green city based on participate

Upload: ahmad-chaidir

Post on 02-Mar-2016

356 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Teori Rancang Kota

Teori Rancang Kota

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKota merupakan konsentrasi dari seluruh aspek kehidupan penduduknya yang akan selalu berkembang. Perkembangan tersebut sesuai dengan pertumbuhan penduduknya dengan skala tingkatan kebutuhan. Perkembangan kota yang tanpa adanya penataan, pengarahan, akan banyak menimbulkan permasalahan termasuk permasalahan dalam penggunaan ruang dan fisik kotanya. Dalam kaitannya dengan pola kegiatan kota yang tercermin dalam penggunaan ruang dan bentuk fisik kota, maka perancangan kota yang tepat menjadi hal yang penting untuk dilakukan.Pertumbuhan kota yang begitu cepat dan berimplikasi terhadap timbulnya berbagai permasalahan perkotaan seperti kemacetan, banjir, permukiman kumuh, kesenjangan sosial, dan berkurangnya luasan ruang terbuka hijau. Beberapa tahun terakhir, permasalahan perkotaan semakin berat karena hadirnya fenomena perubahan iklim, yang menuntut kita semua untuk memikirkan secara lebih seksama. dan mengembangkan gagasan cerdas yang dituangkan ke dalam kebijakan dan program yang lebih komprehensif sekaligus realistis sebagai solusi perubahan iklim. Saat ini dunia sedang dihadapkan pada permasalahan degradasi kondisi lingkungan. Pencemaran air, udara dan tanah tidak terelakkan lagi seiring perkembangan pembangunan di seluruh dunia terutama di perkotaan. Urbanisasi hal yang terjadi di sebagian besar kota-kota di dunia. Penyebabnya antara lain tidak seimbangnya pembangunan antara desa dan kota. Daya dukung kota-kota semakin lemah dalam memfasilitasi kebutuhan warga kota. Polusi udara dan pencemaran air serta tanah, pemenuhan kebutuhan warga untuk bisa hidup sehat, nyaman dan sejahtera, menjadi persoalan yang perlu dicari solusinya oleh semua pihakSemakin tua usia kota maka semakin kompleks dan semakin banyak kebutuhan yang harus disediakan kota tersebut. Dan yang paling mendasar adalah pemenuhan sumber daya alam seperti ketersedian air, energi, dan udara yang bersih. Hal ini berbanding terbalik dengan fenomena yang akhir-akhir ini terjadi. Hal ini dapat dilihat dari semakin menurunnya air muka tanah yang ada di perkotaan akibat adanya kebijakan yang keliru dalam ekpoloitasi air tanah. Selain itu pemakaian air yang tidak bijak dan pengelolaan limbah buruk memperparah keberlanjutan ketersediaan air. Penurunan kualitas lingkungan ini juga disebabkan aktivitas perkotaan. Seperti kebiasaan penggunaan AC, gas buangan kendaraan bermotor, asap pabrik dan lain lain. Hal ini meningkatkan suhu yang ada di perkotaan. Penurunan kualitas pengelolaan air ini di ikuti dengan semakin langkanya ketersediaan energi bahan bakar seperti minyak. Minyak dan gas mendominasi pasokan energi untuk pemenuhan kebutuhan kota. Listrik dan tansportasi mendominasi pemakaian energi yang tidak terbarukan ini. Sementara itu cadangan minyak dan gas dunia semakin berkurang dan langka.Fenomena tren penurunan kualitas lingkungan dan ketersediaan energi melatarbelakangi konsep green city. Green city merupakan konsep kota yang sangat memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Mulai dari pemenuhan energi yang memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan seperti matahari dan angin. Konsep ini sangat cocok dikembangkan untuk mengurangi penurunan kualitas lingkungan.Begitu pula dengan Indonesia, yang saat ini telah mencanangkan program kota hijau yang berbasiskan masyarakat (empowerment), melalui programnya yaitu P2KH (Program Pengembangan Kota Hijau) yang dalam implementasinya dimuat dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten dan Kota.P2KH ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekaligus responsif terhadap perubahan iklim yang saat ini sedang menjadi isu dunia tersebut.Kota Hijau memiliki 8 atribut dalam hal prosesnya yaitu:Green Planning and Design, Green Community(Peran serta aktif masyarakat),Green Building, Green Energy, Green Water, Green Transportation, Green Waste, Green Openspace.Green City pada dasarnya adalah green way of thinking dimana perlu ada perubahan pola pikir manusia terhadap keberlanjutan lingkungan. Perubahan pola pikir akan mengarah pada perubahan kebiasaan masyarakat dan pada akhirnya akan menghasilkan perubahan budaya menjadi lebih ramah lingkungan.Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia, dituntut menjadi kota hijau untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim yang sudah mulai dirasakan di berbagai belahan dunia. Dengan populasi penduduk yang sudah mencapai 9,6 juta jiwa, ditambah lagi komuter ke Jakarta sebanyak 2,5 juta di siang hari, Jakarta dipaksa menjadi kota yang ramah lingkungan.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang mendasari munculnya konsep green city adalah permasalahan penurunan kualitas lingkungan. Konsep green city sebagai konsep diharapkan yang mampu mengembalikan peningkatan kualitas lingkungan dan pemakaian energi yang berkelanjutan pada suatu kota. Kondisi eksisting wilayah Jakarta berada di dataran rendah di bawah muka laut pasang, dengan kondisi topografi yang cenderung landai, infrastruktur yang sangat padat, serta pertumbuhan penduduk yang sangat pesat terutama di Jakarta Utara. Seperti yang dialami kota berkembang di dunia, Jakarta juga memiliki permasalahan kota yang serius dapat di bagi beberapa poin, seperti :1. Pemanasan global yang di akibatkan adanya perubahan iklim.2. Keterbatasan energi yang terbarukan.3. Peningkatan suhu kota akibat aktivitas yang ada di dalamnya.4. Sistem Penanganan sampah yang kurang baik.5. Pemakaian air yang kurang bijak.6. Penurunan kualitas udara.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Green City memiliki tujuan yang komprehensif, yaitu Kota yang Ramah Lingkungan. green city memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, dan mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan baik secara lingkungan, sosial dan ekonomi secara seimbang.

BAB II PERKEMBANGAN DAN DISKUSI TEORI

2.1 Kota BerkelanjutanHakikat pengertian tentang pembangunan berkelanjutan pada dasarnya adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka, sebagai suatu proses perubahan dimana pemanfaatan sumber daya, arah investasi, orientasi pembangunan dan perubahan kelembagaan selalu seimbang dan secara sinergis saling memperkuat potensi masa kini maupun masa mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. (Brundtland, 1987 dalam Budihardjo, 2009).Arah dari anatomi perkotaan masa depan dapat di asumsikan berdasarkan peran pemerintahnya. Apabila pemerintahan suatu kota yang berperan oleh kalangan ilmuwan dan ahli lingkunganm maka yang akan tercipta adalah ecopolis. Lingkungan binaan, termasuk karya arsitekturnya yang akan menyatu, selaras, seras dan seimbang dengan lingkungan alamnya. Konservasi energi dan pelestarian keseimbangan ekologis menjadi pertimbangan utama dalam pembangunan kota. Berbeda dengan wajah kota yang ditentukan sendiri sepenuhnya oleh segenap warganya, sehingga tercipta apa yang disebut humanopolis. Keterlibatan warga kota dalam pembangunan tidak hanya sekedar terbatas pada pemberian informasi, penyelenggaraan diskusi dan konsultasi, tetapi sudah sampai citizen power. Rakyatlah yang menentukan wajah kota masa depan.Ke depan kota-kota masa depan harus berpegang pada kaidah panca-faktor yang lebih bersifat holistik dan berskala global. Kelima faktor ini adalah employment atau lapangan kerja/ekonomi, environment atau keseimbangan lingkungan/ekologi, equity atau pemerataan/keadilan, engagement atau peran serta (masyarakat maupun swasta), dan energy (energi yang terbarukan maupun tidak terbarukan) (Budihardjo, 2009).Implentasi kelima faktor ini akan menentukan kondisi kota masa depan. Dengan menerapkan kelima faktor ini akan terbentuk kota yang ideal, manusiawi, menyejahterakan dan membahagiakan segenap warganya. Kota yang seperti ini yang merupakan kota yang berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan dikemukakan oleh Brundtland (1987) dalam Budihardjo yang menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka. Namun demikian perlu diungkapkan lebih lanjut mengenai gagasan, pemikiran, dan konsep baru tentang keberlanjutan. Holden, Daily dan Ehrich (1992) dalam buku yang ditulis Budihardjo (2009) menyebutkan tentang persyaratan minimum pembangunan berkelanjutan berupa terpeliharanya apa yang disebut dengan total natural capital stock pada tingkat yang sama atau kalau bisa lebih tinggi dibanding keadaan sekarang. Konsep ini sejalan dengan pengertian tentang masyarakat berkelanjutan menurut Cosanza, Norton dan Haskell (1992) yang mengandung arti sebagai masyarakat yang hidup dalam batas-batas lingkungan yang saling mendukung.Dalam perkembangan selanjutnya, pembangunan berkelanjutan dielaborasi oleh Stren, While, dan Whitney (1992) sebagai suatu interaksi antara tiga sistem : sistem biologis dan sumberdaya, sistem ekonomi, dan sistem sosial. Memang dengan kelengkapan konsep berkelanjutan dala trilogi : ekologi-ekonomi-sosial tersebut menjadi semakin menyulitkan pelaksanaannya, namun jelas lebih bermakna dengan masalah khususnya di negara berkembang.Dengan demikian, maka konsep pembangunan berkelanjutan berkembang lebiih jauh tidak semata-mata terfokus pada konsep awal pada pemikiran kelestarian keseimbangan lingkungan semata-mata. Konsep yang bersifat holistik tersebut dijabarkan secara lebih rinci oleh Serageldin dan Steer (1994) yang mengkategorisasikan adanya empat jenis capital stock yaitu :a. Natural capital stock : berupa segala sesuatu yang disediakan oleh alam;b. Human- made capital stock : dalam wujud investasi dan teknologi;c. Human capital stock : berupa sumber daya manusia dengan segenap kemampuan, keterampialn dan perilakunya;d. Sosial capital stock : berupa organisasi sosial, kelembagaan atau institusi.

Pada masa sekarang ini sudah mulai terlihat kesadaran menyangkut upaya kebersihan dan keindahan kota. Sudah disadari pentingnya penghijauan kota dengan ruang-ruang terbuka dan penanaman pepohonan., serta pelestarian daerah resapan atau konservasi air. Menurut Rutherford Platt dalam buku The Ecological city (1994) bahwa the natural world support the city, but the citys human made resources, in turn, give the city its distinctive, dynamic character. Kota berkembang terus secara berkelanjutan, melalui saling kebergantungan dan saling mendukung secara resiprokal antara elemen alam dan elemen buatan manusia.Untuk menciptakan kota yang berkelanjutan diperlukan lima prinsip dasar: 1)Environment (ecology); 2)Economy (Employment); 3)Equity; 4)Engagement, dan 5)Energy (Research Triangle Institute, 1996). Kota yang berkelanjutan mesti memiliki ekonomi yang kuat, lingkungan yang serasi, tingkat sosial yang relatif setara dan penuh keadilan, kadar peran serta masyarakat yang tinggi, dan konservasi energi yang terkendali dengan baik.Diagram I. Prinsip Dasar Kota yang Berkelanjutan(dikembangkan dari Research Triangle Institute, 1996)

Komponen/AspekPendekatan yang Kurang BerkelanjutanPendekatan yang lebih Berkelanjutan

EKONOMI (Kesejahteraan)

PendekatanKompetisi industri besar, retensi bisnis dan ditarget, ekspansiKerjasama strategis, peningkatan keahlian pekerja, infrastruktur dasar dan informasi

Alat-alat / wahanaIndustri, pajak penanaman modal, birokrasi dan regulasiKerjasama regional pembagian dasar pajak, menciptakan lingkunga indah, telekomunikasi

Hubungan antara Perkembangan Sosial dan ekonomiKesenjangan yg bertambah antara kaya & miskin, kesempatan kerja terbatasPenanaman modal strategis pada tenaga kerja dan kesempatan kerja dilihat sebagai tanggung jawab bersama pemerintah, swasta, dan masyarakat

EKOLOGI (Lingkungan)

Penggunaan Sumber DayaPenggunaan sumberdaya berlebihanKonservasi sumber daya, pencegahan dan penanggulangan polusi

Peraturan Sumber dayaPenggunaan tertinggi dan terbaik; penggunaan lahan yang tunggal (terpisah), kurang terpadu dengan sistem transportasi, pemekaran kota tanpa terkendaliPenggunaan lahan campuran; koordinasi dengan sistem transportasi, menciptakan taman, menetapkan batas perkembangan/pemekaran kota

EQUITY (Pemerataan)

DisparitasDisparitas yang makin meninggatkan pendapatan antar kelompok dan rasDisparitas yang kurang kesempatan yang seimbang macam-macam kesempatan yang tersedia

Pendekatan Jasa SosialJasa spesifik untuk klien-klien individualJasa yang disintegrasi bagi keluarga-keluarga dan komunitas

Perumahan MurahLebih cenderung ke rumah keluarga yang di bangun di atas tanah yang besar, terisolasi dan perumahan rakyat yang terkotak-kotak. Perumahan massalCampuran dari alternatif perumahan yang bagus, berimbang, campuran dari subsidi perumahan ke stok perumahan. Perumahan oleh massa

ENGAGEMENT (Peranserta)

Partisipasi diminimalkanDioptimalkan

KepemimpinanIsolasi dan fragmentasiKoperatif dan juridiksi silang

RegionalKompetisiKerjasama strategis

Juridiksi lokalKota yang independenKota yang interindependen

Peran pemerintahPemerintah: Penyediaan jasa (provider) Regulator Komando dan pusat kontrol dari atasKeperintahan: Fasilitator, pemberdayaan (enabler) Negosiator Menyaring masukan dari bawah

Status KepemerintahSentralisasi lebih sedikit otonomi daerahDesentralisasi, lebih banyak otonomi daerah

Pusat-DaerahRasio yang rendah dari pendanaan pusat ke daerahRasio yang tinggi dari pendanaan pusat ke daerah

Analisis ProblemSimptomatis, relatif, jangka pendekSistematik, proaktif, jangka panjang

PerencanaanKomperehensif, teknokratik, sektoral, mencerminkan mandat legal pemerintahStrategi, dibuat lebih baik oleh partisipasi masyarakat yang besar, sektor silang, mencerminkan prioritas rakyat

Penilaian PenampilanInput, aktivitas, standar harga profesionalHasil penanaman modal, partisipasi masyarakat

Indikator keberlanjutanTidak ada atau sektoral , digunakan oleh teknokratInterdisiplin atau lintas sektoral, digunakan oleh raktyat

ENERGI

Sumber EnergiPengurasan energiPenghematan energi

Sistem TransportasiMengutamakan kendaraan pribadi yang boros energiMengutamakan transportasi umum, massal, hemat energi

BangunanMenggunakan pencahayaan dan penghawaan artifisialMendayagunakan pencahayaan dan penghawaan alami

AlternatifAlternatif energi terbatasAlternatif energi meluas

2.2 Konsep Green City Green City dikenal sebagai kota ekologis. Kota yang secara ekologis juga dapat dikatakan kota yang sehat. Artinya adanya keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Kota sehat juga merupakan suatu kondisi dari suatu kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan semua pihak terkait (stakeholders).Terdapat beberapa pendekatan Green City yang dapat diterapkan dalam manajemen pengembangan kota. Pertama adalah Smart Green City Planning. Pendekatan ini terdiri atas 5 konsep utama yaitu konsep kawasan berkeseimbangan ekologis yang bisa dilakukan dengan upaya penyeimbangan air, CO2, dan energi. Pendekatan kedua adalah konsep desa ekologis yang terdiri atas penentuan letak kawasan, arsitektur, dan transportasi dengan contoh penerapan antara lain: kesesuaian dengan topografi, koridor angin, sirkulasi air untuk mengontrol klimat mikro, efisiensi bahan bakar, serta transportasi umum. Ketiga, konsep kawasan perumahan berkoridor angin (wind corridor housing complex), dengan strategi pengurangan dampak pemanasan. Caranya, dengan pembangunan ruang terbuka hijau, pengontrolan sirkulasi udara, serta menciptakan kota hijau. Keempat, konsep kawasan pensirkulasian air (water circulating complex). Strategi yang dilakukan adalah daur ulang air hujan untuk menjadi air baku. Kelima, konsep taman tadah hujan (rain garden). Pendekatan kedua adalah Konsep CPULS (Continous Productive Urban LandscapeS). Konsep penghijauan kota ini merupakan pengembangan landscape yang menerus dalam hubungan urban dan rural serta merupakan landscape productive. Pendekatan terakhir adalah Integrated Tropical City. Konsep ini cocok untuk kota yang memiliki iklim tropis seperti Indonesia. Konsep intinya adalah memiliki perhatian khusus pada aspek iklim, seperti perlindungan terhadap cuaca, penghutanan kota dengan memperbanyak vegetasi untuk mengurangi Urban Heat Island. Bukan hal yang tidak mungkin apabila Indonesia menerapkannya seperti kota-kota berkonsep khusus lainnya (Abu Dhabi dengan Urban Utopia nya atau Tianjin dengan Eco-city nya), mengingat Indonesia yang beriklim tropis.

Menurut David Owen (2009), sekarang sudah saatnya utk berfikir tentang Green Metropolis/City Dari 6 komponen yang disyaratkan ; 1. Adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH),2. Green Lifestyle Community (Partisipasi Komunitas Pecinta Lingkungan),3. Kota dengan Low Carbon Emision,4. Tersedianya Layanan Transportasi Publik ramah lingkungan,5. Bangunan Hijau,6. Terciptanya Kota Kompak yang padat penduduk (High Urban Density).

1. RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)Menurut Roger Trancik, seorang pakar dibidang Urban Design, ruang terbuka hijau adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun didalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau. Sementara menurut Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell,1983, ruang terbuka hijau adalah Fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam kegiatan rekreasi. (Leadership-park.com, 2010)Pemerintah indonesia juga mengeluarkan definisi tentang ruang terbuka hijau ini dengan istilah ruang terbuka hijau kawasan perkotaan atau RTHKP. Jikalau mengacu pada Peraturan Mendagri No.1 tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan ini, maka pengertian Ruang Terbuka Hijau adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.. Ruang terbuka hijau itu sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu RTHKP Publik dan RTHKP Privat. RTHKP Publik adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Sementara RTHKP Privat adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, kecuali Provinsi DKI Jakarta oleh Pemerintah Provinsi. Berdasarkan jenisnya RTHKP meliputi taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, taman hutan raya, hutan kota, hutan lindung, bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah, cagar alam, kebun raya, kebun binatang, pemakaman umum, lapangan olah raga, lapangan upacara, parkir terbuka, lahan pertanian perkotaan, jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET), sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa, jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian, kawasan dan jalur hijau, daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara dan taman atap (roof garden). Ruang Terbuka Hijau sejatinya ditujukan untuk menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan dan mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan serta meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman. Tak Cuma itu, Ruang terbuka hijau juga berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan, pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara, tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati dan pengendali tata air serta tak ketinggalan sebagai sarana estetika kota. Keberadaan ruang ini tak hanya menjadikan kota menjadi sekedar tempat yang sehat dan layak huni tapi juga nyaman dan asri.Ruang terbuka hijau juga membawa begitu banyak manfaat yang terkandung. Mulai dari sarana untuk mencerminkan identitas daerah, menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah, sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat , sebagai sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan, memperbaiki iklim mikro hingga meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan dan tak ketinggalan bermanfaat bagi meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan . Bahkan terkandung pula manfaat yang lebih bernilai sosial seperti sebagai sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial atau sebagai sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula. Bisa dibilang kebutuhan akan adanya ruang semacam ini di kota-kota besar tak hanya sekedar perlu namun kebutuhan. Dalam Undang undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan adanya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05 / PRT / M / 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan mengamanatkan luas minimal sebesar 30 % dari luas wilayah kota yang terdiri dari 20 % RTH Publik dan 10 % RTH Privat. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik adalah RTH yang dimiliki dan di kelola oleh Pemerintah Daerah Kota / Kabupaten yang di gunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat adalah RTH yang oleh Institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah / gedung milik masyarakat swasta yang di tanami tumbuhan. (www.kendalkab.go.id, 2012)2. GREEN LIFESTYLE COMMUNITY Kemudian dalam mewujudkan kota menuju Green City, tidak lepas dari pembentukan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kondisi ekologi sekitar mereka agar tetap nyaman, bersih, dan tenang, ini merupakan salah satu tugas pemerintah kota. Peran pemerintah ini juga perlu mendapat dukungan berbagai pihak. Adanya komunitas pecinta lingkungan (hijau), komunitas pencinta sepeda dalam hal ini, diharapkan membantu pemerintah dalam pemberian informasi kepada masyarakat kota sehingga dapat memupuk kesadaran di lingkungan masyarakat. 3. Kota dengan Low Carbon Emision,Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. (www.putracenter.net, 2009)Untuk itu, dengan tersedia banyaknya Ruang Terbuka Hijau dan juga terbentuknya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kondisi lingkungan, dapat memunculkan suatu tradisi masyarakat yang mendukung terciptanya kota dengan tingkat polusi yang rendah (Low Carbon Emision). Kota yang rendah polusi, dapat terwujud dengan penggunaan kendaraan yang ramah lingkungan. Komunitas sepeda dan pejalan kaki adalah salah satu dari peran masyarakat dalam mewujudkan kota dengan tingakat polusi rendah. Transportasi memiliki fungsi penting dalam suatu kota. Namun transportasi memberikan dampak negatif pula bagi lingkungan seperti kemacetan dan polusi. Bagaimana agar transportasi dapat berjalan lancar dalam menunjang aktivitas masyarakat tetapi tidak menimbulkan kerugian terutama kerugian di bidang lingkungan dan ekonomi. Kebijakan pemerintah merupakan kunci dari permasalahan ini. (Syakir, dalam Madina 2012)

