geron tik
TRANSCRIPT
TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ISK PADA LANSIA
Dosen Pengampuh : Fajarina Lathu., S.Kep.,Ns., MSN
Di Susun Oleh :
1. Agus Randa Setiawan (11130136)
2. Iqbal Wahyudi (11130163)
3. Letsi (11130149)
4. Nurhayati (11130173)
5. Abdul Multasyam (11130152)
6. Roberd Erikson Bako (11130144)
7. Suranto (111301
8. Mahatma Ghandhi (
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1- KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2013/2014
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Atas Rahmat dan Karunia-
Nya Sehingga Penyusun Dapat Menyelesaikan Tugas Asuhan Keperawatan Pasien ISK pada
Lansia” dengan baik.
Asuhan Keperawatan Ini Berisi, Antara lain Anatomi dan Fatofisiologi, Proses
penuaan,Perubahan sistem ISK, Patway, Penyakit yang umum terjadi pasien ISK pada
Lansia.
Diharapkan Setelah Membaca dan Mempelajari Makalah ini, Kami Berharap
Pembaca Dapat Lebih Memahami dan Mengetahui Tentang Penyakit ISK pada lansia Yang
Di Derita Oleh Klien, Baik Di lingkungan masyarakat Atau lebih khusus Di Rumah sakit.
Mengingat Penyusunan Makalah Ini Masih Jauh dari Kesempurnaan, Maka Kami
Senantiasa Membuka Diri Untuk Menerima Kritik dan Saran Yang Bersifat Membangun
Demi Terwujudnya Makalah Ini Menjadi Lebih Sempurna Dan Bermanfaat.
Yogyakarta, 10 April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..3
BAB I TINJAUAN TEORI
a. Anatomi dan Fisiologi.................................................................................
b. Proses Penuaan............................................................................................
- Definisi
- Klasifikasi
c. Perubahan Sistem ISK.................................................................................
d. Patway Perubahan sistem perkemihan........................................................
e. Penyakit Sistem Perkemihan yang umum terjadi pada Lansia.....................
1. BPH
2. Inkontinitas Urin
3. ISK
4. Gagal Ginjal
5. UroLithiasis
6. Sindrom Nifrotik
BAB II KASUS
Kasus………………………………………………………………..……...
BAB III
A. Pengkajian………………………………………………………………….
B. Rencana Keperawatan……………………………………………………..
C. Catatan Perkembangan………………………………………………….....
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….…………...
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan fisiologi sistem perkemihan
Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli-buli dan uretra yang keduanya harus
bekerja secara sinergis untuk dapat menjalaknkan fungsinya dalam menyimpan (storage)
dan mengeluarkan (vading) urine. Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri dari
mukosa, otot polos destrusor, dan serosa. Pada perbatasan antara buli-buli dan uretra
terdapat sfingter uretra interna yang terdiri atas otot polos. Sfingter interna ini selalu
tetutup pada saat fase pengisisan (filling) atau penyimpanan, dan terbuka pada saat isi
buli-buli penuh dasn saat miksi atau pengeluaran (evacuating). Di sebelah distal dari uretra
posterior terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri dari otot bergaris dari otot dasar
panggul, sfingter ini membuka pada saat miksi sesuai dengan perintah dari korteks serebri.
Adapun anatomi sistem perkemihan adalah :
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. Uretra
B. Proses penuaan
1) Definisi : Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun proses
penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal, tetapi pada kenyataannya
proses ini menjadi beban bagi orang lain dibadingkan dengan proses lain yang terjadi.
Perawat yang akan merawat lansia harus mengerti sesuatu tentang aspek penuaan yang
normal dan tidak normal.
2) Klasifikasi Askep Penuaan
Biologis pada penuaan
Proses penuaan biologis yang dialami lansia relatif tidak akan menimbulkan perubahan
buruk saat diperlukan penurunan tingkat ketergantungan fisik yang tinggi. Berikut ini
teori biologis tentang penuaan :
a. Teori seluler
Sel diprogram hanya untuk membelah pada waktu yang terbatas.
b. Teori sistesis
Akibat penuaan, protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel
dan kurang elastis.
c. Teori keracunan oksigen
Kemampuan lansia untuk melawan efek racun oksigen akan berkurang.
d. Teori sistem imun
Kopetensi yang menurun dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi, penyakit
autoimun, dan kanker.
Penuaan pada sistem tubuh (fisiologis)
Penuaan dapat dibedakan antara penuaan yang normal (fisiologis) dan penuaan karena
kondisi penyakit (patologis). Berikut ini merupakan efek fisiologis dari penuaan :
a. Sistem muskuloskeletal
Atrofi otot, dekalsifikasi tulang, dan perubahan postural.
b. Perubahan kardiopulmonal
Pembuluh darah kehilangan elastisitas, peningkatan nadi dan peningkatan tekanan
darah.
Pendistribusian tulang kalsium menyebabkan dekalsifikasi tulang iga dan kalsifikasi
kartilago kosta : Perubahan ini dan perubahan postural menyebabkan penurunan
efislensi paru.
c. Sistem perkemihan
Kehilangan irama diurnal pada produksi urine dan penurunan filtrasi ginjal
d. Sistem pencernaan
Tidak ada perubahan yang signifikan
e. Sistem saraf
Kemunduran pendengaran dan penglihatan
f. Sistem endokrin
Kemunduran fungsi gonad
Psikologis pada penuaan
Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak. Pengertian yang salah
tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan kecerdasan
mental yang kurang. Berikut aspek psikologis pada penuaan :
A. Kepribadian, intelegensi dan sikap
Tes intelegensi dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada lansia.
Lansia seringkali mempertahankan sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil dan
sedikit sulit untuk diubah.
