good governance. media komunikasi komunitas perumahan 'inforum' edisi 1 tahun 2011
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
1/60
EDISI I TAHUN 2011
Goodsebagai Pilar Pembangunan Perumahan dan Kawasan PermukimanGovernance
UU PKPSebuah TantanganKelembagaan
Program Dekonsentrasi 2011
PEMDA TentukanKeberhasilanPembangunan Perumahan
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
2/602
Tahun 2010 telah berlalu dan kita kembali bertemudi tahun 2011 ini. Di awal tahun 2011 ini terdapatkabar yang menggembirakan dan penuh harapan
bagi pembangunan perumahan di Indonesia. Revisi
Undang-Undang Perumahan dan Permukiman telah resmidiundangkan menjadi Undang Undang No 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Dalam edisi sebelumnya, isi dari Undang-Undangtersebut telah kami angkat menjadi topik utama. Kehadiran
Undang Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman diharapkan akan memberikanharapan baru terutama terkait perumahan bagi Masyarakat
Berpendapatan Rendah. Namun, tentunya kehadiranundang-undang ini juga membawa berbagai konsekuensi
dan tantangan baru.
Salah satu tantangan yang dihadapi sebagai konsekuensidari undang-undang baru tersebut adalah dalam aspek
kelembagaan pemerintah. Untuk itu, cukup relevan jika
dalam edisi kali ini, kami menurunkan laporan utamamengenai aspek kelembagaan sebagai konsekuensi lahirnya
UU baru dan juga secara umum membahas tentangGood
Governancesebagai laporan utama. Kementerian PerumahanRakyat sendiri telah berusaha mempraktekkan Good
Governancedan di tahun yang baru ini akan berusaha lebihbaik lagi.
Kami berharap, dengan semangat Good Governancedan
undang-undang yang baru, pembangunan perumahan ditahun 2011 dapat berjalan ke arah yang lebih baik. Majalah
Inforum pun akan berjalan seiringan agar dapat terus hadir
untuk memasyarakatkan isu perumahan yang tentunya takhanya terbatas mengenai Kementerian Perumahan Rakyat
belaka. Untuk itu, Inforum juga menerima kiriman artikel,
foto-foto maupun surat pembaca sehingga informasi yangdisajikan bisa lebih luas. Terima kasih.
Selamat membaca.
Foto cover depan: Humas Kemenpera
Redaksi menerima arkel, berita, karikatur yangterkait bidang perumahan rakyat dari pembaca.Lampirkan gambar/foto dan identas penulis kealamat email redaksi. Naskah ditulis maksimal 5halaman A4, Arial 12.
Redaksi juga menerima saran maupun tanggapanterkait bidang perumahan rakyat ke email [email protected] atau saran danpengaduan di www.kemenpera.go.id
PelindungMenteri Negara Perumahan Rakyat
Penasehat Redaksi
Sekretaris Kementerian Perumahan RakyatDepu Bidang Pembiayaan PerumahanDepu Bidang Pengembangan KawasanDepu Bidang Perumahan SwadayaDepu Bidang Perumahan Formal
Pemimpin RedaksiOswar Mungkasa
Dewan RedaksiRifaid M. NurHardi SimamoraEko D. HeripoerwantoLukman Hakim
Redaksi PelaksanaMoch. Yusuf HariagungEko Suhendratma
Lusia Nini PurwajaPenyunng dan Penyelaras Naskah :JeryTri Pudji AstuArief KaryawanHotman Sahat Gayus
ReporterRistyan Mega PutraDavid Agus Sagita
Desain dan ProduksiAkbar Pandhu PAris KarnadhiRidho FauzyRossi Dwi ApriawanAgus Sumarno
Bagian AdministrasiAngga Dwijayan
Bagian DistribusiSaiful AnwarRuby MSri Rahmi PPuska Chandra KJadima Lumban R
KorespondenR. Budiono SubambangToni Rusmarsidik B. EkoputroCut LisaBambang Sucipto Yuwono
Alamat Redaksi Inforum:Bagian Humas dan ProtokolKementerian Perumahan RakyatJln. Raden Patah I No. 1 Lantai 3 Wing 3Kebayoran Baru, Jakarta SelatanTelp / Fax : (021) 724687Email : [email protected] : www.kemenpera.go.id
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
3/60
Edisi 1Tahun 2011
3
Yth. Majalah InforumSaya melihat bahwa majalah Inforum ini adalah media
yang telah cukup baik dalam mengangkat isu-isuperumahan dan permukiman. Gaya bahasanya ringandan tampilannya juga cukup mengikuti trend jamansekarang sehingga dapat cukup dimengerti. Pertahankandan semoga ke depannya Inforum dapat tetap terbitsecara konsisten serta dapat lebih berkembang.Susilo Bogor
Yth. Sdr. SusiloTerima kasih banyak atas apresiasi yang diberikan kepadaInforum. Untuk itu, kami tentunya tak putus berharap agarSdr. Susilo dan pembaca lainnya dapat untuk terus mendukungInforum.
Yth. Redaksi Inforum,Pada edisi akhir tahun 2010, Inforum telah mengulasmengenai isi Undang-Undang Perumahan dan KawasanPermukiman. Awal tahun ini, UU tersebut telahdiundangkan secara resmi. Saya harap Inforum turut
berpartisipasi untuk menyosialisasikannya lebih lanjutterutama tentang bagaimana implementasinya secara riildi lapangan.Salam,
Agus Jakarta
Yth. Sdr. Agus,Terima kasih atas saran dan masukannya.Redaksi Inforumberkomitmen ikut mengawal pemberitaan dari implementasi UUPKP tersebut. Pada tahun ini sendiri, akan diselenggarakan pulakegiatan-kegiatan sosialisasi UU PKP yang tentu saja akan terusdiinformasikan oleh Inforum.
Yth. Redaksi Inforum,Saya adalah salah satu pegawai di dinas daerah yangkebetulan menemukan majalah Inforum ketika sedangmengikuti kegiatan sosialisasi di pusat. Yang saya lihat
selama ini, banyak di kalangan rekan-rekan saya yangkurang mengerti mengenai Kementerian Perumahan
Rakyat. Bahkan, banyak yang kurang ngeh akankeberadaan Kementerian Perumahan Rakyat yang secarakhusus menangani perumahan dan permukiman. Initentunya cukup memprihatinkan. Padahal, perumahanadalah salah satu kewajiban yang harus dipenuhioleh Pemerintah Daerah. Inforum sebaiknya dapatmengambil tempat untuk lebih memasyarakatkan halini. Tak lupa, saya harap distribusi majalah Inforum didaerah agar dapat lebih baik lagi.
Andi Makassar
Yth. Bapak Andi,Terima kasih banyak atas masukannya. Ini menjadi
pembelajaran yang sangat berarti untuk Inforum. Sementara ini,kami masih mengalami sedikit keterbatasan dalam distribusimajalah Inforum versi cetak. Namun majalah Inforum tetapdapat diakses setiap saat dengan mengunduh melalui http://kemenpera.go.id
Yth. Majalah Inforum,Dalam edisi 2 tahun 2010, Inforum mengangkat topikutama tentang FLPP. Ini adalah hal yang cukup barudan sangat diperlukan masyarakat. Sayang, tentang infoteknis di lapangan sepertinya kurang diinformasikandalam pembahasan di edisi tersebut. Dari mana sayadapat mengetahui info-info terkait FLPP dan apakahFLPP ini telah ada di daerah-daerah? Mohon info dantanggapannya.
Tri Astuti Lombok
Yth. Sdri. Tri Astuti,
Mulai tahun 2011, Inforum telah memiliki rubrik tanya jawabdi mana pembaca dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yangspesik terkait perumahan. Dalam edisi kali ini terdapat juga
pertanyaan terkait FLPP yang semoga dapat ikut memberikanpenjelasan kepada Saudari. Anda juga dapat mengajukanpertanyaan melalui kotak saran Kementerian Perumahan Rakyatdi http://kemenpera.go.id
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
4/604
Dari Redaksi 02
Surat Pembaca 03
Daftar Isi 04
Laporan Utama 06
Wawancara Khusus 12
Wacana 16
Liputan 24
Kata Stakeholder 38
Tanya Jawab 40
Intermezzo 41
Tips 44
Pengelolaan Pengetahuan 45
Praktek Unggulan 51
Fakta 54
Galeri Foto 56
Agenda 58
Good Governance
dan Semangat BaruPembangunan Perumahan
Rapat Kerja KementerianPerumahan Rakyat Tahun 2011
24
Taman Fatahillah Kota Tua :Sarana Promosi Budaya, SaranaKumpul Kawula Muda danPembangkit Ekonomi Masyarakat.
Pada kesempatan ini pembaca Info-
rum akan diajak untuk mengunjungi
Kota Tua yang ada di wilayah Jakarta
Barat. Kenapa Kota Tua? Karena Kota
Tua sarat akan sejarah khususnya
tentang Jakarta.
Peraturan untuk mendukungpelaksanaan Reformasi Birokrasi
dan Good Governancetelah banyak dikeluarkan
oleh pemerintah. Inforumberkesempatan mewawancarai
Agus Sumargiarto, SH, KepalaBiro Hukum dan Kepegawaian,
Kementerian Perumahan Rakyat,untuk membahas pelaksanaanReformasi Birokrasi khususnya
di lingkungan KementerianPerumahan Rakyat.
38
Pada awal tahun 2011 tepatnya pada17-19 Januari 2011, KementerianPerumahan Rakyat menyelenggarakanRapat Kerja Kementerian PerumahanRakyat (Rakerpera). Dalamkesempatan tersebut, MenteriNegara Perumahan Rakyat SuharsoMonoarfa menyampaikan agar dalampelaksanaannya, rencana kerja diKementerian Perumahan Rakyatditerapkan berdasar kaidah goodgovernance yang sesuai.
Liputan
Kata Stakeholder
12
Laporan Utama
Wawancara Khusus
Agus Sumargiarto, SH
Jangan Dukung Setengah Hati,Jangan Reformasi Setengah Hati
Intermezzo 41
6
Kelola KebijakanPerumahandengan Baik,Demi Rumahuntuk RakyatAngka kekuranganpersediaan rumahbukan berkurang, justruterus bertambah. Menurutpemerintah, angka kekurangan itu sudahmencapai hampir 8 juta unit dengan kebutuhanrata-rata sekitar 800 ribu unit per tahun.
Raker yang dibuka oleh Menteri Negara
Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa
ini berusaha untuk menjaring isu
dan permasalahan terkini, baik yang
terkait dengan hasil pelaksanaan
pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman sampai tahun2010, maupun rencana ke depan
dalam rangka menyelesaikan RPJMN
dan Renstra Kemenpera Tahun 2010-
2014.
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
5/60
Edisi 3Tahun 2010
5
Tips Oke Mengecat TembokRumah Idaman Jangan
Asal Pilih Cat TembokTembok sebenarnya merupakan bagian
penng dari sebuah rumah. Selain
mencerminkan kondisi rumah yang
sebenarnya, aneka warna cat tembok
pada dasarnya juga menunjukkan
bagaimana pemilik rumah merawat
tempat nggalnya dengan baik. Tentunya
Anda juga ingin melihat tembok rumah
terlihat indah untuk dipandang dan dak
membosankan.
44TipsMengkaji Ulang GoodGovernance: Transformasi
Menuju Good Governancedi Dunia GlobalDalam konteks teoris, pembicaraan tentanggood governance dak bisa lepas dari prosestransformasi government, karena dulu islahpemerintahan lebih populer sebagai government,bukan governance. Pandangan ini di dasarkanulasan Sutoro Eko dalam makalahnya MengkajiUlang Good Governance.
49 Wacana
Mengusik Tata PenyelenggaraanLingkungan Hidup dan PemukimanBuku Mengusik Tata Penyelenggaraan LingkunganHidup dan Pemukiman ditulis oleh KuswartojoBudiharjo atau yang lebih akrab dikenal dengansebutan Tjuk Kuswartojo. Buku ini berisikankumpulan tulisan Tjuk Kuswartojo dalamrentang waktu yang cukup panjang yaitu sejak
pertengahan 1980-an hinggadekade awal
abad 21 danterdiri dari
dua jilid bukuyang dikemasmenjadi satu.