4. Tersedianya Layanan Transportasi Publik ramah lingkungan,Untuk menunjang pergerakan penduduk kota supaya berjalan dengan lancar, maka diperlukan sistem tranportasi yang cepat, murah, dan efisien karena waktu merupakan hal yang sangat penting bagi pergerakan tersebut. Untuk itu Kota harus mengupayakan pembenahan pada sektor transportasinya dengan pengoptimalan sistem transportasi umum.5. Bangunan Hijau,Bangunan ramah lingkungan identik dengan gedung yang dikelilingi vegetasi hijau. Bangunan ramah lingkungan, yang kadang juga disebut sebagai bangunan hijau, adalah bangunan yang sejak proses perencanaan desain, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, pemeliharaan, hingga dekonstruksinya dilakukan secara bertanggung jawab terkait aspek lingkungan. Gedung ramah lingkungan bisa dikaitkan dengan kemampuan sistemnya untuk turut dalam proses pengurangan emisi dan penghematan energi, terutama energi yang tak terbarukan, misalnya yang bersumber dari energi fosil. Jadi, green building tidak identik dengan banyaknya pohon saja, ujar Slamet Ristono, Enginering and Maintenance Senior Manager Retail and Commercial Building PT Grand Indonesia. Menurutnya, suatu gedung dapat disebut hijau antara lain bila sudah menerapkan konsep green building, yakni reduce, reuse,dan recycle. (Muljati, 2012)

Gambar 1. Green building pada konsep Green City (sumber : www.architizer.com )6. Terciptanya Kota Kompak yang padat penduduk (High Urban Density)Kota Kompak yang diartikan sebagai sebuah strategi kebijakan kota yang sejalan dengan usaha perwujudan pembangunan berkelanjutan untuk mencapai sebuah sinergi antara kepadatan penduduk kota yang lebih tinggi pada sebuah ukuran ideal sebuah kota, pengkonsetrasian semua kegiatan kota, intensifikasi transportasi publik, perwujudan kesejahteraan sosial-ekonomi warga kota menuju peningkatan taraf dan kualitas hidup kota.(sweetexperience.com, 2012Kelebihan dari konsep Green City adalah dapat memenuhi kebutuhan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu kawasan, sehingga dapat mengurangi bahkan memecahkan masalah lingkungan, bencana alam, polusi udara rendah, bebas banjir, rendah kebisingan dan permasalahan lingkungan lainnya. (Efendi, 2012)Seperti yang dikemukakan David Owen, ada beberapa pendapat yang memiliki kesamaan konsep namun dijelaskan dengan lebih rinci. Proses perencanaan Green city secara strategis dilakukan, untuk memastikan kesinambungan dari perencanaan, mulai dari proses perancangan sampai pada implementasi. Pertama-tama, konsep ini merinci rencana tindakan lokal yang dipandu oleh sasaran hasil yang ditetapkan dalam menurut peraturan yang lokal mengenai rencana ruang. Seperti rencana tindakan melayani suatu basis untuk implementasi pembangunan green city. Konsep ini dirumuskan untuk menguraikan ke dalam delapan bagian, green planning and design, green community, green open space, green water, green waste, green energy, green transportation, and green building. Bagian ini tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus dilihat sebagai suatu kesatuan integral.

Diagram bagian dalam konsep Green City (sumber : www.isocarp.com )

Namun disamping kelebihannya, konsep ini memiliki kelemahan juga. Penerapannya pada masing-masing kawasan tidak dapat disamaratakan karena tiap-tiap daerah memerlukan kajian tersendiri. Setidaknya harus diketahui tentang karakteristik lokal, iklim makro, dan sebagainya.

2.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Rancang Kota Terdapat 8 (delapan) tingkatan partisipasi masyarakat, dari yang paling rendah yaitu manipulation hingga yang tertinggi dengan kekuasaan masyarakat yang besar yaitu citizen control. Partisipasi masyarakat secara politis mengarah kepada eupimisme yang diartikan sebagai kemandirian/keterlibatan masyarakat, atau sebagai suatu retorika yang tidak mungkin terjadi seperti pengendalian absolute. Sedangkan dalam istilah kategorikal, partisipasi masyarakat adalah untuk menggambarkan kekuatan masyarakat. Tingkat partisipasi dari yang paling rendah adalah sebagai berikut : (1) Manipulation dan (2) Therapy, kedua partisipasi ini biasa disebut level non partisipation karena sasarannya bukanlah memberdayakan masyarakat, tetapi agar masyarakat tetap dibawah kendali penguasa; (3) Informing dan (4) Consultation, merupakan level penghargaan yang memberi kesempatan kepada masyarakta untuk mendengar dan bersuara, tetapi tidak ada kepastian apakah aspirasi tersebut diperhatikan; (5) Placation, merupakan level penghargaan yang lebih tinggi dari sebelumnya, karena masyarakat diberi ijin untuk memberi saran, walaupun keputusan tetap ditangan penguasa; (6) Partnership, merupakan tingkat awal untuk penguatan hak-hak masyarakat, karena mereka memiliki jalur untuk berunding dan tawar menawar dengan penguasa; (7) Delegated Power dan (8) Citizen Control, merupakan level tertinggi karena mayarakat mempunyai kekuatan mayoritas untuk mengambil keputusan dan memiliki kemampuan manajerial secara penuh.Masyarakat dan penguasa merupakan dua hal yang tidak dapat digabungkan secara homogen karena memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda. Masyarakat menganggap penguasa sebagai sistem monolitik, sedangkan penguasa menganggap masyarakat memiliki pemahaman yang minim. Faktor penghambat pada sisi penguasa adalaht rasisme, paternalisme dan penolakan pembagian kekuasaan. Sedangkan pada sisi masyarakat berupa ketidaklayakan infrastruktur sosial ekonomi dan politik, pengetahuan yang rendah serta kelemahan dalam berorganisasi.Karakteristik kekuasaan dan ketidakberdayaan dari 8 (delapan) tangga di atas digambarkan melalui contoh kejadian sebagai berikut :1. Manipulation (Manipulasi)Mengikutsertakan masyarakat dalam kepanitiaan atau badan penasehat untuk mendidik dan mengelola dukungan, biasa hanya menjadi kedok dalam memperlancar program penguasa. Contoh kasus seperti pembentukan Citizen Advisory Committees (CACs), dengan propaganda melindungi hak warga kulit hitam dalam pembenahan kota, pada akhirnya digunakan sebagai alat pembenaran memindahkan mereka. Hal ini terus diterapkan pada program-program lain yang menyitir kelompok miskin. Contoh lainnya seperti pada Community Action Agencies (CAAs) yang menciptakan dewan warga/kelompok penasehat warga. Pada kenyataannya masyarakat hanya sebagai symbol telah berpartisipasi, karena tidak memiliki kekuatan apa-apa hanya dijadikan alat legalitas karena dalam penentuan program tanda tangan mereka diperlukan, seolah-olah ada dukungan masyarakat. 1. Therapy (Terapi)Dengan dalih melibatkan masyarakat dalam perencanaan, penguasa memasukkan mereka dalam terapi kelompok klinis. Seperti contoh kasus di Pennsylvania, yang mengundang orang tua seorang bayi yang meninggal akibat malpraktek suatu rumah sakit untuk mengikuti terapi perawatan anak setelah dia mengadukan kasusnya ke Lembaga Aksi Masyarakat. Contoh lain dalam program perumnas yang menggiring penghuninya untuk menyesuaikan nilai dan perilaku masyarakat luas, serta dihadapkan pada masalah pengusiran dan keterlambatan pelayanan.

1. Informing (Pemberitahuan)Informasi dapat menyadarkan masyarakat atas hak, tanggungjawab dan pilihannya sehingga dapat menuju partisipasi yang legitimate. Tetapi yang sering terjadi adalah informasi satu arah dari pejabat ke masyarakat, tanpa saluran untuk feedback dan tanpa kekuatan negosiasi. Sehingga kecil kemungkinan masyarakat bisa memperngaruhi program yang dirancang untuk kepentingan mereka. Contoh kejadian satu arah yang sering adalah digunakannya mass media, pamflet, poster, dan penyelidikan. Selain itu rapat juga bisa menjadi alat komunikasi satu arah dengan menyajikan informasi buatan untuk meredam pertanyaan, atau memberi jawaban yang tidak relevan. 4 .Consultation (Konsultasi)Metode yang sering digunakan untuk konsultasi masyarakat adalah survey perilaku, pertemuan lingkungan dan rapat umum. Apabila aspirasi masyarakat dibatasi pada level ini maka partisipasi hanya menjadi ritual simbolis yang memandang masyarakat sebagai angka statistik, yang dapat diukur dari kehadirannya dalam rapat atau dalam mengisi kuesioner tanpa memahami jawaban mereka sendiri.5.Placation (Penenangan)Pada level ini telah ada pengaruh masyarakat meskipun masih disertai kesan untuk memperoleh penghargaan. Contoh dari strategi penenangan adalah mendudukkan beberapa orang miskin terpilih di Lembaga Aksi Masyarakat atau dewan publik seperti dewan pendidikan, komisi polisi, atau badan perumahan. Apabila mereka tidak begitu diakui di tengah masyarakat sementara penguasa masih menduduki kekuatan mayoritas, maka masyarakat kecil dapat dengan mudah disingkirkan. Contoh lainnya adalah pembentukan panitia perencana dan penasehat Model Kota yang mengijinkan masyarakat memberi saran dan merencanakan, tapi penguasa yang berwenang untuk menilai saran-saran tersebut.6.Partnership (Kemitraan)Pada level ini, kekuasaan diperoleh melalui negosiasi antara masyarakat dan pemerintah. Mereka bersepakat untuk membagi tanggungjawab perencanaan dan kebijakan melalui pembentukan badan-badan seperti badan kebijakan bersama, tim perencanaan, dan mekanisme untuk menembus kebuntuan. Kemitraan akan sangat efektif jika di tengah masyarakat terdapat basis kekuatan yang terorganisir. Ketika kelompok masyarakat mempunyai sumber dana untuk menggaji pemimpin mereka atas jerih payahnya; dan ketika masyarakat memiliki sumber daya untuk membayar dan memecat tekhnisi, pengacara dan pengurus masyarakat sendiri maka keadaan ini akan membuat masyarakat mampu mempengaruhi hasil perencanaan sepanjang kedua belah pihak merasa beruntung. 7.Delegated Power (Pendelegasian Kekuasaan)Negosiasi antara masyarakat dan pemerintah dapat juga berakhir dengan dominasi masyarakat dalam pengambilan keputusan atas sebuah perencanaan atau program. Contohnya dapat dilihat pada Dewan Kebijakan Model Kota yang merupakan lembaga bagi masyarakat untuk memperoleh posisi mayoritas dan kekuasaan yang sebenarnya. Pada tangga ini masyarakat memiliki kartu utama sehingga dapat menjamin akuntabilitas setiap program. Jika terdapat perbedaan maka pemerintah akan mengulangi proses dari awal, bukan menanggapi dengan melakukan penekanan. Model lain dari pendelegasian kekuasaan ini adalah kelompok paralel yang memberikan hak veto pada masyarakat apabila perundingan menemui jalan buntu.

8. Citizen Control (Kendali oleh Masyarakat)Masyarakat menuntut suatu kuasa yang dapat menjamin mereka untuk mengelola program atau lembaga dan bertanggungjawab atas kebijakan dan aspek-aspek manajerial serta mampu merundingkan syarat-syarat dimana pihak luar bisa saja mengubahnya. Korporasi kemasyarakatan yang tidak memiliki perantara dengan sumber dana merupakan model yang sering diadvokasi. Sejumlah kecil korporasi percobaan telah memproduksi barang dan jasa, sedangkan yang lain masih pada tahap pengembangan. Model kontrol yang baru akan lahir karena masyarakat kecil akan terus mengadakan penekanan demi memperoleh kekuatan yang lebih besar.

Diagram tangga tingkat partisipasi masyarakat terhadap suatu perencanaan (sumber : Handouts Partisipasi masyarakat dalam perancangan kota mata kuliah Teori Rancang Kota)

BAB III PEMBAHASAN

Dari sudut pandang historis dan leksikal (etimology), istilah metropolis berasal dari bahasa Yunani Kuno, yakni berasal dari kata meter yang berarti ibu dan kata polis yang berarti kota (Wackermann, 2000). Pada masa itu, secara harafiah, metropolis dapat diartikan sebagai kota ibu yang memiliki kota-kota satelit sebagai anak, namun dapat juga berarti pusat dari sebuah kota, sebuah kota-negara (city-state). Kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya dapat diidentikkan dengan Metropolis, dimana berdasarkan karakteristik tersebut, DKI Jakarta berperan sebagai kota inti yang dikelilingi dengan beberapa kota satelitnya. (TOR Green Metropolis Jakarta 2050) Berdasarkan isu aktual yang tengah dihadapi , penataan ruang untuk Metropolis Jakarta sangat diperlukan terutama dalam rangka keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang, perwujudan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan serta pengembangan perekonomian yang produktif, efektif dan efisien. Mengacu kepada sasaran dari penyelenggaraan penataan ruang tersebut maka output utama dari penataan ruang Metropolis Jakarta adalah menuju kepada suatu keadaan yang ramah lingkungan atau yang disebut green metropolis. Perwujudan Green Metropolis merupakan suatu langkah strategis yang perlu diambil oleh pengelola kota/ kawasan metropolitan guna mengantisipasi berbagai dampak pembangunan dan transformasi sosial ekonomi perkotaan yang sangat cepat (hyper dynamic). Bahkan lebih jauh perwujudan Metropolis Hijau (green metropolis) juga mengantisipasi perubahan iklim. Sehingga diperlukan program tersebut yang tentunya tidak banyak melibatkan pihak dari pemerintah saja, melainkan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban berperan aktif dalam perwujudan metropolis hijau. (TOR Green Metropolis Jakarta 2050) David Owen (2009) dalam bukunya yang berjudul Green Metropolis: Why Living Smaller, Living Closer, and Driving Less are Keys to Sustainability menggambarkan Green Metropolis sebagai sebuah kawasan perkotaan yang kompak, hemat energi, tidak bergantung kepada kendaraan pribadi, tapi pada public transit, bangunan ramah lingkungan, dan ruang terbuka hijau yang memadai dan masyaraka. David Owen terinspirasi oleh kota New York dan kawasan Manhattan yang memenuhi gambaran diatas, sekaligus layak menjadi model kota berkelanjutan. (TOR Green Metropolis Jakarta 2050) Misi menuju green metropolis diharapkan menjadi mainstream dalam setiap proses perencanaan, pembangunan, peningkatan kualitas kawasan perkotaan, baik oleh pihak pemerintah, swasta, masyarakat dan asosiasi kelembagaan non pemerintah. Mainstream green metropolis akan menjadi pendekatan komprehensif sebagai pembentuk esensial struktur dan pola ruang berskala entitas kawasan untuk sebuah metropolis yang layak huni, aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. (TOR Green Metropolis Jakarta 2050) Proses perencanaan Green Metropolis Jakarta harus dilakukan secara strategis, untuk memastikan kesinambungan dari perencanaan, mulai dari proses perancanagan sampai pada implementasi. Pertama-tama, konsep ini merinci rencana tindakan lokal yang dipandu oleh sasaran hasil yang ditetapkan dalam menurut peraturan yang lokal mengenai rencana ruang. Seperti rencana tindakan melayani suatu basis untuk implementasi pembangunan green city. Konsep ini dirumuskan untuk menguraikan ke dalam delapan bagian, green planning and design, green community, green open space, green water, green waste, green energy, green transportation, and green building.

Implementasi peran serta masyarakat dalam penerapan delapan bagian konsep green city pada Green Metropolis Jakarta. 1. Green planning and designPenataan ruang untuk Metropolis Jakarta telah diarahkan dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur. Sebagaimana diketahui Peraturan Presiden ini merupakan bentuk penjabaran dari hasil penetapan kebijakan dari Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang menyatakan Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur) ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN). Selain itu, penataan ruang pada kawasan ini tetap harus mengacu pada RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota, khususnya RTRW DKI Jakarta 2030. (TOR Green Metropolis Jakarta 2050). Sesuai dengan Undang-undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang telah mengamanatkan bahwa RTRW Provinsi maupun RTRW Kabupaten harus menyediakan Ruang Terbuka Hijau sebesar 30 %. Pada proses pembuatan perda RTRW Provinsi DKI Jakarta memaksimalkan keterlibatan masyarakat mulai dari tahap perencanaan tata ruang berpeluang mengakomodasikan faktor-faktor pendorong peransertanya dalam penataan ruang, antara lain tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat, keterhitungannya (accountability) dalam proses penataan ruang termasuk akomodasi terhadap ragam kepentingannya, dan kesempatannya untuk berperan serta. Peran serta masyarakat secara aktif dan terarah dapat membantu meningkatkan mutu proses dan produk penataan ruang. Pola dan struktur pemanfaatan ruang akan tertata secara lebih baik yang pada akhirnya akan bermuara pada perbaikan mutu ruang dan lingkungan hidup. Dalam Undang-Undang penataan ruang disebutkan bahwa penataan ruang adaah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang harus berazaskan keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlindungan hukum. Selama ini RTRW sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah jarang sekali dilaksanakan secara konsisten, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun swasta. Hal ini disebabkan karena masyarakat dan swasta tidak diberikan akses dan kesempatan yang lebih besar untuk terlibat langsung dalam proses perumusan, penetapan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan publik dalam hal ini RTRW sehingga tidak mengetahui manfaat pelaksanaan RTRW yang konsisten bagi kelangsungan kawasan wilayah dalam jangka pendek, sedang maupun panjang.Peran serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam penataan ruang karena pada akhirnya hasil penataan ruang adalah untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta demi tercapainya tujuan penataan ruang, yaitu terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya , serta tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas.

