giz osram rad grk led street lighting sb ind
DESCRIPTION
LEDTRANSCRIPT
Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Suatu pendekatan untuk aksi mitigasi RAD-GRK (NAMA)
Buku panduan (draft)
Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Suatu pendekatan untuk aksi mitigasi RAD-GRK (NAMA)
Buku panduan (draft)
Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Suatu pendekatan untuk aksi mitigasi RAD-GRK (NAMA)
Published by:PAKLIM – Policy Adivce for Environment and Climate Change (Project)Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH
www.paklim.orgwww.giz.de
PT OSRAM Indonesia – Jln. Siliwangi KM1, Jatiuwung, Tangerangwww.osram.co.id
Authors:Philipp MunzingerHauke BröckerAdi Supriadi (PT. OSRAM Indonesia)
Design Yayak M. Saat
English to Indonesian translation
Photographs provided by OSRAM and GIZ
2012
PDF Version available at www.paklim.org
vPenggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Daftar Gambar dan Tabel Gambar 1: Perbedaan warna antara LED dan HPS 7Gambar 2: Sejarah dan prediksi keberhasilan sumber cahaya 11Gambar 3: Perkembangan teknologi LED 12Gambar 5: Pemetaan atas Pemangku Kepentingan 21Gambar 6: Pilihan sumber pendanaan dan prosedur untuk penerangan jalan hemat energi 56Gambar 7: Model untuk proses penawaran yang kompetitifGambar 8: Langkah dan masalah pada proses pengadaan ESPC
Tabel 1: Profil GRK dari Pengoperasian pemerintah 5Tabel 2: Jumlah module yang diperlukan per lampu 7Tabel 3: Pilihan teknologi 8Table 4: Keuntungan dan kerugian sosial-ekonomis dan teknis dari penerangan jalan LED 12Tabel 5: Peta awal dari pemangku kepentingan 16Tabel 6: Aset penerangan jalan milik kota 24Tabel 7: Konversi teknologi Penerangan Jalan konvensional ke LED 27Tabel 8: Hasil pengawasan penerangan jalan LED 28Tabel 9: Penghitungan pembayaran kembali dari jalan percontohan LED 45Tabel 10: Indikator MRV untuk EESL 46Table 11: Model Pelaporan Perkembangan RAD-GRK Tahunan (level Kota) 47Tabel 12: Model Pelaporan Perkembangan RAD-GRK Tahunan (level Propinsi) 48Tabel 13: Model untuk Mitigasi RAD-GRK 53Tabel 14: Peta jalan Retrofit 54
Daftar Isi 1. Latar Belakang 1
2. Penerangan Jalan LED 2 2.1. Kelayakan Teknis 6 2.2. Kelayakan Ekonomis 9 2.3. Pengoperasian dan Pemeliharaan 13
3. Kebijakan dan Pemangku Kepentingan 15 3.1. Kebijakan dan Peraturan Efisiensi Energi 15 3.1.1. Kebijakan - kebijakan daerah dan propinsi 17 3.1.2. Best Practices 19 3.2. Para pemangku kepentingan utama dan peran mereka 21
4. Analisa Efisiensi 17 4.1. Analisa efisiensi di kota-kota di Jawa 28 4.1.1. Probolinggo 30 4.1.2. Malang 32 4.1.3. Mojokerto 34 4.1.4. Yogyakarta 36 4.1.5. Surakarta 38 4.1.6. Semarang 40 4.1.7. Pekalongan 42 4.2. Jalan Percontohan di Malang 44
5. Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi 45 5.1. Pengukuran 45 5.2. Pengembangan inventarisasi skala kota dan baseline BAU 46 5.3. Pelaporan 47
6. Pilihan Pendanaan 49
7. Langkah-langkah Panduan dan Rekomendasi Utama
untuk Implementasi 51
8. Tender dan Pengadaan 55
Daftar Acuan 58
1Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Dengan mengikuti prinsip1 tanggung jawab bersama yang dibedakan (common but differentiated responsibilities), Pemerintah Indonesia ingin mencapai
target nasional pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui implementasi
Aksi Mitigasi Nasional yang Layak - Nationally Appropriate Mitigation Actions
(NAMAs) yang dilekatkan ke dalam kerangka kebijakan nasional yaitu Rencana Aksi
Nasional untuk Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK). Selain sektor pertanian,
kehutanan dan tata guna lahan (AFOLU), sektor energi juga memegang peranan penting
dalam kontribusi target nasional pengurangan emisi GRK sebesar 26% pada tahun
2020 dibandingkan dengan business-as-usual (BAU).
Secara simultan, Indonesia menghadapi cepatnya urbanisasi yang langsung berpengaruh
kepada pertumbuhan perumahan, gedung-gedung komersial, serta infrastruktur publik.
Pada tahun 2010, 54% dari total populasi tinggal di daerah perkotaan, angka tersebut
diperkirakan akan mencapai 67% pada tahun 2020 (BPS 2008)2. Konsumsi energi di
sub-sektor perumahan dan komersial meningkat hingga 44%, sementara sub-sektor
publik meningkat 46% di tahun 2000 hingga 2009 (MEMR 2010: 62).
Permintaan Listrik di Kawasan Perkotaan
Permintaan listrik di kawasan perkotaan, yang mencakup perumahan, komersial, dan
area publik, diklasifikasikan sebagai sub-sektor dari sektor listrik. Perusahaan Listrik
Negara (PLN) mendefinisikan sub-sektor perumahan sebagai rumah tangga dalam
sistem tarif listrik mereka. Sub-sektor komersial terdiri dari seluruh gedung untuk
kegiatan bisnis swasta. Sub-sektor publik dibedakan menjadi segment tarif lampu jalan,
area sosial dan pemerintah (MEMR 2010: 37). Sumber utama dari konsumsi listrik di
kawasan perumahan dan sektor komersial adalah alat-alat seperti pendingin udara
dan lampu. Rencana Induk Konservasi Energi Nasional (RIKEN), yang diluncurkan pada
tahun 2005, mengidentifikasikan potensi penghematan energi melalui kegiatan hemat
listrik di kawasan komersial, perumahan, dan publik mencapai sebesar 15 – 30%3.
Latar Belakang
1. Berdasarkan prinsip yang pertama kali diumumkan di Rencana Aksi Bali (BAP) pada Conference of Parties ke-13, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), mendorong negara maju dan berkembang untuk berkontribusi terhadap pengurangan emisi GRK global.
2. Berdasarkan United Nations World Urbanization Prospects 2010, Indonesia memiliki pertumbuhan urban-isasi tercepat (4 %) dari semua negara Asia.
3. Lihat untuk contoh : http://www.ieej.or.jp/aperc/CEEP/Indonesia.pdf
1
2Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Efisiensi energi pada sisi permintaan listrik mendorong berkurangnya pembangkit listrik
dari sisi suplai dan dengan demikian, dapat mengurangi emisi GRK melalui berkurangnya
pembakaran bahan bakar fosil. Berkaitan dengan hal tersebut, efisiensi energi berarti
mengurangi beban, dan menggunakan sistem yang bekerja paling efektif atas sumber
energi yang tersedia.
Manajemen sisi permintaan energi melibatkan pendekatan efisiensi energi yang dapat
mengurangi energi yang berasal dari bahan bakar fosil dan berujung kepada pengurangan
emisi GRK. Level pengurangan emisi GRK bergantung kepada komposisi bahan
bakar fosil yang digunakan untuk membangkitkan listrik. Apabila listrik dibangkitkan
menggunakan bahan bakar fosil (misalnya, batubara, minyak, dan gas alam), maka
permintaan pengurangan dapat diterjemahkan menjadi penurunan pembangkit listrik
dan penurunan emisi GRK (IPCC 2007: 69).
Meski demikian, hubungan antara penyediaan energi dan emisi GRK tidak selalu dapat
langsung terlihat. Penurunan permintaan listrik berakibat pada penyesuaian harga
dan rebound4 atau efek kebocoran, di mana penurunan permintaan di suatu daerah
‘diseimbangkan’ degnan peningkatan permintaan di daerah lainnya sehingga tidak ada
perubahan dalam pembangkit listrik atau emisi GRK5. Efek lainnya adalah ‘penyesuaian’
sumber-sumber pembangkit listrik sehingga meskipun dengan permintaan listrik
menurun, pengurangan emisi GRK mungkin tetap tidak terwujud. Sistem pemantauan
yang transparan untuk efisiensi energi pada sisi permintaan dan implikasinya untuk
pembangkit listrik akan membantu memastikan bahwa pengurangan emisi GRK dapat
dicapai.
Kemitraan Pengembangan Penerangan Jalan Hemat Energi
Kemitraan PAKLIM and OSRAM telah dibangun untuk isu penerangan jalan LED sebagai
model untuk aksi mitigasi nasional yang layak (NAMAs) di sektor energi di kawasan
perkotaan Indonesia. Proyek ini membahas kota-kota percontohan terpilih di Indonesia
yang memiliki hambatan keuangan dan teknis untuk melaksanakan mitigasi gas rumah
kaca.
Pertama, akan dilakukan analisa efisiensi perkotaan untuk penerangan jalan hemat energi
(EESL) di enam kota terpilih di Jawa Tengah dan Jawa Timur (kota-kota percontohan
PAKLIM). Analisa efisiensi tersebut memeriksa kelayakan teknis dan ekonomis dari
penerangan jalan LED pada kota-kota yang terpilih. Pada salah satu kota percontohan,
penerangan jalan konvensional pada salah satu jalan utama akan digantikan oleh
sistem penerangan jalan LED dan pemantauan sebelum-sesudah akan dilakukan secara
4. Efek rebound sering disebut sebagai sebuah hambatan bagi kebijakan hemat energi (IPCC 2007). Efek tersebut mengacu kepada dasar bahwa sebagian atau seluruh pengurangan yang diharapkan dalam pen-gurangan konsumsi energi yang merupakan hasil dari pengembangan hemat energi tertutup (offset) oleh permintaan meningkat energi, timbul dari pengurangan harga energi hasil dari perkembangan tersebut (Parker et al. 2009).
5. Fenomena tersebut biasa disebut sebagai Kebocoran dan bisa terjadi melalui beberapa cara. Hasil dari industri intensif energi, misalnya, bisa berpindah dari negara dengan komitmen emisi ke negara tanpa komitmen apa pun. Hal tersebut bisa terjadi apabila beberapa perusahaan di sektor tertentu memindah-kan pabrik mereka ke negara tanpa peraturan, atau perusahaan mereka tidak berkembang sementara pesaing mereka justru berkembang di negara tanpa komitmen yang berujung kepada meningkatnya emisi GRK (lihat untuk contoh Frankel 2009).
3Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
bersama dengan pemerintah daerah untuk mengkaji level penghematan energi yang
dicapai melalui sistem baru tersebut. Lebih lanjut, unit pemerintah daerah akan dilatih
untuk menjamin adanya pemantauan dan pemeliharaan sesuai standar.
Mempromosikan Sistem Penerangan Jalan Umum yang Efisien Sambil Mendukung Pembangunan Rendah Karbon
Rencana Aksi Nasional untuk Pengurangan Emisi GRK (RAN-GRK) merupakan kerangka
kebijakan untuk pencapaian target pengurangan emisi GRK sebesar 26% dibandingkan
dengan businesss as usual. Dengan dukungan internasional, ditargetkan mencapai 41%.
RAN-GRK menjabarkan aksi-aksi mitigasi untuk setiap sektor, yang akan dimulai oleh
lembaga-lembaga yang mempunyai tanggung jawab di level nasional.
Meski demikian, walaupun kementerian nasional bertanggung jawab untuk
mengeluarkan kebijakan dan peraturan, implementasi aksi tersebut akan dilaksanakan
pada level daerah. Oleh karena itu, propinsi diminta untuk mengembangkan rencana
aksi daerah (RAD GRK) untuk bisa berkontribusi terhadap target pengurangan emisi
nasional. Daerah perkotaan akan memegang peranan penting untuk menjamin mitigasi
perubahan iklim yang efektif dan efisien, terutama mendukung mitigasi GRK dengan
mengoptimalkan manajemen sisi permintaan energi dan manajemen moda transportasi
serta sampah yang lebih efisien.
Selain untuk mendukung transisi ekonomi rendah karbon, aksi mitigasi RAD-GRK
juga menghasilkan beberapa keuntungan tambahan, misalnya investasi untuk moda
transportasi publik yang lebih efisien berujung kepada berkurangnya polusi udara dan
lalu lintas. Ini terutama terlihat pada aksi mitigasi hemat energi. Penerapan teknologi
hemat energi menjamin penghematan energi untuk konsumsi listrik perkotaan yang
bisa mengurangi biaya energi, CO2 dan keuntungan lainnya pada waktu bersamaan.
Penerangan jalan hemat energi (EESL) merupakan salah satu cara bagi pemerintah
daerah untuk bertindak sebagai pionir terkait dengan aksi yang ramah terhadap iklim
bagi penduduk mereka. Di satu sisi, implementasi EESL akan mengurangi konsumsi energi
dan dengan demikian berkontribusi kepada tujuan mitigasi iklim. Di sisi lain, teknologi
baru seperti LED memiliki beberapa keuntungan lainnya seperti mengoptimalkan
pencahayaan yang bisa meningkatkan keamanan publik di saat gelap. Oleh sebab itu,
EESL searah dengan tujuan RAN-GRK untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Tujuan dan Grup Target dari Buku Panduan ini
Buku induk ini ditujukan bagi pemerintah daerah (kota, kabupaten) di Indonesia. Buku ini
menyediakan panduan untuk implementasi penerangan jalan LED sebagai aksi mitigasi
GRK dan berkontribusi kepada RAD-GRK. Dengan demikian, buku ini memperlihatkan
kumpulan pengalaman dari kemitraan pembangunan PAKLIM GIZ dan PT OSRAM
Indonesia.
Pertama, buku panduan ini memberikan pemahaman mendalam terkait keunggulan
teknis dari penerangan jalan LED. Berdasarkan hasil dari analisa efisiensi, buku ini pun
berusaha untuk mengungkapkan potensi penghematan energi, biaya, dan CO2 yang bisa
dicapai melalui implementasi penerangan lampu jalan LED. Sehubungan dengan potensi
4Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
penghematan, skenario berbeda diterapkan untuk masing-masing kota yang terpilih.
Dalam bagian kedua, buku panduan ini menjabarkan pilihan-pilihan untuk pendanaan
penerangan jalan yang efisien dan memberikan panduan cara mengaplikasikan
pendanaan awal bagi penerangan jalan untuk perkotaan.
5Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Penerangan jalan secara global diperkirakan menggunakan listrik sebesar
159 TWh per tahun. Pengurangan konsumsi hingga 50% secara global akan
menghilangkan kebutuhan listrik sebesar 80 TWH dan menghindarkan emisi
sekitar 40 MtCO2per tahun (CCI 2010). Untuk tingkat kota, pembiayaan listrik
dari lampu-lampu jalan berkisar antara 5% hingga 60%, tergantung pada beberapa
variabel, seperti ukuran kota tersebut dan pelayanan perkotaan, serta seberapa efisien
lampu-lampu jalan yang ada (CCI 2010, Commonwealth of Australia 2005, REEP 2009).
Penerangan jalan di Indonesia diperkirakan mengeluarkan emisi GRK dalam porsi yang
signifikan h, seperti yang terlihat pada Tabel 1 berikut ini.
Penerangan Jalan LED 2
Tabel 1: Profil GRK dari Pengoperasian Pemerintah
Melakukan retrofit terhadap lampu-lampu jalan yang ada dengan LED menawarkan
beberapa keuntungan: untuk jangka pendek, kesempatan untuk menghemat energi, dan
untuk jangka panjang, adanya kemungkinan mencapai target mitigasi serta mengurangi
pengeluaran kota untuk energi.
Keuntungan dari lampu jalan LED6 sudah diakui di banyak kota di seluruh dunia, terutama
Amerika Serikat7. Untuk negara berkembang, perhatian terhadap penerangan jalan
hemat energi semakin meningkat bersamaan dengan meningkatnya kawasan perkotaan
dan permintaan untuk energi. Di Afrika Selatan, di mana lampu jalan mencakup 24%
dari konsumsi energi dan 28% emisi karbon disumbangkan oleh perkotaan, mereka
merencanakan untuk mengganti lampu High Intensity Discharge (HDI) dengan lampu
Kota Baseline % dari total emisi Tagihan listrik/ GRK tahun Surakarta 17.173 ton CO2e 77% IDR 18.9 milyar
Yogyakarta 7.775 ton CO2e 82% IDR 7.2 milyar
Pekalongan 6.910 ton CO2e 76% IDR 10.3 milyar
Salatiga 2.287 ton CO2e 20% IDR 3.2 milyar
6. Aplikasi penerangan yang menggunakan light-emitting diodes (LEDs), organic light-emitting diodes (OLEDs), atau light-emitting polymers sering disebut sebagai solid-state lighting (SSL).
7. Departemen Energi Amerika Serikat telah mempublikasikan beberapa laporan terkait kota-kota yang telah mengganti penerangan lampu konvensional dengan lampu LED. Lapora tersebut bisa diakses via: http://www1.eere.energy.gov/buildings/ssl/gatewaydemos_results.html. Lihat juga http://www.newstreetlights.com/index.htm
6Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
jalan LED yang lebih efisien dan tahan lama8 (Seed Urban 2008). Sementara, Thailand
sudah memasukan aktivitas program CDM (CPA) untuk menggantikan 4000 HPS
dengan LED di region pusat di negara tersebut. Proyek-proyek tersebut memberikan
lessons-learned yang penting untuk pembelajaran skema EESL di Indonesia9.
2.1. Kelayakan Teknis
Lampu yang paling sering digunakan, lampu dengan intensity discharge yang tinggi (HDI),
khususnya lampu sodium tekanan tinggi (HPS), sering digunakan untuk penerangan
jalan. Meski demikian, lampu-lampu HPS sering dianggap tidak layak untuk penerangan
malam hari. Dengan adanya reflektor pada bagian belakang lampu HPS maka banyak
cahaya hilang dan justru menghasilkan polusi cahaya ke lingkungan sekitar. Efek negatif
lainnya adalah efek silau bagi pengendara kendaraan dan pejalan kaki.
Penerangan jalan LED menawarkan beberapa kelebihan dibandingkan dengan
penerangan jalan konvensional. Selain kemampuan penglihatan periferal yang sudah
lebih maju, penerangan LED memiliki potensi hemat energi dan pengurangan emisi
GRK dibandingkan dengan penerangan konvensional. Meskipun penerangan LED masih
merupakan teknologi yang sedang berkembang, namun pengalaman dari proyek-
proyek yang ada telah membuktikan bahwa penerangan tersebut sangat layak secara
teknis saat ini dan nantinya akan berkontribusi pada pemahaman lebih baik terhadap
kemampuan penerangan jalan LED.
Teknologi baru untuk penerangan jalan, seperti LED atau cahaya induksi, memancarkan
cahaya putih yang menghasilkan pencahayaan scotopic daya tinggi sehingga lampu-
lampu jalan berdaya listrik rendah dan pencahayaan photopic yang rendah bisa
menggantikan lampu-lampu jalan yang ada. Misalnya, sebuah lampu jalan LED 30W bisa
menggantikan lampu 70W HPS10 dengan daya pencahayaan yang sama (GRAH Lighting
2012). Hal tersebut akhirnya berujung kepada penghematan energi secara signifikan.
Dalam kondisi tertentu, LED bisa mengurangi penggunaan energi hingga 60%. Untuk
mendapatkan kelebihan lain dari hemat energi bisa dicapai dengan mengkombinasikan
LED dengan teknologi pemantauan adaptif dan kontrol. Apabila penerangan adaptif
mungkin masih terlalu sulit dilaksanakan bagi beberapa kota saat ini, ada beberapa
pilihan yang lebih mudah untuk mengurangi permintaan energi, seperti menginstal
pengukur ketepatan waktu (timing meter), untuk mematikan lampu pada saat-saat
tertentu. Sebagai contoh, Semarang memiliki kebijakan lampu jalan di tempat-tempat
tertentu dimatikan setelah jam satu malam. Meski demikian, hal tersebut juga perlu
dievaluasi apakah efektif mengingat adanya isu-isu seperti keamanan jalan (World
Bank 2007). Mengingat bahwa pengadaan lampu jalan juga termasuk dalam budget
pemerintah daerah, maka lampu-lampu jalan LED menawarkan kesempatan tidak hanya
menjadi hemat energi tapi juga pengeluaran biaya yang efektif.
Gambar 1 menunjukkan perbedaan distribusi cahaya dan kilau dari lampu LED (sebelah
kiri) dan lampu HPS (sebelah kanan). Terlihat bahwa warna pada obyek di sebelah
kiri lebih segar, murni, dan nyaman, sedangkan, warna pada obyek sebelah kanan
membosankan dan menganggu. Perbedaan tersebut diungkapkan dengan menggunakan
8. Cape Town telah memperlihatkan kesuksesan program tersebut. Mereka telah menggantikan semua lampu jalan dengan LED, dan berhasil menghemat energi sebesar 30% (Seed Urban 2008).
9. Contoh-contoh lebih lanjut tentang kota-kota yang menggunakan lampu jalan LED bisa dilihat di: http://www.bbeled.com/led-street-light/.
10. Apabila kehilangan ballast diperkirakan sekitar 80W.
7Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Color Rendering Index (CRI), yang bisa menggambarkan cahaya mana yang mampu
membuat obyek-obyek terlihat dengan warna mereka sesungguhnya. Penerangan jalan
LED mempunyai CRI > 8, sementara High Pressure Sodium (HPS) hanya > 5.
Pencahayaan lampu LED menggunakan optik berbeda dibandingkan lampu Metal
Halide (MH) atau HPS karena tiap LED merupakan sumber tunggal. Hal tersebut untuk
menghindarkan beberapa kekurangan dari lampu-lampu HPS, misalnya polusi cahaya.
