gg. kardiovaskular.docx

45
PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGIS PADA KARDIOVASKULER 1. Perubahan Anatomi Kardiovaskuler a. Jantung (Cor) Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan intima karena ateros¬kle¬rosis. Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis. Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung bertambah (± 1gram/tahun pada laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun pada wanita). Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Daun katup menjadi kaku, perubahan ini menyebabkan terdengarnya bising sistolik ejeksi pada usia lanjut. Ukuran katup jantung tampak bertambah. Pada orang muda katup antrioventrikular lebih luas dari katup semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat penambahan circumferensi katup, katup aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai katup mitral, juga menyebabkan penebalan katup mitral dan

Upload: qdhuy-cihuy

Post on 11-Nov-2015

280 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGIS PADA KARDIOVASKULER1. Perubahan Anatomi Kardiovaskulera. Jantung (Cor)Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan intima karena aterosklerosis. Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis.Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung bertambah ( 1gram/tahun pada laki-laki dan 1,5 gram/tahun pada wanita).Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Daun katup menjadi kaku, perubahan ini menyebabkan terdengarnya bising sistolik ejeksi pada usia lanjut. Ukuran katup jantung tampak bertambah. Pada orang muda katup antrioventrikular lebih luas dari katup semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat penambahan circumferensi katup, katup aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai katup mitral, juga menyebabkan penebalan katup mitral dan aorta. Perubahan ini disebabkan degenerasi jaringan kalogen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan kalsifikasi. Kalsifikasi sering terjadi pada anulus katup mitral yang sering ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi pada daun atau cincin katup. Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi.

b. Pembuluh Darah OtakOtak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan a.vertebralis. Pembentukan plak ateroma sering dijumpai didaerah bifurkatio kususnya pada pangkal arteri karotis interna, Sirkulus willisii dapat pula terganggu dengan adanya plak ateroma juga arteri-arteri kecil mengalami perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunika media hialinisasi dan kalsifikasi. Walaupun berat otak hanya 2% dari berat badan tetapi mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen komsumsion. Aliran darah serebral pada orang dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun menjadi 30cc/100gm/menit.Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem vertebrobasiler adalah degenerasi discus veterbralis (kadar air sangat menurun, fibrokartilago meningkat dan perubahan pada mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini menonjol ke perifer mendorong periost yang meliputinya dan lig.intervertebrale menjauh dari corpus vertebrae. Bagian periost yang terdorong ini akan mengalami klasifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan seperti ini dikenal dengan nama spondilosis servikalis.Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna vertebralis sehingga degenerasi diskus dapat mengakibatkan pengurangan tinggi badan pada usia lanjut. Spondilosis servikalis berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu:1) Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu bahkan dapat mengakibatkan oklusi pembuluh arteri ini.2) Berkurangnya panjang kolum servikal berakiabat a.verterbalies menjadi berkelok-kelok. Pada posisi tertentu pembuluh ini dapat tertekuk sehingga terjadi oklusi.Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut seperti telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun fungsi jantung dan bahkan fungsi otak

c. Pembuluh Darah Perifer.Arterosclerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria perifer yang menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini menyebabkan iskimia jaringan otot yang menyebabkan keluhan kladikasio.

2. Perubahan Fisiologis Kardiovaskulera. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung :1) Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging pigment) pada serat-serat miokardium.2) Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari jantung. Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens menjadi lebih besar sehingga katup menebal. Bising jantung (murmur) yang disebabkan dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.3) Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat selular. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.4) Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga melambat.5) Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun.b. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah1) Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut Isolated aortic incompetence. Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam tekanan diastolik.2) Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor -adrenergik. Selain itu reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun. Perubahan respons terhadap baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia.3) Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat.

c. Perubahan-perubahan yang terjadi pada darah1) Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun menurun.2) Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga terjadi penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi menurun.