B. Teori aktivitas dan pelepasan
- Teori pelepasan : Lansia secara berangsur-angsur mengurangi aktivitasnya dan
bersama menarik diri dari masyarakat.
- Teori aktivitas : Sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk
aktivitas yang pasti, dan mengkompensasi dengan melakukan banyak aktivitas yang
baru.
C. Perubahan pada sistem perkemihan
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah.
Dalam proses ini, terjadi berbagai perubahan sistem tubuh pada lansia, salah satunya
sistem perkemihan. Berikut pembahasan terkait perubahan fisiologis sistem
perkemihan pada lansia dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sistem
perkemihan pada lansia berdasarkan literatur yang diperoleh.
Sistem
Perkemihan
Perubahan yang Terjadi
Ginjal Massa ginjal berkurang 25% pada usia 80 tahun ke atas.
Setelah umur 30 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada
usia 60 tahun kemampuan tingggal 50% dari umur 30 tahun, ini disebabkan
berkurangnya populasi nefron dan tidak adanya kemampuan regenerasi.
Dengan menurunnya jumlah populasi nefron akan terjadi penurunan kadar
renin yang menyebabkan hipertensi.
Terjadi penebalan membran basalis kapsula Bowman dan terganggunya
permeabilitas, perubahan degeneratif tubuli, perubahan vaskuler pembuluh
darah kecil sampai hialinisasi arterioler dan hiperplasia intima arteri
menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai
sitokin yang menyebabkan resobsi natrium ditubulus ginjal. Efisien ginjal
dalam pembuangan sisa metabolisme terganggu dengan menurunnya massa
dan fungsi ginjal
- jumlah neufron tinggal 50% pada akhir rentang hidup rata-rata
- aliran darah ginjal tinggal 50% pada usia 75 tahun
- tingkat filtrasi glomerulus dan kapasitas ekskresi maksimum menurun. Hal
ini dapat disebabkan karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari
ukuran dan jumlah glomerulus.
Aliran plasma ginjal yang efektif menurun sejalan dari usia 40 ke 90-an.
Umumnya filtrasi tetap ada pada usia muda, kemudian berkurang tetapi
tidak terlalu banyak pada usia 70, 80, dan 90 tahunan. Transport maksimal
tubulus untuk tes ekskresi PAH (paraaminohipurat) menurun progresif
sejalan dengan peningkatan usia dan penurunan GFR.
Membran basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area
fokal, dan total permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan
volume tubulus proksimal berkurang. Implikasi dari hal ini adalah filtrasi
menjadi kurang efisien, sehingga secara fisiologis glomerulus yang mampu
menyaring 20% darah dengan kecepatan 125 mL/menit (pada lansia
menurun hingga 97 mL/menit atau kurang) dan fungsi penyaringan protein
dan eritrosit menjadi terganggu.
Pembuluh
darah ginjal
Sejak umur 40 tahun, aliran darah renal berkurang, terutama di korteks.
Pada korteks ginjal, arteri aferen dan eferen cenderung untuk atrofi yang
berarti terjadi pengurangan jumlah darah yang terdapat di glomerulus.
Vesica
urinaria/
kandung
kemih
Otot kandung kemih menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat.
Aktivitas kendali sfingter dan detrusor hilang, sehingga sering kencing
tanpa sadar, terutama di malam hari.
Penurunan kapasitas kandung kemih (N: 350-400 mL), peningkatan volume
residu (N: 50 mL), peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak di
sadari dan atopi pada otot kandung kemih secara umum.
Dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menurun, sisa urin
setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung
kemih yang tidak teratur sering terjadi. Keadaan ini menyebabkan sering
berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin. Pada wanita pasca
menopause karena menipisnya mukosa disertai dengan menurunnya
kapasitas, kandung kemih lebih rentan dan sensitif terhadap rangsangan
urine, sehingga akan berkontraksi tanpa dapat dikendalikan.
Mekanisme
Kontrol
Perubahan pada sistem saraf dan sistem regulator lain mempengaruhi fungsi
perkemihan. Impuls motorik dalam saraf spinal mengontrol perkemihan,
sedangkan otak bertanggung jawab untuk mendeteksi sensasi pemenuhan
kandung kemih, menghambat pengosongan kandung kemih saat dibutuhkan,
dan stimulasi kontraksi pengosongan kandung kemih. Saat kandung kemih
terisi, reseptor sensori di dinding kandung kemih mengirim sinyal ke saraf
spinal sakral. Pada lansia, perubahan degeneratif di korteks serebral dapat
mengubah sensasi pemenuhan kandung kemih dan kemampuan
mengosongkan kandung kemih dengan komplet. Pada orang dewasa, sensasi
penuh dimulai ketika kandung kemih terisi setengah. Tetapi, pada lansia
interval antara persepsi awal dari dorongan untuk mengosongkan dan
kebutuhan sebenarnya untuk mengosongkan kandung kemih menjadi lebih
singkat sehingga meningkatkan kejadian inkontinensia urin.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Perkemihan Lansia
1. Diet dan intake
Jumlah dan tipe makanan, cairan, dan obat-obatan mempengaruhi jumlah urine yang
keluar.
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Pada lansia, respon berkemih menjadi lebih sering.
3. Gaya hidup
Gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas
toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktik eliminasi
keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
4. Stress psikologi
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal
ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya
jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat aktivitas
Aktivitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal dan
eksternal.
6. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih.
Pada lansia, kapasitas kandung kemihnya menurun dan berbagai perubahan lain pada
sistem perkemihan.
7. Kondisi patologis
Saat seseorang dalam keadaan sakit, produksi urin yang sedikit dapat disebabkan oleh
keinginan untuk minum juga sedikit/tidak adekuat.
