gerakan massa batuan.pres.rangga

26
GERAKAN MASSA BATUAN Secara garis besar Gerak Masa Batuan (Mass Movement) dapat diartikan sebagai perpindahan material batuan di permukaan bumi akibat gaya grafitasi yang dimiliki bumi. Perpindahan ini dapat terjadi dalam waktu yang singkat maupun waktu yang lama. Tipe Mass Movement a. Tipe Creep (Rayapan) Rayapan merupakan gerak masa batuan yang sangat lambat, sehingga proses rayapannya hampir tak dapat diamati. Perpindahan Masa Batuan bertipe Creep ini hanya bisa diketahui dengan gejala-gejala seperti menjadi miringnya tiang listrik atau dengan melihat ketidakteraturan permukaan tanah. Jika dilihat dari kecepatannya

Upload: rangga-r-putra

Post on 11-Aug-2015

551 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

GERAKAN MASSA BATUAN

Secara garis besar Gerak Masa Batuan (Mass

Movement) dapat diartikan sebagai perpindahan material

batuan di permukaan bumi akibat gaya grafitasi yang dimiliki

bumi. Perpindahan ini dapat terjadi dalam waktu yang singkat

maupun waktu yang lama.

Tipe Mass Movement

a. Tipe Creep (Rayapan)

Rayapan merupakan gerak masa batuan yang sangat lambat,

sehingga proses rayapannya hampir tak dapat diamati.

Perpindahan Masa Batuan bertipe Creep ini hanya bisa

diketahui dengan gejala-gejala seperti menjadi miringnya

tiang listrik atau dengan melihat ketidakteraturan permukaan

tanah. Jika dilihat dari kecepatannya maka tipe Creep ini

memiliki kecepatan antara 1 mm hingga 10 m pertahun.

b. Tipe Luncuran (Slides)

Tipe Luncuran ini lebih sering dikenal orang awam dengan

bencana tanah lonsor. Gerakan masa batuan seperi inilah

yang sering menimbulkan korban jiwa. Secara umum

luncuran batuan dapat diartikan sebagai pepindahan material

permukaan bumi menuruni lereng dengan cepat. Berdasar

Page 2: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

bidang luncurannya maka tipe pepindahan masa batuan ini

dapat dibedakan menjadi transisional dan rotasional. Untuk

luncuran yang memiliki bidang luncur lurus disebut dengan

transitional slide, sedangkan luncuran yang memiliki bidang

luncur melengkung disebut sebagai rotational slide contoh:

Slump.

c. Tipe Aliran

Gerak Masa Batuan tipe aliran ini dicirikan dengan adanya

bidang geser (shear plan). Tipe aliran ini dapat dibedakan

dengan rayapan dari batas yang tegar dan material yang

terpindahkan. Menurut Vames (1978) aliran masa batuan

dapat

dibedakan menjadi aliran kering, suliflaction, aliran tanah,

aliran debris, dan debris avelanche. Dari kesemua tipe

tersebut tipe suliflaction adalah gerak masa batuan tipe aliran

yang paling lambat bergerak. Hal ini terjadi karena lapisan

tanah memiliki kejenuhan yang tinggi terhadap air. Tipe

suliflaction dapat berlangsung pada medan dengan

kemiringan hanya 1° dan dapat pula terjadi pada lingkungan

periglasial.

d. Tipe Heave

Gerak masa batuan bertipe Heave ini terjadi karena adanya

Page 3: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

proses kembang kerut tanah. Tanah yang banyak

mengandung lempung smectile biasa mengalami kembang

kerut. Ketika tanah ini mengembang maka volume akan

bertambah kearah tegak lurus bidang lereng. Oleh sebab itu

akan terjadi desakan kearah lereng bawah. Tipe heave sendiri

masih dapt dibagi menjadi rayapan tanah dan rayapan talus.

Tipe heave ini dikendalikan oleh kuanitas kandungan tanah

terhadp lempung jenis smectile atau illit dan relief mikro

akibat adanya proses kembang kempis.

e. Tipe Jatuhan

Gerak masa batuan bertipe jatuhan ini dicirikan oleh

pegerakan melalui udara. Pada umumnya fragmen batuanlah

yang seolah terbang. Didalm kenyataannya sangat sulit

menemui tip pergerakn masa batuan seperti ini. Suatub

pengecualian pada tebing sungai yang runtuh dan sering

diistilahkan dengan bank calving.

f. Tipe Runtuhan (Subsidence)

Satu ciri utama dari pergerakan masa batuan ini adalah tak

kuatnya lagi penopang batuan yang ada. Ketika penopang

sudah tak kuat atau bahkan sudah hilang maka masa batuan

diatasnya akan jatuh secara cepat yang disebut dengan

runtuh.

