group positive psychotherapy untuk meningkatkan kepuasan

15
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt 17 Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan Hidup Pada Narapidana Di LP Kelas II A Kediri Wahyu Utami Islam Institut Agama Islam Tribakti, Kediri E-mail: [email protected] Artikel diterima: 29 November 2017; direvisi 14 Desember 2017; disetujui 28 Januari 2018 ABSTRACT This study aims to determine the influence of group positive psychotherapy on life satisfaction in inmates in IIA Kediri class. Subjects were 20 inmates living in prisons of IIA class in Kediri. Subjects selected by using purposive sampling technique which has low scores on life satisfaction scales with an age range of 20-39 years. This experimental research design uses Quasi experimental Pre-test-post-test control group design. Data analysis used is Different Test or t-Test and the technique used is paried Sample t-test. Data collection using the scale of Life satisfaction measuring tool using Satisfaction With life Scale (SWLS). The results showed that there was a difference of life satisfaction score in experimental group and control group that was obtained in control group with t-count value (1,000) less than t-table value (2,262) or significance value (0,343) more than alpha (0,050). In the experimental group the value of t-count (9,949) was more than the t-table value (2,262) or the significance value (0,000) less than the alpha (0.050). Keywords: life satisfaction; group positive psychotherapy; prisoners This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2017 by author. PENDAHULUAN Permasalahan sosial yang seringkali muncul dalam masyarakat adalah berkaitan dengan kenakalan remaja maupun tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa (Calhoun, Glaser & Bartolomucci, 2001). Perbuatan yang dilakukan dalam bentuk penyelewengan atau penyimpangan tingkah laku berupa pelanggaran hukum menurut Undang-Undang hukum pidana, norma agama maupun norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat. kejahatan yang banyak dilakukan seperti mencuri, mencopet, minum minuman keras, perjudian, kekerasan fisik, eksploitasi seksual, pecandu narkotika, penjarah toko atau menjadi pelacur (Chama, 2008). Jika masalah ini tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan ancaman bagi kelangsungan masa depan individu itu sendiri bahkan akan sangat membahayakan masa depan bangsa kita karena

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

17

Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan Hidup

Pada Narapidana Di LP Kelas II A Kediri

Wahyu Utami Islam Institut Agama Islam Tribakti, Kediri

E-mail: [email protected]

Artikel diterima: 29 November 2017; direvisi 14 Desember 2017; disetujui 28 Januari 2018

ABSTRACT

This study aims to determine the influence of group positive

psychotherapy on life satisfaction in inmates in IIA Kediri class. Subjects

were 20 inmates living in prisons of IIA class in Kediri. Subjects selected

by using purposive sampling technique which has low scores on life

satisfaction scales with an age range of 20-39 years. This experimental

research design uses Quasi experimental Pre-test-post-test control group

design. Data analysis used is Different Test or t-Test and the technique

used is paried Sample t-test. Data collection using the scale of Life

satisfaction measuring tool using Satisfaction With life Scale (SWLS).

The results showed that there was a difference of life satisfaction score in

experimental group and control group that was obtained in control group

with t-count value (1,000) less than t-table value (2,262) or significance

value (0,343) more than alpha (0,050). In the experimental group the

value of t-count (9,949) was more than the t-table value (2,262) or the

significance value (0,000) less than the alpha (0.050).

Keywords: life satisfaction; group positive psychotherapy; prisoners

This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution,

and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2017 by author.

PENDAHULUAN

Permasalahan sosial yang seringkali muncul dalam masyarakat adalah berkaitan dengan

kenakalan remaja maupun tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa (Calhoun, Glaser

& Bartolomucci, 2001). Perbuatan yang dilakukan dalam bentuk penyelewengan atau

penyimpangan tingkah laku berupa pelanggaran hukum menurut Undang-Undang hukum pidana,

norma agama maupun norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat. kejahatan yang banyak

dilakukan seperti mencuri, mencopet, minum minuman keras, perjudian, kekerasan fisik,

eksploitasi seksual, pecandu narkotika, penjarah toko atau menjadi pelacur (Chama, 2008). Jika

masalah ini tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan ancaman bagi kelangsungan masa

depan individu itu sendiri bahkan akan sangat membahayakan masa depan bangsa kita karena

Page 2: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

18

rendahnya kualitas pemuda Indonesia, karena penduduk Indonesia yang harus berurusan dengan

hukum akibat perbuatan yang dilakukan (Tjahjorini, 2004).

Menjalani kehidupan di lembaga pemasyarakatan menghadapkan narapidana pada

serangkaian resiko yang mungkin bersifat kronik jangka panjang terkait dengan masa depan

hidup mereka selepasnya dari lembaga pemasyarakatan. Salah satu risiko yang sering dialami

oleh para narapida tersebut adalah munculnya sindrom pasca trauma, mereka juga mengalami

beberapa masalah yaitu, ketakutan dalam menghadapi reim penjara, kehilangan peran pelindung,

ketakutan akan hilangnya identitas terhormat ( Crawley & Sparks 2006). Cooke, Baldwin &

Howison (2008) menegaskan bahwa narapidana mengalami kehilangan beberapa hal yaitu (a)

kehilangan kendali memilih hidup yang dijalani bahkan melakukan fungsi dasar seperti mencuci

dan tidur yang berdampak pada putus asa, frustasi, bingung, dan agitas, ( a) kehilangan keluarga

dekat seperti anak dan suami, (c) kurangnya stimulasikegiatan sehari-hari karena kegiatan di

lembaga permasyarakatan cenderung monton, (d) kehilangan panutan terutama pada narapida

usia muda. lembaga permasyarkatan bisa merusak pribadi, nilai moral dan menimbulkan

kehilangan otonomi serta individulaitasnya karena setiap tindakan dan rutinitasnya selalu

dikontrol (Pujileksono, 2012).