Seiring bertambahnya usia, perubahan ginjal, kandung kemih, mekanisme kontrol di saraf
dan sistem tubuh lain berpengaruh terhadap proses fisiologis yang mengontrol eliminasi
urin. Perubahan tersebut dipengaruhi berbagai faktor, antara lain diet dan intake, respon
berkemih, gaya hidup, stress psikologi, dll.. Dengan demikian, perawat diharapkan mampu
memberi asuhan keperawatan terhadap lansia dengan berbagai perubahan sistem
perkemihan yang dialami.
D. Patway Perubahan Sistem Peerkemihan pada Lansia
E. Penyakit Sistem Perkemihan yang umum terjadi pada lansia
1. BPH
DEFINISI
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar,
memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar
urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat
Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau
hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian
(sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi
gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of
prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat
merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap
undangan(counter part). Oleh karena itu yang dianggap etiologi adalah karena tidak
adanya keseimbangan endokrin. Namun menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong
tahun 1998 etiologi dari BPH adalah:
Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan keseimbangan
testosteron dan estrogen.o Ketidakseimbangan endokrin.
Faktor umur / usia lanjut.
Unknown / tidak diketahui secara pasti.
MANIFESTASI KLINIS
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu
disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih
2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak pada
pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:
a. Retensi urin
b. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing
c. Miksi yang tidak puas
d. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)
e. Pada malam hari miksi harus mengejan
f. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)
g. Massa pada abdomen bagian bawah
h. Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk
mengeluarkan urin)
j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan turunm.
AnemiaKadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat
berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam
kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.
2. Inkontinietas urin
Definisi
Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan beser sebagai bahasa
awam merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia. Inkontinensia
urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup
sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial. Variasi dari
inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai benar-benar
banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses)
(brunner, 2011).
Etiologi
Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan
fungsi organ kemih, antara lain: melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan
berkali-kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan
seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan) abnormal
dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit,
sudah menimbulkan rasa ingin berkemih. Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain
terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan, produksi urin
meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan ke toilet. Gangguan saluran
kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi infeksi saluran kemih, maka
tatalaksananya adalah terapi antibiotika. Apabila vaginitis atau uretritis atrofi
penyebabnya, maka dilakukan tertapi estrogen topical. Terapi perilaku harus dilakukan
jika pasien baru menjalani prostatektomi. Dan, bila terjadi impaksi feses, maka harus
dihilangkan misalnya dengan makanan kaya serat, mobilitas, asupan cairan yang
adekuat, atau jika perlu penggunaan laksatif. Inkontinensia Urine juga bisa terjadi karena
produksi urin berlebih karena berbagai sebab. Misalnya gangguan metabolik, seperti
diabetes melitus, yang harus terus dipantau. Sebab lain adalah asupan cairan yang
berlebihan yang bisa diatasi dengan mengurangi asupan cairan yang bersifat diuretika
seperti kafein.
Manifestasi Klinis
1. Inkontinensia stres: keluarnya urin selama batuk, mengedan, dan sebagainya. Gejala-
gejala ini sangat spesifik untuk inkontinensia stres.
2. Inkontinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin dengan gambaran
seringnya terburu-buru untuk berkemih.
3. Enuresis nokturnal: 10% anak usia 5 tahun dan 5% anak usia 10 tahun mengompol
selama tidur. Mengompol pada anak yang lebih tua merupakan sesuatu yang abnormal
dan menunjukkan adanya kandung kemih yang tidak stabil.
4. Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nokturia), obstruksi (pancara lemah, menetes),
trauma (termasuk pembedahan, misalnya reseksi abdominoperineal), fistula (menetes
terus-menerus), penyakit neurologis (disfungsi seksual atau usus besar) atau penyakit
sistemik (misalnya diabetes) dapat menunjukkan penyakit yang mendasari.
3. ISK
Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di
kandung kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan
istilah infeksi urin, termasuk pula berbagai infeksi disaluran kemih yang tidak hanya
mengenai kandung kemih (protatitis uretritis).
Etiologi
Biasanya bakteri enteric, terutama Escherichia coli pada wanita. Gejala
bervariasi tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di rumah
sakit, 30 – 40% disebabkan proteus, stapilokok, dan bahkan pseudomonas. Bila
ditemukan, kemungkinan besar terdapat kelainan salauran kemih. Namun harus
dip[erhitungkan kemungkinan kontaminasi jika ditemukan lebih dari satu organisme.
Selain itu terdapat factor-faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya ISK yaitu
1. Bendungan aliran urin : anomaly congenital, batu saluran kemih, oklusi ureter
(sebagian atau total).
2. Refluks Vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena hipertropi prostate
4. Penyakit metabolic (diabetes, gout, batu)
5. Peralatan kedokteran (terutama kateter tinggal)
6. Kehamilan
7. Jenis kelamin
8. Penyalahgunaan analgesic secara kronik
9. Penyakit ginjal
10. Personal Hygiene
Manifestasi klinis
Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria, nyeri suprapubik dan daerah
pelvis. Polakisuri terjadi akibat kandung kemih tidak dapat manampung urin lebih
dari 500 ml karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Nokturia ialah
cenderung sering kencing pada malam hari akibat kapasitas kandung kemih menurun.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut
a. Pada ISK bagian bawah
Jika di ueretra, tanda-tanda infeksi akan muncul, vasokonstriksi, vasodilatasi
pada tempat peradangan kemerahan, peningkatan permeabilitas dinding terjadi,
bengkak, perembesan protein.
