guru berprestasi

Upload: gumpana

Post on 09-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ru

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPenyelenggaraan pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang terdapat dalam isi pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat. Dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut, setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kecerdasan melalui pendidikan dan pengajaran (pasal 31 ayat 1 UUD 1945). Secara operasional dukungan tersebut dinyatakan dalam Undang-undang tentang pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, seta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

1Hal ini berarti bahwa usaha sadar dan terencana dalam pendidikan hendaknya dimulai dari usia dini, karena masa ini merupakan masa emas (gold age), dimana pendidikan usia dini merupakan periode terpenting pada pembentukan otak, intelegensi, kepribadian, memori dan aspek perkembangan lainnya. Kondisi ini sesuai dengan Undang-undang tentang Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan anak usia dini pasal 20 tahun 2003 pendidikan anak usia dini pasal 1 ayat 14 bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan pada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pembinaan ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam peraturan pemerintah No. 6 tahun 2003 ayat 1 mengatur bahwa Taman Kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang menyediakan program pendidikan bagi usia 4 tahun sampai memasuki Sekolah Dasar dam mempersiapkan kemampuan dasar anak untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar. Pendidikan TK pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak sesuai dengan tahap pekembangannya. Setiap anak adalah unik. Setiap anak memiliki kecenderungan cara belajar yang tidak selalu sama. Kegiatan belajar pun dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara ini menunjukkan peran kecerdasan yang berbeda pula. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa tujuan TK adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral, dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, kemandirian. Guru TK hendaknya memahami karakter dan kemampuan yang dikuasai oleh anak usia dini karena ini merupakan tugas perkembangan masa kanak-kanak yang harus diselesaikan.Pada kenyataannya di TK kurang menyediakan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas yang sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik, sehingga proses pembelajaran di TK tidak tercapai secara optimal, dimana metode dan alat yang digunakan tidak menyenangkan dan menarik bagi anak. Hal ini dibuktikan dengan ketidak siapan anak untuk memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Akibatnya banyak anak usia SD yang belum siap menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah itu sendiri karena pada dasarnya pendidikan TK adalah untuk mempersiapkan anak memasuki jenjang pendidikan berikutnya.Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi serta kemampuan yang dimiliki anak diantaranya, guru hendaknya memahami kemampuan dasar yang dimiliki anak. Seorang guru yang profesional sangat dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memodifikasi dan memanfaatkan media pembelajaran yang ada sehingga kebutuhan aspek perkembangan anak terpenuhi dan tercapai secara optimal. Dengan menggunakan metode dan memanfaatkan media pembelajaran secara tepat dan sesuai prinsip belajar di TK yaitu belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar, maka bermain sarana yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.Berdasarkan pengamatan peneliti di TK Ar-rahim Kecamatan Nanggalo kota Padang menunjukkan bahwa peserta didik kurang tertarik pada pembelajaran berhitung, terlihat pada pelaksanaan kegiatan pada indikator konsep berhitung, anak kenal angka dan dapat membilang dengan benda-benda secara sederhana, dari hasil pengamatan sementara pada kelompok B1 tahun ajaran 2012-2013 dengan jumlah murid 18 orang, terdapat 5 anak yang tidak kenal angka dan tidak dapat membilang, 7 anak bisa membilang namun tidak tidak dapat menunjukkan angka dari jumlah benda yang dibilang, 6 anak dapat membilang dan mampu mencari angka dari jumlah benda yang dibilang. Dengan demikian lebih dari sebagian besar anak belum menguasai konsep berhitung. Padahal kegiatan berhitung sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari yang juga merupakan dasar bagi perkembangan matematika maupun kesiapan untuk pendidikan selanjutnya yaitu pendidikan dasar. Dengan demikian penulis memilih permainan balon angka ini sebagai alat pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berhitung anak. Diharapkan permainan ini akan memudahkan anak untuk belajar berhitung.

B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang dihadapi dalam pembelajaran berhitung di TK Ar-rahim Padang sebagai berikut:1. Kurang tepatnya penggunaan metode pembelajaran.2. Kurangnya kemampuan guru dalam memodifikasi dan memanfaatkan media pembelajaran berhitung.3. Kemampuan kognitif anak yang berbeda.4. Rendahya kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar sambil bermain.

C. Pembatasan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi permasalahan pada Kurangnya kemampuan guru dalam peningkatan berhitung anak melalui permainan balon angka di kelompok B1 TK Ar-rahim Padang.D. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah pembelajaran berhitung dengan menggunakan permainan balon angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada anak kelompok B1 di TK Ar-rahim Padang?E. Rancangan Pemecahan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka untuk mengatasi masalah tersebut penulis merancang sebuah permainan balon angka di TK Ar-rahim Padang khususnya kelompok B1 untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak. Sebelum permainan ini dimulai guru menyiapkan balon yang sudah di beri double tip sebagai contoh untuk anak. Anak akan meletakkan kartu angka sesuai angka yang diucapkan guru atau sesuai dengan jumlah gambar yang diperlihatkan guru. Bagi anak yang benar meletakkan kartu angka pada balon, maka anak tersebut yang menjadi juaranya. Permainan ini diadakan dalam bentuk individu dan perlombaan.

F. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan permainan balon angka dapat meningkatkan berhitung pada anak kelompok B1 di TK Ar-rahim Padang.

G. Manfaat PenelitianManfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran berhitung dengan menggunakan permainan balon angka ini adalah :1. Bagi anakHasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak dan menjadikan pembelajaran berhitung merupakan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.2. Bagi penulisPenulis dapat menuangkan ide-ide dan gagasan dalam skripsi ini, sekaligus untuk mengasah pengetahuan dan wawasan penulis yang akhirnya akan mengembangkan potensi anak di TK.

3. Bagi guru Sebagai bekal dan bahan informasi kepercayaan untuk disebarkan pada rekan-rekan guru dan sebagai bahan masukkan tentang proses pembelajaran yang mengupayakan peningkatan kemampuan berhitung.4. Bagi orang tuaDapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orang tua tentang pembelajaran di TK dan untuk meningkatkan perhatiannya terhadap hal-hal yang dapat mendukung keberhasilan putera-puterinya dalam belajar.5. Bagi sekolahDapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung anak TK dan untuk meningkatkan perhatiannya terhadap hal-hal yang dapat mendukung keberhasilan anak dalam belajar, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal

H. Definisi Operasional1. Pengertian Kemampuan BerhitungKemampuan berhitung adalah kemampuan anak untuk dapat mengenal bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan bilangan. Pembelajaran berhitung merupakan bagian dari matematika diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematis. Dengan kata lain, permainan berhitung di TK diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan dasar matematika, sehingga anak secara mental siap mengikuti pembelajaran matematika lebih lanjut di SD.2. Hakekat Permainan Balon AngkaPermainan balon angka adalah permainan menggunakan balon yang berangka. Pada permainan ini anak diminta untuk dapat memasangkan kartu angka sesuai dengan angka yang diucapkan guru atau jumlah gambar yang diperlihatkan guru. Permainan balon angka ini diadakan dalam bentuk individu dan dalam bentuk perlombaan yang dilakukan di luar kelas. Permainan ini dirancang supaya anak merasa tertarik dan senang dalam proses pembelajaran terutama kegiatan berhitung, karena pada dasarnya semua anak pasti menyukai balon. Sehingga pemahaman anak terhadap pengenalan angka dan konsep berhitung dapat berkembang dengan baik.

BAB IIKAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Landasan Teori1. Hakikat Anak Usia DiniAnak usia dini adalah sosok yang sangat istimewa. Mereka adalah individu yang menjalani suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa. Menurut Piaget (dalam Nugraha 2005:53) menyatakan bahwa anak usia dini seorang penjelajah yang aktif dan selalu ingin tahu, selalu menjawab tantangan lingkungan sesuai dengan interprestasi (penafsirannya) tentang ciri-ciri yang esensial yang ditampilkan oleh lingkungan.Seiring dengan berjalannya waktu, pandangan orang terutama para ahli tentang anak usia dini cenderung berubah serta berbeda satu dengan yang lain, karena dalam merefleksikan anak cenderung menyesuaikan pengalaman dan pemahaman masing-masing. Sebagian orang beranggapan bahwa anak merupakan miniatur orang dewasa, tapi kenyatannya tidaklah demikian, anak berbeda dengan orang dewasa baik fisik maupun psikis.

10Menurut NAEYC (dalam Hartati 2007:10) mengatakan bahwa anak usia dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0-8 tahun. Anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan secara terus menerus. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah individu yang unik dan istimewa, ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosial emosional, kreativitas bahasa dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.

a. Perkembangan Anak Usia DiniAnak usia dini adalah manusia yang polos serta memiliki potensi yang harus dikembangkan. Ia memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia seutuhnya. Anak memiliki berbagai macam potensi yang harus dikembangkan, meskipun pada umumnya anak memiliki pola perkembangan yang sama tetapi ritme perkembangan akan berbeda satu sama lainnya karena pada dasarnya anak bersifat individual. Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini Nugraha dan Ratnawati (2010:17) mengelompokkan anak usia dini yaitu:1) Usia 0 sampai 6 bulan (bayi fase 1)2) 6 bulan sampai 12 bulan (bayi fase 2)3) 1 tahun sampai 2 tahun (anak kecil fase 1)4) 2 tahun sampai 3 tahun (anak kecil fase 2)5) 4 tahun sampai 5 tahun (usia prasekolah atau usia TK)

Menurut Bronson (dalam Ahmad 2005:7) mengelompokkan anak usia dini menjadi beberapa kelompok yaitu:1) Young Infants (anak lahir sampai 6 bulan).2) Older Infants (anak 7 bulan sampai 12 bulan)3) Young Toddles (usia 1 tahun sampai 2 tahun).4) Older Toddles (anak usia 2 tahun sampai 3 tahun)5) Prasekola atau kindergarten (anak usia 3 tahun sampai 5 tahun)6) Anak sekolah dasar rendah (anak usia 6 tahun sampai 8 tahun).