3. Penyakit Kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansiaa. HipertensiHipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjalb. Penyakit jantung koronerPenyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.c. DisritmiaInsidensi disritmia atrial dan ventrikuler maningkat pada lansia karena perubahan struktural dan fungsional pada penuaan. Masalah dipicu oleh disritmia dan tidak terkoordinasinya jantung sering dimanifestasikan sebagai perubahan perilaku, palpitasi, sesak nafas, keletihan, dan jatuhd. Penyakit Vaskular PeriferGejala yang paling sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri sangat yang terjadi pada saat aktivitas fisik dan menghilang pada saat istirahat. Ketika penyakit semakin berkembang, nyeri tidak lagi dapat hilang dengan istirahat. Jika klien mempertahankan gaya hidup yang kurang gerak, penyakit ini mungkin telah berlanjut ketika nyeri pertama muncul. Tanda dan gejala lain yaitu ekstremitas dingin, perubahan trofik (misalnya kehilangan rambut yang tidak seimbang, deformitas kuku, atrofi jari-jari dari anggota gerak yang terkena), tidak terabanya denyut nadi, dan mati rasa.e. Penyakit Katup JantungManifestasi klinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari fase kompensasi sampai pada fase pascakompensasi. Selama fase kompensasi tubuh menyesuaikan perubahan pada struktur dan fungsi katup, menghasilkan sedikit tanda dan gejala yang muncul. Lnsia dapat turut berperan dalam fase ini melalui peningkatan gaya hidup yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan kurang gerak yang menempatkan tuntutan kebutuhan yang lebih kecil pada jantung untuk curah jantungnya.Bila fase pascakompensasi dicapai, biasanya mengindikasikan disfungsi yang berat pada katup yang terpengaruh. Gejalanya bervariasi bergantung pada katup yang terlibat tetapi secara umum terdiri atas dispnea pada saat beraktivitas, nyeri dada tipe agina, dan gejala-gejala jantung kanan atau kiri atau keduanya. Murmur secara khas tedengar pada saat auskultasi

4. Penatalaksanaana. Pencegahan PrimerStudi prevalensi menunjukkan tingginya insidensi dari faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler di antara lansia. Peningkatan kerangka penelitian mendukung keefektifan suatu pendekatan yang agresif untuk mengurangi faktor resiko sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang dihubungkan dengan penyakit kardiovaskuler dalam kelompok usia ini. Peningkatan kualitas hidup telah ditunjukkan melaui upaya-upaya untuk meningkatkan aktivitas fisik secara teratur dan mengurangi merokok.1) MerokokMerokok temabakau mempunyai efek berbahaya bagi jantung dengan menurunkan kadar HDL, meningkatkan adhesivitas trombosit dan kadar fibrinogen, mengganti oksigen pada molekul hemoglobin dengan karbondioksida, meningkatkn konsumsioksigen miokardium, dan menurunkan ambang batas fibrilasi ventrikel selama infark miokardium. Oleh karena itu, semua pemberi pelayanan kesehatan harus memberikan pendidikan tentang aspek membahayakan dari merokok dan keuntungan yang diperoleh dengan berhenti merokok pada usia berapapun2) HiperlipidemiaKadar kolesterol total meningkat secara bertahap seiring bertambahnya usia. Bukti peningkatan tingginya kadar kolesterol LDL dan rendahnya kadar kolesterol HDL adalah prediktor yang penting untuk penyakit arteri koroner baik pada pria ataupun wanita yang berusia di atas 65 tahun. Untuk lansia denagn penyakit koroner, peningkatan kolesterol pada dasarnya meningkatkan resiko terjadinya kembali infark miokardium atau kematian. Penurunan kadar kolesterol melalui diet rendah lemak telah terbukti efektif pada lansia. Bagi mereka yang tidak memperoleh efek yang diinginkan melalui penatalaksanaan diet, terapi obat direkomendasikan3) Diabetes mellitus dan ObesitasPengurangan berat badan sangat bermanfaat bukan saja untuk diabetes tetapi juga untuk hipertensi dan hiperlipidemia yang menyertainya. Lansia yang menderita diabetes dan obesitas perlu didukung dan didorong untuk mengendalikan diabetesnya secara efektif, untuk mengikuti diet penurunan berat badan secara tepat, atau keduanya untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler4) Gaya Hidup MonotonPada lansia terjadi penurunan tonus otot, kehilangan massa otot tak berlemak, yang digntikan dengan jaringan lemak, dan peningkatan resiko penyakit jantung. Upaya pencegahan primer yang ditujukan untuk malawan resiko ini harus difokuskan pada perubahan sikap tentang pentingnya aktivitas fisik secara teratur untuk semua usia dan meningkatkan kepercayaan bahwa ada program aktivitas yang sesuai untuk semua orang, tanpa mengabaikan tingkat kebugaran saat ini atau adanya penyakit yang menyertai.5) HipertensiPencegahan primer dari hipertensi esensial terdiri atas mempertahankan berat badan ideal, diet rendah garam, pengurangan stress dan latihan aerobik secara teratur. Deteksi dini dan penatalaksanaan hipertensi yang efektif penting untuk mencegah terjadinya penyakit jantung hipertensif6) Kondisi setelah menopausePencegahan penyakit kardiovaskular pada wanita lansia memfokuskan pada metode sulih estrogen. Walaupun sulih estrogen efektif dalam membentu mengubah lipid pada wanita pascamenopouse tetapi teknik ini bukannya tanpa resiko, khususnya resiko kanker endometrium. Penembahan progesteron dalam regimen estrogen dapat mencegah konsekuensi keganasan dan nonkeganasan dri estrogen yang tidak dapt dilawan.