Page 4: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

Dari kesemua jenis gerak massa dapat diketahui tingkat

resiko terhadap jenis material yang dipengaruhi... pada

gambar dibawah...

Menurut AK. Lobeck terdapat tiga klasifikasi gerakan

massa batuan yaitu :

1. Very Rapid Mass Movement

Gerakan massa batuan yang sangat cepat, dalam

hal ini air tidak memegang peranan penting. Gerakan

ini terutama disebabkan oleh grafitasi yang dihasilkan

rock fall, rock slide, debris fall, dan debris slide.

a. Rock fall

Pelapukan merupakan unsur yang

mempersiapkan adanya gerakan atau perubahan

batuan. Jika terjadi hujan akan mengalami

pelapukan pada retakan – retakan itu. Tanah

bagian bawah akan hilang dan massa batuan yang

resisten yang terdapat di bagian atasnya tidak

tahan terhadap gaya tarik bumi. Akibatnya massa

batuan itu akan runtuh secara bebas tanpa adanya

penyangga yang disebut rock fall. Rock fall ini

terjadi di daerah – daerah yang lerengnya curam,

cliff atau daerah lain yang memungkinkan.

Page 5: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

b. Rock slide

Rock slide terjadi disebabkan oleh hal lain

yang dibantu air. Lapisan sandstone yang ada di

atas lapisan shale. Setelah jenuh akan melepaskan

butir – butir batuan itu dan akhirnya lapisan sand

stone meluncur ke bawah karena terletak di atas

lapisan shale yang licin. Lapisan sand stone akan

meluncur walaupun kemiringannya hanya 20˚

c. Debris fall

Pada prinsipnya sama dengan proses

terjadinya rock fall tetapi materi yang mengalami

runtuhan adalah materi yang lebih kecil

ukurannya. Gerakan ini biasanya didahului oleh

pelapukan mekanis yang menyebabkan gumpalan

batuan pecah – pecah menjadi lebih kecil. Ini pun

sering terjdi di daerah yang curam baik di tebing

sungai maupun pada pantai cliff / jurang.

d. Debris slide

Yaitu Suatu gerakan meluncur dari pecahan

batuan, proses terjadinya seperti rock slide.

Page 6: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

2. Rapid Mass Movement

Gerakan Massa batuan ini sangat didominasi

kejenuhan air dalam batuan, sehingga alirannya cepat.

Bentuk gerakan yang dihasilkan adalah earth flow, mud

flow, dan debris avalanche.

a. Earth Flow

Gerakan massa tanah ini sejenis land slides,

yang terjadi jika gerakan itu disebabkan

kejenuhan yang tidak terlalu besar. Yang berarti

juga lebih lambat dari mud flow. Beberapa

pegunungan yang tinggi dengan materi lunak

dapat terjadi eart flows. Contoh : Earth flow banjir

lahan dingin dari erupsi gunung merapi.

b. Mud Flow

Mud Flows (Aliran Lumpur) terjadi di

daerah pegunungan pada jurang - jurang, sungai

dan anak sungai. Daerah tersebut biasanya

tanahnya lunak, lumpur itu kadang – kadang

merupakan bendung – bendung berjalan karena

dorongan air, Jika pada aliran itu terbuka maka

akan terjadi banjir lumpur dan air yang

menggenangi kiri dan kanan sungai. Hal ini sangat

berbahaya pada daerah vulkanis, banjir lumpur,

banjir lumpur dapat menjebol

Page 7: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

Gambar

c. Debris Avalance

Merupakan gerakan massa batuan yang

setengah longsor sebagai akibat batuan plastis

yang berada di atas batuan kedap air. Pada saat

batuan yang plastis tersebut jenuh air maka

terjadilah longsoran yang cukup besar. Contoh

yang terjadi di daerah pegunungan Progo Barat

(Naggulan) oleh karena daerah tersebut tersusun

dari batuan Limestone yang plastis yang berada di

atas batuan breksi andesit, maka pada saat musim

penghujan terjadi debris avalanche.

d. Mud Flow

Mud Flows (Aliran Lumpur) terjadi di

daerah pegunungan pada jurang - jurang, sungai

dan anak sungai. Daerah tersebut biasanya

tanahnya lunak, lumpur itu kadang – kadang

merupakan bendung – bendung berjalan karena

dorongan air, Jika pada aliran itu terbuka maka

akan terjadi banjir lumpur dan air yang

menggenangi kiri dan kanan sungai. Hal ini sangat

berbahaya pada daerah vulkanis, banjir lumpur,

banjir lumpur dapat menjebol

Gambar

Page 8: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

e. Debris Avalance

Merupakan gerakan massa batuan yang

setengah longsor sebagai akibat batuan plastis

yang berada di atas batuan kedap air. Pada saat

batuan yang plastis tersebut jenuh air maka

terjadilah longsoran yang cukup besar. Contoh

yang terjadi di daerah pegunungan Progo Barat

(Naggulan) oleh karena daerah tersebut tersusun

dari batuan Limestone yang plastis yang berada di

atas batuan breksi andesit, maka pada saat musim

penghujan terjadi debris avalanche.

