gigantis me
DESCRIPTION
gigantismeTRANSCRIPT
![Page 1: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Irritabel bowel syndrome (IBS) merupakan kelainan fungsional saluran cerna
yang sering terjadi yang ditandai dengan nyeri perut, rasa tidak nyaman
diperut dan perubahan pola buang air besar (BAB). Sebagai gejala tambahan
pada nyeri perut, diare atau konstipasi, gejala khas lain meliputi perut
kembung, adanya gas dalam perut, stool urgensi atau strining dan perasaan
evakuasi kotoran tidak lengkap Irritabel bowel syndrome merupakan penyakit
yang sangat sering ditemukan. Perkiraan yang tepat prevalensi IBS sangat
sulit, karena hampir 70% dari orang dengan gejala IBS tidak mendatangi
tempat pelayanan kesehatan.
Penelitian lain oleh Hungin di 8 negara eropa mendapakan prevalensi IBS
sebesar 11,5% (6,2-12%). Sedangkan dari penelitian epidemiologi di
Birmingham pada 8386 pasien, didapatkan prevalensi IBS 10,9% (6,6% laki-
laki dan 14% perempuan), dengan profil gejala yang ditandai dengan diare
25,4%, konstipasi 24,1% dan gejala bergantian diare dan konstipasi 46,7%.
Irritabel bowel syndrome pada umumnya dianggap sebagai penyakitnya
wanita, berdasarkan temuan pada sampel dimana wanita 3-4 kali lebih sering
dari laki-laki pada seting klinis, dan diperkirakan 2:1 pada komunitas
masyarakat.Alasan kenapa wanita lebih sering mengalami IBS belum
diketahui.
Jika seseorang mengalami gejala – gejala seperti konstipasi, diare dan lain –
lain yang mengindikasikan kepada penyakit IBS, maka sebaiknya orang
tersebut langsung memeriksakannya ke rumah sakit atau ke pelayanan
kesehatan. Karena apabila terlambat, penyakit IBS ini akan memberikan rasa
tidak nyaman yang terus menerusn dan menyebabkan gangguan yang lebih
parah pada saluran pencernaan kita.
![Page 2: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/2.jpg)
Oleh karena itu penting sekali memeriksakan penyekit ini secepat mungkin
ketika kita menemukan gejala – gejala yang mengindikasikan pada penyakit
IBS. Proses keperawatan juga tidak kalah penting untuk menunjang proses
penyembuhan. Oleh karena itu kita perlu mengulas lebih dalam tentang
penyakit ini. Supaya dapat membantu proses penyembuhan dan memberikan
rasa nyaman dan aman terhadap klien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep irritable bowel syndrome?
2. Bagaimana konsep proses keperawatan pada klien dengan gangguan irritable
bowel syndrome
1.3 Tujuan
1.3. 1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada klien dengan
gangguan irritable bowel syndrome.
1.3. 2. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi dari irritable bowel syndrome
2. Menjelaskan klasifikasi dari irritable bowel syndrome
3. Menjelaskan etiologi dari irritable bowel syndrome
4. Menjelaskan manifestasi klinis pada irritable bowel syndrome
5. Menjelaskan klasifikasi dari irritable bowel syndrome
6. Mengidentifikasi patofisiologi dari irritable bowel syndrome
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari irritable bowel
syndrome
8. Menjelaskan penatalaksanaan dari irritable bowel syndrome
9. Menjelaskan proses keperawatan pada klien irritable bowel
syndrome
10. Menjelaskan WOC dari irritable bowel syndrome
![Page 3: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/3.jpg)
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan
gangguan irritable bowel syndrome sehingga menunjang pembelajaran
mata kuliah keperawatan pencernaan.
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat
menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II
![Page 4: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/4.jpg)
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut sistem klasifikasi Rome, IBS ditandai dengan adanya determinan
fisiologi yang multipel, yang berperanan pada gejala dari IBS dan bukan merupakan
satu penyakit yang tunggal. IBS didefinisikan sebagai kelompok kelainan fungsional
dari saluran cerna dimana adanya rasa tidak nyaman atau nyeri perut dihubungkan
dengan defekasi atau perubahan pada pola defekasi, dan dengan gambaran kelainan
pada defekasi (ketut, 2007)
Irritable Bowel Syndrom (IBS) juga didefinisikan sebagai salah satu gangguan
gastrointestinal fungsional. Pengertian Irritable Bowel Syndrom (IBS) sendiri adalah
adanya nyeri perut, distensi dan gangguan pola defekasi tanpa gangguan organic
(anonim,2010)
Sedang menurut pilono, 2004. Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah kelainan
kompleks dari saluran pencernaan bagian bawah, adanya nyeri perut, distensi dan
gangguan pola defekasi tanpa gangguan organik. IBS merupakan gangguan
fungsional BAB. IBS utamanya dikarakteristikkan dengan gejala-gejala yang
bercorak dan diperburuk dengan stres emosional.
Menurut judarwanto,2008. Iritable Bowel Syndrome umum pada orang dari
segala usia, termasuk anak-anak. Sekitar 14 persen siswa SMA dan 6 persen dari
siswa sekolah menengah melapor terkena gejala IBS. Angka kejadian IBS antara laki-
laki dan perempuan sama, meskipun pada orang dewasa lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria. Perbandingan wanita menderita sindrom ini 2x lebih
banyak daripada pria.
Berdasarkan beberapa definisi dari IBS di atas, dapat di simpulkan bahwa IBS
merupakan salah satu penyakit gastrointestinal fungsional atau gangguan fungsional
pergerakan usus.
2.2 Klasifikasi
![Page 5: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/5.jpg)
Pada beberapa keadaan IBS dibagi dalam beberapa subgrup sesuai dengan
keluhan dominan yang ada pada diri seseorang(pilono, 2004).
Subgrup IBS yang sering digunakan membagi IBS menjadi 4 bagian yaitu :
1. IBS predominan nyeri perut
1. Nyeri di fosa iliaka, tidak dapat dengan tegas menunjukkan lokasi
sakitnya
2. Nyeri dirasakan lebih dari 6 bulan
3. Nyeri hilang setelah defekasi
4. Nyeri meningkat jika stress dan selama menstruasi
5. Nyeri dirasakan persisten jika kambuh terasa lebih sakit
2. IBS predominan diare
1. Diare sering pada pagi hari dan sering dengan urgensi
2. Biasanya disertai rasa sakit dan hilang setelah defekasi
3. IBS predominan konstipasi
1. Terutama pada wanita
2. Defekasi tidak lampias
3. Biasanya feces disertai lendir tanpa darah
4. IBS predominan alternating pattern
1. Pola defekasi yang berubah-ubah
2. Sering feces keras di pagi hari diikuti dengan beberapa kali
3. Defekasi dan feces menjadi cair pada sore hari
2.3 Etiologi
Irritable bowel syndrome merupakan penyakit yang terjadi akibat beberapa penyakit yang berhubungan dengan usus besar. Misalnya diare, konstipasi, gangguan usus, gangguan peristaltik dan gangguan pencernaan lain yang berkenaan dengan usus besar. Sedang sebab sesungguhnya dari sindroma ini belum diketahui. Namun berdasarkan beberapa kasus IBS yan terjadi, faktor yang membawanya antara lain :
1. Stres
Stress psikologis dapat merubah fungsi motor pada usus halus dan kolon, baik pada orang normal maupun pasien IBS. Sampai 60% pasien pada pusat rujukan memiliki
![Page 6: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/6.jpg)
gejala psikiatri seperti somatisasi, depresi, dan cemas. Dan pasien dengan diagnosis IBS lebih sering memiliki gejala ini. Ada atau tidaknya riwayat abuse pada masa anak-anak (seksual, fisik, atau keduanya) dihubungkan dengan beratnya gejala pada pasien dengan IBS. Ini telah diusulkan bahwa pengalaman awal pada hidup dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan memberikan predisposisi untuk keadaan kewaspadaan yang berlebihan.
1. Mikroorganisme seperti bakteri, virus, kuman dll2. Intoleransi makanan
Beberapa orang dengan IBS cenderung memiliki alergi makanan. Pada tahun 2007 dasar bukti itu tidak cukup kuat untuk merekomendasikan diet ketat. Banyak modifikasi diet yang berbeda telah dicoba untuk memperbaiki gejala IBS. Ada yang efektif dalam beberapa sub-populasi. Sebagai intoleransi laktosa dan IBS memiliki gejala yang sama seperti percobaan diet bebas laktosa sering dianjurkan. Sebuah fruktosa membatasi diet dan asupan fructan telah terbukti berhasil mengobati gejala secara dosis-tergantung pada pasien dengan malabsorpsi fruktosa dan IBS. Sementara banyak IBS pasien percaya bahwa mereka memiliki beberapa bentuk intoleransi makanan, tes mencoba untuk memprediksi sensitivitas makanan di IBS telah mengecewakan. Satu studi melaporkan bahwa tes antibodi IgG efektif dalam menentukan sensitivitas makanan pada pasien IBS, dengan pasien dengan diet eliminasi mengalami gejala penurunan 10% lebih besar daripada mereka yang diet semu. [64] Lebih data yang diperlukan sebelum pengujian IgG dapat direkomendasikan. Tidak ada bukti bahwa pencernaan makanan atau penyerapan nutrisi yang bermasalah bagi mereka dengan IBS pada tingkat yang berbeda dari mereka yang tidak IBS. Namun, tindakan yang sangat makan atau minum dapat menimbulkan reaksi yang berlebihan dari respon gastrocolic pada beberapa pasien dengan IBS karena kepekaan yang meningkat mendalam mereka, dan ini dapat mengakibatkan perut, sakit diare, sembelit dan / atau konstipasi.
1. Abnormalitas aktifitas usus
Dalam 50 tahun terakhir, perubahan pada kontraktilitas kolon dan usus halus telah diketahui pada pasien IBS. Stres psikologis atau fisik dan makanan dapat merubah kontraktilitas kolon. Motilitas abnormal dari usus halus selama puasa,seperti kehilangan dari komplek motor penggerak dan adanya kontraksi yang mengelompok dan memanjang, kontraksi yang diperbanyak, ditemukan pada pasien IBS. Juga dilaporkan adanya respon kontraksi yang berlebihan pada makanan tinggi lemak. Nyeri lebih sering dihubungkan dengan aktivitas motor yang ireguler dari usus halus.
1. Infeksi atau inflamasi
![Page 7: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/7.jpg)
Sitokin inflamasi mukosa dapat mengaktivasi sensitisasi perifer atau hipermotilitas. Gwee dkk.11 melaporkan pasien dengan enteritis infeksi, adanya hipokondriasis dan kehidupan penuh
stress pada saat infeksi akut memprediksi berkembangnya IBS kemudian. Ditemukan adanya bukti yang menunjukkan bahwa beberapa pasien IBS memiliki peningkatan jumlah sel inflamasi
pada mukosa kolon dan ileum. Adanya episode enteritis infeksi sebelumnya, faktor genetik, alergi makanan yang tidak terdiagnosis, dan perubahan pada mikroflora bakteri dapat berperanan pada terjadinya proses inflamasi derajat rendah. Inflamasi dikatakan dapat mengganggu reflex gastrointestinal
dan mengaktivasi sistem sensori visceral meskipun jika respon inflamasi yang minimal. Kelainan pada interaksi neuroimun dapat berperanan pada perubahan fisiologi dan hipersensitivitas gastrointestinal yang mendasari IBS
2.3 Manifestasi klinis
Menurut Anonim, 2010. Ada beberapa gejala yang pada umumnya menyertai irritable bowel syndrome. Diantaranya adalah :
1. Ketidak normalan frekuensi defeksi2. Kelainan bentuk feses3. Ketidaknormalan proses defekasi (harus dengan mengejan, inkontenensia
defekasi, atau rasa defekasi tidak tuntas)4. Adanya mucus atau lender5. Kembung atau merasakan distensi abdomen dan sangat bervariasi6. Ditemukan keluhan diare dengan lendir, darah, kembung, nyeri abdomen
bawah.7. Sembelit 8. Sering buang angin9. Sendawa10. Konstipasi
2.4 Patofisiologi
Stres, diet, bakteri, kuman, jenis makanan dan reaktifitas usus yang abnormal dapat menyebabkan IBS.
Stres dapat memicu gejala IBS. Ketika seseorang mendapatkan masalah yang menyita pikirannya, maka hal ini dapat mempengaruhi sel- sel saraf dan menjadikan
![Page 8: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/8.jpg)
kekejangan pada usus. Kekejangan usus ini dapat mengantarkan kita pada penyakit irritable bowel syndrome. Apalagi stress ini berkepanjangan.
Diet yang tidak benar juga dapat memicu adanya IBS. Apabila pola makan seseorang itu sangat besar atau tidak teratur apalagi keadaan pencernaannya bermasalah maka dapat menyebabkan kram dan diare. Setelah itu dapat membuat seseorang itu terkena IBS.
Yang ketiga adalah abnormalitas reaksi usus. Ketidaknormalan gerakan usus ini dapat disebabkan oleh berbagai banyak hal diantaranya : asupan makanan yang masuk, mikroorganisme dan stres. Ketidaknormalan gerakan usus ini apabila terlalu lambat akan menyebabkan sembelit, dan jika terlalu cepat akan menyebabkan diare.
Intoleransi makanan juga dapat menyebabkan datangnya penyakit IBS ini. Jika seseorang alergi terhadap suatu makanan tertentu, maka dapat menyebabkan gangguan usus dan menjadikan irritabel bowel syndrome
Selain itu bakteri juga dapat memberikan efek tertentu terhadap usus dan dapat menyebabkan IBS.
2.5 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
1. Berkenaan sembelit dan diare : berikan serat suplemen, seperti metamucil atau citrucil untuk membantu sembelit kontrol.
2. Pencahar, seperti PEG 3350 (MiraLax, GlycoLax), minyak mineral, atau bisacodyl (Dulcolax), meringankan sedang hingga sembelit berat.
3 Loperamide (Imodium) and bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol) membantu meringankan diare.
4 Antispasmodic, seperti dicyclomine (Bentyl), rileks otot polos kontraksi dalam usus dan dapat, secara teoritis, mengurangi rasa sakit yang terkait dengan IBS tetapi harus digunakan dengan hati-hati karena efek samping yang serius yang berpotensi.
5 Antidepresan , termasuk serotonin reuptake inhibitor selektif (SSRI) dan antidepresan trisiklik (TCA), digunakan untuk mengobati IBS, meskipun efektivitas mereka pada anak-anak tidak terdokumentasi dengan baik.
Sebelum mengambil salah satu obat, anak-anak dan orang tua mereka harus mencari saran dari penyedia layanan kesehatan untuk membantu mempertimbangkan potensi manfaat terhadap risiko efek samping yang mungkin timbul.
![Page 9: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/9.jpg)
1. Obat Alternatif
Karena sering hasil yang tidak memuaskan dari perawatan medis untuk IBS hingga 50 persen orang beralih ke komplementer pengobatan alternatif.
1. Probiotik
Probiotik dapat bermanfaat dalam pengobatan IBS, mengambil 1-10000000000 bakteri menguntungkan per hari dianjurkan untuk hasil yang bermanfaat. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan pada individu strain bakteri menguntungkan untuk rekomendasi yang lebih halus. Sejumlah probiotik telah ditemukan untuk menjadi efektif, termasuk: plantarum Lactobacillus dan Bifidobacteria infantis; Namun, salah satu review menemukan bahwa hanya Bifidobacteria infantis menunjukkan keampuhan. Beberapa yogurt dibuat menggunakan probiotik yang dapat membantu mengurangi gejala sindrom iritasi usus besar.
1. 1. Herbal remedies
Minyak peppermint: enterik dilapisi peppermint telah kapsul telah diusulkan untuk IBS dalam gejala orang dewasa dan anak-anak. Ada bukti yang baik dari efek yang menguntungkan dari kapsul dan dianjurkan bahwa peppermint akan diujicobakan pada semua pasien sindrom iritasi usus besar. Keselamatan selama kehamilan belum didirikan bagaimanapun dan hati-hati diperlukan bukan untuk mengunyah atau memecahkan lapisan enterik dinyatakan refluks gastroesophageal mungkin terjadi sebagai akibat dari sfingter esofagus bawah relaksasi. Kadang-kadang mual dan perianal pembakaran terjadi sebagai efek samping.
Iberogast: multi-herbal ekstrak Iberogast ditemukan secara bermakna lebih unggul dengan plasebo baik melalui skala nyeri perut dan skor gejala IBS setelah empat minggu pengobatan.
Hanya ada bukti terbatas untuk efektivitas obat herbal lain untuk sindrom iritasi usus besar. Seperti semua rempah-rempah adalah bijaksana untuk waspada terhadap interaksi obat mungkin dan efek samping.
1. 1. Yoga
Yoga mungkin efektif untuk beberapa penderita sindrom iritasi usus besar.
1. 1. Akupunktur
Akupunktur mungkin patut uji coba pada pasien pilih, tapi dasar bukti untuk
![Page 10: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/10.jpg)
efektivitas lemah. A meta-analisis oleh Cochrane Collaboration menyimpulkan bahwa sebagian besar uji coba berkualitas rendah dan yang tidak diketahui apakah akupunktur lebih efektif.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Penyebab mekanik dan obstruksi harus dilakukan dengan pemeriksaan rontgen kontras dan endoskopi
2. Kelainan mukosa diperiksa dengan rontgen kontras dan biopsi mukosa.3. Jika diare masalah utama, evaluasi malabsorbsi, dengan pemeriksaan kimia
darah dan gambaran hematologic harus dilakukan.4. Kelainan metabolic harus dicari dengan tes fungsi tiroid dan kimia darah.5. Kelainan vascular kolagen diperikssa dengan tes serologic6. Pemeriksaan spesifik untuk neuropati otonom harus dilakukan jika dicurigai
dari anamnesis dan pemeriksaaan fisik.
2.8 Web Of Cautions
Adenoma (tumor hipofisis jinak)
Sel tumbuh abnormal
Hipotalamus mensekresikan
GH
Fungsi organ terhambat
![Page 11: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/11.jpg)
BAB III
Pertumbuhan tulang yg berlebihan MK : Perubahan
proses keluarga
GIGANTISME
Tulang mengalami kelainan
Jaringan membesar pada tungkai dan
lengan
Pertumbuhan berlebihan pd tulang
rahang & lidah membesar
Kelelahan
Pertumbuhan dan perkembangan
abnormal
MK : Gangguan body image MK : Intoleransi
aktivitas
MK : Resti perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Tubuh menjadi semakin tinggi
Perubahan penampilan fisik
Oedema tungkai dan lengan
Kelemahan pada tungkai dan lengan
Kesulitan makan
Intake makan
Keluarga merasa malu
![Page 12: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/12.jpg)
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Biodata pasien
Nama : An. N
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Surabaya
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
B. Anamnesa
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Buang air besar kurang lebih 6x per hari, disertai lendir, terdapat nyeri pada
perut bagian bawah, selera makan berkurang, mata cowong, perut terasa
kembung, dan rewel .
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
3.2 Observasi dan Pemeriksaan Fisik
A. Observasi
1. Tanda-tanda vital
Suhu : 98 X/menit
Nadi : 35C
TD : 120/90 mmHg
RR : 20 X/menit
B. Pemeriksaan fisik
1. BREATH (B1)
Biasanya pada pasien gigantisme tidak terjadi perubahan pola nafas.
Bunyi nafas normal. Gangguan nafas biasanya terjadi akibat adanya
![Page 13: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/13.jpg)
proses pembesaran tumor hipofisis.
2. BLOOD (B2)
Pada gigantisme biasanya tidak terjadi perubahan dalam kerja jantung.
3. BRAIN (B3)
Pada tumor hipofisis yang mengakibatkan akromegali biasanya terjadi
nyeri kepala bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemi-anopsia
bitemporal akibat penyebaran supraselar tumor dan penekanan kiasma
optikum.
4. BLADDER (B4)
Pada gigantisme terjadi pertumbuhan alat kelamin yang tidak sempurna.
Pola BAK biasanya normal. Pada akromegali terdapat penurunan libido,
impotensi, oligomenorea, infertilitas, nyeri senggama pada wanita, batu
ginjal.
5. BOWEL (B5)
Biasanya pola BAB normal, terjadi deformitas mandibula disertai
timbulnnya prognatisme (rahang yang menjorok ke depan) dan gigi geligi
tidak dapat menggigit sehingga meyulitkan dalam mengunyah makanan.
Pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang, lidah juga
membesar sehingga penderita sulit berbicara. (Price, 2005)
6. BONE (B6)
Pada gigantisme pertumbuhan longitudinal, pembesaran pada kaki dan
tangan perubahan bentuk yang terjadi membesar. Deformitas tulang
belakang karena pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan
timbulnya nyeri punggung dan perubahan fisiologik tulang
belakang.Terdapat nyeri sendi pada bahu tulang dan lutut. (Price, 2005)
1.3 Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Pasien merasa malu dengan
orang lain, karena kondisi fisik
Tulang mengalami kelainan
Gangguan body
![Page 14: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/14.jpg)
tubuhnya
DO : Pasien cenderung diam, tidak
banyak bicara dan kurang
bersosialisasi dengan sekitar
Tubuh menjadi semakin tinggi
Perubahan penampilan fisik
Gangguan body
image
image
2. DS : Pasien mengatakan tidak nafu
makan
DO : Lidah pasien membesar, gigi
terpisah pisah
Pertumbuhan berlebihan pd
tulang rahang & lidah membesar
Kesulitan makan
Intake makanan
Resti perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
Resiko tinggi
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
3. DS : Pasien merasa diacuhkan
keluarga
DO : Keluarga acuh tak acuh
Pertumbuhan dan perkembangan
abnormal
Keluarga merasa malu
Perubahan proses keluarga
Perubahan proses
keluarga
1.4 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan body image b.d perubahan struktur tubuh
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan
metabolisme, lidah membesar, mandibula tumbuh berlebih, gigi menjadi
![Page 15: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/15.jpg)
terpisah-pisah.
3. Perubahan proses keluarga b.d keluarga dengan gigantisme
1.5 Intervensi dan Rasional
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
1. Gangguan body image b.d
perubahan struktur tubuh
Tujuan: Tidak terjadi
penurunan bodi image pada
klien.
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat menerima
perubahan diri
2. Klien mau bersosialisasi
dengan lingkungan
1. Pertahankan
lingkungan yang
kondusif
2. Diskusikan perasaan
yang berhubungan
dengan perubahan
yang dialami oleh
klien
3. Kaji klien dengan
mengidentifikasi dan
mengembangkan
mekanisme koping
4. Berikan dorongan
untuk
mengungkapkan
perasaan yang
berhubungan dengan
perubahan fisik
1. Untuk membicarakan
perubahan citra tubuh
2. Mengetahui perasaan
yang dirasakan klien
3. Untuk mengatasi
perubahan fisik
4. Agar klien lebih
terbuka
2. Resti perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
b.d peningkatan
metabolisme, lidah
membesar, mandibula
tumbuh berlebih, gigi
menjadi terpisah-pisah.
Tujuan: Nutrisi klien adekuat
Kriteria Hasil:
1. Klien tidak mengalami
penurunan berat badan
yang berarti
2. Nafsu makan klien
meningkat
1. Beri makan sedikit
tapi sering (termasuk
cairan)
2. Masukkan makanan
kesukaan klien
dalam diet
3. Anjurkan untuk
makan sendiri, bila
mungkin
4. Berikan makanan
yang bergizi tinggi
dan berkualitas
1. Nutrisi klien dapat
terpenuhi
2. Meningkatkan nafsu
makan klien
3. Melatih klien untuk
memenuhi
kebutuhannya sendiri
4. Memenuhi kebutuhan
nutrisi klien
3. Perubahan proses keluarga 1. Berikan dukungan 1. Keluarga dapat
![Page 16: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/16.jpg)
b.d keluarga dengan
gigantisme.
Tujuan:
1. Mempersiapkan
keluarga untuk dapat
merawat anggota
keluarga dengan
gegantisme
2. Keluarga dapat
beradaptasi dengan
penyakitnya
Kriteria Hasil:
Keluarga dapat mengatasi
masalah yang timbul dari
adanya tanda dan gejala
yang muncul dan
memberikan atau
menyediakan lingkungan
yang sesuai dengan kondisi
klien.
emosional pada
keluarga dan klien
2. Anjurkan orang tua
untuk
mengekspresikan
perasaannya
3. Anjurkan klien
untuk berbagi rasa
tidak berdaya, malu,
ketakutan yang
berkaitan dengan
manifestasi penyakit
menerima keadaan
klien
2. Keluarga dapat
beradaptasi dengan
penyakit klien
3. Untuk mengatasi
masalah yang timbul
1.6 Implementasi dan Evaluasi
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Gangguan body image b.d
perubahan struktur tubuh
1. Mempertahankan
lingkungan yang
kondusif
2. Mendiskusikan
perasaan yang
berhubungan
dengan perubahan
yang dialami oleh
klien
3. Mengkaji klien
dengan
mengidentifikasi
dan
mengembangkan
S : Klien mengatakan
sudah mulai
menerima keadaannya
O : Klien nampak
mulai bersosialisasi
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi di
lanbjutkan
![Page 17: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/17.jpg)
mekanisme koping
4. Memberikan
dorongan untuk
mengungkapkan
perasaan yang
berhubungan
dengan perubahan
fisik
2. Resti perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
b.d peningkatan metabolisme,
lidah membesar, mandibula
tumbuh berlebih, gigi
menjadi terpisah-pisah.
1. Memberi makan
sedikit tapi sering
(termasuk cairan)
2. Memasukkan
makanan kesukaan
klien dalam diet
3. Menganjurkan klien
untuk makan
sendiri, bila
mungkin
4. Memberikan
makanan yang
bergizi tinggi dan
berkualitas
S :Klien Mengatakan
kebutuhan nutrisi
terpenuhi sebagian
O : k/u cukup
A :masalah teratasi
sebagian
P :intervensi
dilanjutkan
3. Perubahan proses keluarga
b.d keluarga dengan
gigantisme.
1. Memberikan
dukungan
emosional pada
keluarga dan klien
2. Menganjurkan
orang tua untuk
mengekspresikan
perasaannya
3. Menganjurkan klien
untuk berbagi rasa
tidak berdaya, malu,
ketakutan yang
berkaitan dengan
manifestasi
penyakit
S: Klien Mengatakan
Keluarganya Sudah
Bisa Menerina
Kondisi
O:Tidak Ada Tanda:
Steess Pada Pasien
A:Masalah Teratasi
P:Intervensi di
Lanjutkan.
![Page 18: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/18.jpg)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang
![Page 19: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/19.jpg)
merangsang sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi
klinis. Penyebab terbanyak (95 %) dari gigantisme adalah adenoma hipofisis
yang mensekresi GH dan jarang sekali disebabkan oleh GH / GHRH ektopik.
Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH / IGF-1 dan efek massa
tumor. Konsekuensi gigantisme dapat meningkatkan angka morbiditas dan
motalitas, terutama oleh komplikasi cardioserobrovaskuler dan pernafasan.
Pilihan utama pengobatan adalah operasi transsphenoid, namun akhir-akhir ini
pesat perkembangan pengobatan medis / farmakologis. Oleh karena pengobatan
radiasi masih banyak kelemahannya.
4.2 Saran
1. Bagi pasien
Pasien mengerti tentang penyakitnya dan pasien mau kontrol rutin dan
berobat jalan sesuai advis dokter.Pasien juga diharapkan mengerti dan
mengetahui gejala pada gigantisme dan akromegali.
2. Bagi perawat
Dalam melakukan asuhan keperawatan perlu adanya pendekatan untuk
menciptakan hubungan saling percaya agar pasien itu mau mengungkapkan
masalahnya sehingga perawat dapat menjalankan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1.
Jakarta : EGC; 2001
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
![Page 20: Gigantis Me](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022070418/5695d55c1a28ab9b02a512bc/html5/thumbnails/20.jpg)
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC;
2001.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes.
Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001
Doenges E, Marilyin. 1999. Rencana Asuhan keperawatan.Jakarta : EGC.
Rumahorbo, Hotma . 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta : EGC
Suddart & Brunner. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Suyono slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUi
http://id.wikipedia.org/wiki/gigantisme