Pada fesika urinary, gejala yang nampak yaitu nyeri karena system persarafan
terganggu, nyeri abdomen sampai kebelakang, nokturia, nanah. Keluhan pasien
biasanya berupa rasa sakit atau panas di uetra sewaktu kencing dengan air kemih
sedikit, serta rasa tidak enak di daerah suprapubik.
b. Pada ISK bagian atas
Pada ISK bagian atas (pielonefritis) dapat ditemukan gejala sakit kepala,
malaise, mual muntah, anoreksia, demam, menggigil, nyeri pinggang, kekakuan
abdomen, output urin menurun.
Beberapa pasien mengeluh bau yang tidak menyenengkan atau keruh dan
mungkin kematuran.
4. Gagal ginjal
Definisi
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan
lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak
dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit
yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996;
368)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth,
2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal
yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) di
dalam darah. (Arif Muttaqin,2011; 166)
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Hal ini
terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit. (Arjatmo
Tjokonegoro,2001;427)
Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal
kronis. Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi
ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan
GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal.
1. Penyakit dari ginjal
a. penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis
b. infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis
c. batu ginjal : nefrolitiasis
d. kista di ginjal : polcystis kidney
e. trauma langsung pada ginjal
f. keganasan pada ginjal
g. sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur
2. Penyakit umum di luar ginjal
a. penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b. dyslipidemia
c. infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis
d. preeklamsi
e. obat-obatan
f. kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar )
Manifestasi Klinis
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan
tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain
yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis mencakup hipertensi
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron),
gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner (akibat cairan berlebihan), dan
perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin uremik).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis).
Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi akibat
penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir. Gejala
gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah dan
cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak
mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
5. urolithitas
Definisi
a. Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and
Suddarth, 2002, hal. 1460).
b. Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu
ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal.
1595).
c. Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut
dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat
sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat
infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006,
ILMU BEDAH, hal. 171).
d. Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih, yang
dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs & Fransica
B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).
e. Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya
nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium
( oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary baradero,SPC,MN &
Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal 59).
ETIOLOGI
Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :
1. Ginjal
Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.
2. Immobilisasi
Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium.
Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu.
3. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
menjadi inti pembentukan batu.
4. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.
5. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu
dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
6. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan
pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di
ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.
7. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi
terbentuknya batu saluran kemih.
8. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju,
kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging,
jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
a. - Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
- Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat
terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala
namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
- Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
b. Batu di piala ginjal
- Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
- Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
- Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke
bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
- Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan
muncul Mual dan muntah.
- Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini
akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas
dan usus besar.
c. Batu yang terjebak di ureter
- Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke
paha dan genitalia.
- Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
- Hematuri akibat aksi abrasi batu.
- Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
d. Batu yang terjebak di kandung kemih
- Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuri.
- Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi
urine.
6. Sindrom nefrotik
Definisi
Sindrom Nefrotik adalah kelainan pada sistem perkemihan/urinary yang ditandai
dengan adanya peningkatan protein dalam urine (proteinuria), penurunan albumin dalam
darah, dan adanya edema.
Etiologi
Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini
dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi.
Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Gejalanya
adalah edema pada masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis ini resisten terhadap semua
pengobatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa
neonatus namun tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal dalam
bulan-bulan pertama kehidupannya.
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh:
1) Malaria kuartana atau parasit lain.
2) Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.
3) Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena renalis.
4) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah,
racun oak, air raksa.
5) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membranoproliferatif hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotik idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan
mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan
yaitu: kelainan minimal,nefropati membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan
glomerulosklerosis fokal segmental.
Menifestasi kliniks
Gejala utama yang ditemukan adalah :
- Sembab ringan: kelopak mata bengkak
Sembab berat: anasarka, asites, pembengkakan skrotum/labia,
hidiotoraks, sembab paru
- Kadang-kadang sesak karena hidrotoraks atau diafragma letak tinggi (asites)
- Kadang-kadang hipertensi
- Proteinuria > 3,5 g/hr pada dewasa atau 0,05 g/kgBB/hr pada anak-anak
- Hipoalbuminemia < 30 g/l
- Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia
- Hiperkoagulabilitas yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan Arteri
BAB II
KASUS
Seorang nenek 65th diantar keluarganya ke PUSKESMAS karena mengalami demam ,
setelah tiba di UGD klien diberikan infus NaCl , saat dikaji di bangsal oleh perawat
mendapatkan data klien tampak kotor, dan bau, baju klien tampak kusut , klien mengatakan
bahwa klien jarang mengganti pakaian dalamnya, klien mengatakan sudah 2 hari belum
mandi, klien mengatakan suka menahan BAK dalam watu lama setelah itu nyeri saat BAK,
dengan skala 6,nyeri terasa terus- menerus , setelah di kaji genetalian klien tampak
kemerahan .
Tanda – tanda vital:
SUHU : 37.5OC, RR: 24 X/Menit, NADI: 87X/Menit, TD: 140/90 mmHg
Leukosit : meningkat 12,500/mm3
Hemoglobin: 12gr/dl
asam urat: 6,2mg/dl
Cholesterol:100mg/dl
GDS:115mg/dl
Cek urin lab: leukosit positif
BAB III
ASKEP PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ISK
PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Nenek A
Umur : 65 Th
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Janda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Bertani
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Maguwoharjo
Tanggal Masuk : 28 April 2014
Tanggal Pengkajian : 28 April 2014 pukul 13.35 WIB
No. Register : 01082014
Diagnosa Medis : ISK (Infeksi saluran kemih)
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.T
Umur : 35th
Hub. Dengan Pasien : Anak kandung
Pekerjaan : Berdagang
Alamat : Maguwoharjo
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
- Nyeri BAK
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
- Demam dan nyeri saat BAK baru sekarang mengalami
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
- minum air putih yang banyak
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
- hipertensi
2) Pernah dirawat
- belum pernah sebelumnya di RS hanya pergi ke puskesmas rawat jalan
3) Alergi
- tidak ada alergi makanan laut, telur dan kacang- kacangan.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
- klien tidak merokok,klien hanya minum kopi jika cuaca dingin.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
- riwayat penyakit keluarga sebelumnya hipertensi
d. Diagnosa Medis dan therapy
- ISK
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Subyektif:
1. klien mengatan bahwa kesehatan itu merupakan sebagian dari iman
2. klien mengatakan sedikit bisa mengatasi jika penyakit yang dialaminya hanya penyakit
ringan misal batuk,panas.
