toki Kojo.Kendati demikian perusahaan tersebut tetap berjalan.

Pada masa kemerdekaan,produksi gerabah dan keramik di plered nyaris terhenti sama sekali karena keterlibatan penduduk dalam gerakan perjuangan.Setelah penyerahan kedaulatan tanggal 29-desember-1949,keadaan di plered berangsur membaik,sehingga produksi gerabah dan keramik mulai bangkit kembali di tandai dengan Bung hatta membuka resmi induk keramik yang gedungnya dekat Gonggo pada 1950.Pada masa itu mesin-mesin didatangkan dari jerman lantas mencapai masa kejayaannya karena produktivitasnya relative tinggi.Disamping itu induk keramik berjasa dalam membimbing industry tumah tangga hingga berkembang pesat.

Saat ini seiring dengan perkembangan jaman dan pergeseran paradigma, tengah terjadi pembenahan dalam penerapan rekayasa desain,teknologi dan manajemen yang dilakukan secara koordinatif antara kelompok kerja klaster industry kerajinan keramik plered yang berada di bawah binaan direktorat jenderal industry kecil dan menengah,departemen perindustrian bekerja sama dengan UPTD litbang keramik plered sebagai instansi di bawah Dinas perindustrian,perdagangan dan penanaman modal kabupaten purwakarta di dukung secara akademis oleh Ti HI-LINK yang merupakan satgas kemitraan perguruan tinggi bagi masyrakat pengrajin dari FSRD-institut Teknologi Bandung.

Kondisi terkini adalah tercatat sekitar 264 unit usaha yang memperkerjakan sekitar 3000 orang dengan nilai produksi berkisar 8,5 milyar rupiah.Produksinya di ekspor ke berbagai Negara diantaranya :

Jepang,Taiwan ,korea,Australia,new Zealand,belanda, kanada,Saudi Arabia,amerika serikat dan amerika latin,inggris,spanyol,italia dan berbagai Negara manca Negara lainnya.

Dalam teori seni rupa dinyatakan bahwa sebagaimana dikemukakan oleh koentjaraningrat kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan

Page 16: Gerabah

yang universal dan dapat ditemukan pada semua kebudayaan di dunia,baik dalam masyarakat perkotaan yang besar dan kompleks.Gerabah sebagai salah satu bagian dari hasil budaya manusia,dalam system social budaya masyarakat tradisional memiliki keterkaitan yang erat dengan berbagai aktivitas ataupun upacara tradisional masyarakat “gerabah” menjadi salah satu bentuk buah karya yang bernilai seni yang tinggi dan sekaligus tradisi nenek moyang turun-temurun yang pernah ada dan sampai sekarang masih dipertahankan sebagai suatu keahlian penduduk setempat yang telah diakui dunia.Dulu gerabah biasa digunakan untuk menyimpan beras,garam dan bumbu-bumbuan disamping digunakan untuk tujuan memasak.

Gerabah sebagai salah satu bagian dari hasil budaya manusia,dalam system social budaya masyarakat tradisional memiliki keterkaitan yang erat dengan berbagai aktivitas ataupun upacara tradisional masyarakat pendukungnya.Gerabah atau tembikar merupakan peninggalan budaya tradisional yang tergolong sangat tua.menurut para ahli,berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa benda-benda tembikar atau gerabah sudah dikenal sejak masa bercocok tanam.

4.proses pembuatan gerabah

Proses pembuatan gerabah pada dasarnya memiliki tahapan yang sama untuk setiap kriyawan. Demikian juga halnya dengan proses pembuatan gerabah yang dipasarkan di Bali, yang membedakan adalah perbedaan alat yang dipakai dalam proses pengolahan bahan dan proses pembentukan /perwujudan.Perbedaan alat merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kualitas akhir yang dicapai oleh masing – masing kriyawan. Misalnya dalam proses pembentukan badan gerabah dengan teknik putar, ada kriyawan yang menggunakan alat tradisional dengan tenaga gerak kaki atau tangan, sementara kriyawan yang sudah lebih maju ada menggunakan alat putar

Page 17: Gerabah

dengan tenaga listrik (electrick wheel). Kelebihan alat yang kedua dibandingkan yang pertama adalah lebih stabil dalam pengoperasiannya serta lebih efesien dalam waktu dan tenaga. Perbedaan alat tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.

