glaukoma asdf

18
PRESENTASI / LAPORAN KASUS MEDIK : GLAUKOMA AKUT No. ID Peserta : - Nama Peserta : dr. Shalista Feniza Hasny No. ID Wahana : - Nama Wahana : RS Krakatau Medika Topik : Glaukoma akut Tanggal Kasus : 21 September 2013 Nama Pasien : Ny.R No. Rekam Medis : 22-10-30 Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Fathiah SSA Tempat Presentasi : RS Krakatau Medika Obyektif Presentasi : □ Keilmuan □ Keterampilan Penyegaran □ Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah □ Istimewa Neonatus □ Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia □ Bumil □ Deskripsi : Wanita, 54 tahun, nyeri mata hebat sejak 30 menit yang lalu □ Tujuan : diagnosis serta tatalaksana Glaukoma akut Bahan Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset Kasus □ Audit Cara Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E- mail □ Pos DATA PASIEN 1

Upload: tian-prianto

Post on 13-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

asdf

TRANSCRIPT

PRESENTASI / LAPORAN KASUS MEDIK :

GLAUKOMA AKUT

No. ID Peserta : -

Nama Peserta : dr. Shalista Feniza Hasny

No. ID Wahana : -

Nama Wahana : RS Krakatau Medika

Topik : Glaukoma akut

Tanggal Kasus : 21 September 2013

Nama Pasien : Ny.R No. Rekam Medis : 22-10-30

Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Fathiah SSA

Tempat Presentasi : RS Krakatau Medika

Obyektif Presentasi :

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi : Wanita, 54 tahun, nyeri mata hebat sejak 30 menit yang lalu

□ Tujuan : diagnosis serta tatalaksana Glaukoma akut

Bahan Bahasan : □ Tinjauan

Pustaka

□ Riset □ Kasus □ Audit

Cara Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan

Diskusi

□ E-mail □ Pos

DATA PASIEN

Nama : Ny.R No RM : 22-10-30

Nama Klinik : RS Krakatau Medika Telp : - Terdaftar Sejak : -

Data Utama Untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / gambaran klinis :

Nyeri hebat di daerah mata sejak 30 menit yang lalu.

2. Riwayat pengobatan : -

3. Riwayat kesehatan/penyakit : Riwayat alergi (-), gastritis (-), asma (-), hipertensi (-),

diabetes melitus (-)

4. Riwayat keluarga : -

5. Riwayat pekerjaan : -

6. Lain – lain : -

1

Daftar Pustaka :

• Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Mentri Kesehatan Republik Indonesia.Available

from :http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf    

• Zein,U. Gastroenteritis Akut pada Dewasa. Dalam : Tarigan P, Sihombing M,Marpaung B,

Dairy LB, Siregar GA, Editor. Buku Naskah Lengkap Gastroenterologi-Hepatologi

Update 2003. Medan: Divisi Gastroentero-hepatologi Bagian IlmuPenyakit Dalam FK

USU, 2003. 67-79.

Hasil Pembelajaran :

1. Diagnosis dan tatalaksana glaukoma akut

2

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :

1. Subyektif :

Pasien datang dengan keluhan nyeri mata hebat sejak 30 menit yang lalu. Mata bengkak

(+), merah (+), penglihatan berkurang (+), halo (+), nyeri kepala (+). Mual (+), muntah (-),

riwayat serupa sebelumnya (+). Riwayat ht (-), dm (-), kolesterol (-).

2. Objektif :

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital : TD = 100/80 mmHg; P = 23 x/mnt ; N = 100 x/mnt ; S= 36,3 0C

Status Generalis:

Kepala : normosefal

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+ ↓, RCTL +/+ ↓, palpasi teraba

keras ODS

Leher : KGB tidak teraba membesar

Jantung : bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : suara napas vesikuler/vesikuler, ronki -/-, mengi -/-

Abdomen : datar, supel, nyeri tekan ulu hati (-), hepar/lien tidak teraba, bising usus (+)

normal.

Ekstremitas : teraba hangat

Tonometri Schiotz

TOD: 40 mmHg

TOS: 35 mmHg

3

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan (27-02-2013) Hasil Nilai normal

Hemoglobin (g/dl) 14,5 13,0 – 16,0

Leukosit(/mm3)

7,57 5,0 – 10,0

Hematokrit(%)

39,1 40 – 48

Trombosit(/mm3)

232.000 150.000 – 400.000

Natrium 142 135-155

Kalium 3,2 3,6-5,0

Ureum 18 15-45

Kreatinin 0,8 0,5 – 1,5

SGOT 10 0 – 38

SGPT 13 0 – 41

1. Assessment :

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ada beberapa faktor yang

mendukung kearah diagnosis glaukoma akut. Berikut adalah dasar teori penegakkan

diagnosisnya. 