3. klien mengatakan secara rutin widhu mandi 2x sehari saat sehat , jika sudah menemui
gejala kadang mandi 1x sehari
4. klien mengatakan 1 bulan sekali pergi ke puskesmas untuk memeriksaakan diri.
5. klien mengatakan jika terserang penyakit akan mengobatinya secara tradisional dulu
sebelum obat dan pergi ke puskesmas.
6. sehari harus mandi , jangan makan terlalu berlebih ,segera mengatakan jika sudah ada
gejala
7. klien mengatakan tidak ada makanan pantangan atau alergi yang dia makan.
8. klien mengatakan tidak memiliki sumber yang cukup untuk pemeliharaan kesehatannya.
9. klien berlatar belakan pendidikan SD tetapi klien selalu bertanya jika tidak tahu.
10. klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan atau pun operasi
12. klien mengatakan belum pernah mendapat obat yang alergi karena sepengetahuan dan
pengalaman pribadi klien hanya mendapat obat dari puskesmas atau apotik dan tikan
mendapat efek samping
13. klien mengatakan berkeinginan menjaga kesehatannya agar tetap bisa melihat cucunya
tumbuh besar .
Obyektif: kebersihan diri lansia (rambut tampak kusut dan bau , kulit teraba kasar tidak ada
odema, mulut dan gigi klien tidak ada stogmatitis , gigi tinggal sebagian graham , gigi palsu
tidak ada , genitalia tampak kemerahan , anus tampak kotor)
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit :
Subyektif:
1. Apajenis, jumlah dan frekuensi makanan yang dikonsumsi lansia dalamsehari? Klien
mengatan makan nasi setengah porsi dengan 3x sehari
2. Apakah ada makanan suplemen, vitamin atau obat-obatan yang terkait dengan nutrisi?
Klien mengatakan minum susu 1x sehari
3. Jenis makanan yang disukai?
4. Bagaimana nafsu makan lansia? Klien mengatakan nafsu makannya kurang dari porsi yang
seharusnya
5. Apakah ada kesulitan makan (nyeri menelan, mual, kembung, sulit menelan, dan lain-
lain)? Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan makan
6. Apakah ada diet?
7. Bagaimanakecukupan intake/output cairan? Klien mengatakan minum 5 gelas sehari
dengan frekuensi BAK 3x
8. Apakah berat badan: normal/over/underweight? Klien mengatakan BB 45kg TB 150 cm
9. Apakah ada perubahan berat badan dalam waktudekat?
10. Adanya gag reflex?
Obyektif:
1. Bagaimanakondisi: rambut, turgor kulit, conjungtiva, palpebrae, sclera, gigi palsu,
ronggamulut, gusi, lidah, kelenjargetahbening, status hidrasi? Rambut hitam putih, turgor
kulit normal untuk lansia, konjungtiva tidak anemis, scleratidak ikterik, gigi mulai berkurang
namun tidak menggunakan gigi palsu, rongga mulut tidak ada stomatitis, gusi merah muda
tidak ada pendarahan
2. Suhu tubuh? 37,5 °C
3. Bagaimana hasilpemeriksaan abdomen? Pristaltik 16x/m
4. Adanya edema? Tidak ada
5. Kemampuanmengunyahkeras? Kemampun mngunyah berkurang dalam makanan keras
6. Apakah menggunakan gigi palsu? Tidak menggunakan gigi palsu
7. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostic yang terkait dengan kecukupan nutrisi
lansia? SUHU : 37.5OC, RR: 24 X/Menit, NADI: 87X/Menit, TD: 140/90 mmHg
Leukosit : meningkat 12,500/mm3
Hemoglobin: 12gr/dl
asam urat: 6,2mg/dl
Cholesterol:100mg/dl
GDS:115mg/dl
Cek urin lab: leukosit positif
8. Berat badan, tinggi badan dan IMT? BB 45 kg,TB 150 cm, IMT 20
9. Apakah lansia dapat melakukan perubahan posisi atau ambulasi? integritas kulit
Saat sakit : Nutrisi saat berada di rumah sakit tercukupi
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit :
Subyektif:
1. Bagaimana pola BAB: frekuensi, kontinen/inkotinen, konsistensi, warna, apakah ada nyeri,
karakteristik? Klien mengatakan tidak ada nyeri saat melakukan BAB, frekuensi 1x/hari,
konsistensi padat, warna kuning, karakteristik tidak ada darah.
2. Apakah ada kesulitan BAB? Klien mengatakan tidak ada kesulitan saat BAB
3. Apakah menggunakan obat-obatan yang terkait dengan BAB (laksatives, supositoria, dan
lain-lain)? Klien mengatakan tidak ada menggunakan obat – obatan saat kesulitan BAB
4. Bagaimana pola BAK: frekuensi, kontinen/inkotinen, warna, oliguri, anuria, jumlah, dan
apakah ada nyeri? Klien mengatakan frekuensi BAK 3x/hari, klien dapat menhan kencing,
warna kuning, tidak ada nyeri saat BAK tidak ada hematuria tidak ada oliguria.