Perilaku kejahatan yang mereka lakukan ternyata merupakan satu sumber stres tersendiri

termasuk trauma dengan kekerasan selama pemrosesan kasus sebagaimana uraian di atas.

Penelitian yang dilakukan oleh Evans (2007) terdapat 105 narapidana di Amerika menunjukkan

bahwa mereka mengalami beberapa gejala gangguan pasca trauma yaitu adanya ingatan-ingatan

yang mengganggu 46% dan 38% memiliki pikiran terus menerus terkait dengan perilaku

kriminal yang mereka lakukan, hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswati & Abdurrohim

(2017) menunjukan bahwa narapidana yang telah lama menjalani masa hukuman mengalami

stres sebesar 57,5%, sedangkan sisanya 42,5 % adalah berasal dari faktor lain, seperti faktor jenis

kelamin, usia, jenis kasus, latar belakang lingkungan sosial, tingkat pendidikan, dan lain

sebagainya.

Hasil penelitian yang pernah dilakukan peneliti juga menunjukkan hal serupa (Yulia,

2008) tentang adanya rasa penyesalan yang mendalam pada pelaku hingga mereka seringkali

memiliki pikiran yang terus menerus tentang kesalahan yang pernah mereka lakukan. Kondisi

kehidupan di lapas menuntut kemampuan para tahanan untuk bisa menyesuaikan diri secara

memadai terhadap stres atau tekanan-tekanan yang mereka jumpai dalam kehidupan di lapas.

Pengalaman kehidupan di lapas menurut Whitehead & Steptoe (2007) merupakan pengalaman

Page 3: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

19

kehidupan manusia yang paling penuh dengan tekanan dibandingkan dengan semua kejadian-

kejadian hidup negative lainnya. Ini disebabkan adanya kombinasi deprivasi personal dan

lingkungan dalam ketidak nyamanan dan juga lingkungan yang tidak jarang menakutkan serta

mengkhawatirkan. Lazarus & Folkman mendefinisikan stres sebagai sebuah hubungan antara

kejadian-kejadian atau kondisi-kondisi lingkungan dengan penilaian kognitif individu terhadap

tingkat dan tipe tantangan, kesulitan, kehilangan maupun ancaman (Grant, dkk, 2006).

Kepuasan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-

pengalamannya dengan penuh kebermaknaan (Perrone & Civiletto, 2004). Kepuasan hidup

pada remaja mencakup kemampuan kognitif remaja dalam menilai puas atau tidaknya hidup

yang dijalani. Bentuk kepuasan hidup berdasarkan pada kondisi realitas dan keinginan yang ada

dalam hidupnya, realitas mencakup pada kenyataan-kenyataan berupa kejadian-kejadian yang

dialami. Sedang keinginan meliputi mimpi-mimpi, cita-cita dan harapan yang ingin dicapai oleh

remaja pada tahap remaja. Kepuasan hidup merupakan kemampuan kognitif individu dalam

menilai puas atau tidaknya hidup yang dijalani yang mengarah pada kebahagiaan dalam

hidupnya, yaitu penilaian akan perasaan dan ketercapaian keinginan dan pengalaman yang

dialami dalam kehidupan individu (Diener, Diener & Diener, 2009). Berbagai permasalahan

psikologis yang diuraikan diatas sesuai dengan indikator kepuasan hidup yang rendah, yaitu

merasa tertekan dan memiliki kepuasan terhadap keluarga yang rendah, tidak puas dengan

pertemanan, tidak puas dengan pendidikan, tidak puas dengan kondisi lingkungan serta tidak

puas dengan diri sendiri. Hal tersebut menyiratkan bahwa narapidana yang tinggal di lapas

memiliki berbagai permasalahan psikologis termasuk individu yang cenderung memiliki

kepuasan hidup yang rendah.