GLAUKOMA

Glaukoma merupakan kelainan mata yang dicirikan dengan rusaknya saraf optik yang

berfungsi untuk membawa pesan-pesan cahaya dari mata ke otak. Kerusakan saraf optik

ini disebabkan oleh kelebihan cairan humor yang mengisi bagian dalam bola mata.

Glaukoma akut adalah suatu kondisi dimana terjadi aposisi iris dengan jalinan trabekular

pada sudut bilik mata. Saat kondisi iris terdorong atau menonjol ke depan, maka outflow

humor akuos akan terhambat, keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra

okular. Jika penutupan sudut terjadi secara mendadak, maka gejala yang ditimbulkan

sangat berat seperti: nyeri hebat pada mata, sakit kepala, pandangan kabur, halo, mual dan

muntah

Glaukoma akut merupakan suatu keadaan darurat mata yang memerlukan penanganan

segera untuk mencegah kerusakan nervus optikus yang dapat menyebabkan kebutaan.

Pengobatan medikamentosa harus dimulai secepat mungkin untuk menurunkan TIO,

4

sebelum terapi definitis iridektomi laser atau bedah dilakukan.

Tipe-tipe glaukoma:

1. Chronic open angle glaucoma

2. Primary angle closure glaucoma (akut dan kronis)

3. Secondary glaucoma

4. Congenital glaucoma

Anatomi dan Fisiologi

Sudut bilik mata dibentuk oleh tautan antara kornea dan iris perifer, yang diantaranya

terdapat jaringan trabekular. Jalinan trabekular sendiri terdiri dari 3 bagian yaitu:

1. Jalinan uveal (uveal meshwork)

2. Jalinan korneosklera (corneoscleral meshwork)

3. Jalinan endotelial (Juxtacanalicular atau endhotelial meshwork)

Ketiga bagian ini terlibat dalam proses outflow akuosus humor.

Akuos humor setelah disekresikan oleh prosesus siliaris ke bilik mata belakang lalu

mengalir ke bilik mata depan melalui pupil, dan dikeluarkan melalui dua jalur outflow

yang berbeda yaitu:

1. Outflow melalui jalur trabekulum (jalur konvensional), yang merupakan jalur utama,

dimana sekitar 90% akuos humor mengalir melalui jalinan trabekular menuju kanalis

sklem dan berlanjut ke sistem vena kolektor

2. Outflow melalui jalur uveoskleral (jalur unkonvensional), dimana sekitar 10% outflow

akuos humor melalui jalur ini.

5

Patofisiologi

Pada glaukoma sudut terbuka, kelainan terjadi pada jalinan trabekular, sedangkan sudut

mata terbuka lebar. Jadi tekanan intraokular meningkat karena adanya hambatan outflow

humor akuos akibat kelainan mikroskopis pada jalinan trabekular.

Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal, sedangkan TIO meningkat

karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata, sehingga outflow humor

akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan seperti ini sering terjadi

pada sudut bilik mata yang sempit (dangerous angle).

Glaukoma sudut tertutup sekunder: jika dislokasi lensa sebagai penyebab tertutupnya

sudut bilik mata.

Glaukoma sudut tertutup primer: tidak diketahui penyebabnya

Apabila sudut bilik mata tertutup secara cepat, ini dikenal dengan glaukoma akut yang

disertai dengan banyak tanda dan gejala. Apabila penutupan sudut bilik mata tidak

sempurna dan kadang-kadang saja terjadi, ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup

intermitten atau glaukoma sudut tertutup kronik, dan disertai dengan sedikit gejala.

Dibawah ini menunjukan gambaran struktur segmen anterior yang berhubungan dengan

glaukoma akut:

1. Diameter kornea lebih kecil

2. Kurvatura kornea anterior lebih datar

6

3. Kurvatura kornea posterior lebih datar

4. Sudut bilik mata depan lebih dangkal

5. Lensa lebih tebal

6. Kurvatura lensa anterior lebih pendek

7. Letak lensa lebih anterior

8. Sumbu bola mata lebih pendek.

Satu hal yang perlu diketahui bahwa tidak semua sudut bilik mata sempit akan berkembang

menjadi glaukoma akut, dapat terjadi hanya pada sebagian kecil saja, terutama yang pupilnya

berdilatasi sedang (3,0 - 4,5 mm) yang dapat terjadi blok pupil sehingga dapat berlanjut

menjadi sudut tertutup.

Akibat terjadinya blok pupil, maka TIO lebih tinggi di bilik mata belakang daripada bilik

mata depan. Semakin tinggi TIO di bilik mata belakang konveksivitas iris semakin bertambah

juga, ini yang disebut dengan iris bombe yang membuat perifer iris kontak dengan jalinan

trabekular, sehingga menyebabkan sudut bilik mata tertutup.