Dengan desain lumainaire yang efektif, maka sinar dari lampu LED bisa diarahkan dengan
baik sehingga mampu menghasilkan efisiensi optic dan efikasi luminaire yang tinggi,
dan distribusi cahaya terhadap area yang diinginkan lebih merata, serta perlindungan
terhadap silau yang lebih baik lagi untuk backlight (cahaya dari belakang) maupun
uplight (cahaya dari atas) (USDoE 2010). Ini berarti cahaya untuk menerangi sebuah
area yang diperlukan lebih sedikit. Dengan demikian, bisa mengurangi polusi cahaya,
yang dianggap bisa memberikan efek negatif bagi suasana hati manusia, burung, dan
serangga (GRAPH Lighting 2012). Penerangan jalan LED juga lebih bisa memenuhi
persyaratan yang dibutuhkan, terutama, saat ada permintaan untuk pengurangan
Gambar 1: Perbedaan warna antara LED dan HPS. Sumber: Pittsburgh Research Project
OSRAM
Tabel berikut membandingkan penerangan jalan yang ada dan jumlah module HPML yang diinginkan untuk diganti untuk mencapai konsumsi energi yang sama.
Penerangan jalan yang ada Jumlah Module HPML yang diinginkan
Mercury 125W 3 Modules
Mercury 250W 4 Modules
HPS 70W 2 modules
HPS 150W 4 Modules
HPS 250W 8 Modules
PLC 45W 2 Modules
ML/High Intensity Discharge (HID) Lamp 160W 3 Modules
TL/Fluorescent Lamp 35W 1 Module
Pijar/Incandescent Lamp 200W 2 Modules
Tabel 2: Jumlah module yang diperlukan per lampu
Sumber: OSRAM (2012)
8Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
cahaya di malam hari. Cahaya lampu LED memiliki sistem dimming yang bekerja secara
efektif tanpa mempengaruhi keseluruhan penerangan di jalan tersebut.
Kelebihan lainnya penerangan jalan LED adalah bisa bertahan lebih lama karena memiliki
umur lampu yang panjang sehingga tidak terlalu memerlukan biaya pemeliharaan
yang besar jika dibandungkan dengan penerangan jalan konvensional. Periode hidup
dari lampu jalan LED ditentukan dari cahaya yang dikeluarkan dibandingkan dengan
spesifikasi desain asli. Saat kecemerlangan lampu LED menurun hingga 70 persen,
maka lampu tersebut sudah mencapai akhir masa hidup. Cahaya lampu LED memiliki
waktu hidup lebih lama dari pada lampu jalan konvensional (50.000 jam atau lebih,
dibandingkan dengan 15.000 hingga 35.000 jam) dengan pemeliharaan yang lebih baik.
Dengan semakin lamanya waktu hidup, maka akan mengurangi biaya pemeliharaan
dan membuat bola-bola lampu LED cocok untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau
dan perlu biaya pemeliharaan tinggi (GRAPH Lighting 2012). Meski demikian, dalam
memperkirakan waktu hidup LED bisa menjadi masalah mengingat durasi hidup yang
diharapkan menjadikan uji coba secara keseluruhan menjadi tidak realistis. Tidak
hanya itu, teknologi juga masih berkembang dengan pesat, sehingga hasil-hasil waktu
sebelumnya tidak lagi menggambarkan kondisi saat ini. Masa pakai LED sepenuhnya
bergantung kepada kualitas desain cahaya lampu dan manajemen panas. Cahaya lampu
LED dengan desain yang kurang baik akan lebih cepat memburuk ketimbang yang
dirancang dengan baik (USDoE 2010).
Meski penerangan jalan LED, secara umum, bisa dikatakan lebih memiliki banyak
kelebihan dibandingkan dengan penerangan jalan yang konvensional, namun ada
beberapa catatan yang musti diperhatikan terkait dengan kualitas produk dan pesatnya
perkembangan teknologi. Masalah yang paling umum, tidak konsistennya kualitas
Teknologi
Angka Relatif
Diskripsi
Kelebihan
Kekurangan
Uap Merkuri
Terlama
Terlama, teknologi lampu putih HID yang sering diguna-kan
• Rendahnya biaya awal
• Bertahan lama (~24k jam)
• Cahaya putih • Kerusakan
mendadak jarang terjadi
• Kecemer-langan lampu rendah (34-58 lumens/watt)
• Efisiensi perlengkapan rendah 8 (~30%)
• Mengandung merkuri
High-Pressure Sodium Vapor
Sumber cahaya paling cocok untuk SL
• Rendahnya biaya awal
• Bertahan lama (~24k jam)
• Tingginya ke-cemerlangan lampu (70-150 lumens/watt)
• Biaya awal rendah
• CRI rendah• Mengandung
merkuri
Induksi
Elektroda cahaya putih, sumber cahaya sedikit dan hidup lebih lama
• Bertahan lama (100 k jam)
• Cahaya putih, CRI tinggi
• Rendahnya biaya pemeli-haraan
• Tingginya efisiensi per-lengkapan
• Biaya awal tinggi
• Kecemer-langan lampu rendah (36-64 lumens/watt)
• Mengandung merkuri
New Ceramic
Teknologi ca-haya putih HID; perlengkapan CMH yang baru >35 lebih efisien ketimbang CMH sebelumnya
• Cahaya putih • Bertahan lama
(24-30k jam)• Tingginya ke-
cemerlangan lampu ( ~115 lumens/watt)
• Tingginya efisiensi per-lengkapan
• Biaya awal tinggi
• Mengandung merkuri
LED
Terbaru
Cahaya putih, terarah, sumber cahaya yang solid
• Bertahan lama (>50k jam)
• Cahaya putih, CRI tinggi
• Tingginya keseragaman
• Tingginya efisiensi perlengkapan
• Tidak ada merkuri dalam cahaya
• Biaya awal tinggi
• Kecemerangan LED rendah ( ~90 lumens/watt)
Tabel 3: Pilihan teknologi
9Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
produk seperti terlihat dari tingkat keberhasilan LED dari 30 lm/w hingga 90 lm/w.
Dengan demikian, perlu berhati-hati dalam memilih merk dan perlu dilakukannya kajian
terhadap pengalaman dan best practices di perkotaan yang sudah mengimplementasikan
lampu penerangan jalan LED. Kebijakan untuk penerangan jalan hemat energi,
termasuk persyaratan performa minimum dan uji coba, bisa menjamin bahwa hanya
produk-produk berkualitas tinggi yang akan terpilih (Commonwealth of Australia 2005,
Canadian Urban Institute 2011).
PENERANGAN ADAPTIf
Penerangan adaptif adalah penerangan yang tidak perlu menyala penuh setiap malam, melainkan bisa beradaptasi sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, penerangan adaptif akan meredupkan lampu-lampu pada saat lalu lintas atau pejalan kaki sepi sehingga memungkinkan penghematan biaya energi, mengurangi emisi GRK dan polusi cahaya. Sistem penerangan adaptif yang konvensional menggunakan sensor foto untuk menyalakan lampu saat level cahaya berada di bawah level yang diinginkan. Ditambah lagi, teknologi terbaru memungkinkan untuk mengontrolpencahayaan pada jarak jauh. Selain itu, juga dimungkinkan untuk : • Mengontrol kinerja atas satu peralatan, sejumlah lampu jalan, atau seluruh jaringan dari
lokasi pusat; • Menyetel transisi level cahaya untuk lampu pada periode tertentu (misalnya, pada waktu
subuh dan senja); • Menyesuaikan tingkat penerangan cahaya untuk mengurangi konsumsi energi pada jam-
jam sibuk; • Memberitahukan pusat apabila ada yang padam dan masalah lainnya untuk
meningkatkan kualitas pemeliharaan; • Mengkalkulasi penggunaan energi secara akurat (Commonwealth of Australia 2005)
Penerangan jalan LED adaptif menawarkan potensi hemat energi. Meskipun demikian, apabila dibandingkan dengan penerangan jalan LED yang konvensional, sistem adaptif LED masih sedikit yang bisa dijadikan sebagai contoh. Sistem penerangan jalan LED adaptif pertama baru dipasang di Vancouver, Kanada, di tahun 2010. (LEDs Magazine 2010).
2.2. Kelayakan Ekonomis
Teknologi dari lampu jalan LED sudah dapat berjalan dengan baik, walau demikian
masalah keuangan masih menjadi hambatan besar, terutama bagi negara-negara
berkembang yang biasanya mempunyai dana terbatas. Selain itu, investasi untuk hemat
energi bersaing dengan investasi di sektor lain yang biasanya hanya berlaku untuk
jangka pendek semata (contoh, keamanan sosial). Oleh karena itu, dibutuhkan kajian
terhadap kelayakan ekonomis dan penilaian proyek yang lebih detail sebelum memasuki
tahap implementasi.
Secara umum, ada dua faktor yang menonjol dalam mengkaji kelayakan ekonomis dari
penerangan jalan LED dibandingkan dengan yang konvensional. Di satu sisi, instalasi
penerangan jalan LED akan memakan biaya relatif lebih tinggi di awal implementasi
ketimbang lampu-lampu yang konvensional. Hal tersebut dikarenakan lampu jalan
LED masih tergolong teknologi baru sehingga akan lebih mahal dibandingkan lampu
konvensional. Penerangan jalan konvensional seperti HPS sudah mencapai tingkat
pasar yang lebih mapan sehingga tidak dimungkinkan adanya penurunan harga yang
signifikan, sementara itu lampu LED masih dimungkinkan penurunan harga. Sementara,
di sisi lain, lampu-lampu jalan LED bisa menghasilkan penghematan energi dan
10Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
mengurangi biaya pemeliharaan. Dengan demikian, kelayakan ekonomis dari lampu-
lampu jalan LED bergantung pada pengurangan biaya energi dan pemeliharaan (apakah
sudah cukup tinggi) untuk dapat mengubah keuntungan lampu jalan LED dalam jangka
pendek, atau apakah terdapat insentif untuk mendorong kota-kota dalam membiayai
dana awal (USAID/BEE 2010).
Ada dua metrik yang dilakukan untuk mengkaji nilai ekonomis LED. Pertama, kemudahan
pengembalian investasi yang mengacu kepada periode waktu yang dibutuhkan untuk
“membayar” investasi awal. Kedua, nilai ekonomis lampu jalan LED saat ini (net present value/NPV) dihitung berdasarkan perkiraan ketersediaan/aliran dana di masa
mendatang. Analisa untung-rugi sering digunakan dalam manajemen proyek dan sangat
berguna untuk membandingkan proyek-proyek yang berkompetisi. Secara umum, proyek
yang menghasilkan NPV lebih tinggi harus diprioritaskan. Sebagai tambahan, analisa
sensitivitas bisa dilakukan untuk mempertimbangkan aspek ketidakpastian terkait
dengan perkembangan teknologi. Dalam banyak kasus, kemudahan pengembalian
investasi tidak akan cukup dan analisa untung-rugi pun harus dilakukan apabila sumber-
sumber cukup tersedia.
Penelitian dan proyek demonstrasi menyediakan gambaran terkait periode
pengembalian yang diinginkan dan nilai bersih lampu jalan LED saat ini. Hasil dari DOE
telah menunjukkan periode pengembalian rentang waktu antara 3 hingga 20 tahun
(USDoE 2010) dengan beberapa proyek bisa menunjukkan pengembalian investasi yang
menarik selama 7 hingga 10 tahun (CCI 2010). Dalam proyek lampu jalan LED di kota San
Fransisco, NPV selama 15 tahun sebesar $300 hingga $500 untuk konstruksi baru dan
$100 to $300 untuk proyek retrofit. Kota San Fransisco pun menganggap pengembalian
investasi tersebut dapat diterima (San Francisco studi kasus: 50). Untuk beberapa kasus
(misalnya Oakland), periode pengembalian bisa dikurangi dengan bundling pembeli
bersama-sama sehingga bisa mencapai dampak yang diinginkan.
Meski demikian, sampai sejauh mana pengalaman tersebut bisa direplikasi untuk
konteks Indonesia. Nilai ekonomis dari implementasi lampu LED sangat bergantung
pada lokasi installasi dengan faktor-faktor seperti konsumsi listrik, biaya energi, biaya
pekerja, dll (CCI 2010). Khususnya, harga energi memiliki dampak terhadap keuntungan
dari pilihan-pilihan hemat energi. Harga energi yang tinggi akan mengurangi periode
pengembalian dan sebaliknya. Pada kasus-kasus selanjutnya, tarif listrik perlu
diadaptasikan atau program-program insentif dikembangkan untuk menciptakan bisnis
untuk EESL (Canadian Urban Institute 2011).
Studi Kasus: RETROfIT LED DAN INSTALASI SISTEM PEMANTAUAN JARAK JAUH DI KOTA LOS ANGELES, AS
LA memiliki sistem penerangan jalan kota terbesar di U.S., dengan lebih dari 209.000 lampu jalan tersebar di sepanjang setidaknya 7.000 mil (ESMAP 2011). Kota Los Angeles, California, sendiri mempunyai rencana ambisius untuk mengubah 140.000 lampu jalan di perumahan dengan lampu berjenis LED, termasuk installasi sistem pemantauan jarak jauh (remote monitoring system) di setiap unit untuk kurun waktu lima tahun (2009-2013).
11Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Proyek tersebut diharapkan untuk dapat berkontribusi terhadap pengurangan emisi GRK selama kurun waktu tersebut. Apabila dijalankan sesuai rencana, maka dapat menurunkan 68.640.000 kWh listrik (pengurangan 40%) setiap tahun dan mengurangi emisi GRK sebesar 40.500 ton CO2 per tahun. Untuk menutupi biaya awal yang tinggi, proyek tersebut akan didanai melalui potongan harga dari Departemen Air dan Energi Los Angeles dan pinjaman $40 juta untuk tujuh tahun dengan bunga 5.25% (sistem rebate). Untuk jangka panjang, diharapkan bahwa proyek tersebut akan secara signifikan menghemat dan biaya pemeliharaan sehingga bisa menciptakan aliran dana untuk dapat membayar pinjaman sekaligus menambah simpanan dana di tahun-tahun mendatang. Analisa ekonomis atas hal ini memperkirakan diperlukannya periode tujuh tahun untuk pengembalian pinjaman dengan internal rate of return (IRR) sebesar 10% tanpa sistem rebate dari pemerintah tersebut. Dengan memperhitungkan sistem rebate tersebut, maka periode pengembalian bisa dipercepat menjadi 5,7 tahun dan meningkatkan IRR hingga 23%. Lebih penting lagi, proyek tersebut memegang peranan integral dalam penyusunan budget pemerintah daerah dalam jangka waktu panjang. Untuk mengantisipasi naiknya harga energi, penghematan energi dan biaya pemeliharan dari lampu-lampu jalan LED akan mampu menghindarkan kekurangan dana di masa depan.
Sumber: ESMAP (2011)
Gambar 2: Sejarah dan prediksi keberhasilan sumber cahaya
Sumber: USDoE (2012): SSL R&D Multi-Year Program Plan
Hambatan utama untuk menembus pasar biasanya diakabitkan oleh mahalnya
biaya awal, terutama untuk LED kualitas tinggi. Selanjutnya, kurangnya pemahaman
akan manfaat lampu-lampu LED, struktur pasar yang masih terfragmentasi, dan
ketidakpastian atas teknologi tersebut untuk skala besar, juga menjadi hambatan
(ESMAP 2011). Namun, sisi positifnya adalah harga-harga menurun pada tahun-tahun
belakangan ini dan diperkirakan biaya LED akan semakin menurun di masa mendatang.
Menurut Departemen Energi AS, tingkat harga saat ini sudah menurun hingga 20%
per tahun. (USDoE 2011). Demikian juga dengan kualitas LED yang semakin meningkat
melalui desain pencahayaan LED sekitar 200 lm/W, yang bisa mencapai 15 kali lebih
tinggi dari pada penerangan pijar (USDoE 2011) (Lihat Gambar 2).
12Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Penggunaan lampu LED, di seluruh sektor termasuk untuk penerangan luar ruangan
(outdoor), diharapkan bisa berkembang pesat pada tahun-tahun mendatang. Meski
pangsa pasar LED untuk penerangan outdoor baru sekitar 5%, angka tersebut diharapkan
bisa meningkat hingga 40% di tahun 2016 dan 70% di tahun 2020 (McKinsey 2011).
Asia akan memegang peran dominan dalam pengembangan pasar LED karena kawasan
tersebut telah menguasai 40-50% dari total pasar.
Gambar 3: Perkembangan teknologi LED
Sumber: McKinsey (2011)
Table 4: Keuntungan dan kerugian sosial-
ekonomis dan teknis dari penerangan jalan
LED
Sumber: Adaptasi dari USAID/BBE 2010,
Canadian Urban Institute 2011
Kelebihan Kekurangan
Bertahan sangat lama Perlu penyerap panas (heat-sinking) yang cukup untuk menjamin LED dengan daya tinggi bisa bertahan lama.
Mengurangi biaya pemeliharaan karena bisa Tingginya biaya awal bisa menyebabkan (hingga bertahan lama beberapa tahun) lamanya untuk mendapatkan keuntungan (karena LED masih relatif baru dan teknologi yang terus berkembang).
Bisa menyimpan energi dan gas rumah kaca Banyak variasi terkait ketersediaan produksi, pilihan, untuk jangka waktu yang panjang dan kualitas, karena industri manufaktur LED masih berkembang.
Mengurangi biaya dari penghematan Para pengguna akan kesulitan dalam mengikuti konsumsi energi perkembangan pesat dari perubahan produk atau suku cadang, mengingat teknologi LED bertumbuh sangat cepat.
Mempunyai karakter terang secara instan Masih kurangnya pengujian jangka panjang dan pengalaman di perkotaan, mengingat teknologi masih tergolong baru.
Tidak mengandung bahan kimia beracun Arah pencahayaan hanya terbatas pada arah yang(contoh, merkuri) yang memerlukan perawatan diarahkan (ketidakmampuan untuk menerangi seluruhdan pembuangan khusus arah) membatasi kegunaan hanya kepada lampu jalan yang menggantung atau menghadap ke bawah saja
Tidak ada pemanasan (tidak memiliki jeda waktu sebelum mencapai level terang yang optimal).
Tidak menghasilkan cahaya ultraviolet (yang biasanya menarik perhatian serangga).
Tabel 4 berikut menunjukkan kelebihan dan kekurangan menggunakan penerangan
jalan LED dilihat dari aspek sosial ekonomi maupun teknis.
13Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
2.3. Pengoperasian dan Pemeliharaan
Pengoperasian dan Pemeliharaan (O&P) merupakan komponen yang penting dalam
era pelayanan penerangan bagi publik yang efektif dan efisien. Biasanya, bisnis
sangat bergantung pada prosedur pemeliharaan yang sudah mapan. Dengan praktik
pemeliharaan yang bagus maka dapat mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan
umur bola lampu. Sebaliknya, manajemen yang tidak sesuai bisa berujung kepada
depresiasi bola lampu LED dan komponen-komponennya.
Secara umum, perbedaan komponen dari lampu publik berarti perbedaan pemeliharaan.
Biasanya lampu perlu diganti secara regular. Pemeliharaan yang bagus akan mengganti
mayoritas lampu sebelum rusak atau sebelum cahaya jauh di bawah standar spesifikasi.
Kebutuhan pemeliharaan tidak sama untuk seluruh jenis lampu, melainkan bervariasi
antara tipe yang berbeda tetapi juga berbeda antara pembuat dari tipe lampu yang
sama (Commonwealth of Australia 2005). Untuk lampu LED, akan lebih sulit untuk
memperkirakan jangka waktunya (Commonwealth Australia 2005). Hal tersebut karena
kurangnya pengalaman dalam melakukan uji coba terhadap peralatan baru untuk
jangka panjang, tetapi ada juga konflik informasi terkait dengan data lampu antara
beda pembuat dan distributor (Commonwealth of Australia 2005). Meski demikian,
pengalaman yang ada saat ini menunjukkan secara signifikan rentang hidup lebih
panjang dari produk-produk LED yang didesain dengan baik (The Climate Group 2012).
Beberapa pemeliharaan yang dilakukan antara lain:
• Mengganti lampu, aksesoris, dan kabel yang rusak.
• Perbaikan awal kabel-kabel yang rusak.
• Memastikan bahwa kabel tersebut terpasang benar.
• Pemeliharaan regular dari service cabinet/fuse box untuk menghindarkan kontak
yang kendur.
• Pembersihan regular untuk lapisan cahaya sehingga bebas debu/kotoran dan
meningkatkan daya terang lampu (USAID/BBE 2010).
Oleh karena itu, pemasangan Sistem Kontrolan Pintar (Smart Control System)11 dalam
penerangan jalan LED sangat cocok. Hal tersebut memungkinkan pengawasan terhadap
kinerja pencahayaan, sambil memaksimalkan penghematan energi dan rentang waktu
hidup dari produk-produk LED. Ada dua sistem berbeda yang tersedia:
• Sistem Komunikasi Wireless Radio.
• Sistem Power Line Carrier, menggunakan jaringan yang ada untuk berkomunikasi
Sistem Kontrol Pintar mengawasi seluruh infrastruktur penerangan jalan dan langsung
memberitahukan apabila ada kesalahan, insiden (misalnya pencurian kabel atau cahaya)
11. Sistem kontrol pintar merupakan sistem infrastruktur komunikasi yang menampilkan remote control secara real-time dari penerangan outdoor (Climate Group 2012).
Sangat berguna untuk menerangi jalan di jalan-jalan tertentu, karena LED diproduksi untuk penerangan satu arah – penerangan hanya satu arah bukan cahaya yang menyebar.
Memiliki sistem dimming (tidak seperti CFL),memungkinkan flesibilitas dalam mengontrol level penerangan
Memiliki indeks warna yang tinggi, sehingga bisa menghasilkan warna yang terang selama malam hari
Tidak menghasilkan efek silau, mengurangi kelelahan visual baik untuk pengemudi kendaraan maupun pejalan kaki.
14Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
dan kebutuhan untuk segera mengganti peralatan. Sistem tersebut memberikan kontrol
lebih baik terhadap infrastruktur penerangan kota dari ruang kontrol, dengan pilihan
mengatur penerangan sesuai dengan kondisi jalan dan standar penerangan jalan daerah.
Sistem pintar tersebut dapat meningkatkan kinerja bisnis Penerangan Jalan LED untuk
jangka panjang dengan:
• Memaksimalkan efisiensi energi dengan menyesuaikan lampu pada standard yang
dibutuhkan atau pada kondisi tertentu (dengan sistem dimming yang beroperasi saat
jam-jam tidak sibuk).
• Memaksimalkan masa pakai LED melalui sistem dimming dan penyesuaian cahaya.
• Mengurangi biaya pemeliharaan melalui deteksi kesalahan dan kegagalan.
Saat ini, biaya awal sangat tinggi sehingga sistem kontrol pintar tersebut kemungkinan
akan hanya bisa dicapai untuk proyek-proyek skala besar. Meski demikian, seyogyanya
otoritas terkait harus dapat menjamin dalam proses pengadaan lampu LED bahwa
proyek tersebut dapat di-upgrade dengan sistem kontrol-pintar.
Dalam beberapa kasus, meteran merupakan komponen penting dalam sistem
penerangan jalan untuk bisa memonitor dengan baik kinerja sistem, penggunaan
energi, untuk mengukur dan memverifikasi penghematan energi apabila sistem
tersebut perlu diperbaharui. Oleh sebab itu, penerangan jalan yang baru harus
mempunyai fasilitas meteran. Hal tersebut memungkinkan untuk kota bisa membayar
biaya sesungguhnya ketimbang hanya berasumsi dari konsumsi energi. Kota-kota
dianjurkan untuk bisa bekerja sama dengan PLN dan badan pemerintahan lainnya untuk
memulai pertimbangan efektivitas biaya dari meteran penerangan skala kecil (individu),
yang kemudian dapat diterapkan untuk seluruh sistem penerangan jalan umum demi
kepentingan penghitungan tagihan.
Apabila tidak berhasil untuk beberapa lampu, maka tidak semua harus diganti. Lampu
LED terdiri dari sistem module. Setiap penerangan jalan terdiri dari 6 hingga 10 module,
tergantung kepada tingkat pencahayaan. Apabila satu atau dua module tidak berhasil,
maka kota hanya perlu mengganti module tersebut saja dan tidak perlu keseluruhan
lampu. Hal tersebut akan mengurangi biaya pemeliharaan.
Untuk menjamin proyek bisa berkesinambungan, otoritas terkait juga harus
mempertimbangkan bagaimana cara mengganti penerangan jalan, baik untuk diproses
lebih lanjut atau disimpan. Pada kasus lampu rumah, lampu lama dapat digunakan
sebagai stok dan pemeliharaan. Atau, kota bisa mengusulkan satu paket tender yang
menawarkan pihak swasta untuk membeli lampu lama tersebut. Pembuangan lampu
akan sulit karena fasilitas pembuangan sampah eletronik sangat langka dan ongkos
pembuangan juga tinggi. Saat ini, KLH berencana untuk mengintegrasikan produksi dan
pembuangan di bawah satu tanggung jawab. KLH mempersiapkan mekanisme tanggung
jawab produsen yang diperpanjang (EPR – extended producers responsibilities) untuk
mengatur sampah namun belum diimplementasikan karena diskusi masih berlanjut.
15Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Penerangan jalan LED menjadi bagian dari pendekatan hemat energi. Program
hemat energi menguntungkan dari banyak perspektif dan menyediakan solusi
win-win tiga kali lipat, yaitu dengan menyediakan keuntungan positif bagi
konsumen, pemerintah, dan lingkungan. Potensi pengembangan hemat energi
untuk lampu jalan di Asia, secara umum, termasuk Indonesia, belum sepenuhnya digali.
Berdasarkan laporan IEF, 90% dari lampu jalan di seluruh dunia (termasuk negara
maju) bergantung kepada teknologi yang mengkonsumsi 40% lebih banyak energi,
dibandingkan dengan bila menggunakanteknologi lampu high-pressure sodium and
lampu LED (IEF 2011). Tetap mengandalkan tekonologi yang lama yang tidak efisien
menjadi masalah yang sering dijumpai dalam mencapai kemandirian energi. Untuk
mengatasi masalah tersebut membutuhkan campur tangan pemerintah dalam bentuk
peraturan dan aksi, di sisi lain, juga perlu adanya kerjasama dari semua pemangku
kepentingan (McKinsey 2012).
3.1. Kebijakan dan Peraturan Efisiensi Energi
Kebijakan dan insentif yang ada seharusnya bisa mengatasi kesulitan investasi,
(hambatan-hambatan investasi mahal, lambat, dll) dalam menerapkan teknologi
untuk hemat energi. Hambatan tersebut ada pada kelembagaan, keuangan, peraturan
dan teknologi, namun hambatan untuk hemat energi seringkali merupakan hasil dari
kegagalan pasar. Contoh, dalam sektor energi, saat tarif listrik, yang seringkali didistorsi
oleh subsidi dan biaya eksternal (misalnya, emisi GRK), tidak diperhitungkan sehingga
berujung kepada tingginya konsumsi energi, dibandingkan dengan apa yang diperlukan
dan pertimbangan biaya (PWC 2011).
Untuk kasus penerangan jalan di Indonesia, beberapa faktor mempersulit penerapan
hemat energi. Terutama tarif listrik yang rendah yang ditetapkan oleh PLN; hal ini
tentu menghilangkan insentif-insentif hemat energi. Rendahnya tarif listrik menjadi
problem utama karena penerangan jalan LED masih tergolong mahal. Hambatan
lain untuk investasi juga termasuk kurangnya pengetahuan lembaga finansial terkait
pendanaan mitigasi hemat energi. Tidak hanya itu, kapasitas sumber daya manusia dan
teknis masih kurang untuk mengimplementasikan dan memelihara teknologi seperti
penerangan jalan LED. Selain itu, masih kurangnya instalasi pengukuran yang sesuai
untuk mengukur konsumsi energi. (IEF 2011, USAID 2007).
Kebijakan dan Pemangku Kepentingan 3
16Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Secara teori, instrumen kebijakan bisa menggabungkan instrumen-instrumen lainnya,
mulai dari bujukan moral, kebijakan berbasis pasar hingga peraturan-peraturan. Instrumen
kebijakan tidak sepenuhnya harus diperlakukan secara terpisah namun bisa bekerja
saling berhubungan dan menciptakan sinergi yang positif (Commonwealth of Australia
2011). Pendekatan hemat energi paling efektif dipromosikan dengan menggunakan
perumpamaan ‘carrot and stick’ (wortel dan tongkat), yang menggabungkan aspek
insentif dan peraturan. Intervensi paling umum dalam sektor energi adalah dalam
bentuk standarisasi dan pelabelan mengingat hal-hal tersebut merupakan intervensi
dengan biaya paling efektif bagi pemerintah karena hampir seluruh dana dapat dicapai
baik melalui para produser yang butuh produksi barang dengan lebih efisien atau para
konsumer yang membeli barang tersebut (USAID 2007).
Kebijakan nasional terkait dengan mitigasi perubahan iklim secara umum dan hemat
energi secara spesifik bisa berfungsi sebagai pendorong untuk aksi-aksi di level daerah.
Dengan kebijakan nasional menyediakan pengaturan lebih luas untuk pendekatan
hemat energi, maka kebijakan daerah perlu mempertimbangkan langkah-langkah
sesuai dengan keadaan lokal dan memberikan gambaran lebih jelas untuk mencapai
pengembangan hemat energi.
Pada level nasional, kebijakan yang menjadi sangat signifikan saat ini adalah Rencana Aksi
Nasional untuk Penurunan emisi GRK (RAN-GRK), yang mengharuskan aksi-aksi mitigasi
untuk sektor terkait, yaitu sektor energi, industri, transportasi, sampah, dan lahan.
Berdasarkan kerangka RAN-GRK tersebut, tiap-tiap propinsi harus mengembangkan
rencana aksi lokal (RAD-GRK) sebagai bagian kontribusi daerah dalam mencapai
penurunan emisi nasional. Pada sisi permintaan energi, paling dominan dibutuhkan di
daerah perkotaan di dua wilayah (Jawa-Bali dan Sumatra). Pendekatan hemat energi
pada kedua wilayah tersebut yang diimplementasikan melalui RAD-GRK bisa berarti
aksi-aksi yang menguntungkan. Beberapa tahun belakangan, kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan untuk mengembangkan aksi mitigasi hemat energi. Lebih penting lagi,
mulai tahun 2005 Rencana Induk Konservasi Energi Nasional (RIKEN) mencanangkan
penurunan intensitas energi 1% per tahun pada tahun 2025. Di samping itu, rencana
tersebut mengidentifikasikan potensi penghematan energi melalui penghematan listrik
di kawasan komersial, perumahan dan publik sekitar 15-30%12. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka Kebijakan Energi Nasional menargetkan untuk mencapai elastisitas
energi kurang dari 1% by 202513 (IEEJ 2010).
Hambatan finansial dan ekonomi • Harga energi, tidak efisiennya subsidi energi, dan ketidakstabilan harga
• Struktur dan berfungsinya pasar • Insentif finansial • Kurangnya dana (baik swasta dan publik) • Biaya (contoh, tingginya biaya awal)
Hambatan teknologi • Kurangnya infrastruktur • Minimnya standar teknis
Hambatan tingkah laku • Norma sosial, budaya, dan tingkah laku, juga aspirasi
• Pembuat keputusan
Hambatan kelembagaan, informasi, • Kurangnya kesadaran, informasi, dan organisasi pendidikan, dan pelatihan • Kebijakan yang tidak berpihak kepada hemat
energi • Kurangnya landasan hukum dan peraturan • Kapasitas kelembagaan yang masih terbatas • Minim koordinasi dan masih lamban
Tabel 5: Hambatan Efisiensi
Energi
Sumber: IEF (2011)
17Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
3.1.1. Kebijakan - kebijakan daerah dan propinsi
Ruang lingkup aksi di tingkat daerah dan propinsi dibatasi oleh cakupan kewenangan
berdasarkan peraturan-peraturan yang ada. Bila memungkinkan dan layak, maka tujuan
untuk menggantikan penerangan jalan konvesional dengan LED haruslah terintegrasi
dengan rencana aksi penerangan publik milik pemerintah daerah. Pertama-tama, harus
dikembangkan dokumen kerja internal yang memberikan gambaran tentang latar
belakang (misalnya para pemangku kepentingan), tujuan dari penerangan jalan umum,
sasaran, dan bagaimana dapat mencapai tujuan serta periode waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penyusunan dan penerapan rencana aksi
diperlukan untuk dapat menjabarkan proses, sistem dan strategi yang mendukung
manajemen penerangan jalan umum, menjamin komitmen serta dukungan dari para
pemangku kepentingan di dalam dewan, mengembangkan manajemen data sekaligus
membangun hubungan dengan para pemangku kepentingan lainnya (misalnya, bisnis
distribusi)14. Secara umum, pengembangan rencana aksi pemerintah daerah/lokal sangat
diperlukan karena memungkinkan manajemen yang efektif dan efisien untuk penerangan
jalan umum15. Lebih lanjut, dengan adanya rencana aksi maka kebijakan untuk penerangan
outdoor dapat diimplementasikan, yang berarti menyediakan kerangka strategi lebih luas
untuk penerangan jalan publik. Dengan adanya rencana aksi penerangan jalan umum,
kebijakan kunci dapat segera dikembangkan harus diterapkan oleh otoritas lokal terkait
untuk dapat mewujudkan rencana installasi penerangan jalan umum dengan LED.
Saat ini, Dinas mengikuti standar SNI sebagai basis instalasi. Namun demikian,
penerangan jalan LED masih belum terakomodir dalam standar SNI tersebut. Standar
lampu jalan yang digunakan masih Sodium dan Merkuri karena masih belum dikenalnya
teknologi LED. Meski demikian, pemerintah daerah mempunyai kewenangan otonom dan
melakukan inovasi terkait penurunan energi seperti dimandatkan oleh INPRES (13/2011),
termasuk menggunakan lampu jalan dengan standar cahaya lampu dan peralatan
instalasi yang aman. Oleh karena itu, beberapa kota besar di Indonesia sudah mulai
menggunakan Penerangan Jalan LED mengingat kelebihannya dalam efisiensi biaya.
Kementerian-kementerian dapat memfasilitasi diseminasi teknologi lampu jalan LED
dengan mengeluarkan panduan terkait instalasi, patokan harga, dan kinerja minimum.
Sebuah kebijakan kunci menjamin lampu jalan LED memenuhi persyaratan minimum
terutama dari segi kualitas16 adalah standar kinerja energi minimum (MEPS). Peraturan-
peraturan inilah yang mewajibkan level minimum efisiensi atau level maksimum
penggunaan energi yang dapat diterima untuk produk-produk yang dijual di negara
atau region tertentu (IEA 2006). Persyaratan kinerja minimum menjadi sangat penting
untuk mencegah penggunaan produk dengan kualitas rendah yang tidak mampu
mencapai standar yang diinginkan, terutama dalam aspek hemat energi dan tingkat
ketahanan lama. Produk-produk dengan kualitas rendah menjadi perhatian dalam
proyek-proyek sebelumnya (World Bank 2007). Lebih lanjut, MEPS dapat mendorong
industri penerangan untuk memproduksi LED yang berkualitas tinggi (En.lighten 2011).
Sebagai contoh, dalam proyek lampu jalan L.A., kriteria kinerja minimum yang harus
12. Lihat untuk contoh: http://www.ieej.or.jp/aperc/CEEP/Indonesia.pdf.13. Elastisitas Energi didefinisikan sebagai laju perubahan dari total pasokan energi utama terhadap laju
perubahan dari GDP.14. Contoh rencana aksi bisa dilihat di : http://www.iclei.org/fileadmin/user_upload/documents/ANZ/CCP/CCP-
AU/CCP_Project_2009/SPL/SPL_SPLAP_Template_2009.doc.15. Informasi terkait rencana aksi untuk penerangan jalan publik dan cara untuk mengembangkannya bisa
dilihat dari homepage of ICLEI-Oceania.16. Kualitas yang dimaksud mengacu secara spesifik kepada kecemerlangan cahaya lampu. Kecemerlangan
lampu bervariasi.
18Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
dipenuhi para produsen mencakup, antara lain, penghematan energi antara 30-40%,
memenuhi standar kecahayaan dari Engineering Society of North America Standards
(IESNA) untuk penerangan jalan lokal/perumahan, dan menyediakan jaminan tidak lebih
dari 50.000 jam (ESMAP 2011).
Secara umum, standar dan kebijakan didesain untuk bisa mengikuti perubahan dan
perkembangan pasar. Hal ini dimaksudkan agar kota-kota mendapatkan keuntungan dari
turunnya harga sekaligus proses pembelajaran dan pengembangan teknologi. Ini yang
menjadikan program lampu jalan LA menjadi sukses. Perlengkapan dan pembuat LED
dipilih hanya pada tahun pertama dan para pembeli pada tahun 2-5 dipilih pada tahap
berikutnya. Pendekatan tersebut memberikan fleksibilitas dalam pemilihan produk –
yang merupakan komponen krusial mengingat cepatnya perkembangan teknologi LED
dan biaya yang dibutuhkan. Lebih lanjut, instansi pemerintah terkait bertanggung jawab
melakukan evaluasi atas pasar LED secara reguler, menyusun draft spesifikasi berdasarkan
teknologi terbaik yang ada, membeli perlengkapan, dan dengan demikian memastikan
agar teknologi tersebut tetap terus berada terdepan dalam inovasi (ESMAP 2011).
Insentif dalam berinventasi proyek hemat energi saat ini dibatasi oleh rendahnya tarif
listrik dan ketidakjelasan terkait siapa melakukan apa dengan biaya energi yang bisa
dihemat melalui penerangan jalan hemat energi. Tarif listrik yang rendah mengurangi
biaya penghematan energi yang ingin dicapai. Semakin lama periode pengembalian
akibat rendahnya capaian penghematan energi maka akan membatasi ketertarikan
terhadap proyek tersebut dan dapat menimbulkan risiko lebih tinggi untuk diperbaiki
terkait dengan kontrak yang terlalu panjang (REEP 2009). Lebih lanjut, dengan sistem
pembayaran tunai yang berlaku saat ini tidak membedakan secara akurat antara tipe
lampu yang berbeda dan tingkat efisiensinya, contohnya harga yang sama diberlakukan
untuk lampu 400 W dengan lampu 1000 W. Selanjutnya, dengan sistem harga yang
berlaku saat ini untuk lampu jalan harus disesuaikan untuk memperhitungkan konsumsi
energi selama jam-jam sibuk. Menurut Bank Dunia (2007), kebutuhan energy dari lampu
jalan umum mencapai 14% dari total energi yang dikonsumsi pada jam-jam sibuk. Oleh
karena itu, direkomendasikan untuk meninggalkan tarif rata (flat rate) untuk tiap unit,
dan mengadopsi tariff baru yang lebih mampu menangkap biaya penghematan dengan
baik (Canadian Urban Institute 2011). Ditambah lagi, untuk mencapai penghematan
energi dari lampu jalan LED secara akurat memerlukan upaya dari PLN dan DGEEU
mengingat sistem ‘tarif dasar per tiang’ disebabkan karena tidak adanya meteran
sebagian besar lampu-lampu penerangan jalan (Canadian Urban Institute 2011).
Peraturan juga perlu disusun untuk menjelaskan siapa yang akan mendapatkan keuntungan
dari penghematan energi tersebut dan apakah tujuan daripenghematan energi.
Idealnya, otoritas terkait di daerah juga mampu melakukan investasi ulang dalam
proyek-proyek retrofit di masa mendatang. Hal tersebut memungkinkan kota-kota
tersebut untuk membatasi investasi mereka sendiri dan menerapkan proyek yang
lebih berkesinambungan mengingat penghematan energi dapat secara terus-menerus
melakukan investasi tanpa perlu meningkatkan investasi tambahan. Sejauh mana dewan
lokal dapat melakukan perubahan kebijakan, bergantung pada arah kebijakan tarif listrik
yang dinegosiasikan dan ditentukan pada level nasional.
Karena penduduk menjadi target utama dalam penerangan jalan, maka pemerintah
daerah perlu mempertimbangkan persepsi publik apabila ingin membuat perubahan
untuk penerangan jalan. harus mempertimbangkan keamanan, pencegahan kejahatan,
warna, kesehatan, dll. Contohnya, keputusan untuk memperkenalkan LED dan/atau
19Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
penerangan adaptif dapat mengubah persepsi tentang bagaimana pencahayaan bekerja
di suatu komunitas (misalnya dengan sistem dimming yang beroperasi saat jam-jam tidak
sibuk) (Canadian Urban Institute 2011). Pendekatan efisiensi energi, dengan demikian,
harus mendapatkan dukungan publik dari awal dengan melibatkan penduduk dalam
perencanaan proyek dan mengkomunikasikan keuntungan-keuntungan dari bentuk
baru penerangan publik tersebut. Kampanye informasi terkait dengan penerangan jalan
hemat energi dapat diintegrasikan sebagai bagian dari bentuk informasi dan program
penyadaran yang lebih luas dari sisi manajemen permintaan dan efisiensi energi bekerja
sama dengan PLN dan DGEEU (World Bank 2007).
3.1.2. Best Practices
Beberapa kota, baik negara maju dan berkembang, sudah memulai untuk mengadopsi
penerangan jalan LED. Penerapan penerangan jalan didukung oleh kebijakan yang
komprehensif. Terkait dengan best practices, proyek percontohan, kerja sama antara
kota dan pendekatan bertahap yang memungkinkan berkembangnya investasi jangka
panjang, dapat diidentifikasikan sebagai faktor kunci kesuksesan.
Komponen strategis dari program penerangan jalan yang hemat energi adalah
implementasi dari proyek percontohan. Mengingat bahwa penerangan LED merupakan
teknologi yang masih berkembang, ada kesenjangan informasi terkait dengan biaya,
kinerja, dll. Proyek percontohan, dengan demikian, menyediakan informasi penting bagi
proyek-proyek lanjutan. Bagi para pemangku kepentingan, hal tersebut menjadi sangat
penting untuk meraih kepercayaan terhadap konsep yang ada karena memungkinkan
untuk melakukan penilaian terhadap teknologi yang ada, memungkinkan kota-kota
untuk bisa belajar terkait dengan pengaplikasian dan penurunan risiko investasi. Suatu
proyek percontohan harus bisa dikembangkan secara optimal dan bisa bekerja sama
dengan penyedia listrik dan suplier perlengkapan (Canadian Urban Institute 2011).
Untuk menangani pendanaan proyek dan risiko program, maka pemerintah kota dapat
mengimplementasikan proyek penerangan jalan umum secara bertahap. Dengan cara
bertahap, manfaat teknologi atau penghematan biaya, dan juga meringankan biaya
tinggi di awal dengan memperluas investasi jangka panjang dan manfaat investasi
proyek-proyek baru penghematan energi (Canadian Urban Institute 2011). Pendekatan
serupa sudah dilakukan oleh Semarang pada proyek penerangan jalan sebelumnya, yang
memungkinkan mereka untuk bisa menyimpan dana awal tanpa harus membutuhkan
Sistem Harga Penerangan Jalan
Prosedur pembayaran penerangan jalan umum yang ada adalah sebagai berikut: i) Pajak (1% hingga 10%) ditetapkan oleh PLN bagi rumah tangga pada tagihan
listrik mereka untuk membayar biaya penerangan jalan. ii) PLN mengumpulkan tagihan dari rumah tangga. iii) PLN membayarkan uang tersebut kepada pemerintah daerah. iv) Pemerintah daerah membayar kepada Dinas Penerangan Jalan Umum
Kenaikan persentase pajak pada tagihan pelanggan memungkinkan terkumpulnya dana untuk perbaikan penerangan jalan. Penghematan tersebut bisa dirasakan oleh pelanggan melalui pengurangan pajak sesuai dengan menurunnya permintaan listrik dari sistem penerangan jalan (World Bank 2007).
20Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
tambahan dana (World Bank 2007). Pendekatan tersebut cocok diterapkan kepada
beberapa kota yang memiliki dana terbatas.
Mengimplementasikan program penerangan jalan hemat energi membutuhkan keahilan
teknis dan kapasitas keuangan yang memadai. Oleh sebab itu, kota-kota harus bisa
menjajaki kerja sama publik-swasta dan kerja sama dengan kota-kota lainnya. Kerja
sama publik-swasta menjadi perhatian bagi kota-kota dengan dana terbatas sehubungan
dengan investasi dalam penghematan energi berpotensi menyediakan investasi menarik
bagi sektor swasta (McKinsey 2009). Cara lebih lanjut untuk mengoptimalkan hasil
adalah dengan membentuk kelompok kerja regional atau nasional. Keuntungan dari
pembentukan kelompok kerja tersebut, terutama, pada bidang sharing kemampuan,
biaya dan pendanaan (REEP 2009, ICLEI Oceania 2008). Perencanaan dan penyusunan
proyek penerangan jalan hemat energi bisa menjadi kegiatan yang menyerap banyak
waktu dan tenaga. Dengan adanya pertukaran informasi, sumber daya, dan keahlian
diantara kota-kota, terutama kota-kota yang sudah berada pada fase lanjutan, dapat
mempercepat fase perencanaan proyek tersebut. Perlu juga mempertimbangkan
sharing staf tambahan. Tidak jarang skala proyek tidak cukup besar untuk menjaring
minat para suplier. Kota-kota yang bekerjasama dalam proyek lampu jalan tentu
akan perlu teknologi dan instalasi dalam skala besar, yang biasanya berpotensi untuk
menurunkan biaya dan akan membuat semakin banyaknya suplier berpengalaman
yang tertarik berinvestasi. Lebih lanjut, kerjasama tersebut sangat dibutuhkan karena
beberapa pilihan pendanaan tertentu hanya cocok untuk proyek-proyek skala besar dan
bukan skala kecil (REEP 2009). Misalnya, penerangan jalan hemat energi akan lebih
cocok untuk pendanaan melalui kerjasama unilateral atau didukung oleh NAMAs apabila
proyek tersebut dijadikan satu (bundling).
Pendekatan ESCO untuk penerangan jalan
Perusahaan Pelayanan Energi merupakan sebuah model yang sangat direko-mendasikan di sektor energi, namun penggunaannya sangat minim di Indonesia akibat kurang berpengalaman ESCO. Pada dasarnya, ESCO dapat didefinisikan sebagai kesatuan komersial yang memfokuskan diri kepada solusi penghematan energi yang sudah berkembang berdasarkan teknis, sumber daya, dan pendan-aan. Model ini cocok untuk kota-kota dengan perlengkapan penerangan jalan yang tidak memadai, biaya perawatan yang tinggi, tingkat pelayanan yang ren-dah, dana terbatas untuk peningkatan perlengkapan dan penurunan biaya energi. Biasanya, klien (contohnya, kota) dan ESCO akan menyusun kontrak, di mana ESCO menyetujui untuk memberikan pelayanan (misalnya, instalasi penerangan jalan) dan menerima bagian dari biaya energi yang berhasil dihemat sebagai gantinya. Pendekatan tersebut sudah banyak dilakukan di beberapa kota di India. Untuk menghindari harus berurusan dengan banyaknya pemangku kepentingan, maka kota-kota di India mengontrak keseluruhan implementasi kepada satu ESCO saja. ESCO tersebut mempunyai tanggung jawab penuh untuk analisa, desain, instalasi, pendanaan, verifikasi, dan pelatihan yang diperlukan dalam proyek tersebut. Sebagai gantinya, ESCO menerima bagian dari penghematan energi berdasarkan kontrak yang disepakati. Hal tersebut memberikan keuntungan berli-pat bagi kota-kota tersebut karena tidak adanya biaya di awal dan memungkinkan mereka untuk lebih berkonsentrasi kepada kegiatan penting lainnya, sementara ESCO bertanggungjawab untuk implementasi proyek tersebut. Lebih lanjut, risiko kinerja dapat dikurangi karena ESCO memiliki perlengkapan yang lebih baik untuk menjalankan proyek tersebut. Kesuksesan pendekatan ESCO bergantung kepada kemampuan kota-kota tersebut memiliki perencanaan yang nyata untuk pen-erangan jalan LED dan menjamin risiko bisa ditanggung secara adil. Sehubungan dengan kurang berpengalaman ESCO di Indonesia, maka penerapan ESCO mem-butuhkan tindakan aktif dari PLN dan pemerintah daerah.
21Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
3.2. Para Pemangku Kepentingan Utama dan Peran Mereka
Terlepas dari kebijakan dan peraturan penghematan energi, setiap kebijakan juga harus
difokuskan pada keuntungan dari kerjasama tersebut, terutama pada sharing keahlian
dan pengetahuan. Kota-kota bisa mendapatkan keuntungan dari bekerja sama untuk
mendapatkan proyek skala besar dan dengan demikian bisa menurunkan biaya (REEP
2009).
Untuk konteks penerangan jalan hemat energi, banyak pemangku kepentingan yang terlibat,
mulai dari pemerintah pusat hingga sub-nasional, penyedia listrik dan penyalur dan dari
perusahaan swasta hingga lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat umum. Untuk
dapat berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan, perlu dibentuk suatu komite
pengawasan. Komite tersebut, mungkin dapat dibentuk dibawah otoritas pemerintah lokal,
akan berkoordinasi secara rutin dengan pemangku kepentingan lainnya yang relevan untuk
mengidentifikasi kesulitan yang ada dan memformulasikan serta memperbaharui kebijakan.
Sebagai tahap pertama, penting untuk melakukan pemetaan atas pemangku kepentingan
yang relevan. Para pemangku kepentingan tersebut bisa individual atau organisasi, yang
relevan atau tertarik dengan proyek tersebut. Pemetaan tersebut harus bisa disusun
oleh setiap manajer proyek tsb dari setiap kota. Pemetaan tersebut juga berguna untuk
mengindentifikasi seberapa pentingnya peran para pemangku kepentingan tersebut
(tidak semua pemangku kepentingan memiliki peran yang sama pentingnya!), seberapa
pentingnya untuk memberikan informasi yang relevan pada mereka dan seberapa
besar kebutuhan untuk bekerja sama dengan mereka. Dengan kata lain, pemetaan
tersebut menyediakan sarana untuk mengelompokkan pemangku kepentingan terkait,
dan dengan demikian dapat mempertimbangkan pemangku-pemangku kepentingan
tersebut sebagai satu kelompok ketimbang individu. Para pemangku kepentingan bisa
didata pada matriks berikut (Lihat Gambar 4).
KeepSatisfied
KeepInformed
Interest
Infl
uen
ce
ManageClosely
KeepInformed
+Two Way
Communication
Gambar 5: Pemetaan atas Pemangku Kepentingan
22Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Berbagai pemangku kepentingan diketahui tertarik pada isu penerangan jalan. Meski
demikian, kemampuan mempengaruhi keputusan mengenai tipe penerangan yang
dibuat, tingkat pencahayaan, dan masalah perawatan serta penggantian lampu,
tentu akan berbeda antara para pemangku kepentingan (Commonwealth of Australia
2005). Dengan banyaknya kelompok dan individu yang akan terpengaruh dampak
dari penerangan jalan, baik kuantitas maupun kualitas, mereka dapat dikelompokkan
menjadi tiga pemangku kepentingan. Pihak berkepentingan tersebut terdiri dari PLN,
perusahaan negara penyedia listrik, otoritas local terkait, dan kontraktor lokal.
Pasar dari perusahaan listrik milik negara mendominasi pasar listrik. PLN bisa
memasang instalasi hingga 84% dari total kapasitas yang sudah dipasang. Meskipun,
UU Energi No. 30/2009 secara teoritis mengakhiri posisi monopoli PLN di pasar listrik
Indonesia sekaligus memperbolehkan IPPs untuk menghasilkan dan membeli listrik
bagi para pelanggan, namun PLN masih tetap menjadi pemain dominan untuk beberapa
tahun ke depan.
PLN telah dilibatkan pada proyek-proyek penerangan jalan sebelumnya sebagai
bagian dari sisi manajemen permintaan (Demand Side Management /DSM). PLN tidak
mempunyai otoritas untuk pengoperasian dan pemeliharaan kecuali LG mempunyai
perjanjian tertulis. Sejauh ini, keterlibatan PLN hanya mencakup hal yang mendasar
dan kebanyakan melakukan instalasi dari meteran yang baru. Keterlibatan PLN yang
kuat dilihat saat menentukan kesuksesan program penerangan jalan (World Bank
2007). Contohnya, program penggantian CFL tahun 2006/07 yang dinilai sukses
karena adanya keterlibatan dari PLN (REEP 2009). Sementara keterlibatan PLN lebih
banyak berfokus pada sisi penyediaan (supply), mereka sudah menyatakan ketertarikan
untuk lebih terlibat pada sisi permintaan. Secara spesifik, mereka berencana untuk
lebih terlibat pada perencanaan energi perkotaan untuk mengindentifikasi kehilangan
tenaga (power loss) dalam skala besar (contoh, lampu penerangan jalan ilegal dengan
instansi pemerintah daerah) dan mendukung pendekatan hemat energi. Untuk PLN,
program penerangan jalan yang efektif dan hemat energi akan memberikan keuntungan
signifikan, dalam bentuk berkurangnya penjualan yang tidak memberikan profit, serta
meringankan beban pada beberapa jaringan listrik (World Bank 2007, REEP 2009).
Sistem pembayaran penerangan jalan saat ini dinilai merugikan karena memberikan
kesempatan terjadinya pencurian listrik. Hal tersebut berujung pada situasi di mana
PLN dengan sengaja menurunkan penyaluran listrik dengan mematikan listrik pada
malam hari dan menyalakan tombol off lebih awal untuk mengurangi jumlah listrik
yang bisa dicuri oleh jaringan-jaringan tidak resmi (REEP 2009). Pendekatan efektif
untuk mengatasi pencurian listrik adalah dengan memasang sistem kontrol digital.
Penerangan jalan hemat energi juga bisa mengatasi persoalan ketidakseimbangan
penyediaan/permintaan yang berujung kepada pemutusan listrik secara regular dan
tampaknya akan semakin memburuk di masa depan sehubungan dengan permintaan
yang akan semakin meningkat sementara kapasitas suplai semakin terbatas. Dengan
perkiraan penghematan energi sebesar 80-160 MW dari sektor penerangan jalan dan
hampir tumpang tindih dengan waktu beban puncak PLN, penggantian penerangan
jalan konvensional oleh LED menjadi pilihan yang menarik bagi PLN (World Bank 2007).
Pemangku kepentingan yang relevan kedua adalah pemerintah daerah. Sebagai bagian
dari pelayanan publik, pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab untuk keseluruhan
pengoperasian dan pemeliharaan penerangan jalan umum. Dalam keputusan terkait
dengan penerangan jalan, pemerintah daerah harus bisa menjamin kualitas dan kuantitas
dari penerangan jalan umum yang sesuai dengan kebutuhan para pembayar pajak meliputi
para pejalan kaki dan keselamatan kendaraan, kenyamanan, dan pelayanan lainnya yang
23Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
berkaitan dengan penerangan publik (REEP 2009). Dikarenakan penerangan jalan umum
berpengaruh secara signifikan terhadap budget pemerintah kota, pada umumnya banyak
kota yang tertarik dengan keunggulan ekonomis dari penerangan jalan hemat energi. Tidak
seperti negara lain, pemerintah daerah di Indonesia memiliki kontrol utama dan tanggung
jawab terhadap instalasi dan operasi penerangan jalan. Tanggung jawab pada pengadaan
Penerangan Jalan akan tergantung kepada tipe jalan : Untuk Jalan Nasional (dana dari
Kementerian Perhubungan); untuk Propinsi (dana Propinsi), dan untuk jalan kota (dana
kota). Meski demikian, setelah pemasangan seluruh perlengkapan, pengoperasian dan
pemeliharaan Penerangan Jalan harus dialihkan kepada otoritas kota yang bertanggung
jawab untuk kegiatan tersebut. Lebih lanjut, tanggung jawab tersebut akan didelegasikan
kepada Dinas terkait (tergantung kepada rencana jangka menengah pemerintah daerah).
Dalam pemerintah daerah, unit spesifik, DSM PJU, ditugaskan untuk melakukan koordinasi
terkait penerangan jalan. Unit tersebut biasanya terintegrasi pada salah satu lembaga
pemerintah daerah : Dinas Pekerjaan Umum (DPU); Badan Lingkungan Hidup (BLH) atau
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Kurangnya kapasitas administrasi dan teknis
untuk mempertahankan LED dan penerangan jalan hemat energi dan berhubungan
dengan pemangku kepentingan lainnya (REEP 2009) menjadi salah satu penghalang bagi
manajemen penerangan jalan yang efisien. Sharing pengetahuan dan keahlian antara
pemerintah daerah bisa diperkuat dengan membentuk kelompok kerja regional yang
terdiri dari beberapa dewan tingkat propinsi sama seperti yang dilakukan di Australia
(ICLEI 2008).
Keterlibatan kontraktor lokal bervariasi untuk kota yang berbeda. Tanggung jawab utama
mereka adalah perlengkapan LED, penggantian penerangan jalan dan instalasi penerangan
jalan baru. Untuk beberapa kota, mereka juga memperhatikan perawatan secara regular.
Pemangku kepentingan lainnya yang juga relevan, antara lain, lembaga pemerintahan
tingkat nasional (kementerian, dinas penghematan energi, dll), pemerintah daerah, pusat,
regulator listrik daerah, penyedia perlengkapan, dan lembaga swadaya masyarakat.
Secara teori, ada banyak variasi suplier yang potensial. Secara umum, produk-produk
penerangan jalan harus mematuhi standard dari Standard Nasional Indonesia (SNI)
dan ketentuan kebijakan dan prosedur. Meski demikian, tergantung dari skala proyek
tersebut, bisa terdapat beberapa kesulitan dalam menarik suplier yang potensial dengan
harga yang masuk akal. Idealnya, para suplier dapat dipilih dengan proses tender
yang kompetitif. Pemangku kepentingan industrial yang penting termasuk asosiasi
penerangan jalan (ALIKI, APERLINDO) dan asosiasi kontraktor listrik (AKLI).
Untuk peran pemerintah, Direktorat Jendral Kelistrikan dan Penggunaan Energi
(DGEEU) di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bertindak
sebagai focal point untuk konservasi energi dan energi efisiensi. Lembaga tersebut
memformulasikan tujuan energi efisiensi, menetapkan norma, standard, proses dan
kriteria terkait dengan konservasi energi. DGEEU bekerja sama dengan PLN bertanggung
jawab untuk mengkoordinasikan aktifitas DSM di Indonesia (IEEJ 2011). Secara total,
DSM memliki empat sub-program, termasuk DSM PJU, yang mengkoordinasikan sisi
manajemen permintaan energi pada penerangan jalan umum. Pada proyek penerangan
jalan sebelumnya, peran DGEEU dibatasi. Meski demikian, sama halnya dengan PLN,
keterlibatan yang lebih kuat dan strategi yang lebih agresif kepada implementasi
penerangan publik hemat energi dilihat sebagai hal yang krusial (World Bank 2007).
Aktor publik lainnya yang relevan termasuk Kementerian Pekerjaan Umum yang
menyediakan standard Penerangan Jalan dan panduan untuk ketentuan dan instalasi,
dan kementerian perhubungan menyediakan panduan untuk kondisi umum dari jalan-
24Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
jalan yang ada di perkotaan. Untuk beberapa kasus, Kementerian Perumahan juga
terlibat dalam perencanaan DSM PJU untuk jalan arteri sekunder di area perumahan
dan jalan-jalan kecil. Sektor listrik juga tergantung kepada keputusan administrasi dari
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Keuangan (Kemenkeu),
dan Badan Perencanaan Pembangungan Nasional (BAPPENAS). Dengan demikian harus
ada penilaian lebih menyeluruh terkait kementerian mana yang relevan dan cara untuk
mengintegrasikan mereka (Lihat : Tabel 3).
Lembaga keuangan dapat memiliki peran yang penting dalam menyediakan produk-
produk finansial untuk pendekatan energi efisiensi. Meski demikian, karena rendahnya
tarif listrik, proyek energi efisiensi belum sepenuhnya dipertimbangkan karena mereka
masih belum dianggap menarik untuk memberikan keuntungan investasi. Satu-satunya
pengecualian adalah Asian Development Bank (ADB) yang sudah terlibat pada program
CFL sebelumnya dengan mengembangkan pinjaman baru untuk efisiensi dari sisi
permintaan yang mencakup pendanaan untuk mendistribusikan jutaan CFLs untuk
pelanggan PLN yang sangat miskin (US AID 2007). Pengguna penerangan jalan tidak
dapat mempengaruhi (atau terbatas pengaruhnya) dalam proses pemilihan lampu
penerangan jalan; mereka hanya bisa/seharusnya bisa meminta lampu penerangan jalan
lebih banyak atau yang berbeda atau mengajukan komplain. Meski demikian, otoritas
kota harus menjamin bahwa penerangan jalan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat
dan memberikan informasi apabila ada perubahan dari penerangan jalan.
Pemangku Kepentingan Lingkup Kerja
Lembaga Pemerintahan
Kementerian Energi dan Sumber Tugas dan tanggung jawabDaya Mineral (ESDM) • Bertindak sebagai focal point dari konservasi energi nasionalDirektorat aktif dalam efisiensi energi dan program penghematan energi.Direktorat Jendral Ketenagalistrikan • Memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakandan Pemanfaatan Energi (DGEEU) konservasi energi (contohnya, Peraturan Pemerintah No.Direktorat Jendral Energi Terbarukan 70/2009)dan Konservasi Energi (EBTKE) • Menetapkan norma, standard, proses, dan kriteria terkait
dengan konservasi energi • Menyediakan pelatihan teknis dan mengevaluasi program
konservasi energi • Menjalankan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang akan dilakukan oleh
PLN (disetujui oleh parlemen, misalnya Peraturan Menteri No 7/2010)
• Bersama Kementerian Dalam Negeri mengedarkan SKB (Surat Keputusan Bersama) kepada PLN untuk mengoleksi dan menerima pajak penerangan jalan (untuk diberikan kepada pemerintah lokal dalam mempromosikan program efisiensi/konservasi (contohnya, DSM)
• Pendidikan dan Pusat Pelatihan untuk Kelistrikan dan Energi Terbarukan yang akan menggelar pelatihan terkait dengan energi efisiensi dan konservasi energi
Kementerian Keuangan (DEPKEU) Tugas dan tanggung jawab • Menetapkan pajak lokal dan UU retribusi no 28/2009 untuk
diimplementaskan oleh pemerintah lokal (misalnya, pajak penerangan jalan)
Badan Perencanaan Pembangunan • Mengkonsolidasikan perencanaan nasional, termasuk energiNasional (BAPPENAS) • Menentukan dukungan pemerintah Indonesia • Menunjuk partner pemerintah
Dewan Koordinasi Energi Nasional • Dewan koordinasi antar-kementerian energi nasional(BAKOREN) • Mengkoordinasikan program energi nasional
Tabel 5: Peta awal dari
pemangku kepentingan
25Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Badan Pengkajian dan Penerapan • Mendukung upaya pengkajian teknologi untuk pemerintahTeknologi (BPPT) Indonesia • Membantu perencanaan nasional dalam pengaplikasian teknologi dan
audit energi • Mengembangkan dan mengimplementasikan proyek percontohan dan
pre-komersial • Mengatur laboratorium penelitian energi bersih dan fasilitas uji coba • Mempromosikan kesadaran energi
Badan Standard Nasional (BSN) • Menetapkan standard untuk aplikasi seperti CFLs, lemari pendingin,pendingin ruangan, dan motor kecil
• Menetapkan standards minimum kinerja energi (MEPS) untuk alat-alat yang terpilih berdasarkan Standard Nasional Indonesia (SNI)
• Menetapkan standard uji coba untuk kinerja energi bagi alat—alat listrik
Menteri Koordinasi bidang Ekonomi • Mengkoordinasikan dan mensinkronkan persiapan dan formulasi(MenkoPerekonomian) kebijakan ekonomi • Mengkoordinasikan kementerian negara dan kepala non departemen
untuk meningkatkan integrasi kebijakan, rencana, dan program dari seluruh departemen
• Mengkoordinasikan penggunaan biofuel dan melaporkan kepada presiden
Clearing House of Energy • Mengumpulkan data dan informasi terkait dengan energi efisiensiConservation dan kegiatan konservasi
Badan Usaha Milik Negara
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Intervensi di tingkat Nasional • Mengusulkan (dengan ESDM) tarif dasar lisrik, skema pajakDivisi penerangan jalan untuk disetujui oleh parlemen (DPR)Divisi Pelayanan Sertifikasi • Memberikan sertifikasi kepada produk-produk listrik yang akanDivisi Distribusi Regional digunakan konsumen (misalnya, KWh meter)Kantor Pelayanan dan Area Jaringan • Mengkalibrasi sistem meter kelistrikan • Mempromosikan program penerangan energi efisiensi Intervensi di tingkat Lokal • Mengimplementasikan undang-undang dan peraturan pemerintah
terkait pelayann penyediaan listrik dan skema tarif bagi pelanggan di setiap region
• Mempertahankan pelayanan jaringan distribusi • Menginspeksi adanya koneksi ilegal (misalnya, penerangan jalan ilegal
dengan pemerintahan tingkat lokal) • Melakukan survei kalibrasi meter • Mengumpulkan dan menerima tagihan listrik (termasuk pajak
penerangan jalan) • Melakukan transfer pajak penerangan jalan yang sudah terkumpul
kepada dinas keuangan pemerintah lokal
Koneba • Perusahaan pelayanan energi (ESCO) • Menyediakan pelayanan konsultasi terkait dengan manajemen energi
dan teknik, termasuk audit energi • Divisi energi terbarukan
Pemerintah Lokal
Pemerintah dan otoritas lokal Intervensi pada tingkat lokal (kabupaten/kota) • Menjalankan peraturan daerah terkait dengan tarif pajak penerangan jalan (disetujui oleh dewan kota)Departemen • Merencanakan dan mengimplementasikan program peneranganDinas/Departemen bertanggungjawab jalanuntuk manajemen penerangan jalan Intervensi pada tingkat nasionalumum (PJU) • Menjalankan peraturan daerah terkait dengan pajak peneranganDinas/departemen bertanggungjawab jalan (disetujui oleh dewan kota)menerima pajak penerangan jalan • Merancang, menganggarkan, mengimplementasikan, dan mengawasi (Dispenda) program penerangan jalan daerah • Memasang dan merawat seluruh penerangan jalan serta fasilitas
pendukungnya • Pengadaan produk-produk penerangan jalan dan fasilitas
pendukungnya • Menerima dan melayani permintaan dan komplain pelanggan terkait
penerangan jalan • Mengeluarkan ijin pelayanan penerangan jalan • Melakukan inspeksi jaringan penerangan jalan yang ilegal (bekerja
sama dengan PLN di area tersebut)
26Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Non-Pemerintahan
Produsen dan Distributor Intervensi pada tingkat lokalPenerangan/Penerangan Jalan • Memproduksi dan mendistribusikan produk-produk penerangan/(misalnya, Phillips, Osram, dll) penerangan jalan yang sudah memenuhi standard dari
Standard Nasional Indonesia (SNI) and procurement policy and procedures
Intervensi pada tingkat nasional • Mendistribusikan produk-produk penerangan/penerangan jalan
kepada konsumen
Asosiasi Produsen Penerangan/ Intervensi pada tingkat lokalPenerangan Jalan (AILKI, • Mempromosikan program penerangan hemat energi/APERLINDO) penerangan jalan Intervensi pada tingkat nasional • Mematuhi seluruh prosedur dan sistem pengadaan • Memfasilitasi peningkatan kapasitas di daerah
Asosiasi kontraktor Kelistrikan (AKLI) Intervensi pada tingkat lokal • Bekerja sama dan bermediasi dengan kementerian nasional
yang terkait (ESDM, Industri, etc) sehubungan dengan perkembangan penerangan nasional/penerangan jalan di Indonesia ( program produk nasional)
Intervensi pada tingkat nasional • Menangani dan merespons permintaan dan komplain pelanggan • Menginisiasi skema keuangan yang memungkinkan kepada LG
atau melalui organisasi perantara (misalnya, ESCO)
Institusi keuangan (contoh, bank Intervensi tingkat lokal dan nasionalnasional dan regional) • Memperkenalkan pendanaan hijau (green financing) untuk
program penghematan energi
NGO nasional dan lokal (terkait Intervensi pada tingkat lokaldengan energi) • Mempromosikan program kesadaran penghematan energi Intervensi pada tingkat nasional • Mempromosikan program kesadaran penghematan energi • Berpartisipasi dalam memerangi jaringan ilegal penerangan
jalan
Yayasan Lembanga Konsumen Intervensi pada tingkat lokalIndonesia (YLKI) • Melakukan mediasi dengan kementerian nasional/pemangku
kepentingan lainnya (ESDM,PLN, swasta) terkait dengan tarif dasar listrik, pajak penerangan jalan, pengadaan hijau, anti-monopoli,pelayanan, etc.