Usaha-usaha untuk membantu permasalahan yang sudah diuraikan diatas belum

maksimal, selama ini terapi yang digunakan lebih berfokus pada usaha untuk memperbaiki hal-

hal yang bersifat negatif saja, terfokus pada luka-luka yang ada dalam individu, seperti : trauma,

konflik, kecacatan dan gangguan yang bersifat fisik (Seligman, Rasid & Parks, 2006). Bentuk-

bentuk intervensi untuk meningkatkan kepuasan hidup dapat dilakukan melalui upaya terapi

yang menggunakan model konseptual dalam bentuk psikoterapi. Beda hal nya dengan

Positive psychotherapy salah satu bentuk terapi psikologi positif yaitu suatu intervensi yang

berbasis psikologi positif yang dapat mengatasi permasalahan psikologis. Peran penting positive

psychotherapy dijelaskan oleh Guney (2011), merupakan metode psikoterapi untuk

meminimalisir terjadinya gangguan psikopatologi dengan metode membangun emosi positif,

Page 4: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

20

kekuatan, kebermaknaan hidup pada individu sebagai upaya mencapai kebahagiaan melalui

optimisme, harapan, humor, dan ketahanan. dengan cara membangun hidup yang menyenangkan

(pleasant life), hidup yang penuh aktivitas (enganged life), dan hidup yang bermakna (pursuit of

meaning), untuk mengatasi gangguan klinis maupun hal-hal negatif yang bisa dilakukan secara

individual maupun kelompok (Peseschkian & Triit,1998). Upaya untuk membangun emosi

positif dalam positive Psychotherapy telah terbukti memberikan dampak positif bagi

perkembangan diri individu. Penelitian yang dilakukan oleh Ruch, Gander, Wellenzohn &

Proyer, (2014), menunjukkan terdapat penurunan yang signifikan tingkat depresi pada kelompok

yang dikenai ppt dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok positive psychotherapy

mengalami peningkatan yang signifikan pada tingkat Happines pada pasien kanker, sementara

tidak ada peningkatan signifikan dalam kelompok kontrol. Kesimpulan: Hasil penelitian ini

menunjukkan efektivitas positive psychotherapy pada pengurangan tekanan mental dan

perbaikan status mental pada penderita kanker payudara. Sehingga intervensi ini bisa digunakan

untuk meningkatkan kesehatan psikologis pada pasien. Berdasarkan uraian di atas peneliti

memberikan perlakuan berupa Group positive psychotherapy pada kelompok eksperimen untuk

mengetahui pengaruh tingkat kepuasan hidup pada kelompok eksperimen dan pada kelompok

kontrol.

Diener (2010) mendefinisikan kepuasan hidup merupakan hasil dari perbandingan

segala peristiwa yang dialami dengan harapan dan keinginan, definisi lainnya menyebutkan

bahwa kepuasan hidup adalah penilaian kognitif terhadap hidupnya. Kepuasan hidup dapat

juga diartikan sebagai bentuk emosi positif terhadap masa lalu. Menurut Seligman (2005),

emosi positif dapat meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Emosi positif terhadap

masa lalu meliputi kepuasan, optimisme, harapan, keyakinan, dan kepercayaan. Emosi positif

pada masa sekarang meliputi semangat yang meluap-luap, rasa senang dan Flow.

Sedangkan emosi positif pada masa lalu meliputi kepuasan, rasa bersyukur, kelegaan,

kebanggaan, kesuksesan dan kedamaian. Menurut Schultz (Basar,2006), kepuasan hidup

merupakan gambaran yang menyeluruh tentang kehidupan secara umum, atau merupakan

kepuasan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan seseorang. Kepuasan hidup

merupakan ukuran dari kebahagiaan, terdapat lima komponen dalam mengukur kepuasan hidup

(Diener, 2008)) yaitu : (a) Keinginan untuk mengubah kehidupan, (b) Kepuasan terhadap hidup

saat ini, (c) Kepuasan hidup di masa lalu, (d) Kepuasan terhadap kehidupan di masa depan, (e)

Penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang. Diener (2009) mengatakan bahwa individu

Page 5: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

21

yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi adalah individu yang memiliki tujuan penting dalam

hidupnya dan berhasil untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi, individu yang kepuasan hidup-nya

tinggi merasa bahwa hidup mereka bermakna dan mempunyai tujuan dan nilai yang penting bagi

mereka. Selain itu, Diener et al., (1985) mengatakan bahwa individu yang puas akan

kehidupannya adalah individu yang menilai bahwa kehidupannya memang tidak sempurna tetapi

segala sesuatu berjalan dengan baik, selalu mempunyai keinginan untuk berkembang dan

menyukai tantangan.

Kepuasan hidup pada narapidana merupakan salah bentuk subjektive well-being.

mencapai subjektive well-being berarti mencapai kepuasan hidup. Kepuasan hidup mencakup

kemampuan individu dalam menilai puas atau tidaknya hidup. Kepuasan hidup pada individu

dapat bersifat universal yang secara umum dirasakan oleh semua individu, namun juga dapat

bersifat individual atau khusus, dimana kepuasan hidup yang didapatkan berdasarkan

pengalaman atau kejadian yang dialami semasa remaja (Huebner, 2009). Berdasarkan kondisi

pada masa remaja, kepuasan hidup pada masa remaja dipengaruhi berbagai macam faktor. Baik

dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Kepuasan hidup mencakup kemampuan

kognitif remaja dalam menilai puas atau tidaknya hidup yang dijalani oleh remaja. Bentuk

kepuasan hidup berdasar pada kondisi realitas dan keinginan yang ada dalam hidup narapidana.

Realitas mencakup pada kenyataan-kenyatan berupa kejadian-kejadian yang dialami, sedang

keinginan meliputi mimpi-mimpi, cita-cita dan harapan yang ingin dicapai.

Positive Psychotherapy (PPT) adalah upaya terapi dalam psikologi positif untuk

memperluas ruang lingkup psikoterapi tradisional. Premis utama adalah untuk mengatasi

informasi positif dari subjek seperti emosi positif, karakter kekuatan dan makna lain untuk

mengobati gejala dalam mengobati psikopatologi (Seligman, Rashid & Parks, 2006). Definisi

lain yang dikemukakan oleh Compton (2005), bahwa positive psychotheraphy merupakan suatu

pendekatan terapi yang berusaha meningkatkan karakter positif, membangun kekuatan diri dan

membantu subjek untuk menemukan potensi diri yang terpendam selama ini. Menurut

Peseschkisn (1987) positive psychotheraphy merupakan terapi yang berfokus pada upaya

membentuk emosi positif, kekuatan karakter, dan kebermaknaan dengan cara membangun hidup

yang menyenangkan (pleasant life), hidup yang mengikat pada aktivitas (enganged life), dan

hidup yang bermakna ( pursuit of meaning) untuk mengatasi gangguan klinis maupun hal-hal

negatif. Penelitian yang dilakukan oleh karyani, prihartini & hidayah (2014) pada ODA, hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh group positive psychotherapy terhadap

Page 6: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

22

peningkatan psychological well being pada orang dengan HIV/ AIDS. PPT didasarkan pada tiga

asumsi (Rashid & Seligman, 2013). Pertama, subjek padas dasarnya ingin berkembang, merasa

puas dan bahagia bukan hanya untuk menghindari penderitaan, khawatir dan kecemasan. Kedua,

sumber daya yang positif seperti kekuatan yang asli dan nyata seperti gejala dan gangguan. Ini

bukan pertahanan, gejala klinis yang berada dalam perhatian klinis tanpa perlu perhatian. Asumsi

terakhir adalah bahwa hubungan terapeutik yang efektif dapat dibentuk melalui diskusi dan

manifestasi dari sumber daya yang positif, tidak hanya analisis panjang menyeluruh tentang

kelemahan dan defisit. PPT terutama didasarkan pada konseptualisasi Seligman (2002; 2011).

Seligman mengurai kesejahteraan ke dalam komponen ilmiah yang terukur dan dikelola seperti

emosi positif, keterlibatan, hubungan, makna dan prestasi.

Kepuasan hidup merupakan kemampuan kognitif individu dalam menilai kebahagiaan

dalam hidupnya, yaitu penilaian akan perasaan dan ketercapaian keinginan dan pengalaman yang

dialami dalam kehidupan individu. Selain itu kepuasan hidup merupakan gambaran

perbandingan antara peristiwa dan harapan dalam kehidupan individu (Diener, Diener & Diener,

2009). Menurut Hurlock (2009), Kepuasan hidup adalah keadaan sejahtera atau kepuasan hati

yang merupakan kondisi yang menyenangkan dan timbul bila kebutuhan dan harapan tertentu

terpenuhi. Kepuasan hidup dapat juga diartikan sebagai bentuk emosi positif terhadap masalalu.

Menurut Seligman (2005), emosi positif dapat meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan.

Emosi positif terhadap masa lalu meliputi kepuasan, optimisme, harapan, keyakinan, dan

kepercayaan. Emosi positif pada masa sekarang meliputi semangat yang meluap-luap, rasa

senang dan Flow. Sedangkan emosi positif pada masa lalu meliputi kepuasan, rasa bersyukur,

kelegaan, kebanggaan, kesuksesan dan kedamaian. Sedangkan Positive Psychotherapy adalah

terapi yang memungkinkan untuk mengembangkan sumber daya atau potensi-potensi positif

pada individu karena bersifat strength focused, yang artinya berfokus pada upaya membentuk

emosi positif, kekuatan karakter, dan kebermaknaan hidup ( Seligman, Rashid, & Parks, 2006.

Pada pelaksanaan sebelumnya, Positive Psychotheraphy telah disajikan dalam serangkaian 14

pertemuan dilakukan selama enam minggu yang dianggap ideal bagi penderita depresi, akan

tetapi Postive Psychotherapy yang terpenting adalah dilakukan sesuai dengan kebutuhan subjek

(Magyar-Moe, 2009). Dengan kata lain, panjangnya pertemuan terapi, latihan dan pekerjaan

rumah yang diberikan, dan fokus setiap pertemuan harus disesuaikan dengan kebutuhan subjek

(Magyar-Moe, 2009).

Page 7: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

23

Dalam penelitian ini, dengan subyek yang memiliki tingkat kepuasan hidup rendah, fokus

intervensi adalah meningkatkan dimensi-dimensi Kepuasan hidup. Pendekatn yang digunakan

adalah Group therapy, upaya mengunakan setting kelompok untuk menciptakan dinamika

kekeluargaan dan penyesuaian diri yang tidak terpenuhi pada narapidana yang tinggal di lapas,

yang menjadi penyebab utama rendahnya kepuasan hidup pada narapidana. Penelitian yang

dilakukan oleh Kirillov (2001), menunjukkan bahwa individu yang didampingi secara intens

oleh terapis selama pelaksanaan positive psychotherapy memiliki kematangan emosi dan

kepuasan hidup lebih baik daripada individu yang tidak didampingi secara intens oleh terapis

dalam Positive Psychotherapy. Selain itu, pendekatan kelompok dianggap memiliki manfaat

yang disebut sebagai therapiutic factors (Yalom & Leszcz, 2005): subjek dapat mengetahui

bahwa orang lain bersedia berbagi perasaan, pikiran dan masalah yang sama (universality), yang

dapat mengembangkan konsep dirinya dengan membantuu subyek lainnya (altruism), dapat

mengembangkan optimisme untuk perbaikan diri mereka sendiri dengan belajar dari anggota

sekelompok (instillation of hope), akan mendapat saran (imparting information), menghidupkan

dinamika kekeluargaan antar subyek yang mungkin tidak didapatkan di dalam keluarga-keluarga

krisis (corrective recapitulation of primary family experience), dapat belajar mengembangkan

komunikasi yang adaptif dan efektif (development of socializing techniques), dapat

mengembangkan kepribadiannya, memperluas pengetahuan dan memperoleh ketrampilan

melalui pengamatan ketika tiap subyek mengeksplorasi diri (imitative behavior), hidupnya

(exential factors), dapat belajar mengungkapkan berbagai perasaan tentang dapat belajar

membangun kepercayaan, perasaan memiliki dan kebersamaan yang dialami bersama subyek

(cohesiveness), dapat belajar menerima tanggungjawab atas keputusan pengalaman masa lalu

maupunn yang dialaminya sekarang (catharsis), mendapatkan insight melalui umpan balik yang

diberikan dari anggota lain (interpersonal learning-input), kelompok dapat menjadi lingkungan

yang memunkinkan anggotanya berinteraksi dengan cara yang lebih adaptif ( interpersonal

learning-output), dan self-understanding. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabowo &

Yuniardi (2013), hasil yang diperoleh melalui uji t-test menunjukkan ada perbedaan skor

pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen yang signifikan. Hal tersebut

membuktikan bahwa group positive psychotherapy dapat menjadi suatu alternatif untuk

meningkatkan psychological well being pada mahasiswa.

Page 8: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

24

METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Desain penelitian adalah

rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa yang bertujuan untuk

memperoleh jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitian (Kerlinger, 2003). Desain

penelitian eksperimen ini mengunakan Quasi eksperimen Pre-test-post-test controlgroup design

yaitu desain yang melakukan pengukuran sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) pemberian

treatment pada kelompok kontrol dan eksperimen, pada desain ini menggunakan teknik

randomisasi sebagai kontrol terhadap proactive history ( Seniati,2005).

Efek suatu perlakuan terhadap variabel dependent akan diuji dengan cara

membandingkan keadaan variabel dependent pada kelompok eksperimen setelah dikenai

perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan ( Azwar, 2005).

Untuk memenuhi ketentuan penelitian eksperimen, maka subjek penelitian berjumlah 20

narapidana yang tinggal di lapas kelas IIA di kota kediri. Berdasarkan desain penelitian, maka

subjek dipilih secara random untuk dimasukkan dalam dua kelompok yaitu kelompok

eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak dikenai perlakuan. Kondisi ini bertujuan untuk

melihat seberapa jauh pengaruh yang diberikan sebelum dan sesudah diberikan group positive

psychotherapy. Subjek dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan

pertimbangan profesional yang dimiliki peneliti dalam usaha memperoleh informasi yang

relevan dengan tujuan peneliti (Darmadi, 2013), sedangkan pengambilan subjek pada kelompok

eksperimen menggunakan teknik random. Subjek yang terlibat dalam penelitian dengan rentang

usia 20-39 tahun, yang memiliki nilai rendah dalam skala kepuasan hidup.

Rancangan dan prosedur eksperimen antara lain: 1) tahapan persiapan: membuat

instrumen penelitian; 2) tahapan pelaksaan: melakukan pre-test terhadap narapidana lembaga

permasyarakatan di kota kediri, sample penelitian diambil dari hasil pre-test narapidana lembaga

permasyarakatan di kota kediri yang memiliki kepuasan hidup rendah yang diambil dari 20

subyek nilai terendah pada hasil try out skala kepuasan hidup, menentukan kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen dengan menggunakan teknik random assigment (randomisasi),

sehingga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yang sama yaitu kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen, setelah ditentukan kelompok eksperimen maka akan diberikan group

positive psychotherapy.

Group positive psychotherapy adalah terapi yang ditandai dengan terapi yang aktif secara

verbal. Prosedur-prosedurnya difokuskan pada upaya membentuk emosi positif, kekuatan

Page 9: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

25

karakter, dan kebermaknaan dengan membangun hidup yang menyenangkan (pleasant life),

hidup yang penuh aktivitas (engaged life) dan hidup yang bermakna (persuit of meaningf) secara

kelompok Ryff (1989).

Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yang telah digunakan

dalam penelitian terdahulu. Alat ukur untuk variabel kepuasan hidup menggunakan Satisfaction

With life Scale (SWLS) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Alat ukur tersebut

terdiri dari 4 aspek yaitu: (a) keinginan untuk mengubah kehidupan, (b) kepuasan terhadap

kehidupan saat ini, (c) kepuasan di masa lalu, (d) kepuasan terhadap kehidupan mendatang dan

penilaian, yang terdiri dari 6 item. Skala diukur pada 4 kriteria: sangat setuju diberi nilai 4, setuju

3, tidak setuju bernilai 1, sangat tidak setuju 1. (Diener & William, 1993). Contoh item

Satisfaction With life Scale adalah‘’ saya puas dengan kehidupan saya”. Skor yang tinggi

menunjukkan tingkat kepuasan hidup yang tinggi, sebaliknya skor yang rendah menunjukkan

tingkat kepuasan hidup yang rendah. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data

interval. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji beda atau Uji-t dan teknik

yang digunakan adalah paried Sampel t-test (Uji-t dengan sampel berpasangan). teknik ini

digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan dua buah mean yang berasal dari dua buah

distribusi (Winarsunu, 2002).

HASIL

Berikut disajikan hasil deskripsi variabel penelitian, yaitu kepuasan hidup narapidana

sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 1. Deskripsi Statistik

Kelompok Mean ± Std Deviasi

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan

Eksperimen 10,200 ± 1,619 20,900 ± 2,558

Kontrol 9,100 ± 2,331 9,200 ± 2,251

Hasil deskripsi kepuasan hidup narapidana pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata

dan standar deviasi kondisi sebelum perlakuan sebesar 10,200 dan 1,619 dan kondisi sesudah

perlakuan sebesar 20,900 dan 2,558. Artinya bahwa terdapat peningkatan nilai hasil pengukuran

kepuasan hidup narapidana lapas yang sangat tinggi dengan pemberian Group Positive

Page 10: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

26

Psychotherapy. Kemudian pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata-rata dan standar deviasi

kondisi sebelum perlakuan sebesar 9,100 dan 2,331 dan kondisi sesudah perlakuan sebesar 9,200

dan 2,251. Artinya bahwa terdapat peningkatan nilai hasil pengukuran kepuasan hidup narapida

lapas yang kecil tanpa perlakuan apapun.

Gambar 1. Deskripsi Variabel Penelitian

Berikut disajikan hasil uji normalitas variabel penelitian, yaitu kepuasan hidup

narapidana lapas sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.

Tabel 2. Nilai Signifikansi Uji Normalitas

Kelompok Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan

Eksperimen 0,866 0,625

Kontrol 0,853 0,871

Hasil uji normalitas kepuasan hidup rnarapidana lapas sebelum dan sesudah perlakuan

pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai signifikansi lebih dari alpha

0,05 sehingga data yang digunakan berdistribusi normal. Berikut disajikan hasil analisis paired

sample t-test terhadap kepuasan hidup narapidana lapas sebelum dan sesudah perlakuan pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Hasil analisis paired sample t-test (tabel 3) pada kelompok eksperimen (kelompok dengan

pemberian Group Positive Psychotherapy) terhadap kepuasan hidup narapidana lapas diperoleh

nilai t-hitung (9,949) lebih dari nilai t-tabel (2,262) atau nilai signifikansi (0,000) kurang dari

alpha (0,050) artinya bahwa terdapat peningkatan secara signifikan terhadap kepuasan hidup

narapidana lapas dengan pemberian Group Positive Psychotherapy. Hasil analisis paired sample

Page 11: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

27

t-test pada kelompok kontrol (kelompok tanpa perlakuan) terhadap kepuasan hidup narapidana

lapas diperoleh nilai t-hitung (1,000) kurang dari nilai t-tabel (2,262) atau nilai signifikansi

(0,343) lebih dari alpha (0,050) artinya bahwa tidak terdapat peningkatan secara signifikan

terhadap kepuasan hidup narapidana lapas tanpa perlakuan apapun.

Tabel 3. Hasil Paired Sample t-test

Kelompok Mean t-hitung Signifikansi Keterangan

Eksperimen Sebelum 10,200 9,949 0,000 Signifikan

Sesudah 20,900

Kontrol Sebelum 9,100 1,000 0,343 Tidak Signifikan

Sesudah 9,200

PEMBAHASAN

Hasil temuan analisis di atas memberikan informasi bahwa Group Positive

Psychotherapy. memiliki pengaruh terhadap kepuasan hidup. Pengaruh Group Positive

Psychotherapy. Hasil analisis paired sample t-test diperoleh nilai t-hitung (9,949) artinya bahwa

terdapat peningkatan secara signifikan terhadap kepuasan hidup narapidana lapas dengan

pemberian Group Positive Psychotherapy. Hasil analisis paired sample t-test pada kelompok

kontrol diperoleh nilai t-hitung (1,000) artinya bahwa tidak terdapat peningkatan secara

signifikan terhadap kepuasan hidup narapidana lapas tanpa perlakuan apapun. Sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Seligman, Rashid & Parks (2006), hasil penelitian

menunjukan bahwa Group Positive Psychotherapy yang diberikan oleh mahasiswa terbukti

secara signifikan lebih efektif untuk meningkatkan kepuasan hidup dan menurunkan depresi

pada mahasiswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Prabowo & Yuniardi (2013), hasil yang

diperoleh melalui uji t-test menunjukkan ada perbedaan skor pre-test dan post-test pada

kelompok eksperimen yang signifikan. Hal tersebut membuktikan bahwa group positive

psychotherapy dapat menjadi suatu alternatif untuk meningkatkan psychological well being pada

mahasiswa.

Hasil deskripsi kepuasan hidup narapidana pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata

dan standar deviasi kondisi sebelum perlakuan sebesar 10,200 dan 1,619 dan kondisi sesudah

perlakuan sebesar 20,900 dan 2,558. Kemudian pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata-rata

dan standar deviasi kondisi sebelum perlakuan sebesar 9,100 dan 2,331 dan kondisi sesudah

perlakuan sebesar 9,200 dan 2,251. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan

peningkatan kepuasan hidup pada kelompok eksperimen dan terdapat peningkatan yang kecil

Page 12: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

28

pada kelompok kontrol. Narapidana yang tinggal di lapas memiliki keinginan dasar untuk

berhasil menjadi yang terbaik dalam hidupnya. Guna mewujudkan semua itu mereka dituntut

untuk menerima segala bentuk keadaan dirinya (Napitupulu, 2006). Selain itu, bila narapidana

yang tinggal di lapas tidak bisa menerima keadaan dirinya yang mencakup segala kelebihan

maupun kekurangannya maka harapan-harapan untuk memperoleh kehidupan yang berarti bagi

dirinya tidak akan terpenuhi dengan sendirinya. Cara berpikir negatif tersebut akan melemahkan

semangat untuk maju, mencapai apa yang semula mereka cita-citakan, sehingga pada akhirnya

akan mempengaruhi kepuasan hidup pada narapida. Penelitian yang dilakukan oleh Fredrickson

& Branigan (2005), menunjukkan bahwa emosi-emosi positif dapat menghilangkan pengaruh-

pengaruh emosi negatif yang merusak dan dapat mengangkatkan resiliensi diri pada individu.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh Group Positive

Psychotherapy terhadap kepuasan hidup pada narapidana, dan terdapat perbedaan tingkat

kepuasan hidup pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, artinya bahwa pemberian

Group Positive Psychotherapy memberikan pengaruh terhadap kepuasan hidup pada narapida.

Narapida yang dikenai Group Positive Psychotherapy mengalami peningkatan pada kepuasan

hidup, sedangkan pada kelompok kontrol mengalami peningkatan yang kecil pada kepuasan

hidup

DAFTAR RUJUKAN

Anaby, D., Jarus, T., & Zumbo, B. D. (2010). Psychometric evaluation of the Hebrew language

version of the satisfaction with life scale. Social Indicators Research, 96 (2), 267–274.

Arjanto, P. (2015). Development of social intelligence test for high school student. SCHOULID:

Indonesian Journal of School Counseling. Vol. 2, No. 1. Hal 33-40

Azwar, S. (2005). Metode Penelitian . Yogyakarta. Pustaka Belajar

Biswas-Diener, R., & Diener, E. (2001). Making the best of a bad situation: Satisfaction in the

slums of Calcutta. Social Indicators Research, 55, 329–352.

Cooke, D.J., Baldawin, P.J., & Howison, J.(2008). Menyingkap dunia gelap penjara. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Crawley. E., & Spark, R. (2006). Is there life after imprisonment? How elderly men talk about.

Criminilogy & Criminal Justice, 6(1), 63-82.

Page 13: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

29

Cohn, M. A., Fredrickson, B. L., Brown, S. L., Mikels, J. A., & Conway, A. M. (2009).

Happiness unpacked: Positive emotions increase life satisfaction by building resilience.

Emotion, 9(3), 361–368

Compton. C. W. (2005). Happinessis everything, or is not? explorations on the meaning of

psychological well-being. Journal American Psychological Association, 57 (6), 1069-

1081)

Diener, E, Diener M, & Diener C. (2009). Factor Predicting The Subjective Well-Being Of

Nation. In Ed Diener. Culture and Wellbeing. Social indicators research series, 38.

Diener, E, Suh, E & Oishi. (1997). Recent Finding On Subjectie Well-Being Retrieved. Indian

Journal of Clinical Psychology, 24.

Diener, E., & William, P. (1993). Review of the Satisfaction With Life Scale. Pscychological

Assesment, 5, (2), 164-172.

Diener, R., & Diener, E. (2001). Making the best of a bad situation: Satisfaction in the slums of

Calcutta. Social Indicators Research, 55, 329–352.

Extremera, N., Duran, A., & Rey, L. (2009). The moderating effect of trait meta-mood on

perceived stress on life satisfaction. Personality and Individual Differences, 47, 116–141.

Edwards, L. M., & Lopez, S. J. (2006). Perceived family support, acculturation, and life

satisfaction in Mexican American youth: A mixed-methods exploration. Journal of

Counseling Psychology, 53(3), 279–287.

Fredrickson, B. L. (2001). The role of positive emotions in positive psychology: The broaden-

and-build theory of positive emotions. American Psychologist, 56(2), 218–226.

Fredrickson, B. L. (2005). Positive emotions. In C. R. Snyder & S. J. Lopez (Eds.), Handbook of

Positive Psychology ,120–135. NC: Oxford University Press.

Fredickson, B.L. & Braning. C. (2005). Positive Emotions broaden the scope of attention and

thought-action repertoires. Cognition and Emotion, 19, 313—332.

Guler. Kumbul. B. & Emec, H. (2006). Yas¸am memnuniyeti akademik bas¸arıda iyimserlik

etkisi. [optimism effects of academic achievement in Life satisfaction]. D.E.U¨.I˙.I˙.B.F.

Dergi, 11(2), 129–149.

Genc¸o ¨z, T. (2000). Pozitif ve negatif duygu olc¸ eg˘i: Gec¸erlik ve gu¨venirlik c¸alıs¸ması.

[Positive and negative affect scale : The validity and reliability study]. Turki Psikologi

Dergisi, 15(46), 19–26

Page 14: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

30

Huebner. E. S & Antamarian . (2008). Adolescent Life Satisfaction. Applied Psychology: An

International Review, 57, 112–126.

Hurlock, E.B. (2009). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Hussain, M. Arif, I.M., Rashid, S.( 2012). An Investigation into Relationship among Stress,

Optimism and Life Satisfaction of Adolescents. International J. Soc. Sci. & Education 3

(1), 2223-4934.

Jha, D. S., Singh, K., (2008). Positive and Negative Affect, and Grit as predictors of Happiness

and Life Satisfaction. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, 34, 40-45.

Jamin, N., S. (2012). Analisis perkembangan sosial emosi, “PEDAGOGIKA” Jurnal Ilmu

Pendidikan, 3, (2).

Kerlinger F.N. (2003). Asas-asas penelitian behavioral. Edisi ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Kirrilov. I. O. (2001). The effect of Supervision in positive Psychotheraphy Training.

International journal of positive psychotherapy and Research to obtain trough.

Kerlinger F.N. (2003). Asas-asas penelitian behavioral. Edisi ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Kapikiran, A.N. (2011). Positive and Negative Affectivity as Mediator and Moderator of the

Relationship between Optimism and Life Satisfaction in Turkish University Students. Soc

Indic Res,106, 333–345.

Magyar-Moe, J. L. (2009). Therapist’s guide to positive psychological interventions. London :

Elsevier Inc.

Parks, Sheiner & Acacia. (2009). Positive Psychotheraphy: Building a model of empitionrically

supported self-help. Journal on Proquest Dissertations and theses.

Prabowo, A., Yuniardi, S., M, (2013). Pengaruh group positive psychotherapy Terhadap

psychological well being mahasiswa. Tesis.

Perrone, K. M. & Civiletto, C.L, (2004). The impact of life role sallance on li e satisfaction.

Journal of employment counseling, 41, 105-116.

Pasesch, N & Triit, K. (1968). Positive Psychotheraphy Effectiveteness Study and Quality

Assurance. The european journal of psychotherapy, counseling & healt, (1), 42-52.

Ruch., W., Gander., F., Wellenzohn., S & Proyer., T., R., (2014). Toward a Better Understanding

of What Makes Positive Psychology Interventions Work: Predicting Happiness and

Page 15: Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kepuasan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 02 Number 01 2018 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

31

Depression From the Person × Intervention Fit in a Follow-Up after. The International

Association of Applied Psychology. 7, (14).

Shek, D. T. L. (2005). Economic stress, emotional quality of life, and problem behavior in

Chinese adolescents with and without economic disadvantage. Social Indicators

Research, 71(1–3), 363–383.

Seniati. L. (2005). Psikologi eksperimen. Jakarta: Gramedia

Sheldon, K. M., & Hoon, T. H. (2007). The multiple determination of well-being: Independent

effects of positive traits: Needs, goals, selves, social supports and cultural contexts.

Journal of Happiness Studies, 8, 565–592.

Siswati, I., T & Abdurrohim (2017). Masa Hukuman & Stres Pada Narapidana, Proyeksi, 4 (2),

95-106.

Snyder C. & Lopez S.J (2002). Handbook of Positive Psychology, Oxford University Press,New

York.

Tobroni & Suprayogo., I., (2001). Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Seniati L. (2005). Psikologi Eksperimen, Jakarta: Gramedia.

Seligman, M. E. P., Rashid, T., & Parks, A. C. (2006). Positive psychotherapy. American

Psychologist, 61, 774–788

Seligman, M. E. P. (2002).Gercek mutluluk.(S. K. Akbas, Trans.) [Authentic happiness].

Ankara: HYB.

Karyani, U., Prihartini, p., & Hidayah., N. (2014). Tesis. Efektivitas Group Positive

Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Pada Orang Dengan Hiv/

Aids (Odha).

Winarsunu, T. (2002). Statistik (dalam penelitian psikologi dan pendidikan). Jilid 1. Malang :

UMM Press.

Watson, D. (2005). Positive affectivity. In C. R. Snyder & S. J. Lopez (Eds.), In Handbook of

positive psychology 106–120. Washington DC: Oxford University Press.

Watson, D., Clark, L. A., & Tellegen, A. (2000). Development and validation of brief measures

of positive and negative affect: The PANAS scale. Journal of Personality and Social

Psychology, 54, 1063–1070