Gambar 3. Blok pupil dengan sudut tertutup dengan iris bombe

Tanda dan Gejala

1. Glaukoma Sudut Tertutup (Akut)

- Nyeri: merupakan tanda khas pada serangan akut yang terjadi secara mendadak

dan sangat nyeri pada mata.

- Mual, muntah, lemas.

- Penurunan visus secara cepat dan progresif, hiperemis, fotofobia yang terjadi pada

semua kasus

- Penglihatan halo

7

- Gejala tidak konstan, bertahan 1-2 jam dan menghilang

2. Chronic open angle glaucoma: biasanya tidak disadari sampai adanya gangguan

pengelihatan (perifer to center)

3. Secondary glaucoma: contohnya karena uveitis. Kadang sulit dibedakan antara

glaukoma dengan uveitis seperti nyeri mata dan sakit kepala. Bedanya adalah

glaukoma mengalami gangguan penglihatan drastis dan gambaran halo.

Faktor Risiko

- Usia: berbanding lurus dengan pertambahan usia

- Ethnic origin: african-afro

- Myopia

- Ocular hypertesion

- Family history

- Medical history: misal DM

Penegakkan diagnosis glaukoma biasanya disadari ketika penglihatan sudah berkurang.

Biasanya pasien tidak menyadari karena gangguan penglihatan pada awalnya muncul

dari bagian perifer dan gangguan biasa disadari ketika gangguan penglihatan mencapai

sentral. Maka dari itu harus disadari betapa pentingnya penegakkan dini penyakit

glaukoma sebelum terjadinya gangguan penglihatan pada penderita. Disarankan tes

kesehatan mata tiap 2 tahun.

Tes Glaukoma:

1. Slit lamp (edema kornea; hiperemis siliar; bilik mata depan dangkal, pupil oval, dll)

2. Gonioskopi (terlihat kontak perifer irido-korneal komplit pada glaukoma akut)

3. Oftalmoskop (cap-disk ratio)

4. Perimetri

5. Optic nerve test

8

Gambar 1. Edema kornea pada glaukoma, kornea terlihat keruh

Pembahasan

Pada kasus pasien ini banyak hal yang menunjang kepada diagnosis glaukoma akut. Dari

anamnesis kita sudah dapat menegakkan 70% kearah glaukoma akut. Dimana didapatkan

keluhan nyeri mata hebat, mata merah dan bengkak, sakit kepala, penglihatan buram,

gambaran halo, dan mual.

Dari pemeriksaan tonometri juga didapatkan peningkatan TIO di kedua bola mata, dimana

TOD 40 mmHg dan TOS 35 mmHg.

Kesimpulan diagnosis

Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan

pasien menderita glaukoma akut.

3. Plan :

Diagnosis =

Upaya diagnosis sementara sudah cukup optimal berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan banyak hal yang mendukung ke arah

gastroenteritis akut.

Pengobatan =

TERAPI

Terapi Medikamentosa

I. Agen Ostmotik

Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intra okular. Agen osmotik oral pada

penggunaannya tidak boleh diencerkan dengan cairan atau es, agar osmolritas dan

efisiensinya tidak menurun.

Gliserin: dosis efektif 1-1,5 gr/kg BB dalam 50% cairan. Dapat menurunkan TIO

dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian, dan dipastikan agen ini bekerja selama

5-6 jam. Selama penggunaannya, gliserin dapat menyebabkan hiperglikemia dan

dehidrasi. Agen ini dapat menyebabkan mual dan muntah

Mannitol: merupakan oral osmotik diuretik kuat yang dapat memberikan keuntungan

9

dan aman digunakan pada pasien diabetes karena tidak dimetabolisme. Dosis yang

dianjurkan adalah 1-3 g/kgBB dalam 50% cairan.

Bila intoleransi gastrik dan mual menghalangi penggunaan oral maka manitol dapat

diberikan IV dalam 20% cairan dengan dosis 2 gr/kgBB selama 30 menit.

II. Karbonik anhidrase inhibitor

Asetazolamid: merupakan pilihan yang sangat tepat untuk pengobatan darurat pada

glaukoma akut. Efeknya dengan menurunkan tekanan dengan menghambat produksi humor

akuos, sehingga sangat berguna untuk menurunkan TIO secara cepat, yang diberikan secara

oral dan IV. Dosis inisial 2x250 mg oral, dapat diberikan kepada pasien yang tidak

mempunyai komplikasi lambung. Dosis alternatif IV 500 mg bolus efektif pada pasien

penderita nausea. Penambahan dosis maksimal asetazolamid diberikan setelah 4-6 jam untuk

menurunkan TIO yang lebih rendah.

III. Miotik Kuat

Pilokarpin: 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian sebegai terapi inisial,

diindikasikan untuk mencoba menghambat serangan awal pada glaukoma akut.

Penggunaannya ternyata tidak efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam. Hal ini

terjadi karena muskulus sfingter pupil sudah iskemik sehingga tidak dapat merespon terhadap

pilokarpin. Pilokarpin diberikan satu tetes setiap 30 menit selama 1-2 jam. Pada umumnya

respon pupil negatif terhadap serangan yang telah berlangsung lama sehingga menyebabkan

atrofi otot sfingter akibat iskemik.

IV. Beta Blocker

Beta bloker dapat menurunkan TIO dengan cara mengurangi produksi humor akuos.

Timolol merupakan beta bloker nonselektif dengan aktifitas dan konsentrasi tertinggi di bilik

mata belakang yang dicapai dalam waktu 30-60 menit setelah pemberian topikal. Beta bloker

tetes mata sebagai inisial terapi diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat

diulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian.

10

Observasi Respon Terapi

Merupakan periode penting untuk melihat respon terapi yang dapat menyelamatkan visus

penderita, sehingga keputusan harus segera dibuat (paling tidak dalam 2 jam setelah

mendapat terapi medika mentosa intensif. Observasinya meliputi:

1. Monitor ketajaman visus, edema kornea dan ukuran pupil.

2. Ukur TIO setiap 15 menit ( terbaik dengan tonometri)

3. Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama apabila TIO sudah turun dan kornea sudah

mulai jernih.

Pada masa observasi, respon terapi bisa baik ataupun jelek. Bila respon terapi baik (perbaikan

visus, kornea menjadi jernih, pupil kontriksi, TIO menurun, sudut kembali terbuka) maka

pada keadaan ini dapat dilakukan tindakan selanjutnya dengan laser iridektomi.

Bila respon terapi jelek (visus tetap jelek, kornea edema, pupil dilatasi dan terfiksir, TIO tetap

tinggi), pada kondisi ini tindakan selanjutnya dengan laser iridoplasti.

Bedah Laser

I. Laser iridotomy

Indikasi: Pada glaukoma sudut tertutup dengan blok pupil, iridektomi juga diindikasikan

untuk mencegah terjadinya blok pupil pada mata yang berisiko, yang ditetapkan melalui

evaluasi gonioskopi.

Kontraindikasi: tidak bisa dilakukan pada mata dengan rubeosis iridis, karena dapat terjadi

perdarahan.

11

Gambar: Laser iridotomy

Gambar: Setelah laser iridotomy

II. Laser Trabekuloplasty

Merupakan tindakan dimana jaringan trabecular di sinar dengan laser untuk melancarkan

aliran akuos humor.

Indikasi tindakan ini adalah untuk glaukoma sudut terbuka, glaukoma sudut tertutup yang

sudah dilakukan laser iridotomi. Biasanya tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

serangan akut berulang.

12

Gambar: Laser trabekuloplasty

Bedah Insisi

Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan tindakan laser

iridektomi, seperti:

Iris tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema kornea, hal ini sering terjadi pada

pasien glaukoma akut berat.

Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-kornea yang luas

Tidak tersedianya peralatan laser.

Pada iridektomi pupil dibuat semiosis mungkin, dengan menggunakan miotik tetes.

Kemudian dilakukan insisi 1 mm di belakang limbus. Insisi dilakukan agar iris prolapse lalu

dilakukan iridektomi.

Trabekulektomi diindikasikan pada keadaan glaucoma akut yang berat atau setelah

kegagalan iridektomi perifer.

Prognosis

Prognosis baik apabila glaukoma akut cepat terdeteksi dan mendapat terapi sesegera

mungkin. Seringkali baru diketahui pada stadium lanjut, dimana lapang pandang telah hilang

secara progresif, iris menjadi atrofi dan midriasis pupil telah menetap.

Pada kasus tn.A pemberian terapi di IGD diberikan terapi cairan RL, injeksi torasik 1 ampul,

13

rantin 1 ampul, vomceran 1 ampul, dan drip ketesse 2 ampul.

Terapi yang diberikan setelah konsul Spesialis Mata adalah glaucon 3x500, Aspar-K 2x1,

timolol eye drop 2x1 gtt ODS, azopt 2x1 gtt ODS, C. Tobroson eye drop 4x1 gtt ODS.

Pendidikan = Dilakukan edukasi kepada pasien mengenai modifikasi gaya hidup seperti

cegah makan 2-3 jam sebelum tidur, mengurangi makanan-makanan yang dapat memicu

refluks.

Konsultasi = Konsultasi dilakukan pada dokter spesialis mata.

Rujukan = Pasien tidak perlu dirujuk karena dalam keadaan stabil.

asdfassdf

14