Tahapan proses pembuatan gerabah :a. Tahap persiapan

Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :1). Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur

Page 18: Gerabah

2). Mempersiapkan bahan campurannya3). Mempersiapkan alat pengolahan bahan.

b. Tahap pengolahan bahan. Pada tahapan ini bahan diolah sesuai dengan alat pengolahan bahan yang dimiliki kriyawan. Alat pengolahan bahan yang dimiliki masing-masing kriyawan gerabah dewasa ini banyak yang sudah mengalami kemajuan jika dilihat dari perkembangan teknologi yang menyertainya. Walaupun masih banyak kriyawan gerabah yang masih bertahan dengan peralatan tradisi dengan berbagai pertimbangan dianggap masih efektif. Pengolahan bahan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering dan basah. Pada umumnya pengolahan bahan gerabah yang diterapkan kriyawan gerabah tradisional di Indonesia adalah pengolahan bahan secara kering.

Teknik ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan bahan secara basah, karena waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan lebih lebih sedikit. Sedangkan pengolahan bahan dengan teknik basah biasanya dilakukan oleh kriyawan yang telah memiliki peralatan yang lebih maju. Karena pengolahan secara basah ini akan lebih banyak memerlukan peralatan dibandingkan dengan pengolahan secara kering. Misalnya : bak perendam tanah, alat pengaduk (mixer), alat penyerap air dan lain-lain.

Pengolahan bahan secara kering dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :1). Penumbukan bahan sampai halus.2). Pengayakan hasil tumbukan3). Pencampuran bahan baku utama (tanah) dengan bahan tambahan (pasir halus atau serbuk batu padas, dll) dengan komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang dilakukan kriyawan gerabah masing – masing. Kemudian tanah yang telah tercampur ditambahkan air secukupnya dan diulek sampai rata dan homogen. Selanjutnya bahan gerabah sudah siap dipergunakan untuk perwujudan badan gerabah. Pencampuran ini bertujuan untuk memperkuat body gerabah pada saat pembentukan dan pembakaran.

Page 19: Gerabah

c. Tahap pembentukan badan gerabah.

Beberapa teknik pembentukan yang dapat diterapkan, antara lain : teknik putar (wheel/throwing), teknik cetak (casting), teknik lempengan (slab), teknik pijit (pinching), teknik pilin (coil), dan gabungan dari beberapa teknik diatas (putar+slab, putar+pijit, dan lain-lain). Pembentukan gerabah ini juga dapat dilihat dari dua tahapan yaitu tahap pembentukan awal (badan gerabah) dan tahap pemberian dekorasi/ornamen.

Umumnya kriyawan gerabah dominan menerapkan teknik putar walaupun dengan peralatan yang sederhana. Teknik pijit adalah teknik dasar membuat gerabah sebelum dikenal teknik pembentukan yang lain. Teknik ini masih digemari oleh pembuat keramik Jepang untuk membuat mangkok yang mementingkan sentuhan tangan yang khas

Page 20: Gerabah

d. Tahap pengeringan.

Proses pengeringan dapat dilakukan dengan atau tanpa panas matahari. Umumnya pengeringangerabah dengan panas matahari dapat dilakukan sehari setelah proses pembentukan selesai

e. Tahap pembakaran.

Proses pembakaran (the firing process) gerabah umumnya dilakukan sekali, berbeda dengan badan keramik yang tergolong stoneneware atau porselin yang biasanya dibakar dua kali yaitu pertama pembakaran badan mentah (bisque fire) dan pembakaran glazur (glaze fire). Kriyawan tradisional pada mulanya membakar gerabahnya di ruangan terbuka seperti di halaman rumah, di ladang, atau di lahan kosong lainnya. Menurut Daniel Rhodes model pembakaran seperti ini telah dikenal sejak 8000 B.C. dan disebut sebagai tungku pemula (early kiln). Penyempurnaan bentuk tungku dan metode pembakarannya telah dilakukan pada jaman prasejarah (Rhodes, Daniel, 1968:1).

Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, penyempurnaan tungku pembakaran keramik juga semakin meningkat dengan efesiensi yang semakin baik. Penyempurnaan tungku ladang selanjutnya adalah : tungku botol, tungku bak, tungku periodik (api naik dan api naik berbalik).

Page 21: Gerabah

f. Tahap Finishing

Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah proses pembakaran. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya memulas dengan cat warna, melukis, menempel atau menganyam dengan bahan lain, dan lain-lain.

Page 22: Gerabah

5.teknik membuat gerabah

a). Teknik lempeng (slabing)

Teknik lempeng atau slabing merupakan teknik yang digunakan untuk membuat benda gerabah berbentuk kubistis atau kubus dengan permukaan yang rata. Teknik ini diawali dengan pembuatan lempengan tanah liat dengan menggunakan rol kayu penggilas. Setelah men membuat menjadi

Page 23: Gerabah

bentuk kubus atau persegi. Kemudian tahap akhir diberi hiasan dengan cara ditoreh pada saat tanah setengah kering.

b).Teknik pijat (pinching)

Teknik pijat atau pinching merupakan teknik dengan membuat keramik dengan cara memijat tanah liat langsung menggunakan tangan.Tujuan dari penggunaan dari teknik ini adalah agar tanah liat lebih padat dan tak mudah mengelupas sehingga hasilnya akan menjadi tahan lama.

-proses pijat dapat dilakukan dengan cara :

Ambil segumpal tanah liat plastis Tanah liat tersebut diulet-ulet dan dipijit-pijit dengan ibu jari sambil

dibentuk sesuai dengan bentuk benda yang diinginkan Halus kan dengan menggunakan koas atau pun kain halus

c).Teknik pilin (coiling)

Page 24: Gerabah

Teknik pilin (coiling) adalah cara membentuk tanah liat dengan bentuk dasar tanah liat yang di bentuk pilin atau yang seperti tali.

-cara melakukan teknik ini adalah

Segumpal tanah liat dibentuk pilinan dengan kedua belah telapak tangan

Ukuran setiap pilinan sesuaikan dengan kebutuhan Pilinan tanah liat tersebut disusun secara melingkar sehingga menjadi

bentuk yang diinginkan Jangan lupa setiap susunan di tekan dan tambahkan air supaya

menempel

d).Teknik putar (throwing)

Page 25: Gerabah

untuk membuat gerabah dengan teknik putar atau throwing,kamu memerlukan alat bantu berupa subang pelarik atau alat putar elektrik.

-cara melakukan teknik ini :

Mengambil segumpal tanah liat yang plastis dan lumat Taruhlah tanah liat di atas meja putar tepat dibagian tengah-tengahnya Tekan tanah liat dengan kedua belah tangan sambil diputar Bentuk tanah liat sesuai keinginan

Teknik putar pada umumnya menghasilkan benda dengan bentuk bulat ataupun silindris(siilinder)

e). Teknik cetak tekan (press)

Teknik cetak tekan dilakukan dengan menekan tanah liat yang bentuknya disesuaikan dengan cetakan.teknik ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dengan waktu yang singkat dan cepat.

f). Teknik cor atau tuang

Teknik cor atau tuang digunakan untuk membuat gerabah dengan menggunakan acuan alat cetak.tanah liat yang digunakan untuk teknik ini adalah tanah liat cair.cetakan ini biasanya terbuat dari bahan gips.bahan gips digunakan karena gips dapat menyerap air lebih cepat sehingga tanah liat menjadi cepat kering.

7. Fungsi gerabah

Page 26: Gerabah

Fungsi gerabah berdasarkan fungsinya ,gerabah digolongkan menjadi :

a) Fungsional : gerabah yang dapat memberikan manfaat secara langsung kepada penggunanya bentuk gerabah.fungsional antara lain : pot bunga ,tempat fayung,tempayan,kendi,asbak,tempat lilin dan peralatan dapur.

b) Non fungsional : gerabah dengan golongan ini lebih diutamakan sebagai barng-barang hiasan ruang seperti : guci