5. Apakah mengeluarkan urin atau BAB saat batuk, bersin, atau tertawa? Klien mengatakan
tidak ada mengeluarkan BAK atau BAB saat batuk bersin atau tertawa.
Obyektif:
1. Bagaimanakondisi abdomen, anus, muluturetra, dan adanya nyeri ketukginjal? Tidak ada
nyeri ketuk ginjal, tidak ada nyeri muluturetra dan tidak nyeri pada anus.
2. Jumlah urin yang dikeluarkan? 3x/hari
3. Apakah lansia terlihat memegang perutnya? Klien tidak memegang perutnya
4. Bising usus? Pristaltiknya 16x/menit
5. Hasilpemeriksaan/medik/laboratorium yang dilakukanterkaitdenganeliminasi. SUHU :
37.5OC, RR: 24 X/Menit, NADI: 87X/Menit, TD: 140/90 mmHg
Leukosit : meningkat 12,500/mm3
Hemoglobin: 12gr/dl
asam urat: 6,2mg/dl
Cholesterol:100mg/dl
GDS:115mg/dl
Cek urin lab: leukosit positif
Saat sakit : klien mengatakan nyeri dibagian genetalianya, nyeri saat BAK klien
menggunakan pempes saat di rumah sakit
2) BAK
Sebelum sakit : klien bisa menahan saat BAK, tidak ada nyeri saat BAK
Saat sakit : klien mengatakan nyeri saat BAK dan genetalianya
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Aktivitas dan
latiham
Sebelum
sakit
Saat sakit
Kemampuan
Perawatan Diri
0 0
Makan dan minum 0 0
Mandi 0 2
Toileting 0 2
Berpakaian 0 0
Berpindah 0 2
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total
2) Latihan
Sebelum sakit
Subyektif:
1. Bagaimanapolaaktivitas/latihanlansia: jenisaktivitas, frekuensi, lamanya? Kien mengatakan
setiap hari ke sawah membersihkan sawahnya dari siang sampai sore hari
2. Apakahteraturdalammelakukanlatihanpergerakansendi?
3. Adakahkeluhanketikaberaktivitas? Klien mengatakan terkadang sepulang dari sawah klien
sering mengalami sakit pinggang
4. Apakahadahambatanfisikdalammelakukanaktivitasdanberupaapahambatantersebut? Klien
mengatakan saat beraktivitas tidak mengalami hambatan fisik apapun
5. Alatbantuapa yang diperlukanlansiapadasaatberaktifitas,
apakahlansiamerasanyamandenganalattersebut? Klien mengatakan tidak menggunakan alat
bantu saat beraktifitas
6. Apakahlansiamengalamigangguankeseimbangan? Saat dilakukan pengkajian klien
mengalami gangguan keseimbangan
7. Adakahkeluhansesak, lelah, lemah? Klien mengatakan saat melakukan aktivitsas tidak
megalami sesak nafas, tapi terkadang sering lelah saat melakukan aktivitas terlalu lama
8. Seberapajauhdapatmelakukanaktivitas?
9. Adakahkeluhannyeri dada, batuk? Bagaimanadenganproduksislym? Klien tidak mengalami
nyeri dada dan batuk
10. Apakah lansia mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi? Saat dilakukan pengkajian
klien dapat focus dengan perawat
Obyektif:
1. Apakahlansiamemerlukanbantuan orang lainataualat bantu untukberaktifitas? Klien tidak
mengguanakan alat bantu apapun
2. Apakahlingkungancukupamanbagilansiauntukmelakukanaktifitas?
3. Bagaimanadenganujikekuatanotot?
4. Adakahtanda-tandahipotensiorthostatik?
5. Bagaimanadenganposturdangayajalanlansia? Saat klien berjalan tampak condong kedepan
atau osteoporosis
6. Apakahklienmampumemenuhikebutuhanhariannya? Klien dapat melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa bantuan orang lain seperti makan, mandi, BAB dan BAK
7. Adakahtanda-tandasianosis, takikardi, diaphoresis?
8. Dispneasetelah beraktivitas? Klien tidak mengalami sesak nafas
9. Apakah ektremitas dingin? Saat dipalpasi ektremitas atas dan bawah klien teraba hangat
10. Range of motion?
11. Apakahlingkunganamanbagilansia?
12. Apakah lansia mampu pindah tempat secara mandiri? Klien dapat berpindah tempat
secara mandiri tanpa bantuan orang lain atau alat bantu
13. Bagaimanahasilpemeriksaanthoraksdanjantung, sertalengandantungkai?
14. Hasilobservasi: P, N, TD, JVP, kapilary refill, edemaperifer. Laboratorium, EKG,
danpemeriksaandiagnostiklainnya.
15. Mengukur IADL (Instrumental activities of daily living)
Saat sakit
Selama di rumah sakit aktivitas klien berkurang dan klien banyak menghabiskan waktu
ditempat tidur
e. Pola kognitif dan Persepsi
Subyektif:
1. Apakah lansia menggunakan alat bantu dengar,penglihatan? Klien mengatakan tidak
menggunakan alat bantu dengar dan penglihatan
2. Apakah adagangguan persepsi sensori? Klien mengatakan tidak ada gangguan persepsi
sensori
3. Apakah lansia mengatakan adanya perubahan-perubahan dalam memori? Klien
mengatakan sering lupa
4. Apakah ada kesulitan dalam mengingat kejadian jangka waktu dekat atau yang sudah lama
terjadi? Klien mengatakan sulit untuk mengigat kejadian waktu dekat atau sudah lama terjadi.
