gigi impaksi

23
GIGI IMPAKSI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan waktu erupsi masing-masing jenis gigi, mulai dari fase gigi sulung sampai mengalami pergantian menjadi fase gigi permanen. Proses erupsi masing-masing gigi baik pada’fase gigi sulung maupun permanen akan terjadi secara fisiologis dan jarang sekali mengalami gangguan. Gangguan empsi pada umumnya terjadi pada fase pergantian dari gigi sulung menuju fase gigi permanen, sehingga gigi permanen tertentu tidak dapat mengalami erupsi. Gigi kaninus merupakan gigi kedua setelah gigi molar ketiga yang berfrekuensi tinggi untuk mengalami impaksi, ‘ meskipun demikian gigi anterior di rahang atas lainnya seperti gigi insisivus pertama dan kedua rahang atas juga dapat mengalami kesulitan tumbuh akibat terletak salah di dalam rahang. Frekuensi terjadinya kaninus impaksi sebesar 0-2, 8 persen.Ditinjau dari letaknya, 85 persen posisi gigi kaninus yang impaksi terletak dtdaerah palatal lengkung gigi, sedangkan 15 persen nya terletak di bagian labial atau bukal.Ada beberapa bukti yang menyatakan, bahwa penderita dengan maloklusi kelas I1 divisi 2 dan gigi aplasia merupakan kelompok yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya kaninus ektopik. Pertumbuhan gigi molar ketiga permanen rahang bawah juga memerlukan perhatian khusus pada penderita anak sampai remaja. Gigi molar ketigarahang bawah yang belum erupsi akan dapat mempunyai posisi yang sedemikian sehingga pada proses pertumbuhannya dapat diperkirakan akan dapat menimbulkan gangguan pada alignment gigi di rahang bawah oleh karena daya dorong erupsi gigi tersebut ke arah anterior. Padaposisi benih gigi molar ketiga rahang bawah yang diperhitungkan terletak miring, terutama dalam posisi mesio versi, tindakan

Upload: zanialsitogar

Post on 26-Sep-2015

58 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Gigi Impaksi

TRANSCRIPT

GIGI IMPAKSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan waktu erupsi masing-masing jenis gigi, mulai dari fase gigi sulung sampai mengalami pergantian menjadi fase gigi permanen. Proses erupsi masing-masing gigi baik padafase gigi sulung maupun permanen akan terjadi secara fisiologis dan jarang sekali mengalami gangguan. Gangguan empsi pada umumnya terjadi pada fase pergantian dari gigi sulung menuju fase gigi permanen, sehingga gigi permanen tertentu tidak dapat mengalami erupsi.

Gigi kaninus merupakan gigi kedua setelah gigi molar ketiga yang berfrekuensi tinggi untuk mengalami impaksi, meskipun demikian gigi anterior di rahang atas lainnya seperti gigi insisivus pertama dan kedua rahang atas juga dapat mengalami kesulitan tumbuh akibat terletak salah di dalam rahang. Frekuensi terjadinya kaninus impaksi sebesar 0-2, 8 persen.Ditinjau dari letaknya, 85 persen posisi gigi kaninus yang impaksi terletak dtdaerah palatal lengkung gigi, sedangkan 15 persen nya terletak di bagian labial atau bukal.Ada beberapa bukti yang menyatakan, bahwa penderita dengan maloklusi kelas I1 divisi 2 dan gigi aplasia merupakan kelompok yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya kaninus ektopik.

Pertumbuhan gigi molar ketiga permanen rahang bawah juga memerlukan perhatian khusus pada penderita anak sampai remaja. Gigi molar ketigarahang bawah yang belum erupsi akan dapat mempunyai posisi yang sedemikian sehingga pada proses pertumbuhannya dapat diperkirakan akan dapat menimbulkan gangguan pada alignment gigi di rahang bawah oleh karena daya dorong erupsi gigi tersebut ke arah anterior. Padaposisi benih gigi molar ketiga rahang bawah yang diperhitungkan terletak miring, terutama dalam posisi mesio versi, tindakan germinectomy pada benih gigi molar ketiga tersebut perlu dipertimbangkan agar pada proses pertumbuhan selanjutnya tidak menimbulkan kelainan terhadap posisi gigi di sebelah anteriornya.

Menurut Bisharas etiologi gigi impaksi dapat disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer meliputi trauma pada gigi sulung, benih gigi rotasi, tanggal prematur gigi sulung, dan erupsi gigi kaninus dalarn celah pada kasus celah langit-langit. Faktor sekunder adalah faktor selain faktor primer.

Ada banyak orang yang mengalami gigi impaksi, terkadang ini terabaikan oleh mereka.Padahal gigi impaksi terkadang dapat menimbulkan masalah serius jika tidak ditangani.Melihat hal ini maka penting juga untuk mengetahui dan menggali lebih dalam lagi tentang gigi impaksi, penyebab impaksi, klasifikasi, perawatan dan hal-hal lain yang menyangkut gigi impaksi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian gigi impaksi?

2. Mengapa gigi impaksi dapat terjadi?

3. Apa penyebab terjadinya gigi impaksi?

4. Bagaimana tanda dan keluhan gigi impaksi?

5. Bagaimana Klasifikasi gigi impaksi?

6. Bagaimana pemeriksaan klinis gigi impaksi?

7. Bagaimana gambaran umum perawatan gigi impaksi?

8. Bagaimana frekuensi terjadinya gigi impaksi pada masing-masing gigi?

9. Gigi apa yang paling sering mengalami impaksi?

10. Bagaimana klasifikasi masing-masing gigi yang impaksi?

11. Bagaimana rencana perawatan masing-masing gigi yang impaksi?

12. Bagaimana perawatan masing-masing gigi yang impaksi?

13. Komplikasi apa saja yang mungkin terjadi pasca perawatan pada masing-masing gigi yang impaksi?

14. Instruksi apa yang harus diperhatikan dan dilakukan pasca perawatan pada masing- masing gigi yang impaksi?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian gigi impaksi dan klasifikasinya

2. Mengetahui prevalensi gigi yang paling sering terjadi

3. Mengetahui cara menegakan diagnosa pada gigi impaksi

4. Mengetahui dan memahami etiologi gigi impaksi

5. Memahami penatalaksaan gigi impaksi

6. Memahami teknik pencabutan secara bedah pada masing-masing gigi yang impaks

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Gigi Impaksi

Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi.

Gambar 2.Radiografi pada gigi impaksi

Umumnya gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi posterior dan jarang pada gigi anterior.Namun gigi anterior yang mengalami impaksi terkadang masih dapat ditemui.

Pada gigi posterior, yang sering mengalami impaksi adalah sebagai berikut :

1. Gigi molar tiga(48 dan 38) mandibula

2. Gigi molar tiga(18 dan 28) maksila

3. Gigi premolar (44, 45, 34 dan 35) mandibula

4. Gigi premolar (14, 15, 24 dan 25) maksila

Sedangkan gigi anterior yang dapat ditemui mengalami impaksi adalah sebagai berikut:

1. Gigi caninus maksila dan mandibula(13, 23, 33, dan 43)

2. Gigi incisivus maksila dan mandibula(11, 21, 31, dan 41)

Untuk mengetahui ada atau tidaknya kemungkinan suatu gigi mengalami impaksi atau tidak sangatlah penting mengetahui masa erupsi masing-masing gigi pada setiap lengkung rahang.Berikut ini masa erupsi gigi geligi pada masing-masing rahang

Gigi

1

2

3

4

5

6

7

8

RA

7-8

8-9

11-12

10-11

10-12

6-7

12-13

17-21

RB

6-7

7-8

9-10

10-12

11-12

6-7

11-13

17-21

Apabila gigi geligi tersebut belum erupsi pada masa erupsinya tersebut, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter gigi.

2.2. Etiologi Gigi Impaksi

Gigi impaksi dapat disebabkan oleh banyak faktor, menurutBerger penyebab gigi terpendam antara lain :

A. Kausa Lokal

Faktor local yang dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi adalah :

1. Abnormalnya posisi gigi

2. Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut

3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut

4. Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi

5. Gigi desidui persistensi(tidak mau tanggal)

6. Pencabutan prematur pada gigi

7. Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa disekitar gigi

8. Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang karena inflamasi atau abses

9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak- anak.

B. Kausa Umur

Faktor umur dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi walaupun tidak ada kausa lokal antara lain:

1. Kausa Prenatal

a. Keturunan

b. miscegenation

1. Kausa Postnatal

a. Ricketsia

b. Anemi

c. Syphilis congenital

d. TBC

e. Gangguan kelenjar endokrin

f. Malnutrisi

1. Kelainan Pertumbuhan

a. Cleido cranial dysostosis

b. Oxycephali

c. Progeria

d. Achondroplasia

e. Celah langit-langit

2.3. Tanda Atau Keluhan Gigi Impaksi

Ada beberapa orang yang mengalami masalah dengan terjadinya gigi impaksi.Dengan demikian mereka merasa kurang nyaman melakukan hal-hal yang berhubungan dengan rongga mulut.Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi impaksi adalah :

1. Inflamasi, yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan pada gusi

2. disekitar gigi yang diduga impaksi

3. Resorpsi gigi tetangga, karena letak benih gigi yang abnormal sehingga

4. meresorpsi gigi tetangga

5. Kista(folikuler)

6. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang lama(neuralgia)

7. Fraktur rahang(patah tulang rahang)

8. Dan tanda-tanda lain

2.4. Klasifikasi Umum Gigi Impaksi

Untuk kebutuhan dan keberhasilan dalam perawatan gigi yang impaksi maka diciptkanlah berbagai jenis klasifikasi.Beberapa diantaranya sudah umum dijumpai yaitu klasifikasi menurut Pell dan Gregory, George Winter dan Archer.

2..4.1. Klasifikasi MenurutPell DanGregory

a. Berdasarkan Hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak antara bagian distal molar kedua ke ramus mandibula.

Klas I : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula

Gambar 4.Klas I menurut Pell dan Gregory

Klas II

: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara

distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula.

Gambar 5.Klas II menurut Pell dan Gregory

Klas III

: Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus mandibula.

Gambar 6.Klas III menurut Pell dan Gregory

b. Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahang

Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal.

Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis oklusal tapi masih lebih tinggi daripada garis servikal molar kedua.

Posisi C : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis servikal molar kedua

Kedua klasifikasi ini digunakan biasanya berpasangan.Misalnya, Klas I tipe B artinya panjang mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak distal molar kedua ramus mandibula dan posisi molar ketiga berada dibawah garis oklusal tapi masih di atas servikal gigi molar kedua.

2.4.2. Klasifikasi Menurut George Winter

Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana.Gigi impaksi digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua.Posisi-posisi meliputi

1. Vertical

2. Horizontal

3. Inverted

4. Mesioangular(miring ke mesial)

5. distoangular(miring ke distal)

6. 6.bukoangular(miring ke bukal)

7. 7.linguoangular(miring ke lingual)

8. posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position

2.4.3. Klasifikasi menurut Archer

Acher memberikan klasifikasi untuk impaksi yang terjadi di rahang atas.

1. Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi Pell dan Gregory.Bedanya, klasifikasi ini berlaku untuk gigi atas.

Kelas A : Bagian terendah gigi molar ketiga setinggi bidang oklusal molar kedua.

Kelas B : Bagian terendah gigi molar ketiga berada diatas garis oklusal molar kedua tapi masih dibawah garis servikal molar kedua.

Kelas C : Bagian terendah gigi molar ketiga lebih tinggidari garis servikal molar kedua.

1. Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi George Winter. Berdasarkan hubungan molar ketiga dengan sinus maksilaris. Sinus Approximation : Bila tidak dibatasi tulang, atau ada lapisan tulang yang tipis di antara gigi impaksi dengan sinus maksilaris. Non Sinus Approximation : Bila terdapat ketebalan tulang yang lebih dari 2 mm antara gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris.

Klasifikasi diatas didasarkan pada klasifikasi untuk gigi molar tiga yang impaksi dan berbeda dengan pengklasifikasian gigi lain..Namun klasifikasi gigi lain juga hampir mirip, klasifikasi diatas untuk menunjukkan klasifikasi umum yang sering ditemui.Sedangkan klasifikasi masing-masing gigi akan dibicarakan pada pembahasan frekuensi impaksi masing- masing gigi, baik gigi molar, caninus, premolar maupun insisivus.

2.5. Pemeriksaan Klinis Gigi Impaksi

Ada banyak penderita gigi terpendam atau gigi impaksi.Terkadang diketahui adanya gigi impaksi pada seseorang diawali karena adanya keluhan, namun tidak semua gigi impaksi menimbulkan keluhan dan kadang-kadang penderita juga tidak mengetahui adanya kelainan pada gigi geliginya.Untuk mengetahui ada atau tidaknya gigi impaksi dapat diketahui dengan pemeriksaan klinis, meliputi :

1. Keluhan

Keluhan yang ditemukan dapat berupa :

1. Perikoronitis

Perikoronitis dengan gejala-gejala :

1) Rasa sakit di region tersebut

2) Pembengkakan

3) Mulut bau (foeter exore)

4) Pembesaran limfe-node sub-mandibular

2. Karies pada gigi tersebut

Dengan gejala ; pulpitis, abses alveolar yang akut.Hal yang sama juga dapat terjadi bila suatu gigi mendesak gigi tetangganya, hal ini dapat menyebabkan terjadinya periodontitis.

3. Pada penderita yang tidak bergigi

Rasa sakit inin dapat timbul karena penekanan protesa sehingga terjadi perikonitis.

4. Parastesi dan neuralgia pada bibir bawah

Terjadinya parastesi atau neuralgia pada bibir bawah mungkin disebabkan karena tekanan pada n.mandibularis.Tekanan pada n.mandibularis dan dapat juga menyebabkan rasa sakit pada gigi premolar dan kaninus.

1. Pemeriksaan Ekstra Oral

Pada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah :

1. Adanya pembengkakan

2. Adanya pembesaran limfenode(KGB)

3. Adanya parastesi

1. Pemeriksaan Intra Oral.

Pada pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah :

1. Keadaan gigi, erupsi atau tidak

2. Adanya karies, perikoronitis

3. Adanya parastesi

4. Warna mukosa bukal, labial dan gingival

5. Adanya abses gingival

6. Posisi gigi tetangga, hubungan dengan gigi tetangga

7. Ruang antara gigi dengan ramus (pada molar tiga mandibula)

1. Pemeriksaan Ro-Foto

1. Dental foto (intra oral)

2. Oblique

3. Occlusal foto/bite wing

2.6. Gambaran Umum Perawatan Gigi Impaksi

Secara umum sebaiknya gigi impaksi dicabut baik itu untuk gigi molar tiga, caninus, premolar, incisivus namun harus diingat sejauh tidak menyebabkan terjadinya gangguan pada kesehatan mulut dan fungsi pengunyahan disekitar rahang pasien maka gigi impaksi tidak perlu dicabut.Pencabutan pada gigi impaksi harus memperhatikan indikasi dan kontraindikasi yang ada.Indikasi dan kontra indikasi pencabut, meliputi :

1. Indikasi

1. Pencabutan Preventif/Propilaktik

Pencabutan preventif ini sangatlah penting yaitu untuk mencegah terjadinya patologi yang berasal dari folikel atau infeksi yang timbul akibat erupsi yang lambat dan sering tidak sempurna, serta pada kondisi tertentu dapat mencegah terjadinya kesulitan pencabutan nanti jika gigi itu dibiarkan lebih lama dalam lengkung rahang, misalnya karena celah ligamentum mengecil atau tidak ada adalah indikasi pencabutan bagi gigi yang impaksi.

1. Pecabutan patologis dan mencegah perluasan kerusakan oleh gigi impaksi

Pencabutan karena pencegahan terjadinya patologi dan mencegah perluasan kerusakan dalam lengkung rahang karena adanya gigi yang impaksi juga menjadi indikasi pencabutan pada gigi yang impaksi.Adapun tindakan pencegahan itu meliputi:

a) Pencegahan penyakit periodontal

b) Pencegahan caries dental

c) Pencegahan perikonitis

d) Pencegahan resorpsi akar

e) Pencegahan munculnya kista odontogenik dan tumor

f) Pencegahan terjadinya fraktur rahang karena gigi impaksi

Ada banyak referensi tentang indikasi pencabut gigi impaksi, namun secara umum pencabutan selalu diindikasikan oleh dua hal diatas, adapun indikasi lain pencabutan adalah

a) Usia muda

b) Adanya penyimpangan panjang lengkung rahang dan membantu mempertahankan stabilisasi hasil perawatan ortodonsi

c) Kepentingan prostetik dan restoratif

1. Kontraindikasi

Pencabutan gigi impaksi juga tergantung pada kontraindikasi yang muncul, ada pasien- pasien tertentu yang tidak dapat dilakukan pencabutan dengan berbagai pertimbangan, adapun kontraindikasi pencabutan gigi impaksi adalah:

1. Pasien dengan usia sangat ekstrim, telalu muda atau lansia

2. Compromised medical status

3. Kerusakan yang luas dan berdekatan dengan struktur yang lain

4. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut

5. Apabila tulang yang menutupi gigi yang impaksi sangat termineralisasi dan padat

6. Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh kondisi fisik atau mental tertentu.

2.7. Frekuensi Munculnya Gigi Impaksi

Gigi yang terpendam merupakan sumber potensial yang terus menerus dapat menimbulkan kerusakan atau keluhan sejak gigi tersebut mulai erupsiMenurut penelitian insidens terjadinya gigi impaksi dalam urutan sebagai berikut :

1. Molar tiga mandibula

2. Molar tiga maksila

3. Kaninus maksila

4. Kaninus mandibula

5. Premolar mandibula

6. Premolar maksila

7. Insisivus pertama maksila

8. Insisivus kedua maksila

9. Gigi Molar Tiga(M3)

Gigi molar tiga (gigi bungsu) adalah gigi yang terakhir tumbuh dan terletak di bagian paling belakang dari rahang. Biasanya gigi ini tumbuh pada akhir masa remaja atau pada awal usia 20-an. Pada usia inilah yang dianggap sebagai age of wisdom (usia di mana seseorang mulai bijaksana), sehingga gigi bungsu dalam bahasa Inggris disebut wisdom teeth. Normalnya tiap orang memiliki empat gigi molar tiga, masing-masing satu pada tiap sisi rahang. Tapi ada juga orang-orang yang tidak memiliki gigi bungsu ini.

Pada kebanyakan kasus, rahang seringkali tidak cukup besar untuk menampung gigi-gigi ini sehingga tidak dapat tumbuh sepenuhnya atau tetap berada di bawah gusi atau di dalam tulang. Keadaan inilah yang disebut impaksi. Impaksi adalah suatu keadaan di mana gigi mengalami hambatan dalam arah erupsinya / tumbuhnya, sehingga tidak dapat mencapai posisi yang seharusnya.