b. Pencegahan sekunder1) Riwayat dan Pengkajian FisikPengkajian fisik yang menunjukkan indikasi adanya masalah sistem kardiovaskular adalah perfusi organ akhir yang buruk. Lansia dengan perfusi ginjal yang buruk pada keadaan tidak memiliki penyakit ginjal dapat mengalami penurunan haluaran urin selama lebih dari 24 jam. Tanda dan gejala tidak adekuatnya perfusi perifer dapat bervariasi dari kulit yang terasa dingin ketika disentuh, dengan menurunnya pengisian kapiler, sampai penemuan kronis seperti pingsan atau tidak adanya denyut nadi perifer, kehilangan rambut pada ekstremitas yang tidak proporsional dan ulkus yang sulit untuk sembuh. Edeme juga memiliki sumber nonkardiak yang memerlukan pembedaan untuk lansia. Perbedaan kunci termasuk distribusi cairan yang terakumulasi dan variasi diurnalnya. Edema yang berasal dari penyakit jantung merupakan edema yang lembut dan meninggalkan bekas cekungan bila ditekan, memiliki distribusi yang simetris, dan melibatkan bagian tubuh yang dependent.Auskultasi bunyi jantung pada lansia serig sulit karena perubahan emfisema senilis pada dinding dada. Jika buyi jantung terdengar jauh atau sulit didengar, klien mungkin diposisikan miring pada sisi kirinya dengan lengan kiri menopang kepala.Dalam pengkajian jantung pada lansia, abnormalitas harus diinterpretasikan dengan hati-hati. Walaupun merupakan suatu parameter pengkajian yang rutin, pengukuran tekanan darah secara akurat sangat penting untuk menghindari masalah yang berhubungan dengan penanganan hipertensi yang tidak perlu. Memberikan perhatian ketat terhadap detail ukuran manset dan terhadap aktivitas sebelum pengukuran dan mempertahankan teknik yang konsisten sangat penting untuk memperoleh hasil yang akurat.

c. Pencegahan TersierUntuk menyeimbangkan masalah kardiovaskular kronis dengan gaya hidup memerlukan pengetahuan tentang bagaimana cara menyeimbangkan suplai energi tubuh dengan kebutuhan. Penyesuaian mungkin diperlakukan baik pada gaya hidup maupun lingkungan untuk memastikan bahwa jantung lansia dapat memenuhi kebutuhan darah yang mengandung oksigen untuk tubuh.Suatu program untuk membantu keseimbangan ini dimulai melalui pengkajian personal klien, faktor risiko yang dapat diubah. Suatu pemahaman tentang kesediaan dan kemampuan klien untuk mengikuti rencana perawatan yang diberikan akan mengarahkan tindakan keperawatan. Sebagian lansia berseduia untuk membuat penyesuaian terhadap gaya hidup mereka ketika mereka telah memahami secara keseluruhan tentang rekomendasi tersebut dan alasanya. Namun upaya untuk memksa perubahan gaya hidup secara radikal dan multiple biasanyan hanya menghasilkan kegagalan. Melibatkan klien dalam menetapkan prioritas untuk perubahan tujuan jangka pendek dapat mengembangkan saling ketergantungan dan meningkatkan harga diri klien. Setiap usaha untuk memodifiksi perilaku, tidak peduli sekecil apapun, harus didukung karena hal tersebut menggambarkan perkembangan kearah pencapaian tujuan jangka panjang.Perawat perlu menerima hak klien untuk memilih dengan tindakan mengubah kebiasaan tertentu yang telah dilakukan sepanjang hidupnya seperti merokok atau makan makanan yang tinggi lemak. Perawat memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan dan mengajarkan isi dengan suatu cara yang dapat dipahami dan diterima oleh klien. Namun, bila pemahaman telah tercapai prinsip penentuan diri sendiri yang akan mendorong hak indivisu setiap orang untuk menerima atau menolak hal-hal yang telah diajarkan tersebut.Pengetahuan klien tentang obat-obatan, diet dan rencana latihannya harus dikaji dan ditambahkan sesuai dengan kebutuhan. Perawat harus meminta klien untuk menggambarkan kegiatanya pada hari-hari dalam satu minggu tertentu dan akhir minggu tertentu. Setiapm aspek rencana perawatan harus didiskusikan dalam rangka memadukan rencana tersebut kedalam rutinitas yang telah dilakukan klien sehari-hari. Saran yang tidak jelas mengkonsumsi obat tiga kali perhari dengan makanan dapat kurang memiliki arti atau membingungkan bagi lansia yang hanya makan satu kali sehari. Selain itu, setiap klien harus memahami tanda dan gejala kondisi yang memburuk dan memiliki rencana untuk memperoleh bantuan medis jika diperlukan.Perawat harus mengkaji kebutuhan klien untuk membantu AKS dan AKS instrumental. Apakah bantuan tersedia bagi keluarga, teman atau kelompok masyarakat? Pakah bentuk-bentuk bagian ini dapat diperoleh oleh klien? Study sebelumnya telah menunjukan bahwa kuarang teapatnya rencana pemulangan menghasilkan sumber-sumber yang tidak adekuat untuk mediasi, makanan dan transpotasi, juga kurangnya pemahaman tentang program pengobatan, hasilnya adalah tingginya tingkat perawatan. Kembali pada lansia dengan gagal jantung kongesti. Suatu rujukan pada pelayanan sosial atau lembaga kesehatan rumah mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa klien mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk membantu gaya hidup yang dapat meningkatkan kesehatan.Pemeliharaan masalah kardiovaskular yang berkelanjutan dapat dipandang sebagai suatu tindakan keseimbangan. Banyak lansia yang mendapatkan keuntungan dari program rehabilitasi jantung tertruktur, yang menawarkan bantuan dalam mencapai keseimbangan yang diperlukan setelah serangan jantung atau ketika mengelola efek jangka panjang dari penyakit kardiovaskular.Suatu program rehabilitasi jantung yang terstrukstur biasanya dimulai dengan aktifitas dini dan progresif segera setalah sistem kardiovaskular stabil.elemen pendidikan ditawarkan ketika klien menunjukan kesiapan untuk belajar. Program dilanjutkan dengan mengawasi komponen latihan. Efek sinergis dari berpartisipasi dalam suatu program dengan orang lain dlam kondisi yang hampir sama dapat mengurangi rasa takut dan isolasi yang sering menyertai kondisi tersebut. Motivasi untuk membuat perubahan gaya hidup yang diperlukan adalah suatu tujuan kunci dari rehabilitasi jantung.