Jadi dapat dijelaskan dari klasifikasi anak usia dini berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan anak, tentunya kita sepakat untuk membentuk anak-anak usia dini menjadi pribadi yang utuh. Cara membentuk pribadi yang utuh ini adalah mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, sosial-emosional, kreativitas dan bahasa mereka secara seimbang.

b. Karakteristik Anak Usia DiniAnak usia dini memiliki dunia dan karakter sendiri yang jauh berbeda dari dunia orang dewasa. Anak usia dini sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu dengan apa yang di dengar dan dilihatnya serta seolah tak pernah berhenti belajar. Adapun karakteristik anak usia dini dikemukakan oleh Yuliani (2005:2.2-2.5) antara lain:1) Imajinatif.2) Semangat mempelajari hal yang baru.3) Daya khayal tinggi4) Anak berada pada usia bertanya5) Usia keemasan anak.6) Kreativitas anak tinggi.7) Usia bermain dan berkelompok.

Karakteristik anak usia dini yang lain, dikemukakan oleh Moeslichatoen (2004:10) membagi karakteristik perkembangan anak usia dini sebagai berikut:1) Anak selalu bergerak2) Anak mempunyai ingin tahu yang kuat.3) Anak senang bereksperimen dan menguji.4) Anak ampu mengekspresikan diri secara kreatif.5) Anak mempunyai imajinasi.6) Anak senang berbicara

Dari pendapat ahli di atas dapat peneliti simpulkan, untuk mencapai optimalisasai tahap perkembangan anak usia dini, maka perlu adanya fasilitas-fasilitas yang mendukung. Permainan yang beragam, pembelajaran yang terprogram dan segala hal yang berhubungan dengan tahap tumbuh kembangnya. c. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia DiniPenerapan prinsip-prinsip perkembangan anak didik bertujuan agar tercapainya proses belajar yang efektif. Menurut Copple (dalam Hartati 2007:17) prinsip-prinsip perkembangan anak terdiri dari :1) Aspek perkembangan saling berkaitan. 2) Perkembangan terjadi dalam suatu urutan. 3) Perkembangan berlangsung bervariasi pada setiap anak.4) Pengalaman pertama anak bersifat komulatif.5) Belajar selama usia dini berlangsung dari pengetahuan nyata ke pengetahuan simbolik.6) Perkembangan belajar dipengaruhi oleh konteks sosial, dan majemuk.7) Anak adalah pembelajar aktif.8) Perkembangan dan belajar merupakan hasil dari interaksi lingkungan fisik maupun sosial di tempat anak tinggal.9) Bermain sarana penting bagi perkembangan anak.10) Perkembangan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan yang diperoleh.11) Anak berkembang dan belajar terbaik saat merasa aman secara psikologis.

Menurut Woolfolk (dalam Ramli 2005:46) ada beberapa prinsip perkembangan anak yaitu:1) Individu berkembang dengan kecepatan berbeda2) Perkembangan relatif teratur3) Perkembangan terjadi secara bertahap4) Perkembangan terjadi pada waktu yang berlainan5) Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.

Jadi dapat disimpulkan, apabila anak memiliki kebebasan untuk bergerak, berprilaku, dan menyatakan pendapat tanpa terbebani dengan tekanan-tekanan psikologis dan keamanan fisiknya terjamin sehingga terhindar dari hal-hal yang membahayakan akan mengoptimalkan proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Perkembangan Kognitif Bagi AnakKognitif sering kali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Menurut Piaget (dalam Santrock 2007:217) Bahwa dia percaya struktur kognitif perlu dilatih.Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar kemampuan anak dapat mengelola perolehan hasil belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif atau cara memecahkan masalah yang dihadapi anak dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Menurut Mudjito dan Utju (2010:10) perkembangan kognitif merupakan proses mental untuk mengidentifikasi, mengingat, menghubungkan, membilang, menjelaskan, mengklasifikasi, menganalisis, mensisntesis, serta mengaplikasikan sesuatu.Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, pengembangan kognitif bertujuan agar anak dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah. Membantu anak untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematika, dan pengetahuan tentang matematikanya dan pengetahuan tentang konsep warna, juga pengetahuan untuk wadah tertentu. Anak juga mempunyai pengetahuan untuk memilah-milah, mengelompokkan warna yang sama dan mengurutkan bilangan, mengenal penambahan, serta mempersiapkan pengembangan kemampuan kemampuan berpikir tertentu.

3. Pembelajaran Berhitung Anak Usia DiniPembelajaran berhitung merupakan bagian dari matematika diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematis. Menurut NCTM (dalam Carol dan Barbara 2008:1) bahwa Perkembangan matematika anak dibangun pada tahun-tahun dini, matematika dibangun oleh keingintahuan dan semangat anak-anak dan tumbuh secara alami dari pengalaman mereka.Anak usia TK berada pada tahap pra-operasional konkret yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang konkret dan berpikir intuitif didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya. Permainan dan alat peraga merupakan bagian penting dalam pembelajaran matematika anak usia dini.Dunia simbol dan abstrak tidak menarik, kering dan tidak menumbuhkan imajinasi. Menurut Rahmawati (2001:117) Pembelajaran matematika harus diusahakan kepada konsep-konsep dan model-model yang nyata. Pembelajaran di TK merupakan bermain, menurut Depdiknas (2000:7) permainan berhitung di TK seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan yaitu: Penguasaan Konsep, Masa Transisi, dan Lambang.Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berhitung anak TK berada pada tahap pra-operasional kongkrit yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang kongkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk, dan hubungan benda-benda didasarkan pada interprestasi dan pengalamannya.

4. Tahap Kemampuan Berhitung Anak Usia 4-6 Tahun Kemampuan berhitung/numerik banyak menjadi perhatian bagi pendidik, orang tua dan para pemerhati pengembangan anak. Hal ini disebabkan karena kemampuan numerik ini banyak diajarkan disekolah dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan numerik juga salah satu kemampuan yang dipelajari secara otomatis dalam periode masa kanak-kanak awal.Menurut Carol dan Barbara (2008:385) tahap kemampuan berhitung anak usia 4-5 tahun yaitu: Berpikir tentang simbol/lambang, Memahami kelestarian bilangan, Berpikir secara simologis Hambatan-hambatan kognitif ini membatasi seberapa besar pemahaman matematika yang bisa dimiliki anak-anak 4 sampai 5 tahun. Bagaimanapun, pengalaman dan kesempatan untuk belajar akan memberikan konteks kepada anak-anak untuk mengembangkan pertanda yang mereka perlukan untuk pemikiran matematika yang lebih rumit.Sedangkan menurut Flavell (dalam Hidayani 2005:9.18) ada 5 prinsip tahapan dalam berhitung masa ini yaitu:a. The One-0ne Principle Menurut prinsip ini menghitung diajarkan secara berurutan.b. The Stable-Onder PrinciplePrinsip ini menekankan pada kelenturan. c. The Cardinal PrinciplePrinsip ini menekankan kita untuk mengulang jumlah terakhir sesuai dengan jumlah yang diinginkan. d. The Abstraction Principle Prinsip ini menekankan apa yang dapat dihitung.

e. The OnderIrrelevance PrincipleAnak sudah mengerti cara menghitung yang di mulai dengan angka satu dan dapat dipersentasikan.

Pendapat Flavell (dalam Hidayani, 2005:9.18) dapat disimpulkan, pada ke lima prinsip di atas sangat sesuai dengan metode pembelajaran permulaan berhitung di TK dimana anak belajar dari pengalaman dan ilmu yang diperoleh sebelumnya. Anak dilatih mengikuti dan terbiasa dalam aturan berhitung dan metode yang digunakan juga sesuai dengan tahap perkembangan anak dimana anak diajarkan dari yang sederhana ke yang sulit, dengan menggunakan media yang konkret sehingga mudah dipahami anak. Anak juga belajar dari apa yang ia temui sehingga pembelajaran benar-benar memiliki kebebasan dan menyenangkan bagi anak.

5. Tujuan Pembelajaran Berhitung Secara umum tujuan permainan berhitung di TK yaitu untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.Menurut Depdiknas (2000:2) secara khusus tujuan permainan/ pembelajaran berhitung di TK berhitung bertujuan agar:a. Dapat berpikir logis dan sisitematis.b. Dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat. c. Memiliki keterampilan, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.d. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu.e. Memiliki kreativitas dan imajinasi.

Menurut Mudjito dan Utju (2010:6) tujuan berhitung pada anak yaitu agar anak dapat berpikir logis dan sistematis, agar anak dapat mengenal berbagai pola-pola seperti geometrik dan angka, agar anak memiliki kemampuan abstrak.Berdasarkan pendapat ahli di atas, permainan berhitung sangat penting untuk anak usia dini. Oleh karena itu, kecintaan anak terhadap berhitung perlu ditamankan. Ini dapat dilakukan dengan memberikan permainan berhitung yang menyenangkan, menarik bagai anak dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

6. Pentingnya Bermain Bagi Anak dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Bermain adalah dunia kerja anak usia dini dan menjadi hak setiap anak untuk bermain, tanpa dibatasi usia. Bermain adalah dunia kerja anak usia dini dan menjadi hak setiap anak. Para ahli pendidikan anak telah mengadakan penelitian, cara yang efektif untuk mengeksplorasi lingkungannya adalah melalui bermain, karena bermain adalah cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Menurut Musfiroh (2005:6-8) ciri-ciri bermain adalah:a. Bermain selalu menyenangkan dan menggembirakan. b. Bermain tidak bertujuan ekstrinsik.c. Bermain bersifat spontan dan sukarela.d. Bermain melibatkan peran aktif semua peserta.e. Bermain juga bersifat nonliteral, pura-pura atau tidak senyatanya.f. Bermain tidak memiliki keindahan ekstrinsik.g. Bermain bersifat aktif.h. Bermain bersifat fleksibel.

Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung melalui permainan di jalur matematika. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui kegiatan macam-macam permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak-anak lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.Soemanto (dalam Yuliani 2005:2.6) mengatakan bahwa pada usia 4-5 tahun yaitu masa belajar matematik. Dalam tahap ini anak sudah mulai belajar matematika sederhana, misalnya menyebutkan bilangan, menghitung urutan bilangan, dan penguasaan jumlah besar kecil dari benda-benda.Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan, bahwa permainan berhitung hendaknya disesuaikan dengan tingkat kesiapan anak. Bila anak mampu menyelesaikan permainan yang sederhana guru dapat meningkatkan permainan ke yang lebih konkret. Seperti pada kegiatan berhitung memalui permainan balon angka, bila anak mampu membilang dengan baik guru dapat melanjutkan permainan penjumlahan sederhana sesuai jumlah angka yang tertera pada balon.

7. Pengenalan Dini Permainan BerhitungDunia sekeliling kita penuh dengan matematika (berhitung), kenyataannya matematika telah menjadi bagian yang penting dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia, bahkan telah terjadi pada awal tahun kehidupan seorang anak, jauh sebelum anak memahami simbol-simbol abstrak. Anak akan menemukan matematika dalam berbagai benda yang dilihat dan disentuhnya, misalnya seorang anak memperoleh temuan baru tentang ruang dengan cara merangkak dibawah meja atau kursi, atau memperoleh pengalaman pertama yang berhubungan dengan bentuk pada saat menggelindingkan bola serta dengan memegang botol minumnya. Bimbingan dan arahan yang diberikan orang tua kepada anaknya dapat membantu mereka dalam memahami dan menerapkan dasar-dasar konsep matematika.Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila terdapat stimulus yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui kegiatan macam-macam permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak-anak lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.Soemanto (dalam Yuliani 2005:2.6) mengatakan bahwa anak 4-5 tahun yaitu masa belajar matematik. Dalam tahap ini anak sudah mulai belajar matematika sederhana, misalnya menyebutkan bilangan, dan penguasaan jumlah kecil dari benda-benda. Partini (2010:78) berpendapat bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam upaya pengenalan (deteksi) dini sampai sejauhmana kegiatan permainan berhitung dapat diberikan kepada anak. Pengenalan dini perlu dilakukan untuk menjaga terjadinya masalah kesulitan belajar karena belum mengetahui konsep berhitung. Sebagai contoh terdapatnya banyak kasus dimana berhitung dijalur matematika seolah-olah menjadi sesuatu yang menakutkan bagi anak.Kesenangan anak dalam penguasaan konsep berhitung dapat dimulai dari diri sendiri ataupun rangsangan dari luar, bermain dapat dijadikan sarana untuk menanamkan konsep matematika sedini mungkin melalui alat permainan yang menyenangkan yang dirancang khusus sehingga memiliki nilai dan nuansa untuk membentuk konsep matematika, pola pikiran dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan potensi anak sejak dini, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak secara optimal.Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat penulis simpulkan, apabila anak telah menunjukkan mulai menyenangi permainan berhitung adalah saat yang tepat untuk memperkenalkan permainan berhitung pada anak. Namun dalam pembelajaran berhitung ada dua hal yang perlu diperhatikan guru. Hal yang perlu diingat bahwa permainan berhitung hendaknya disesuaikan dengan tingkat kesiapan anak, misalnya dari kongkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang sulit. Bila anak mampu menyelesaikan permainan yang sederhana guru dapat meningkatkan permainan ke yang lebih kongkrit. Seperti pada kegiatan memasukkan kancing baju ke dalam cekungan sesuai dengan angka yang ada di wadah, bila anak mampu dengan baik guru dapat melanjutkan permainan dengan melakukan perbandingan atau penjumlahan dan pengurangan. Dan apabila anak terlihat jenuh hai ni menandakan permainan berhitung tidak menarik bagi anak, guru perlu melakukan tindakan dengan merencanakan pembelajaran yang lebih menarik.

8. Alat PermainanAlat permainan merupakan alat yang dapat dipertunjukkan dalam kegiatan belajar mengajar berfungsi untuk membantu anak menjelaskan konsep, ide atau pengertian, misalnya model gambar dan contoh benda. Menurut Brata (dalam Sudono 2000:23) menyatakan bahwa bermain menggunakan alat dapat membantu anak senang, anak dapat berimajinasi dan bekerjasama. Hal yang sama juga didukung oleh Prayitno (1999:19) bahwa alat permainan adalah berbagai materi yang dapat di bentuk oleh anak. Jadi dapat dapat disimpulkan bahwa alat permainan sangat penting sekali bagi anak usia dini untuk proses perkembangan anak dan mendorong daya keratifitas anak dalam menggunakan benda-benda atau alat-alat permainan yang digunakan untuk memenuhi naluri bermain.

9. Permainan Balon AngkaMenurut Ali (2002:68) balon adalah permainan yang menggunakan lokan. Menurut Soetopo (2009:9) Permainan balon angka merupakan permainan yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak. Permainan balon angka ini bertujuan supaya anak dapat mengenal angka dan dapat mengenal konsep penjumlahan dan pengurangan sederhana karena pada permainan ini anak diminta untuk dapat memasangkan kartu angka sesuai sesuai dengan angka yang berada pada balon. Melalui permainan balon angka ini anak dapat menambah wawasan dan mengenal apa yang belum dikenal anak.Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan balon angka ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak. Permainan ini diadakan dalam bentuk perlombaan individual. Masing-masing anak berlomba untuk memasangkan kartu angka sesuai dengan angka yang disebutkan guru atau jumlah gambar yang diperlihatkan guru. Permainan ini dirancang supaya anak merasa tertarik dan senang dalam proses pembelajaran terutama kegiatan berhitung. Sehingga pemahaman anak terhadap pengenalan angka dan konsep berhitung dapat berkembang dengan baik.

Gambar 1: Alat Permainan Congklak wadah Telur

B. Kerangka KonseptualPeningkatan pengenalan anak terhadap angka, dimana anak mampu mengenal angka dan penjumlahan yang dilakukan melalui permainan balon angka diharapkan dapat menambah kemampuan berhitung anak dan wawasan anak. Dalam permainan ini guru memperlihatkan gambar dan anak diminta untuk dapat menghitung gambar yang diperlihatkan, setelah itu anak diminta untuk dapat mengambil kartu angka yang sudah diberi double tip dan meletakkan pada balon.

Kemampuan Berhitung

Bermain Balon angka

Pengenalan Angka dan Konsep Berhitung

Kemampuan Berhitung Anak Meningkat

Gambar 2. Kerangka konseptual

C. Hipotesis TindakanHipotesis tindakan pada penelitian ini adalah permainan balon angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak.

BAB IIIRANCANGAN PENELITIAN

A. Jenis PenelitianBerdasarkan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yakni dengan menggunakan tindakan pada anak B1 TK Ar-rahim kecamatan Nanggalo kota Padang. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru merupakan suatu upaya perbaikan proses belajar dan guru tersebut juga mengembangkan kemampuan profesionalnya secara sistematis.Menurut Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan (2003:9) menyatakan bahwa:PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap aksi atau tindakan yang dilakukan oleh guru/ pelaku mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata didalam kelas yang berupakegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Penelitian tindakan kelas juga dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu praktek pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian guru dapat melaksanakan kegiatan ini setelah meneliti kegiatan sendiri, dikelas sendiri dengan melibatkan anak didiknya sendiri melalui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan memperoleh umpan balik yang sistematis mengenai yang telah dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.

B. Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah anak TK Ar-rahim kelompok B1 tahun pelajaran 2012-2013 sebanyak 18 orang yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 10 orang anak laki-laki.

C. Prosedur PenelitianSiklus merupakan ciri khas penelitian tindakan kelas. Penelitian ini secara garis besar terdapat empat tahapan menurut Arikunto (2006:16), tahapan dalam penelitian ini adalah: 1. Perencanaan (plan)2. Tindakan (action)3. Pengamatan (observation)4. Perenungan (reflection)Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari beberapa siklus. Perlakuan pada setiap siklus harus berbeda dari siklus sebelumnya. Sebaiknya siklus berikutnya didasarkan pada hasil siklus sebelumnya. Siklus akan terus dilanjutkan dengan siklus selanjutnya sampai masalah terpecahkan. Dalam penelitian ini, penulis langsung menjadi peneliti yang berwenang mmperbaiki proses pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk berbagi cerita dengan teman.Adapun model penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Kondisi Awal

perencanaan

pelaksanaan

Refleksi

Siklus I

perencanaan

Pelaksanaan

Hasil

Refleksi

Pengamatan

Siklus II

Pengamatan

Gambar 2 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas

1. Kondisi Awal Pada kondisi awal sebelum penelitian dilakukan, kemampuan berhitung anak kelompok B1 TK Ar-rahim Padang masih rendah. Hal ini terlihat sebagian besar anak di kelas mengalami kesulitan ketika diadakan kegiatan berhitung terutama dalam mengenal angka. Umumnya anak-anak hanya hafal urutan angka dengan menyebutkan bunyi angka tanpa mengenal bentuk angka tersebut.

