gub bengkulu-rezim-perizinanl
TRANSCRIPT
SEMINAR NASIONALTema
“Hutan Dan Lahan Kita:
Bersama Mencari Harapan”
(Paralel IV: Rezim perizinan pasca UU 23/2014)
Oleh :
H. Junaidi Hamsyah
Gubernur Bengkulu
Sekitar 46% dari Luas daratan
Provinsi Bengkulu merupakan
KAWASAN HUTAN
Hutan Konservasi
50%
Hutan Lindung
27%
Hutan Produksi
23%
RINCIAN LUAS KAWASAN HUTAN PROVINSI BENGKULUBERDASARKAN SK MENHUT NO. 784/MENHUT-II/2012
No. Fungsi Hutan Luas (Ha) Prosentase
1. Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam 462.965 50,07%
a. Cagar Alam 4.300 0,47%
b. Taman Nasional 412.325 44,59%
c. Taman Wisata Alam 27.630 2,99%
d. Taman Hutan Raya 1.748 0,19%
e. Taman Buru 16.962 1,83%
2. Hutan Lindung 250.750 27,12%
3. Hutan Produksi 210.916 22,81%
a. Hutan Produksi Terbatas 173.280 18,74%
b. Hutan Produksi Tetap 25.873 2,80%
c. Hutan Produksi Konversi 11.763 1,27%
TOTAL 924.631 100,00%
Target Program pemerintah pusat alokasi
kawasan hutan kepada masyarakat
Terkait program pembangunan Nasional 2015-2019 telah menetapkan target
alokasi kawasan hutan seluas 12,7 juta hektar kepada masyarakat serta
distribusi lahan pertanian seluas 9 juta hektar.
Penetapan target itu adalah sebuah lompatan besar meski mengalami
pengurangan dari rencana 40 juta hektar yang disebutkan sebelumnya dalam
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Rezim perizinan di UU
No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan
Daerah
Pembelajaran dari UU pemerintahan daerah
32/2004 dalam konteks perizinan
Banyak tumpang tindih izin yang terjadi di tingkat kabupaten, dan banyak izin
tidak tembuskan kepada pihak pemerintah Provinsi
Izin dikeluarkan melebihi kapasitas lingkungan dan daya dukung wilayah,
Sehingga membuat menyempitnya wilayah ruang kelola masyarakat.
Izin dikeluarkan tanpa bisa dikontrol oleh propinsi dan pusat
PROVINSI BENGKULUPERTAMBANGANSebaran yang terindikasi masuk dalam/berhimpitan:• 7 kabupaten• 30 lokasi Kawasan Konservasi seluas 5.098,75 Ha • 19 lokasi hutan lindung seluas 113.600,97 Ha
KABUPATENFUNGSI
KAWASAN
OVERLAYGRAND
TOTAL
KETERANGANBERHIMP
ITAN
MASUK
KAWASAN
Bengkulu
Selatan
Kawasan
Konservasi
- - --
Hutan Lindung - 2 2 Menunggu konfirmasi dari Kab. terkait
Bengkulu
Tengah
Kawasan
Konservasi - 5 5 1 (satu) lokasi izin dicabut
4 (empat) lokasi tidak ada kegiatan
Hutan Lindung - 7 7 Menunggu konfirmasi dari Kab.
Bengkulu Utara Kawasan
Konservasi
- 4 4 Dalam proses cek lapangan
Hutan Lindung - 4 4 Menunggu konfirmasi dari Kab. terkait
KaurKawasan
Konservasi- 4 4
1 (satu) lokasi masuk sebagian
1 (satu) lokasi berada di Hutan Lindung
2 (dua) lokasi berada di luar kawasan
Hutan Lindung - 1 1 Menunggu konfirmasi dari Kab. terkait
Lebong Kawasan
Konservasi
2 1 3 Dalam proses cek lapangan
Hutan Lindung - 1 1 Menunggu konfirmasi dari Kab terkait
Muko-Muko Kawasan
Konservasi
- 5 5 Dalam proses cek lapangan
Hutan Lindung - - - -
SelumaKawasan
Konservasi- 9 9
1 (satu) lokasi dalam proses deteksi
kembali
8 (delapan) lokasi tidak ada kegiatan
Hutan Lindung - 4 4 -
Grand Total 2 47 49
PERKEBUNAN/OKUPASI DAN ILLEGAL LOGGINGSebaran :• Hutan Lindung = 3 lokasi, 20 kasus• Hutan Konservasi = 3 CA, 3 TWA, 2 TB , 40 kasus• Hutan lainnya = 5 lokasi, 32 kasus
SEBARAN LOKASI TIPIHUT DI PROPINSI BENGKULU
NO FUNGSI KAWASAN HUTAN
TIPOLOGI KEJAHATAN KEHUTANAN
TOTALILLOG DALKAR PETI OKUPASI TSL
1 Areal Penggunaan Lainnya 1 3 4
Peredaran 1 1
Peredaran TSL 3 3
2Cagar Alam 1 5 1 7
Danau Dusun Besar 2 2
Pasar Ngalam 2 2
Pasar Tallo 1 1 2
Taba Penanjung 1 1
3 Hutan Lindung 9 11 20
Bukit Biki 3 3
Bukit Daun 2 10 12
Rimbo Pengadang 4 1 5
4 Hutan Produksi 4 1 5
Air Bengkarang 1 1
Kelompok Hutan Curup 1 1
Sungai Tambulun 1 1
5 Kawasan Hutan Lainnya 14 1 13 9 37
Bengkulu Kulu 1 1
Peredaran 5 5
Peredaran 9 1 1 11
Peredaran TSL 8 8
6 Taman Buru 3 1 4
Semidang Bukit Kabu 2 1 3
Semidang Bukit Parimo 1 1
7 Taman Wisata Alam 22 9 1 32
Air Hitam 1 1
Bukit Kaba 22 8 23
PLG Seblat 1 1 1 3
Grand Total 53 1 1 40 14 109
SEBARAN IUP TAMBANG DI BENGKULU
Pembelajaran dari UU pemerintahan daerah
32/2004 dalam konteks relasi pusat dan
daerah Daerah mengeluarkan izin tapa memperhatikan tataruang nasional.
Data izin tidak terkoordinasi dan terdata sampai kepusat.
Banyak izin yang tidak sesuai dengan perundangan
Implikasi pemberlakukuan undang-undang
23/2014 terhadap system perizinan
industry berbasis lahan Salah satu isi yang menarik dalam UU No. 23 Tahun 2014, sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 14, adalah ditariknya kewenangan kabupaten/kota
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang kehutanan, kelautan,
serta energi dan sumber daya mineral dari pemerintah kabupaten/kota
kepada pemerintah dan pemerintah provinsi.
Adapun urusan pemerintahan bidang kehutanan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota hanya yang berkaitan dengan pengelolaan taman hutan raya
yang terdapat di wilayah kabupaten/kota. Pengalihan kewenangan tersebut
tentu saja akan berdampak terhadap pemerintah kabupaten/kota, terutama
jika dikaitkan dengan organisasi perangkat daerah.
Catatan kritis Gubernur terhadap
pemberlakuan undang-undang 23/2014
Ego sektoral kuat di miliki oleh bupati di wilayah yang bersangkutan
Penolakan / keberatan dari bupati
Ada kemungkinan kabupaten akan semakin abai terhadap pengawasan
kehutanan
Gubernur sangat berperan dalam pemberian perizinan dan kewenangan lain
yang selama ini menjadi kewenangan Kabupaten/Kota, sehingga
keberhasilannya sangat tergantung dari itikad baik Gubernur.
Catatan posistif terhadap pemberlakuan
undang-undang 23/2014
Perizinan berbasis lahan bisa terkontrol dan terdata dengan baik
Perizinan yang diberikan akan lebih sesuai dengan daya dukung wilayah,
sehingga memberi ruang kelola masyarakat
1 map pengelolaan sumber daya alam di tingkat provinsi bisa tercapai
Terima Kasih