3. Slow Mass Movement

Pada umumnya gerakannya lambat, seingga tidak

dapat diamati tetapi hanya dapat dilihat gejala –

gejalanya. Gerakan yang dihasilkan adalah soil creep

(tanah yang merayap), talus creep ( batuan endapan

yang berkumpul disatu tempat kemudian merayap),

rock creep (gumpalan batuan yang merayap),

solifluction (batuan yang berada di daerah salju

setengah mengalir)

a. Soil Creep

Page 9: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

Tanah yang merayap (soil creep) merupakan

gejala umum yang terdapat di permukaan bumi.

Selain air, gravitasi merupakan

unsure penunjang terjadinya soil creep. Soil

creep ini gerakannya lebih lambat daripada mud

flow. Unsur – unsure yang membantu yang lain

adalah pemanasan dan pembekuan, pembahasan

dan pengeringan, dan pembekuan dan pencairan.

Soil creep tidak segera terlihat prosesnya

karena gerakannya sangat lambat. Yang dapat

dilihat hanya tanda – tandanya, bahwa suatu

daerah mengalami soil creep yaitu adanya

tumbuhan yang condong, pagar, tiang – tiang yang

condong mengikuti gerakan soil creep.

b. Talus Creep

Talus creep adalah rayapan puing-puing

hasil pelapukan yang tertimbun di suatu lereng.

Terjadi karena pengaruh gravitasi, yang tertimbun

di suatu lereng. Terjadi karena pengaruh gravitasi,

yang dibantu oleh air sebagai pendorong.

Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus

creep),pada prinsipnya sama dengan soil creep,

hanya bahannya saja yang berbeda. Gejala ini

Page 10: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

banyak terjadi pada daerah-daerah yang

mengalami pergantian antara pembekuan dan

pencairan kembali.

c. Mud Flow

Mud Flows (Aliran Lumpur) terjadi di

daerah pegunungan pada jurang - jurang, sungai

dan anak sungai. Daerah tersebut biasanya

tanahnya lunak, lumpur itu kadang – kadang

merupakan bendung – bendung berjalan karena

dorongan air, Jika pada aliran itu terbuka maka

akan terjadi banjir lumpur dan air yang

menggenangi kiri dan kanan sungai. Hal ini sangat

berbahaya pada daerah vulkanis, banjir lumpur,

banjir lumpur dapat menjebol

Gambar

d. Debris Avalance

Merupakan gerakan massa batuan yang

setengah longsor sebagai akibat batuan plastis

yang berada di atas batuan kedap air. Pada saat

batuan yang plastis tersebut jenuh air maka

terjadilah longsoran yang cukup besar. Contoh

yang terjadi di daerah pegunungan Progo Barat

(Naggulan) oleh karena daerah tersebut tersusun

dari batuan Limestone yang plastis yang berada di

Page 11: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

atas batuan breksi andesit, maka pada saat musim

penghujan terjadi debris avalanche.

4. Slow Mass Movement

Pada umumnya gerakannya lambat, seingga tidak

dapat diamati tetapi hanya dapat dilihat gejala –

gejalanya. Gerakan yang dihasilkan adalah soil creep

(tanah yang merayap), talus creep ( batuan endapan

yang berkumpul disatu tempat kemudian merayap),

rock creep (gumpalan batuan yang merayap),

solifluction (batuan yang berada di daerah salju

setengah mengalir)

a. Soil Creep

Tanah yang merayap (soil creep) merupakan

gejala umum yang terdapat di permukaan bumi.

Selain air, gravitasi merupakan

unsure penunjang terjadinya soil creep. Soil

creep ini gerakannya lebih lambat daripada mud

flow. Unsur – unsure yang membantu yang lain

adalah pemanasan dan pembekuan, pembahasan

dan pengeringan, dan pembekuan dan pencairan.

Soil creep tidak segera terlihat prosesnya

karena gerakannya sangat lambat. Yang dapat

dilihat hanya tanda – tandanya, bahwa suatu

Page 12: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

daerah mengalami soil creep yaitu adanya

tumbuhan yang condong, pagar, tiang – tiang yang

condong mengikuti gerakan soil creep.

b. Talus Creep

Talus creep adalah rayapan puing-puing

hasil pelapukan yang tertimbun di suatu lereng.

Terjadi karena pengaruh gravitasi, yang tertimbun

di suatu lereng. Terjadi karena pengaruh gravitasi,

yang dibantu oleh air sebagai pendorong.

Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus

creep),pada prinsipnya sama dengan soil creep,

hanya bahannya saja yang berbeda. Gejala ini

banyak terjadi pada daerah-daerah yang

mengalami pergantian antara pembekuan dan

pencairan kembali.

c. Rock Creep

Apabila bahan-bahan yang bergerak berupa

bongkah-bongkah besar dengan gerakannya yang

perlahan-lahan.

d. Solifluction

Solifluction merupakan gerakan massa tanah

dan batuan yang mengalir secara lambat, biasanya

Page 13: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

terjadi di daerah yang beriklim dingin, yang

mengalami pembekuan dan pencairan walaupun

terjadi pada lereng yang relative tidak curam.

Untuk terjadi solifluction memerlukan syarat

– syarat sebagai berikut :

1. Suplai air yang baik yang berasal dari

pencairan salju dan es daratan.

2. Lereng yang sedang sampai curam yang secara

relative bebas dari vegetasi.

3. Terdapat lapisan dasar yang selallu beku di

permukaan daratan.

4. Produksi yang cepat dari reruntuhan batuan

(debris) oleh proses pelapukan.

Faktor – Faktor Pengontrol Mass Wasting

1. Kemiringan Lereng

Semakin besar sudut kemiringan lereng, semakin

besar pula peluang mass wasting terjadi karena gaya

berat semakin besar pula.

2. Relief Lokal

Relief local yang mempunyai kemiringan lereng

cukup besar memperbesar peluang mass wasting.

Page 14: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

Misalnya kubah, perbukitan punya peluang yang besar

untuk terjadi mass wasting.

3. Ketebalan Hancuran Batuan (debris) diatas batuan

dasar

Makin tebal hancuran batuan yang berada di atas

batuan dasar, makin besar pula peluang untuk

terjadinya mass wasting karena permukaan yang labil

makin besar pula.

4. Orientasi bidang lemah dalam bidang batuan

Pada umumnya mass wating akan mengikuti alur

bidang lemah dalam batuan, karena orientasi bidang

lemah tersebut akan lapuk lebih dahulu kemudian

materi yang lapuk akan bergerak. Bidang lemah itu

berupa kekar, retakan atau diabas.

5. Iklim

Kondisi iklim di suatu daerah akan menentukan

cepat / lambatnya gerakan massa batuan. Bagi daerah

yang beriklim basah cenderung mempunyai tingkat

kejenuhan air pada massa batuan tinggi, sehingga

peluang terjadinya mass wasting juga besar. Untuk

daerah beriklim kering, pelapukan fisik cukup intensif

Page 15: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

sehingga permukaan bentuk lahan menjadi daerah yang

labil karena timbunan hancuran batuan menjadi tebal.

Akibat berikutnya terjadinya mass wasting. Seperti

daerah beriklim kering, daerah beriklim dingin juga

intensif mengalami pelapukan fisik sebagai akibat

proses beku celah (kroturbasi) sehingga peluang

terjadinya mass wasting juga besar.

6. Vegetasi

Daerah yang tertutup oleh vegetasi / tumbuhan –

tumbuhan peluang untuk terjadi mass wasting kecil,

karena vegetasi dapat menahan laju gerakan massa

batuan.

7. Gempa Bumi

Daerah yang sering mengalami gempa bumi

cenderung labil, sehingga peluang terjadinya mass

wating cukup besar.

8. Tambahan Material di bagian atas Lereng

Di daerah gunung api aktif sering terjadi

penambahan material di bagian atas lereng akibat

letusan, sehingga akan memperbesar peluang terjadinya

mass wasting. Contoh : Kubah lava Merapi makin lama

Page 16: Gerakan Massa Batuan.pres.Rangga

makin besar pada saat erupsi sehingga menyebabkan

guguran lava ke lereng di bawahnya

Cara Untuk Mencegah Gerakan Massa Batuan

1. Menanami Lereng dengan tumbuhan – tumbuhan / di

hutan.

2. Membuat teras – teras pada lereng.

3. Bangunan di lereng dibuatkan beton penahan.

4. Apabila bagian bawah lereng dipotong / digali untuk

keperluan tertentu, perlu dibuatkan saluran pembuangan

air di bawah tanah.

5. Apabila membangun jalan di daerah pegunungan

perhatikan arah kemiringan batuan. Bagian yang

dibangun pada sisi yang stabil.

6. Menahan batuan agar tidak bergeser sepanjang bidang

lemah batuan (bidang batas lapisan, bidang retakan).