2. Siklus Ia. Kegiatan Perencanaan (Plan)Perencanaan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:1) Membuat rencana pembelajaran berupa satuan kegiatan mingguan dan satuan kegiatan harian yang berisikan tentang permainan balon angka. Guru menyiapkan bahan yang akan digunakan seperti:a) Balon b) Spidolc) Double tipd) Gambar e) Kartu angka2) Guru menerangkan kegiatan aturan permainan yang akan dilakukan anak. Kemudian, guru bersama anak melakukan permainan balon angka.3) Merancang penilaian awal dan akhir yang akan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman berhitung anak dalam pembelajaran. Adapun aspek yang akan dinilai antara lain membilang/menyebutkan urutan bilangan, mengenal konsep bilangan dengan benda-benda, menyebutkan dan memasangkan bilangan dengan benda-benda sampai 10, mengenal perbedaan banyak sedikit, mengetahui hasil penambahan dan pengurangan.4) Membuat lembaran observasi.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)Tindakan yang akan dilakukan adalah:1) Guru melaksanakan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam situasi belajar yang menyenangkan.2) Guru membimbing anak membaca doa sebelum belajar.3) Guru menjelaskan tentang tema.4) Guru memperkenalkan alat permainan pada anak.5) Guru mengadakan tanya jawab mengenai pedagang, 6) Guru menerangkan tentang cara memainkan permainan balon angka tersebut.7) Setelah anak mengetahui cara memainkannya, guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba permainan balon angka.8) Guru memberikan motivasi dan bimbingan serta penghargaan pada anak dalam melaksanakan permainan ini.9) Apabila anak beum mampu melaksanakan permainan, maka guru memberikan bimbingan dan bantuan lebih lanjut kepada anak.10) Guru mengadakan tanya jawab sebagai evaluasi terhadap permainan yang telah dilaksanakan anak.11) Guru menutup permainan dengan mengajak anak berdoa dan mengucapkan salam.

c. Pengamatan (observing)Pengamatan dilakukan secara bersamaan saat pelaksanaan berlangsung. Pengamatan serangkaian kegiatan mengenali, merekam, mendokumentasikan dan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan hasil yang dicapai sebagai dampak dari tindakan yang dilakukan. Observasi ini dilakukan untuk mengumpulkan data selama penelitian berlangsung.

b. Refleksi (Reflecting)Refleksi merupakan uapaya yang telah terjadi dan apa hasil yang telah dicapai setelah melakukan penelitian apakah ini perlu dilakukan tindakan lanjut pada penelitian berikutnya. Penelitian ini berhasil apabila:1) Sebagian besar (75 % anak) memiliki peningkatan dalam penampilan berhitung.2) Sebagian besar (75 % anak) menunjukkan sikap positif dan menyenangkan dalam kegiatan permainan balon angka.

3. Siklus IIDalam siklus II ini, peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan pembelajaran berdasarkan hal-hal yang ditentukan atau hal-hal yang belum tercapai pada siklus I. Langkah pada siklus II sama urutannya dengan siklus I yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan perenungan.

D. Instrumentasi Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Format ObservasiPedoman observasi untuk mengecek kegiatan yang dilakukan berdasarkan indikator yang dilakukan berdasarkan indikator yang ditentukan sebelumnya. Aspek yang diamati melalui pedoman observasi ini adalah yang berkaitan tentang proses pembelajaran.2. DokumentasiDokumentasi berupa kamera untuk merekan pembelajaran yang sedang berlangsung.3. Format penilaian hasil belajar siswaFormat ini berisikan tentang penilaian pembelajaran yang telah dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung.

E. Teknik Pengumpulan DataAdapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:1. Observasi Data yang didapat dari hasil pengamatan tentang kegiatan anak selama melakukan kegiatan permainan congklak wadah telur. Tabel 1 Format Observasi Pengembangan Kemampuan Berhitung

No Aspek Nilai

Sangat tinggiTingi Rendah

Jumlah Anak %Jumlah Anak %Jumlah Anak %

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan.

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda

3Mengenal perbedaan banyak sedikit

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10

Rata-rata

2. Wawancara Wawancara dilakukan untuk tanggapan keaktifan siswa terhadap kegiatan setelah pembelajaran berlangsung.Tabel 2NoPertanyaanJawaban

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10

Format Wawancara

3. Dokumentasi berupa fortofolio, foto dan format penilaian.

F. Teknik Analisis DataData penelitian tindakan banyak ditemukan data kualitatif dengan ciri berupa kata-kata (bukan angka). Menurut Arikunto (2006:131) data kualitatif merupakan informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatau mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya dapat dianalisis serta kualitatif.Data yang diperoleh dari hasil observasi belajar mengajar akan dianalisis, setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan sebagai bahan untuk menentukan tindakan berikutnya. Disamping itu juga selurh data digunakan untuk mengambil kesimpulan dan tindakan yang dilakukan. Hasil analisis ini akan dimasukkan dalam laporan penelitian hasil belajar yang diperoleh dianalisis untuk perobahannya, dengan menggunakan statistik dengan rumus yang dikemukakan oleh Hariyadi (2009:24) sebagai berikut:Rumus:P % = f/N X 100 %Keterangan:P= Angka PersentasiF= frekuensi aktifitas yang dilakukan siswaN= jumlah anak dalam satu kelas.Hasil analisis data yang digunakandalam siklus I ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya terutama untuk hal-hal yang belum sempurna.

G. Indikator KeberhasilanIndikator keberhasilan dalam penelitian ini, dimana pada akhir penelitian dalam pembelajaran setiap siklus anak sudah dapat mengenal angka, dapat membilang dengan benda-benda secara sederhana, dan minimal anak sudah dapat berhitung dengan benar. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan ke siklus berikutnya dan jika indikator keberhasilan sudah tercapai maka penelitian berakhir pada siklus II.

BAB IVHASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data1. Deskripsi Kondisi AwalPada kondisi awal sebelum penelitian dilakukan, yaitu tanggal 12 Februari 2013 yang diteliti adalah anak yang berusia 5-6 tahun, kemampuan berhitung anak TK Ar-rahim masih rendah. Hal ini terlihat sebagian anak di kelas mengalami kesulitan ketika diadakan kegiatan pembelajaran berhitung. Pada umumnya anak hanya hafal urutan bilangan dengan menyebutkan bunyi dari angka tanpa mengetahui bentuk bisa menyebutkan angka tanpa mengetahui bentuk dan jumlah dari angka tersebut. Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada Tabel di bawah ini.Tabel 3Kemampuan Berhitung Anak Dalam Proses Pembelajaran Pada Kondisi Awal (sebelum tindakan)

No Aspek Nilai

Sangat tinggiTingi Rendah

Jumlah Anak %Jumlah Anak %Jumlah Anak %

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan.633739528

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 6335287

38

3Mengenal perbedaan banyak sedikit528844528

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10422528950

Rata-rata528633739

39Berdasarkan Tabel di atas, kemampuan berhitung anak dalam proses pembelajaran berhitung anak masih sangat rendah, dimana persentase jumlah anak dalam kategori sangat tinggi pada aspek 1 (Membilang/menyebutkan urutan bilangan) hanya mencapai 33% atau 6 orang dari 18 orang anak, sedangkan kategori tinggi 39% atau 7 orang dari 18 orang anak dan 28% atau 5 orang dari 16 orang anak untuk kategori rendah. Untuk aspek 2 (Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) terlihat untuk kategori anak yang sangat tinggi hanya 33% atau 6 orang dari 18 orang anak, sedangkan kategori tinggi 28% atau 5 orang dari 18 orang anak, dan 38% atau 7 orang dari 18 orang anak untuk kategori rendah. Untuk aspek 3 (Mengenal perbedaan banyak sedikit), kategori sangat tinggi hanya 28% atau 5 orang dari 18 orang anak, kategori tinggi 44% atau 8 orang dari 18 orang anak, dan kategori rendah mencapai 28% atau 5 orang dari 18 orang anak. Pada aspek 4 (Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10), untuk kategori sangat tinggi hanya 22% atau 4 orang dari 18 orang anak, kategori tinggi 28% atau 5 orang dari 18 orang anak, dan kategori rendah mencapai 50% atau 9 orang dari 18 orang anak. Bila diambil jumlah rata-rata anak untuk kategori sangat tinggi adalah 28% atau 5 orang dari 18 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 33% atau 6 orang dari 18 orang anak, dan jumlah rata-rata untuk kategori rendah 39% atau 7 orang dari 18 orang anak. Untuk lebih jelaskan kondisi awal sebelum tindakan dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 1Kemampuan Berhitung Anak Dalam Proses Pembelajaran Pada Kondisi Awal (Sebelum Tindakan)Berdasarkan uraian di atas tergambarlah perkembangan berhitung anak masih rendah. Ini terlihat dalam kelima indikator sabagai berikut: membilang/menyebutkan urutan bilangan, mengenal konsep bilangan dengan benda-benda, mengenal perbedaan banyak sedikit, mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kemampuan berhitung anak masih rendah, maka penelitian dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. 2. Deskripsi Siklus ISiklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 12 Februari 2013, pertemuan kedua pada tanggal 14 Februari 2013, pertemuan ketiga pada tanggal 16 Febrauri 2013. Deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan I sampai III sebagai berikut:

a. Perencanaan Pada tahap perencanan penelitian mempersiapkan Satuan Kegiatan Harian (SKH) untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak melalui metode praktek langsung dengan tema air, udara, api subtema udara dan api. Dengan alat peraga balon angka. b. Tindakan Dalam pelaksanan proses pembelajaran, harus disesuaikan dengan rencana yang telah disusun agar kemampuan berhitung anak berkembang dengan baik. Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pada bagian berikut:Pertemuan IDilakukan pada hari Senin, 25 Februari 2013, peneliti melakukan permainan ini untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak. Pada pertemuan ini aspek yang dinilai yaitu membilang/menyebutkan urutan bilangan dengan langkah-langkah sebagai berikut:Hari/tanggal : Selasa, 25 Februari 2013Tema : Air, udara, apiSubtema : Udara, api1) Kegiatan Awala) Mengecek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat duduk anak.b) Guru mengucapkan salam kepada anakc) Guru bersama anak membaca doa2) Guru mengadakan tanya jawab dengan anak tentang udara