Intervensi pada tingkat nasional • Melakukan mediasi dengan pemerintah lokal terkait pelayanan
dan kinerja penerangan jalan, skema tarif penerangan jalan daerah, etc
Universitas Lokal (misalnya, Intervensi pada tingkat nasionaldepartemen kelistrikan) • Melakukan penelitian terhadap produk-produk penghematan
energi dan penggunaannya di daerah • Mempromosikan kesadaran penghematan energi dan program
peningkatan kapasitas • Mendukung pengembangan penerangan jalan di daerah
(misalnya, survei, desain/perencanaan/pengawasan, sistem meter, etc)
27Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Table 7: Aset penerangan jalan milik kota.
Grid emission factors (as of 31 March 2011)
OM: Operating MarginBM: Build MarginCM: Combined Margin
Untuk langkah pertama menjalankan proyek penerangan listrik hemat energi
harus melihat persediaan yang ada. Hal tersebut dimaksudkan untuk
memberikan gambaran infrastruktur dari penerangan jalan yang ada dan
membantu mereka untuk mengidentifikasikan perbedaan dan opsi-opsi
perbaikan sistem. Inventarisasi harus mencakup, antara lain, nomor dan tipe Penerangan
Jalan yang ada serta konsumsi energi dan biaya.
Analisa Efisiensi 4
Data-data yang sudah dikumpulkan tersebut akan menyediakan informasi yang
diperlukan untuk menghitung baseline BAU yang menggambarkan konsumsi energi,
diasosiasikan dengan emisi GRK sama halnya dengan investasi dan biaya perawatan
Penerangan Jalan hingga 2020. Baseline tersebut mengasumsikan tidak ada retro-fitting dari fasilitas penerangan jalan yang ada. Emisi GRK bisa dikalkulasikan dengan
menggunakan formula sederhana:
[data kegiatan] X [faktor emisi]
Lokasi Nomor Tipe Penggunaan Biaya Energi Biaya Energi (IDR/year) Pemeliharaan (MWh/year) (IDR/year)
Eg 1 Main 20006 80W Mercury 3,333 $100,000 $100,000Street VapourMotown
Total
Region Average CM Average OM Average BM (No. of projects) (No. of projects) (No. of projects)
Java 0.865 0.822 0.908 (6) (6) (6)
Kalimantan 0.683 0.693 0.674 (3) (3) (3)
Sulawesi 0.648 0.625 0.671 (4) (4) (4)
Sumatera 0.764 1.011 0.517 (12) (12) (12)
28Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Table 8: Konversi teknologi Penerangan Jalan
konvensional ke LED (Contoh OSRAM sistem Modulear
HPML).
Selanjutnya, otoritas terkait harus mengkalkulasikan beberapa skenario implementasi
lampu jalan LED dan membandingkan hasil dengan baseline untuk menilai keuntungan
terkait dengan biaya, konsumsi energi dan emisi GRK dari teknologi Penerangan Jalan
LED. Dari teknologi yang ada, teknologi penerangan jalan LED telah diidentifikasikan
sebagai teknologi paling maju yang tersedia, menyediakan kualitas pencahayaan lebih
baik sekaligus lebih efisien. Tergantung kepada lampu penerangan jalan yang sudah
ada, jumlah module HPML yang tepat harus dipilih (lihat tabel 8)
Existing Street Lighting Converted Number of HPML Modules
Mercury 125W 3 Modules
Mercury 250W 4 Modules
HPS 70W 2 modules
HPS 150W 4 Modules
HPS 250W 8 Modules
PLC 45W 2 Modules
ML/High Intensity Discharge (HID) Lamp 160W 3 Modules
TL/Fluorescent Lamp 35W 1 Module
Pijar/Incandescent Lamp 200W 2 Modules
Untuk memperkirakan waktu untuk mendapatkan kembali biaya investasi awal, maka
periode pembayaran untuk berbagai skenario implementasi harus bisa dikalkulasikan.
Untuk melakukan analisa ekonomi, otoritas lokal terkait akan disediakan metoda
kalkulasi berupa financial tool oleh OSRAM. Bersamaan dengan proses tersebut,
beberapa pertanyaan harus dijawab oleh otoritas tersebut:
• Berapa jangka waktu periode pembayaran kembali yang masuk akal dibandingkan
dengan opsi investasi alternatif?
• Pendanaan publik apa yang tersedia dan apakah bisa digunakan untuk membiayai
program tersebut?
• Tambahan pendanaan apa yang diperlukan dan bagaimana cara mengakses dana
tersebut?
Berdasarkan hasil analisa tersebut, otoritas terkait dapat memilih skenario implementasi
penggantian lampu jalan berdasarkan pertimbangan finansial, sumber daya manusia
dan kapasitas teknis yang tersedia. Penerangan jalan yang pertama kali harus diganti
adalah yang sudah hampir habis masa hidupnya.
4.1. Analisa Efisiensi di Kota-kota di Jawa
Sebagai bagian kolaborasi antara OSRAM dan GIZ, maka OSRAM melakukan analisa
efisiensi secara komprehensif untuk skenario penggantian lampu jalan konvensional
dengan lampu jalan LED yang berbeda untuk beberapa kota terpilih di Jawa. Berdasarkan
hasil tersebut, akan dipilih kota untuk dilakukannya proyek percontohan tersebut.
Tiga skenario penggantian lampu jalan yang berbeda dipilih untuk merefleksikan
cakupan berbeda untuk skenario yang memungkinkan dan untuk membantu otoritas
kota dalam mengembangkan cara yang optimal dan biaya yang efektif untuk program
retrofit penerangan jalan.
29Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Skenario paling ambisius memperlihatkan skenario penggantian lampu sebesar
70%. Memang hal yang paling diinginkan untuk mengganti secara keseluruhan untuk
mendapatkan keuntungan lebih besar, namun beberapa kota akan mengalami kekurangan
kapasitas keuangan dan organisasi, —setidaknya dalam jangka pendek— untuk mencapai
tujuan tersebut. Oleh sebab itu, dua skenario tambahan dimasukkan ke dalam analisa
efisiensi. Skenario terendah mengasumsikan 30% penggantian lampu, sementara
skenario menengah mengasumsikan 50% penggantian lampu.
Jangka waktu untuk pelaksanaan diasumsikan akan selesai dalam periode dua tahun,
mulai dari tahun 2012 dan selesai pada tahun 2014. Tidak semua kota akan mendapatkan
hasil yang sama, namun periode dua tahun untuk implementasi sangat realistis dan
menguntungkan. Tambahan s staf khususnya teknisi instalasi penerangan jalan LED,
akan dibutuhkan pada waktu pemasangan, dan biaya untuk penerangan jalan LED bisa
diturunkan melalui pembelian secara bundling.
Meski demikian, beberapa aspek tidak dipertimbangkan secara eksplisit dalam analisa
efisiensi karena kurangnya data. Penerangan jalan konvensional biasanya memiliki masa
hidup sekitar 5 tahun sebelum mereka perlu diganti. Untuk menentukan skenario retrofit
secara optimal maka penggantian perlu dilakukan saat mendekati masa hidup dari
lampu jalan yang ada. Dalam hal ini, penerangan jalan yang ada akan digunakan secara
penuh sebelum mereka digantikan oleh lampu yang lebih efisien. Dengan demikian,
analisa yang lebih detail perlu mengkaji trade-offs antara mengganti penerangan jalan
konvensional sebelum dan pada saat waktu masa hidup penerangan jalan tersebut akan
berakhir. Untuk mendukung kegiatan dari kota-kota tersebut, OSRAM mengembangkan
kalkulator yang akan membantu otoritas kota dalam memperkirakan penghematan
energi, biaya, dan CO2 saat mengganti penerangan jalan konvensional dengan LED serta
membantu dewan kota mengembangkan jalur retrofit penerangan jalan yang optimal.
Kalkukasi tersebut berdasarkan beberapa asumsi yaitu:
- Pemasangan penerangan jalan konvesional dimulai tahun 2010
- Tidak ada kenaikan harga untuk lampu dan komponen lainnya
- Tidak ada kenaikan tarif listrik
- Biaya perawatan tetap selama beberapa waktu
- Penggantian untuk penerangan jalan LED dilakukan dalam dua tahap, mulai tahun
2012 dan 2013
Sub-bab berikutnya disusun dengan urutan yang sama, menyediakan gambaran
awal terkait dengan data kuantitatif untuk setiap kota untuk mengkaji keuntungan
dari mengganti penerangan jalan konvensional dengan LED. Data lebih detail akan
dikeluarkan setiap kota secara langsung. Bab tersebut mencakup hal-hal berikut.
Pertama, gambaran tentang keadaan penerangan jalan yang ada mencakup
data pengoperasian termasuk produksi CO2 dan biaya energi/kwh. Data tersebut
merepresentasikan titik awal untuk melakukan analisa efisiensi. Berdasarkan tipe
penerangan jalan yang ada di kota, jumlah module HPML yang dibutuhkan bisa ditentukan
(lihat Box 1). Kedua, total biaya penghematan energi dan penghematan CO2 terhadap
baseline untuk tiga skenario (penggantian lampu 30%, 50%, dan 70%) hingga tahun
2020 bisa diperkirakan. Terakhir, periode pembayaran kembali untuk ketiga skenario
penggantian lampu akan dihitung. Periode pembayaran kembali dikalkulasikan dengan
menjumlahkan investasi dan biaya energi, dan membandingkan biaya total penggantian
penerangan jalan konvesional dengan tiga skenario penggantian lampu LED, yang
dibandingkan dengan kondisi tidak adanya penggantian lampu (kondisi baseline)
Periode pembayaran kembali dapat dicapai saat biaya penggantian penerangan jalan
konvensional sama dengan biaya skenario baseline.
30Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Berdasarkan data yang terkumpul mengenai lampu penerangan jalan dan masa
pakai (waktu pengoperasian), dapat dihitung skenario penghematan biaya energi dan
penghematan produksi CO2 dengan berbagai skenario penggantian lampu (30%, 50%,
70%) . Grafik di bawah menunjukkan biaya penghematan energi per tahun pada periode
2012-2020. Selama tahun pertama (2012), biaya penghematan energi tergolong kecil,
mengingat hanya 50% dari skenario sudah berhasil dicapai. Biaya penghematan energi
secara penuh menjadi terbukti pada tahun 2013 saat 100% dari skenario tersebut
berhasil dicapai. Tabel 3 menggambarkan akumulasi biaya penghematan energi dari
ketiga skenario relatif terhadap baseline pada periode 2012 hingga 2020. Skenario
penggantian lampu 70% relatif terhadap baseline menghasilkan biaya penghematan
energi yang tertinggi secara total maupun tiap tahunnya.
Data Dasar Lampu Jalan
Operasi Jam/Hari (jam) 12
Operasi Hari/Minggu (hari) 7
Total Jam/Tahun (jam) 4032
Biaya Energi/kWh (IDR) 775
Variabel Produksi CO2 0.725
Gambaran Lampu Jalan yang Ada
Tipe Lampu Jumlah Lampu (pcs)
Mercury 125W -
Mercury 250W 3125
HPS 70W -
HPS 150W 875
HPS 250W -
TL 35W -
Duluxstar 45W 525
HWL 160W 525
Bulb 200W -
Serupa dengan grafik biaya penghematan energi, grafik di bawah merefleksikan
penghematan CO2 per tahun untuk ketiga skenario penggantian pada periode 2012-2020.
Tabel 3 meringkaskan akumulasi penghematan CO2 untuk ketiga skenario pada tahun
2012 hingga 2020. Sekali lagi, skenario penggantian 70% memberikan hasil penurunan
CO2 tertinggi per tahunnya maupun secara keseluruhan, dibandingkan dengan skenario
baseline.
4.1.1. Probolinggo
Data penerangan jalan yang ada di kota Probolinggo diuraikan pada tabel berikut.
31Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Dengan penghitungan biaya penghematan energi dan asumsi biaya investasi untuk
penerangan jalan LED dan penerangan jalan konvesional, maka periode pembayaran
kembali dapat dihitung. Periode pembayaran kembali menggambarkan saat situasi
dimana biaya penerangan jalan LED menjadi lebih efektif ketimbang dengan penerangan
jalan konvensional. Periode pembayaran kembali bisa bervariasi tergantung kepada
beberapa faktor. Contohnya, lampu HPS 250W perlu diganti dengan Module HPML
8, sementara lampu Mercury 250 W hanya perlu diganti dengan Module HPML 4.
Mengganti lampu yang pertama akan menghasilkan biaya yang lebih tinggi ketimbang
yang kedua. Selain itu, periode pembayaran kembali dipengaruhi secara signifikan oleh
tarif listrik. Tingginya tarif listrik akan menghasilkan periode pembayaran kembali yang
lebih cepat dan sebaliknya.
Sebagaimana ditunjukkan pada grafik di bawah ini pada tahun pertama menggantikan
penerangan jalan konvensional akan mengeluarkan biaya lebih banyak ketimbang
berada pada skenario baseline karena biaya investasi untuk penerangan jalan LED lebih
tinggi. Meski demikian, setelah beberapa tahun, biaya penghematan energi akan bisa
menutupi tingginya biaya investasi menyebabkan rendahnya biaya di bawah ketiga
skenario berbeda tersebut. Untuk kasus Probolinggo untuk skenario penggantian 30%
dan 50%, periode pembayaran kembali akan dicapai pada tahun ke-4, sementara untuk
skenario penggantian 70% akan dicapai pada tahun ke-5. Sangat penting untuk diingat
bahwa meskipun skenario 30% menghasilkan periode pengembalian investasi yang
paling cepat, skenario penggantian 70% tetap menjadi skenario terbaik karena bisa
menghasilkan penghematan energi yang besar untuk jangka panjang.
Total Presentase Penggantian 30% 50% 70%
Total Penghematan CO2 (tons) 5.551,86 9.253,10 12.954,34
Total Penghematan Biaya Energi (IDR) 13.266.619.632 17.223.116.400 21.179.613.168
Total CO2/Penghematan Biaya Energi
32Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
4.1.2. Malang
Data penerangan jalan yang ada di kota Malang diuraikan pada tabel berikut.
Data Dasar Lampu Jalan
Operasi Jam/Hari (jam) 12
Operasi Hari/Minggu (hari) 7
Total Jam/Tahun (jam) 4032
Biaya Energi/kWh (IDR) 820
Variabel Produksi CO2 0.725
Gambaran Lampu Jalan yang Ada
Tipe Lampu Jumlah Lampu (pcs)
Mercury 125W 438
Mercury 250W 2740
HPS 70W -
HPS 150W 400
HPS 250W 1643
TL 35W -
Duluxstar 45W -
HWL 160W -
Bulb 200W -
Berdasarkan data yang terkumpul mengenai lampu penerangan jalan dan masa pakai
(waktu pengoperasian), maka dapat dihitung skenario penghematan biaya energi dan
penghematan produksi CO2 dengan berbagai skenario penggantian lampu (30%, 50%,
70%). Grafik di bawah menunjukkan biaya penghematan energi per tahun pada periode
2012-2020. Selama tahun pertama (2012), biaya penghematan energi tergolong kecil,
mengingat hanya 50% dari skenario sudah berhasil dicapai. Biaya penghematan energi
secara penuh menjadi terbukti pada tahun 2013 saat 100% dari skenario tersebut
berhasil dicapai. Tabel 3 menggambarkan akumulasi biaya penghematan energi dari
ketiga skenario relatif terhadap baseline pada periode 2012 hingga 2020. Skenario
penggantian lampu 70% relatif terhadap baseline menghasilkan biaya penghematan
energi yang tertinggi secara total maupun tiap tahunnya.
Sama halnya dengan grafik biaya penghematan energi, grafik di bawah memperlihatkan
penghematan CO2 per tahun untuk tiga skenario penggantian pada periode 2012-
2020. Tabel 3 memperlihatkan akumulasi penghematan CO2 untuk ketiga skenario
pada periode 2012 hingga 2020. Sekali lagi, skenario penggantian 70% memberikan
hasil penurunan CO2 tertinggi per tahunnya maupun secara keseluruhan, dibandingkan
dengan skenario baseline.
Dengan penghitungan biaya penghematan energi dan asumsi biaya investasi untuk
penerangan jalan LED dan penerangan jalan konvesional, maka periode pembayaran
kembali dapat dihitung. Periode pembayaran kembali menggambarkan saat situasi
33Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
dimana biaya penerangan jalan LED menjadi lebih efektif ketimbang dengan penerangan
jalan konvensional. Periode pembayaran kembali bisa bervariasi tergantung kepada
beberapa faktor. Contohnya, lampu HPS 250W perlu diganti dengan Module HPML
8, sementara lampu Mercury 250 W hanya perlu diganti dengan Module HPML 4.
Mengganti lampu yang pertama akan menghasilkan biaya yang lebih tinggi ketimbang
yang kedua. Selain itu, periode pembayaran kembali dipengaruhi secara signifikan oleh
tarif listrik. Tingginya tarif listrik akan menghasilkan periode pembayaran kembali yang
lebih cepat dan sebaliknya.
Sebagaimana ditunjukkan pada grafik di bawah ini, pada tahun pertama menggantikan
penerangan jalan konvensional akan lebih mengeluarkan biaya lebih banyak dibandingkan
dengan skenario baseline karena biaya investasi untuk penerangan jalan LED lebih tinggi.
Meski demikian, setelah beberapa tahun, biaya penghematan energi akan bisa menutupi
tingginya biaya investasi; dan maka dari itu menyebabkan rendahnya biaya di bawah
ketiga skenario berbeda tersebut. Untuk kasus Malang untuk skenario penggantian
50% dan 70%, periode pembayaran kembali akan dicapai pada tahun ke-6, sementara
untuk skenario penggantian 30% akan dicapai pada tahun ke-5. Sangat penting untuk
diingat bahwa meskipun skenario 30% menghasilkan periode pengembalian investasi
yang paling cepat, skenario penggantian 70% tetap menjadi skenario terbaik karena
bisa menghasilkan penghematan energi yang besar untuk jangka panjang.
Total Presentase Penggantian 30% 50% 70%
Total Penghematan CO2 (tons) 5.815,51 9.692,52 13.569,53
Total Penghematan Biaya Energi (IDR) 15.778.876.660 20.163.906.403 24.548.936.147
Total CO2/Energy Costs Savings
34Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
4.1.3. Mojokerto
Data penerangan jalan yang ada di kota Mojokerto diuraikan pada tabel berikut.
Data Dasar Lampu Jalan
Operasi Jam/Hari (jam) 12
Operasi Hari/Minggu (hari) 7
Total Jam/Tahun (jam) 4032
Biaya Energi/kWh (IDR) 885
Variabel Produksi CO2 0.725
Gambaran Lampu Jalan yang Ada
Tipe Lampu Jumlah Lampu (pcs)
Mercury 125W -
Mercury 250W 757
HPS 70W 155
HPS 150W 235
HPS 250W 665
TL 35W 39
Duluxstar 45W -
HWL 160W -
Bulb 200W -
Berdasarkan data yang terkumpul mengenai lampu penerangan jalan dan masa pakai
(waktu pengoperasian), maka dapat dihitung skenario penghematan biaya energi dan
penghematan produksi CO2 dengan berbagai skenario penggantian lampu (30%, 50%,
70%). Grafik di bawah menunjukkan biaya penghematan energi per tahun pada periode
2012-2020. Selama tahun pertama (2012), biaya penghematan energi tergolong kecil,
mengingat hanya 50% dari skenario sudah berhasil dicapai. Biaya penghematan energi
secara penuh menjadi terbukti pada tahun 2013 saat 100% dari skenario tersebut
berhasil dicapai. Tabel 3 menggambarkan akumulasi biaya penghematan energi dari
ketiga skenario relatif terhadap baseline pada periode 2012 hingga 2020. Skenario
penggantian lampu 70% relatif terhadap baseline menghasilkan biaya penghematan
energi yang tertinggi secara total maupun tiap tahunnya.
Sama halnya dengan grafik biaya penghematan energi, grafik di bawah memperlihatkan
penghematan CO2 per tahun untuk tiga skenario penggantian pada periode 2012-
2020. Tabel 3 memperlihatkan akumulasi penghematan CO2 untuk ketiga skenario
pada periode 2012 hingga 2020. Sekali lagi, skenario penggantian 70% memberikan
hasil penurunan CO2 tertinggi per tahunnya maupun secara keseluruhan, dibandingkan
dengan skenario baseline.
35Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Dengan penghitungan biaya penghematan energi dan asumsi biaya investasi untuk
penerangan jalan LED dan penerangan jalan konvesional, maka periode pembayaran
kembali dapat dihitung. Periode pembayaran kembali menggambarkan saat situasi
dimana biaya penerangan jalan LED menjadi lebih efektif ketimbang dengan penerangan
jalan konvensional. Periode pembayaran kembali bisa bervariasi tergantung pada
beberapa faktor. Misalnya, lampu HPS 250W perlu dignati dengan Module HPML 8,
sementara lampu Mercury 250 W perlu diganti dengan Module HPML 4. Mengganti
lampu yang pertama akan menghasilkan biaya yang lebih tinggi ketimbang yang kedua.
Selain itu, periode pembayaran kembali dipengaruhi secara signifikan oleh tarif listrik.
Tingginya tarif listrik akan menghasilkan periode pembayaran kembali yang lebih cepat
dan sebaliknya.
Sebagaimana ditunjukkan pada grafik di bawah ini pada tahun pertama menggantikan
penerangan jalan konvensional akan mengeluarkan biaya lebih banyak ketimbang
berada pada skenario baseline karena biaya investasi untuk penerangan jalan LED lebih
tinggi. Meski demikian, setelah beberapa tahun, biaya penghematan energi akan bisa
menutupi tingginya biaya investasi menyebabkan rendahnya biaya di bawah ketiga
skenario berbeda tersebut. Untuk kasus Mojokerto untuk skenario penggantian 50%
dan 70%, periode pembayaran kembali akan dicapai pada tahun ke-6, sementara untuk
skenario penggantian 30% akan dicapai pada tahun ke-5. Sangat penting untuk diingat
bahwa meskipun skenario 30% menghasilkan periode pengembalian investasi yang
paling cepat, skenario penggantian 70% tetap menjadi skenario terbaik karena bisa
menghasilkan penghematan energi yang besar untuk jangka panjang.
Total Presentase Penggantian 30% 50% 70%
Total Penghematan CO2 (tons) 1.808,21 3.013,68 4.219,15
Total Penghematan Biaya Energi (IDR) 5.520.288.634 6.991.795.647 8.463.302.660
Total CO2/Energy Costs Savings
36Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
4.1.4. Yogyakarta
Data dasar untuk penerangan jalan dan gambaran tipe penerangan jalan yang ada
terdapat pada tabel di bawah ini.
Data Dasar Lampu Jalan
Operasi Jam/Hari (jam) 12
Operasi Hari/Minggu (hari) 7
Total Jam/Tahun (jam) 4032
Biaya Energi/kWh (IDR) 820
Variabel Produksi CO2 0.725
Gambaran Lampu Jalan yang Ada
Tipe Lampu Jumlah Lampu (pcs)
Mercury 125W -
Mercury 250W 140
HPS 70W 3557
HPS 150W 3166
HPS 250W 1554
TL 35W -
Duluxstar 45W -
HWL 160W -
Bulb 200W -
Berdasarkan data yang terkumpul mengenai lampu penerangan jalan dan masa
pakai (waktu pengoperasian), dapat dihitung skenario penghematan biaya energi dan
penghematan produksi CO2 dengan berbagai skenario penggantian lampu (30%, 50%,
70%). Grafik di bawah menunjukkan biaya penghematan energi per tahun pada periode
2012-2020. Selama tahun pertama (2012), biaya penghematan energi tergolong kecil,
mengingat hanya 50% dari skenario sudah berhasil dicapai. Biaya penghematan energi
secara penuh menjadi terbukti pada tahun 2013 saat 100% dari skenario tersebut
berhasil dicapai. Tabel 3 menggambarkan akumulasi biaya penghematan energi dari
ketiga skenario relatif terhadap baseline pada periode 2012 hingga 2020. Skenario
penggantian lampu 70% relatif terhadap baseline menghasilkan biaya penghematan
energi yang tertinggi secara total maupun tiap tahunnya.
Sama halnya dengan grafik biaya penghematan energi, grafik di bawah memperlihatkan
penghematan CO2 per tahun untuk tiga skenario penggantian pada periode 2012-2020.
Tabel 3 memperlihatkan akumulasi penghematan CO2 untuk ketiga skenario pada
periode 2012 hingga 2020. Sekali lagi, skenario penggantian 70% memberikan hasil
penurunan CO2 tertinggi per tahunnya maupun secara keseluruhan, dibandingkan
dengan skenario baseline.
Dengan penghitungan biaya penghematan energi dan asumsi biaya investasi untuk
penerangan jalan LED dan penerangan jalan konvesional, maka periode pembayaran
37Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
kembali dapat dihitung. Periode pembayaran kembali menggambarkan saat situasi
dimana biaya penerangan jalan LED menjadi lebih efektif ketimbang dengan penerangan
jalan konvensional. Periode pembayaran kembali bisa bervariasi tergantung pada
beberapa faktor. Misalnya, lampu HPS 250W perlu diganti dengan Module HPML 8,
sementara lampu Mercury 250 W perlu diganti dengan Module HPML 4. Mengganti
lampu yang pertama akan menghasilkan biaya yang lebih tinggi ketimbang yang kedua.
Selain itu, periode pembayaran kembali dipengaruhi secara signifikan oleh tarif listrik.
Tingginya tarif listrik akan menghasilkan periode pembayaran kembali yang lebih cepat
dan sebaliknya.
Sebagaimana ditunjukkan pada grafik di bawah ini pada tahun pertama menggantikan
penerangan jalan konvensional akan mengeluarkan biaya lebih banyak ketimbang
berada pada skenario baseline karena biaya investasi untuk penerangan jalan LED lebih
tinggi. Meski demikian, setelah beberapa tahun, biaya penghematan energi akan bisa
menutupi tingginya biaya investasi menyebabkan rendahnya biaya di bawah ketiga
skenario berbeda tersebut. Untuk kasus Yogyakarta untuk skenario penggantian 50%
dan 70%, periode pembayaran kembali akan dicapai pada tahun ke-6, sementara untuk
skenario penggantian 30% akan dicapai pada tahun ke-5. Sangat penting untuk diingat
bahwa meskipun skenario 30% menghasilkan periode pengembalian investasi yang
paling cepat, skenario penggantian 70% tetap menjadi skenario terbaik karena bisa
menghasilkan penghematan energi yang besar untuk jangka panjang.
Total Presentase Penggantian 30% 50% 70%
Total Penghematan CO2 (tons) 4.248,85 7.081,41 9.913,98
Total Penghematan Biaya Energi (IDR) 13.558.580.611 16.762.310.309 19.966.040.007
Total CO2/Energy Costs Savings
38Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
4.1.5. Surakarta
Data dasar untuk penerangan jalan dan gambaran tipe penerangan jalan yang ada
terdapat pada tabel di bawah ini.
Data Dasar Lampu Jalan
Operasi Jam/Hari (jam) 12
Operasi Hari/Minggu (hari) 7
Total Jam/Tahun (jam) 4032
Biaya Energi/kWh (IDR) 820
Variabel Produksi CO2 0.725
Gambaran Lampu Jalan yang Ada
Tipe Lampu Jumlah Lampu (pcs)
Mercury 125W -
Mercury 250W 12318
HPS 70W 200
HPS 150W -
HPS 250W 1750
TL 35W 442
Duluxstar 45W 419
HWL 160W -
Bulb 200W 171
Berdasarkan data yang terkumpul mengenai lampu penerangan jalan dan masa
pakai (waktu pengoperasian), dapat dihitung skenario penghematan biaya energi dan
penghematan produksi CO2 dengan berbagai skenario penggantian lampu (30%, 50%,
70%). Grafik di bawah menunjukkan biaya penghematan energi per tahun pada periode
2012-2020. Selama tahun pertama (2012), biaya penghematan energi tergolong kecil,
mengingat hanya 50% dari skenario sudah berhasil dicapai. Biaya penghematan energi
secara penuh menjadi terbukti pada tahun 2013 saat 100% dari skenario tersebut
berhasil dicapai. Tabel 3 menggambarkan akumulasi biaya penghematan energi dari
ketiga skenario relatif terhadap baseline pada periode 2012 hingga 2020. Skenario
penggantian lampu 70% relatif terhadap baseline menghasilkan biaya penghematan
energi yang tertinggi secara total maupun tiap tahunnya.
Sama halnya dengan grafik biaya penghematan energi, grafik di bawah memperlihatkan
penghematan CO2 per tahun untuk tiga skenario penggantian pada periode 2012-
2020. Tabel 3 memperlihatkan akumulasi penghematan CO2 untuk ketiga skenario
pada periode 2012 hingga 2020. Sekali lagi, skenario penggantian 70% memberikan
hasil penurunan CO2 tertinggi per tahunnya maupun secara keseluruhan, dibandingkan
dengan skenario baseline.
39Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Dengan penghitungan biaya penghematan energi dan asumsi biaya investasi untuk
penerangan jalan LED dan penerangan jalan konvesional, maka periode pembayaran
kembali dapat dihitung. Periode pembayaran kembali menggambarkan saat situasi
dimana biaya penerangan jalan LED menjadi lebih efektif ketimbang dengan penerangan
jalan konvensional. Periode pembayaran kembali bisa bervariasi tergantung pada
beberapa faktor. Misalnya, lampu HPS 250W perlu diganti dengan Module HPML 8,
sementara lampu Mercury 250 W perlu diganti dengan Module HPML 4. Mengganti
lampu yang pertama akan menghasilkan biaya yang lebih tinggi ketimbang yang kedua.
Selain itu, periode pembayaran kembali dipengaruhi secara signifikan oleh tarif listrik.
Tingginya tarif listrik akan menghasilkan periode pembayaran kembali yang lebih cepat
dan sebaliknya.
Sebagaimana ditunjukkan pada grafik di bawah ini pada tahun pertama menggantikan
penerangan jalan konvensional akan mengeluarkan biaya lebih banyak ketimbang
berada pada skenario baseline karena biaya investasi untuk penerangan jalan LED lebih
tinggi. Meski demikian, setelah beberapa tahun, biaya penghematan energi akan bisa
menutupi tingginya biaya investasi menyebabkan rendahnya biaya di bawah ketiga
skenario berbeda tersebut. Untuk kasus Surakarta, periode pembayaran kembali akan
bisa dicapai pada tahun keempat pada ketiga skenario penggantian. Khususnya, pada
kasus Surakarta, skenario penggantian 70% akan menjadi skenario terbaik karena bisa
mencapai penghematan energi yang lebih tinggi pada jangka panjang; dan perkiraan
periode pembayaran kembali investasi awal pun sama antara skenario penggantian
70% dengan skenario lainnya.
Total Presentase Penggantian 30% 50% 70%
Total Penghematan CO2 (tons) 19.657,59 32.762,65 5.867,71
Total Penghematan Biaya Energi (IDR) 49.601.751.535 64.424.025.510 79.246.299.485
Total CO2/Energy Costs Savings
40Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
4.1.6. Semarang
Data dasar untuk penerangan jalan dan gambaran tipe penerangan jalan yang ada
terdapat pada tabel di bawah ini.
Data Dasar Lampu Jalan
Operasi Jam/Hari (jam) 12
Operasi Hari/Minggu (hari) 7
Total Jam/Tahun (jam) 4032
Biaya Energi/kWh (IDR) 945
Variabel Produksi CO2 0.725
Gambaran Lampu Jalan yang Ada
Tipe Lampu Jumlah Lampu (pcs)
Mercury 125W -
Mercury 250W 2193
HPS 70W 25681
HPS 150W 22927
HPS 250W 10561
TL 35W -
Duluxstar 45W -
HWL 160W -
Bulb 200W -
Berdasarkan data yang terkumpul mengenai lampu penerangan jalan dan masa
pakai (waktu pengoperasian), dapat dihitung skenario penghematan biaya energi dan
penghematan produksi CO2 dengan berbagai skenario penggantian lampu (30%, 50%,
70%). Grafik di bawah menunjukkan biaya penghematan energi per tahun pada periode
2012-2020. Selama tahun pertama (2012), biaya penghematan energi tergolong kecil,
mengingat hanya 50% dari skenario sudah berhasil dicapai. Biaya penghematan energi
secara penuh menjadi terbukti pada tahun 2013 saat 100% dari skenario tersebut
berhasil dicapai. Tabel 3 menggambarkan akumulasi biaya penghematan energi dari
ketiga skenario relatif terhadap baseline pada periode 2012 hingga 2020. Skenario
penggantian lampu 70% relatif terhadap baseline menghasilkan biaya penghematan
energi yang tertinggi secara total maupun tiap tahunnya.
Sama halnya dengan grafik biaya penghematan energi, grafik di bawah memperlihatkan
penghematan CO2 per tahun untuk tiga skenario penggantian pada periode 2012-
2020. Tabel 3 memperlihatkan akumulasi penghematan CO2 untuk ketiga skenario
pada periode 2012 hingga 2020. Sekali lagi, skenario penggantian 70% memberikan
hasil penurunan CO2 tertinggi per tahunnya maupun secara keseluruhan, dibandingkan
dengan skenario baseline.
Dengan penghitungan biaya penghematan energi dan asumsi biaya investasi untuk
penerangan jalan LED dan penerangan jalan konvesional, maka periode pembayaran
41Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
kembali dapat dihitung. Periode pembayaran kembali menggambarkan saat situasi
dimana biaya penerangan jalan LED menjadi lebih efektif ketimbang dengan penerangan
jalan konvensional. Periode pembayaran kembali bisa bervariasi tergantung pada
beberapa faktor. Misalnya, lampu HPS 250W perlu diganti dengan Module HPML 8,
sementara lampu Mercury 250 W perlu diganti dengan Module HPML 4. Mengganti
lampu yang pertama akan menghasilkan biaya yang lebih tinggi ketimbang yang kedua.
Selain itu, periode pembayaran kembali dipengaruhi secara signifikan oleh tarif listrik.
Tingginya tarif listrik akan menghasilkan periode pembayaran kembali yang lebih cepat
dan sebaliknya.
Sebagaimana ditunjukkan pada grafik di bawah ini pada tahun pertama menggantikan
penerangan jalan konvensional akan mengeluarkan biaya lebih besar ketimbang berada
pada skenario baseline karena biaya investasi untuk penerangan jalan LED lebih
tinggi. Meski demikian, setelah beberapa tahun, biaya penghematan energi akan bisa
menutupi tingginya biaya investasi menyebabkan rendahnya biaya di bawah ketiga
skenario berbeda tersebut. Untuk kasus Semarang untuk skenario penggantian 50%
dan 70%, periode pembayaran kembali akan dicapai pada tahun ke-6, sementara untuk
skenario penggantian 30% akan dicapai pada tahun ke-5. Sangat penting untuk diingat
bahwa meskipun skenario 30% menghasilkan periode pengembalian investasi yang
paling cepat, skenario penggantian 70% tetap menjadi skenario terbaik karena bisa
menghasilkan penghematan energi yang besar untuk jangka panjang.
Total Presentase Penggantian 30% 50% 70%
Total Penghematan CO2 (tons) 31.938,68 53.231,14 74.523,59
Total Penghematan Biaya Energi (IDR) 115.710.372.128 143.463.989.160 171.217.600.192
Total CO2/Energy Costs Savings
42Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
4.1.7. Pekalongan
Data dasar untuk penerangan jalan dan gambaran tipe penerangan jalan yang ada
terdapat pada tabel di bawah ini.
Data Dasar Lampu Jalan
Operasi Jam/Hari (jam) 12
Operasi Hari/Minggu (hari) 7
Total Jam/Tahun (jam) 4032
Biaya Energi/kWh (IDR) 820
Variabel Produksi CO2 0.725
Gambaran Lampu Jalan yang Ada
Tipe Lampu Jumlah Lampu (pcs)
Mercury 125W -
Mercury 250W 5140
HPS 70W 150
HPS 150W 400
HPS 250W 1000
TL 35W -
Duluxstar 45W -
HWL 160W -
Bulb 200W -
Berdasarkan data yang terkumpul mengenai lampu penerangan jalan dan masa
pakai (waktu pengoperasian), dapat dihitung skenario penghematan biaya energi dan
penghematan produksi CO2 dengan berbagai skenario penggantian lampu (30%, 50%,
70%). Grafik di bawah menunjukkan biaya penghematan energi per tahun pada periode
2012-2020. Selama tahun pertama (2012), biaya penghematan energi tergolong kecil,
mengingat hanya 50% dari skenario sudah berhasil dicapai. Biaya penghematan energi
secara penuh menjadi terbukti pada tahun 2013 saat 100% dari skenario tersebut
berhasil dicapai. Tabel 3 menggambarkan akumulasi biaya penghematan energi dari
ketiga skenario relatif terhadap baseline pada periode 2012 hingga 2020. Skenario
penggantian lampu 70% relatif terhadap baseline menghasilkan biaya penghematan
energi yang tertinggi secara total maupun tiap tahunnya.
Sama halnya dengan grafik biaya penghematan energi, grafik di bawah memperlihatkan
Penghematan CO2 per tahun untuk tiga skenario penggantian pada periode 2012-
2020. Tabel 3 memperlihatkan akumulasi penghematan CO2 untuk ketiga skenario
pada periode 2012 hingga 2020. Sekali lagi, skenario penggantian 70% memberikan
hasil penurunan CO2 tertinggi per tahunnya maupun secara keseluruhan, dibandingkan
dengan skenario baseline.
Dengan penghitungan biaya penghematan energi dan asumsi biaya investasi untuk
penerangan jalan LED dan penerangan jalan konvesional, maka periode pembayaran
43Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
kembali dapat dihitung. Periode pembayaran kembali menggambarkan saat situasi
dimana biaya penerangan jalan LED menjadi lebih efektif ketimbang dengan penerangan
jalan konvensional. Periode pembayaran kembali bisa bervariasi tergantung pada
beberapa faktor. Misalnya, lampu HPS 250W perlu dignati dengan Module HPML 8,
sementara lampu Mercury 250 W perlu diganti dengan Module HPML 4. Mengganti
lampu yang pertama akan menghasilkan biaya yang lebih tinggi ketimbang yang kedua.
Selain itu, periode pembayaran kembali dipengaruhi secara signifikan oleh tarif listrik.
Tingginya tarif listrik akan menghasilkan periode pembayaran kembali yang lebih cepat
dan sebaliknya.
Sebagaimana ditunjukkan pada grafik di bawah ini pada tahun pertama menggantikan
penerangan jalan konvensional akan mengeluarkan biaya lebih besar ketimbang berada
pada skenario baseline karena biaya investasi untuk penerangan jalan LED lebih
tinggi. Meski demikian, setelah beberapa tahun, biaya penghematan energi akan bisa
menutupi tingginya biaya investasi menyebabkan rendahnya biaya di bawah ketiga
skenario berbeda tersebut. Untuk kasus Pekalongan untuk skenario penggantian 50%
dan 70%, periode pembayaran kembali akan dicapai pada tahun ke-5, sementara untuk
skenario penggantian 30% akan dicapai pada tahun ke-4. Sangat penting untuk diingat
bahwa meskipun skenario 30% menghasilkan periode pengembalian investasi yang
paling cepat, skenario penggantian 70% tetap menjadi skenario terbaik karena bisa
menghasilkan penghematan energi yang besar untuk jangka panjang.
Total Presentase Penggantian 30% 50% 70%
Total Penghematan CO2 (tons) 8.565,50 14.275,83 19.986,17
Total Penghematan Biaya Energi (IDR) 21.918.782.552 28.377.366.998 34.835.951.445
Total CO2/Energy Costs Savings
44Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
4.2. Jalan Percontohan di Malang
Sebagai bagian dari kerja sama GIZ PAKLIM – OSRAM untuk penerangan jalan hemat
energi, penerangan jalan konvensional akan diganti dengan penerangan jalan LED di
jalan utama (Jalan Kertanegara) di Malang, Jawa Timur. Tidak hanya itu, dalam proyek
ini juga dilakukan kegiatan monitoring melalui meteran untuk mengukur konsumsi
energi bulanan, sebelum dan sesudah penggantian dilakukan.
Proses monitoring berlangsung selama dua bulan dan dilakukan secara terukur dan
nyata melalui pengamatan konsumsi energi pada meteran yang terpasang pada tiang
lampu jalan. Pada bulan pertama, meteran mengukur konsumsi energi penerangan jalan
konvensional yang selama ini telah terpasang di jalan yang terpilih sebagai pilot street.
Kemudian pada bulan kedua, setelah penerangan jalan konvensional diganti dengan
penerangan jalan LED, meteran juga mengukur konsumsi energi dari penerangan jalan
LED tersebut.
Jumlah lampu jalan sebanyak 14 buah lampu sodium 250 W. Semua lampu terintegrasi
ke dalam sistem dimmer yang beroperasi dari pukul 17.00-23.00 dengan kondisi menyala
penuh, dan akan berkurang menjadi 150 W pada pukul 23.00-05.00. Rata-rata konsumsi
energi lampu konvensional adalah 238 W per lampunya. Perhitungan ini didapatkan dari
angka rata-rata konsumsi energi saat kondisi lampu menyala penuh dan kondisi lampu
yang menyala saat sistem dimming sedang beroperasi.
HPS 250W Siteco SL10 MIDI
Jam Pengoperasian/Hari (Jam) 12
Hari Pengoperasian/Minggu (Hari) 7
Total Jam/Bulan (Jam) 336
Biaya Energi/kWh (IDR) 820
Faktor emisi CO2 (tons/Mwh) 0.725
Jumlah lampu (unit) x14
Total Watt/Lampu (Watt) 238 159
Tanggal Awal dari Perhitungan Meteran Listrik 2-Jul-12 10-Oct-12
Awal dari Nomor kWh Meteran (kWh) 42,770.90 45,194.90
Tanggal Berakhir dari Perhitungan Meteran Listrik 2-Aug-12 10-Nov-12
Akhir dari Nomor kWh Meteran (kWh) 45,157.20 45,999.90
Konsumsi Listrik/Bulan (kWh) Berdasarkan Data yang Dikumpulkan 1,120 748
Berdasarkan Meteran Listrik 2,386 805
Total Listrik/Bulan (IDR) Berdasarkan Data yang Dikumpulkan 918,033 613,308
Berdasarkan Meteran Listrik 1,956,766 660,100
Produksi CO2 /Bulan (tons) Berdasarkan Data yang Dikumpulkan 0.81 0.54
Berdasarkan Meteran Listrik 1.73 0.58
Sebelum penggantian(Lampu Jalan Konvensional)
Setelah penggantian (LED)(Lampu Jalan LED)
Table 9: Tabel data monitoring penerangan jalan LED.
45Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
HPS 250W Siteco SL10 MIDI
Total Watt 288 159
Kuantitas 14 14
Masa Hidup (Jam) 10,000 70,000
Biaya listrik / kWh (IDR) 820 820
Lama Waktu (jam)/ tahun 4,380 4,380
Harga lampu (IDR) 2,644,300 12,717,045
Konsumsi Energi /tahun( kWh) 17,660 9,750
Biaya listrik/tahun (IDR) 14,481,331 7,994,902
Biaya Re=lamping i/c lampu (IDR) 18,860,100 -
Biaya/tahun 33,341,431 7,994,902
Investasi awal tambahan 10,072,745
Biaya pemeliharaan (IDR) 50,000
Lama waktu/hari (Jam) 12
RINGKASAN
HPS 250W Vs. Siteco SL10 MIDI
Penghematan/tahun (IDR) 25,346,530
Penghematan/tahun (%) 45%
Investasi awal tambahan (IDR) 141,018,430
Periode Pengembalian (tahun) 5.56
Hasil monitoring terhadap jalan percontohan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
antara konsumsi secara teoristis berdasarkan data diatas kertas yang dikumpulkan oleh
instansi lokal terkait dan konsumsi sesungguhnya yang telah diukur dengan meteran
yang sudah terpasang, perbedaan tersebut sebesar; Lampu konvensional: 53%, lampu
LED: 7%. Berdasarkan dengan data yang sudah dikumpulkan sebelumnya, rata-rata
penghematan energi sebesar 33.2% (372 kWh per bulan atau sama dengan 0,27 tons
per bulan), sementara saat dilakukan perhitungan berdasarkan meteran yang dipasang,
penghematan energi menunjukan hasil yang lebih baik, yaitu sebesar 66.3% (1,581 kWh
per bulan atau sama dengan 1,15 tons per bulan).
Hasil tersebut memperlihatkan, pada satu sisi, pemasangan meteran di perkotaan
sangat diperlukan untuk menunjukkan konsumsi energi lampu penerangan jalan yang
sebenarnya. Hal tersebut merupakan hal yang paling penting apabila sistem pembayaran
yang didorong oleh permintaan akan dibentuk. Lebih lanjut, hasil tersebut juga
menunjukkan bahwa penggantian penerangan jalan konvensional ke penerangan jalan
LED berujung kepada penghematan energi secara signifikan yang dibuktikan melalui
penghematan biaya dan CO2 secara nyata, serta berkontribusi terhadap pengurangan
emisi gas rumah kaca.
Biaya perawatan lampu : Rp 50.000,-/ unit lampu(estimasi)
Lama pengoperasian : 12 jamTable 10:Payback calculation untuk penggantian lampu jalan konvensional ke lampu jalan LED.
47Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Monitoring atas kegiatan penerangan jalan hemat energi (LED) memberikan
beberapa keuntungan yang akan didapat oleh pemerintah daerah. Kinerja
pengukuran akan terekam dan oleh karena itu bisa menyediakan informasi
terkait dengan penerangan jalan LED, dalam bentuk penghematan energi,
biaya, dan penurunan CO2. Dengan demikian, hasilnya dapat membantu menentukan
investasi berikutnya untuk LED.
Apabila sebuah kota mengusulkan penerangan jalan hemat energi sebagai aksi
mitigasi GRK pada RAD-GRK propinsi, akan dibutuhkan informasi yang menargetkan
penghematan energi dan penurunan CO2 dan perlunya dukungan tambahan dana
untuk mengatasi halangan biaya awal dan implementasi. Kerangka kerja RAN-GRK
membutuhkan pelaporan secara periodik terkait dengan kemajuan implementasi begitu
juga halnya dengan pencapaian kWh dan penurunan CO2.
5.1. Pengukuran
Penetapan baseline BAU – yang berarti skenario di masa depan hingga 2020 tanpa
adanya RAN/RAD-GRK yang mendukung aksi mitigasi GRK—sama halnya dengan
kinerja aksi mitigasi GRK itu sendiri memerlukan indikator pengukuran, pelaporan, dan
verifikasi. Tabel berikut memperlihatkan seperangkat indikator yang memungkinkan
proyek penerangan jalan hemat energi dideklarasikan sebagai aksi mitigasi GRK (NAMA)
untuk bisa didukung oleh RAN-GRK:
Persiapan/ indikator peningkatan kapasitas:
- Jumlah staf teknis/staf lokal yang terlatih - Jumlah workshop pelatihan yang disediakan - Jumlah unit monitoring yang dibentuk
Indikator Teknis:
- Jumlah pengurangan emisi CO2 (t CO2) - Jumlah penghematan energi tahunan (KWh, MWh) - Jumlah unit lampu jalan yang diganti dengan LED, jumlah lampu jalan LED yang
dipasang di jalan baru/jalan tanpa lampu - Jam operasional dari unit LED - Tingkat kegagalan tahunan dari perlengkapan LED - Faktor penurunan kualitas dari perlengkapan LED
Pengukuran, Pelaporan, dan Verifikasi 5
Table 11: Indikator MRV untuk EESL
48Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
- Jumlah lampu jalan yang digunakan/alat-alat yang dibuang - Jumlah lampu jalan yang digunakan kembali/dibuang dengan memperhitungkan
lingkungan (environmentally friendly)
Indikator ekonomis :
- Jumlah pendanaan yang disediakan (Rp) - Biaya pengurangan (Rp) - Jumlah pendanaan disediakan (Rp) per MWh yang dikurangi/ t CO2 yang
diturunkan - Jumlah penghematan biaya per tahun/jumlah penghematan biaya di tahun x
Indikator Sosial-ekonomi :
- Jumlah lampu jalan LED di kota x - Jumlah jalan baru yang dilengkapi dengan lampu jalan LED - Penciptaan lapangan pekerjaan (instalasi, pemeliharaan peridok, dan servis
perbaikan) - Perbaikan kualitas hidup (peningkatan keamanan di malam hari, perbaikan jarak
pandang bagi pengendara mobil dan pejalan kaki, perbaikan tampilan sekitar secara keseluruhan)
- Jumlah investasi publik dan swasta (Rp)
5.2. Pengembangan Inventarisasi Skala Kota dan Baseline BAU
Pengembangan dan pelaksanaan aksi mitigasi GRK (NAMAs) membutuhkan kondisi
‘rujukan’ (reference level) sebagai kondisi untuk mengukur kinerja aksi mitigasi
tersebut, untuk dapat memastikan akuntabilitas. Dalam konteks RAN/RAD-GRK,
baseline BAU merupakan skenario tanpa adanya upaya mitigasi dan dengan demikian
menghasilkan emisi GRK sekian. Contohnya, penggunaan teknologi mitigasi perubahan
iklim dari sektor yang teridentifikasi pada periode 2012-2020 (GoI, RAN-GRK guideline
2011). Dengan adanya kota sebagai unit yang mengusulkan penerangan jalan hemat
energi sebagai mitigasi GRK untuk didukung di dalam RAD-GRK, maka baseline BAU
untuk kota tersebut merupakan hal pertama yang harus dikembangkan17. Baseline BAU
memberikan dasar untuk mengembangkan skenario penghematan biaya (Rp), energi
(kWh), dan GRKs (ton CO2). Pengembangan baseline BAU dimlai dari pengumpulan data
diikuti dengan perhitungan.
PENGUMPULAN DATA
Data berikut harus dikumpulkan untuk mengembangkan skenario BAU:
• Konsumsi energi per tahun untuk penerangan jalan kota (3-4 tahun terakhir)
• Biaya per tahun untuk penerangan jalan kota (3-4 tahun terakhir)
• Jumlah unit penerangan jalan
• Jumlah tipe teknologi yang berbeda
• Jumlah sistem penerangan jalan LED yang sudah dipasang
Perhitungan inventarisasi GRK untuk 3-4 tahun terakhir dilakukan sebagai berikut :
AE = ELy * EFgrid
ELy = kilowatt jam untuk lampu jalan perkotaan dalam tahun y
EFgrid = faktor emisi grid CO2 di tahun y
17. Analisa efisiensi pada bab 4 menyediakan perhitungan baseline BAU untuk kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
49Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Table 12: Model Pelaporan Perkembangan RAD-GRK Tahunan (level Kota).
PENGHITUNGAN BASELINE BAU
Penghitungan emisi baseline BAU bertujuan untuk mengidentifikasikan level emisi GRK
sebelum dilakukannya kegiatan mitigasi, dan kemudian memproyeksikan emisi GRK di
masa depan. Secara teknis, perhitungan dilakukan dengan memperkirakan emisi yang
dihasilkan berdasarkan:
• Data historis (hasil inventarisasi dari emisi GRK selama 3-4 tahun belakangan).
• Data lanjutan/informasi tanpa adanya campur tangan kebijakan/teknologi mitigasi
perubahan iklim
Meskipun tahun dasar yang digunakan tahun 2010 dan diproyeksikan hingga tahun
2020, data historis sebelumnya, misalnya data sejak tahun 2008, dapat digunakan
sebagai rujukan.
5.3.Pelaporan
Contoh berikut dapat digunakan untuk level kota dalam laporan tahunan terkait
perkembangan aksi mitigasi RAD-GRK LED:
Aksi Mitigasi RAD-GRK - Penerangan Jalan LED
1. Nama Kota: 2. Tahun:
3. Penduduk:
4. Awal Tahun Pengukuran:
5. Target Pengurangan di 2020
kWh: Tons of CO2:: Costs in rupiah:
6. Tahun Pelaporan
Jumlah unit yang diganti oleh LED :
Penyedia penerangan jalan LED :
Penghematan konsumsi energi :
Biaya pengeluaran untuk penerangan jalan LED :
Biaya pengeluaran untuk penerangan jalan secara lokal:
7. Inventarisasi tahun pelaporan
Jenis Lampu Unit Mercurcy HPS LED Other 125W 150W 250W 70W 150W 250W
Jumlah Lampu Unit
Long Lamp-lit streets m/Km
Jumlah Penerangan Jalan dengan Meteran m/Km
Konsumsi Energi kWh
Biaya per KWh Rp
Jam Pengoperasian Jam
Biaya Lisrik per tahun Rp
Biaya perawatan per tahun Rp
50Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Contoh berikut dapat digunakan pada level propinsi untuk melaporkan perkembangan
tahunan dari aksi mitigasi RAD-GRK terkait penerangan jalan LED:
Table 13: Model Pelaporan
Perkembangan RAD-GRK Tahunan (level
Propinsi).
Diharapkan bahwa pemerintah bisa menetapkan prosedur verifikasi untuk memverifikasi
kinerja aksi-aksi mitigasi RAD-GRK. Indikasi utama verifikasi adalah biaya yang efektif,
artinya dibandingkan dengan biaya tambahan (investasi yang diambil) untuk penerangan
jalan yang efisien dan dampaknya, termasuk biaya, energi, dan penghematan CO2
selama kerangka waktu sebelum ditentukan.
Aksi Mitigasi RAD-GRK - Penerangan Jalan LED
1. Nama Kota: 2. Tahun:
3. Penduduk:
4. Awal Tahun Pengukuran:
5. Target Pengurangan di 2020
kWh: Tons of CO2:: Costs in rupiah:
6. Tahun Pelaporan
Jumlah unit yang diganti oleh LED :
Penyedia penerangan jalan LED :
Penghematan konsumsi energi :
Biaya pengeluaran untuk penerangan jalan LED :
Biaya pengeluaran untuk penerangan jalan secara lokal:
Pada lembar Tambahan harus memasukkakn lembar pelaporan yang sudah diisi dari kota-kota yang disebutkan pada 3)
51Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Pemerintah daerah membutuhkan sumber pendanaan tambahan untuk mengatasi
biaya awal yang timbul saat mengganti penerangan jalan konvensional dengan
LED. Pada dasarnya beberapa sumber pendanaan telah tersedia.
Berdasarkan potensi aksi mitigasi yang bisa dimasukkan ke dalam RAD-GRK propinsi,
pemerintah daerah (kota/kabupaten) akan bisa menerima dukungan dana melalui dana
APBN/APBD untuk implementasi.
Dukungan oleh Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus merupakan bantuan untuk pemerintah sub-nasional untuk
mendanai kegiatan spesifik dalam tanggung jawab fungsional namun ditujukan bagi
prioritas nasional. DAK merupakan dana 5% dari pendapatan pemerintah daerah di
tahun 2012. Dari aktivitas yang mendapatkan alokasi DAK di sektor kehutanan dan
energi, target pendanaan juga ditujukan untuk pengurangan emisi GRK. Pemerintah
nasional perlu mengetahui peruntukan DAK bagi pendanaan penerangan jalan hemat
energi sehingga pemerintah daerah bisa mengakses uang tersebut dengan semestinya.
Dukungan oleh ICCTf
Menurut Pemerintah Indonesia, pengurangan emisi GRK hingga 41% pada tahun
2020 dibandingkan dengan BAU akan bisa dicapai dengan dukungan internasional.
ICCTF dapat dipertimbangkan sebagai mekanisme pendanaan yang tepat untuk dapat
menghubungkan dukungan internasional terkait dengan aksi mitigasi tersebut, termasuk
kegiatan yang memakan biaya tinggi. Dengan demikian, ICCTF bisa dipergunakan untuk
proyek penerangan jalan hemat energi, terutama untuk mempromosikan teknologi
penerangan jalan hemat energi sebagai pendekatan cepat untuk memicu penerapan
dari RAN/RAD-GRK. Terkait dengan kriteria pemilihan yang sudah ditentukan (misalnya,
jumlah unit lampu jalan yang perlu diganti, penghematan energi), baik kota ataupun
propinsi yang mengajukan proposal dari sekumpulan perkotaan (contohnya, data
baseline BAU), skenario mitigasi yang berbeda, termasuk rencana investasi, dapat
mengajukan untuk dukungan pendanaan melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral.
Pilihan Pedanaan 6
52Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Oleh sebab itu, kota-kota didorong untuk mempersiapkan proposal penerangan jalan
hemat energi RAD-GRK dan mengajukannya kepada MEMR yang akan melakukan kajian
dan mencarikan dana dari sumber seperti ICCTF.
Gambar 6: Pilihan sumber pendanaan dan prosedur untuk
penerangan jalan hemat energi (per November 2012)
53Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Seksi berikut menggambarkan prosedur langkah demi langkah untuk
mengimplementasikan Proyek Retrofit Penerangan Jalan sebagai kegiatan
mitigasi RAD-GRK termasuk contoh yang diperlukan untuk mempersiapkan dan
mengusulkan aksi tersebut pada level propinsi untuk dipertimbangkan dalam
RAD-GRK.
Untuk informasi lebih lanjut, bisa dilihat bab 1 dan 2 dari buku Panduan EESL
Langkah 1: Pemilihan Profil Penerangan Jalan yang ada
Sebagai langkah pertama untuk menjalankan proyek penerangan jalan hemat energi,
dewan harus melakukan kajian terkait dengan persediaan penerangan jalan yang ada.
Hal tersebut akan memberikan gambaran bagi dewan terkait dengan infrastruktur
penerangan publik yang ada dan membantu mereka untuk mengidentifikasikan
perbedaan dan area yang memungkinkan untuk perbaikan sistem. Invetarisasi harus
memasukkan, antara lain jumlah dan tipe Penerangan Jalan yang ada sama halnya
dengan konsumsi energi dan biaya (Lihat Annex II untuk daftar invetarisasi yang
lengkap).
Kota/kabupaten memiliki invetarisasi lengkap, akurat dari aset penerangan jalan
umum, meliputi biaya, penggunaan lampu, tipe lampu, dan jumlah lampu.
Langkah 2: Penghitungan baseline hingga 2020
Berdasarkan invetarisasi yang sudah dikumpulkan, dewan bisa memperhitungkan
skenario baseline BAU yang menggambarkan konsumsi energi, diasosiasikan dengan
emisi GRK sekaligus investasi dan biaya perawata dari Penerangan Jalan hingga 2020.
Baseline tersebut mengasumsikan tidak ada retro-fitting dari fasilitas penerangan
jalan yang sudah ada. Emisi GRK dapat dikalkulasikan dengan menggunakan formula
sederhana:
[data aktivitas] X [faktor emisi]
Kota/kabupaten telah menyusun baseline menggambarkan konsumsi energi,
diasosiasikan dengan emisi GRK sekaligus instalasi dan biaya perawatan hingga
tahun 2020.
Langkah-langkah Panduan dan Rekomendasi Utama untuk
Implementasi 7
54Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Langkah 3: Perhitungan skenario penggantian yang berbeda dan analisa ekonomi yang lebih detail
Berikutnya, dewan harus menghitung skenario penggantian yang berbeda dan
membandingkan hasil tersebut dengan baseline untuk mengkaji keuntungan meliputi
biaya, konsumsi energi dan emisi GRK dari teknologi Penerangan Jalan LED. Untuk
memperkirakan waktu pengembalian investasi awal, maka periode pengembalian
untuk skenario penggantian yang berbeda harus diperhitungkan. Dengan melakukan
analisa ekonomi, dewan akan disediakan peralatan finansial oleh OSRAM. Bersamaan
dengan analisa ekonomi, dewan juga harus melakukan kajian pertama terkait dengan
pilihan pendanaan daerah yang ada dan sumber potensial pendanaan tambahan yang
dibutuhkan. Berdasarkan hasil tersebut, dewan dapat memilih skenario penggantian
yang memenuhi kapasitas yang sudah ditentukan. Bersamaan dengan proses tersebut,
beberapa pertanyaan harus diajukan oleh dewan:
• Periode pengembalian apa yang masuk akal dibandingkan dengan investasi alternatif?
• Pendanaan publik apa yang tersedia dan apakah bisa digunakan untuk membiayai
program tersebut?
• Pendanaan tambahan apa yang dibutuhkan dan bagaimana bisa mengakses dana
tersebut?
Kota/kabupaten telah menjalankan analisa ekonomi secara detail, menentukan
persyaratan finansial yang diperlukan, dan melakukan kajian untuk pilihan
finansial yang ada kepada dewan.
Kota/kabupaten telah memilih skenario penggantian.
Langkah 4: Pemilihan kapasitas organisasi dan manajemen
Pertama, staf harus diseleksi untuk mengkaji apakah mereka sudah tepat untuk proyek
tersebut dan sudah mengenal baik teknologi yang ada. Apabila perlu, tambahan staf
(misalnya, insinyur listrik?) perlu diperkerjakan saat proyek berjalan dan/atau staf yang
ada dilatih tentang Penerangan Jalan LED. Sebagai tambahan, pengambil keputusan
yang penting (misalnya, walikota) di dalam dewan harus mendapatkan informasi terkait
dengan proyek tersebut dan mempunyai posisi untuk mengambil keputusan. Kedua,
kapasitas manajemen data haruslah cukup untuk melakukan pengawasan penerangan
jalan secara berkelanjutan.
Staf tersedia dengan cukup dan waktu staf dialokasikan untuk menjalankan
proyek retrofit. Apabila perlu, pekerjakan tambahan staf.
Staf tersebut memiliki pemahaman cukup untuk merancang penerangan publik,
menyusun sub-kategori sesuai dengan standard, dan menyelesaikan tugas
penerangan jalan lainnya.
Kapasitas manajemen data yang cukup untuk dimonitor, direkam, dan
diinterpretasikan terkait dengan persediaan penerangan jalan setiap saat
Untuk informasi lebih lanjut, lihat 3 dan 7 pada buku Panduang EESL
Langkah 5: Menggabungkan hasil dalam proposal mitigasi RAD-GRK
Berdasarkan hasil dari analisa, dewan dapat memilih skenario penggantian yang
memenuhi kapasitas mereka, yaitu finansial, sumber daya manusia, dan kapasitas teknis
yang tersedia. Penerangan jalan yang harus diganti pertama kali adalah lampu yang
sudah mendekati akhir dari masa hidup mereka. Terakhir, hasil dari langkah-langkah
sebelumnya harus digabungkan dalam proposal mitigasi RAD-GRK oleh unit kota/
kabupaten yang bertanggung jawab. Contoh berikut berfungsi sebagai dasar untuk
proposal:
55Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Table 14: Model untuk Mitigasi RAD-GRK
Beberapa rekomendasi kunci yang bisa dideduksi adalah sebagai berikut:
• Ketekunan dalam pengoperasian dan perawatan akan memperpanjang kualitas dan
masa hidup penerangan jalan LED. Pemasangan sistem pintar memungkinkan untuk
mencapai potensi efisiensi energi sepenuhnya tanpa mengacaukan kinerja atau masa
hidup dari lampu LED.
• Penghalang efisiensi energi harus bisa jelas diidentifikasikan sejak awal dalam proses
tersebut dan ditangani melalui kebijakan dan pendekatan yang tepat.
• Secara optimal, proyek penggantian penerangan jalan LED dapat diintegrasikan dalam
rencana aksi dewan terkait penerangan jalan umum. Hal tersebut memungkinkan
bahwa kerangka kerja jangka panjang yang mendefinisikan jelas tujuan, proses,
dan strategi tersedia dan para pemangku kepentingan yang relevan mendapatkan
informasi dan terintegrasi.
• Untuk level perkotaan, sebuah steering committee dari pemangku kepentingan yang
relevan, yang bisa bertemu setiap saat, dapat dipasang. Hal tersebut dapat dilengkapi
dengan kelompok kerja regional dan nasional. Kerja sama antara dewan tetapi juga
dengan pihak swasta menjadi kunci penting untuk menjamin kesuksesan pelaksanaan
proyek dengan biaya rendah.
• Kementerian nasional (yang terkait : ESDM, PU, dan Perhubungan) harus mengeluarkan
peraturan/panduan terkait dengan harga standard dan instalasi, termasuk kriteria
kinerja minimum, untuk Penerangan Jalan LED untuk membantu pemerintah daerah
dalam mengimplementasikan Penerangan Jalan hemat energi. Hal tersebut dapat
diinformasikan melalui proyek percontohan dan pengalaman yang ada. Panduan
tersebut akan mempercepat proses dan memastikan bahwa hanya produk dengan
Item
Sektor
Sub-sektor
Batasan proyek
Pendekatan dan kegiatan dengan dampak langsung kepada pengurangan emisi GRK
Pengurangan emisi GRK diharapkan relatif terhadap Baseline (CO2 tons/tahun)
Keuntungan sosial-ekonomi yang diharapkan selain pengurangan emisi GRK
Kerangka waktu untuk Implementasi
Tipe dukungan yang diperlukan
Dukungan dana yang dibutuhkan
Description
Sektor publik
Penerangan jalan
Level propinsi (sekelompok kota dan/atau kabupaten mengusulkan proposal)
Penggantian lampu yang tidak efisien dengan lampu LED hemat energi menghasilkan perkembangan hemat energi yang signifikan dan pengurangan emisi GRK
Misalnya, 4000 tons/tahun
• Menciptakan lapangan pekerjaan• Mengoptimalkan penerangan sehingga
meningkatkan keamanan pada malam hari• Mengurangi polusi cahaya akibat cahay langsung
LED• Meningkatkan kapasitas • Membangun sistem MRV yang ketat untuk sektor
penerangan jalan umum • Membangkitkan kesadaran untuk perlunya mencapai
efisiensi energi
Persiapan: 2011-2012Implementasi: 2012-2014Monitoring: 2014-2020
Finansial, teknis, dan peningkatan kapasitas
Misalnya, 100 juta Rupiah
56Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Table 15: Peta jalan Retrofit
Sumber: Based on CCI (2010)
kualitas tinggi yang akan digunakan. (Lihat E-Streetlight 2007 untuk spesifikasi lebih
lanjut).
• Saat pengadaan Penerangan Jalan yang baru, dewan, antara lain, harus menetapkan
karakter kinerja dan jaminan. Dalam hal ini, penetapan standar kinerja minimum akan
sangat membantu. Proses tender harus di-design secara kompetitif dan transparan.
Tender bundling membantu untuk menarik lebih banyak produsen dengan harga
rendah.
• Proyek percontohan yang sedang berjalan menjadi penting untuk belajar tentang
karakter kinerja dari teknologi tersebut.
• Penerapan tahapan penerangan jalan LED dapat membantu untuk mengatasi risiko
dan halangan yang ada.
Sembari mengambil langkah-langah untuk mempersiapkan implementasi penerangan
jalan LED seperti yang sudah digambarkan, sebuah kerangka kerja dapat menyediakan
panduan penting. Berikut beberapa langkah menuju implementasi, termasuk kerangka
kerja yang diperhitungkan.
Mengingat isi dari Buku Panduan, kebanyakan dewan akan mampu melompati
langkah-langkah yang ada dan langsung menuju pada poin 4 atau 5. Hal tersebut
bisa mempercepat proses dan memastikan bahwa proyek tersebut diimplementasikan
dengan biaya yang rendah.
Langkah Kegiatan
1. Mendefinisikan tujuan tingkat tinggi proyek tersebut. Melakukan review tujuan-tujuan tersebut dalam konteks tujuan dan prioritas dari kota lainnya. Mematuhi timeline. Melakukan survei untuk staf: apabila perlu, mempekerjakan konsultan yang memiliki pengalaman dengan proyek pengembangan penerangan jalan. Contoh tujuan yang ingin dicapai: pengurangan biaya terkait penerangan, emisi GRK, meningkatkan jarak pandang dan keselamatan
2. Melakukan evaluasi terhadap perlengkapan yang ada dan mendefinisikan kesempatan untuk perbaikan sistem
3. Memilihi teknologi penggantian untuk dipertimbangkan: misalnya, LED dan induksi. Memilih sistem kontrol untuk dipertimbangkan: misalnya, jaringan wireless sebagai contoh atau power line carrier (PLC). Melakukan review terhadap proyek-proyek yang sudah menguji dan mengaplikasikan teknologi tersebut dan memperoleh hasil evaluasi mereka dan spesifikasi.
4. Apabila tidak ada pengalaman dari kota-kota lainnya yang bisa menjadi jaminan, maka rencana dan meluncurkan (deploy) tes pilot skala kecil untuk mengevaluasi teknologi yang dipilih pada tahap 3. Proyek pilot harusnya bisa memasukkan evaluasi obyektif dan subyektif. Pergunakan ahli listrik untuk evaluasi obyektif dan penduduk daerah tersebut untuk evaluasi subyektif. Pengembangan standar penerangan jalan yang memasukkan hasil dari tes pilot tersebut.
5. Bersamaan dengan langkah 4, lakukan analisa ekonomi yang detail untuk mengkaji apakah deployment sepenuhnya dimungkinkan secara ekonomi. Sepanjang analisa ekonomi, lakukan kajian terhadap pilihan pendanaan lokal yang memungkinkan bagi kota atau dinas terkait
6. Dengan hasil dari langkah sebelumnya, bentuklah sebuah model bisnis untuk implementasi sepenuhnya
7. Arahkan proses persetujuan lokal: memfinalkan rencana pendanaan
Timeline
2 minggu
2 minggu
2 minggu
3-6 bulan
3-6 bulan
1 bulan
1 bulan
57Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Pemilihan yang dilakukan oleh lembaga publik dari sebuah kontraktoruntuk
menyediakan pelayanan EE harus dilakukan melalui proses tender yang
kompetitif. Perlu juga melibatkan pengembangan dan penyusunan Permintaan
untuk Proposal, juga lebih dikenal sebagai tender, permintaan atau dokumen
penawaran. Keefektifan pengadaan bergantung pada RFP yang dibangun dengan baik.
RFP harus bisa menjawab tiga soal berikut:
a) Menentukan tipe pengadaan (barang, pelayanan, atau kombinasi)
b) Menentukan tujuan proyek dan parameter dasar
c) Menentukan cakupan proyek
Mendefinisikan proyek tersebut dengan jelas merupakan aspek penting lainnya. Tujuan
proyek dan parameter dasar akan menjadi panduan pengadaan dan bagaimana serta
kontraktor mana yang akan mengajukan tawaran dan bagaimana tawaran tersebut
akan dievaluasi. Peraturan pengadaan publik yang berlaku di daerah harus bisa
dikonsultasikan lebih awal untuk menentukan level spesifikasi yang dibutuhkan. Proses
pengadaan juga harus bisa dikembangkan melalui kontraktor yang sudah lolos kualifikasi
sebelumnya untuk menjamin bahwa hanya perusahaan yang sepenuhnya berkualitas
dan mampu yang bisa ditarik atau konferensi sebelum bidding untuk mengatasi masalah
dan menunjukkan hal yang mungkin membutuhkan modifikasi untuk mencapai proses
pengadaan yang lancar dan efektif (ESMAP 2012). Untuk kasus Indonesia, pra-bidding
hanya berlaku, saat nilai proyek lebih dari Rp 100 Juta.
Banyak kota juga sudah melakukan proyek percontohan Penerangan Jalan hemat
energi sebelum melakukan proses bidding. Ini membolehkan kota untuk mendapatkan
gambaran dari situasi pasar, untuk melakukan kualifikasi awal vendors/kontraktor dan
untuk membantu menentukan tipe terbaik EESL yang cocok untuk kebutuhan kota
tersebut (SCE 2010). Berdasarkan informasi yang berhasil dikumpulkan saat proyek
percontohan, RFP dapat diperbaharui. Sebuah pendekatan tender yang inovatif sudah
dilakukan oleh Los Angeles. Pelaksanaan dan pengadaan proyek penernagan jalan LED
dilakukan dalam jangka waktu lima tahun. Di samping itu, juga dilakukan tender secara
periodik yang memungkinkan manajer perkotaan untuk menemukan dan memasukkan
penampilan baru ke dalam proses pengadaan (Climate Group 2012).
Pada tahap final, para penerima bidding harus bisa dievaluasi. Proses evaluasi dipandu
oleh metode yang jelas dan transparan untuk menilai informasi yang terdapat pada
proposal penawar. Di banyak negara, tawaran dievaluasi oleh sebuah komite penilaian
Tender dan Pengadaan 8
58Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
yang dibentuk dari perwakilan dari dinas dan kemungkinan desain dari dinas lainnya yang
mempunyai pengalaman untuk melakukan review dan penilaian dari setiap proposal.
Grafik berikut menampilkan skema langkah-langkah yang harus diambil untuk proses
bidding yang kompetitif:
Teknologi baru seperti LED menampilkan tantangan pengadaan karena sedikitnya
pengalaman terkait dengan Penerangan Jalan LED di Indonesia. Oleh sebab itu,
pengalaman dari pioner sebelumnya, sepertu Los Angeles dapat digunakan untuk
memasukkan to design the procurement18. Pengalaman yang dikumpulkan menunjukkan
bahwa beberapa elemen dasar harus bisa dimasukkan ke dalam tender.
• Jaminan kualitas: Sertifikasi IES LM-79 untuk memverifikasi kinerja teknis dari produk
suplier, dilakukan oleh laboratorium independen
• Kinerja Photometric: Perangkat lunak yang menghasilkan laporan modeling yang
menunjukkan produk yang diusulkan memenuhi standard penerangan jalan daerah
dan pencahayaan khusus perkotaan di suatu lokasi disebutkan dalam tender tersebut
• Pemeliharaan Lumen: Sertifikasi IES LM-80 dari perawatan lumen LED digunakan
pada produk suplier, berbarengan dengan perhitungan yang mendukung klaim suplier
terkait masa hidup produk dalam aplikasi yang digambarkan dalam tender tersebut;
di masa depan ekstrapolasi IES TM-21 untuk perawatan lumen juga harus dimasukkan,
saat suplier bisa mengadopsi cara kerja yang baru tersebut
• Suhu warna: Penyimpangan suhu warna yang diperbolehkan (CCT) dari penilaian
nominal manufaktur
• Jaminan: Minimum lima tahun meliputi integritas dan kinerja dari keseluruhan sistem
pencahayaan. Jaminan selama sepuluh tahun atau lebih ditawarkan oleh suplier
sebagai bentuk kompetisi antara mereka yang semakin meningkat dan kinerja dari
produk-produk menjadi semakin pasti.
• Kesiapan kontrol pintar: Kontrol pintar atau bukan yang dibeli, manajer pencahayaan
harus meminta dokumentasi dari kompatibilitas pencahayaan dengan upgrade
kontrol pintar di masa depan. Pendekatan tersebut bisa meminimalkan biaya di masa
depan apabila ada upgrade untuk kontrol pintar yang menjadi pilihan menarik untuk
aset pengaturan pencahayaan.78
Issuance of the RFP package to
bidders
Issuance of the RFP package to
bidders
Issuance of the RFP package to
bidders
Issuance of the RFP package to
bidders
Issuance of the RFP package to
bidders
Issuance of the RFP package to
bidders
Issuance of the RFP package to
bidders
18. Sumber potensial untuk kota-kota, adalah Konsorsium Penerangan Jalan Municipial Solid-state DOE AS, yang telah mengembangkan dan meluncurkan model spesifikasi lampu jalan LED untuk pasar Amerika yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan spesifik organisasi: http://www1.eere.energy.gov/buildings/ssl/tech_reports.html
Gambar 7:Model untuk proses
penawaran yang kompetitif
59Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
Sebagai tambahan, proses pengadaan harus disusun untuk menjawab isu terkait dengan
LED (Climate Group 2012).
Proses tersebut bisa difasilitasi melalui lembaga pemerintah dan non pemerintah
yang bertanggung jawab akan lembaga pengadaan (misalnya, dinas nodal) bahwa kota
dalam proses pengadaan. Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa standard teknis dan
pengadaan berlangsung secara transparan dan efektif (ESMAP 2012). Kota-kota pun
bisa mengambil contoh dari luar negeri. Sebuah bentuk yang mendapatkan pengakuan
internasional adalah Energy Performance Contracts (ESPCs). Dalam ESPC, proyek EE
secara keseluruhan – dari pembangunan untuk pendanaan hingga pengawasan – diambil
dari entitas komersial (Lihat ESPC pada Bab 6).
Secara prinsip, proyek ESPC dapat diimplementasikan oleh berbagai macam
organiasasi, seperti suplier energi, manufaktur perlengkapan, dll. Tetapi, tidak semuanya
membutuhkan untuk membangun ESCO terlebih dahulu. Langkah utama untuk kontrak
penghematan energi sebenarnya sama saja. Meski demikian, ada beberapa panduan
umum yang harus dipertimbangkan. Secara umum, ESPC cenderung lebih kompleks
karena mengintegrasikan elemen teknis, ekonomi, finansial, dan operasional. Oleh
sebab itu, ESPC hanya mungkin saat penawar memberikan proposal pada sebagian atau
seluruh bagian tersebut. Isu penting untuk ESPC adalah mendefinisikan pendanaan.
Penawar biasa menyediakan rencana untuk pendanaan proyek, tetapi, dalam pasar
yang belum berkembang, dana yang besar di awal akan sedikit memberikan kesulitan.
Langkah yang perlu diambil – merefleksikan komplesitas pendekatan tersebut – untuk
proses Pengadaan ESPC yang biasa digambarkan pada gambar 6 berikut:
Sehubungan dengan kerumitan pendekatan tersebut, sangat penting bahwa lembaga
pemerintah yang ditunjuk mendukung proses tersebut melalui keahilan teknis dan
pendanaan. Indonesia dapat belajar dari negara seperti India yang memulai dari titiok
awal yang mirip dan mempunyai ESPC yang sukses terkait dengan Penerangan Jalan
hemat energi.
Gambar 8: Langkah dan masalah pada proses pengadaan ESPC
Sumber: ESMAP (2012)budgeting
1. Multilayer contracts
2. Savings retention
3. Line-item budgeting
4. Level of de-tail and fund-ing source
5. Defining the project
6. RFP standardization7. Additional
requirements
8. Evaluation criteria
9. Evaluation committee capacity
10. Financing sources
11. Financing structures
12. Minimizing deviation
13. Public agency capacity
14. Contract standardization
15. Performance guarantees, payments, and M&V plans
budgeting budgeting budgeting budgeting budgeting
60Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Daftar Acuan
Bappenas (2011): Guideline for Developing Local Action Plan for Green House Gas
Emission Reduction(RAD-GRK). Jakarta, Indonesia.
Canadian Urban Institute (2011): Municipal Policy Options Guide for Advanced Outdoor
Lighting. Toronto, Canada.
CCI (2009): LED Street Lighting Case Study: City of Los Angeles. Clinton Climate
Initiative, William J Clinton Foundation: New York, USA.
CCI (2010): Street Lighting Retrofit Projects: Improving performance while reducing
costs and greenhouse gas emissions. Clinton Climate Initiative, Clinton
Foundation: New York, USA.
Climate Group (2012): Lighting the Clean Revolution. The rise of LEDs and what it
means for cities. The Climate Group
Commonwealth of Australia (2011): Street Lighting Strategy. Prepared for the
Equipment Energy Efficiency. A joint initiative of Australian, State and Territory
and New Zealand Governments.
Enlighten (2011): Minimum Energy Performance Standards (MEPS) to promote the
transition to efficient lighting. Available at: http://www.enlighten-initiative.org/
portal/Portals/26107/documents/ConferenceMaterial/SouthAsia/MEPS.pdf
E-Streetlight (2007): Guide for energy efficient street lighting installations. Available
at http://www.e-streetlight.com/Documents/Homepage/0_3%20Guide_For%20
EE%20Street%20Lighting.pdf
ESMAP (2011): Good Practices in City Energy Efficiency. Los Angeles, USA-Lighting
Emitting Diode (LED), Street Lighting Retrofit
ESMAP (2012): Public procurement of energy efficiency services : lessons from
international experience. World Bank, Washington, DC.
GoI (2011a): RAN_GRK National Action Plan for GHG emission reduction – prepres. No.
61, The Government of Indonesia, Jakarta, available at: http://www.setkab.go.id/
index.php?pg=detailartikel&p=2785
GoI (2011b): RAN-GRK National Action Plan for GHG emission reduction – annex,
The Government of Indonesia, Jakarta,available at: http://sipuu.setkab.go.id/
PUUdoc/17288/LAMPIRAN%201%20612011.pdf
GRAH Lighting (2012): Street lighting technology comparison. Available at: http://www.
grahlighting.eu/learning-centre/street-lighting-technology-comparison
IEF (2011): IEF Symposium on Energy Efficiency in Developing Countries. Background
Paper, 21-22 June 2011, Jakarta, Indonesia.
IPCC (2007): Climate Change 2007: Mitigation. Contribution of Working Group III to the
Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change [B.
Metz, O.R. Davidson, P.R. Bosch, R. Dave, L.A. Meyer (eds)], Cambridge University
Press, Cambridge, United Kingdom and New York, NY, USA.
LED-professional (2012): Review. Jan/Feb 2012. Issue 29. Available at: http://www.led-
professional.com/downloads/LpR_29_full_847823.pdf (14.05.2012).
McKinsey (2011): Lighting the way: Perspectives on the global lighting market.
Available at: http://img.ledsmagazine.com/pdf/LightingtheWay.pdf (14.05.2012).
61Penggantian Penerangan Jalan Konvensional dengan LED
McKinsey (2009): Promoting energy efficiency in the developing world. In: The
McKinsey Quarterly, February 2009.
Ministry of Energy and Mineral Resources – MEMR (2010) Indonesia: Handbook of
Energy and Economic Statistics of Indonesia 2010
PT PLN Persero (2009a): Statistics 2009, Jakarta
PT PLN Persero (2009b): Co2 emission sources from the power sector, Jakarta.
Available at: http://www.iea.org/work/2009/ccs_indonesia/Day1_7.pdf
Parker et al. (2009): The macroeconomic rebound effect and the world economy In:
Energy Efficiency, 2, 411-427
PWC (2011): Barriers to Energy Efficient Street Lighting. Adelaide, Australia.
REEEP (2009): Australia Indonesia Kemitraan Project for Local Government Energy
Efficiency.
SCE (2010): Story of an Energy Leader. City of Pomona’s Energy-Efficient Streetlights.
Southern California Edison.
USAID/BBE (2010):
USAID (2007): Indonesia Country Report. From Ideas to Action: Clean Energy Solutions
for Asia to Adress Climate Change. Bangkok, Thailand.
USDoE (2011): Guideline: Energy Efficient Street Lighting. Version 2.0. Available
at: http://www.beeindia.in/schemes/documents/ecbc/eco3/DSM/Energy%20
Efficient%20Street%20Lighting%20Guidelines.pdf
USDoE (2012): Solid-State Lighting: Research and Development. Office of Energy
Efficiency and Renewable Energy, U.S. Department of Energy. Available at: http://
apps1.eere.energy.gov/buildings/publications/pdfs/ssl/ssl_mypp2012_web.pdf
(14.05.2012).
World Bank (2006): Assistance to the Government of Indonesia’s Demand –side
management Program, Washington DC, USA. Available at: http://siteresources.
worldbank.org/EXTEAPASTAE/Resources/2822887-1163788250255/
Econoler0604110Final0report2r2duit.pdf
World Bank (2010): A city-wide appraoch to carbon finance, Washington DC, USA.
Available at: http://siteresources.worldbank.org/INTCARBONFINANCE/
Resources/A_city-wide_approach_to_carbon_finance.pdf