5. Penatalaksanaan Keperawatana. Mengurangi Beban Kerja JantungBerbagai upaya keperawatan dapt turut berperan dalam mengurangi beban krja jantung dan sistem kardiovaskuler. Menyeimbangkan istirahat dan aktivitas dapat membentu mempertahankan tonus otot dan penggunaan oksigen secara efisien, yang dapat menurunkan kebutuhan jaringan terhadap darah yang mengandung oksigen.Untuk mencapai keseimbangan ini aktivitas harus terjadwal sepanjang hari.Aplikasi langsung dari penambahan oksigen juga menurunkan beban kerja jantung dengan meningkatkan jumlah oksigen yang dibawa oleh molekul hemoglobin. Tindakan-tindakan untuk menurunkan ansietas membantu menghentikan pelepasan katekolamin yang bersikulasi yang dapat meningkatkan tuntutan kebutuhan jantung. Dengan mengurangi sirkulasi volume klien melalui pembatasan cairan atau pembatasan natrium atau keduanya atau melalui pemberian diuretik, volume darah totl yang harus dipompa oleh jantung telah berkurang. Tindakan keperawatan dependen untuk mengurangi beban kerja jantung terdiri dari pemberian agens penghambat adrenergik untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokardium dan obat-obatan seperti vasodilator untuk mengurangi resistensi pembuluh darah perifer dari sistem arteri.

b. Peningkatan Fungsi jantung yang efektif memerlukan keseimbangan yang baik antara kontraktilitas serta kecepatan dan irama yang teratur. Upaya-upaya keperawatan untuk meningkatkan kontraktilitas termasuk memantau keseimbangan elektrolit dan memberikan suplemen yang diperlukan, memastikan keadekuatan aliran balik darah vena melalui pemantauan tekanan darsh dan keseimbangan darah dan keseimbangan cairan secara hati-hati, dan memberikan obat-obat kardiotonik seperti preparat digitalis.Tindakan keperawatan yang kritis untuk populasi ini adalah pengkajian secara hati-hati pada efek samping atau efek yang lain yang tidak diinginkan dari preparat digitalis. Karena lansia secara spesifik sangat sensitif terhadp efek toksik dari obat-obatan ini, mereka memerlukan pengkajian yang berkelanjutan. Ahli genetik sering memberikan digoksin dosis pedriatik bagi lansia untuk memberikan dosis satu kali sehari tanpa memicu keracunan. Obat-obat yang mungkin diresepkan bersama digoksin (misalnya quanidin, verapamil, dan pada tingkatan yang lebih sedikit, nifidepin) meningkatkan kadar serum digitalis. oleh karena itu, lansia yang menerima obat-obatan kombinasi tersebut harus sering diobservasi untuk mengetahui adanya gejala-gejala overdosis.Kecepatan dari irama jantung yang teratur sangat penting untuk fungsi yang efektif. Lansia sering memerlukan agens antidisritmia untuk menstabilkan denyut dan irama jantungnya karena hilangnya sel-sel pace-maker dalam nodus sinoatrial atau nodus attrioventrikular. Walaupun obat-obatan ini umumnya diresepkan, kebutuhan klien akan obat-obatan tersebut harus ditinjau ulang secara teratur karena adanya efek samping yang terjadi dengan penggunaan dalam waktu yang lama. Selain itu, penggunaan alat pacu jantingkatkan kemampuan jantung secara keseluruhan pada lansia yang mengalami sick sinus syndrome atau gejala bradikardia dan meningkatkan toleransi mereka terhadap aktivitas. Biasanya lansia, beradaptasi dengan baik terhadap penggunaan alat-alat ini dengan bantuan dan dukungan minimal.Elemen kuci untuk pendokumentasian termasuk perkembangan dan resolusi tanda dan gejala dari gangguan dan respons klien terhadap terapi. Perubahan yang menyertai dalam mentasi atau peningkatan napas yang pendek selama aktivitas dapat mengindikasikan efek obat yang tidak diinginkan atau lebih memburuknya kondisi jantung. Bunyi nafas harus diauskultasi dan dicatat secara teratur. Keseimbangan cairan selama 24 jam adalah indikator awal dan sensitif terhadap perubahan status jantung (pada keadaan tidak adanya kegagalan ginjal), dan karenanya harus dipanta secara teratur, karena hubungan nilai-nilai tersebut terhadap berfungsinya sistem kardiovaskular secara efktif.Pendokumentasian respons klien terhadap aktivitas sangat penting. Denyut jantung dan tekanan darah dicatat sebelum, selama dan setelah aktivitas. Jumlah aktivitas harus dihitung (yaitu dalam menit atau jumlah langkah-langkah yang dilakukan) untuk memberikan kesempatan dalam pengkajian dari kemajuan klien selama beberapa waktu. Selain itu, persepsi klien terhadap tingkat aktifitas, dari yang ringan sampai yang paling berat, merupakan ukuran dari beban jantung.

Hipertensi

1. Pengertian HipertensiHipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer, Bure, 2002).Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Setyono, 2001).2. Klasifikasi hipertensia. Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu1) Hipertensi primer (esensial)Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo, 1999).) Hipertensi sekunderAdalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Wibowo, 1999).b. Berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu1) Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)Peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.2) Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi)Peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.3) Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)Peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut.(Ismudiati, 2003)3. Kategori hipertensiWHO membagi hipertensi sebagai berikut:Tabel 2.1Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHOSistolik (mmHg)Diastolik (mmHg)

Normal Borderline Hipertensi definitifHipertensi ringan140140-159160160-1799090-949595-140

(Ismudiati, 2003)JNC/ DETH membuat klasifikasi sebagai berikut:Tabel 2.2Klasifikasi Tekanan Darah Usia >18 TahunKategori Sistolik (mmHg)Diastolik (mmHg)