45 Info Buku
CD Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2011Tentang Perumahan dan KawasanPermukiman.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 TentangPerumahan dan Kawasan Permukiman disahkanpada tanggal 12 Januari 2011. Undang-Undangini lebih menegaskan peran pemerintahyang semula sebagai regulator menjadi
smulator dan fasilitatordalam penyelenggaraan
perumahan umum, aktorpembangunan rumahnegara dan rumahkhusus, penyediaantanah serta Prasarana,
Sarana dan Ulitasumum.
46 Info CDhttp://www.bpkp.go.id/
Dekonsentrasi Lingkup
Kementerian Perumahan Rakyat
Tahun 2011.
47 Info Pustaka
48 Info Situs
Modul
Situs Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) yang beralamatkandi hp://www.bpkp.go.id/ memberikan
informasi antara lain tentang berbagai
peraturan terkait dan informasi
mengenai produk dan layanan unggulan
Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP).
Rumah Panggung(Platform House)Bentukan arsitektur rumah di nusantara selainmemiliki bentuk (form) juga memiliki gaya
(style) yang beragam salah satunyaadalah rumah panggung (platorm
house). Rumah panggung bukanmerupakan gaya bentukan
arsitektur yang baru dinusantara, hal ini bisa
dibukkan dari relief-relief
candi yang ada.
54 Fakta
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
6/606
Laporan Utama
Pada awal tahun 2011
tepatnya pada 17-19
Januari 2011, Kemente-
rian Perumahan Rakyat
menyelenggarakan Ra-
pat Kerja Kementerian Perumahan
Rakyat (Rakerpera) bertempat di
Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara.
Rakerpera tersebut bertemakan Me-
mantapkan Good Governance dalam
Menghadapi Perubahan LingkunganStrategis Pembangunan Perumahan
dan Kawasan Permukiman.
Dalam kesempatan tersebut, Men-
teri Negara Perumahan Rakyat Su-
harso Monoarfa menyampaikan agar
dalam pelaksanaannya, rencana kerja
di Kementerian Perumahan Rakyat
diterapkan berdasar kaidah good gover-
nance yang sesuai, ini tentunya selaras
dengan tema yang diangkat dalam
Rakerpera tersebut.
Rakerpera yang diselenggarakan di
awal tahun 2011 tersebut bertepatan
dengan momen penting bagi pemba-
ngunan perumahan dan permukiman
di Indonesia. Undang-Undang Pe-
rumahan dan Kawasan Permukim-
an yang pada Desember 2010 telah
disahkan oleh DPR, di awal 2011 ini
akhirnya telah resmi diundangkan
menjadi Undang-Undang No 1 Ta-
hun 2011 tentang Perumahan danKawasan Permukiman (PKP).
Kehadiran UU PKP ini tentunya
juga memberi jiwa baru bagi Kemen-
terian Perumahan Rakyat dalam men-
jalankan amanahnya. Sejalan dengan
semangatgood governanceyang diangkat
dalam Rakepera tersebut, UU PKP ini
pun juga memberikan tantangan-tan-
tangan baru terkait implementasigood
governanceyaitu dari segi kelembagaan.
Tulisan berikut ini akan memberikan
gambaran awal mengenai good gover-
nance yang kemudian akan dirangkai
dengan tulisan mengenai tantangan
kelembagaan dalam UU baru terse-
but, konsep good corporate governance,
implementasi sistem pengendalian
internal pemerintah, serta gambaran
praktek pelayanan publik di Kemen-
terian Perumahan Rakyat dan praktek
good governancedi negara lain.
Sejarah Good Governance (GG)Di Indonesia, penerapan GG mun-
cul sejak tahun 1997, saat itu sedang
krisis multi dimensional yang mem-
pengaruhi tidak hanya sektor ekono-
mi, tapi juga pada aspek kehidupan
berpolitik dan sosial masyarakat. Se-
lama kepemerintahan Orde Baru yang
berkuasa selama 32 tahun, pemerin-
tahan dilaksanakan secara sentralistik,
up-down atau birokrasi yang primo-
Good Governancedan Semangat Baru Pembangunan Perumahan
SUMBER FOTO: HUMAS KEMENPERAMenteri Negara Perumahan Rakyat dalam Rapat Kerja Kementerian Perumahan Rakyat 2011.
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
7/60
Edisi 1Tahun 2011
7
dial dan pemerintahan yang lepas darikontrol sosial yang pada akhirnya ber-dampak tumbuh suburnya praktek-praktek Korupsi, Kolusi, Nepotisme(KKN) dalam penyelenggaraan pe-merintahan.
Upaya pemerintahan saat itu da-lam memberantas KKN bukannyatidak ada. Tahun 1971 diterbitkan UUNo. 3 tentang Tindak Pidana Korupsi.Keinginan rakyat untuk memberantasKKN pun dimanifestasikan dengandikeluarkannya ketetapan MPR No-mor XI Tahun 1998 tentang Penye-lenggaraan Negara yang Bersih danBebas dari KKN. Kemudian, diter-
bitkan pula UU No 28 Tahun 1999tentang Penyelenggaraan Negara yangBebas dari KKN dan UU No. 20
Tahun 2001 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi. Tidak cu-kup hanya penertiban peraturan per-undang-undangan, sejak rezim ordebaru sampai dengan Kabinet Persatu-an jilid dua, telah banyak dibentuklembaga pemerintah yang menanganipemberantasan korupsi mulai jaman
orde baru dengan OPSTIB-nya(red: Operasi Tertib) hingga KPK dimasa kini. Organisasi kemasyarakat-an terkait pun banyak bermunculanmisalnya Masyarakat TransparansiIndonesia (MTI), Indonesia CorruptionWatch(ICW) dan lain-lain. Banyaknyaketentuan dan lembaga-lembaga diatas tidak serta merta menurunkanIndeks Prestasi Korupsi Indonesiaseperti yang dikeluarkan oleh MTI.
Akhir-akhir ini justru sering diberi-
takan media massa banyak pejabatnegara yang diperiksa aparat penegakhukum. Mengapa hal tersebut bisa terusterjadi? Apa yang salah: konsep, sistem,atau manusianya?
Konsepsi Good GovernanceGG secara konseptual terdiri
atas dua pengertian, yaitu Good ataubaik dan Governance atau tata kelolakepemerintahan. Berdasarkan kedua
pengertian tersebut GG mengandung
makna bahwa pemerintahan dilak-sanakan dengan orientasi ideal padapencapaian tujuan bernegara dan ber-fungsi secara efektif dan esien.
Dalam praktek sehari-hari penger-tian governance sering disamakan de-ngan pengertiangovernment. Kedua katatersebut berasal dari akar kata yangsama, yaitu to govern, namun memi-liki makna yang berbeda. Governmentditerjemahkan sebagai pemerintah,pemerintahan, negara, pengelola ataupengurus, dengan demikiangovernment
adalah wadah atau institusi. Adapungovernancememiliki cakupan yang lebihluas, para ahli mengartikannya seba-gai tindakan, proses, pola penyeleng-
garaan pemerintahan atau sering jugadisebut sebagai memerintah, mengua-sai, mengurus atau mengelola.
Dari pengertian di atas, governanceadalah pelaksana/pelaku dalam pe-nyelenggaraan negara. Jika dalam
govern mentpenyelenggara negara adalahhanya pemerintah, maka dalam penger-tian governance terkandung maknabahwa penyelenggaraan negara tidaksemata dijalankan oleh pemerintah,tetapi ada pelaku lain yang menun-
jang pengelolaan negara tersebut,yaitu sektor swasta (private sector) danmasyarakat madani (society), sehinggaibarat bangunangovernance berbentuksegi tiga sama sisi, dengan tiga pilaryaitu: state, society, danprivate sector.
Dalam konsep governancemasyara-kat turut berperan aktif dan berpar-tisipasi dalam penyampaian gagasan,dan aspirasi, sebagai pelaksana pemba-ngunan dan terakhir berperan sebagai
social control terhadap jalannya peme-
rintahan. Demikian pula dengan sek-tor swasta yang saat ini wilayah usa-hanya telah memasuki wilayah yangselama ini hanya dikerjakan oleh pe-merintah (sektor publik). Dengan de-mikian tiga pilar yang membentuk segitiga di atas, satu dengan lainnya salingberkaitan dengan posisi yang setara,transparan dan saling mengontrol, se-hingga membentuk suatu sistem keta-tanegaraan yang terintegrasi.
Dalam penerapannya, GG harusdilandasi dengan nilai-nilai luhur, yaituprinsip-prinsip yang sifatnya funda-mental dan mengandung kebenaran.Prinsip GG banyak dikembangkan
oleh lembaga-lembaga pemerintahdan nonpemerintah, misalnya dariBappenas, LAN, BPKP dan UNDP,Bank Dunia, dan lain sebagainya. Di-antara berbagai prinsip dari berbagailembaga tersebut, paling tidak terda-pat tiga prinsip yang sama dan meru-pakan prinsip yang dominan, yaitu:
Transparansi; prinsip ini diterap-1.kan atas dasar kebebasan aksesarus informasi bagi pihak yang
berkepentingan.Akuntabilitas; merupakan tanggung2.gugat atas penyelenggaraan gover-nance yang dilakukan oleh penyu-sun dan pelaksana kebijakan public,yaitu seberapa besar tingkat kesesu-aian penyelenggaraan dengan pera-turan perundang-undangan ataukebijakan yang telah ditetapkan.Efektivitas dan esiensi; penye-3.lenggara negara harus selalu ber-upaya mencapai hasil yang optimal
untuk kebutuhan warga masya-rakat dengan menggunakan sum-ber daya yang tersedia.Selain tiga prinsip di atas, terda-
pat prinsip lainnya yang dikembang-kan antara lain: prinsip kepentinganumum, partisipasi, peduli kepadastakeholders; berorientasi kepada kon-sensus; kesetaraan; tegaknya supre-masi hukum; profesionalisme; dan
visi strategis. (Tri/LNP, dari berbagai
sumber)
Tiga Prinsip UtamaGood GovernanceTransparansi1.
Akuntabilitas2.
Efekvitas dan esiensi3.
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
8/608
Dalam era keterbu-kaan informasidewasa ini, Good
governance atau tatakelola kepemerin-
tahan yang baik merupakan isu utamadalam pengelolaan administrasi publikdewasa ini. Perubahan untuk mewu-judkan kepemerintahan yang baik(good governance) mulai muncul seiring
dengan era reformasi, dimulai dengandikeluarkannya TAP MPR No. XI/MPR/1998 dan Undang-Undang No.28 Tahun 1999 (UU 28/1999) tentangPenyelenggaraan Negara yang Bersihdan Bebas Korupsi, Kolusi dan Ne-potisme (KKN). Untuk mewujudkanpenyelenggaraan Negara yang mampumenjalankan fungsi dan tugas secarasungguh-sungguh dan penuh tang-gung jawab, perlu diletakkan asas-asasumum penyelenggaraan negara. Asas-asas umum penyelenggaraan Negaramenurut Pasal 3 UU 28/1999 meli-puti asas kepastian hukum, asas tertibpenyelenggaraan negara, asas kepen-tingan umum, asas keterbukaan, asasproporsionalitas, asas profesionalitas,dan asas akuntabilitas. Yang dimaksuddengan asas akuntabilitas adalah asasyang menentukan bahwa setiap kegiat-an dan hasil dari kegiatan penyeleng-garaan negara harus dapat dipertang-
gungjawabkan kepada masyarakat ataurakyat sebagai pemegang kedaulatantertinggi negara sesuai dengan keten-tuan peraturan perundang-undanganyang berlaku.