2. Green CommunityGreen city sebenarnya lebih mengarah pada way of thingking atau pola pikir dalam kehidupan keseharian. Dalam mewujudkan Green Metropolis Jakarta, tidak lepas dari pembentukan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kondisi ekologi sekitar mereka agar tetap nyaman, bersih, dan tenang, ini merupakan salah satu tugas pemerintah kota. Peran pemerintah ini juga perlu mendapat dukungan berbagai pihak. Adanya komunitas pecinta lingkungan (hijau) diharapkan membantu pemerintah dalam pemberian informasi kepada masyarakat kota sehingga dapat memupuk kesadaran di lingkungan masyarakat. Pada masa sekarang ini semakin banyak kalangan masyarakat yang sadar akan pentingnya keberlanjutan lingkungan dan membentuk komunitas-komunitas yang mendukung terhadap gerakan cinta lingkungan seperti komunitas bike to work dll.Komunitas seperti ini merupakan embrio dari kesuksesan pelaksanaan program green city. Dikatakan demikian karena peran serta komunitas ini dalam memberikan contoh dan informasi yang tepat dalam mengubah mind set masyarakat sekitar komunitas agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan. 3. Green Open SpaceMenurut Roger Trancik, seorang pakar dibidang Urban Design, ruang terbuka hijau adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun didalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau. Sementara menurut Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell,1983, ruang terbuka hijau adalah Fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam kegiatan rekreasi. (Leadership-park.com, 2010)Pemerintah indonesia juga mengeluarkan definisi tentang ruang terbuka hijau ini dengan istilah ruang terbuka hijau kawasan perkotaan atau RTHKP. Jikalau mengacu pada Peraturan Mendagri No.1 tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan ini, maka pengertian Ruang Terbuka Hijau adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.. Ruang terbuka hijau itu sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu RTHKP Publik dan RTHKP Privat. RTHKP Publik adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Sementara RTHKP Privat adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, kecuali Provinsi DKI Jakarta oleh Pemerintah Provinsi.Berdasarkan jenisnya RTHKP meliputi taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, taman hutan raya, hutan kota, hutan lindung, bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah, cagar alam, kebun raya, kebun binatang, pemakaman umum, lapangan olah raga, lapangan upacara, parkir terbuka, lahan pertanian perkotaan, jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET), sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa, jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian, kawasan dan jalur hijau, daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara dan taman atap (roof garden). Ruang Terbuka Hijau sejatinya ditujukan untuk menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan dan mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan serta meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman. Tak Cuma itu, Ruang terbuka hijau juga berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan, pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara, tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati dan pengendali tata air serta tak ketinggalan sebagai sarana estetika kota. Keberadaan ruang ini tak hanya menjadikan kota menjadi sekedar tempat yang sehat dan layak huni tapi juga nyaman dan asri. Ruang terbuka hijau juga membawa begitu banyak manfaat yang terkandung. Mulai dari sarana untuk mencerminkan identitas daerah, menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah, sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat , sebagai sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan, memperbaiki iklim mikro hingga meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan dan tak ketinggalan bermanfaat bagi meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan . Bahkan terkandung pula manfaat yang lebih bernilai sosial seperti sebagai sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial atau sebagai sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula. Bisa dibilang kebutuhan akan adanya ruang semacam ini di kota-kota besar tak hanya sekedar perlu namun kebutuhan.Dalam Undang undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan adanya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05 / PRT / M / 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan mengamanatkan luas minimal sebesar 30 % dari luas wilayah kota yang terdiri dari 20 % RTH Publik dan 10 % RTH Privat. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik adalah RTH yang dimiliki dan di kelola oleh Pemerintah Daerah Kota / Kabupaten yang di gunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat adalah RTH yang oleh Institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah / gedung milik masyarakat swasta yang di tanami tumbuhan. (www.kendalkab.go.id, 2012)Pembangunan Green Metropolis Jakarta dengan memperhatikan terlebih dahulu pada tersedianya Ruang Terbuka Hijau adalah penting, mengingat wilayah ini masih memiliki banyak tempat yang bisa dijadikan Ruang Terbuka Hijau. Saat Ruang terbuka hijau di kota Jakarta baru terpenuhi 10,5 persen, dalam peraturan daerah RTRW Provinsi DKI Jakarta, pihaknya akan memenuhi 30 persen ruang terbuka hijau sampai tahun 2030. pihaknya terus berkomitmen untuk memperluas area hijau di Kota Jakarta dengan sejumlah program yang melibatkan masyarakat. Komitmen kita di perda tata ruang itu untuk memenuhi 20 persen ruang terbuka publik dan 10 persen ruang terbuka privat ini senantiasa kita berusaha wujudkan. Sebagai langkah nyata adalah alih fungsi 27 SPBU menjadi ruang terbuka hijau.

4. Green WaterKondisi memprihatinkan yang dialami kota Jakarta adalah permasalahan air. Untuk memenuhi kebutuhannya, Jakarta hanya mengandalkan pada air yang ditransfer dari PDAM setempati dan air tanah. Eksploitasi air tanah yang berlebihan oleh bangunan hotel, kantor dan kompleks apartemen menyebabkan cadangan air tanah di Jakarta semakin menurun. Hal ini memerlukan sistem pengelolaan air yang tepat. Untuk mengisi cadangan air tanah, air yang ada dipermukaan harus diresapkan kedalam tanah sebanyak mungkin. Pengelolaan Air HujanAgar air hujan meresap kedalam tanah diperlukan biopori yang sangat banyak. Pada masa sekarang ini pemerintah sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan pembuatan biopori di semua lahan, baik itu lahan terbuka, permukiman dan perkantoran. Gerakan ini mengharapkan peran serta semua masyarakat dalam aplikasinya. Jika setiap rumah, lahan perkantoran dan kompleks apartemen ada di Jakarta dibuat lubang biopori ini maka akan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam usaha merehabilitasi ketersedian air tanah di Kota Jakarta. Selain itu, mengelola air hujan perlu dibuat suatu sistem drainase khusus yang terpisah. Dengan sistem ini dibuat daerah tangkapan dari mana air hujan akan dikumpulkan dan dipompa untuk digunakan langsung atau di alirkan ke kanal yang sekarag sudah ada. Air hujan akan dialirkan ke Kanal sebelum berpotensi digunakan kembali, meskipun beberapa akan diperlakukan terlebih dahulu. Reklamasi dan penggunaan kembali air. Konsumsi air pada Green Metropolis Jakarta diprediksi menghasilkan air limbah yang sangat banyak. Air kotor akan dikumpulkan dialirkan ke pengolahan air limbah yang terpadu. Air limbah ini diolah dan akan dipergunakan kembali. Reklamasi air dari air limbah dan air hujan akan memainkan peran penting dalam penyediaan air Green Metropolis Jakarta. Air reklamasi akan mencapai 52 persen kebutuhan air total. Penggunaan terbesar untuk air reklamasi akan ke mengisi daerah tangkapan air, lansekap, dan memenuhi kebutuhan air bersih. Air limbah semua akan diolah dan digunakan kembali. Dengan reklamasi air limbah ini akan memberikan sumbangsih terhadap pemenuhan akan kebutuhan air Green Metropolis Jakarta akan mencapai 58 persen dari total Daerah tangkapan airSebuah " Master Plan Perlindungan Ekologi dan Rehabilitasi " harus dipersiapkan tujuan untuk meningkatkan kualitas air di daerah tangkapan air yang ada. Selain menawarkan nilai lingkungan dan rekreasi, daerah tangkapan air ini akan digunakan sebagai waduk yang menyimpan air reklamasi. Sistem ini mencakup kanal/terusan, dan rehabilitasi lahan basah tempat timbunan limbah.

5. Green waste

Secara keseluruhan, pengelolaan limbah yang diusulkan adalah rencana pengelolaan terpadu, Sistem pengelolaan terpadu ini merupakan program yang berharga. Rencana pengurangan sampah bertujuan untuk mengalihkan bahan organik, yang dapat dipakai kembali atau didaur ulang. Penanganan sampah di perumahan merupakan awal yang sangat baik untuk mengurangi aliran sampah di perkotaan. Pengolahan bahan organik merupakan sarana untuk mendaur ulang menjadi kompos atau pakan ternak.Green Metropolis Jakarta menerapkan suatu manajemen sampah yang terintegrasi, seperti penyortiran, pendauran ulang, dan pembuatan pupuk kompos. Unit Pengolahan sampah yang dihasilkan perumahan penduduk, bangunan komersil, dan wilayah umum,dengan melakukan penyortiran dan aktivitas pembuatan pupuk kompos yang diselenggarakan oleh penduduk yang lokal. Di masa datang, pemisahan sampah diharapkan akan menjadi bagian dari suatu gaya hidup yang membawa langsung manfaat ekonomi untuk penduduk lokal.6. Green energySektor energi sangat penting dalam perencanaan perkotaan karena bersifat lintas-sektoral dan tujuan multi-dimensi. Tanpa akses ke energi yang aman, handal, dan terjangkau, Green Metropolis Jakarta tidak akan berhasil. Sementara itu, kota-kota mengalami dampak lingkungan utama, antara lain, polusi udara dan perubahan iklim, dengan mengkonsumsi energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Green Metropolis Jakarta yang bercita-cita untuk kesejahteraan sosio-ekonomi dan kelestarian lingkungan, harus secara aktif mengejar efisiensi energi di semua sektor perkotaan, mengoptimalkan pasokan energi berdasarkan pola permintaan dan ketersediaan sumber energi, dan konservasi energi.Green Metropolis Jakarta memiliki dua arah strategi yaitu energi berkelanjutan yang bertujuan untuk meminimalkan kebutuhan energi dan memaksimalkan penggunaan pasokan energi bersih dan terbarukan. Kota ini memprioritaskan energi terbarukan sebagai suplemen penting untuk sumber energi konvensional, dan rencana untuk meningkatkan efisiensi energi oleh menerapkan energi baru, green building, dan teknologi green transportation.

7. Green Transportation

Strategi transportasi secara keseluruhan bertujuan untuk mencapai "Green Transportation". Strategi ini didasarkan untuk memenuhi tujuan utama: (i) mengembangkan Green Metropolis Jakarta sebagai kota yang memiliki kepadatan penduduk yang relatif tinggi dan berorientasi pengembangan (TOD); (ii) Secara efektif mengintegrasikan penggunaan lahan dan perencanaan transit perkotaan sehingga mengurangi permintaan untuk transportasi bermotor pribadi, (iii) Memiliki sistem transit publik secara komprehensif dan terintegrasi dengan tingkat aksesibilitas masyarakat yang tinggi, (iv) Membuat strategi transportasi regional yang dirancang untuk menyediakan konektivitas yang efisien untuk pusat utama dan meminimalkan perjalanan yang tidak perlu, (v) Memperkenalkan teknologi hijau 'terdepan' untuk angkutan umum, dan (vi) Memberikan berbagai kebijakan dan strategi yang dirancang untuk mencegah perjalanan bermotor pribadi, termasuk strategi parkir dan sistem manajemen transportasi 'cerdas'.Perencanaan jaringan transportasi regional dipastikan mendukung kebutuhan transportasi menyeluruh dari Green Metropolis Jakarta. Transportasi PublikSebuah hirarki jalan disediakan terdiri dari jalur jalan arteri (termasuk Bus Rapid Transit (BRT)), jalur utama jalan yang menghubungkan antar kawasan. Jaringan transportasi publik dibuat dengan menggunakan sistem terpadu dengan sistem jalur bertingkat Tingkat pertama adalah koridor angkutan massal kereta listrik yang beroperasi dari utara ke selatan melalui seluruh kota. Lapis kedua adalah jaringan rel ringan yang menghubungkan daerah pemukiman dan generator patronase lain untuk koridor metro. Transit tingkat ketiga adalah jaringan bus yang menghubungkan ke kedua garis metro dan rute LRT. Pada jaringan ini, akan dioperasikan oleh kendaraan 'canggih' rendah emisi, akan melalui perumahan pinggiran kota dan menyediakan koneksi ke tujuan permintaan yang lebih rendah.

Jalur Pejalan kaki Rute ini untuk berjalan dan bersepeda disediakan untuk masyarakat, dan rute menghubungkan masyarakat dengan fasilitas publik yang sering orang kunjungi setiap hari. Rute jalur pejalan kaki ini berdekatan dengan sistem jalan grid. Rute hijau juga terkoneksi dengan halte angkutan umum (trem / bus). Di atas koridor ini juga menyediakan fasilitas rekreasi dan berjalan dan bersepeda koneksi ke pusat-pusat komersial dan stasiun.Secara keseluruhan adalah strategi transportasi yang efektif menjadi dasar sistem transportasi Green Metropolis Jakarta. Untuk itu, 90 persen dari semua perjalanan harus dilakukan menggunakan green transportation, Jika Green Metropolis Jakarta mencapai target ini, hal ini jelas akan memberikan kontribusi untuk membuat sebuah Green Metropolis Jakarta model untuk pengembangan kota ekologi.

8. Green Building

Selain melakukan program yang berkaitan dengan upaya perbaikan kualitas lingkungan baik dari pemerintah maupun masyarakat. Diperlukan pula peningkatan inovasi baik melalui teknologi maupun ide-ide dalam menerapkan prinsip berbasis lingkungan. Contohnya seperti inovasi bangunan ramah lingkungan, sebagai suatu upaya kepedulian terhadap lingkungan.Contohnya adalah inovasi bangunan rumah dengan konsep hijau sebagai salah satu upaya pengadaan penghijauan tetapi terkendala dengan keterbatasan lahan. Hal lain yang bisa diterapkan adalh inovasi membangun rumah dengan material bekas. Sehingga material-material bekas tersebut dapat dimanfaatkan kembali dan berdayaguna, tidak sekedar menjadi sampah saja.Selain itu, dalam penggunaan energi pada green buliding harus menggunakan sistem peralatan hemat energi dan menggunakan gabungan sumber energi konvensional dengan daya yang bersumber dari energi terbarukan seperti sistem solar-power

BAB IV KESIMPULAN

Green City adalah konsep perancangan kota yang menitik beratkan pada keberlanjutan lingkungan. Konsep ini merupakan jawaban terhadap fenomena global tentang perubahan iklim, keterbatasan energi tak terbarukan, degradasi lingkungan yang disebabkan emisi gas buang yang ada di perkotaan dan kesadaran akan pentingnya lingkungan yang sehat dan nyaman.Green City ini mempunyai memiliki 8 atribut dalam hal prosesnya yaitu:Green Planning and Desain, Green Community(Peran serta aktif masyarakat),Green Building, Green Energy, Green Water, Green Transportation, Green Waste, Green Openspace. Penerapan konsep Green Metropolis Jakarta memerlukan komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder dan masyarakat. Konsep Green City pada dasarnya adalah green way of thinking dimana perlu ada perubahan pola pikir manusia terhadap keberlanjutan lingkungan. Perubahan pola pikir akan mengarah pada perubahan kebiasaan masyarakat dan pada akhirnya akan menghasilkan perubahan budaya menjadi lebih ramah lingkungan. Masyarakat sebagai pelaku utama sangat diperlukan partisipasinya dalam mewujudkan Green Metropolis Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, Eko & Sujarto, Djoko. Kota Berkelanjutan, Bandung, Alumni, 2009 Owen, David. 2009. Green Metropolis ; Why Living Smaller, Living Closer, and Driving Less Are Keys To Sustainability. http:// www.efendybloger.blogspot.com (diakses pada 4 Desember 2012 ) http:// www.shnews.co.id (diakses pada 3 Desember 2012 ) http:// www.scibd.com (diakses pada 3 Desember 2012 ) http:// www.putracenter.net (diakses pada 3 Desember 2012 )http://Leadership-park.com (diakses pada 3 Desember 2012 )http://www.kendalkab.go.id (diakses pada 1 Desember 2012 )http://www.Abian tubuh.com (diakses pada 1 Desember 2012 )http://www.Madina .com ) (diakses pada 1 Desember 2012 )http://www.artikellingkunganhidup.com (diakses pada 1 Desember 2012 )http://www.bbc.com (diakses pada 1 Desember 2012 )http://www.greendiary.com (diakses pada 3 Desember 2012 )http: // www.champ china mojofall.com (diakses pada 3 Desember 2012)

Partisipasi Masyarakat Pada Green Metropolis Jakarta 10