Normal Normal tinggiHipertensi:Stadium 1Stadium 2Stadium 3Stadium 4210120

(Ismudiati, 2003)4. Etiologi hipertensiCorwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, valume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi.Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrifi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.5. Patofisiologi hipertensiMekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, Bare, 2002).6. Tanda dan gejala hipertensiPada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smeltzer, Bore, 2002).Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusatd. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomeroluse. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapilerGejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Novianti, 2006).7. Faktor-faktor resiko hipertensiFaktor resiko hipertensi meliputi :a. UsiaInsiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Tambayong, 2000).Penyakit hipertensi akan meningkat sejalan bertambahnya usia, dari 5% pada usia 20 menjadi 45% pada usia 70 tahun. (Stein, 2001).Diperkirakan 2/3 dari pasien hipertensi yang berumur lebih dari 60 tahun akan mengalami payah jantung kongestif, infark miokard, stroke diseksi aorta dalam lima tahun bila hipertensinya tidak diobati (Tjokronegoro, 2001).Satu dari lima pria berusia diantara 35-40 tahun memiliki tekanan darah yang tinggi. Angka prevalensi tersebut menjadi dua kali lipat pada usia antara 45-54 tahun. Sebagian dari mereka yang berusia 5564 tahun mengidap penyakit ini. Pada usia 65-74 tahun prevalensinya menjadi lebih tinggi lagi sekitar 60% menderita hipertensi (Vitahealth, 2004).b. Jenis kelaminPada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (Tambayong, 2000)Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita (Tjokronegoro, 2001).c. ObesitasObesitas adalah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan sub kutan tirai usus, organ vital jantung, paru dan hati) yang menyebabkan jaringan lemak in aktif sehingga beban kerja jantung meningkat.Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan dengan perhitungan IMT > 27.0. pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, oleh sebab itu pada waktunya lebih cepat gerah dan capai. Akibat dari obesitas, para penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus (Notoatmodjo: 2003).Bukti mengenai hubungan yang langsung, erat dan taat asas antara berat badan dan tekanan darah muncul dari kejadian pengamatan secara lintas bagian dan prospektif. Pada kebanyakan kajian, kelebihan berat badan berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko mendapat hipertensi. Pada populasi barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh obesitas diperkirakan 30-36% dari data pengamatan tekanan darah menunjukkan kenakan tekanan darah sistolik 2-3 mmHg dan tekanan darah diastolik1-3 mmHg untuk setiap kenaikan 10 kg berat (Padmawinata, 2001).Prevalensi obesitas menunjukan peningkatan sesuai dengan pertambahan usia pada umumnya berat badan laki-laki mencapai puncaknya pada usia 35-65 tahun dan pada wanita antara 55-65 tahun. Selanjutnya berat badan akan menurun baik pada laki-laki maupun perempuan. Berat badan normal terjadi pada saat dewasa dan meningkat secara cepat pada usia 50 tahun. Tingkat metabolik basal dan pengeluaran energi untuk aktivitas fisik menurun saat memasuki usia dewasa sehingga kalori hanya dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan energi. Namun pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi serta diabetes mellitus tipe 2 (Wirakusumah, 2000).Berat badan berlebih akan meningkatkan detak jantung dan tingkat insulin dalam darah. Meningkatnya insulin menyebabkan tubuh anda meningkat sodium dan air. Semakin besar massa tubuh, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi kepada jantung. Berarti volume darah yang diedarkan melalui pembuluh darah meningkat menciptakan kekuatan tambahan pada dinding arteri (Sheps, 2000).Penyelidikan epidemiologi membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Juga dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari. Belum diketahui mekanisme yang pasti yang dapat menjelaskan yang dapat menjelaskan hubungan obesitas dengan hipertensi primer. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara. Pada obesitas tahanan perifer berkurabf atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meningkat dengan aktivitas renin plasma yang rendah (Tjokronegoro, 2001).d. Riwayat keluargaRiwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi dimasa yang akan datang. Tekanan darah kerabat dewasa tingkat pertama (orang tua saudara kandung) yang dikoreksi terhadap umur dan jenis kelamin tampak ada pada semua tingkat tekanan darah (Padmawinata, 2001).Faktor bawaan dari orang tua penting dalam menentukan apakah akan menderita tekanan darah tinggi atau tidak. Kemungkinan menderita tekanan darah tinggi atau tidak. Kemungkinan menderita tekanan darah tinggi kurang lebih 1:3 jika salah satu orang tua menderita tekanan darah tinggi atau pernah mendapar stroke sebelum usia 70 tahun. Risiko ini meningkat menjadi 3 : 5 jika kedua orang tua mengalaminya (Sample, 1997).Peran faktor genetik terhadap hipertensi primer dibuktikan dengan berbagai faktor yang dijumpai. Adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada pasien kembar monozigot dari pada heterozigot. Jika salah satu diantaranya menderita hipertensi. Menyokong pendapat bahwa genetik mempunyai pengaruh terhadap timbulnya hipertensi (Tjokronegoro, 2001).Keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi, mempunyai kecenderungan yang besar bagi keturunannya menderita hipertensi. Sebanyak 60% penderita hipertensi didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarganya, walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosa hipertensi. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi lebih besar (Tjokronegoro, 2001).Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60% (Sheps, 2000).Para peneliti percaya bahwa beberapa orang yang mengidap tekanan darah tinggi, gen yang menentukan reproduksi dan pelepasan angiotensin dalam tubuh mugkin mengalami kerusakan yang menyebabkan tubuh orang-orang tersebut memproduksi angiotensin terlalu banyak. Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapat riwayat hipertensi didalam keluarga meskipun hal ini belum dapat memastikan diagnosis. Jika didapatkan riwayat hipertensi pada kedua orang tua dugaan terhadap hipertensi primer makin kuat (Tjokronegoro, 2001).e. Konsumsi garam dapurGaram dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Tjokronegoro, 2001).Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2000).Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004).Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berkebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi (Wijayakusuma, 2003).f. Merokok Departemen of Healt and Human Services, USA (1989) menyatakan bahwa setiap batang rokok terdapat kurang lebih 4000 unsur kimia, diantaranya tar, nikotin, gas CO, N2, amonia dan asetaldehida serta unsur-unsur karsinogen. Nikotin, penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan tekanan kontraksi otot jantung. Selain itu, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung dan dapat menyababkan gangguan irama jantung (aritmia) serta berbagai kerusakan lainnya (Wijayakusuma, 2003).Peningkatan tekanan darah ditunjang oleh pemekatan darah dan penyempitan pembuluh darah perifer akibat dari kandungan bahan kimia, terutama gas karbon monoksida dan nikotin serta zat kimia lain yang terdapat didalam rokok (Sitepoe, 1997).Merokok akan mempengaruhi sistem kardiovaskuler seperti pemberian nikotin, misalnya denyut nadi naik, juga cardiac out put, tekanan darah dan tekanan perifer sehingga jantung harus lebih keras memompa darah untuk mensuplai oksigen. Zat kimia di dalam tembakau merusak jantung pada dinding arteri membuatnya lebih rentan terhadap akumulasi plak. Nikotin dalam tembakau juga membuat jantung keberja lebih keras karena menghambat pembuluh darah dan menaikan detak jantung dan tekanan darah. Efek ini terjadi akibat meningkatnya produksi hormon selana penggunaan tembakau termasuk peningkatan hormon efinefrin (adrenalin). Selain itu karbonmonoksida didalam asap rokok menggantikan oksigen didalam darah. Ini dapat meningkatkan tekanan darah karena jantung dipaksa bekerja lebih keras untuk memasuk oksigen yang memadai organ-organ dan jaringan-jaringan tubuh (Sheps, 2000).g. Olah ragaOlah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olah raga isotonik dengan teratur akan menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi kurang melakukan olah raga akan menaikan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Tjokronegoro, 2001).Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita hipertensi adalah jalan kaki, bersepeda, senam, berenang dan aerobik. Olah raga yang bersifat kompetisi dan meningkatkan kekuatan tidak dibolehkan bagi penderita hipertensi karena akan memacu emosi sehingga akan mempercepat peningkatan tekanan darah (Kuswandi, 2007).Arus sungai dapat disamakan dengan aliran darah didalam pembuluh, jika pembuluhnya mengecil maka tekanannya akan meningkat, sebaliknya jika pembuluhnya melebar maka tekanan akan menurun. Salah satu hasil latihan fisik yang teratur adalah pelebaran pembuluh darah sehingga tekanan darah yang tinggi akan turun.Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri (Sheps, 2000).Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Wirakusumah, 2002).h. StressHubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Novianty, 2006).Perubahan mental dalam memasuki masa lansia akan memberikan kontribusi pada kesehatan seseorang. Sikap hidup, cara hidup, perasaan atau emosi akan mempengaruhi perubahan mental lansia. Tipe kepribadian yang ambisi, merasa dikejar-kejar oleh tugas dan selalu berambisi harus lebih maju, umumnya saat memasuki masa lansia cenderung gelisah, mudah stress, was-was, mudah frustasi, merasa diremehkan, tidak siap untuk hidup di rumah saja dan sebagainya. Sebaiknya mereka yang berkepribadian tenang, keinginan untuk maju diimbangi dengan usaha berdasarkan pemikiran yang tenang pada umumnya tidak menunjukan perubahan mental yang negatif (Wirakusumah, 2002).8. Komplikasi hipertensia. StrokeStroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000).Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Novianty, 2006).b. Infark MiokardDapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2000).c. Gagal ginjalGagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000).d. Encefalopati (kerusakan otak)Tanda gejala dari encefalopati diantaranya nyeri kepala hebat, berubahnya kesadaran, kejang dengan defisit neurologi fokal azotermia, mual dan muntah-muntah (Stein, 2001).Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000). e. PIH (Pregnancy-Induced-Hypertention)Wanita yang PIH dapat mengalami kejang. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat badan lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, dapat mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses Persalinan (Corwin, 2000: 360). Hipertensi primer dijumpai pada satu sampai 3% dari seluruh kehamilan. Hipertensi ini lebih sering dujumpai pada multipara berusia lanjut dan kira-kira 20% dari kasus toksemia gravidarum. Sekitar 8-25% kehamilan disertai komplikasi hipertensi (Stein, 2001).f. Retinopati hipertensipPemeriksaan funduskopi dapat menolong menilai prognosis dan juga beratnya tekanan darah tinggi. Keith, Wgner & Barker menemukan pertama kali bahwa penderita-penderita retinopati dengan golongan I (penciutan), II (sklerosis), III (perdarahan dan eksudat), IV (pupil edema) bila tidak diobati bisa bertahan lima tahun berturut-turut 85%, 50%, 13%, dan 0%. Penelitian belakangan ini menduga bahwa retinopati hipertensif tingkat III & IV berhubungan dengan prognosis jangka panjang yang jelek. Retinopati hipertensif yang lanjut (golongan III & IV) ditemukan kurang 10% dari semua penderita hipertensi dan merupakan indikasi untuk penelitian diagnostik dan pengobatan yang agresif (Ismudiati, 2003).9. Pencegahan hipertensiHipertensi adalah masalah yang relatif terselubung (silent) tetapi mengandung potensi yang besar untuk masalah yang lebih besar. Hipertensi adalah awal untuk proses lanjut mencapai target organ untuk memberi kerusakan yang lebih berat. Karena itu, diperlukan upaya-upaya pencegahan hipertensi.Dibawah ini adalah beberapa gaya hidup untuk pencegahan hipertensi:a. Turunkan berat badan jika berat badan mengalami kelebihan (IMT > 27,3 bagi perempuan dan > 27,8 bagi laki-laki) dengan mengurang kalori diet dan berolahraga.b. Tingkatkan olahraga aerobik (30-45 menit/ hari), misalnya jalan kaki agar cepat sampai mencapai tingkat kesegaran jasmani yang sedang.c. Mengurangi konsumsi garam d. Pertahankan konsumsi potasium/ kalium dalam jumlah cukup (90 mmol / hari). Lebih bagus yang berasal dari buah-buahan segar dan sayuran.e. Pertahankan konsumsi kalium dan magnesium dalam jumlah cukup.f. Berhenti merokok dan kurangi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol untuk kesehatan jantung secara menyeluruh.g. Setelah 30 tahun periksa tekanan darah setiap tahun.(Mansjoer, 2001)10. Pengobatan hipertensiAspek yang patut mendapat perhatian, yang juga merupakan tujuan dalam pengobatan darah tinggi masa kini ialah sebagai berikut :a. Menurunkan tekanan darah ketingkat yang wajar sehingga kualitas hidup penderita tidak menurun.b. Mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) akibat komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah.c. Mencegah pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis)d. Menghindarkan faktor resikoe. Mencegah memberatnya tekanan darah tinggif. Pengobatan penyakit penyerta yang dapat memperberat kerusakan organ.g. Memulihkan kerusakan target organ dengan obat anti hipertensi masa kini.h. Memperkecil efek samping pengobatan.(Wijayakusumah, 2003)Pengobatan nonfarmakologi pada lanjut usia sama dengan pasien usia muda, meliputi penurunan berat badan bagi pasien gemuk, gerak badan atau aerobik secara teratur mengurangi konsumsi alkohol, diet rendah garan, diet tinggi serat dan sayur. Pengobatan farmakologi sedikit berbeda dibanding dengan pasien usia muda, perubahan-perubahan fisiologi yang terjadi pada lanjut usia menyebabkan konsentrasi obat menjadi tinggi dan waktu eliminasi menjadi panjang. Juga terjadi penurunan fungsi dan respon organ-organ adanya berbagai penyakit. Adanya obat-obat untuk penyakit lain yang sementara dikonsumsi, harus diperhitungkan dalam pemberian obat anti hipertensi.Terapi pada lanjut usia untuk penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara mengurangi berat badan berlebihan, menghentikan merokok, melaksanakan pola hidup sehat dengan makan seimbang, mengurangi konsumsi lemak jenuh, makan makanan sumber kalium, mengurangi penggunaan garam, berolahraga secara teratur (Wijayakusuma, 2003).Prinsip pemberian obat pad pasien lanjut usia : a. Sebaiknya dimulai dengan satu macam obat dengan dosis kecilb. Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan, untuk penyesuaian autoregulasi guna mempertahankan perfusi ke organ vital.c. Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari d. Antisipasi efek samping obate. Pemantauan tekanan darah sendiri di rumah untuk evaluasi efektifitas pengobatan(Tjokronegoro, 2001).Obat anti hipertensi : a. Diuretik Thiazide: basanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik sangat efektif pada lanjut usia.b. Penyekat Beta (B-blocker)c. Antagonis kalsiumd. Inhibitor ACE (Angiotensin Converting Enzyme), misalnya inhibace. Efek dari obat ini dapat mengubah rasa dan menurunkan selera makan sehingga dapat menyebabkan kehilangan berat badane. Obat anti hipertensi sentral (simpatokolitika)f. Obat penyekat alphag. Vasodilator: menyebabkan melebarnya pembuluh darah(Bustan, 1997)Obat hipertensi harus diminum sebelum makan karena makanan dapat mengurangi kadar obat dalam darah sehingga dapat menurunkan efeknya (Wirakusumah, 2002).Hal-hal berikut perlu diperhatikan untuk menangani hipertensi pada penderita yang berusia lanjut. Selain kondisi tubuh yang sudah tidak prima, penderita pun perlu ditangani secara lebih sabar dan telaten:a. Tekanan darah di ukur pada posisi berdirib. Penurunan tekanan darah lebih dari 20 mmHg setelah satu menit pada posisi tegak dianggap normalc. Tekanan darah diturunkan bertahap. Bila tekanan darah sebelumnya lebih tinggi dari 180 mmHg tekanan diturunkan bertahap sampai sistol kurang dari 160 mmHg dan diastolik kurang dari 90 mmHg.(Wijayakusuma, 2003)