5. Apakah mengalami disorientasi tempat/waktu/orang? Klien mengatakan tidak bisa diajak
kerjasama dengan orang lain
6. Bagaimana kemampuan dalam pengambilan keputusan (mandiri/dibantu)? Klien
mengatakan mengambil keputusan secara mandiri
7. Apakah ada perubahan perilaku (hiperaktif/hipoaktif)? Klien mengatakan tidak bisa diam
atau hiperaktif
8. Apakah ada perubahan dalam konsentrasi? Klien mengatakan tidak dapat konsentrasi
9. Apakah gelisah, tidak kooperatif, marah, menarik diri, depresi, halusinasi, delusi? Klien
mengatakan sering gelisah dan marah
10. Adakah riwayat stroke/tanda-tanda infeksi? Klien mengatakan tidak ada riwayat stroke
dan tanda2 infeksi
11. Adakah ketidaknyamanan/nyeri yang dialami lansia? Klien mengatakan tidak ada nyeri
Obyektif:
1. Adakah perubahan dosis/jenis obat akhir-akhir ini?
2. Hasil MMSE, pemeriksaan medik, laboratorium.
3. Apakah lansia tampak bingung dan sulit konsentrasi? Klien mengatakan untuk
berkonsetrasi dan tampak bingung saat mau melakukan sesuatu
4. Bagaimana dengan fungsi penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, penghidu?
Klien mengatakan ada penurunan pendengaran,pengecapan ,penglihatan ,perabahan dan
penghidu
MINI MENTAL STATE EXAM ( MMSE )
( Menguji Aspek – Aspek Kognitif dari Fungsi Mental )
Nilai Pasien Pertanyaan
Maksimum
Orientasi
5 3 ( Tahun ) ( Musim ) ( Tanggal ) ( Hari ) ( Bulan apa
sekarang ) ?
5 5 Dimana kita : ( Negara bagian 0 ( Wilayah ) (Kota) ( Rumah
sakit ) (Lantai ) ?
Registrasi
3 3 Sebutkan Nama 3 Objek : 1 detik untuk mengatakan masing –
masing. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang benar.
Perhatian dan Kalkulasi
5 2 Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran
Berhenti setelah 5 jawaban. Berganti eja “kata” ke belakang
Mengingat
3 3 Meminta untuk mengulang ketiga objek diatas
Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
9 9 Nama Pensil dan melihat ( 2 poin )
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan atau tetapi ( 1
poin )
Nilai Total: 24
Keterangan :
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang
memerlukan penyelidikan lanjut.
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Subyektif:
1. Apakahlansiamengekspresikan/mengatakanketakutanataukekhawatiran? Klien mengatakan
apa yang dialaminya sekarang adalah cobaan dari Tuhan
2. Apakahlansia mampu mengidentifikasi sumberketakutan/kekhawatiran?
3. Apakahlansiamengatakantidakdapatmenguasaihidupnya? Kegagalan/keputusasaan? Klien
mengatakan
4. Apakahdiakehilangansesuatu yang berarti/pindahtempat/berpisahdenganseseorang yang
dicintai? Klien mengtakan sudah lama berpisah dengan suaminya yang telah meninggal
5. Bagaimanapenampilanumum, posturtubuh, mau/menolakkontakmata? Saat dilakukan
pengkajian klien berinteraksi dengan baik dengan perawat dengan selalu kontak mata
6. Apakahberkomentarnegatiftentangdirinya? Klien mengtakan dirinya adalah seseorang yang
sudah tua dan tidak bisa diandalkan lagi, hanya bisa merepotkan anaknya
7. Apakahklientidakmaumelihatpadabagiantubuh yang rusak?
8. Apakahmenunjukkansikapagresif, marah, menuntut?
9. Apakah lansia dapat menceritakan ketakutan terhadap kematian? Klien mengatakan tidak
takut dengan kematian karena klien merasa sudah tua dan jika sewaktu-waktu klien dipanggil
Tuhan klien merasa siap.
10. Apakah lansia sering menyendiri? Klien mengatakan sering sendiri karena anak klien
sibuk dengan pekerjaannya
Obyektif:
1. Adakahgejalastimulasisistemsarafotonom (peningkatandenyutnadi, jumlahpernapasan,
tekanandarah, diaphoresis)? Saat dilakukan pengkajian TTV klien : Nadi =87X/Menit ,
Suhu =37.5OC , TD = RR 24 X/Menit:, TD: 140/90 mmHg
2. Apakah lansia kelihatan pasif? Lansia nampak lebih aktif dan banyak bercerita kepada
perawat
3. Bagaimanahasilpengkajianujisarafkranial?
g. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit :
Subyektif:
1. Apakah lansia merasa segar setelah tidur pada malam hari? Klien mengatakan merasa
segar setelah tidur malam dengan cukup
2. Kebiasaan tidur berapa jam/hari, pukul berapa, siang/malam? Klien mengatakan tidur
8jam/hari,pukul 20.00 malam ,siang :12.00
3. Apakah tidur dapat berlangsung lama atau sering terbangun? Klien mengatakan sering
terbangun saat tidur malam
4. Apakah ada laporan tentang lansia: pernapasan yang abnormal, mendengkur terlalu keras,
gerakan-gerakan abnormal pada waktu tidur? Klien mengatakan sering mendengkur terlalu