3) Kegiatan Intia) Guru mengajak anak menyebutkan urutan bilangan secara bersama-sama, kemudian memberikan kesempatan kepada anak sendiri-sendiri menyebutkan urutan bilangan.b) Guru menjelaskan cara permainan balon angka.c) Anak melakukan permainan(1) Anak mengambil kartu angka.(2) Anak meletakkan kartu angka sesuai angka yang dikatakan guru.d) Guru memberi motivasi pada anak.4) Kegiatan Akhira) Guru mengadakan tanya jawab untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan anak.b) Diskusi kegiatan hari ini.c) Doa, nyanyi, salam dan pulang.Pertemuan II Dilakukan pada hari Rabu, 27 Februari 2013, peneliti melakukan permainan ini untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak. Pada pertemuan ini aspek yang dinilai yaitu, mengenal konsep bilangan dengan benda-benda, dengan langkah-langkah sebagai berikut:Hari/tgl : Rabu, 27 Februari 2013Tema: Air, udara, apiSubtema: Udara, api

1) Kegiatan Awala) Mengecek kehadiran anak dan mengkondisikan barisan anak.b) Guru mengucapkan salam kepada anakc) Guru bersama anak membaca doad) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang akan diberikan kepada anak.e) Guru mengadakan tanya jawab dengan anak tentang subtema2) Kegiatan Intia) Guru menyediakan kartu angka dan balon dan gambar.b) Guru memperkenalkan dan memperlihatkan bermacam-macam angka.c) Anak diberi kesempatan mengambil satu dari kartu angka yang disediakan guru.d) Anak menyebutkan kartu angka yang di dapat.e) Anak menghitung gambar yang diperlihatkan guru.f) Anak meletakkan kartu angka pada balon sesuai jumlah gambar yang diperlihatkan guru.g) Guru memberi motivasi kepada anak3) Kegiatan Akhira) Guru mengadakan tanya jawab untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan anak.b) Diskusi kegiatan hari ini.c) Doa, nyanyi, salam dan pulang.

Pertemuan IIIDilakukan pada hari Sabtu, 2 Maret 2013, peneliti melakukan permainan ini untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak. Pada pertemuan ini aspek yang dinilai yaitu, mengenal perbedaan banyak sedikit, Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10, dengan langkah-langkah sebagai berikut:Hari/tgl: Sabtu, 2 Maret 2013Tema: Air, udara, apiSubtema: Udara, api1) Kegiatan Awala) Mengecek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat duduk anak.b) Guru mengucapkan salamc) Guru bersama anak membaca doad) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang akan diberikan kepada anak.e) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak2) Kegiatan Intia) Guru menyiapkan balon, gambar, kartu angka. b) Guru menerangkan cara permainanc) Guru menanyakan penambahan dan pengurangan melalui nyanyian.d) Guru meminta 2 orang anak melakukan permainan.e) Anak meletakkan kartu angka sesuai hasil penjumlahan dan pengurangan.f) Guru menyebutkan perbedaan banyak sedikit dari permainan balon angka.g) Guru memberikan motivasi pada anak dan memberikan bimbingan kepada anak yang belum mampu melakukan permainan.3) Kegiatan Akhira) Guru mengadakan tanya jawab untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan anak.b) Guru mendiskusikan dengan anak tentang kegiatan pembelajaran.c) Guru mengakhiri pembelajaran dengan bertepuk tangan.d) Doa, nyanyi, salam dan pulangc. Observasi Pada tahap penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan teman sejawat dalam mengamati dan mencatat pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi format observasi, format wawancara, serta format penilaian pada tiap-tiap pertemuan.d. RefleksiSetelah diadakan perencanaan, tindakan, dan pengamatan lalu peneliti melakukan refleksi, ternyata pada siklus I dengan pertemuan I, pertemuan II, pertemuan III masih ada anak yang belum mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10. Adapun kelemahan-kelemahan yang di alami yaitu: anak kurang konsentrsai dalam melakukan kegiatan, kurangnya variasi dalam melakukan kegiatan.Untuk mengatasi hal demikian guru harus bisa mengalihkan konsentrasi anak disaat melakukan kegiatan dan melakukan kegiatan yang bervariasi yaitu dengan melakukan permainan balon angka menjadi bentuk perlombaan, kelompok yang duluan meletakkan kartu angka pada balon sesuai jumlah gambar yang diperlihatkan guru, maka anak tersebut yang akan menjadi pemenangnya. Standar kriteria ketuntasan minimal sebesar 75% belum tercapai pada siklus I yang hanya mencapai 50%, jadi peneliti melanjutkan penelitian pada Siklus II pertemuan I, pertemuan II dan pertemuan IIITabel 4Hasil Observasi Kemampuan Berhitung Anak Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I Pertemuan I (setelah tindakan)No Aspek Nilai

Sangat tinggi Tinggi Rendah

Jumlah Anak %Jumlah Anak %Jumlah Anak %

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan633844423

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.739633528

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.633844422

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10 528739633

Rata-rata633739528

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat kemampuan berhitung anak pada proses pembelajaran Siklus I pertemuan I setelah tindakan pada kegiatan balon angka mulai ada kemajuan, dimana persentase jumlah anak dalam kategori sangat tinggi pada aspek 1 (membilang/menyebutkan urutan bilangan) mencapai 33% atau 6 orang dari 18 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 44% atau 8 orang dari 18 orang anak, sedangkan untuk kategori rendah 23% atau 4 orang dari 18 orang anak. Untuk aspek 2 (Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) terlihat untuk kategori anak yang sangat tinggi hanya 39% atau 7 orang dari 18 orang anak, sedangkan kategori tinggi 33% atau 6 orang dari 18 orang anak, dan 28% atau 5 orang dari 18 orang anak untuk kategori rendah.

Aspek 3 (Mengenal perbedaan banyak sedikit), kategori sangat tinggi hanya 33% atau 6 orang dari 18 orang anak, kategori tinggi 44% atau 8 orang dari 18 orang anak, dan kategori rendah mencapai 22% atau 4 orang dari 18 orang anak. Aspek 4 (Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10), untuk kategori sangat tinggi hanya 28% atau 5 orang dari 18 orang anak, kategori tinggi 39% atau 7 orang dari 18 orang anak, dan kategori rendah mencapai 33% atau 6 orang dari 18 orang anak. Dan bila diambil jumlah rata-rata anak untuk kategori sangat tinggi adalah 33% atau 6 orang dari 18 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 39% atau 7 orang dari 18 orang anak, dan jumlah rata-rata untuk kategori rendah 28% atau 5 orang dari 18 orang anak.Untuk lebih jelasnya perkembangan berhitung anak pada Siklus I pertemuan I setelah tidakan dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik 2Kemampuan Berhitung Anak Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I Pertemuan I (setelah tindakan)

Tabel 5Hasil Observasi Kemampuan Berhitug Anak Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I Pertemuan II (setelah tindakan)No Aspek Nilai

Sangat tinggi Tinggi Rendah

Jumlah Anak %Jumlah Anak %Jumlah Anak %

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan739739423

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.739844317

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.633950317

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10 528739633

Rata-rata633844423

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat kemampuan berhitung anak pada proses pembelajaran Siklus I pertemuan II setelah tindakan pada kegiatan balon angka mulai ada kemajuan, dimana persentase jumlah anak dalam kategori sangat tinggi pada aspek 1 (membilang/menyebutkan urutan bilangan) mencapai 39% atau 7 orang dari 18 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 39% atau 7 orang dari 18 orang anak, sedangkan untuk kategori rendah 23% atau 4 orang dari 18 orang anak. Untuk aspek 2 (Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) terlihat untuk kategori anak yang sangat tinggi hanya 39% atau 7 orang dari 18 orang anak, sedangkan kategori tinggi 44% atau 8 orang dari 18 orang anak, dan 17% atau 3 orang dari 18 orang anak untuk kategori rendah. Aspek 3 (Mengenal perbedaan banyak sedikit), kategori sangat tinggi hanya 33% atau 6 orang dari 18 orang anak, kategori tinggi 50% atau 9 orang dari 18 orang anak, dan kategori rendah mencapai 17% atau 3 orang dari 17 orang anak. Aspek 4 (Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10), untuk kategori sangat tinggi hanya 28% atau 5 orang dari 18 orang anak, kategori tinggi 39% atau 7 orang dari 18 orang anak, dan kategori rendah mencapai 33% atau 6 orang dari 18 orang anak. Dan bila diambil jumlah rata-rata anak untuk kategori sangat tinggi adalah 33% atau 6 orang dari 18 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 44% atau 8 orang dari 18 orang anak, dan jumlah rata-rata untuk kategori rendah 23% atau 4 orang dari 18 orang anak.Untuk lebih jelasnya perkembangan berhitung anak pada Siklus I pertemuan II setelah tidakan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 3Kemampuan Berhitung Anak Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I Pertemuan II (setelah tindakan)

Tabel 6Hasil Observasi Kemampuan Berhitung Anak Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I Pertemuan III (setelah tindakan)No Aspek Nilai

Sangat tinggi Tinggi Rendah

Jumlah Anak %Jumlah Anak %Jumlah Anak %

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan950528423

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.844844212

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.739844317

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10 633633634

Rata-rata739739422

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat kemampuan berhitung anak pada proses pembelajaran Siklus I pertemuan III setelah tindakan pada kegiatan balon angka mulai ada kemajuan, dimana persentase jumlah anak dalam kategori sangat tinggi pada aspek 1 (membilang/menyebutkan urutan bilangan) mencapai 50% atau 9 orang dari 18 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 28% atau 5 orang dari 18 orang anak, sedangkan untuk kategori rendah 23% atau 4 orang dari 18 orang anak. Untuk aspek 2 (Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) terlihat untuk kategori anak yang sangat tinggi hanya 44% atau 8 orang dari 18 orang anak, sedangkan kategori tinggi 44% atau 8 orang dari 18 orang anak, dan 12% atau 2 orang dari 18 orang anak untuk kategori rendah. Sedangkan untuk aspek 3 (Mengenal perbedaan banyak sedikit), kategori sangat tinggi hanya 39% atau 7 orang dari 18 orang anak, kategori tinggi 44% atau 8 orang dari 18 orang anak, dan kategori rendah mencapai 17% atau 3 orang dari 18 orang anak. Aspek 4 (Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10), untuk kategori sangat tinggi hanya 33% atau 6 orang dari 18 orang anak, kategori tinggi 33% atau 6 orang dari 18 orang anak, dan kategori rendah mencapai 34% atau 6 orang dari 18 orang anak. Dan bila diambil jumlah rata-rata anak untuk kategori sangat tinggi adalah 39% atau 7 orang dari 18 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 39% atau 7 orang dari 18 orang anak, dan jumlah rata-rata untuk kategori rendah 22% atau 4 orang dari 18 orang anak.Untuk lebih jelasnya perkembangan berhitung anak pada Siklus I pertemuan III setelah tidakan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 4Kemampuan Berhitung Anak Dalam Proses Pembelajaran PadaSiklus I Pertemuan III (setelah tindakan)

Tabel 7Rangkuman Hasil Observasi Kemampuan Berhitung Anak Dalam Proses pembelajaran Pada Siklus I (setelah tindakan)

NoAspek Pertemuan IPertemuan IIPetemuan III

Jumlah Anak 16Jumlah Anak 16Jumlah Anak 16

ST T R ST T R ST T R

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan684774954

%334423393923502823

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.765783882

%393328394417444412

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.684693783

%334422335017394417

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10576576666

%283933283933333334

Persentase Rata-rata Siklus I333928334423397744

Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan bahwa persentase rata-rata pada Siklus I pertemuan I dengan nilai sangat tinggi 33%, nilai tinggi 39% dan nilai rendah 28%. Pada pertemuan II rata-rata persentase nilai sangat tinggi 33%, nilai tinggi 44% dan nilai rendah 23% sedangkan pada pertemuan III rata-rata persentase nilai sangat tinggi 39%, nilai tinggi 39% dan nilai rendah 22%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 5Kemampuan Berhitung anak dalam proses pembelajaranPada Siklus I pertemuan I, II dan III

Tabel 9Hasil Wawancara Anak Dalam Proses PembelajaranPada Siklus I (setelah tindakan)NoPertanyaanJawaban

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan10 anak dapat (f) 62%

6 anak tidak dapat (f) 38%

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.8anak bisa (f) 50%

8 anak tidak bisa (f) 50%

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.7 anak menjawab ya (f) 44%

9 anak menjawab tidak (f) 56%

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 107 anak bisa (f) 44%

9 anak tidak bisa (f) 56%

Pada pertanyaan pertama apakah anak dapat membilang/menyebutkan urutan bilangan dinyatakan 62% anak dapat, 38% anak tidak dapat. Untuk pertanyaan yang kedua 50% anak bisa mengenal perbedaan banyak sedikit dan 50% anak menjawab tidak. Sedangkan untuk pertanyaan ketiga 44% anak dapat mengenal perbedaan banyak sedikit dan 56% anak tida dapat mengenal perbedaan banyak sedikit. Untuk pertanyaan keempat 56% anak menemui kesulitan mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10 dan 44% anak tidak menemui kesulitan.

3. Siklus IISiklus II dilaksanakan dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 13 september 2011, pertemuan kedua pada tanggal 14 September 2011, pertemuan ketiga pada tanggal 15 September 2011. Deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan I sampai III sebagai berikut:a. PerencanaanUntuk memperbaiki kelemahahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pelaksanaan siklus kedua di buat rencana sebagai berikut:1) Membuat rencana pembelajaran yang lebih menarik lagi, dengan melakukan kegiatan pembelajaran berhitung yang lebih membangun motivasi anak dalam kegiatan pembelajaran berhitung melalui permainan memancing dengan perlombaan.2) Lebih intensif membimbing anak yang masih mengalami kesulitan.b. Tindakan Peneliti melalakukan penelitian dimulai dengan menyusun program pembelajaran yang mendiskusikan permainan yang akan dilombakan pada anak.Pertemuan IDilakukan pada hari Senin, 4 Maret 2013, peneliti melakukan permainan ini untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak dalam bentuk perlombaan. Pada pertemuan ini aspek yang dinilai yaitu membilang/menyebutkan urutan bilangan dengan langkah-langkah sebagai berikut:Hari/tgl : Senin, 4 Maret 2013Tema : Air, udara, apiSubtema: Udara, api1. Kegiatan Awala) Mengecek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat duduk anak.b) Guru mengucapkan salam kepada anakc) Guru bersama anak membaca doa2. Guru mengadakan tanya jawab dengan anak tentang rumah3. Kegiatan Intia) Guru menjelaskan cara permainan congklak wadah telur.b) Guru mengajak anak lomba memasukkan kancing baju ke dalam congklak wadah telur sesuai dengan kartu angka yang di pegang guru.c) Anak melakukan permainan(1) Anak memasukkan kancing baju sesuai dengan angka yang di pegang guru.(2) Anak membilang hasil congklak.d) Guru dan anak bersama-sama membilang hasil congklak.e) Guru memberi motivasi pada anak.

4. Kegiatan Akhira) Guru mengadakan tanya jawab untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan anak.b) Diskusi kegiatan hari ini.c) Doa, nyanyi, salam dan pulang.Pertemuan II Dilakukan pada hari Rabu, 14 September 2011, peneliti melakukan permainan ini untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak. Pada pertemuan ini aspek yang dinilai yaitu, Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda, dengan langkah-langkah sebagai berikut:Hari/tgl: Rabu, 14 September 2011Tema: LingkungankuSubtema: Rumah1. Kegiatan Awala. Mengecek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat duduk anak.b. Guru mengucapkan salam kepada anakc. Guru bersama anak membaca doad. Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang akan diberikan kepada anak.e. Guru mengadakan tanya jawab dengan anak tentang subtema

4. Kegiatan Intia. Guru menyediakan kartu angka dan bahan permainan congklak wadah telur.b. Guru membagi anak menjadi 2 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang.c. Guru menerangkan cara perlombaan antar kelompok kepada anakd. Anak mulai melakukan perlombaan congklak wadah telur dengan bekerja sama dengan teman kelompoknya.e. Anak memasukkan kancing ke dalam congklak wadah telur sesuai dengan kartu yang di dapat anak.f. Kelompok yang duluan menyelesaikan dan benar melakukan permainan ialah pemenangnya dan kelompok lain memberi ucapan selamat dan salamg. Kelompok yang paling lama menyelesaikan permainan dan melalukan kesalahan dalam permainan congklak wadah telur di beri hukuman nyanyi.5. Kegiatan Akhira. Guru mengadakan tanya jawab untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan anak.b. Diskusi kegiatan hari ini.c. Doa, nyanyi, salam dan pulang.

Pertemuan IIIDilakukan pada hari Kamis, 15 September 2011, peneliti melakukan permainan ini untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak. Pada pertemuan ini aspek yang dinilai yaitu, mengenal perbedaan banyak sedikit, Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10, dengan langkah-langkah sebagai berikut:Hari/tgl : Kamis, 15 September 2011Tema: Lingkunganku Subtema: Rumah1. Kegiatan Awala. Mengecek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat duduk anak.b. Guru mengucapkan salamc. Guru bersama anak membaca doad. Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang akan diberikan kepada anak.e. Guru mengadakan tanya jawab kepada anak2. Kegiatan Intia. Guru mempersiapkan congklak wadah telur.b. Guru menerangkan cara permainan.c. Guru mengajak anak duduk melingkard. Setiap anak memiliki congklak wadah telure. Guru menanyakan penambahan dan pengurangan melalui ceritaf. Anak melakukan perintah guru melalui cerita sambil menambah dan mengurangi kancing baju yang ada di congklak.g. Guru memberi pujian bagi anak yang dapat melakukan penambahan dan pengurangan.3. Kegiatan Akhira. Guru mengadakan tanya jawab untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan anak.b. Guru mendiskusikan dengan anak tentang kegiatan pembelajaran.c. Guru mengakhiri pembelajaran dengan bertepuk tangan.d. Doa, nyanyi, salam dan pulangc. Observasi Pada tahap penelitian ini peneliti bekerja sama dengan teman sejawat dalam mengamati dan mencatat pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi format observasi, format wawancara, serta format penilaian pada tiap-tiap pertemuan.d. RefleksiSetelah diadakan perencanaan, tindakan, dan pengamatan lalu peneliti melakukan refleksi, ternyata pada siklus II dengan pertemuan I, pertemuan II, pertemuan III sudah ada peningkatan pada kemampuan kognitif anak dalam permainan acak geometri.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Siklus II Pertemuan I, II dan III sebagai berikut:

Tabel 10Hasil Observasi Kemampuan Berhitung Anak Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II Pertemuan I (setelah tindakan)

No Aspek Nilai

Sangat tinggi Tinggi Rendah

Jumlah Anak %Jumlah Anak %Jumlah Anak %

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan1275212,5212,5

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.1062212425

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.956319425

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10850319531

Rata-rata1061216423

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat kemampuan berhitung anak pada proses pembelajaran Siklus II pertemuan I setelah tindakan pada kegiatan mengelompokan congklak wadah telur mulai ada kemajuan, dimana persentase jumlah anak dalam kategori sangat tinggi pada aspek 1 (membilang/menyebutkan urutan bilangan) mencapai75% atau 12 orang dari 16 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 12% atau 2 orang dari 16 orang anak, sedangkan untuk kategori rendah 12% atau 2 orang dari 16 orang anak. Untuk aspek 2 (Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) terlihat untuk kategori anak yang sangat tinggi hanya 62% atau 10 orang dari 16 orang anak, sedangkan kategori tinggi 12% atau 2 orang dari 16 orang anak, dan 25% atau 4 orang dari 16 orang anak untuk kategori rendah.

Untuk aspek 3 (Mengenal perbedaan banyak sedikit), kategori sangat tinggi hanya 56% atau 9 orang dari 16 orang anak, kategori tinggi 19% atau 3 orang dari 16 orang anak, dan kategori rendah mencapai 25% atau 4 orang dari 16 orang anak. Aspek 4 (Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10), untuk kategori sangat tinggi hanya 50% atau 8 orang dari 16 orang anak, kategori tinggi 19% atau 3 orang dari 16 orang anak, dan kategori rendah mencapai 31% atau 5 orang dari 16 orang anak. Dan bila diambil jumlah rata-rata anak untuk kategori sangat tinggi adalah 61% atau10 orang dari 16 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 16% atau 2 orang dari 16 orang anak, dan jumlah rata-rata untuk kategori rendah 23% atau 4 orang dari 16 orang anak.Untuk lebih jelasnya perkembangan berhitung anak pada Siklus II pertemuan I setelah tidakan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 6Kemampuan Berhitung Anak dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II Pertemuan I (setelah tindakan)

Tabel 11Hasil Observasi Kemampuan Berhitung Anak Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II Pertemuan II (setelah tindakan)

No Aspek Nilai

Sangat tinggi Tinggi Rendah

Jumlah Anak %Jumlah Anak %Jumlah Anak %

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan14881616

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.14881616

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.1063212425

4mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 101063212425

Rata-rata127529316

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat kemampuan berhitung anak pada proses pembelajaran Siklus II pertemuan II setelah tindakan pada kegiatan mengelompokan congklak wadah telur mulai ada kemajuan, dimana persentase jumlah anak dalam kategori sangat tinggi pada aspek 1 (membilang/menyebutkan urutan bilangan) mencapai 88% atau 14 orang dari 16 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 6% atau 1 orang dari 16 orang anak, sedangkan untuk kategori rendah 6% atau 1 orang dari 16 orang anak. Untuk aspek 2 (Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) terlihat untuk kategori anak yang sangat tinggi hanya 88% atau 14 orang dari 16 orang anak, sedangkan kategori tinggi 6% atau 1 orang dari 16 orang anak, dan 6% atau 1 orang dari 16 orang anak untuk kategori rendah. Untuk aspek 3 (Mengenal perbedaan banyak sedikit), kategori sangat tinggi hanya 63% atau 10 orang dari 16 orang anak, kategori tinggi 12% atau 2 orang dari 16 orang anak, dan kategori rendah mencapai 25% atau 4 orang dari 16 orang anak. Aspek 4 (Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10), untuk kategori sangat tinggi hanya 63% atau 10 orang dari 16 orang anak, kategori tinggi 12% atau 2 orang dari 16 orang anak, dan kategori rendah mencapai 25% atau 4 orang dari 16 orang anak. Dan bila diambil jumlah rata-rata anak untuk kategori sangat tinggi adalah 75% atau12 orang dari 16 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 9% atau 2 orang dari 16 orang anak, dan jumlah rata-rata untuk kategori rendah 16% atau 3 orang dari 16 orang anak.Untuk lebih jelasnya perkembangan berhitung anak pada Siklus II pertemuan II setelah tidakan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 7Kemampuan Berhitung Anak dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II Pertemuan II (setelah tindakan)

Tabel 13Hasil Observasi Kemampuan Berhitung Anak Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II Pertemuan III (setelah tindakan)

No Aspek Nilai

Sangat tinggi Tinggi Rendah

Jumlah Anak %Jumlah Anak %Jumlah Anak %

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan159416--

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.1488212--

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.1488212--

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10 1275212,5212,5

Rata-rata148621113

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat kemampuan berhitung anak pada proses pembelajaran Siklus II pertemuan I setelah tindakan pada kegiatan mengelompokan congklak wadah telur mulai ada kemajuan, dimana persentase jumlah anak dalam kategori sangat tinggi pada aspek 1 (membilang/menyebutkan urutan bilangan) mencapai 94% atau 15 orang dari 16 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 6% atau 1 orang dari 16 orang anak, sedangkan tidak ada anak untuk kategori rendah. Untuk aspek 2 (Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) terlihat untuk kategori anak yang sangat tinggi hanya 88 atau 14 orang dari 16 orang anak, sedangkan kategori tinggi 12% atau 2 orang dari 16 orang anak, dan tidak ada anak untuk kategori rendah. Aspek 3 (Mengenal perbedaan banyak sedikit), kategori sangat tinggi hanya 88% atau 14 orang dari 16 orang anak, kategori tinggi 12% atau 2 orang dari 16 orang anak, dan kategori rendah tidak ada anak. Apek 4 (Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10), untuk kategori sangat tinggi hanya 75% atau 12 orang dari 16 orang anak, kategori tinggi 12,5% atau 2 orang dari 16 orang anak, dan kategori rendah mencapai 12,5% atau 2 orang dari 16 orang anak. Dan bila diambil jumlah rata-rata anak untuk kategori sangat tinggi adalah 86% atau13 orang dari 16 orang anak, sedangkan untuk kategori tinggi 11% atau 2 orang dari 16 orang anak, dan jumlah rata-rata untuk kategori rendah 3% atau 1 orang dari 16 orang anak.Untuk lebih jelasnya perkembangan berhitung anak pada Siklus II pertemuan III setelah tidakan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 8Kemampuan Berhitung Anak dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II Pertemuan III (setelah tindakan)

Tabel 14Rangkuman Hasil Observasi Kemampuan Berhitung Anak dalam Proses pembelajaran Pada Siklus II (setelah tindakan)

Aspek Pertemuan IPertemuan IIPetemuan III

Jumlah Anak 16Jumlah Anak 16Jumlah Anak 16

ST T R ST T R ST T R

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan12221411151-

%7512128866946-

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.10241411142-

%62121588668812-

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.9341024142-

%5619256312258812-

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 1083510241222

%5019316312257512,512,5

Persentase Rata-rata Siklus II6116237591686113

Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan bahwa persentase rata-rata pada Siklus II pertemuan I dengan nilai sangat tinggi 61%, nilai tinggi 16% dan nilai rendah 23%. Pada pertemuan II rata-rata persentase nilai sangat tinggi 75%, nilai tinggi 9% dan nilai rendah 16% sedangkan pada pertemuan III rata-rata persentase nilai sangat tinggi 86%, nilai tinggi 11% dan nilai rendah 3%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 9Kemampuan Berhitung anak dalam proses pembelajaranPada Siklus II pertemuan I, II dan III

Tabel 16Hasil Wawancara Anak Dalam Proses PembelajaranPada Siklus I (setelah tindakan)NoPertanyaanJawaban

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan15 anak dapat (f) 94%

1 anak tidak dapat (f) 6%

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.14anak bisa (f) 88%

2 anak tidak bisa (f) 12%

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.14 anak menjawab ya (f) 88%

2 anak tidak bisa (f) 25%

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 1012 anak bisa (f) 75%

4 anak tidak bisa (f) 25%

Pada pertanyaan pertama apakah anak dapat membilang/menyebutkan urutan bilangan dinyatakan 94% anak dapat, 6% anak tidak dapat. Untuk pertanyaan yang kedua 88% anak bisa mengenal perbedaan banyak sedikit dan 12% anak menjawab tidak. Sedangkan untuk pertanyaan ketiga 88% anak dapat mengenal perbedaan banyak sedikit dan 12% anak tidak dapat mengenal perbedaan banyak sedikit. Untuk pertanyaan keempat 75% anak menemui kesulitan mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10 dan 25% tidak menemui kesulitan.

B. Analisis Data1. Analisis Siklus IBerdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada Siklus I didasarkan pada kemampuan anak terhadap permainan congklak wadah telur dan hasil penilaian anak dapat diperoleh kesimpulan bahwa Siklus I belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari persentase rata-rata anak dari indikator yang telah ditetapkan yaitu, pada pertemuan I nilai tinggi 30%, nilai sedang 34% dan nilai rendah 36%. Pada pertemuan II nilai tinggi 41%, nilai sedang 25% dan nilai rendah 34%. Sedangkan pada pertemuan III nilai tinggi 50%, nilai sedang 25% dan nilai rendah 25%. Dalam hal ini berarti permainan congklak wadah telur belum optimal dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak. Diharapkan pada permainan conhklak wadah telur dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak minimal 75%.2. Analisis Siklus IIBerdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada Siklus II jumlah anak yang memperoleh rata-rata tinggi meningkat dan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari persentase rata-rata pertemuan III Siklus III yaitu 86%. Ini berarti permainan congklak wadah telur dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak di TK Nurul Halim melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%.

3. Analisis Hasil ObservasiPermainan congklak wadah telur untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak nilai rata-rata yang diperoleh dari pencapaian keseluruahan sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Peningkatan kemampuan berhitung anak melalui permainan congklak wadah telur di TK Nurul Halim Padang terjadi peningkatan mulai dari Kondisi awal, Siklus I dan Siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini:Tabel 17Persentase perkembangan kemampuan berhitung anak melalui permainan congklak wadah telur pada proses pembelajaran (kategori sangat tinggi)

NoAspek Sebelum tindakanSiklus ISiklus IIKeterangan

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan385485Naik

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.254077Naik

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.123369Naik

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10123463Naik

Nilai rata-rata224073Naik

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata persentase perkembangan kemampuan berhitung anak pada proses pembelajaran dengan nilai sangat tingi mengalami peningkatan dimana sebelum tindakan rata-rata persentasenya 22%, pada siklus I 40% dan pada siklus II 73%. Sesuai dengan tabel di atas dapat dilihat grafik sebagai berikut:

Grafik 9 Persentase perkembangan kemampuan Berhitung anak melalui permainan congklak wadah telur pada proses pembelajaran (kategori sangat tinggi)Tabel 18Persentase perkembangan kemampuan berhitung anak melalui permainan congklak wadah telur pada proses pembelajaran (kategori tinggi)

NoAspek Sebelum tindakanSiklus ISiklus IIKeterangan

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan31278Menurun

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.312710Menuun

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.383314Menurun

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10312514Menurun

Nilai rata-rata332812Menurun

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata persentase perkembangan kemampuan berhitung anak pada proses pembelajaran dengan nilai tingi mengalami penurunan dimana sebelum tindakan rata-ratanya 33%, pada Siklus I rata-ratanya 28% dan pada Siklus II rata-ratanya 12%. Sesuai tabel di atas dapat dilihat grafik sebagai berikut:

Grafik 10Persentase perkembangan kemampuan berhitung anak melalui permainan congklak wadah telur pada proses pembelajaran (kategori tinggi)

Tabel 18Persentase perkembangan kemampuan berhitung anak melalui permainan congklak wadah telur pada proses pembelajaran (kategori rendah)NoAspek Sebelum tindakanSiklus ISiklus IIKeterangan

1Membilang/menyebutkan urutan bilangan31196Menurun

2Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda.443410Menuun

3Mengenal perbedaan banyak sedikit.503417Menurun

4Mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10574223Menurun

Nilai rata-rata453214Menurun

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata persentase perkembangan kemampuan berhitung anak pada proses pembelajaran dengan nilai rendah mengalami penurunan dimana sebelum tindakan rata-ratanya 45%, pada Siklus I rata-ratanya 32% dan pada Siklus II rata-ratanya 14%. Sesuai tabel di atas dapat dilihat grafik sebagai berikut:

Grafik 11Persentase perkembangan kemampuan Berhitung anak melalui permainan congklak wadah telur pada proses pembelajaran (kategori rendah)

C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak melalui permainan congklak wadah telur di TK Nurul Halim Padang, diperlukan pembahasan guna menjelaskan dan memperdalam kajian dalam penelitian ini.

Pada kondisi awal diperoleh kemampuan berhitung anak masih rendah, dimana sebagian besar anak di kelas B4 TK Nurul Halim Padang mengalami kesulitan ketika diadakan kegiatan pemelajaran berhitung, hal ini karena kurangnya pengelolaan kegiatan belajar sambil bermain sehingga pembelajaran berhitung tidak menyenangkan bagi anak. Horlock dalam Musfiroh (2005:1) menyatakan bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan demi kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, kegiatan tersebut dilakukan dengan suka rela bukan paksaan atau tekanan dari luar. Setelah melihat kondisi awal tentang kemampuan berhitung anak TK Nurul Halim Padang, peneliti melakukan tindakan pembelajaran berhitung melalui permainan, hal ini didukung oleh Suyanto (2005:133) yang menyatakan bahwa pembelajaran anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain dan bernyanyi.Dari kondisi yang ada dan pendapat para ahli di atas, penelitian melakukan tindakan perbaikan pembelajaran berhitung melalui permainan congklak wadah telur dalam bentuk yang konkret, dimana pada siklus I peneliti melakukan kegiatan congklak dan membilang kancing baju sesuai dengan angka yang tertera pada wadah telur, mengenal perbedaan banyak dan sedikit, melakukan penambahan dan pengurangan. Hal ini didukung oleh pendapat Wasty Soemanto dalam Yuliani (2005:2.6) yang menyatakan bahwa pada usia 4-6 tahun yaitu masa belajar matematika, dalam hal ini anak sudah mulai belajar matematika sederhana, seperti menyebutkan bilangan, menghitung urutan bilangan, dan penguasaan jumlah kecil dari benda-benda. Hal ini juga di dukung pendapat Bronson dalam Musfiroh (2005:117) menjelaskan bahwa mempelajari konsep matematika melalui kegiatan berhitung benda konkret, menghubungkan jumlah dengan lambang angka dan mengembangkan konsep menambah serta pengurangan. Sehingga pada siklus I terdapat peningkatan kemampuan berhitung di banding pada kondisi awal.Untuk mencapai hasil yang optimal peneliti melakukan pembelajaran yang lebih menarik lagi pada siklus II melalui kegiatan permainan lomba sehingga terlihat peningkatan keberhasilan menggunakan alat permainan congklak wadah telur dalam pembelajaran berhitung pada anak.Berdasarkan tingkatan penelitian siklus I dan siklus II dapat dijabarkan rata-rata keberhasilan anak sebagai berikut:1. Sikap positif anak dalam mengikuti kegiatan ada peningkatan, dari kondisi awal rata-rata 50%, pada pertemuan ketiga siklus II rata-ratanya naik menjadi 81%. Sedangkan positif yang rendah berkurang dari rata-rata 25% menjadi 6%.2. Ditinjau dari aktifitas guru, pembelajaran pada siklus II sudah berjalan dengan baik dan berhasil.3. Kemampuan anak melalui permainan congklak wadah telur meningkat dapat dilihat pada uraian berikut:a. Anak dapat membilang/menyebutkan urutan bilangan dari kondisi awal nilai kemampuan sangat tinggi dari 38% pada pertemuan ketiga siklus II meningkat menjadi 94%.b. Anak dapat mengenal konsep bilangan dengan benda-benda dari kondisi awal nilai sangat tinggi 25% pada pertemuan ketiga siklus II meningkat menjadi 88%.c. Anak dapat mengenal perbedaan banyak sedikit dari kondisi awal nilai kemampuan sangat tinggi 12% pada pertemuan ketiga siklus II meningkat menjadi 88%.d. Anak dapat mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda dari kondisi awal nilai kemampuan sangat tinggi 12% pada pertemuan ketiga siklus II meningkat menjadi 75%.Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa permainan congklak wadah telur untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak nilai rata-rata yang diperoleh dari pencapaian keseluruahan sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Peningkatan kemampuan berhitung anak melalui permainan congklak wadah telur di TK Nurul Halim Padang terjadi peningkatan mulai dari Kondisi awal, Siklus I dan Siklus II. Hal ini terlihat dari persentase rata-rata pertemuan III Siklus II yaitu 86%. Ini berarti permainan congklak wadah telur dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Nurul Halim Padang melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ) 75%.

BAB VPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan pada bab-bab sebelumnya sebagai berikut:1. Kemampuan berhitung anak dalam proses pembelajaran dapat meningkat dengan menggunakan permainan congklak wadah telur pada anak kelompok B4 TK Nurul Halim Padang.2. Dalam permainan congklak wadah telur kemampuan yang dicapai yaitu anak dapat membilang/menyebutkan urutan bilangan, mengenal konsep bilangan dengan benda-benda, mengenal perbedaan banyak sedikit, mengetahui hasil penambahan dan pengurangan dengan benda-benda sampai 10. 3. Permainan congklak wadah telur dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak.4. Alat permainan congklak wadah telur cocok digunakan pada usia TK, karena sesuai dengan prinsip bermain di TK.5. Melalui permainan congklak wadah telur dapat memberikan pengaruh yang cukup memuaskan untuk meningkatkan hasil belajar anak, dengan adanya peningkatan setiap Siklus.6. Perlunya merangsang kemampuan berhitung anak pada usia dini.7. Alat permainan sangat penting bagi perkembangan anak.

80B. Implikasi Berdasarkan hasil dan tinjauan kajian teoritis maka implikasi penelitian ini adalah:1. Selama ini wadah telur hanya digunakan untuk tempat telur dan terkadang di buang saja. Setelah penelitian, ditemukan bahwa wadah telur dapat dimodifikasi menjadi permainan congklak yang meningkatkan kemampuan berhitung anak.2. Aplikasi permainan congklak wadah telur ini memudahkan guru dalam mengembangkan pembelajaran berhitung. Karena permainannya menarik dan memudahkan guru dalam mengembangkan kemampuan berhitung anak.C. Saran Berdasarkan dari uraian kesimpulan di atas ada beberapa saran yang ingin penulis uraikan sebagai berikut:1. Agar pembelajaran lebih menarik perhatian dan minat anak hendaknya guru lebih kreatif menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.2. Untuk penyelenggaraan TK hendaknya mampu menyediakan alat peraga yang mampu menunjang perkembangan anak.3. Dalam pembelajaran guru harus mampu menciptakan srategi pembelajaran agar anak tidak bosan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai.4. Bagi peneliti yang lain diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berhitung anak melalui metode dan media yang lain.