Reformasi di sektor pemerintahantersebut menuntut aparat negara un-tuk melaksanakan kepemerintahanyang baik, yang mengembangkan danmenerapkan prinsip-prinsip profe-sionalitas, akuntabilitas, transparansi,
pelayanan prima, demokrasi, esiensi,
efektivitas, supremasi hukum, dan da-pat diterima oleh seluruh masyarakat.Suatu kepemerintahan yang baik (good
governance) memiliki tiga elemen dasar,yaitu: transparansi, partisipasi danakuntabilitas. Dukungan untuk ber-partisipasi dalam mewujudkan good
governance menjadi hal yang penting.Sebagai pelayan masyarakat, peme-rintah dituntut untuk lebih berperan
aktif dan memiliki pemikiran yangberkembang dan tanggap terhadapperubahan yang demikian cepat, seka-ligus mampu beradaptasi dalam ber-bagai aktivitasnya dalam kegiatan pe-nyelenggaraan pembangunan.
Website, E-Procurement, Ko-tak Pengaduan Masyarakat Ke-
menpera Guna Maksimalkan Pe-layanan Publik
Kementerian Perumahan Rakyat(Kemenpera) dalam mewujudkan tatakelola kepemerintahan yang baik te-lah melakukan pembenahan untukmelakukan pelayanan publik yang le-bih maksimal dengan lebih meresponpada kemajuan teknologi informasiyang ada, diantaranya dengan pene-rapan layanan pengadaan secara elek-tronik (e-procurement) di lingkunganKemenpera, Sistem Informasi Pene-rimaan CPNS elektronik, dan kotak
pengaduan masyarakat.Bulan Agustus tahun 2010 lalu
Menteri Negara Perumahan Rakyat,Suharso Monoarfa telah meluncur-kan: 1).Website (baru), 2) KotakPengaduan Masyarakat, serta 3) E-Procurement yang berlangsung diRuang Rapat Prambanan Kantor Ke-menterian Perumahan Rakyat,
Kegiatan tersebut diawali de nganpenandatanganan kesepakatan bersa-
ma (MoU) antara Kemenpera dengan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Ba-rang/Jasa Pemerintah tentang kerjasa-ma implementasi sistem pengadaanbarang/jasa pemerintah secara elek-tronik (E-procurement) dalam prosespengadaan barang/jasa pemerintahdi lingkungan Kemenpera. Sasarankesepakatan bersama ini meliputi ter-bangunnya Pusat Layanan PengadaanBarang/Jasa secara Elektronik (Pusat
LPSE) yang melayani proses peng-adaan barang/jasa satuan kerja dilingkungan Kemenpera; penerapane-procurement oleh Pusat LPSE secarabertahap di lingkungan Kemenpera;dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia di bidang pengadaan ba-rang/jasa di lingkungan Kemenpera.Prinsip-prinsip dasar pelaksanaane-procurement meliputi esiensi, efek-titas, terbuka dan persaingan sehat,transparansi, adil dan non-diskrimi-natif, akuntabilitas, interoperabilitasdan jaminan keamanan data. Denganpenerapan e-procurement ini, prosespengadaan barang/jasa di lingkunganKemenpera dapat terlaksana denganbaik dan akurat.
Pada kesempatan yang sama,Menpera juga meluncurkan websitebaru Kemenpera dan kotak pengadu-an masyarakat. Perbedaan mendasarantara websitelama dengan websitebaru
Kemenpera lebih kepada keterbukaaninformasi publik dari sisi kontenwebsite, meliputi: konten informasipejabat dan tupoksinya; konten in-formasi email pejabat; konten infor-masi produk perundang-undanganKemenpera; konten saran pengaduansecara online di website dan alamatkotak pos; dan konten pengadaan ba-rang/jasa secara elektronik.
Mengenai kotak pengaduan masya-
rakat, latar belakang dibentuknya kotak
Menuju Good Governance
Melalui Pelayanan Publik yang Maksimal
Laporan Utama
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
9/60
Edisi 1Tahun 2011
9
pengaduan masyakarat Kemenperaadalah terkait perkembangan di bi-dang perumahan permukiman yangmenuntut pemerintah untuk mem-berikan pelayanan yang lebih baik pada
masyarakat. Hal ini terkait dengan te-lah diundangkannya Undang-UndangNomor 14 Tahun 2008 tentang Ke-terbukaan Informasi Publik dan Un-dang-Undang Nomor 25 Tahun 2009tentang Pelayanan Publik. Masyarakatberhak untuk mendapat informasi,juga dapat menyampaikan pengaduandi bidang perumahan dan permukim-an. Pengaduan dimaksudkan agar hakmasyarakat sebagai konsumen dapat
dilindungi. Sementara layanan publikyang disampaikan kepada masyarakatharus berasaskan kepentingan umum,kepastian hukum, kesamaan hak, ke-seimbangan hak dan kewajiban, profe-
sional, partisipatif, tidak diskriminatif,terbuka, akuntabel, tepat waktu, cepat,mudah dan terjangkau.
Pembentukan kotak saran pengadu-an ini bertujuan untuk memberikan
pelayanan cepat tanggap atas keingin-tahuan masyarakat terhadap pelayananperumahan dan permukiman; mening-katkan partisipasi masyarakat untukmeningkatkan kualitas pelayanan peru-mahan dan permukiman; dan mence-gah terjadinya penyalahgunaan we-
wenang dalam memberikan pelayananperumahan dan permukiman.
Jenis pengaduan masyarakat inidapat berupa informasi aktif terha-
dap pelayanan pelaksanaan barang/jasa; pelayanan bantuan fasilitas li-kuiditas perumahan; pelayanan mitrakerja yang mengelola fasilitas subsidiprasarana, sarana dan utilitas peru-
mahan; penyalahgunaan wewenangaparatur kementerian; kedisiplinanpegawai Kemenpera; dan pengadu-an masyarakat lainnya sesuai denganhaknya untuk mendapatkan pelayanan
Kemenpera dan mitra kerja. Penyam-paian pengaduan bisa dikirim melaluisurat ke tromol pos 4400, melalui web-siteKemenpera (pada menu saran danpengaduan di alamat website www.ke-menpera.go.id atau datang langsungke Kantor Kemenpera. Diharapkandengan adanya pelayanan publik yanglebih maksimal ini dapat mewujudkan
good governance dalam mendukung pe-ningkatan kinerja Kemenpera. (Pan-
du)
Good governance seringkali dikaitkan dengan keterbukaan
publik. Ini selaras dengan 3 prinsip Good governance
yaitu transparansi, parsipasi, dan akuntabilitas. Seiring
dengan kemajuan teknologi, internet kini menjadi media utamabagi pemerintah dalam mewujudkan keterbukaan publik terse-
but. Layanan pemerintah melalui media internet sering disebut
dengan E-government. Layanan E-govenrment ini dipercaya dapat
meminimalkan penyelewengan dan Kemenpera sendiri telah ikut
mempraktekkan misalnya melalui LPSE. Berikut ini adalah contoh
gambaran praktek di beberapa negara lain.
India sebagai contoh, mengeluarkan RTI Act atau Right to In-
formaon Act pada 2005 di mana masyarakat berhak untuk tahu
dan berhak untuk meminta informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan. Dalam peraturan tersebut juga disebutkan bahwa
seap lembaga publik pemerintah harus menyimpan data-data
dalam format digital atau ke dalam bentuk komputer agar nan-
nya dapat diakses luas. Lembaga publik pemerintah tersebut
juga diminta untuk mempublikasikan informasi dalam kategori
tertentu. Salah satu media untuk memperoleh informasi terse-
but adalah melalui internet dan website. Implementasinya bisa
dilihat pada situs pemerintah kota Hyderabad (hp://ghmc.gov.
in) di mana dalam situs ini, dimungkinkan pembayaran pajak se-
cara online begitu pula dalam hal pengaduan masyarakat. Terkait
perumahan, layanan yang terkait adalah pengajuan ijin bangunan
secara online.
Pada situs kota Boston di Amerika (hp://cityooston.gov),
fasilitas yang disediakan antara lain adalah fasilitas pembayaran,
laporan dan publikasi, serta formulir ijin dan aplikasi misalnya un-
tuk pengajuan ijin bangunan. Informasi-informasi pun tampil sangat
lengkap mulai dari lingkup kota, neighborhood, hingga individu.
Pada situs ini, yang menarik adalah dalam hal pengaduan
masyarakat, keluhan-keluhan diklasikasikan hingga ke pem-bagian yang sangat mikro misalnya terkait tumpukan salju atau
parkir ilegal yang mengganggu rumah individu. Hal ini menunjuk-
kan bahwa aspek-aspek mikro tersebut telah turut diatur oleh
pemerintah.
Situs kota Manchester di Inggris (hp://www.manchester.
gov.uk/) memungkinakan pengunjungnya untuk turut melakukan
proses monitoring dan evaluasi. Dalam portal konsultasi (hp://
manchester-consult.limehouse.co.uk), masyarakat Manchester
dapat turut memberikan review terhadap dokumen rancangan
pemerintah dengan terlebih dahulu mendaar dan mengisi data
diri. Salah satu contoh dokumen yang dapat turut direview mi-
salnya adalah Manchester Core Strategy yang akan berlaku mulai
tahun 2012 hingga 2027. (LNP, dari berbagai sumber)
Situs web kota Boston
Maksimalisasi Pelayanan Publik:1. E-Procurement2. Sistem Informasi Penerimaan CPNS3. Kotak Pengaduan Masyarakat
Gambaran Implementasi E-Governmentdi Manca Negara
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
10/6010
Penerapan GG di setiap instansi pemerintah, di-harapkan akan dapat terus meningkatkan kinerjapemerintahan secara keseluruhan, untuk itu imple-
mentasi GG harus didukung dengan struktur organisasi
dan sistem yang handal. Penyiapan struktur organisasi dansistem yang handal adalah sangat penting dan ini merupa-kan bagian dari Reformasi Birokrasi (RB). Dalam strategiimplementasi program RB, sesuai Peraturan MENPANNomor: PER/15/M.PAN/7/2008 tentang PedomanUmum RB disebutkan antara lain berupa Program Perce-patan (Quick Win) dengan dampak perbaikan sistem danperbaikan kualitas produk utama, dan Program PenataanSistem dengan dampak perbaikan organisasi ketatalaksa-naan dan sistem manajemen SDM.
Kedua program RB tersebut berkaitan langsung de-ngan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) se-
bagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP)Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP, karena PP tersebutmengatur mengenai Sistem pengendalian intern (SPI) yangberupa perangkat lunak (soft control), yaitu kualikasi SDM-nya, maupun perangkat kerasnya (hard control) berupa pe-menuhan instrumen dan ketatalaksanaan dalam pengen-dalian intern.
SPIP adalah suatu proses yang integral pada tindakandan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus olehpimpinan dan seluruh jajarannya untuk memberikan keya-kinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan esien, keandalan pe-laporan keuangan, pengamanan aset negara, serta ketaatanterhadap peraturan perundang-undangan. Unsur-unsurSPIP meliputi:
Lingkungan pengendalian. Unsur ini berkaitan dengan1.soft control, yaitu yang berkaitan dengan perilaku, etikadan integritas SDM, oleh karena lingkungan dalam ke-seluruhan organisasi harus diciptakan dan dipeliharauntuk menimbulkan perilaku positif dan mendukungterhadap pengendalian internal dan manajemen yangsehat.Penilaian risiko. Pengendalian internal harus memberi-2.
kan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasibaik dari luar maupun dari dalam.Kegiatan pengendalian. Unsur ini membantu memas-3.tikan bahwa arahan pimpinan dilaksanakan. Kegiatan
pengendalian harus esien dan efektif dalam pencapai-an tujuan organisasi.Informasi dan komunikasi. Informasi harus dicatat dan4.dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah danpihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalamsuatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu se-hingga memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintahmelaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya.Pemantauan. Untuk dapat menilai kualitas kinerja dari5.
waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasihasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklan-juti perlu dilakukan pemantauan.
Implementasi SPIP harus dilakukan secara bertahap,agar SPIP menjadi efektif dan esien, tahapan tersebutmeliputi :
Tahapan pemahaman, yaitu tahapan untuk mengetahui1.tingkat pemahaman dan kepedulian terkait penerapanSPIP secara efektif dan esien di instansinya
Tahapan membangun desain. Hal yang harus dipertim-2.bangkan adalah ukuran, kompleksitas, dan tugas fungsiinstansi serta memperhatikan kepatutan dan kewajar-an.
Tahapan menjalankan dan mereviu.3. SPI yang telah
dibangun harus diimplementasikan pada setiap lini in-stansi pemerintah dan harus direviuatau dimonitor, di-petakan faktor-faktor penghambat efektivitas penerap-an dalam mewujudkan tercapainya tujuan organisasi.
Tahapan peningkatan keandalan sistem4. . SPI merupa-kan satu hal yang dinamis sehingga menuntut adanyapeningkatan yang terus menerus, seiring dengan tu-juan instansi pemerintah yang juga selalu mengalamipengembangan. Penerapan suatu SPI bukanlah suatutujuan melainkan suatu proses yang dibangun untukmemberikan keyakinan yang memadai atas pencapai-an tujuan yang ditetapkan. SPI dikembangkan dengan
Implementasi Sistem
Pengendalian Intern PemerintahLangkah Menuju Good Governance
Tri Prijana*
Laporan Utama
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
11/60
Edisi 1Tahun 2011
11
mempertimbangkan aspek biaya-manfaat (cost and bene-t ratio), SDM, kejelasan kriteria pengukuran efektivitasdan perkembangan teknologi informasi, serta dilaku-kan secara komprehensif.
Di lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat (Ke-menpera) SPI sebenarnya juga bukan merupakan hal yangbaru, namun secara konsep SPI yang ada belum terinte-grasi, masih terpisah-pisah dan belum dilaksanakan se-cara terus menerus. Secara umum konsep SPIP belumsepenuhnya dipahami oleh para pegawai Kemenpera, haltersebut karena belum optimalnya sosialisasi PP Nomor60/2008. Berdasarkan data hasil pemetaan BPKP ataspenyelenggaraan SPIP di K/L, kondisi ini tidak hanyaterjadi di Kemenpera melainkan hampir diseluruh K/L.
Penyelenggaran SPIP di Kemenpera berdasarkan Diag-
nostic Assesment(DA) BPKP disimpulkan bahwa penerapanSPIP masih belum memadai dan terdapat area-area yangmemerlukan perbaikan (areas of improvement), hal tersebut
wajar karena tahapan penerapan SPIP yang telah dilaksa-nakan baru pada tahapan pemahaman, melalui sosialisasi.
Unsur yang paling signikan untuk diperbaiki adalahunsur Penilaian Risiko dan Kegiatan Pengendalian.Penilaian Risiko (Risk Assessment) antara lain meliputi pe-netapan tujuan secara keseluruhan dan pada tingkat ke-giatan, identikasi, serta kegiatan analisis risiko. Lemah-nya penilaian risiko dapat menggagalkan capaian visiKemenpera, contoh yang saat ini sedang menjadi currentissuedi media massa adalah tingkat hunian Rusunawa yangsangat rendah, bahkan pengamanan siknya cenderungterabaikan, karena persyaratan serah terima aset tersebutyang diminta Kementerian Keuangan selaku PengelolaBMN belum terpenuhi. Rendahnya capaian kinerja pro-gram Rusunawa ini antara lain disebabkan tidak adanyarisk assessmentatas program tersebut.
Sedangkan kelemahan dalam Kegiatan Pengendalianberkaitan dengan pengendalian atas sistem informasi, pe-ngendalian sik aset, SOP dan penempatan serta pengem-bangan SDM sesuai kebutuhan organisasi. Namun de-
mikian yang mungkin harus segera ditingkatkan dan tetapharus dipelihara adalah unsur Lingkungan Pengenda-lian, karena unsur ini berkaitan dengan SDM. Sebaik-baiknya suatu sistem dibangun akhirnya sangat tergantungdari kuantitas dan kualitas manusia yang melaksanakannya.Sistem akan hancur jika pelaksananya tidak punya keahlian(tidak kompeten), memiliki sifat yang buruk (korup, rakus,serakah, dan tidak disiplin seperti gerombolan) dan seba-gainya. Kelemahan dalam Pemantauan PengendalianIntern yang seharusnya berfungsi mengawal kesuksesanpencapaian tujuan, juga turut andil pada rendahnya capai-an kinerja karena keterbatasan sumber daya.
Perubahan ParadigmaKemenpera perlu melakukan perubahan paradigma
untuk menghilangkan pengertian lama (ortodoks) menge-nai pemerintahan yang melulu hanya memerintah (punya
kuasa). Strategi Kemenpera ke depan yang harus diuta-makan dalam rangka mewujudkan visi Setiap KeluargaIndonesia Menempati Rumah Yang Layak Hunimeliputi :
Fungsi koordinasi, yaitu mengoordinasikan kepen-1.tingan pihak pemerintah (state), para pengembang pe-rumahan, pihak perbankan, lembaga penerbit kredit(sektor swasta) dan warga masyarakat (society) yangmembutuhkan rumah (terutama MBR). Koordinasidiperlukan karena hubungan antartiga pilar GG se-makin kompleks dengan latar belakang yang berbeda
serta perkembangan lingkungan strategis yang sangatdinamis, dengan demikian berbagai kepentingan parapelaku dapat diakomodasi.Fungsi pengaturan, sebagai regulator menyiapkan2.peraturan perundang-undangan bidang perumahandan kawasan permukiman, menjamin kepastian hu-kum dan keadilan bagi setiap warga masyarakat untukmemperoleh rumah yang layak huni dengan harga yangterjangkau di lingkungan atau kawasan yang teratur.Fungsi pengendalian, yaitu melakukan pengendalian3.dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan bidangperumahan dan kawasan permukiman di tingkat pusatdan daerah, memfasilitasi kawasan dan lingkungan siapbangunan untuk mencegah berkembangnya kawasan/lingkungan kumuh, menjaga suku bunga pembiayaanperumahan tetap rendah terjangkau oleh MBR.Pelaksanaan fungsi-fungsi di atas harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlakudan dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsipGG serta aspek kehati-hatian (prudential) dan ketelitiandengan menerapkan SPIP. Untuk efektif dan efesiennyapenerapan SPIP langkah pertama yang harus dilakukanadalah penyebaran vaksin unsur SPIP kepada seluruh
staf/pegawai sampai tingkat yang paling rendah, pembe-rian contoh keteladanan oleh para pemimpin, penyiap-an SDM sesuai kompetensi dan kebutuhan organisasi,kelengkapan rasana prasarana informasi berikut sistemkeamanannya, penyiapan SOP, dan yang lebih pentingadalah menyiapkan SDM agar memiliki budaya kerja yangmenekankan pentingnya nilai integritas dan etika. Untukitu perlu adanya perubahan mindsetseluruh jajaran Kemen-pera dan ditetapkan suatu aturan perilaku dan etika (code ofconduct) yang disepakati dan dituangkan dalam ketentuanyang formal.
*) Inspektur Kementerian Perumahan Rakyat
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
12/6012
WawancaraKhusus
Peraturan untuk mendukung pelaksanaan ReformasiBirokrasi dan Good Governancetelah banyak dikelu-arkan oleh pemerintah. Inforumberkesempatan me-
wawancaraiAgus Sumargiarto, SH, Kepala Biro Hukumdan Kepegawaian, Kementerian Perumahan Rakyat, untukmembahas pelaksanaan Reformasi Birokrasi khususnya dilingkungan Kementerian Perumahan Rakyat.
1. Saat ini sedang hangat dibicarakan tentang pelaksanaan
Good Governance dan Reformasi Birokrasi hampir di seluruhinstitusi pemerintah, apa tujuan utama dari pelaksanaanGoodGovernance dan Reformasi Birokrasi ini?
Tujuannya jelas, bagaimanapun, tujuan ReformasiBirokrasi untuk kepentingan semua. Pertama, kalau kitabicara dari roadmap Reformasi Birokrasi (Red: Kemenperajuga sedang menyiapkan roadmap tersebut) adalah untukmemberikan arahan dari pelaksanaan Reformasi Birokrasidi Kementerian atau Pemda agar berjalan efektif, esien,terintegrasi, dan terlembaga serta berkelanjutan. Selain itu,dengan adanya Reformasi Birokrasi, kita menata diri kitasendiri. Penataan ini harus disadari oleh semua karyawan
atau PNS.
2. Dalam menuju pelaksanaan tata kelola pemerintahan yangbaik, paradigma apa yang diharapkan berubah di lingkunganbirokrasi terutama Kementerian Perumahan Rakyat dan apaindikator dari perubahan itu?
Sebenarnya kita mengharapkan peran serta semuadalam Reformasi Birokrasi. Pejabat publik harus menaatiperaturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Untukindikatornya, bisa terlihat dari hasil kerja Kementerian,apakah esien atau efektif. Ketertiban juga bisa terukur,
diantaranya beban tugas dari masing-masing pegawai, con-
tohnya Humas atau Inforum, pasti terukur kan? Si A melak-sanakan apa, si B melakasanakan apa, terus digabung,hasilnya itu dibuat sebagai laporan. Jadi semua terukurdalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
3. Apa hal terberat dalam melaksanakan reformasi birokrasidi lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat?
Saya pikir tidak berat, kita jelas siap. Kita dorongsemuanya supaya siap, memiliki kemauan untuk berubah,
jadi tidak setengah-setengah. Reformasi Birokrasi janganhanya dilihat saat ini saja, ini masa depan semua, PNSgenerasi muda khususnya dan masyarakat Indonesia secaraumum. Negara ini luas, harus dikelola supaya efektif danesien.Nah, kita sebagai PNS memberikan fasilitasi untukkesejateraan masyarakat.
4. Apakah masyarakat bisa ikut serta untuk memantaupelaksanaanGood Governance, jika ya bagaimana caranya?
Tentu saja. Ada Undang-Undang No. 14 Tahun2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik kemudian
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang PelayananPublik. Peran aktif itu bukan peran yang tidak terukur,(namun) harus sesuai dengan regulasi. Masyarakat bisamencari tahu program-program apa saja di Kementerianyang diperuntukkan untuk masyarakat. Misalnya tingkatpelayanan, dalam rangka fasilitasi pembiayaan perumahan,(jika) masyarakat mau bertanya bagaimana mekanismenya,silakan menulis surat. Selain itu ada pusat informasi, bisajuga kan melalui Inforumini.
5. Bagaimanakah konsep reward danpunishment untukpegawai dalam Reformasi Birokrasi?
Rewarddanpunishmentberlaku untuk semua tidak hanyaKemenpera. Ada PP No. 53 Tahun 2010 tentang DisiplinPegawai, di situ diatur kenapa kita memberikanpunishmentdan reward. Contoh yang gampang saja deh, pegawai kalautidak masuk kerja, ada hukumannya, dari hukuman yangringan hingga berat sudah diatur. Termasuk pimpinan,tidak memberikan kesempatan kepada pegawai untukmeningkatkan kemampuan (pun), bisa terkena sanksi. Jadikita harapkan melalui Inforumini kita ajak semua karyawandi lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat khususnya,mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi, Jangan
Dukung Setengah Hati, Jangan Reformasi Setengah Hati.
Jangan Dukung Setengah Hati,Jangan Reformasi Setengah Hati
Agus Sumargiarto, SHKepala Biro Hukum dan Kepegawaian, Kementerian Perumahan Rakyat
SUMBER FOTO: BPA
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
13/60
Edisi 1Tahun 2011
13
Prof. Dr. Indroyono SoesiloSekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Mari Bersama-sama BergandenganTangan untuk Membangun Bangsa
Menyejahterakan Masyarakat
Inforumkali ini berkesempatan
untuk mewawancarai Prof. Dr.
Indroyono Soesilo, Sekretaris
Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat. Dalam
kesempatan ini Inforumberdiskusi
mulai dari hal penyediaan perumahan,
good governance, hingga masalah pangan
terkait pencalonannya sebagai kandidat
Direktur Jenderal FAO periode 2012-2014.
1. Terkait ketersedian papan atau
perumahan terdapat istilahhousing for
all. Bagaimana menurut Bapak dukungan dari Kemenkokesra
tentang penyediaan perumahan?
Kalau dalam koordinasi kita melihat saat ini
Men-Pera bersama Men-PU sedang menyusun
programnya, seperti apa sihrumah murah, desain dan
segala sesuatunya sedang disusun. Misalnya rumah
murah dengan harga 10 juta itu seperti apa, kemudian
pertanyaannya apakah harga tersebut sudah termasuk
tanahnya atau belum?Nah, setelah siap biasanya
dirapatkan dalam rapat koordinasi,
dalam rapat tersebut Menkoeko
datang, Menkokesra datang, Menkeu
datang, setelah itu dilihat punya
uang berapa untuk 2011, kalau ada
uangseginicukup untuk membangun
berapa rumah. Tahun 2012 berapa
rumah, tahun 2013 berapa rumah,
dan seterusnya. Harapannya
masyarakat yang mampu mencicilbangsa 100-200 ribu perbulan, bisa
memiliki rumah. Karena dignity
sebuah keluarga kan kalau punya
rumah. Kalau sekarang rumah harganya puluhan
juta rupiah, itu susah sekali, sekarang kita bicara
bisa tidak sih cicilannya 100-200 ribu sebulan? Jika
itu memungkinkan, harapannya semua orang punya
rumah dengan harga murah.
2. Pada era Reformasi Birokrasi, saat ini pemerintah
selalu menyuarakan bahwa hal tersebut bertujuan untuk
mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik ataugood
SUMBER FOTO: ISTIMEWA
SUMBER FOTO: BPA
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
14/6014
WawancaraKhusus
governance apalagi saat ini masyarakat dapat meminta
informasi dari pemerintah dengan adanya dukungan UU
tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) bagaimana hal
ini menurut Bapak?
Benar sekali dengan adanya Undang-UndangNo. 14 Tahun 2008 masyarakat dapat memperoleh
berbagai macam data dan informasi tentang apa yang
dikerjakan oleh pemerintah, jika dulu masyarakat
sangat sulit menembus dunia birokrasi, maka dengan
adanya Undang-Undang ini masyarakat dapat dengan
mudah memperoleh informasi, hal ini juga membuat
masyarakat berperan aktif dalam pengelolaan
pemerintahan. Akibatnya, masyarakat dapat menjadi
fungsi kontrol bagi pemerintah dalam menjalankan
pemerintahan, harapannya tata pemerintahan dapat
berjalan menjadi lebih baik. Tapi Undang-UndangKIP tidak bisa sendiri, harus punya saudaranya, harus
punya mitra Undang-Undang lainnya, yaitu Undang-
Undang Intelijen dan Undang-Undang Rahasia
Negara. Saya kira cocok, kalau cuma satu susah nanti.
Informasi publik, semuanya terbuka kecuali yang
dirahasiakan. Pertanyaannya, yang dirahasiakan mana?
Ya kita susun sendiri. Jadi Undang-Undang KIP
menetapkan bahwa semua informasi publik terbuka
kecuali yang dirahasiakan. Sehingga pengelolaan
informasi untuk kemajuan bangsa dan kepentingan
semua orang dapat terlaksana dengan baik.
3. Salah satu inti dari pokok tugas Kementerian
Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat adalahmengupayakan kesejahteraan rakyat Indonesia, menurut
Bapak dengan berjalannya reformasi birokrasi untuk
pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik, kapankah
masyarakat Indonesia dapat mencapai kesejahteraannya?
Hmm pemerintah saat ini bekerja dengan
sungguh-sungguh untuk terus berupaya
menyejahterakan rakyat, memang jika ingin dikatakan
masih belum sempurna mari kita sama-sama
melihatnya sebagai sebuah proses yang berjalan.
Kita analogikan saja pemerintah yang saat ini
berproses seperti kita, manusia yang sedang tumbuhberkembang, manusia kan butuh waktu belajar untuk
berjalan, misalnya dari merangkak, berpegangan pada
sesuatu untukmerambat, pelan-pelan di-tetahhingga
akhirnya bisa berjalan sendiri bahkan terkadang saat
sudah jalan masih bisa terjatuh, nahseperti inilah saya
umpamakan keadaan saat ini. Jadi yang baik adalah
tidak hanya menjustikasi ini salah yang ini benar,
tapi mari bersama-sama bergandengan tangan untuk
membangun bangsa menyejahterakan masyarakat.
SUMBER FOTO: ISTIMEWA
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
15/60
Edisi 1Tahun 2011
15
- Saat ini, Bapak mencalonkan diri sebagai Dirjen FAO, apa
yang melatarbelakanginya?
Pertama latar belakang negara, Indonesia sekarang ini
di dunia sudah sering tampil sebagai negara new emerging
ekonomi, sebagai negara yang memiliki kebangkitan
ekonomi yang sangat signikan beberapa tahun terakhir.
Kedua, Indonesia masuk dalam G-20. Ketiga Indonesia
adalah pendiri, kalau sekarang berpengaruh sebagai ketua
GNB. Keempat, sekarang kita ketua ASEAN. Kelima,
Indonesia juga leaderdalam bidang perubahan iklim.
Posisi Indonesia sudah sering tampak di dunia, tentunya
Indonesia harus bisa tampil memegang posisi-posisi
penting di dunia. Oleh karena itu, ini waktunya Indonesia
dalam tanda kutip memberikan kontribusi lebih kepada
FAO, selain karena kita sudah menjadi anggota FAO sejak
tahun 1949. Indonesia, untuk swasembada pangan tahun
1985 yang kemudian membawa Indonesia mendapatkan
penghargaan dari FAO di tahun yang sama. Mengapa saya
secara pribadi maju (menjadi kandidat)?Karena FAO adalah
lembaga pengetahuan. Lembaga FAO berkaitan dengan
pangan, pertanian dengan kehutanan dan pengelolaan
SDA. Melihat latar belakang saya yang sudah 10 tahun
sebagai pejabat eselon satu di Kementerian, saya pernah
eselon I di BPPT, sekarang saya Sesmenkokesra, mudah-
mudahan dapat menjawab harapan kita untuk ada orang
Indonesia yang tampil, sudah waktunya kita tampil. Karena
latar belakang saya ilmu pengetahuan. 30 tahun karir saya,
20 tahun di dunia pengetahuan dan 10 tahun di birokrasi,
pejabat eselon I. Saat kita melaksanakan reform, jadi ini
kesempatan bahwasanya dengan semua pengalaman yang
ada, baik sebagai scientistatau birokrat, bisa dihimpun dan
disumbangkan untuk kemaslahatan dunia.
- Perubahan seperti apa yang nantinya Bapak harapkan?
FAO sedang memasuki era reformasi, oleh karena
itu nanti kalau saya terplih saya akan menawarkan misi
reformasi. Beberapa isu yang kami angkat misalnya
FAO itu lembaga pengetahuan, lantas apa sih tugasnya?
Untuk mengurangi kelaparan di seluruh dunia. Dengan
demikian maka dengan keberadaan kami, harapan kami
bisa memobilisasi sumberdaya yang ada di FAO dan SDA
yang ada di anggota FAO untuk bergerak bersama-sama,
meningkatkan kinerja, dan menjawab tantangan.
-Apa visi misi, Bapak sebagai seorang kandidat Dir-Jend
FAO?
Pangan harus tersedia untuk makhluk hidup di
dunia caranyafood for all. Pertama pangannya harus ada.
Sedangkan untuk misinya adalah memberikan aksesibilitas
terhadap pangan artinya pangan harus mudah didapatkan,
misalnya jika kita melakukan pemetaan terhadap mana
daerah yang surplus mana yang kekurangan sehingga ada
integrasi sistem yang baik, termasuk kita harus secara
global terkoneksi.
- Untuk meningkatkan produkasi pangan dibutuhkan lahan,
sedangkan kalau melihat ketersediaan lahan yang ada semakin
berkurang dan terbatas, lalu bagaimana caranya meningkatkan
produksi pangan jika lahan yang dibutuhkan tidak ada?
Isu pertama memang untuk menyediakan lahan
sebagai sumber penyediaan pangan adalah dengan
membuka lahan-lahan pertanian baru.Nah, pembukaan
lahan baru ada kaitannya dengan bibit unggul, bibitnya
unggul juga tahan terhadap perubahan iklim. Kedua ada
isu perubahan iklim, kita harus tahu betul perubahan
iklim, karena jika kita dapat memantau perubahan iklim
secara bagus maka kita dapat memprediksi kapan kita
mulai tanam dan panen. Kalau kita terlambat tahu
prediksi perubahan iklim, misanya terlambat menanam
padi 2-3 minggu, bisa merubah siklus pangan, hal
ini dapat berimplikasi pada ketersedian pangan atau
istilahnya ketahanan pangan. Nanti badan dunia seperti
FAO yang harus menginformasikan, sebaiknya harus
tanam sekarang karena nanti akan ada kemarau panjang,
sebaiknya hujan buatan harus dibuat karena nanti akan
ada El Nino, hal seperti inilah harus di-sharekhususnya
di dalam databasedan inventory. Dengan demikian
menurunnya jumlah lahan pertanian yang ada dapat
diakalisehingga pangan tetap tersedia untuk semua orang.
-Jadi FAO itu mempunyai kewenangan untuk memberikan
seperti peringatan ya?
Oh ya, makanya kemarin misalnya FAO
memberitahu, hati-hati harga pangan dunia akan naik,
karena ada perubahan iklim, Rusia kena kebakaran hutan
maka produksi gandumnya turun, siap-siap karena
ada kenaikan harga pangan. Negara-negara ada yang
menimbun cadangan pangannya, negara lain sibuk impor
pangannya, sehingga harga pangan naik. KIta harus
concerndengan hal itu ke depan dan merupakan salah satu
tugas dari FAO yaitu untuk memberikan peringatan.
(SR/PL/DVD)
Prof. Dr. Indroyono Soesilo danPencalonannya Menjadi Dirjen FAO
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
16/6016
Wacana
Penerapan tata kelola peme-
rintahan yang baik atau GoodGovernance merupakan elemen
yang penting dalam penyelenggaraanpemerintahan Dalam mewujudkan
good governance, Kementerian Perumah-an Rakyat menghadapi tantanganbaru dari segi kelembagaan yaitu de-ngan hadirnya Undang-Undang No 1
Tahun 2011 tentang Perumahan danKawasan Permukiman (UU PKP).
Tulisan ini akan berusaha mengupasmengenai kelembagaan sebagai pilarutama Good Governance untuk men-jawab tantangan yang dihadapi Ke-menpera dengan terbitnya UU PKPtersebut.
Kelembagaan sebagai pilar
Good GovernanceDengan mengambil analogi ten-
tang rumah, maka gambar diatas da-
pat dijelaskan sebagai berikut:
Organisasi1. adalah rumahnya,
yang terdiri dari kamar-kamar atauruangan-ruangan yang bisa dilihatsebagi kotak-kotak yang tercermindalam bentuk atau struktur orga-nisasi.Proses bisnis2. adalah sistem atautatanan yang berlaku di dalam ru-mah tersebut yang mengatur ba-gaimana penghuni rumah tersebutmelaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.SDM3. adalah penghuni rumahtersebut, yang bernaung, ting-gal serta beraktivitas dan ten-tu saja akan tunduk dengansistem atau tatanan yang ber-laku dalam rumah tersebut.Untuk memperkokoh tegak-
nya bangunan rumah sertaberlangsungnya aktivitas peng-huninya, maka rumah perludilandasi semangat dan upayauntuk melakukan reformasi.
Seperti nampak dalam analogirumah tersebut di atas, denganpondasi semangat reformasi, makabangunan rumah beserta sistem sertapenghuninya akan menghasilkan ki-nerja (performance) yang bersih (good
governance), lebih nyaman (peningkatankinerja), memberikan rasa keamananbagi penghuni maupun orang lain(pelayanan publik) yang akhirnya akanmemberikan kepercayaan masyarakat
sekitarnya.
Aspek Kelembagaan dalam UU
Nomor 1 Tahun 2011 tentang PKPPada dasarnya aspek kelembagaan
mewarnai seluruh Bab (I/XVIII)yang ada dalam UU PKP ini, sesuaidengan penjelasan tentang 7 prinsipGood Governance(diambil dari Komite
Nasional Kebijakan Governance) dan 3pilar Reformasi Birokrasi (penataanorganisasi, tata laksana, dan SDM)yang digambarkan dalam analogi ru-mah yang ada di awal tulisan ini.
Dari beberapa pertemuan para pa-kar, antara lain pada waktu membahasRPP yang diamanatkan UU PKP ini,ada pemikiran sebagai berikut:
Yang diperlukan berikutnya adalahpembagian peran dan fungsipemerin-tah, dunia usaha dan masyarakat yang
transparan, sinergi dan akuntabel.Disamping itu diperlukan penguatankelembagaan pemerintah (pusat dandaerah), dunia usaha dan masyarakat.
Penguatan kelembagaan pemerintahantara lain terdapat pada pasal 5 ayat2 tentang pembinaan pada tingkat na-sional merupakan kewenangan tingkatMenteri. Maka Kemenpera juga harusmampu menjalankan fungsinya secara
Tantangan Kelembagaan dalam Undang UndangPerumahan dan Kawasan Permukiman
KELEMBAGAAN SEBAGAI PILAR UTAMAGOOD GOVERNANCE
Oleh Haryo Sasongko*
Dalam permasalahan kelembagaan sering dilupakan pentingnya sinergi dan ko-produksibaik internal maupun eksternal.. Adanya UU PKP tersebut memberi kesempatan kepa-da kita untuk menata kembali hubungan antarlembaga dalam pembangunan perumahanda kawasan permukiman. Akhirnya pada dasarnya Good governance (di bidang PKP)itu sendiri merupakan ko-produksi dari para pemangku
umber: Template Reformasi birokrasi Kementerianerumahan Rakyat.
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
17/60
Edisi 1Tahun 2011
17
optimal dalam penyelenggaraan pem-bangunan perumahan rakyat sampaike tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-un-dangan yang berlaku.
Adapun diharapkan BTN akanmenuju National Housing Fund Author-ity. Selanjutnya Perum Perumnas di-harapkan menujuNational Housing andUrban Development Corporation, yangmenjalankan misi sekunder peru-mahan yang kuat dan berkelanjutan.Pusat Penelitian dan PengembanganPermukiman (PUSLITBANGKIM)hendaknya berperan besar dalammendukung inovasi teknik, teknologi
dan bahan bangunan strategis yangberkualitas bagi pembangunan peru-mahan rakyat, khususnya MBR. BankDaerah (Asbanda) harus berperanaktif untuk membantu dan mendu-kung penyelenggaraan pembangunanperumahan rakyat di daerah masing-masing sesuai dengan amanat PP No.38/2007 (Koto, Zul Syarif, PolitikPembangunan Perumahan Rakyat di EraReformasi, Siapa Mendapat Apa, 2011),yang semuanya membutuhkan kemi-traan yang setara dan sinergis.
Kemitraan dan Good Govern-ance
Lahirnya paradigma baru dalamtata kelola pemerintahan, yaitugood go-vernance, menjadikan pemerintahan diera reformasi ini berkepentingan un-tuk mewujudkannya, termasuk dalampenyelenggaraan pembangunan peru-mahan rakyat. Apa kaitan antara good
governancedengan kemitraan pemerin-tahan, dunia usaha dan masyarakat?Nampak bahwa kemitraan eksternalantara pemerintah dengan society dandunia usaha memungkinkan terwujud-nya suatu kepemerintahan yang siner-gis, akuntabel, transparan, dan par-tisipatif atau good governance. Namun,hal ini hanya dapat dicapai jika negaradan kelompok-kelompok masyarakatmadani menyadari bahwa mereka ter-
ikat dalam suatu upaya bersama (com-
mon enterprise) untuk mewujudkan danmemantapkan demokrasi yang didu-kung oleh ekonomi pasar.
Kemudian pertanyaan yang mun-cul adalah bagaimana kemitraan
antara pemerintahan, dunia usaha danmasyarakat dalam rangka mewujudkan
good governancedi bidang pembangunanperumahan rakyat dapat terjadi? Ataudengan kata lain dapat dipertanyakan,apakah kemitraan antara ketiga stake-holder tersebut telah mencerminkanpenyelenggaraan pembangunan peru-mahan rakyat yang sinergis, akuntabel,transparan, dan partisipatif?
Dalam kenyataannya hingga seka-
rang pembangunan perumahan masihbelum sesuai dengan paradigma good
governance. Hal ini terbukti dari muncul-nya berbagai permasalahan dalam pe-nyelenggaraan dan pengelolaan pem-bangunan perumahan rakyat, sepertiperizinan, pertanahan, pembiayaan,infrastruktur dan energi, perpajakan/retribusi, teknik, teknologi dan bahanbangunan lokal/strategis, kemampuankonsumen, dan peraturan perundang-undangan.
Tantangan yang dihadapi Ke-menpera
Diakui bahwa banyak hal positifyang dicapai Kemenpera antara laindalam pengelolaan keuangan publik
sebagaimana tercermin dalam au-dit BPK dengan opini Wajar TanpaPengecualian (WTP) selama 5 tahunberturut-turut. Sukses penyelenggara-an APMCHUD juga merupakan ca-
paian tersendiri yang patut menda-pat apresiasi. Langkah awal ReformasiBirokrasi di lingkungan Kemenperajuga telah membuahkan hasil, teru-tama keterlibatan hampir semua peja-bat dan staf untuk langkah inside out-nya. Telah banyak yang dilakukan danterakhir terbitnya UU PKP ini yangjuga merupakan kerja bersama (co-
production). Dengan kata lain, UU inisudah mencerminkan good governance
itu sendiri. Tinggal, kini bagaimanaaturan pelaksanaannya dapat diaturdalam PP, Permen, Perda, dan lain-lain. Langkah berikutnya ini menjaditantangan bersama semua pihak.
Meski demikian, masih ada bebe-rapa penyelenggaraan tugas dan fung-si Kemenpera belum mencapai kinerjayang diharapkan. Hal ini didasarkanpada beberapa kenyataan, antara lain:
Dibidang kelembagaan dan or-a.
ganisasi masih ditemukannya:Tumpang tindih tugas antar unitkerja di lingkungan Kemenpera,ataupun dengan unit kerja lain dilingkungan Kementerian/Lemba-ga/Pemerintah Daerah lainnyasehingga perlu dilakukan penataan
Sumber: Template Reformasi Birokrasi Kementerian Perumahan Rakyat.
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
18/6018
Wacana
organisasi Kemenpera.Belum tersusunnya Indikator Ki-nerja Utama Kemenpera hinggaunit kerja terendah.
Belum optimalnya ketatalak-b.sanaan (proses bisnis) denganmasih adanya:
Proses kegiatan yang tidak memi-liki Standar Operasional Prosedur(SOP), termasuk dalam penyedi-aan pelayanan publik.Belum optimalnya kinerja pe-layanan yang diberikan oleh apara-tur Kemenpera kepada pemangkukepentingan maupun pihak-pihak
terkait, termasuk didalamnya ke-tika melakukan fungsi fasilitasi pe-nyelenggaraan pemerintah daerah.
Tingkat esiensi, efektivitas, danproduktivitas birokrasi Kemen-pera belum menggunakan indika-tor kinerja yang terukur.
Tingkat transparansi dan akun-tabilitas birokrasi Kemenperamasih rendah.
Belum optimalnya pengelolaanc.
sumber daya manusia (SDM)yang ada dalam Kemenpera, un-tuk dapat mewujudkan pelayananprima tehadap pemangku kepen-tingan, sesuai fungsi dan peranKemenpera. Hal ini mencakup ke-seluruhan siklus pengelolaan sumberdaya aparatur, mulai dari rekruitmen,pengisian fungsi/jabatan dan ke-mampuan/kecakapan aparaturnya,termasuk tingkat disiplin dan etos
kerja sebagian aparatur Kemenpera.Kondisi Kemenpera yang diharap-
kan dalam jangka waktu 5 tahun men-datang tergambar dari Renstra Kemen-pera tahun 2010-2014 yang visinyaadalah: Setiap Keluarga Indonesiamenempati Rumah yang Layak Huni.Ini semua akan didukung dengan misiyang secara internal berupa optimalisa-si bidang kelembagaan dari organisasi,praktek ketatalaksanaan, dan pengelo-laan sumber daya manusia.
Peluang Kementerian Peru-mahan Rakyat
Peluang untuk menyempurnakandalam arti melengkapi UU PKP ini da-lam bentuk RPP, permenpera maupun
perda (Prop, Kab/kota) sudah terbuka.Ini harus secara positif dikembangkan,terutama karena kelebihan UU ini dariyang sebelumnya, antara lain sebagaiberikut: 1) Pembagian tugas dan we-
wenang pemerintah dalam pembinaandan operasionalisasi, melakukan lit-bang, sertikasi terhadap pelaku dankeahlian serta diklat akan meningkat-kan kapasitas dan posisi pemerintah ditingkat pusat. Sedangkan peran pemda
sebagaimana diamanatkan dalam PP38/2007 akan semakin jelas denganadanya pengaturan mengenai pem-binaan penyelenggaraan perumahandan kawasan permukiman; 2) Mem-bagi jenis dan bentuk rumah denganjelas sesuai dengan fungsi, peran dantanggung jawab penyelenggaraannyatermasuk kriteria teknisnya; 3) Mem-bagi bentuk penyelenggaraan pemba-ngunan perumahan maupun kawasanpermukiman di perkotaan maupun di
perdesaan secara spesik; 4) Pendana-an dan sistem pembiayaan pembangun-an perumahan yang berkelajutan; 5)Keberpihakan kepada MBR (pro poor);6) Infrastruktur (PSD-PU dan PSU);7) Insentif dan disinsentif; 8) Penye-diaan tanah; 9) Peran masyarakat; 10)Perlindungan konsumen; 11) Larangandan sanksi; dan sebagainya.
Saat ini adalah peluang yang sangatbagus untuk segera menyusun aturan
pelaksanaannya, mengingat Pasal 165Ayat 1, yang menyatakan paling lamadalam jangka 1 tahun harus telah diru-muskan peraturan pelaksanaannya, se-dangkan pada Ayat 2 yang menyatakanpaling lama dalam 2 tahun telah diben-tukbadan/lembagayang diamanatkanoleh undang-undang tersebut.
Beberapa pemikiran adalah seba-gai berikut:
Kegiatan1. penyusunan RPP seba-gai salah satu program Quick-
win RB Kemenpera (selain E-Proc, Kotak Layanan Pengaduandan FLPP).Kemitraan yang telah diuraikan2.sebelumnya perlu dituangkan da-
lam bentukpeta jalan (road map)pembangunan perumah an dankawasan permukiman antarpe-
mangku kepentingan (stake-holders), selain peta jalan yangsedang disusun Tim RB Kemen-pera. Peluang ini bisa dimanfaat-kan Kemenpera untuk mengambilinisiatif memulai.Upaya penyempurnaan aturan3.perundangan bisa dengan Regula-
tion Examination. Dengan terbitnyaUU PKP ini, bisa diusulkan mi-salnya penajaman PP 38/2007 danPP 41/2009. Dengan demikianRPP yang diamanatkan UU PKPini bisa selaras dengan PP yanglain dan demikian juga sebaliknya.Pembentukan4. badan/lembaga
yang diamanatkan oleh UU PKPini seiring dengan perkembanganKemenpera sendiri. Untuk pe-ningkatan Sinergitas PemerintahPusat-Daerah bisa memanfaatkanrencana Program DekonsentrasiLingkup Kementerian PerumahanRakyat. Berbagai kajian di lingkung-an Kemenpera antara lain Penyusun-an Pedoman Penguatan Kapa-sitas Kelembagaan Perumahandan Permukiman di Daerah jugabisa dipakai sebagai masukan.Untuk sinergitas Pembangunan5.antara Pusat dan Daerah, semuanya
perlu mengacu pada Pedoman Pe-rencanaan Kemenpera yang sedangdisusun, sehingga mengikuti siklusperencanaan secara Nasional sesuaiUU no 17Th 2003 tentang Keuang-an Negara dan UU No. 25 Th 2004tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (SPPN).
* Tenaga Ahli Sekretaris Kementerian PerumahanRakyat; Anggota Tim Verikasi RB Kemenpera;Anggota Pokja RPP UU PKP; dan Anggota De-wan Pakar the HUD Institute LPP3I.
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
19/6019
Good Corporate Governance(GCG) diperlukan untukmenyiapkan sistem dan struktur yang kuat sertakokoh bagi korporasi Indonesia. Sebagai suatu
sistem, GCG mengatur bagaimana korporasi diarahkandan dikendalikan untuk meningkatkan kemakmuran bis-nis secara akuntabel untuk mewujudkan nilai pemegangsaham dalam jangka panjang dengan tidak mengabai-kan kepentingan stakeholder lainnya. Sedangkan sebagaisuatu struktur, GCG memberikan kejelasan fungsi, hak,kewajiban dan tanggungjawab antara pihak-pihak yang
berkepentingan atas korporasi, mencakup proses kontrolinternal dan eksternal yang efektif serta menciptakan ke-seimbangan internal (antar organ perusahaan) dan kese-imbangan eksternal (antar stakeholders)
Beberapa hal yang melandasi adanya GCG adalahadanya penyimpangan terhadap:
Penggunaan perusahaan sebagaia. vehicleuntuk menda-patkan dana murah dari masyarakat.Ketidakterbukaan atas informasi bisnis yang berisiko.b.Penggunaan nama perusahaan untuk pinjaman pri-c.badi.Keputusan bisnis yang diambil karenad. moral hazard.
Intervensi pemegang saham atau pihak lain dalam ke-e.giatan perusahaan.
Adanya praktik perusahaan dalam perusahaan.f.Perusahaan g. highly leveraged tidak mempertimbangkanservice capacity.Diversikasi dan ekspansi usaha yang tidak pruden-h.sial.Risiko tidak dikelola secara hati-hati.i.Diabaikannya hak-hak pemegang saham minoritas.j.Mengapa Good Corporate Governance diperlukan?
Agar korporasi bisa melakukan pengelolaan secara :
Esien,
Kompetitif,Berkelanjutan,Keuntungan yang tinggi dan,Nilai yang optimum
Sebagai ilustrasi dapat dilihat dalam perbedaan antarakorporasi yang jelek dengan korporasi yang baik adalahsebagai berikut :
Korporasi yang jelek
Korporasi yang baik
Manfaat GCGKemanfaatan yang diperoleh dari suatu korporasi de-
ngan pengelolaan yang baik adalah sebagai berikut :Pengelolaan sumber daya korporasi secara amanah danbertanggungjawab, yang akan meningkatkan kinerja
korporasi secara berkelanjutan.
Good Corporate Governance:
Suatu Tinjauan Pelaksanaan Korporasi yangBaik sebagai Refeksi dalam Good Governance
Edisi 3Tahun 2010
Oleh :Moch.Yusuf Hariagung*
Good People do not need laws to tell them to act responsibilitywhile bad people will fnd away around the laws (Plato).
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
20/6020
Wacana
Perbaikan citra korporasi sebagai agen ekonomi yangbertanggungjawab (good corporate citizen) sehingga me-ningkatkan nilai perusahaan (value of the rm).Peningkatan keyakinan investor terhadap korporasi se-hingga menjadi lebih atraktif sebagai target investasi.
Memudahkan akses terhadap investasi domestik danasingMelindungi Direksi dan Dewan Komisaris dari tuntut-an hukumHal mendasar secara sederhana tentangGood Corporate
Governance (GCG) dapat dilihat dalam ilustrasi sebagaiberikut :
Pada intinya adalah melakukan apa yang ditulis, dan menulis-kan apa yang dilakukan.
Transparan yaitu korporasi harus menyediakan in-formasi yang material dan relevan dengan cara yangmudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepen-
tingan.Akuntabel yaitu korporasi harus dapat mepertang-gungjawabkan kinerjanya secara trasnparan dan wajar.Kejelasan yaitu korporasi harus senantiasa memper-hatikan kepentingan pemegang saham dan pemangkukepentingan lainnya.Bertanggung jawab yaitu korporasi harus mematuhiperaturan perundang-undangan serta melaksanakantanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungandanKebebasan yaitu korporasi harus dikelola secara in-
dependen.
Implementasi GCGSebagai implementasi dari GCG telah dilakukan bebe-
rapa komitmen yang dilakukan pemerintah dengan BankIndonesia. Pada tahun 1999 telah dibentuk Komite Na-sional tentang Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)yang didasarkan pada Keputusan Menko Ekuin Nomor:KEP/31/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukanKNKCG. Di sini, KNKCG diamanatkan untuk mener-bitkan pedoman GCG diIndonesia. Kemudian, pada 2004dibentuk Komite Nasional Kebijakan Governance(KNKG)
sebagai pengganti KNKCG. Penetapan ini didasarkanpada Surat Keputusan Menko Bidang Perekonomian No-mor: KEP/49/M.EKON/11/2004. KNKG ini terdiridari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi.
Refeksi GCG terhadap Good Governance(GC)Reeksi terhadap korporasi yang baik bisa dipakai se-
bagai pembelajaran pada tata kelola pemerintahan yangbaik (good governance), hal tersebut dapat dituangkan dalambeberapa kebijakan yang selalu mengutamakan kepen-tingan publik. Selain itu, mekanisme korporasi yang baikbisa dijadikan contoh untuk meningkatkan pelayananpublik, sebagaimana terjadi pada perusahaan-perusahaanmilik negara (BUMN). Pada pemerintahan, pola dan me-kanisme tentang ketepatan metode, kedisiplinan waktu,serta penempatan seseorang dalam jabatan sesuai kapa-
sitas dan pengalamannya akan memberikan nilai tambahdalam pengelolaan pemerintahan.
Peluang dan tantangangood governancebagi pemerintahIndonesia adalah dengan memanfaatkan sumber daya ma-nusia dalam kerangka yang tepat, sebagai peluang jumlahpegawai negeri sipil harus diarahkan pada merespon tan-tangan global untuk bertahan dan memperbaiki diri da-lam dinamika lingkungan yang selalu berubah. Sedangkantantangan kuat terhadap kesinambungan pegawai negerisipil adalah kemauan dan budaya untuk berubah, dari polayang sifatnya konvesional rutin menjadi pola yang sifatnyaberbasis hasil dan kemanfaatan. Satu hal yang perlu juga
disadari bahwa peningkatan kemampuan melalui updatingdata, updatinginformasi maupun kemampuan mengonver-si informasi dalam bentuk manajemen pengetahuan perludiletakkan sebagai pilar pemikiran utama.
Reformasi Birokrasi sebagai pilar dari perubahanmenujugood governanceharus disikapi secara proporsional,tidak serta merta perubahan rewardsebagai tujuan utama,namun harus dilandasi sikap berubah terhadap competetive-nesssuatu pengeloalaan yang terbaik dari suatu kementerianatau lembaga. Beberapa pengukuran kinerja kementerian/lembaga saat ini sudah berjalan dengan baik melalui La-
poran Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP), mau-pun monitoring yang dialakukan oleh Unit Kerja Presi-den tentang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan(UKP-PPP), namun semangatnya perlu dirubah dari yangsifatnya reportingmenjadi competetiveness yang terbaik. Kedepan, diharapkan dapat diciptakan iklim yang kondusifmaupun lingkungan yang saling mendukung untuk meraihperubahan yang terbaik dalam sistem pengelolaan peme-rintahan yang adaptif, tansparan dan bertanggung jawab.
* Kepala Bagian Data dan Pelaporan, Biro Perencanaandan Anggaran, Kementerian Perumahan Rakyat
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
21/60
Edisi 1Tahun 2011
21
Pengantar
M
emang untuk mencapai
cita-cita pemenuhan ke-
butuhan perumahan da-
lam permukiman perkotaan mau-
pun perdesaan yang layak huni tanpa
penyelenggaraannya secara tertib
pemerintahan tidak mungkin akan
tercapai.
Undang Undang Dasar 1945
Pasal 28 H Ayat 1 telah
mengamanatkan bahwa:
Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan bathin,
bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan se-
hat serta berhak memper-
oleh pelayanan kesehatan.
Amanat tersebut lebih
dipertegas lagi melalui Un-
dang Undang No. 39 Ta-
hun 1999 tentang Hak Asa-
si Manusia yang berbunyi:
Setiap orang berhak untuk
bertempat tinggal serta berkehidup-
an yang layak.
Dalam mewujudkan pembangun-
an perumahan dan permukiman
sangat tergantung pada masalah pe-
ata gunaan tanah , penatagunaan air
dan sumber daya lainnya disamping
dukungan prasarana dan sarana da-
lam satu kesatuan penataan ruang
wilayah perkotaan dan perdesaan.
Undang Undang No. 5 Tahun
1960 tentang Pokok Pokok Agraria
telah mengatur hak-hak atas tanah
seperti hak milik, hak guna usaha. hak
guna bangunan, hak pakai/pengelo-
laan, hak sewa, dan hak-hak lainnya
yang berkaitan dengan persediaan ta-
nah, penggunaan tanah, pembebasan
tanah termasuk bagi pembangunan
perumahan dan permukiman.
Berbagai pengaturan atas hak hak
tersebut sangat strategis dalam pe-
nyelenggaraan pembangunan peru-
mahan dan permukiman. Pemerintah
harus melihat tanah sebagai aset atas
segala potensi perubahan nilai tanah.
Undang Dasar 1945 Pasal 33 yang
berbunyi; Bumi dan ruang angkasa
beserta segala isinya dikuasai Negara
untuk sebesar besar kemakmuran
rakyat. Jadi secara hukum Negara
mempunyai kekuatan untuk meng-
atur atas hak hak tersebut sejauh un-
tuk sebesar besarnya kesejahteraan
masyarakat termasuk bagi penyeleng-
garaan pembangunan perumahan
dan permukiman.
Dalam pelaksanaannya pemba-
ngunan perumahan di suatu wilayah
dan atau kawasan perumahan dalam
permukiman perkotaan dan perde-
saan secara hukum harus terikat pula
kepada Undang Undang No.26 Ta-
hun 2007 tentang Penataan Ruang,
Undang Undang No.28 Tahun
2002 tentang Bangunan
Gedung, Undang Undang
No 32 Tahun 2007 tentang
Pemerintahan Daerah, Un-
dang Undang No.32 Tahun
2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkung-
an Hidup, serta Undang
Undang lainnya yang terkait
disamping pelaksanaan Un-
dang Undang No.1 Tahun
2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman
serta Undang Undang no.16
Tahun 1985 tentang Rumah Susun
yang pada saat ini sedang dalam pro-
ses revisi yang seharusnya merupa-
kan satu kesatuan tertib hukum da-
lam pembangunan perumahan dan
permukiman.
Kondisi Objektif Pelaksanaan
Tertib Tata Kelola Pemerintahan
yang baik di Bidang Perumahan
dan Permukiman.
Sejak Kongres Perumahan Rakyat
Tertib Pemerintahan dalam Penyelenggaraan
Perumahan dan PermukimanDr. Ir Aca Sugandhy M.Sc*
Ketua Umum Masyarakat Peduli Perumahan dan Permukiman Indonesia (MP3I)
SUMBER FOTO: KEMENPERA
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
22/6022
Wacana
pada tahun 1950 sebenarnya Peme-
rintah telah membuat keputusan
politik yang jelas mengenai sangat
pentingnya upaya pemenuhan kebu-
tuhan perumahan bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dimana
dalam penyelenggaraannya baik di
tingkat pusat maupun di daerah ha-
rus dilakukan dengan adanya kelem-
bagaan yang dapat melakukan pelak-
sanaan pembangunan perumahan
secara tertib baik secara sik, teknis
penggunaan bahan bangunan dan
pendanaannya yang memadai guna
terwujudnya cita-cita kebutuhan pe-
rumahan rakyat dari tahun ketahun.
Yang menjadi pertanyaan dan
persoalan besar sampai dengan saat
ini adalah apakah kita telah menye-
lenggarakan pembangunan perumah-
an dalam permukiman perkotaan dan
perdesaan secara tertib dengan tata
kelola pemerintahan yang baik (good
governance)?
Kalau melihat dari perkembangan
sejak 60 tahun yang lalu dan kondisi
jumlah dan kualitas rumah, perumah-
an dan permukiman perkotaan dan
perdesaan rasa rasanya belum terlak-
sana. Karena dari sudut jumlah untuk
pemenuhan kebutuhan tempat ting-
gal yang merupakan hak setiap warga
Negara masih jauh tertinggal; dan
banyaknya kawasan perumahan yang
menjurus kepada ketidak layakan un-
tuk dihuni. Disamping itu telah ba-
nyak ditinggalkannya pula pengguna-
an bahan bangunan setempat yang
dapat memberikan dampak berganda
bagi kesempatan kerja dan industri
disamping untuk mengangkat ke-
khasan arsitektur masing masing dae-
rah sebagai jati diri kebudayaan se-
tempat yang di masa mendatang dapat
menjadi aset pariwisata budaya.
Tantangan Untuk Menerapkan
Prinsip Good Governance
Mempertimbangkan kondisi ob-
jektif tersebut tentunya ke masa de-
pan menjadi tantangan untuk melaku-
kan reformasi dalam penyelenggaraan
perumahan dan permukiman secara
tata kelola pemerintahan yang baik.
Kita mengetahui dan sangat sa-
dar bahwa untuk melaksanakan tata
kelola pemerintahan yang baik ter-
masuk untuk penyelenggaraan pe-
rumahan dan permukiman harus
melaksanakan prinsip :
1. keterbukaan informasi dalam
proses pembangunannya yang
menyangkut antara lain penye-
diaan tanah, harga tanah, harga
rumah, pendanaan, aspek teknis,
sosiologis maupun ekologis.
2. kepedulian lembaga-lembaga pe-
merintah, dunia usaha, badan
hukum, perguruan tinggi, serta
masyarakat umum, yang berke-
cimpung dalam bidang peru-
mahan dan permukiman baik
ditingkat pusat maupun daerah
untuk bersinergi dan mau tertib
dalam melakukan pembangunan
perumahan dan permukiman se-
suai amanat perundang-undangan
yang berlaku.
3. partisipasi masyarakat untuk turut
serta secara aktif dalam penye-
lenggaraan pembangunan peru-
mahan dalam permukiman perko-
taan dan perdesaan secara tertib
hukum, adminstratif, sik, teknis
sosiologis dan ekologis; Bagi ter-
capainya cita cita kesejahteraan
masyarakat secara berkelanjutan.
4. adanya konsensus dari semua para
pemrakarsa dibidang perumahan
dan permukiman untuk mewu-
judkan pemenuhan kebutuhan
jumlah rumah dalam kawasan pe-
rumahan, di permukiman perko-
taan dan perdesaan dari waktu
kewaktu yang layak huni secara
berkeadilan/kesetaraan, efektif
dan esien dalam penggunaan
sumber daya yang ada disetem-
pa;, tegaknya supremasi hukum
bagi setiap warga Negara untuk
memperoleh tempat tinggal se-
suai perundang undangan yang
berlaku; serta akuntabilitas dari
semua pihak untuk terselengga-
ranya pembangunan perumahan
dan permukiman secara tertib
tata kelola pemerintahan baik di-
pusat maupun di daerah sebagai
urusan wajibnya.
Agar tidak mengulang sejarah 60
tahun kebelakang dimana amanat
kesepakatan politik dari Kongres Pe-
rumahan Rakyat yang telah menga-
rahkan tertib penyelenggaraan pem-
bangunan perumahan rakyat serta
visi strategisnya tentang keberadaan
SUMBER FOTO: ISTIMEWA
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
23/60
Edisi 1Tahun 2011
23
kelembagaan perumahan di pusat
dan daerah serta pentingnya pem-
binaan teknis, ekonomis, sosiologis,
dan ekologis dalam pembangunan
serta pengembangan bangunan se-
tempat namun dalam pelaksanaan-
nya tidak konsisten, tidak efektif
serta esien Dan hanya terbatas pada
pencapaian target pembangunan pe-
rumahan formal, swadaya, rumah
tapak atau rumah susun yang dalam
pemanfaatannya salah sasaran dan
bahkan banyak juga tidak atau belum
dimanfaatkan karena kurangnya ke-
terlibatan masyarakat dan bahkan be-
lum adanya kelengkapan sarana dan
prasarana dasar seperti air, listrik ser-
ta sarana dan prasarana umum lain-
nya dalam satu kesatuan lingkungan
dan atau kawasan perumahan.
Kemasa depan diharapkan prinsip
GOOD GOVERNANCE tidak ha-
nya menjadi wacana sebatas good..
goodsaja tanpa dikembangkan perang-
kat pelaksanaanya. Yang hasilnya
akan percuma saja (bussiness as usual).
Seperti antara lain: persoalan BACK-
LOG dari tahun ke tahun, kawasan
perumahan dan permukiman ku-
muh meningkat, ketimpanganantara
tempat tinggal komersial bagi yang
berpendapatan menengah keatas
dan kebutuhan tempat tinggal bagi
masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) tetap berjalan terus.
Konsep hunian berimbang yang
diamanatkan undang undang belum
terlaksana dalam satu kesatuan ling-
kungan dan atau kawasan perumah-
an berdasarkan rencana tata ruang
karena perbedaan kepentingan dalam
hal perhitungan keuntungan ekono-
mi, dan pertimbangan perbedaan
strata sosial dan masalah pertanahan
serta sistem pembiayaan yang belum
melaksanakan subsidi silang antara
keuntungan ekonomi yang diper-
oleh terhadap tujuan kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh.
Saran
Untuk itu maka bagi pelaksanaan
prinsip tata kelola pembangunan pe-
rumahan dan permukiman yang baik
tersebut perlu dikembangkan indika-
tor pencapaiannya antara lain dengan
rencana aksi sebagai berikut
1. Target penguatan kelembagaan
perumahan dan permukiman di
pusat dan daerah yang merupa-
kan bagian yang strategis dan
menentukan dalam penyeleng-
garaan dan pembinaan pemba-
ngunan baik secara sik, teknis,
administratif, ekonomis, sosiolo-
gis maupun ekologis,
2. Penyelesaian segera Peraturan pe-
laksanaan dari perundang undang-
an yang berlaku serta pedoman
NSPM bagi penegakan hukum
pembangunan perumahan di per-
mukiman perkotaan dan perdesaan
3. Target pembinaan dunia usaha
dan badan hukum lainnya seba-
gai mitra untuk konsensus me-
nyelengarakan pembangunan
perumahan dan permukiman
sesuai amanat Undang Undang
yang dituangkan dalam Kebijakan
dan Strategi Pembangunan Peru-
mahan dan Permukiman jangka
pendek, menengah dan jangka
panjang, dengan skala prioritas
berbasis kawasan .
4. Target pengadaan informasi statis-
tik perumahan dan permukiman
dan transparansi target jumlah
dan sumber pendanaan untuk
dapat diakses.
5. Pembinaan kapasisitas dunia usa-
ha, badan hukum lainnya serta
masyarakat sipil/madani untuk
berpartisipasi dalam penyeleng-
garaan pembangunan perumahan
dan permukiman Indonesia se-
cara tertib hukum.
Harapan
Adanya kelembagaan perumahan
dan permukiman secara operasio-
nal di pusat dan daerah adalah kunci
bagi terlaksanaanya tertib tata kelola
dan baiknya penyelenggaraan pe-
rumahan dan permukiman Indone-
sia sesuai amanat Undang Undang
Dasar Tahun 1945, Undang Undang
Tentang HAM, dan Undang Undang
tentang Pemerintahan Daerah yang
secara hukum jelas mengikat semua
pihak untuk bertanggung jawab.
Karenanya keberadaan kelembagaan
secara konsisten, sistemik, esien
dan efektif tidak bisa ditunda tunda
lagi dengan berbagai alasan apapun.
SUMBER FOTO: ISTIMEWA
-
7/31/2019 Good Governance. Media Komunikasi Komunitas Perumahan 'INFORUM' Edisi 1 tahun 2011
24/6024
Liputan
Pada awal tahun 2011 yaitu pada tanggal 17-19
Januari 2011, Kemenpera mengadakan Rapat
Kerja Kementerian Perumahan Rakyat (Raker-
pera) yang bertemakan Memantapkan Good Governance
Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Rakerpera diadakan dengan maksud sebagai forum koor-
dinasi bagi unit kerja di lingkungan Kemenpera dalam
rangka meningkatkan esiensi dan efektitas pelaksa-
naan program dan kegiatan pembangunan perumahan
dan kawasan permukiman dan diselenggarakan di Hotel
Mercure, Ancol, Jakarta.
Sebelum resmi dibuka, terlebih dulu dilakukan juga
Penandatangan Nota Kesepahaman Kerjasama Nomor
01/SKB/M/2011 dan Nomor MoU-37/ K/D2/2011
tentang Penguatan Tata Kelola Kepemerintahan yang
baik di Lingkungan Kemenpera antara Kemenpera
dengan BPKP. Nota kesepahaman ini tentunya sejalan
dengan komitmen Kemenpera dalam mewujudkan
good governancesesuai dengan tema yang diangkat dalam
Rakepera tersebut.
Melalui Rakerpera ini, Kemenpera melakukan
evaluasi terhadap pencapaian program dan kegiatan
Kemenpera pada tahun 2010. Selain itu, Kemenpera
juga mencoba mengukur serta esiensi dan efektivitas
dari pelaksanaan program dan kegiatan tersebut. Raker
yang dibuka oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat,
Suharso Monoarfa ini juga berusaha untuk menjaring isu
dan permasalahan terkini, baik yang terkait dengan hasil
pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman sampai tahun 2010, maupun rencana ke
depan dalam rangka menyelesaikan RPJMN dan Renstra
Kemenpera Tahun 2010-2014.
Dalam pembukaan Rakerpera tersebut, terdapat
beberapa poin penting yang disampaikan oleh Menteri
Negara Perumahan Rakyat. Menyambut telah diundang-
kannya UU Perumahan dan Kawasan Permukiman,
Suharso Monoarfa menekankan bahwa undang-undang
tersebut harus dipelajari dan ditindaklanjuti baik da-
lam peraturan turunan maupun pelaksanaan program
Kemenpera. Selain itu, Suharso Monoarfa juga menyam-
paikan mengenai perlunya review data-data permukiman,
evaluasi predikat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) yang
diraih Kemenpera, land banking, serta pemanfaatan asset
back securities. Tak lupa, Suharso Monoarfa juga berpesan
agar semua unit kerja harus bisa memahami kontribusi
Kemenpera dalam mengentaskan kemiskinan sekaligus
menyumbang perekonomian negara.
Rakepera yang berlangsung selama 3 hari ini diisi
dengan paparan eksternal yaitu dari BPKP dan Men
PAN RB serta paparan pencapaian unit-unit kerja di
Kemenpera sebagai sarana evaluasi internal. Dalam
Rakerpera diadakan juga diskusi kelompok secara paralel
yang terdiri atas 5 kelompok. Melalui diskusi kelompok
tersebut, para pejabat Kemenpera berbaur untuk mem-
bahas isu strategis terkait perumahan dan permukiman
untuk ditindaklanjuti. Hasil pembahasan tersebut kemu-
dian dirumuskan menjadi rencana aksi Kemenpera yang
disepakati bersama pada hari ketiga Rakerpera.
Menutup acara Rakepera pada hari ketiga, terdapat