keras,nafasnya cepat dan gelisa
5. Apa yang dilakukan lansia sebagai ritual tidur atau upaya untuk menigkatkan kualitas
tidurnya? Klien mengatakan biasa pukul2 tempat tidur untuk meningkatkan tidurnya
6. Apa yang menyebabkan lansia sering terbangun pada waktu tidur (rasa sakit, berisik,
atauhal lain)? Klien mengatakan sering bangun waktu tidur karena merasa gelisa
7. Adakah lansia mengalami gangguan tidur?
Obyektif:
1. Apakah lansia terlihat capai/lesu/tanda-tanda kurang tidur yang lain (lingkar hitam pada
kelopak)? Klien mengatakan merasa capai,lesu dan kurang tidur terlihat dari lingkar hitam
pada kelopak mata
2. Jenis obat tidur yang digunakan dankapan digunakan? Klien mengatakan tidak
mengunakan obat tidur
3. Tanda dan gejala yang timbul akibat kurang tidur? Terlihat lingkar hitam pada kelopak
mata dan lesu
Saat sakit :klien tidur hanya 6 jam,saat di rumah sakit,terlihat tampak kurang
tidur
h. Pola Peran-Hubungan
Subyektif:
1. Apakah lansia mengikuti organisasi kemasyarakatan atau kegiatan sosial lainnya? Klien
mengatakan selalu mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat ,seperti ronda
2. Bagaimana interaksi lansia dalam keluarga dan lingkungannya? Klien mengatakan
interaksi baik dalam lingkungan dan keluarga
3. Apakah ada perubahan peran akibat proses penuaan?
4. Bagaimana sikap klien dengan kehilangan orang yang disayangi? Klien mengatakan
merasa sedih ketika kehilangan orang yang disayanginya
5. Apakah klien mengalami kesulitan dalam berbicara atau berkomunikasi? Klien
mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
6. Apakah ada ketegangan dengan orang di sekitar lansia? Klien mengatakan tidak ada
ketegangan dengan orang yang ada di sekitarnya
Obyektif: Observasi interaksi antara anggota keluarga atau dengan lingkungan sekitar
Klien mengatakan interaksi dengan anggota keluarga dengan baik dan komunikasi dengan
lingukngannya
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit :
1. Adakah perubahan fisiologis yang berdampak terhadap seksualitas lansia?
2. Kapan lansia mengalami menopause? Keluhan apa yang dirasakan setelah mengalami
menopause? Lansia mengalami menopause ketika saat tidak mengalami mensturasi
lagi,merasa tidak berdaya lagi
3. Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah akibat menopause?
4. Masihkah ada minat dalam melakukan hubungan intim dengan pasangan? Bagaimana
dengan frekuensi dan adakah kesulitan?
5. Adakah keluhan dengan prostat atau hernia?
Saat sakit :
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Subyektif:
1. Bagaimana status emosilansia?
2. Adakahmasalah/stress psikologisakhir-akhiriniseperti: depresi, kehilangan, pasanganhidup,
minder, dan lain-lain? Klien mengatakan kesepian dan merasa kehilangan setelah suaminya
meninggal dunia karena sudah tidak ada lagi tempat klien berkeluh kesah dan berbagi
3. Bagaimanaupayapengelolaan stress?
Apakahupayatersebutmembantulansiamengatasimasalahnya?
4. Bagaimana lansia memproyeksikan stressor yang terjadi?
5. Apakah lansia dapat menerima status kesehatannya? Klien mengatakan sakit yang
dialaminya sekarang merupakan takdir dari Tuhan
6. Adakah pengalaman yang traumatik pada lansia?
Obyektif: Catatperilakuataumanifestasipsikologisdari mood, afek, kecemasan,dan stress
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Subyektif:
1. Sistemnilai, tujuandankeyakinanapa yang dimilikilansia.
2. Apakahlansiateraturmelaksanakanibadahsesuaidengankeyakinanagamanya? Klien
mengatakan selalu melaksanakan sholat setiap hari
3. Apakahlansiateraturmengikutiatauterlibataktifdalamkegiatankeagamaan?
4. Apalatarbelakang yang dimilikilansia (agama, filosofi, kultur)?
5. Apakahsistemtersebutmempengaruhisemuaaspekbaikkesehatanataukopingterhadap stress?
6. Apakah lansia marah kepada Tuhan ketika mengalami sedang sakit? Klien tidak merasa
marah atau kecewa kepada Tuhan, klien mengatakan yang dialaminya sudah menjadi
takdirnya
7. Apakah lansia mengalami kesulitan untuk menjalankan ibadah?
Obyektif: Observasiadanyaalat-alatuntukibadah.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum :
Tingkat kesadaran : komposmetis
GCS : verbal:5 Psikomotor: 6 Mata :4
b. Tanda-tanda Vital : Nadi =87X/Menit , Suhu =37.5OC , TD = RR 24 X/Menit:,
TD: 140/90 mmHg
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
b. Dada :
Paru
Jantung
c. Payudara dan ketiak :
d. abdomen :
e. Genetalia :
f. Integumen :
g. Ekstremitas :
Atas
Bawah
h. Neurologis :
Status mental da emosi :
Pengkajian saraf kranial :
Pemeriksaan refleks :
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
2. Pemeriksaan radiologi
3. Hasil konsultasi
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
a. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Tujuan &Kriteria Hasil
Setelah dilakuakn tindakan keperawatan kepada klien selama 3x24 jam nyeri
dapat terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :
Tingkat nyeri, dibuktikan dengan indikator berat menjadi sedang (skala 6 menjadi
skala 4)
1. Tingkat nyeri berkurang dibuktikan dengan indicator sedang menjadi ringan
(Skala 6 menjadi skala 2)
2. Wajah Klien tidak tegang
3. Klien tidak gelisah
4. Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan nonanalgesik
secara tepat.
5. Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
6. TTV dalam batas normal (TD= 120/70 mmHG, N=90-100x/mnt, S= 370C
Intervensi
Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1. Kaji tanda-tanda vital klien
2. Kaji nyeri secara komprehensif.
3. Beri posisi nyaman.
4. Ajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri.dengan teknik relaksasi
5. Anjurkan minum 6 gelas per hari.
6. Kolaborasi pemberian obat analgetik.
2. Defisit perawatan diri
3.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP