gita cita gustiani inta
DESCRIPTION
citaTRANSCRIPT
Gita Cita Gustiani
Kamis, 20 September 2012
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PK (PERILAKU KEKERASAN)
Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………………………................. 1
Daftar Isi ………………………………………………......................….... 2
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang ……………………………………........................… 3
B. Tujuan Penulisan …………………………………….......................…. 4
C. Ruang Lingkup ………………………………………..…….…......... 4
D. Metode Penulisan ……………………………………....................….... 4
E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 4
Bab II
Tinjauan Teoritis
A. Definisi …………………………….......................................................... 6
B. Etiologi ....................................................................................................... 6
C. Faktor Predisposisi .................................................................................... 7
D. Rentang Respon Marah .......................................................................... 8
E. Faktor Presipitasi .................................................................................... 8
F. Manifestasi Klinis .................................................................................... 8
G. Asuhan Keperawatan .......................................................................... 9
H. Pedoman Manajemen Krisis saat terjadi Prikalu Kekerasan ………… 18
Bab III
Tinjauan kasus ............................................................................................. 22
Bab IV
Penutup
A. Kesimpulan …………………………………………...……………....... 43
B. Saran ………………………………………………………….....…...... 43
Daftar Pustaka …………………………………………………………….. 44
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa.
Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh
sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/
orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling
banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai
sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang
cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu
ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan
perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol
perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan
keperawatan ini dapat dituangkanmenjadi pendekatan proses keperawatan.
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001) menyatakan, paling
tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada
sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum
terdapat 0,2 – 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat
kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina,
2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-
16 persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Agar setiap mahasiswa dapat memahami, menjelaskan Asuhan Keperawatan jiwa pada
klien dengan prilaku kekerasan.
Tujuan Khusus :
1.Diharapkan mahasiswa/I dapat mengerti dan menambah pengetahuan tentang keperawatan jiwa
pada klien dengan prilaku kekerasan dari pengertian, etiologi, hingga dapat membuat Asuhan
Keperawatan yang sesuai.
2.Sebagai pemenuhan tugas KEPERAWATAN JIWA I.
C. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada “Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Prilaku Kekerasan”.
D. Metode Penulisan
Metode ini menggunakan metode deskripsi dimana penulis mendapatkan data dan
informasi melalui studi kepustakaaan dan metode observasi melalui sumber internet.
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan terdiri dari :
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Ruang Lingkup Penulisan
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
Bab II Tinjauan teori terdiri dari :
A. Definisi
B. Etiologi
C. Faktor Predisposisi
D. Rentang Respon Marah
E. Faktor Presipitasi
F. Manifestasi Klinis
G. Asuhan Keperawatan
H. Pedoman Manajemen Krisis saat terjadi Prilaku Kekerasan
Bab III Tinjauan Kasus
Bab IV Penutup terdiri dari :
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang dicerminkan seseorang sebagai
kebiasaannya. Kekerasan yaitu sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman-
ancaman,melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/
merusak secara serius. Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba dkk, 2008).
Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik
(mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah
tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral).
Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak
lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008).
Jadi, Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai
dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membayangkan/mencederai diri
sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan.
B. ETIOLOGI
Gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian
diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak
mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan
keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia
itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi
akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas
tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
Akibatnya klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya
mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh
individu:
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,
dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang
tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang
diterima (permissive).
4. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
D. RENTANG RESPON MARAH
Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan
merasa lega. ( ADAPTIF )
Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis.
Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.
Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.
Amuk : tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.( MALADAPTIF )
E. FAKTOR PRESPITASI
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti ke lemahan fisik (penyakit fisik) , keputusan,ketidakberdayaan, percaya diri
yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang
provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien ke rumah sakit adalah perilaku
kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara:
Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula
tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
Wawancara: diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang
dirasakan klien.
Menurut Budiana Keliat, 1999 tanda-tanda klinisnya yaitu Perasaan malu terhadap diri sendiri
akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi), rasa bersalah
terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri), gangguan hubungan sosial (menarik
diri), percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan), mencederai diri (akibat dari harga diri
yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
b. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks
cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
c. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam,
ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
d. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca
indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses
intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,
mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
e. Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah
sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan
mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan
kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan
individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
f. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal
yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2. Pohon Masalah
RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan
Harga Diri Rendah (HDR)
3. Diagnosa Keperawatan
o RPK diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Dengan data subjektifnya :Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin
membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
Dengan data objektifnya :Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang,
melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
o Perilaku kekerasan / amuk
Dengan data subjektifnya :Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka
membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat
perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Dengan data Objektifnya : Mata merah, wajah agak merah, Nada suara tinggi dan keras,
bicara menguasai, Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan
melempar barang barang.
o Gangguan konsep diri: HDR
Dengan data subjekif : Klien merasa tidak mampu, malu, merendahkan dirinya, menyalahkan
dirinya dengan masalah yang terjadi padanya.
Dengan data objektifnya : terlihat tidak menerima keadaannya.
4. Intervensi Keperawatan
NO. DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSITUJUAN KRITERIA EVALUASI
1. Perilaku
kekerasan
TUM:
- Pasien dapat
melanjutkan
hubungan peran
sesuai tanggung
jawab.
TUK:
1. PPasien dapat
Membina
Hubungan saling
percaya
Setelah dilakukan ...x20
menit interaksi diharapkan
klien menunjukkan tanda-
tanda
a. Pasien mau membalas
salam.
b. Pasien mau jabatan
c. Pasien menyebutkan Nama
d. Pasien tersenyum
e. Pasien ada kontak Mata
f. Pasien tahu nama Perawat
Pasien menyediakan waktu
untuk kontrak
Beri salam / panggil nama
pasien.
Sebut nama perawat sambil
Salaman
Jelaskan maksud hubungan
Interaksi
Beri rasa nyaman dan sikap
Empatis
Lakukan kontrak singkat
tapi sering
TUK:
2. PPasien dapat
mengidentifikasi
penyebab marah /
amuk
a. Pasien dapat
Mengungkapkan
perasaannya.
b. Pasien dapat menyebutkan
perasaan marah / jengkel
Beri kesempatan untuk
Mengungkapkan
perasaannya.
Bantu pasien untuk
mengungkapkan marah atau
jengkel.
TUK:
3. PPasien dapat
mengidentifikasi
tanda marah
a. Pasien dapat
mengungkapkan perasaan
saat marah /jengkel.
b. Pasien dapat menyimpulkan
tanda-tanda jengkel / kesal
Anjurkan pasien
mengungkapkan perasaan
saat marah /jengkel.
Observasi tanda perilaku
kekerasan pada pasien
TUK: a. Pasien mengungkapkan Anjurkan pasien
4. PPasien dapat
mengungkapkan
perilaku marah
yang sering
dilakukan
marah yang biasa dilakukan
b. Pasien dapat bermain peran
dengan perilaku marah yang
dilakukan
c. Pasien dapat mengetahui
cara marah yang dilakukan
menyelesaikan masalah atau
tidak
mengungkapkan marah yang
biasa dilakukan
Bantu pasien bermain peran
sesuai perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
Bicarakan dengan pasien apa
dengan cara itu bisa
menyelesaikan masalah
TUK:
5. PPasien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
Kekerasan
a. Pasien dapat menjelaskan
akibat dari cara yang
digunakan
Bicarakan akibat / kerugian
cara yang dilakukan
Bersama pasien
menyimpulkan cara yang
digunkana pasien.
Tanyakan pasien apakah mau
tahu cara marah yang sehat
TUK:
6. PPasien
mengidentifikasi
cara construksi
dalam berespon
terhadap perilaku
kekerasan
a. Pasien dapat
melakukan berespon
terhadap kemarahan secara
konstruktif.
Tanyakan pada pasien
apakah pasien mau tahu cara
baru yang sehat
Beri pujian jika pasien
engetahui cara lain yang ehat
Diskusikan cara marah yang
sehat dengan pasien.
a) Pukul bantal untuk
melampiaskan marah
b) Tarik nafas dalam
c) Mengatakan pada teman saat
ingin marah
Anjurkan pasien sholat atau
berdoa
TUK:
7. PPasien dapat
a. Pasien dapat
mendemonstrasikan
Pasien dapat memilih cara
yang paling tepat.
mendemonstrasika
n cara mengontrol
marah
cara mengontrol
perilaku kekerasan
a) Tarik nafas dalam
b) Mengatakan
secara langsung
tanpa menyakiti
c) Dengan
sholat/berdoa
Pasien dapat
mengidentifikasi manfaat
yang terpilih
Bantu pasien menstimulasi
cara tersebut.
Beri reinforcement positif
atas keberhasilan.
Anjurkan pasien
menggunakan cara yang
telah dipelajari.
2. RPK
(Resiko
Perilaku
Kekerasan)
TUK:
8. PPasien dapat
dukungan keluarga
mengontrol marah
a. Keluarga pasien dapat :
Menyebutkan cara merawat
pasien dengan perilaku
kekerasan.
Mengungkapkan rasa puas
dalam merawat pasien
Identifikasi kemampuan
keluarga merawat pasien dari
sikap apa yang telah
dilakukan
Jelaskan peran serta keluarga
dalam merawat pasien.
Jelaskan cara-cara merawat
pasien.
Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara
merawat pasien.
Bantu keluarga
mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan
demonstrasi.
TUK:
9. PPasien dapat
menggunakan obat
dengan benar
a. Pasien dapat menggunakan
obat-obat yang diminum
dengan kegunaannya.
b. Pasien dapat minum obat
sesuai program pengobatan
Jelaskan jenis-jenis obat
yang diminum pasien dan
oeluarga.
.1 Diskusikan manfaat minum
obat.
.2 Jelaskan prinsip 5 benar
minum obat
.3 Anjurkan pasien minum obat
tepat waktu
TUK:
10. PPasien dapat
dukungan dari
lingkungan untuk
mengontrol marah
a. Lingkungan
mengetahui
bagaimana cara
menyikapi pasien
dengan perilaku
kekerasan.
Jelaskan peran serta
lingkungan terhadap kondisi
pasien
Beri penjelasan bagaimana
cara menyikapi pasien
dengan perilaku kekerasan
Diskusikan cara -cara yang
dilakukan untuk menyikapi
pasien dengan perilaku
kekerasan
3. Harga Diri
Rendah
(HDR)
TUM:
Pasien dapat
mengontrol
perilaku kekerasan
pada saat
berhubungan
dengan orang lain
TUK :
1. PPasien dapat
membina
hubungan saling
percaya
a. Ekspresi Wajah bersahabat ,
menunjukkan rasa scaang,
ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau
menjawab salam, klien mau
duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi
Bina hubungan saling
percaya dengan
mengungkapkan prinsip
komunikasi tcrapeutik Sapa
pasien dengan ramah laik
verbal maupun non verbal
a. Perkenalkan diri dengan
sopan
b.Tanyakan nama iengkap
pasien dan nama panggilan
disukai pasien
c. Jelaskan tujuan pertemuan
d. Jujur dan menepati janji
e. Tunjukkan siknp empati dan
menerima pasien apa adanya
f. Beri perhatian kepada pasien
dan perhatikan kebutuhan
dasar pasien
TUK :
2.
Pasien dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimilik
Daftar kemampuan yang
dimiliki pasien di rumah
sakit, rumah, sekolah dan
tempat kerja
b. Daftar positif keluarga
pasien
Daftar positif lingkungan
pasien
Diskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
buat daftarnya
Setiap bertemu pasien
dihindarknn dari metnberi
penilni; negatif
Utamakan memberi pujian
yang realistic pada
kemampuan dan aspek
positif pasien
TUK
3.
Pasien dapat
menilai
kemampuan yang
digunakan
a. Pasien menilai kemampuan
yang digunakan
b. Pasien memiliki
kemampuan yang dapat
digunakan di rumah
Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih
dapat digunakan selama
sakit
Diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan
pengguna di rumah sakit
Berikan pujian
TUK :
4.
Pasien dapat
menetapkan dan
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan yang
dimiliki
a. Pasien menilai kemampuan
yang akan . dilatih
b. Pasien mencoba Susunan
jadwal harian
Meminta pasien
untuk:memilih satu kcgiatan
yang mau dilakukan di
rumah sakit
Bantu pasien melakukannya
jika perlu beri contoh
Beri pujian atas keberhasilan
pasien.
Diskusi kaji jadwal kegiatan
harian atas kegiatan yang
telah dilatih
Catatan : Ulangi untuk
kemampuan lain sampai
semua selesai
TUK:
5. PPasien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi sakit dari
kemampuannya
a. Pasien melakukan kegiatan
yang telah di latih (mandiri,
dengan bantuan atau
tergantung)
b. Pasien marnpu melakukan
beberapa kegiatan secara
mandiri
Beri kesempatan pada pasien
untuk mencoba kcgiatan
yang telah direncanakan
Beri pujian atas keberhasian
pasien
Diskusikan kemungkinan
penaksiiran di rumah
TUK :
6.
Pasien dapat
memanfatkan
system pendukung
yang ada
a. Keluarga memberi dakungan
dan pujian
b. Keluarga memahami jadwal
kegiatan harian pasien
Beri pendidikan kcschatan
pada keluarga tentang cara
merawat pasien dengan
harga diri rcndah
Bantu keluarga memberikan
dukungnn selama pasien
dirawat.
Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah
Jelaskan cara pelaksmann
jadwal kegiatan pasien di
rumah
Anjurkan memberi pujian
pada pasien setiap berhasil
H. PEDOMAN MANAJEMEN KRISIS SAAT TERJADI PERILAKU
KEKERASAN
1. Tim Krisis Perilaku Kekerasan
Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim krisis yang berperan sebagai pemimpin
(“leader”) dan anggota tim minimal 2 (dua)orang. Ketua tim adalah perawat yang berperan
sebagai kepala ruangan, penanggung jawab “shif” perawat primer, ketua tim atau staf perawat,
yang penting ditetapkan sebelum melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat,
dokter atau konselor yang telah terlatih menangani krisis. Aktifitas yang dilakukan oleh tim
krisis adalah sebagai berikut (Stuart & Laraia,1998):
Aktivitas ketua tim krisis
Susun anggota tim krisis
Beritahu petugas keamanan jika perlu
Pindahkan klien lain dari area penanganan
Ambil alat pengikat (jika pengekangan akan dilakukan)
Uraikan perencanaan penanganan pada tim
Tunjukkan anggota tim untuk mengamankan anggota gerak klien
Jelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif
Ikat klien dengan petunjuk ketua tim
Berikan obat sesuai program terapi dokter
Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien
Evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim
Jelaskan kejadian pada klien dan staf jika diperlukan
Integrasikan klien kembali pada lingkungan secara bertahap
2. Pembatasan Gerak
Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan
melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang biasa digunakan
dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamar isolasi. Klien dibatasi
pergerakannya karena dapat mencederai orang lain atau dicederai orang lain, membutuhkan
interaksi dengan orang lain dan memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart dan
Laraia, 1998). Langkah-langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut:
Tunjuk ketua tim krisis
Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.
Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk mengakhiri tindakan.
Buat perjanjian dengan klien untuk mempertahankan mengontrol perilakunya
Bantu klien menggunakan metoda kontrol diri yang diperlukan.
Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri, dan kebersihan
kamar.
Lakukan supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan tindakan keperawatan yang
diperlukan.
Libatkan klien dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap
Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, respon klien dan alasan
penghentian pembatasan gerak.
3. Pengekangan/ pengikatan fisik
Pengekangan dilakukanjika perilaku klien berbahaya, melukai diri sendiri atau orang lain
(Rawhins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak bermanfaat. Pengekangan adalah
pembatasan gerak klien dengan mengikat tungkai klien (Stuart dan Laraia, 1998). Tindakan
pengekangan masih umum digunakan perawat disertai dengan penggunaan obat psikotropik
(Duxbury, 1999). Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan (Start dan Laraia, 1998):
Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga diri klien yang
berkurang karena pengekangan.
Siapkan junlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan nyaman.
Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti dan bukan hukuman.
Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf. Dan Jangan mengikat
pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis. Dan ikatan tidak terjangkau klien.
Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa nyaman.
Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi kerjasama klien pada
tindakan.
Perawatan pada daerah pengikatan:
a) Pantau kondisi kulit yang diikat: warna, temperatur, sensasi.
b) Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap (dua) jam. Dan
perubahan posisi tidur.
c) Periksa tanda-tanda vital tiap 2 (dua) jam.
Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri.
Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka secara bertahap. Dan
kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu persatu secara
bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak kemudian kembali ke lingkungan
semula.
Dokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan beserta respon klien
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Tn.B masuk RSMM 2 hari yang lalu. Diantar keluarga karena mengamuk dan memukul. Saat
dikaji tentang perilaku amuk, klien menolak dengan mengatakan bahwa dia tidak mengamuk dan
memukul. Pandangan mata klien tampak tajam dan wajah tampak tegang. Klien tampak gelisah
dan selalu mondar mandir diruang rawat.
Klien mengatakan kesal karena sering dibentak-bentak dan sering kesal jika mengingat peristiwa
perceraian dengan istrinya 1 tahun lalu. Klien mengatakan malu karena istrinya selingkuh dan
tak tahu harus bagaimana lagi membimbing istrinya hingga akhirnya kami bercerai. Klien
mengatakan saya melempar barang-barang milik mantan istri saya keluar rumah dan menyobek-
nyobek semua kenangan yang ada tentang istri saya.
Rekam medis : klien dirawat karena marah-marah sejak 1,5 tahun yang lalu. Klien sering
membanting alat-alat keperluan rumah tangga yang ada dirumah.
A. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 24 April 2012 di ruang Beo, Pasien bernama Tn.B,
berumur 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan pasien SMA, pasien tinggal di kampung
kramat bersama keluarganya dan pasien dibawa ke RSMM oleh keluaraganya pasien masuk pada
tanggal 22 April 2012.[1]
Riwayat keperawatan
a. Alasan masuk
Menurut keterangan keluarga klien marah-marah sejak 1,5 tahun yang lalu. Klien sering
membanting alat-alat keperluan rumah tangga yang ada dirumah
b. Faktor predisposisi
Riwayat sakit jiwa
Klien tidak punya riwayat sakit jiwa dan dalam keluarga sebelumnya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa, sehingga klien belum pernah masuk RSJ.
Riwayat pengobatan
Klien belum pernah mendapatkan pengobatan yang berhubungan dengan kejiwaan hanya saja
sering mengkonsumsi obat tidur dengan aturannya sendiri.
Riwayat perilaku kekerasan
Klien suka dibentak-bentak sehingga membuatnya kesal ditambah dengan istrinya selingkuh dan
tak tahu harus bagaimana membimbing istrinya klien merasa malu.
c. Faktor prespitasi
Kurang lebih satu tahun yang lalu pasien bercerai dengan istrinya dan merasa kesal jika
mengingat peristiwa itu.
d. Riwayat penyakit sekarang (tanggal)
Pasien mengatakan kesal dan marah-marah jika ingat masa lalunya yang bercerai dengan
istrinya dan ingin membuang semua kenangan dan barang-barang istrinya.
1) Tanda vital : tekana darah : 130/80 mmHg, nadi : 88 kali/menit
2) Ukur : tinggi badan : 172 cm, berat badan : 68 kg.[2]
3. Psikososial
a. Genogram
Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, pasien mempunyai 4 adik, 2 sudah
bekerja dan yang 2 lagi perempuan, keduanya SMA. Klien tinggal bersama keluarganya karena
sudah bercerai dengan istrinya sekitar 1 tahun lalu, kemudian klien tidak mempunyai anak dari
istrinya.[3]
b. Konsep Diri
Gambaran Diri
Pasien mengatakan dari semua anggota badannya disenangi matanya, ia mengatakan sangat
bangga dengan keadaan klien saat ini.
Identitas Diri
Pasien mengatakan tahu bahwa dirinya laki-laki berumur 35 tahun dan pasien adalah anak
pertama dari 5 bersaudara.
Peran Diri
Pasien sebelum gangguan jiwa mempunyai keluarga yang kurang harmonis dan bercerai
dengan istrinya 1 tahun yang lalu.
Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin memiliki keluarga yang bahagia lagi seperti dulu dan melupakan
masa lalunya.
Harga Diri
Pasien mengatakan malu karena istrinya selingkuh dan tidak tahu harus bagaimana sehingga
merasa gagal menjadi seorang suami.
Masalah Keperawatan: gangguan konsep diri : HDR
c. Hubungan Sosial
Pasien jika ada masalah lebih memilih diam dan tiba tiba bisa mengamuk dan memukul
pada orang orang yang ada disekitarnya. Dalam berhubungan dengan oranglain sebelum
mengalami peristiwa perceraian dengan istrinya klien tampak bersahabat dan mudah bergaul,
namun setelah peristiwa perceraian terjadi klien mengamuk.
d. Spiritual
Dulu pasien selalu taat beribadah namun, sekarang tidak.
Status Men[tal
a. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi
b. Pembicaraan
Saat menyinggung masalah pasien, pasien nada suara meninggi , terlihat tegang dan gelisah.
c. Aktivitas Motorik
Kontak mata tajam, gelisah dan mondar-mandir di ruangan.
d. Afek
Afek pasien sesaat stimulus yang diberikan, ekspresi wajah tegang saat ditanya dan menolak jika
dia mengamuk dan memukul.
e. Alam Perasaan
Pasien mengatakan malu karena istrinya selingkuh dan tidak tahu harus bagaimana.
f. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata ada, wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan.
g. Persepsi
Klien tidak berpersepsi negatif, hanya dia merasa dirinya gagal sebagai suami.
h. Proses Fikir
Klien mengalami pengulangan pembicaraan walaupun pembicaraan klien bisa dimengerti, klien
mampu serius dan mampu berkonsentrasi.[4]
i. Isi Fikir
Pasien ada gangguan isi fikir yaitu obsesi, pasien mengatakan ingin sekali mengamuk,
menyobek-nyobek barang-barang mantan istrinya.
j. Tingkat Kesadaran
Pembicaraan pasien teratur, namun intonasinya keras.
k. Memori
Pasien dapat mengingat kejadian jangka panjang.
l. Tingkat konsentrasi berhitung
Pasien dapat berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan pasien mampu berhitung
“1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. pasien mengatakan umurnya 35 th.
Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Dirumah pasien mau makan tanpa disuruh, di RSMM pasien makan teratur.
b. BAK / BAB
Dirumah pasien BAK/BAB pada tempatnya, di RSMM pasien juga selalu BAK/ BAB di
tempatnya.
c. Mandi
Pasien mengatakan dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa disuruh.
d. Berpakaian
Selama dirumah peduli cara berpakaian/ penampilan, cara berpakaian rapi, namun di RSMM
pakaiannya juga tidak rapi.[5]
e. Kebersihan Diri
Pasien mandi rutin tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak mau gosok gigi di Rumah
Sakit juga.[6]
f. Istirahat dan Tidur
Dirumah pasien jarang bisa tidur lebih suka melamun, dirumah sakit pasien gelisah dan selalu
mondar mandir di dalam ruang rawat.
g. Penggunaan Obat
Dirumah klien tidak mengkonsumsi obat, di RSMM di beri obat penenang.[7]
Mekanisme Koping
Klien cara mengatasinya dengan displacement atau tidak tau tempatnya ketika ingin marah
mengamuk begitu saja namun klien mengatakan ingin melupakan masa lalu nya, pasien
mengatakan saat di rumah karena ditinggal istrinya, pasien kesal dan marah-marah.[8]
Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan setiap ada masalah tidak pernah bercerita dengan orang lain .[9]
Data Fokus
DS DO
Klien mengatakan kesal, karena sering
dibentak-bentak
Klien sering kesal, jika ingat peristiwa
perceraian dengan istrinya
Klien mengatakan bahwa saya melempar
barang-barang milik mantan istri saya keluar
dan menyobek-nyobek kenangan yang ada
tentang istri saya
Klien menolak dengan mengatakan bahwa
dia tidak mengamuk dan memukul
Klien malu karena istrinya selingkuh dan tak
tahu harus bagaimana lagi membimbing
istrinya
Klien mengamuk dan memukul
Pandangan klien tampak tajam dan wajah
tampak tegang
Klien tampak gelisah dan selalu mondar-
mandir diruang rawat
Klien marah-marah sejak 1,5 tahun lalu
Klien sudah bercerai 1 tahun lalu
Klien mengamuk, merusak dan membanting
alat keperluan rumah tangga
Klien gelisah dan terlihat bingung sudah
tidak berharga lagi setelah kejadian istrinya
selingkuh
Analisa Data
No Tgl/jam Symptom Problem1 24 April
2012Ds :
Klien mengatakan kesal, karena sering dibentak-bentak
Klien sering kesal, jika ingat peristiwa perceraian dengan istrinya
Klien mengatakan bahwa klien melempar barang-barang milik
mantan istri saya keluar dan menyobek-nyobek kenangan yang ada
tentang istri saya
Do :
Pandangan klien tampak tajam dan wajah tampak tegang
Klien tampak gelisah dan selalu mondar-mandir diruang rawat
Klien marah-marah [DA1] sejak 1,5 tahun lalu
Perilaku kekerasan
2 24 April 2012
Ds :
Klien menolak dengan mengatakan bahwa dia tidak mengamuk dan
memukul
Klien malu karena istrinya selingkuh dan tak tahu harus bagaimana
Harga Diri
Rendah
(HDR)
lagi membimbing istrinya
Do :
Klien sudah bercerai 1 tahun lalu
Klien gelisah dan terlihat bingung sudah tidak berharga lagi setelah
kejadian istrinya selingkuh
3 24 April 2012
Ds :
Klien mengamuk dan memukul
Klien sering kesal, jika ingat peristiwa perceraian dengan istrinya
dan melempar barang-barang ke luar
Do :
Pandangan klien tampak tajam dan wajah tampak tegang
Klien tampak gelisah dan selalu mondar-mandir diruang rawat
Rekam medis : klien dirawat karena marah-marah sejak 1,5 tahun
yang lalu. Klien sering membanting alat-alat keperluan rumah
tangga yang ada dirumah.
RPK
B. POHON MASALAH
RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan
Harga diri rendah (HDR)C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perilaku kekerasan
Gangguan konsep diri: HDR
RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan
D. PERENCANAAN
NO. DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSITUJUAN KRITERIA EVALUASI
1. RPK
(Resiko
Perilaku
Kekerasan)
TUM:
- Pasien dapat
melanjutkan
hubungan peran
sesuai tanggung
jawab.
TUK:
1. PPasien dapat
Membina
Hubungan saling
percaya
Setelah dilakukan 3x20
menit interaksi diharapkan
klien menunjukkan tanda-
tanda
a. Pasien mau membalas
salam.
b. Pasien mau jabatan
c. Pasien menyebutkan Nama
d. Pasien tersenyum
e. Pasien ada kontak Mata
f. Pasien tahu nama Perawat
Pasien menyediakan waktu
untuk kontrak
Beri salam / panggil nama
pasien.
Sebut nama perawat sambil
Salaman
Jelaskan maksud hubungan
Interaksi
Beri rasa nyaman dan sikap
Empatis
Lakukan kontrak singkat
tapi sering
TUK:
2. PPasien dapat
mengidentifikasi
penyebab marah /
amuk
e. Pasien dapat
Mengungkapkan
perasaannya.
f. Pasien dapat menyebutkan
perasaan marah / jengkel
Beri kesempatan untuk
Mengungkapkan
perasaannya.
Bantu pasien untuk
mengungkapkan marah atau
jengkel.
TUK:
3. PPasien dapat
mengidentifikasi
tanda marah
c. Pasien dapat
mengungkapkan perasaan
saat marah /jengkel.
Anjurkan pasien
mengungkapkan perasaan
saat marah /jengkel.
d. Pasien dapat menyimpulkan
tanda-tanda jengkel / kesal
Observasi tanda perilaku
kekerasan pada pasien
TUK:
4. PPasien dapat
mengungkapkan
perilaku marah
yang sering
dilakukan
d. Pasien mengungkapkan
marah yang biasa dilakukan
e. Pasien dapat bermain peran
dengan perilaku marah yang
dilakukan
f. Pasien dapat mengetahui
cara marah yang dilakukan
menyelesaikan masalah atau
tidak
Anjurkan pasien
mengungkapkan marah yang
biasa dilakukan
Bantu pasien bermain peran
sesuai perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
Bicarakan dengan pasien apa
dengan cara itu bisa
menyelesaikan masalah
TUK:
5. PPasien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
Kekerasan
a. Pasien dapat menjelaskan
akibat dari cara yang
digunakan
Bicarakan akibat / kerugian
cara yang dilakukan
Bersama pasien
menyimpulkan cara yang
digunkana pasien.
Tanyakan pasien apakah mau
tahu cara marah yang sehat
TUK:
6. PPasien
mengidentifikasi
cara construksi
dalam berespon
terhadap perilaku
kekerasan
a. Pasien dapat
melakukan berespon
terhadap kemarahan secara
konstruktif.
Tanyakan pada pasien
apakah pasien mau tahu cara
baru yang sehat
Beri pujian jika pasien
engetahui cara lain yang ehat
Diskusikan cara marah yang
sehat dengan pasien.
d) Pukul bantal untuk
melampiaskan marah
TUK:
7. PPasien dapat
mendemonstrasika
a. Pasien dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
Pasien dapat memilih cara
yang paling tepat.
Pasien dapat
n cara mengontrol
marah
perilaku kekerasan mengidentifikasi manfaat
yang terpilih
Bantu pasien menstimulasi
cara tersebut.
Beri reinforcement positif
atas keberhasilan.
Anjurkan pasien
menggunakan cara yang
telah dipelajari.
TUK:
8. PPasien dapat
dukungan keluarga
mengontrol marah
a. Keluarga pasien dapat :
Menyebutkan cara merawat
pasien dengan perilaku
kekerasan.
Mengungkapkan rasa puas
dalam merawat pasien
Identifikasi kemampuan
keluarga merawat pasien dari
sikap apa yang telah
dilakukan
Jelaskan peran serta keluarga
dalam merawat pasien.
Jelaskan cara-cara merawat
pasien.
Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara
merawat pasien.
Bantu keluarga
mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan
demonstrasi.
TUK:
9. PPasien dapat
menggunakan obat
dengan benar
a. Pasien dapat menggunakan
obat-obat yang diminum
dengan kegunaannya.
b. Pasien dapat minum obat
sesuai program pengobatan
Jelaskan jenis-jenis obat
yang diminum pasien dan
oeluarga.
.1 Diskusikan manfaat minum
obat.
.2 Jelaskan prinsip 5 benar
minum obat
.3 Anjurkan pasien minum obat
tepat waktu
TUK:
10. PPasien dapat
dukungan dari
lingkungan untuk
mengontrol marah
a. Lingkungan
mengetahui
bagaimana cara
menyikapi pasien
dengan perilaku
kekerasan.
Jelaskan peran serta
lingkungan terhadap kondisi
pasien
Beri penjelasan bagaimana
cara menyikapi pasien
dengan perilaku kekerasan
Diskusikan cara -cara yang
dilakukan untuk menyikapi
pasien dengan perilaku
kekerasan
2. Harga Diri
Rendah
(HDR)
TUK :
2. PPasien dapat
membina
hubungan saling
percaya
e. Ekspresi Wajah bersahabat ,
menunjukkan rasa scaang,
ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau
menjawab salam, klien mau
duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi
Bina hubungan saling
percaya dengan
mengungkapkan prinsip
komunikasi tcrapeutik Sapa
pasien dengan ramah laik
verbal maupun non verbal
g.Perkenalkan diri dengan
sopan
h.Tanyakan nama iengkap
pasien dan nama panggilan
disukai pasien
i. Jelaskan tujuan pertemuan
j. Jujur dan menepati janji
k.Tunjukkan siknp empati dan
menerima pasien apa adanya
l. Beri perhatian kepada pasien
dan perhatikan kebutuhan
dasar pasien
TUK : Daftar kemampuan yang Diskusikan kemampuan dan
7.
Pasien dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimilik
dimiliki pasien di rumah
sakit, rumah, sekolah dan
tempat kerja
b. Daftar positif keluarga
pasien
Daftar positif lingkungan
pasien
aspek positif yang dimiliki
buat daftarnya
Setiap bertemu pasien
dihindarknn dari metnberi
penilni; negatif
Utamakan memberi pujian
yang realistic pada
kemampuan dan aspek
positif pasien
TUK
8.
Pasien dapat
menilai
kemampuan yang
digunakan
c. Pasien menilai kemampuan
yang digunakan
d. Pasien memiliki
kemampuan yang dapat
digunakan di rumah
Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih
dapat digunakan selama
sakit
Diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan
pengguna di rumah sakit
Berikan pujian
TUK :
9.
Pasien dapat
menetapkan dan
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan yang
dimiliki
c. Pasien menilai kemampuan
yang akan . dilatih
d. Pasien mencoba Susunan
jadwal harian
Meminta pasien
untuk:memilih satu kcgiatan
yang mau dilakukan di
rumah sakit
Bantu pasien melakukannya
jika perlu beri contoh
Beri pujian atas keberhasilan
pasien.
Diskusi kaji jadwal kegiatan
harian atas kegiatan yang
telah dilatih
Catatan : Ulangi untuk
kemampuan lain sampai
semua selesai
TUK:
10.
PPasien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi sakit dari
kemampuannya
c. Pasien melakukan kegiatan
yang telah di latih (mandiri,
dengan bantuan atau
tergantung)
d. Pasien mampu melakukan
beberapa kegiatan secara
mandiri
Beri kesempatan pada pasien
untuk mencoba kcgiatan
yang telah direncanakan
Beri pujian atas keberhasian
pasien
Diskusikan kemungkinan
penaksiiran di rumah
TUK :
11.
Pasien dapat
memanfatkan
system pendukung
yang ada
c. Keluarga memberi dakungan
dan pujian
d. Keluarga memahami jadwal
kegiatan harian pasien
Beri pendidikan kcschatan
pada keluarga tentang cara
merawat pasien dengan
harga diri rcndah
Bantu keluarga memberikan
dukungnn selama pasien
dirawat.
Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah
Jelaskan cara pelaksmann
jadwal kegiatan pasien di
rumah
Anjurkan memberi pujian
pada pasien setiap berhasil
E. IMPLEMENTASI
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf24 April
2012( 09.30 )
Resiko Perilaku
Kekerasan (RPK
TUK : 1.2.3- mengucap salam
- memperkenalkan diri
- menanyakan nama dan
panggilan yang disukai
- menjelaskan tujuan
- memberi kesempatan
S: pasien menjawab : nama saya B , mau kita ngomong soal apa?
- Pasien mengatakan : saya marah
karena kesal dengan istrinya yang
selingkuh dan tidak tau caranya
bagaimana mendidiknya.
- Pasien mengatakan saat marah
pasien bicara
- menanyakan penyebab
jengkel/marah pasien.
- Menanyakan perasaan
yang dialami pasien saat
jengkel.marah
saya kesal ingin marah-marah dan
meluapkan dengan membanting dll
jadi lega.
O: wajah pasien tegang, pandangan
mata tajam, nada suara tinggi.
pasien kooperatif menjawab
pertanyaan.
A: TUK 1,2,3 tercapai- pasien mau menyebutkan nama
- pasien mau diajak
berinteraksi/bertukar pikiran.
P: - lanjut ke TUK 4,5,6
25 April 2012
(10.00)
Perilaku Kekerasan
TUK : 4,5,6- Menanyakan pasien cara
marah yang biasa
dilakukan.
- Menanyakan pasien apa
dengan marah yang
dilakukan dapat
menyelesaiakan masalah.
- Menanyakan apa akibat
dari kemarahannya.
- Menanyakan pasien
apakah mau cara yang
sehat untuk mengatasi
marah.
- Mengajarkan pasien cara
sehat mengontrol marah :
1. saat ingin marah / ingin
mukul pasien bisa
memukul bantal.
S :
- Pasien mengatakan Kalau saya
marah, ingin membanting,
menyobek-nyobek kenangan
bersama istrinya dan alat-alat
rumah tangga
- Pasien mengatakan dengan marah
yang saya lakukan saya hanya
merasa puas tapi tidak
menyelesaikan masalah
- pasien mengatakan “kalau saya
habis marah (banting dll), saya
capek, barang-barang rusak dan
mengganggu orang lain.
- Pasien mengatakan ingin tahu cara
marah sehat seperti apa.
- Pasien mengatakan jadi saya harus
belajar cara marah yang seperti
yang ajarkan.
O: tidak ada gerakan motorik dari
wajah, kaki/ tangan pasien. pasien
kooperatif menjawab pertanyaan
A: TUK 4,5,6 tercapai- pasien mau mengutarakan marah
yang biasa dilakukan
- pasien mengatakan akibat dari
marahnya.
- Pasien mengerti dan mau belajar
cara marah yang sehat.
P: Lanjut ke TUK 7-9
- Pasien dapat mendemonstrasikan
cara mengontrol marah.
- Pasien dapat menggunakan obat
dengan benar.
26 April 2012
(10.00)
Perilaku Kekerasan
TUK 7-9- Menyuruh pasien
memilih cara yang sehat
yang diajarkan untuk
mengontrol marah.
S: pasien mengatakan saya akan
memilih cara marah yang sehat
dengan memukul bantal.
O: pasien mendemonstrasikan cara
marah dengan memukul bantal.
A: TUK 7-9 tercapai- Pasien mau mendemonstrasikan
salah satu marah yang sehat yang
telah diajarkan
- Pasien mengerti manfaat , jenis dan
waktu kapan pasien harus minum
obat.
P: - Lanjut ke TUK 8- Pasien dapat dukungan keluarga
untuk mengontrol marah.
27 April Harga Diri TUK 1,2,3 S: pasien mengatakan dirumah suka
2012(10.15)
Rendah (HDR)
- membina hubungan
saling percaya
- menanyakan kemampuan
positif yang dimiliki di
rumah
- menanyakan kemampuan
dan mendiskusikan
kemampuan positif yang
dapat digunakan di
Rumah Sakit.
nyapu halaman kadang saya suka
adzan di masjid.
- pasien mengatakan dirumah sakit
kadang saya nyapu, Bantu mbak
perawat nyapu dan merapikan
tempat tidur.
O: pasien pagi-pagi membantu perawat
merapikan tempat tidur.
- pasien mencatat kegiatan yang
dilakukan di rumah
A: TUK 1,2,3 tercapai
- pasien mau mengungkapkan
kemampuan yang dapat digunakan
dirumah dan di Rumah Sakit.
P: - lanjut TUK 4, 5, 6- pasien dapat menetapkan dan
merencanakan kegiatan sesuai
jadwal.
- Pasien dapat melakukan kegiatan
sesuai kondisi sakit.
- Pasien dapat dukungan dari
keluarga
- Mendelegasikan TUK 4,5,6 pada
perawat jaga
28 April 2012
(10.00)
Perilaku Kekerasan
TUK 8- menanyakan keluarga
bagaimana kemampuan
keluarga dari sikap yang
telah dilakukan dirumah
Menjelaskan tanda pasien
marah :
S: keluarga mengatakan saat pasien
marah sikap keluarga hanya
mendiamkan, kadang ikut
memarahi pasien.
- keluarga mengatakan “tanda marah
yang mbak jelaskan tadi persis
dengan tanda saat anak saya mau
1. mata melotot
2. muka merah
3. tangan mengepal/ ada
gerakan pad muka yang
menunjukkan
permusuhan.
4. nada suara tinggi
- melatih keluarga cara
mengajari pasien marah
yang sehat dengan :
1. memberikan kegiatan
2. latih untuk ambil nafas
dalam
3. menyuruh pasien
mengutarakan marah dan
apa penyebabnya.
4. menyuruh pasien berdoa
dengan membaca
istighfar
5. menyuruh melampiaskan
marah dengan memukul
bantal.
- Menganjurkan pada
keluarga memilih cara
melatih anak marah dan
membantu keluarga
mendemonstrasikan.
- Mengajurkan pada
keluarga untuk
mengawasi pasien rutin
marah, muka merah, mata melotot,
suara kasar, kadang sampai
memukul”.
- Keluarga mengatakan “jadi mbak,
kalo nanti anak saya marah, saya
tidak boleh mendiamkan / marah,
tapi harus mengajari anak saya
marah yang sehat seperti yang
mbak ajarkan.
- Keluarga mengatakan “saya ingin
mencoba bagaimana cara
menanyakan sebab anak marah.
- Keluarga mengatakan “saya akan
selalu mengawasi anak saya rutin
minum obat.
O: keluarga kooperatif- keluarga mendemonstrasikan cara
menanyakan penyebab anak marah.
A: TUK 8 tercapai- keluarga
P: lanjut ke-TUK 10
minum obat.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan pada makalah ini, kami menyimpulkan bahwa
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana
seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membayangkan/mencederai diri sendiri,
orang lain bahkan merusak lingkungan.
Terdapat perbedaan antara kasus dan teori karena respon pasien pun berbeda-beda
sehingga harus benar-benar dan berpikir kritis seorang perawat dalam melakukan tindakan atau
strategi pelaksanaannya, dari pengkajian sampai evaluasi sebagian besar terdapat banyak
persamaan
B. SARAN
Dengan telah membacanya makalah ini, mahasiswa/I diharapkan dapat mengerti,
mengetahui tentang ASKEP (Asuhan Keperawatan) Jiwa pada Klien dengan Prilaku Kekerasan,
serta tindakan-tindakan yang akan diambil dalam membuat ASKEP yang bermutu dan
bermanfaat bagi pasien. Serta dituntut untuk bisa membandingkan antara teori dan kasus yang
terjadi di lapangan / lahan praktek yang terkadang ketidaksinkronan dan kesinkronan yang wajar.
Semoga bermanfaat bagi semua mahasiswa dan membantu dalam pembuatan ASKEP kelak.
[1] Data tambahan kelompok[2] Data tambahan kelompok[3] Data tambahan kelompok[4] Data tambahan kelompok [5] Data tambahan kelompok[6] Data tambahan kelompok[7] Data tambahan kelompok[8] Data tambahan kelompok[9] Data tambahan kelompok
[DA1]? rekam medis buDiposkan oleh Gita Cita Gustiani di 16.02 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Gita Cita Gustiani bahagia adalah tujuan hidup dan mati, berusaha, bersabar dan bertawakal modal utama.bersyukur mendapatkan jalan hidup menjadi perpanjangan tangan Allah sangatlah mulia walaupun sempat tidak terpikirkan tapi akhirnya saya bangga menjadi bagian dari bidang keperawatan, pround to be a nurse. Semua karena Allah dan orangtua yang membukakan jalan I LOVE They SO MUCH....:*
Lihat profil lengkapku
Monatshoroskope Horoskop
Real-time Earth and Moon phase
horoscope
Amazon MP3 Clips
Daily Calendar
Arsip Blog
► 2013 (22)
▼ 2012 (36) o ► November (1) o ► Oktober (3) o ▼ September (30)
Confused Week HOPE Trauma Thorax Status Asmatikus ARDS Ternyata belajar KGD itu menyenangkan yah.... membuat suasana kuliah menyenangkan Dunia Keperawatan Membawa Kesyukuran memahami ASKEP dengan mudah.... Tulisan pagi ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DERMATITIS KONTAK ASUHAN KEPERAWATAN TEORI ASMA BRONCHIALIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK TEORI KEJANG DEMAM
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PK (PERILAKU KEKERA...
ASKEP ituuuuuuuuu???-_- ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS BAYI TABUNG ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR RASA AMAN Keperawatan dan Kepuasan Batin Ternyata perawat itu berkisah lho.... Kenalan yuukkk sama Keperawatan Memasuki keperawatan pengorbanan Kisah Keluarga True Success with Allah berbagi mengenai Nisfu Sya'ban aktivis yang berbeda kecemburuan Hati Penyesalan Pengakuan Kehilangan sahabat
o ► Agustus (2)
Template Simple. Gambar template oleh selensergen. Diberdayakan oleh Blogger.
Logo Facebook
Email atau Telepon Kata Sandi
Biarkan saya tetap masuk
Lupa kata sandi Anda?
Mendaftar
Facebook © 2013
Bahasa Indonesia · Privasi · Ketentuan · Kuki ·
Lainnya
Opsi
Asuhan Keperawatan · 799 menyukai ini
3 Mei pukul 4:48 ·
ASKEP PERILAKU KEKERASAN
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangAncaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor.Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan menjadi pendekatan proses keperawatan.B. Tujuan1. Tujuan UmumMengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan.2. Tujuan Khususa. Mengetahui pengertian dari perilaku kekerasanb. Mengetahui penyebab dari perilaku kekerasanc. Mengetahui rentang respond. Mengetahui tanda dan gejala dari perilaku kekerasane. Mengetahui akibat dari perilaku kekerasan
f. Mengetahui penatalaksanaan dari perilaku kekerasang. Mengetahui pohon masalah pada perilaku kekerasanh. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari perilaku kekerasani. Mengetahui contoh kasus asuhan keprawatan dari perilaku kekerasan BAB IITINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Penyakit1. PengertianMarah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.2. Etiologia. Faktor PredisposisiFaktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:1) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.b. Faktor PrespitasiFaktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.3. Rentang responRespons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut:a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.4. Mekanisme kopingMekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain:a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.5. PerilakuPerilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.c. Memberontak (acting out). Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan. Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan6. Tanda dan gejalaPada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah, klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:a. Data Obyektif:- Muka merah- Pandangan tajam- Otot tegang- Nada suara tinggi- Berdebat- Sering pula tampak klien memaksakan kehendak- Merampas makanan, memukul jika tidak senangb. Data Subyektif:- Mengeluh perasaan terancam- Mengungkapkan perasaan tidak berguna- Mengungkapkan perasaan jengkel- Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, dada sesak, bingung.7. Pengobatan medika. Farmakoterapi1) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)2) Obat anti depresi, amitriptyline3) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam4) Obat anti insomnia, phneobarbitalb. Terapi modalitas1) Terapi keluargaBerfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian:a) BHSPb) Jangan memancing emosi klienc) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluargad) Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapate) Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialamif) Mendengarkan keluhan klieng) Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klienh) Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klieni) Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonisj) Jika terjadi PK yang dilakukan adalah:- Bawa klien ketempat yang tenang dan aman- Hindari benda tajam- Lakukan fiksasi sementara- Rujuk ke pelayanan kesehatan2) Terapi kelompokBerfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan social atau aktivitas lai dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.3) Terapi musikDengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana. Pengumpulan dataData yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.1) Aspek biologisRespons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.2) Aspek emosionalIndividu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut. 3) Aspek intelektualSebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.4) Aspek sosialMeliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan oranglain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.5) Aspek spiritualKepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.b. Klasifiaksi dataData yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.c. Analisa dataDengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.
2. Diagnosa keperawatanAdapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :a. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.3. Intervensi keperawatana. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasanTujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.Tujuan khusus :1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.6) Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.7) Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.9) Klien dapat menggunakan obat yang benar.Tindakan keperawatan :a) Bina hubungan saling percaya.Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon verbal dan non verbal, bersikap empati.Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.b) Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.c) Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesalRasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.d) Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian masalah yang konstruktif pula.e) Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan untuk intervensi.f) Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.g) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.h) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.i) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.j) Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.k) Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.l) Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.m) Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien.n) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.- Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.- Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel / kesal.- Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.- Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi kesabaran.Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien.o) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.p) Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.q) Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.r) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.Rasional : meningkatkan harga diri klien.s) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah.Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.t) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.u) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan perilaku klien.v) Jelaskan cara-cara merawat klien.Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif. Sikap tenang, bicara tenang dan jelas. Bantu keluarga mengenal penyebab marah.Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien secara bersama.w) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.x) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.y) Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang diminum klien seperti : CPZ, haloperidol, Artame.Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dan fungsinya.z) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendahTujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain.Tujuan khusus :1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.4) Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.4. Implementasia. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.Rasional : hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.b. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.c. Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.Rasional : pemberian penilaian negatif dapat menurunkan semangat klien dalam hidupnya.d. Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.Rasional : meningkatkan harga diri klien.e. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.f. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya di rumah sakit.Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.g. Berikan pujian.Rasional : meningkatkan harga diri dan merasa diperhatikan.h. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang dimiliki.i. Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.j. Beri pujian atas keberhasilan klien.Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.k. Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.l. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif.m. Beri pujian atas keberhasilan klien.Rasional : meningkatkan harga diri klien.n. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.o. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarg a dalam merawat klien secara bersama.p. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam membantu klien meningkatkan harga diri rendah.q. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.Rasional : memotivasi keluarga untuk merawat klien.5. EvaluasiMerupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari perilaku pasien dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Dalam hal ini juga sebagai langka koreksi terhadap rencana keperawatan semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.BAB IIITINJAUAN KASUSA. Pengkajian1. Data demografia. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.b. Usia dan nomor rekam medikc. Perawat menuliskan sumber data yang didapat2. Alasan masukTanyakan pada klien atau keluarga:a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?c. Bagaimana hasilnya?3. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan tentang:a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru dialamic. Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalud. Riwayat pengobatane. Penyalahgunaan obat dan alkoholf. Riwayat pendidikan dan pekerjaan4. Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari individu dengan gangguan mood5. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri kliena. Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang sulit)b. Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana tersebutc. Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat kegelisahan, keparahan gangguan mood)d. Sistem pendukung yang adae. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan riwayat penyalahgunaan zat.6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau keluarga tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan, gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.B. Analisa DataDataMasalah KeperawatanDS: klien merasa tidak berguna, merasa kosongDO: kehilangan minat melakukan aktivitasGangguan konsep diri: harga diri rendahDS: klien merasa minder kepada kedua adiknya, sedih yang berlebihanDO: klien menghindar dan mengurung diriIsolasi sosial: menarik diriDS: Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.DO : Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan keras,pandangan tajam.perilaku kekerasan terhadap orang lainDS : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan
menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.DO : Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan keras,pandangan tajam.Risiko tinggi mencederai orang lain
C. Pohon MasalahMencederai diri sendiri dan orang lain
Gangguan Harga diri kronis
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Berduka disfungsional
Isolasi Sosial
Core Problem
Perilaku kekerasan
D. Diagnosa Keperawatan, Rencana Tindakan, ImplementasiNODiagnosis KeperawatanPerencanaanImplementasiTujuanKriteria Hasil1Resiko mencederai diri b.d perilaku kekerasanTUM:Klien tidak mencederai diri sendiriTUK:1. 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1.1 1.1 Klien mau membalas salam1.2 1.2 KLien mau menjabat tangan1.3 1.3 Klien mau menyebutkan nama1.4 1.4 Klien mau tersenyum1.5 1.5 Klien mau kontak mata1.6 1.6 Klien mau mengetahui nama perawat
1.1.1 1.1.1 Beri salam atau anggil nama1.1.2 1.1.2 Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan1.1.3 1.1.3 Jelaskan maksud hubungan interaksi1.1.4 1.1.4 Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat1.1.5 1.1.5 Beri rasa aman dan sikap empati1.1.6 1.1.6 Lakukan kontak singkat tapi sering2. 2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan2.1 Klien mengungkapkan perasaannya2.2 Klien dapat mengungkapkan perasaan jengkel ataupun kesal2.1.1 Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
2.1.2 Bantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal3. 3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan3.1 Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel3.2 Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala jengkel atau kesal yang dialaminya3.1.1 Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya saat jengkel atau marah3.1.2 Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien3.2.1 Simpulkan bersama klien yanda dan gejala jengkel atau kesal yang dialami klien4. 4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan4.1 Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan4.2 Klien dapatbermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan4.3 Klien dapat menngetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah4.1.1 Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekeraan yang biasa dilakukan klien4.2.1 Bantu klien bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan4.3.1 Bicarakan dengan klien apakah dengan cara klien lakukan masalahnya selesai5. 5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan5.1 Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien: akibat pada klien sendiri, akibat pada orang lain, dan akibat pada lingkungan5.1.1 Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien5.1.2 bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan klien5.1.3 Tanyakan pada klien apakah dia ingin mempelajari cara baru yang sehat6. 6. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan6.1 klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara fisik: tarik napas dalam, pukul kasur, dan bantal6.2 klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan6.3 Klien mempunyai jadwak untuk melatih cara pencegahan fisik yang telah dipelajari sebelumnya6.4 Klien mengevaluasi kemampuannya dalam melakukan cara fisik sesuai jadwal yang disusun6.1.1 diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien6.1.2 beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien6.1.3 diskusikan dua cara fisik yang paling mudah untuk mencegah perilaku kekerasan6.2.1 Diskusikan cara melakukan tarik napas dalam dengan klien6.2.2 Beri contoh klien cara menarik napas dalam6.2.3 Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali6.2.4 Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik napas dalam6.2.5 Tanyakan perasaan klien setelah selesai6.3.1 diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan dilakukan sendiri oleh klien6.3.2 susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang dipelajari6.4.1 klien mengevaluasi peaksanaan latihan6.4.2 validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan6.4.3 beikan pujian atas keberhasilan klien6.4.4 Tanyakan pada klien apakah kegiatan cara pencegahan perilaku kekerasan dapat mengurangi perasaan marah7. 7. Klien dapat mendemonstrasikan cara social untuk mencegah perilaku kekerasan7.1 Klien dapat menyebutkan cara bicara yang baik dalam mencegah perilaku kekerasan· Meminta dengan baik· Menolak dengan baik
· Mengungkapkan perasaan dengan baik7.2 Klien dapat mendemonstrasikan cara verbal yang baik7.3 Klien mumpunyai jadwal untuk melatih cara bicara yang baik7.4 Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan cara bicara yang sesuai dengan jadwal yang telah disusun7.1.1. diskusikan cara bicara yang baik dengan klien7.1.2. Beri contoh cara bicara yang baik :· Meminta dengan baik· Menolak dengan baik· Mengungkapkan perasaan dengan baik7.2.1. Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik· Meminta dengan baik : “Saya minta uang untuk beli makanan”· Menolak dengan baik : “ Maaf, saya tidak dapat melakukannya karena ada kegiatan lain.· Mengungkapkan perasaan dengan baik : “Saya kesal karena permintaan saya tidak dikabulkan” disertai nada suara yang rendah.7.2.2. Minta klien mengulang sendiri7.2.3. Beri pujian atas keberhasilan klien7.3.1. Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih di ruangan, misalnya : meminta obat, baju, dll, menolak ajakan merokok, tidur tidak pada waktunya; menceritakan kekesalan pada perawat7.3.2. Susun jadwaj kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari.7.4.1. Klien mengevaluasi pelaksanaa latihan cara bicara yang baik dengan mengisi dengan kegiatan jadwal kegiatan ( self-evaluation )7.4.2. Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan7.4.3 Berikan pujian atas keberhasilan klien7.4.4 Tanyakan kepada klien : “ Bagaimana perasaan Budi setelah latihan bicara yang baik? Apakah keinginan marah berkurang?”
8. 8. Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan8.1 Klien dapat menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan8.2 Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang dipilih8.3 Klien mempunyai jadwal untuk melatih kegiatan ibadah8.4 Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan melakukan kegiatan ibadah8.1.1. Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan8.2.1. Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan di ruang rawat8.2.2. Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan8.2.3. Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih8.2.4. Beri pujian atas keberhasilan klien8.3.1 Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan kegiatan ibadah8.3.2. Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah8.4.1. Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)8.4.2. Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan8.4.3. Berikan pujian atas keberhasilan klien8.4.4 Tanyakan kepada klien : “Bagaimana perasaan Budi setelah teratur melakukan ibadah? Apakah keinginan marah berkurang
9. 9. Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan9.1 Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta manfaat dari obat itu
(prinsip 5 benar: benar orang, obat, dosis, waktu dan cara pemberian)9.2 Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadwal yang ditetapkan9.3 Klien mengevaluasi kemampuannya dalam mematuhi minum obat9.1.1 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (nama, warna, besarnya); waktu minum obat (jika 3x : pukul 07.00, 13.00, 19.00); cara minum obat.9.1.2 Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur :· Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah minum obat· Jelaskan bahwa dosis hanya boleh diubah oleh dokter· Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur, misalnya, penyakit kambuh9.2.1 Diskusikan tentang proses minum obat :· Klien meminat obat kepada perawat ( jika di rumah sakit), kepada keluarga (jika di rumah)· Klien memeriksa obat susuai dosis· Klien meminum obat pada waktu yang tepat.9.2.2. Susun jadwal minum obat bersama klien9.3.1 Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)9.3.2 Validasi pelaksanaan minum obat klien9.3.3 Beri pujian atas keberhasilan klien9.3.4 Tanyakan kepada klien : “Bagaiman perasaan Budi setelah minum obat secara teratur? Apakah keinginan untuk marah berkurang?”10. Klien dapat mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan
10.1 Klien mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan10.2 Klien mempunyai jadwal TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan10.3 Klien melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan TAK10.1.1 Anjurkan klien untuk mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan10.1.2 Klien mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan (kegiatan tersendiri)10.1.3 Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama TAK10.1.4 Fasilitasi klien untuk mempraktikan hasil kegiatan TAK da beri pujian atas keberhasilannya10.2.1 Diskusikan dengan klien tentang jadwal TAK10.2.2 Masukkan jadwak TAK ke dalam jadwal kegiatan harian (self- evaluation).10.3.2 Validasi kemampuan klien dalam mengikuti TAK10.3.3 Beri pujian atas kemampuan mengikuti TAK10.3.4 Tanyakan pada klien: “Bagaimana perasaan Ibu setelah mengikuti TAK?”11. Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan perilaku kekerasan11.1 Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien11.1.1 Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini11.1.2 Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien11.1.3 Jelaskan cara- cara merawat klien :· Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif· Sikap dan cara bicara· Membantu klien mengenal penyebab marah dan pelaksanaan cara pencegahan perilaku kekerasan11.1.4 Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien11.1.5 Bantu keluarga mengngkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi
11.1.6 Anjurkan keluarga mempraktikannya pada klien selama di rumah sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah.
E. Evaluasi1. Klien dapat membina hubungan saling percaya2. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri3. Klien dapat mengarahkan moodnya lebih baik4. Klien mampu dan berupaya untuk memenuhi personal hygiene5. Klien dapat meningkatkan harga diri6. Klien dapat menggunakan dukungan sosial7. Klien dapat menggunakan koping adaptif dan meilhat sisi positif dari masalahnya8. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat9. Klien mampu meningkatkan produktifitas dan membuat jadwal harianBAB IVPENUTUPA. KesimpulanPerilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain.Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)3. Memberontak (acting out)4. Perilaku kekerasanTindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkunganB. SaranPerawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam mengatasi masalahnya.Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan masalah perilaku kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose, perencanaan, intervensi dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas dalam atau memukul kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.DAFTAR PUSTAKAKeliat, Ana Budi. Dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan professional Jiwa, Jakarta; EGCKeliat, Ana Budi. Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta; EGCYosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung; Refika AditamaStuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC
Asuhan Keperawatan Jiwa PERILAKU KEKERASAN
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr”RA” DENGAN
PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG WISMA GATOTKACA RSJ Prof. Dr SOEROYO MAGELANG
DISUSUN OLEH :
Ricky Priyatmoko
P.17420110025
AKADEMI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2012
I. IDENTITAS
Inisial : Sdr. RA Tgl Pengkajian : 28 Mei 2012
Umur : 34 Th RM No : 14862
Tgl Masuk : 25 Mei 2012 Pendidikan : SMP
Jam : 11.45 WIB
Agama : Islam
Alamat : Gg. Madukoro RT 02/01 Pekuncen, Sempor Kebumen
Penanggung Jawab
Nama : Tn. J
Hub : Ayah
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Gg. Madukoro RT 02/01 Pekuncen, Sempor Kebumen
II. ALASAN MASUK
Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk RSJ klien sering marah – marah, mudah tersinggung,
sulit tidur, mengamuk, merusak alat rumah tangga, ketawa sendiri, malas bekerja.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit sudah berlangsung ± 11 tahun, ± 10 tahun yang lalu klien opname di RSJ Bogor sembuh terus kerja di
Tangerang. ± 4 tahun terakhir tidak mau minum obat dan kumat lagi.
Klien tidak pernah melakukan, mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
2. Riwayat Keluarga
Garis keturunan dalam keluarga belum pernah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.
IV. FAKTOR PRESIPITASI
Putus obat sejak 6 bulan yang lalu dan tidak kontrol lagi
V. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda –tanda vital : T : 110/80 mmHg
RR : 20 x / menit
N : 72 x / menit S : 37 0 C
BB : 40 kg
Tidak ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Klien
: Meninggal
: Serumah
: wanita
: laki-laki
: Penyakit
sama dgn
klien
Dalam keluarga klien jarang berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain karena merasa malas dan
senang menyendiri. Pengambilan keputusan dalam keluarga diambil oleh ayahnya. Dalam pola asuh
klien diasuh oleh orang tua sendiri.
2. Konsep diri
a. Citra diri
Klien menganggap tubuhnya sebuah anugrah dari tuhan. Klien bersyukur dan menerima tubuhnya apa
adanya.
b. Identitas diri
Sebelum sakit, klien pernah sekolah sampai dengan SMP. Setelah klien tamat SMP klien tidak bisa
melanjutkan. Klien menerima dirinya sebagai seorang laki-laki tetapi takut untuk menjadi seorang kepala
keluarga.
c. Peran diri
Klien berusia 34 tahun, klien belum menikah. Klien mengatakan takut untuk berumah tangga karena
menurutnya harus memikirkan kebutuhan keluarga. Dalam melaksanakan tugas dirumah klien
melakukannya bersama dengan ibunya seperti : menyapu, mencuci piring, mencuci baju dan membantu
memasak. Akan tetapi di masyarakat klien kurang dihormati. Klien berperilaku seperti anak – anak.
d. Ideal diri
Klien berharap agar bisa sembuh dan cepat pulang karena ingin minta maaf pada ibunya dan mencari
pekerjaan lagi.
e. Harga diri
Klien mengatakan tidak ada gangguan untuk berhubungan dengan orang lain.
3. Hubungan Sosial
Klien mengatakan bahwa orang yang paling dekat ibunya. Dalam keluarga klien merasa enggan untuk
berkomunikasi lebih senang menyendiri di kamar.
4. Spiritual
Klien dan keluarganya beragama Islam, klien melakukan ibadah sholat.
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien berpenampilan cukup rapi, dalam penggunaan baju sesuai. Klien berbadan kecil, rambut pendek,
bersih.
2. Pembicaraan
Klien berbicara baik, dapat menjawab pertanyaan, selalu bertanya kapan bisa pulang
3. Aktivitas Motorik
Klien terlihat gelisah, tegang, sering berpindah – pindah
4. Afek
Appropriate (tepat)
5. Interaksi selama wawancara
Saat wawancara klien kooperatif, kontak mata dengan lawan bicara baik, klien tampak curiga.
6. Proses pikir
Pada saat wawancara klien mengalami sirkumtansial.
7. Isi pikir
Klien tidak pernah mempunyai pikiran yang aneh-aneh yang dirasakan saat ini hanya gelisah menunggu
kedatangan keluarga.
8. Tingkat Kesadaran
Klien tampak bingung dan tidak terfokus. Klien mampu mengingat dengan keluarganya, hari dan waktu,
ketika diajak kenalan klien mampu mengingat nama orang lain.
9. Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek sehingga klien lupa kejadian yang telah terjadi
dalam jangka waktu seminggu.
10. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkomunikasi, tidak mampu berkonsentrasi lama dan sering memutuskan pembicaraan
secara sepihak, mampu berhitung.
11. Daya tilik diri
Klien sadar bahwa dirinya telah berbuat salah karena telah berperilaku kekerasan dan merasa menyesal
akan tetapi klien tidak tahu tujuannya di RSJ.
VIII. PERSIAPAN PULANG
Makan : klien mampu makan sendiri dan mandiri
BAB/BAK : Klien mampu BAB/BAK di temaptnya
Mandi : Klien mampu mandi 2x sehari dengan mandiri
Berpakaian : klien mampu mengambil, memilih dan memakai pakaian
Istirahat dan tidur: Tidur siang dari jam 13.30-15.00
Tidur malam 22.00-04.00
Penggunaan obat: Klien mampu untuk meminum obat tanpa bantuan orang lain tetapi masih belum
mengerti untuk penggunaan obat yang benar
Pemeliharaan kesehatan: setelah pulang nanti klien akan berusaha control rutin.
Aktivitas dalam rumah : mandiri tanpa bantuan oang lain
Aktivitas diluar rumah : klien pergi keluar rumah dengan menggunakan motor secara mandiri
IX. MEKANISME KOPING
Klien jika mempunyai masalah lebih senang berdiam diri dikamar, marah - marah. Jika sudah tidak tahan
lagi klien kemudian menjadi mengamuk atau merusak barang-barang yang ada.
X. MASALAH PSIKOSOSIAL
Menurut keluarga semenjak klien marah-marah dan mengamuk, lingkungan tidak mau menerima klien
dan hal ini membuat klien menjadi lebih menarik diri.
XI. PENGETAHUAN
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya, tanda dan gejala kekambuhan, obat yang diminum dan
cara menghindari kekambuhan. Pemahaman tentang sumber koping yang adaptif dan manajemen hidup
sehat kurang.
XII. ASPEK MEDIK
Diagnosa medik : Skizofrenia tak terinci
Terapi medik : Chlorpromazine 1 x 100 mg
Haloperidole 2 x 5 mg
Triheksifenidile 2 x 2 mg
Rawat Inap di Wisma Gatutkaca
XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
XIV. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1 S :
Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk RS klien
mengamuk semakin sering, merusak barang yang ada
didekatnya
Keluarga mengatakan klien jika mempunyai masalah dan tidak
bisa ditahan lagi klien kemudian menjadi mengamuk atau
merusak barang-barang yang ada.
O : Mata merah, wajah agak merah, pandangan tajam
Resiko
mencederai
diri, orang lain
dan
lingkungan
2 S :
Klien mengatakan pernah memukul ibunya
Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk RS klien
marah – marah, mengamuk, merusak alat rumah tangga
Keluarga mengatakan klien jika mempunyai masalah dan tidak
bisa ditahan lagi klien kemudian menjadi mengamuk atau
merusak barang-barang yang ada.
O :
Mata merah, wajah agak merah, pandangan tajam
Perilaku
Kekerasan
3 S :
Klien mengatakan takut untuk berumah tangga
Klien mengatakan merasa bersalah atas perilakunya terhadap
ibunya
Merasa tidak mampu dan terbatas pengetahuannya
O :
Kesadaran klien tampak bingung dan tidak terfokus
Tampak gelisah
Saat berbicara klien sering memutuskan pembicaraan secara
sepihak
Gangguan
konsep dri :
harga diri
rendah
XV. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, Orang lain, lingkungan ....... effort
Resiko Perilaku Kekerasan ....... Core Problem
Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah ....... cause
XVI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan Perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
XVII. RENCANA KEPERAWATAN
TGLDIAGNOSA KEPERA
WATANTUJUAN INTERVENSI KEPERAWATAN
28 Mei
2012
09.00
Perilaku kekersan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x
pertemuan diharapkan pasien
dapat mengontrol perilaku
kekerasan dengan kreteria hasil :
- Membina hubungan saling
percaya
- Pasien dapat menyebutkan
penyebab PK
- Pasien dapat menyebutkan tanda
gejala PK
- Pasien dapat mengidentifikasi PK
yang dilakukan
- Pasien dapat mengidentifikasi
akibat PK
- Pasien menyebutkan cara
mengontrol PK
- Pasien mampu mempraktekkan
latihan cara mengontrol PK
dengan nafas dalam, pukul bantal
atau kasur, secara verbal, secara
spiritual dan penggunaan obat
dengan benar
SP I
1. bina hubungan saling percaya
2. identifikasi penyebab marah
3. identifikasi tanda dan gejala PK
4. Identifikasi PK yang dilakukan
5. Identifikasi akibat PK
6. Identifikasi cara kontrol PK
7. Latih cara kontrol PK dengan Fisik I
( nafas dalam )
8. Bimbing pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP II
1. Evaluasi kemampuan pasien
mengontrol PK dengan cara fisik I
2. Latih pasien konrol PK dengan cara
fisik II
3. Bimbing pasien emasukkan jadwal
kegiatan harian
SP III
1. Evaluasi kemampuan pasien
mengontrol PK dengan cara
fisik I dan II
2. Latih kontrol PK dengan cara
verbal
3. Bimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
1. Evaluasi kemampuan pasien
mengontrol PK dengan cara fisik I , II
dan verbal
2. Latih kontrol PK dengan cara spiritual
3. Bimbing pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP V
1. Evaluasi kemampuan pasien
mengontrol PK dengan cara fisik I , II
dan verbal
2. Jelaskan cara kontrol PK dengan
minum obat teratur
3. Bimbing pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
XII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGLDIAGNOSA KEPERA
WATANIMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
Selasa Perilaku kekersan
29 Mei
2012
09.00
1. membina hubungan saling
percaya
2. mendiskusikan bersama klien
penyebab marah, tanda dan
gejala PK, PK yang dilakukan
saat marah, akibat PK, cara
kontrol PK
3. mengajarkan cara kontrol PK
dengan Fisik I ( tarik nafas
dalam )
4. membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
S: klien mengatakan namanya Rusli
suka dipanggil Rusli.
O: klien bicara lancar, tampak gelisah
dan tidak terfokus
A: dapat terbina hubungan saling
percaya
P: lanjutkan intervensi 2
S: klien mengatakan pernah memukul
ibunya ketika meminta di timang –
timang seperti bayi. Klien merasa
bersalah dan meminta diajari cara
mengontrol marah,
O: klien kooperatif, tatapan mata
tajam, tampak tegang, klien dapat
memahami perilaku kekerasan
A: PK dapat terpahami oleh klien
P: lanjutkan intervensi 3
S: klien mengtakan bisa tenang setelah
tarik nafas dalam dan akan
mencobanya ketika hendak marah.
O:klien kooperatif, Klien mampu
mendemonstrasikan cara fisik I( tarik
nafas dalam) .
A:dapat terkontrol PK dengan tarik
nafas dalam
P: lanjutkan intervensi SP2
Rabu
30 Mei
2012
09.00
SP II:
1. Memvalidasi masalah.
2. melatih cara kontrol PK dengan
Fisik II ( pukul bantal )
3. membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP II :
memvalidasi masalah.
2. Melatih cara control PK dengan
cara fisik II (pukul bantal)
3. Mengikutsertakan klien dalam
jadwal kegiatan sehari-hari.
bimbing klien dalam memasukkan
teknik kontrol marah ke jadwal
kegiatan harian
ajarkan teknik kontrol marah dengan
fisik 2 (pukul batal )
S : klien mengatakan belum dapat
mengontrol emosi, dan akan mencoba
cara control marah yang sudah
diajarkan (pukul bantal).
O: raut muka tegang, kontak mata
baik, tampak gelisah
A: SP II belum optimal
P: optimalkan SP II,(cara control marah
dengan cara fisik II pukul bantal)
S: klien mengatakan dapat mengontrol
emosinya dengan cara fisik II(pukul
bantal)dan berusaha melakukannya
saat sedang marah.
O: klien tampak senang, klien mampu
mendemontrasikan cara fisik II dengan
baik tanpa bimbingan.
A: SP II tercapai.
P: Lanjutkan SP III ( cara control PK
dengan cara verbal).
Senin, 04
Mei
2012
09.00
Selasa,
05 Mei
2012
09.00
SP III
1. Memvalidasi masalah
2. melatih kontrol PK dengan cara
verbal
3. membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP IV
1. memvalidasi masalah
2. melatih kontrol PK dengan cara
spiritual
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
S : klien mengatakan masih ingat cara
control marah yang sudah diajarkan
(tarik nafas dalam dan pukul bantal),
klien mengatakan sudah sering berdo’a
dan shalat di RSJ
O: klien tampak senang, kontak mata
baik, klien bersedia membicarakan
dengan baik – baik ketika marah
A: SP III tercapai
P: lanjutkan SP IV (dengan cara
spiritual)
S : klien mengatakan sudah dapat
mengontrol emosi, dan akan mencoba
cara control marah dengan berdo’a
dan shalat
O: klien tampak senang
A: SP II belum optimal
P: lanjutkan SP V (dengan cara minum
obat teratur)
S : klien mengatakan sudah teratur
dalam meminum obat
Rabu, 04
Mei
2012
09.00
Kamis,
04 Mei
2012
09.00
SP V
1. Memvalidasi masalah
2. menjelaskan cara kontrol PK
dengan minum obat teratur
3. membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
O: klien tampak tenang dan senang,
klien kooperatif
A: dapat menggunakan obat secara
teratur
P: pertahankan kondisi pasien
Diarsipkan oleh beph at 2:39 PM
S
sofaners
Perawat Profesional Religius
Menu utamaLangsung ke isi
Beranda About
Mar 23 2013
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.T DENGAN GANGGUAN EKPRESI MARAH : PERILAKU KEKERASAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.TDENGAN GANGGUAN EKPRESI MARAH : PERILAKU KEKERASANDI BANGSAL PERKASA RSJD DR.RM SOEDJARWADI KLATEN
Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas individupraktik klinik keperawatan kesehatan mental psikiatri
Pembimbing:Ahmad Zakiudin, S.Kep
Disusun Oleh :
ISQIYATUL AMANAHNIM : 011.014
AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAHBENDA SIRAMPOG BREBES2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktek keperawatan klinik jiwa dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Tn T dengan Gangguan Ekspresi Marah : Perilaku Kekerasan “ di Bangsal Perkasa RSJD Klaten, telah disetujui dan disahkan pada :Hari : SabtuTanggal : 19 Januari 2013Ruang : Perkasa
Mengetahui :
Pembimbing klinik Kepala Keperawatan
Purnomo, S.Kep Suwarno, S.Kep
Mengetahui :
Pembimbing Akademik
Ahmad Zakiuddin, SKM
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelessaikan loporan “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn T DENGAN GANGGUAN EKSPRESI MARAH : PERILAKU KEKERASAN DI BANGSAL PERKASA RSJD KLATEN“.Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril, materil maupun spiritual, maka perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :1. Direktur RSJD Soedjarwadi Klaten2. KH.Sholahudin, selaku pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah3. Bapak Purnomo, S.Kep selaku pembimbing Klinik yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan motifasi kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan4. Bapak Ahmad Zakiuddin, SKM, selaku dosen pembimbing akademik5. Orang tua yang selalu mendoakan6. Rekan-rekan dan semua pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah iniDalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi laporan selanjutnya.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa Akper Al Hikmah pada khususnya.
Klaten, 18 Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………HALAMAN PENGESAHANKATA PENGANTAR iiiDASFTAR ISI ivPENDAHULUANA. Latar belakang 1B. Tujuan penulisan 1C. Metode penulisan 1TINJAUAN TEORITIS PERILAKU KEKERASANA. Definisi 2B. Faktor predisposisi 3C. Faktor prestipasi 3D. Faktor perilaku 4E. Mekanisme koping 4F. Pohon masalah 4
G. Diagnosa keperawatan 5LAPORAN PENDAHULUANSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANTINJAUAN KASUSA. Pengkajian 20B. Alasan masuk 20C. Faktor predisposisi 21D. Faktor presipitasi 21E. Pemeriksaan fisik 21F. Psikososial 21G. Status mental 22H. Kebutuhan persiapan pulang 23I. Mekanisme koping 24J. Aspek medik 24K. Pohon Masalah 24L. Diagnosa 25M. Analisa data 26DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGAsuhan keperawatan pada gangguan jiwa sekarang merupakan suatu pelayanan yang harus mendapatkan perhatian khusus dibidang kesehatan. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat akan mengakibatkan persaingan dibidang sosial dan ekonomi, sehigga dalam kehidupan memungkinkan akan terjadi ketidakmampuan sehingga akan menyebabkan prosentase penyakit jiwa meningkat.Dalam kehidupan di masyarakat yang jelas sering terjadi masalah-masalah sehingga masyarakat yang tidak kuat mental bisa mengalami ketegangan jasmani dan rohani, sehingga dapat mengganggu kesehatan jiwa seseorang salah satunya adalah “ Gangguan ekspresi marah : Perilaku kekerasan “.
B. TUJUAN PENULISAN1. Tujuan umumMampu memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan mental yang komperetensif sesuai dengan teori dan kondisi di lapangan.2. Tujuan Khususa. Dapat mengkaji status mental yang dialami oleh penderita gangguan jiwa khususnya gangguan ekspresi marah : perilaku kekerasan.b. Dapat merencanakan intervensi yang dilakukan.c. Dapat melaksanakan implementasi dan mencegah masalah yang dialami penderita gangguan jiwa.d. Dapat mengevaluasi hasil ASKEP yang telah diberikan.
C. METODE PENULISANDalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Study kasus yaitu buku-buku dan bacaan yang berhubungan dengan mata kuliah keperawatan jiwa.2. Study dokumentasi yaitu dokumentasi klien yang berada di bangsal Perkasa RSJD DR.RM Soedjarwadi Klaten3. Wawancara langsung dengan klien dan perawat ruangan.
BAB IITINJAUAN TEORITISPERILAKU KEKERASANA. DefinisiPerilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami perilaku-perilaku yang dapat melukai fisik, baik terhadap diri sendiri atau orang lain. ( Towsed Mc, 1998. Hal 62 )Perilaku kekrasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai diri sendiri, orang lain secara fisik maupun psikologis.( Berkowlt, 1993 )Berdasarkan definisi diatas maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan secar fisik. ( Kahner Ebl, 1995 )B. Rentang ResponRespon Adaptif Respon Mal Adaptif
Pernyataan Frustasi Pasif Agresif Ngamuka. Respon marah yang adaptif meliputi :1. Pernyataan (Assertion)Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan kelegaan.2. FrustasiRespons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.b. Respon marah yang maladaptif meliputi :1. PasifSuatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.2. AgresifPerilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.3. Amuk dan kekerasanPerasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
C. Faktor predisposisi1. Faktor biologisa. Teori Dorongan Naluri ( Instintural drive Theory )Disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat lewat.b. Teori Psikosomatik ( Psychomatic Theory )
Pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.2. Faktor psikologisa. Teori Agresi Frustasi ( Frustation Aggression theory )Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal sehingga akan mendorong perilaku agresif.b. Teori Perilaku ( Behavorational Theory )Kemarahan adalah respon belajar, hal ini dapat dicapai bila fasilitas atau suatu yang mendukung.3. Faktor sosial kulturala. Teori lingkungan sosial ( Social Environment )Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu untuk mengekspresikan marah.b. Teori Belajar Sosial ( Soccial Learning Theory )Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung imitasi dari proses sosialitas.
D. Faktor presipitasiStressor :1. Stressor, dari luar ( serangan fisik, kehilangan, kematian )2. Stressor dari dalam ( putus hubungan, kehilangan rasa cinta, menurunnya prestasi kerja, rasa bersalah yang tidak dapat dikendalikan )E. Tanda dan Gejala1. Muka merah2. Pandangan tajam3. Otot tegang4. Nada suara tinggi5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak memukul jika tidak senangF. Faktor perilaku1. Menyerang atau menghindar2. Menyatakan dengan jelas3. Memberontak ( Acting out )4. Kekerasan, amuk ( Violence )
G. Mekanisme kopingMekanisme koping yang sering digunakan Klien dengan gangguan ekspresi marah : perilaku kekerasan adalah :• Persaingan dibidang pekerjaan atau sekolah• Olah raga dan permainan• Musik• Bacaan film dan drama• Kegiatan• Sublimasi, mengalihkan keinginan bawah sadar yang disadari kepada cita-cita yang lebih luhur.
H. Pohon masalahAkibat Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Core problem Perilaku Kekerasan
Sebab Harga Diri Rendah
I. Diagnosa keperawatan3. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.4. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
LAPORAN PENDAHULUANA. MASALAH UTAMAPerilaku kekerasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAHa. DefinisiPerilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami perilaku-perilaku yang dapat melukai secara fisik, baik terhadap diri sendiri atau orang lain. ( Towsend. MC . 1998 hal 62 )b. Tanda dan gejala• Sikap tampak kaku• Tegang dan menunjukan usaha untuk merusak diri• Agresif• Agitasi• Ketidakmampuan menggunakan perasaan• Mengamuk• Peningkatan aktivitas motorik• Mengepal tangan• Perilaku merusak• Perusakan yang diarahkan pada benda-benda di lingkungannyac. Penyebab terjadinya masalahPenyebab perilaku kekerasan adalah harga diri rendah. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang secara langsung atau tidak langsung diekspresikan. Tanda dan gejala dari harga diri rendah adalah kurang kontak mata, menarik diri atau isolasi diri sendiri dan orang lain, hiper sensitif terhadap kritik.d. Akibat terjadinya masalahResaiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan.Mekanisme : Keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri dan orang lain.
C. POHON MASALAH
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
Harga diri rendah
D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkunganDS :o Klien mengatakan ingin memukul orang laino Klien mengatakan ingin membunuho Klien mengatakan benci semua orangDO :o Sikap tampak kaku dan tegango Agresif, agitasio Mengamuko Peningkatan aktivitas motoriko Mengepalkan tinjuo Merusak benda disekitar2. Perlaku kekerasanDS :o Klien mengatakan ingin memukul orang laino Klien mengatakan ingin membunuho Klien mengatakan benci semua orangDO :o Sikap tampak kaku dan tegango Agresif, agitasio Mengamuko Peningkatan aktivitas motoriko Mengepalkan tinjuo Merusak benda disekitar3. Harga diri rendahDS :o Klien mengatakan maluo Klien mengatakan tidak mampu menghadapi berbagai peristiwao Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berhargaDO :o Kontak mata kurango Takut gagalo Ketidak mampuan mengenali prestasi diri dan orang laino Menarik diri atau isolasi dirio Hipersensitif terhadap kritikan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANPertemuan IA. Proses keperawatan1. Kondisi KlienBingung sering marah, gelisah, bicara kacau, kadang sampai ngamuk
2. Diagnosa keperawatanResiko menciderai diri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan3. Tujuan khusus1) Klien dapat membina hubungan saling percaya2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan4. Rencana tindakan keperawatan• Beri salam atau panggil nama Klien• Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan• Jelaskan maksud hubungan interaksi• Jelaskan tentang kontrak singkat tapi sering• Beri rasa aman dan sikap empati• Lakukan kontrak singkat tapi sering• Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya• Bantu Klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel atau kesal
B. Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan1. Orientasia. Salam terapeutikSelamat pagi Bapak ? perkenalkan nama saya perawat Isqiyatul Amanah, saya biasa dipanggil Isqi. Nama Bapak siapa ? senang, dipanggil apa ? baiklah. Disini saya yang akan merawat Bapak selama saya berada di sini.b. Evaluasi atau validasi dataBagaimana perasaan Bapak hari ini ? apa ada masalah sampai Bapak begini ?
c. KontrakTopik : Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang perasaan marah Bapak ?Tempat : Bapa mau dimana kita bercakap-cakapnya ? bagaimana kalau di tempat itu ?Waktu : Mau berapa lama kita bercakap-cakap ? bagaimana kalau 10 menit saja.
2. Fase kerja• Coba Bapak ceritakan lagi tentang perasaan marah yang Bapak alami ?• Saat ini apakah Bapak juga lagi merasa jengkel ?• Penyebabnya ada Bapak ?• Apa yang membuat Bapak selalu ingin memukul orang ?• Apa penyebabnya ?• Apa sebelumnya Bapak suka memukul orang ?• Apa penyebabnya ?
3. Terminasia. EvaluasiSubyektif : Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang perasaan marah yang Bapak alami ?Obyektif : Coba sekarang Bapak sebutkan apa saja yang menyebabkan Bapak marah ? bagusb. Rencana tindak lanjutBaiklah Bapak waktu kita sudah habis nanti Bapak cerita penyebab marah yang belum Bapak ceritakan pada saya. Ya Pak.
c. KontrakTopik : Nah Bapak nanti kita akan berbicara tentang apa saja tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak lakukan.Tempat : Mau bicara dimana Bapak ? baiklah.Waktu : Lalu kira-kira jam berapa kita bisa bertemu ? baiklah, sampai nanti BapakSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANPertemuan II
A. Proses keperawatan1. Kondisi KlienKlien dapat menyebutkan penyebab marah2. Diagnosa keperawatanResiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan3. Tujuan khusus3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan4. Rencana tindakan keperawatanAnjurkan Klien mengungkapkan yang dialami saat marah atau jengkelObservasi tanda perilaku kekerasan pada sikapSimpulkan bersama Klien tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami KlienAnjurkan Klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukanBantu Klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukanBicarakan dengan Klien apakah dengan cara yang Klien lakukan masalahnya selesai ?4.1 Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan Klien4.2 Bersama Klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh Klien
B. Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan1. Orientasia. Salam terapeutikSelamat siang Pak ? masih ingat dengan saya ?b. Evaluasi atau validasi dataBagaimana perasaan Bapak saat ini ? Bapak masih ingat dengan apa yang kita bicarakan kemarin ? bagus. Kemaren kita sudah berbicara tentang penyebab marah bapakb. KontrakTopik : Apa Bapak masih ingat kita akan membicarakan apa ?siang ini kita akan mempelajari tentang tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak lakukan serta akibatnya.Tempat : Dimana kita akan bercakap-cakap Pak ?Waktu : Mau berapa lama Pak ?2. Fase kerja• Apa Bapak sudah tahu tanda-tanda perilaku kekerasan ?• Baiklah, saya akan jelaskan terlebih dahulu, tanda-tanda kekerasan adalah ………….• Sudah jelas Pak ? bagus• Lalu apa hari ini ada yang membuat Bapak marah ?• Terus apa yang Bapak lakukan ?
• Bapak coba praktikkan cara marah pada saya. Anggap saja saya orang yang membuat Bapak marah, wah bagus sekali.• Apakah dengan cara seperti itu ( memukul ) Bapak bisa selesai ?• Lalu apa Bapak tahu akibat dari perilaku yang Bapak lakukan ?• Betul tangan jadi sakit, merugikan orang lain, masalah tidak selesai dan akhirnya Bapak dibawa ke rumah sakit.• Bagaimana Bapak belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat.• Kalau begitu, besok kita belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat.
3. Terminasia. EvaluasiSubyektif : Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang tanda-tanda perilaku kekerasan, cara marah yang biasa Bapak lakukan dan akibat dari tindakan Bapak tersebut.Obyektif : Nah Bapak, sekarang coba apa saja tanda-tanda dari perilaku kekerasan ? bagus. Lalu cara apa saja yang biasa Bapak lakukan saat marah ? apa itu merupakan tindakan yang bagus ? lalu apa akibatnya jika Bapak marah sampai memukul ?b. Rencana tindak lanjutBaiklah, Bapak sudah banyak yang kita bicarakan, nanti coba diingat-ingat lagi tanda-tanda perilaku kekerasan. Cara yang biasa Bapak lakukan dan akibat yang timbul dari tindakan yang biasa Bapak lakukan Ya Bapak? bagus.c. kontrakTopik : Apa Bapak masih ingat kita akan membicarakan apa ?siang ini kita akan mempelajari tentang tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak lakukan serta akibatnya.Tempat : Dimana kita akan bercakap-cakap Pak ?Waktu : Mau berapa lama Bapak ? bagaimana kalau 10 menit.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANPertemuan IIIA. Proses keperawatan1. Kondisi KlienKlien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta akibat yang terjadi.2. Diagnosa keperawatanResiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan3. Tujuan khusus1) Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam merespon terhadap kemarahan2) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan4. Rencana tindakan keperawatan4.1 Tanyakan pada Klien apa ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.4.2 Beri pujian jika Klien mengetahui cara lain yang sehat.4.3 Diskusikan dengan Klien cara lain yang sehat.a. Secara fisikTarik nafas dalam jika sedang kesal / memukul bantal, kasur atau olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga
b. Secara verbalKatakan anda sedang kesal / tersinggung / jengkel ( saya kesal anda berkata seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya )c. Secara sosialLakukan dalam kelompok cara – cara marah yang sehat, latihan asertif. Latihan manajemen perilaku kekerasan.d. Secara spiritualAnjurkan Klien sembahyang, berdo’a / ibadah lain, meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu kepada Tuhan kekerasaan / kejengkelan.5.1 Bantu Klien memilih cara yang paling tepat untuk Klien5.2 Bantu Klien mengidentivikasi manfaat cara yang dipilih5.3 Bantu Klien untuk menstimulasi cara tersebut ( Role play )5.4 Beri reinforcement positif atau keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut5.5 Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah
B. Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan1. Orientasia. Salam terapeutikSelamat pagi Bapak? Masih ingat dengan saya ? bagus.b. Evaluasi atau validasi dataBagaimana perasaan Bapak pagi ini ? apakah ada yang membuat Bapak marah kemarin ? bagaimana dengan perasaan cara marah dan akibat marahnya Bapak masih ada tambahan ? bagus.c. KontrakTopik : Bapak masih ingat apa yang kita latih sekarang ? betul, hari ini kita akan latihan cara marah yang sehat.Tempat : mau kemana kita bercakap-cakap pak? betul, disini saja seperti kemarin ?Waktu : Mau berapa lama Bapak ? 15 menit saja ya ?2. Fase kerja• Begini Bapak ada 4 cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari ya Pak ?• Cara yang pertama latihan nafas dalam, kedua dengan mengatakan bahwa anda sedang kesal, yang ketiga dengan memukul bantal / kasur atau olahraga misalnya jogging, lari, push up, yang keempat berdo’a.• Diantara 4 cara tadi Bapak mau memilih cara yang mana ?• Baiklah kita latihan nafas dalam, caranya seperti ini. Kita bisa berdiri atau duduk tegak. Lalu tarik nafas dan hidung dan keluarkan dari mulut.• Coba ikuti suster, tarik nafas dalam dari hidung, ya. Bagus tahan sebentar -/+ 10 detik lalu keluarkan dari mulut, oke ulang sampai 6 kali.• Jadi kalau Bapak lagi kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam agar marah yang lama tidak terjadi.3. Terminasia. EvaluasiSubyektif : Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan tadi ? ada perasaan lega ?Obyektif : sekarang coba Bapak ulangi apa yang sudah kita pelajari tadi ! bagus.b. Rencana tindak lanjutNah berapa kali Bapak mau latihan cara marah yang sehat yang perawat ajarkan tadi ?
bagaimana kalau 3 kali ? mau kapan saja ? juga lakukan kalau ada yang membuat Bapak marah atau kesal.c. kontrakTopik : Benarkah besok saya akan coba bertemu keluarga BapakTempat : Mau dimana ? disini lagi.Waktu : Dimulai jam berapa ? berapa lama ? baiklah sampai besok ya Bapak ?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANPertemuan IV
A. Proses Keperawatan.1. Kondisi klien.Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta akibat yang terjadi.2. Diagnosa keperawatan.Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.3. Tujuan khusus.Klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan kegunaannya (jenis, dosis dan efek).4. Rencana tindakan keperawatan.4.1 Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien.4.2 Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian minum obat tanpa seizin dokter.4.3 Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada botol ? obat, dosis obat, waktu dan cara minum).4.4 Ajarkan Klien minta obat dan minum tepat waktu.4.5 Anjurkan klien melaporkan pada perawatan / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenengkan.4.6 Beri pujian jika Klien minum obat dengan benar.
B. Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan.1. Orientasi.a. Salam terapeutik.Selamat pagi Bapak ? masih ingat dengan saya. bagus.b. Evaluasi / validasi.Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? bagus.
c. Kontrak.Topik : Bapak ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang ?Sekarang suster akan menjelaskan pada Bapak obat-obatan yang diminum Bapak disini.Tempat : Bapak ingin kita bicara dimana ? disini sajaWaktu : berapa lama kita akan mengobrol ? bagaimana kalau 10 menit2. Kerja.Ini lho Pak obat-obatan yang diminum oleh Bapak yang merah orange ini namanya CPZ, yang putih kecil ini Haloperidol. Dua obat ini bergabung untuk mengendalikan emosi Bapak marah, obat ini diminum 3 x sehari.Masing-masing 1 tablet, jangan lebih jangan kurang. Dengan minum obat ini mungkin Bapak akan mengalami perasaan ngantuk, lemas, pengin tidur terus, bibir jadi kering, itu semua adalah
efek samping obat ini, jangan panik perawat akan selalu memonitor tekanan darah Bapak merasa kaku. Kaku otot / tremor, mata melihat keatas, sulit menggerakan anggota badan, banyak keluar air ludah, tolong Bapak hubungi perawat untuk mendapatkan obat penangkalnya. Kalau dokter datang ceritakan yang Bapak rasakan saat menggunakan obat-obatan ini. Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan atau bertahun-tahun, jangan khawatir obat ini jika diminum sesuai peraturan. Jangan berhenti minum obat walaupun Bapak sudah sehat dan Bapak harus selalu konsultasi dengan kami. Kalau Bapak berhenti minum obat gejala-gejala seperti yang Bapak alami sekarang akan muncul lagi, sudah jelas Bapak ?Bapak ada lima hal yang harus diingat saat Bapak minum obat, benar bahwa obat ini untuk Bapak, benar caranya, benar waktu dan benar frekuensinya, ingat ya Pak, bagus.3. Terminasia. Evaluasi.Subjektif : Bagaimana Bapak sekarang sudah paham tentang obat. Obat yang diminum Bapak selama ini ? bagusObyektif : coba sekarang Bapak sebutkan jenis obat yang diminum Bapak bagus ! sekarang lima benar kalau kita minum obat apa saja Pak ? ya bagus sekali.b. Rencana tindakan lanjut.Karena Bapak sudah paham tentang obat-obatan yang Bapak minum. Bapak dapat langsung minta obat jika waktu pemberian obat sudah tiba.c. Kontrak yang akan datang.Berhubung disini perawat isqi cuma 2 minggu, jika nanti Bapak mengalami kesulitan Bapak bisa menghubungi suster atau perawat yang ada disini.Mari Bapak saya perkenalkan dengan suster atau perawat yang ada disini.
BAB IIITINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2013Tanggal Masuk : 20 Desember 2012Ruang : Perkasa
I. PENGKAJIANA. Identitas KlienNama : Tn. TUmur : 29 TahunAlamat : Jenggotan Pranggon Andong BoyolaliStatus Perkawinan : Belum MenikahAgama : IslamSuku / Bangsa : Jawa / IndonesiaPendidikan : MIPekerjaan : PedagangNo. CM : 03 74 38B. Penganggung JawabNama : Tn. JHubungan dengan Klien : Ayah KandungAlamat : Jenggotan Pranggon Andong Boyolali
II. KELUHAN UTAMAKlien mengatakan sering marah karena tidak bisa hidup seperti orang lain yang normal, terkadang mengamuk, mengancam hingga memukul orang.III. ALASAN MASUK±2 hari sebelum masuk rumah sakit klien bingung, labil, marah – marah, mengamuk mengancam, gelisah, sulit tidur, hyperaktif, bicara kacau dan bicara sendiri, sulit dikendalikan, memukul orang lain.
IV. FAKTOR PREDISPOSISIA. Klien mengalami gangguan jiwa ± 15 tahun yang lalu, pernah rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Solo > 20 x.B. Kontrol tidak rutin, putus obat 6 bulan, pengobatan kurang berhasil.C. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.D. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang menakutkan yaitu pernah di kroyok oleh teman – temannya dan kepalanya berdarah.V. PEMERIKSAAN FISIKA. Tanda – tanda vital : Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 88 x/menit Suhu : 36,2 0C Pernafasan : 26 x/menitB. Ukuran : Tinggai badan : 172 cm Berat badan : 64 KgC. Kondisi Fisik :Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, jika ada bagian tubuh yang terasa sakit langsung minta obat, tidak ada kelainan fisik.VI. PSIKOSOSIALA. Genogram
Ket : : Laki – laki: Perempuan: Klien: Meninggal: Tinggal serumahB. Konsep Diri Citra tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah kaki, karena kuat. Identitas : Klien mengatakan anak ke 2 dari 7 bersaudara. Peran : Klien mengatakan dirumah atau di dalam keluarga sebagai anak. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, klien merasa bosan keluar masuk rumah sakit jiwa. Harga diri : Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah ibu dan ayahnya, klien mengatakan malu karena belum menikah dan sepertinya tidak ada harapan untuk menikah.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.C. Hubungan Sosial Orang yang terdekat dengan klien adalah ayah dan ibu. Peran serta dalam masyarakat / kelompok : Klien sebelum sakit sering mengikuti ronda di desanya. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : selama klien sering keluar masuk rumah sakit jiwa temannya berkurang karena lebih suka berdiam diri di rumah.Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.D. SpiritualKlien mengatakan jarang sholat / tidak genap 5x sehari, sehabis sholat klien berdoa agar diberikan kesembuhan.VII. STATUS MENTALA. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, berpakaian klien rapi, klien menggunakan baju yang disediakan rumah sakit.B. Pembicaraan : Klien bicara cepat, dapat dipahami.C. Aktivitas Motorik : Klien beraktifitas sesuai, klien kooperatif.D. Alam Perasaan : Klien mengatakan sedih dengan keadaannya dan terkadang marah jika merenungi keadaan.E. Afek : Klien labil dan mudah marah.Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasanF. Ingteraksi Selama Wawawncara : Klien aktif, selalu menjawab jika ditanya.G. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.H. Pola Pikir : Tidak ada waham, obsesi, delusi, dll.I. Tingkat Kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari senin tanggal 14 Januari 2013 jam 14.30 WIB.J. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.K. Tingak Konsentrasi dan Berhitung : Klien sekolah sampai 6 MI, berhitung klien lancar, contoh 25 + 25 = 50.L. Kemampuan Penilaian : Klien dapat menilai antara menolong orang atau melanjutkan perjalanan, klien memilih menolong orang.M. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya di rumah sakit jiwa sedang sakit jiwa.VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANGA. MakanKlien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari, mandiri.B. BAB / BAKKlien BAB 1x sehari, BAK ± 5x sehari, mandiri.C. MandiKlien mandi 2x sehari, pagi, dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.D. Berpakaian / BerhiasKlien mengatakan baju dengan benar, mampu memakai sendiri.E. Istirahat dan TidurKlien lebih banyak tiduran, tidur siang jarang, tidur malam jam 19.00 – 04.30 WIB.F. Penggunaan ObatKlien minum obat 3x sehari, setelah makan, heloperidol 2×5 mg, trihexiperidine 2×2 mg, resperidone 2×2 mg.
G. Pemeliharaan KesehatanKlien baru di rawat di Rumah Sakit Jiwa Klaten, sebelumnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa Surakarta.H. Kegiatan di Dalam RumahKlien di rumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah.IX. MEKANISME KOPINGA. Klien mampu berbicara dengan orang lain, terlihat malu.B. Klien mampu menjelaskan masalah ringan, misalnya kebersihan diri klien dengan sendiri.C. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain, lebih suka diam.Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGANA. Masalah dengan dukungan kelompok (-)B. Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien menarik diri dari lingkungan.C. Masalah dengan kesehatan (-)D. Masalah dengan perumahan : klien tinggal dengan ibu dan ayahnya.E. Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.XI. ASPEK MEDIKA. Inj. Lodomer 1 amp IM extraB. Haloperidol 2×5 mgC. Trihexiperidine 2×2 mgD. Resperidone 2×2 mgXII. MASALAH KEPERAWATANA. Perilaku KekerasanB. Harga Diri RendahC. Menarik DiriD. Koping Individu Tidak EfektifXIII. POHON MASALAH
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan
Perilaku Kekerasan
Harga Diri Rendah
Koping Individu Tidak Efektif
XIV. DIAGNOSA KEPERAWATANA. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah.B. Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan dengan Perilaku Kekerasan.
XV. ANALISA DATANo Data Etiologi Problem1. Ds :- Klien malu dengan teman.- Klien mengatakan belum menikah dan sepertinya tidak ada harapan untuk menikah.
- Klien mengatakan tidak punya teman semenjak sakit.Do :- Klien tampak malu saat berbicara. Koping Individu Tidak Efektif Harga Diri Rendah2. Ds :- Klien Mengatakan marah jika memikirkan keadaannya.Do :- Klien tampak marah, nada bicara tinggi. Harga Diri Rendah Perilaku Kekerasan3. Ds :- Klien mengatakan mengamuk jika sudah terlalu kesal dan jengkel memikirkan keadaan.Do : - Perilaku Kekerasan Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan.
XVI. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl. Dx. Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi16-01-13 Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah TUM :Klien tidak melakukan perilaku kekerasan.TUK :1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. • Klien mau membalas salam.• Klien mau menjabat tangan.• Klien mau menyebutkan nama.• Klien mau tersenyum.• Klien mau kontak mata.• Klien mau mengetahui nama perawat. • Beri salam/panggil nama• Sebutkan nama perawat• Jelaskan maksud hubungan interaksi• Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat• Beri rasa aman dan sikap empati• Lakukan kontak singkat tapi sering2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. • Klien dapat mengungkapkan perasaannya.• Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, lingkungan atau orang lain). • Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan• Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan. • Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel.• Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala perilaku kekerasan. • Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat masih jengkel• Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien• Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang akan dialami4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. • Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.• Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.• Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah. • Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien (verbal, pada orang lain, pada lingkungan dan diri sendiri)• Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh klien
• Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. • Klien dapat menyelesaikan akibat dari cara yang digunakan klien :- Akibat pada klien sendiri- Akibat pada orang lain- Akibat pada lingkungan • Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien• Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh klien• Tanyakan kepada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”
XVII. TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl Dx. Kep. SP Implementasi Evaluasi16-01-13 1 SP 1 • Membina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik :- Menyapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal- Memperkenalkan diri dengan sopan- Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien- Menjelaskan tujuan pertemuan- Menunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada klien• Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan• Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan• Mengidentifikasikan perilaku kekerasan yang dilakukan• Mengidentifikasikan akibat perilaku kekerasan• Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan ( latihan nafas dalam)• Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan S :• Klien mau menjawab salam dan mengatakan selamat pagi, dan nama lengkap, senang di panggil T• Klien mengatakan marah jika terlalu memikirkan keadaannya• Klien mengatakan mengamuk jika sedang marahO :• Klien mau berjabat tangan• Klien menjawab pertanyaan dengan terarah• Klien tenang dan ada kontak mataA : SP 1 tercapaiPp : Lanjutkan SP 2Pk : Anjurkan klien untuk berlatih tarik nafasdalamSP 2 • Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dan penenangan dengan cara sholat dan berdo’a• Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan S :Klien mengatakan sholatnya masih jarang tidak genap 5 waktu dan berdoa setiap setelah sholatO : -A : SP 2 tidak tercapaiPp : Lanjutkan SP 1 keluargaPk : Anjurkan klien untuk sholat 5 waktu dan berdoaSP 3 • Melatih klien minum obat dengan teratur• Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian S :Klien mengatakan
minum obat secara teratur setelah makan (pagi, siang, sore)O :Klien mau minum obat tanpa paksaan perawatA :SP 3 tercapaiPp : Lanjutkan SP 1 keluargaPk : Anjurkan klien minum obat secara teratur
BAB IVPENUTUP
KesimpulanPada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. T tindakan yang dilakukan sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)
SaranUntuk pasien :Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan maupun diluar ruangan.4. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit
Untuk perawat :1. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat pemecehan masalahya.3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang konstruktif.4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga.5. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.
Untuk di Rumah Sakit :1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.
2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.
Untuk mahasiswa :1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Kelliat, 2005, “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta. EGC
Keliat, B.A. (1999). “Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri”. Jakarta : FKUI
Keliat, B.A. (1999). “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta :EGC
Stuart GW, Sunden . 1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC
Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku Kedokteran,EGC, Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN
1.Pengkajian
a. Aspek biologis Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b, Aspek emosional Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam,
ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca
indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek sosial Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering
merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang
bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2.Diagnosa Keperawatan
1.Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk.
a. Data subjektif Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau
mengacak-acak lingkungannya.
b. Data objektif Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada
orang-orang disekitarnya.
2. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
a. Data Subjektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Objektif Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang barang.
3. Intervensi Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk
Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
Tujuan Khusus :
. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
5. Beri rasa aman dan sikap empati.
6. Lakukan kontak singkat tapi sering.
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan :1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang
b.Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan Tindakan :
1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
c. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai
d.Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
e. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :1. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
2. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/ tersinggung.
Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara – cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
f.Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
g. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan :1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan
keluarga selama ini.
2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
3. Jelaskan cara – cara merawat klien
h. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:1. Jelaskan jenis – jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
4. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.
6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b. Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan : Bina hubungan saling percaya,
Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan : Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
Utamakan memberi pujian yang realistis.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan : Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
4. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Tindakan : Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
Tindakan : Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Beri pujian atas keberhasilan klien.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan : Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000