Impaksi gigi molar tiga dapat timbul dalam berbagai posisi, bisa benar-benar terperangkap dan berada dalam gusi atau tulang, sehingga tidak nampak bila dilihat dalam mulut. Atau bisa juga sudah menembus gusi tapi hanya tumbuh separuh jalan. Arahnya bisa horizontal, miring dengan mahkota ke arah gigi molar dua atau sebaliknya, atau malah menghadap ke arah dalam atau ke luar rahang. II.7.1.A.Gigi Molar Tiga (M3) Mandibula

1) Klasifikasi

Klasifikasi dilakukan bertujuan untuk membantu operator dalam memastikan dan membuat rencana kerja serta memperkirakan kesulitan- kesulitan yang mungkin ditemuinya pada saat mengambil gigi tersebut.

Klasifikasi pada gigi molar tiga mandibula yang terpendam didapat dengan bantuan rontgen foto dan posisi gigi tersebut pada tulang rahang. Foto rontgen yang digunakan antara lain Infra Oral Radiograf, Lateral Jaw Radiograf, Bite Wing Radiograf, dan Oklusal Radiograf.

a) Klasifikasi : menurut Pell dan Gregory yang meliputi sebagian klasifikasi dari George B. Winter

(1) Hubungan gigi dengan tepi ramus antara mandibula dan tepi distal Molar Dua

(a) Klas I : Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal Molar Dua untuk lebar mesio distal Molar Tiga

(b) Klas II : Ruangan antara distal Molar Dua dan ramus lebih kecil daripada lebar mesoi distal Molar Tiga

(c) Klas III : Sebagian besar atau seluruh Molar Tiga terletak di dalam ramus

(2). Dalamnya Molar Tiga terpendam di tulang rahang

(a) Posisi A : Bagian tertinggi dari gigi terpendam terletak setinggi atau lebih tinggi daripada dataran oklusal gigi yang normal

(b) Posisi B : Bagian tertinggi dari gigi terpendam berada dibawah dataran oklusal tapi lebih tinggi daripada serviks Molar Dua

(c) Posisi C : Bagian tertinggi dari gigi yang terpendam berada dibawah garis serviks gigi Molar Dua

(3). Posisi aksis memanjang pada Molar Tiga terhadap aksis Molar Duaa)

(a) Vertikal

(b) Horizontal

(c) Inverted (terbalik/kaudal)

(d) Mesio angular

(e) Disto angular

(f) Buko angular

(g) Linguo angular

(4) Jumlah / keadaan akar

(a) Berakar satu atau akarnya bersatu

(b) Berakar lebih dari satu

b) Gigi terpendam ini juga dapat diklasifikasikan berdasarkan:

(1) Angulasi dan posisi

(a) Vertikal

(b) Horizontal

(c) Transversal

(d) Mesio angular (miring ke mesial)

(e) Disto angular (miring ke distal)

(f) Posisi yang menyamping (misalnya di dalam ramus, dan di dalam angulus)

(2) Keadaan erupsi

(a) Erupsi penuh

(b) Erupsi sebagian

(c) Tidak erupsi sama sekali

(d) Dibawah mukosa

(e) Embedded (tertanam) dalam tulang

(3) Jumlah / keadaan akar

(a) Gigi yang berakar satu

(b) Gigi yang berakar dua

(c) Gigi yang akarnya bersatu

(d) Apakah keadaan akarnya menguntungkan atau tidak

Sehingga dalam klasifikasi ini, semua keterangan harus ditulis :

Contoh : Klasifikasi:

1) Disto angular

2) Erupsi +

3) V3 (akar 3)

Diperhatikan juga letak gigi seluruhnya terhadap tulang dan gigi tetangganya. Misalnya Molar Dua karies (dilihat apakah gangreng atau tidak, dan bisa dirawat atau tidak). Karena keadaan pada gigi Molar Dua mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan.

Contoh :

a) Gigi Molar Tiga angular terhadap Molar Dua. Maka gigi Molar Dua perlu dicabut dan gigi Molar Tiga dibiarkan.

b) Gigi Molar Dua dan Molar Tiga karies. Maka gigi Molar Dua diekstraksi terlebih dahulu, kemudian ekstraksi gigi Molar Tiga. Pada keadaan ini, kadang-kadang memerlukan pembukaan flep. Hal ini tergantung dari banyaknya tulang yang mengelilingi gigi.

c) Gigi Molar Dua yang memiliki karies pada bagian distal. Karies tersebut terjadi akibat tekanan kronis dari gigi Molar Tiga. Maka gigi Molar Dua diekstraksi, kemudian gigi Molar Tiga diambil.

2) Penyebab

Impaksi disebabkan tidak tersedianya cukup ruangan pada rahang, sehingga gigi molar tiga tidak memiliki tempat untuk tumbuh dengan normal.

3) Perawatan

a) Indikasi dan kontra indikasi perawatan Indikasi dan kontra indikasi sama dengan indikasi dan kontraindikasi perawatan umum untuk gigi impaksi.

b) Rencana perawatan

Rencana perawatan yang dilakukan pada impaksi gigi molar tiga adalah pengangkatan gigi molar tiga tersebut. Gigi molar yang impaksi atau tumbuh miring tidak berfungsi dengan baik dalam pengunyahan dan menyebabkan berbagai macam gangguan. Itulah mengapa gigi tersebut lebih baik diangkat daripada dipertahankan.

Semakin cepat mengangkat gigi molar tiga impaksi akan semakin baik daripada harus menunggu sampai timbulnya komplikasi dan rasa sakit yang lebih lanjut. Bila Anda menunggu sampai timbul rasa sakit dan keluhan lainnya, resiko terjadinya komplikasi pada saat pengangkatan tentunya akan lebih tinggi, bahkan proses penyembuhan mungkin akan lebih lama. Semakin muda usia pasien, proses pengangkatan akan jauh lebih mudah dan proses penyembuhannya akan jauh lebih cepat.

c) Prosedur perawatan/prosedur operasi

1) Anestesi

Anestesi yang digunakan dapat berupa anestesi lokal atau anestesi umum. Masing-masing anestesi memiliki keuntungan masing-masing.

(a) Anestesi lokal : Biasanya dilakukan pada penderita yang memiliki keadaan umum baik atau normal, dan keadaan mental yang baik. Penggunaan anestesi ini jarang terjadi pendarahan karena digunakan juga vasokonstriktor.

(b) Anestesi umum : Digunakan pada penderita yang gelisah dan debil (retardasi mental). Penggunaan vasokonstriktor pada anestesi umum harus mendapat izin dari ahli anestesi.

1. Teknik operasi

Membuat insisi untuk pembuatan flep

Syarat-syarat pembuatan flep:

Harus membuka daerah operasi dengan jelas

Insisi terletak pada jaringan yang sehat

Mempunyai basis yang cukup lebar, sehingga pengaliran darah ke flep cukup baik

Prosedur insisi:

Di daerah distal Molar Dua sampai ke ramus, lakukan insisi horizontal tegak lurus pada pinggir oklusal tulang alveolar dan ramus

Dari distal Molar Dua, kemudian insisi semi vertikal sebelah mesial Molar Dua sampai ke forniks kira-kira mencapai apeks Molar Satu.

Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang, maka muko periosteal flep dibuka dengan raspatoriun dan kemudian ditarik dengan penarik pipi. Setelah flep dibuka, maka akan tampak tulang dan kadang-kadang juga terlihat giginya sebagian. Selanjutnya dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi gigi tersebut.

Pengambilan tulang

Bila gigi yang terpendam tersebut seluruhnya dilapisi tulang, maka tulang dapat dibuang dengan bur. Bur yang dipakai adalah bur bulat dan tajam. Bur yang besar dengan nomor 3-5 dapat digunakan jika banyak tulang yang harus dibuang. Bur yang kecil digunakan untuk membuang tulang penghalang. Lakukan irigasi sambil membor untuk mengurangi panas yang timbul pada saat mengebor agar tidak terjadi nekrosis tulang. Setelah pengambilan tulang cukup, maka dicoba untuk mencongkel gigi keluar.

Hal-hal yang harus diperhatikan :

Gigi Molar Tiga terpendam lebih mengarah ke lingual. Tulang bagian lingual tidak diambil, namun dilakukan modifikasi. Untuk mempercepat pengambilan gigi tersebut dapat dibuat suatu muko-osteo-flep di sebelah lingual.

Pengambilan gigi

Cara atau teknik kerjanya tergantung pada posisi gigi, keadaan gigi, dan jaringan sekitarnya, Pengambilan gigi dapat dilakukan secara :

Intoto (utuh)

Tulang yang mengelilingi gigi diambil secukupnya, sehingga didapatkan cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di bawah korona. Kemudian dengan elevator tersebut dilakukan gerakan mengungkit gigi tersebut.

Jika gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka dicari bagian tulang yang masih menghalangi. Kita tidak boleh mencongkel gigi dengan tenaga yang besar tetapi berusaha menggerakkan gigi dengan tekanan minimal.

Bila mahkota gigi terpendam belum bisa digerakkan dan terletak di bawah mahkota gigi Molar Dua, maka tulang alveolar pada bagian distal Molar Tiga diambil lebih banyak. Sehingga gigi Molar Tiga dapat dicongkel ke arah distal.

Jika tulang yang diambil telah cukup tetapi gigi belum bisa dikeluarkan, maka mungkin masih terdapat tulang atau akar gigi yang menghalangi.

In separasi (terpisah)

Pada metode ini, pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan membuang sedikit tulang. Gigi yang impaksi tersebut diambil dengan cara diambil sebagian-sebagian (dibelah terlebih dahulu). Sehingga dengan metode ini, pembuangan tulang bagian distal Molar Tiga dapat diminimalisir dan gigi diambil sepotong- sepotong dengan elevator, kemudian dikeluarkan dengan tang sisa akar.

Pengambilan dengan metode ini jangan dipaksakan karena dapat menyebabkan fraktur tulang rahang atau fraktur Molar Dua.

Pada gigi Molar Tiga dengan posisi vertikal (biasanya dihalangi oleh ramus asenden mandibula), dibutuhkan pengambilan tulang lebih banyak jika mengambil secara intoto. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu diperhatikan :

Apakah Molar Tiga tersebut dibiarkan karena diharapkan dapat tumbuh normal. Sebelumnya dilakukan pembuangan tulang terlebih dahulu.

Molar Tiga diambil.

Selain itu keadaan antagonisnya juga harus diperhatikan, yaitu:

Apakah antagonisnya ada

Apakah antagonisnya berada pada posisi yang baik

Apakah gigi ini dapat tumbuh sempurna mencapai oklusi normal.

Hal ini dilihat dari jarak ramus asenden dengan batas distal Molar Dua. Bila jarak tepi antara ramus dan dinding distal gigi Molar Dua tampak tidak cukup walaupun Molar Tiga pada posisi vertikal, maka Molar Tiga tersebut diambil dan sebaiknya gigi antagonisnya (MolarTiga maxila) juga diambil.

Jika ruangan yang dibutuhkan untuk gigi Molar Tiga tampak kurang sedikit, maka perlu diperhatikan gigi-gigi pada regio depannya, yaitu: Apakah gigi pada regio depannya berjejal. Untuk kasus ini, diperlukan kerjasama dengan bagian Orthodonsia.

Contoh: gigi Premolar diambil, sehingga didapatkan tempat yang cukup untuk Molar Tiga. Namun, selain itu juga perlu dilihat keadaan antagonisnya.

Bila gigi Molar Tiga ini diambil kemungkinan

berjejalnya gigi pada regio depannya dapat tertolong

Catatan :

Setelah flep dibuka, pertimbangkan jumlah tulang yang akan dibuang. Bila pengambilan dilakukan secara intoto, pengambilan tulang akan terlalu banyak. Sehingga dilakukan pengambilan dengan teknik separasi. Bila tulang terlalu banyak dibuang, kemungkinan dapat merusak kanalis Mandibularis.

daftar pustaka: