guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

24
1 GURU PROFESIONAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN DASAR Oleh Novan Ardy Wiyani Moh. Shofi Mubarok Muhamad Yusuf 1 Abstrak Tulisan ini mengkaji tentang kegiatan manajerial guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendidikan dasar. Berdasarkan hasil pembahasan dapat diketahui bahwa ada lima kegiatan manajerial yang dilakukan oleh guru profesional dalam pengembangan kurikukum. Pertama, guru merancang pembelajaran yang efektif dan bermakna. Kedua, guru mengorganisasikan pembelajaran. Ketiga, guru memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Keempat, guru melaksanakan pembelajaran sebagai upaya pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik yang telah direncanakan. Kelima, guru menetapkan kriteria keberhasilan. Sementara itu ada tiga kegiatan manajerial yang dilakukan oleh guru pada sistem penilaian pendidikan dasar. Pertama, merancang penilaian hasil belajar peserta didik. Kedua, melaksanakan penilaian hasil belajar. Ketiga, memanfaatkan hasil penilaian belajar peserta didik. Kata kunci : guru, profesional, kurikulum, penilaian. Pendahuluan Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya raya akan sumber daya alam (SDA). Indonesia menjadi negara penghasil SDA dunia yang memiliki 325-350 jenis flora dan faona. Sementara itu dalam hal sumber daya manusia (SDM), penduduk Indonesia sudah mencapai 220 juta jiwa. Namun siapa sangka pada tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat SDM ke 112 dari 127 negara. 2 Jauh sebelumnya, Indonesia pada tahun 1996 berada pada peringkat 102 dari 174 negara di dunia. Ternyata belum ada peningkatan kualitas SDM Indonesia yang signifikan sejak tahun 1996 hingga 2007. Bahkan pada tahun 2007 1 Penulis adalah mahasiswa S3 pada Program Studi Ilmu Pendidikan, Konsentrasi Manajemen Pendidikan, Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung. 2 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Suatu Panduan Praktis, (Bandung : Rosda, 2009), hlm. 3.

Upload: imam-asyrofy-al-ambony

Post on 05-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

1

GURU PROFESIONAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN

SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN DASAR

Oleh

Novan Ardy Wiyani

Moh. Shofi Mubarok

Muhamad Yusuf1

Abstrak

Tulisan ini mengkaji tentang kegiatan manajerial guru profesional dalam

pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendidikan dasar. Berdasarkan

hasil pembahasan dapat diketahui bahwa ada lima kegiatan manajerial yang

dilakukan oleh guru profesional dalam pengembangan kurikukum. Pertama, guru

merancang pembelajaran yang efektif dan bermakna. Kedua, guru

mengorganisasikan pembelajaran. Ketiga, guru memilih dan menentukan

pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Keempat, guru

melaksanakan pembelajaran sebagai upaya pembentukan kompetensi dan karakter

peserta didik yang telah direncanakan. Kelima, guru menetapkan kriteria

keberhasilan. Sementara itu ada tiga kegiatan manajerial yang dilakukan oleh guru

pada sistem penilaian pendidikan dasar. Pertama, merancang penilaian hasil

belajar peserta didik. Kedua, melaksanakan penilaian hasil belajar. Ketiga,

memanfaatkan hasil penilaian belajar peserta didik.

Kata kunci : guru, profesional, kurikulum, penilaian.

Pendahuluan

Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya raya akan sumber daya alam

(SDA). Indonesia menjadi negara penghasil SDA dunia yang memiliki 325-350

jenis flora dan faona. Sementara itu dalam hal sumber daya manusia (SDM),

penduduk Indonesia sudah mencapai 220 juta jiwa. Namun siapa sangka pada

tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat SDM ke 112 dari 127 negara.2

Jauh sebelumnya, Indonesia pada tahun 1996 berada pada peringkat 102

dari 174 negara di dunia. Ternyata belum ada peningkatan kualitas SDM

Indonesia yang signifikan sejak tahun 1996 hingga 2007. Bahkan pada tahun 2007

1 Penulis adalah mahasiswa S3 pada Program Studi Ilmu Pendidikan, Konsentrasi

Manajemen Pendidikan, Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung. 2 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Suatu Panduan Praktis, (Bandung :

Rosda, 2009), hlm. 3.

Page 2: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

2

tersebut posisi Indonesia berada di bawah Malaysia (peringkat 61), Thailand

(peringkat 73), Filiphina (peringkat 84), dan Vietnam (peringkat 108).3

Hal di atas sungguh ironis, mengingat pada tahun-tahun tersebut telah

berjalan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang

dicanangkan oleh pemerintah RI sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas

SDM Indonesia sejak tahun 1994. Program tersebut merupakan kelanjutan dari

program wajib belajar pendidikan dasar enam tahun yang dicanangkan oleh

pemerintah sejak tahun 1984.4

Bahkan lebih ironis lagi karena berarti hingga kini program sertifikasi guru

yang berlangsung sejak tahun 2005 setelah diterbitkannya Undang-Undang RI

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen belum berimbas pada

peningkatan kualitas SDM Indonesia, tetapi hanya berimbas pada peningkatan

kesejahteraan guru saja. Padahal asumsinya, jika kesejahteraan guru meningkat

maka kualitas pendidikan juga akan meningkat, dan meningkat pulalah kualitas

SDM Indonesia.

Sebenarnya ekspetasi dari implementasi Undang-Undang RI Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta berbagai peraturan pemerintah maupun

peraturan menteri yang menjadi konsideran dari Undang-undang tersebut adalah

agar guru akan semakin profesional dan sejahtera sehingga memiliki kualitas yang

lebih baik dalam mendidik dan mengajar peserta didiknya, khususnya di jenjang

pendidikan dasar sehingga akan melahirkan tunas-tunas bangsa yang berkualitas.

Harus diakui oleh berbagai pihak, bahwa guru yang profesional akan

memiliki pengaruh yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas SDM suatu

bangsa.5 Meskipun berbagai ilmu pengetahuan kini dapat diakses dengan mudah

di internet, tetap saja peserta didik kita membutuhkan sosok guru sebagai

pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, dan penilai mereka.

3 Alamsyah, Manajemen Mutu Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta, Jurnal Media

Pendidikan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Vol. XXVIII, No. 2, 2013, hlm. 205. 4 Mohammad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional : Menuju Bangsa Indonesia

yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi, (Bandung : Imtiha, 2009), hlm. 118. 5 Ibid., hlm. 119.

Page 3: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

3

Keberadaan guru sampai saat ini belum tergantikan oleh kecanggihan Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK).

Keberhasilan dalam implementasi suatu kurikulum pun akan sangat

dipengaruhi oleh profesionalisme guru karena guru memiliki peran sebagai

pengembang kurikulum. Kemudian, keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran

yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku juga sangat dipengaruhi

oleh kemampuan guru dalam melakukan penilaian yang sesuai dengan sistem

penilaian yang sedang berlaku pula.

Pada tulisan ini akan dikaji mengenai kegiatan manajerial guru profesional

dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendidikan dasar.

Tujuannya adalah agar diketahui bagaimana kegiatan manajerial guru profesional

dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendidikan dasar.

Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari tulisan ini antara lain : (1) secara

teoritis akan memberikan pengetahuan mengenai konsep guru profesional,

pengembangan kurikulum, dan sistem penilaian pendidikan dasar; (2) secara

praktis akan menjadi semacam guideline bagi para guru di jenjang pendidikan

dasar dalam memposisikan dirinya dan berperan sebagai guru profesional yang

mampu mengembangkan kurikulum dan melaksanakan penilaian sesuai dengan

sistem penilaian pendidikan dasar yang berlaku saat ini.

Guru Profesional Jenjang Pendidikan Dasar

Di Indonesia, sebagai negara ketimuran yang menjunjung tinggi nilai-nilai

agama dan adat, keinginan seseorang untuk menjadi seorang guru ikut

dipengaruhi oleh faktor agama. Pada agama Islam misalnya, menjadi guru

merupakan tugas keagamaan di samping juga tugas kemanusiaan. Hal itu

ditegaskan dalam QS. At-Taubah : 122 berikut :6

6 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam : Rancang Bangun Konsep

Pendidikan Monokhotomik-Holistik, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 101.

Page 4: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

4

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa

tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk

memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan

kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu

dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah : 122).

QS. At-Taubah : 122 di atas memberikan informasi kepada kita bahwa

Allah SWT menginginkan agar sebagian umatNya menjadi guru dengan cara

belajar untuk mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan tersebutlah kemudian yang

akan diajarkan kepada saudara-saudaranya agar bisa menjaga diri. Berdasarkan

ayat tersebut dapatlah dikatakan bahwa dalam sudut pandang Islam, untuk

menjadi seorang guru, seseorang harus memiliki berbagai pengetahuan yang

hendak diajarkan dan berbagai keterampilan yang mendukungnya dalam

mengajar.

Didasari hal di atas, maka sebenarnya konsep guru profesional yang mulai

digagas pada tahun 2005 sejak diberlakukannya UU RI Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen bukanlah konsep yang baru tetapi merupakan konsep

yang lama yang juga telah lama digagas oleh Islam.

Pada Pasal 1 Ayat 1 UU tersebut dijelaskan bahwa guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kemudian pada

Pasal 1 Ayat 4 diungkapkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu

atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.7

Sedangkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada Pasal 17 Ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan dasar

7 Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Page 5: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

5

adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pada

Pasal 17 Ayat 2 dijelaskan pula bahwa pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar

(SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau

Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.8

Jadi dapat disimpulkan bahwa guru profesional jenjang pendidikan dasar

adalah seseorang yang mendapatkan penghasilan dari tugasnya sebagai pendidik,

pengajar, pembimbing, penasehat, pelatih, dan penilai peserta didik yang

dilakukan olehnya dengan bekal keahlian, kemahiran, atau kecakapannya yang

memenuhi standar guru pada SD/MI dan SMP/MTs.

E. Mulyasa mengungkapkan bahwa sebagai seorang yang bertugas menjadi

pendidik, guru menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik dan

lingkungannya. Itulah sebabnya guru harus memiliki standar kualitas pribadi

tertentu yang mencangkup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Terkait

dengan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik, guru harus mengetahui

serta memahami nilai, norma moral, dan sosial serta berusaha berperilaku dan

berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. guru juga harus bertanggung

jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam

kehidupan bermasyarakat.

Terkait dengan wibawanya, guru sebagai pendidik harus memiliki kelebihan

dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual

dalam pribadinya serta memiliki kelebihan dalam memahami perkembangan

IPTEKS sesuai dengan bidang yang digelutinya. Sedangkan disiplin dimaksudkan

bahwa guru sebagai pendidik harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib

secara konsisten atas kesadaran profesional karena guru bertugas untuk

mendisplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran.

Dalam menanamkan disiplin, guru harus memulai dari disiplin dirinya sendiri

dalam berbagai tindakan dan perilakunya.9

Sebagai seorang pengajar, guru memfasilitasi terselenggaranya kegiatan

pembelajaran dengan melakukan upaya berikut :

8 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 9 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung : Rosda, 2011), hlm. 37-38.

Page 6: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

6

1. Membuat ilustrasi, yaitu menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari

peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya dan pada waktu yang

sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.

2. Mendefinisikan, yaitu meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan

sederhana dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian

yang dimiliki oleh peserta didik.

3. Menganalisis, yaitu membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi

bagian sebagaimana orang mengatakan “cuts the learning into chewable

bites”.

4. Mensintesis, yaitu mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke

dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara

bagian yang satu dengan yang lain nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap

berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.

5. Bertanya, yaitu mengajukan berbagai pertanyaan yang berarti dan tajam agar

apa yang dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates.

6. Merespon, yaitu mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.

Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan

peserta didik.

7. Mendengarkan, yaitu memahami peserta didik dan berusaha

menyederhanakan setiap masalah serta membuat kesulitan nampak jelas baik

bagi guru maupun bagi peserta didik.

8. Menciptakan kepercayaan, yaitu berpikiran positif bahwa peserta didik dapat

berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

9. Memberikan pandangan yang bervariasi, yaitu melihat bahan yang dipelajari

dari berbagai sudut pandang dan melihat masalah dalam kombinasi yang

bervariasi.

10. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, yaitu memberikan

pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber belajar

yang berhubungan dengan materi standar.

Page 7: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

7

11. Menyesuaikan metode pembelajaran, yaitu menyesuaikan metode

pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik

serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.

12. Memberikan nada perasaan, yaitu membuat pembelajaran menjadi lebih

bermakna dan hidup melalui antusias dan semangat.10

Kemudian sebagai seorang pembimbing, guru profesional diibaratkan

seperti pemandu perjalanan (journey) peserta didik yang berdasarkan pengetahuan

dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Sebagai

pembimbing perjalanan, guru profesional harus dapat melakukan empat hal.

Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang

hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam

pembelajaran dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan

belajar tidak hanya secara jasmaniah, tetapi juga harus terlibat secara psikologis.

Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar peserta didik. Keempat, guru harus

melaksanakan penilaian.

Kemudian meskipun tidak memiliki latihan khusus untuk menjadi penasehat

dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang tetapi

seorang guru profesional adalah penasehat bagi peserta didik bahkan bagi orang

tua dan masyarakatnya.11 Sedangkan sebagai seorang pelatih, guru profesional

bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai

dengan potensinya masing-masing berdasarkan perbedaan individual peserta didik

dan lingkungannya.12 Sementara itu sebagai seorang penilai, guru profesional

memiliki tugas menilai hasil belajar peserta didik dan juga harus menilai dirinya

sendiri baik sebagai perencana, pelaksana, maupun penilai program

pembelajaran.13

Guru profesional dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, pengajar,

pembimbing, pelatih, dan penilai manakala memiliki empat kompetensi guru

sebagai mana yang terdapat dalam UU Guru dan Dosen, yaitu kompetensi

10 Ibid., hlm. 39-40. 11 Ibid., hlm. 43. 12 Ibid., hlm. 42. 13 Ibid., hlm. 62.

Page 8: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

8

pedagogie, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi

kepribadian. Kompetensi pedagogie berhubungan dengan penguasaan guru dalam

metodologi pembelajaran. Kompetensi profesional berhubungan dengan

kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran yang diampunya.

Kompetensi sosial berhubungan dengan kemampuan guru dalam berhubungan

dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan

masyarakat. Sedangkan kompetensi kepribadian berhubungan dengan kemampuan

guru dalam bersikap sesuai dengan kode etik guru dan norma-norma yang berlaku

secara konsisten.

Keempat kompetensi guru tersebut dapat pula direduksi ke dalam tiga

kompetensi guru. Pertama, technical skill yang meliputi kemampuan dalam

penguasaan pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran; kemampuan dalam

mendayagunakan media pembelajaran; dan kemampuan mengelola waktu

pembelajaran. Kedua, conceptual skill yang meliputi kemampuan berpikir kreatif,

kemampuan menyelesaikan masalah; dan kemampuan membuat karya ilmiah.

Ketiga, human skill yang meliputi kemampuan untuk berkomunikasi secara

efektif; kemampuan untuk memahami perbedaan individu peserta didik;

kemampuan memotivasi peserta didik; dan kemampuan bekerja sama.14

Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan padan kata dari kata manhaj yang berarti jalan terang

yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan dalam

konteks pendidikan Islam, kurikulum atau manhaj diartikan sebagai seperangkat

perencanaan dan media yang dijadikan sebagai acuan oleh lembaga pendidikan

dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.15

Sudah barang tentu kurikulum muncul tidak dengan sendirinya. Kurikulum

dibuat oleh para pakar yang ahli dibidangnya untuk kemudian diimplementasikan

oleh guru. Ini berarti ada proses pengembangan dalam kurikulum, hal itu sering

14 Novan Ardy Wiyani, Teacherpreneurship : Gagasan dan Upaya Menumbuh-

kembangkan Jiwa Kewirausahaan Guru, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 8. 15 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan

Pemikiran para Tokohnya, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hlm. 192.

Page 9: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

9

diistilahkan dengan pengembangan kurikulum. Sholeh Hidayat mengartikan

pengembangan kurikulum sebagai upaya merencanakan, merancang, menyusun,

mengimplementasikan dan menilai kurikulum. Ada tiga landasan dalam

pengembangan kurikulum 2013.

Pertama, landasan filosofis. Landasan filosofis didasarkan atas landasan

filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik,

kebutuhan peserta didik dan masyarakat, serta kurikulum 2013 dikembangkan

berorientasi pada pengembangan kompetensi.

Kedua, landasan yuridis. Pengembangan kurikulum 2013 mengacu pada

RPJMN 2014 sektor pendidikan yang memuat tentang perubahan metodologi

pembelajaran dan penataan kurikulum dan Instruksi Presiden nomor 11 tahun

2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional yang

menegaskan bahwa penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif

berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing karakter

bangsa.

Ketiga, landasan konseptual. Secara konseptual, kurikulum 2013

dikembangkan dengan memperhatikan prinsip relevansi. Prinsip ini merupakan

prinsip dasar yang paling mendasar dalam suatu kurikulum. Prinsip ini juga dapat

dikatakan sebagai rohnya suatu kurikulum. Artinya, jika prinsip ini tidak

terpenuhi dalam suatu kurikulum, maka kurikulum tersebut tidak ada lagi artinya

dan kurikulum menjadi tidak bermakna. Prinsip relevansi mengandung arti bahwa

suatu kurikulum harus relevan dengan perkembangan IPTEKS sehingga para

peserta didik mempelajari IPTEKS yang benar-benar terbaru sehingga

memungkinkan mereka memiliki wawasan dan pemikiran yang sejalan dengan

perkembangan zaman. Selain itu suatu kurikulum juga harus relevan dengan

kebutuhan dan karakteristik peserta didik dan masyarakat. Tujuannya adalah agar

kurikulum dapat membekali peserta didik dengan sejumlah keterampilan

pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Jika tidak

Page 10: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

10

terlaksana, maka peserta didik tidak dapat beradaptasi dan berpartisipasi dalam

kehidupan masyarakat.16

E. Mulyasa menambahkan konsep kurikulum berbasis kompetensi dan

karakter; konsep pembelajaran kontekstual; konsep pembelajaran aktif; dan

konsep penilaian yang valid, utuh serta menyeluruh sebagai konsep yang harus

dijadikan sebagai landasan dalam pengembangan kurikulum 2013 selain konsep

relevansi seperti yang telah dikemukakan oleh Sholeh Hidayat.

Lebih lanjut, E. Mulyasa mengungkapkan bahwa melalui pengembangan

kurikulum 2013 akan dihasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif,

dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang

terintegrasi. Itulah sebabnya pengembangan kurikulum 2013 difokuskan pada

pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik berupa panduan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud

penghargaan terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual. Kurikulum

2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses

pencapaian sasaran belajar yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman

terhadap apa yang dipelajari. Itulah sebabnya peserta didik perlu mengetahui

kriteria penguasaan kompetensi dan karakter yang akan dijadikan sebagai standar

penilaian hasil belajar sehingga peserta didik dapat mempersiapkan dirinya

melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi dan karakter tertentu sebagai

prasyarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan kompetensi dan karakter

berikutnya.17

Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Kegiatan yang dilakukan oleh guru profesional ketika maupun sesudah

memfasilitasi berlangsungnya kegiatan pembelajaran bagi peserta didik adalah

melakukan kegiatan penilaian. Penilaian yang dilakukan oleh guru pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung sering diistilahkan dengan penilaian proses

16 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung : Rosda, 2013), hlm. 114-

115. 17 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung : Rosda,

2014), hlm. 65.

Page 11: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

11

belajar, sedangkan penilaian yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran

dilakukan sering diistilahkan dengan penilaian hasil belajar. Baik penilaian proses

belajar maupun penilaian hasil belajar tidak dapat dipisahkan, keduanya sama-

sama menghasilkan data yang berguna bagi guru untuk memutuskan apakah hasil

belajar peserta didiknya sudah sesuai dengan harapan atau belum. Namun diakui

ataupun tidak, banyak guru yang cenderung hanya melakukan penilaian hasil

belajar.

Berbagai contoh bentuk penilaian hasil belajar seperti penilaian formatif dan

penilaian sumatif. Penilaian formatif merupakan penilaian yang dilaksanakan di

setiap peserta didik selesai mempelajari beberapa Kompetensi Dasar (KD) yang

harus dicapai di mata pelajaran tertentu di satu pokok bahasan mata pelajaran

tersebut. Tujuannya adalah untuk menilai tingkat ketercapaian suatu KD.

Sedangkan penilaian sumatif merupakan penilaian yang dilaksanakan setiap

peserta didik setelah selesai mempelajari beberapa KD yang harus dicapai pada

mata pelajaran tertentu pada beberapa pokok bahasan mata pelajaran tersebut.

Biasanya penilaian sumatif ini dilaksanakan setiap pertengahan semester dan

akhir semester. Tujuan dari dilakukannya penilaian sumatif adalah untuk menilai

hasil pencapaian belajar peserta didik yang harus dikuasai dalam suatu periode.18

Penilaian hasil belajar secara esensial bertujuan untuk mengukur

keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sekaligus mengukur

keberhasilan peserta didik dalam penguasaan kompetensi serta karakter yang telah

ditentukan. Itulah sebabnya penilaian hasil belajar dianggap sebagai sesuatu yang

sangat penting. Dengan melakukan penilaian hasil belajar, guru dapat melakukan

refleksi dan evaluasi terhadap kualitas pembelajaran yang telah

diselenggarakannya. Apakah metode, strategi, media, model pembelajaran dan hal

lain yang dilakukan dalam proses pembelajaran itu tepat dan efektif atau

sebaliknya dapat dilihat dari hasil belajar peserta didiknya. Jika hasil belajar

peserta didik dalam ulangan harian atau formatif masih di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM), maka dapat dikatakan kegiatan pembelajaran yang

18 Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan : Tata Rancang Pembelajaran

Menuju Pencapaian Kompetensi, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 182.

Page 12: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

12

dilakukan guru gagal. Sebaliknya, jika hasil belajar peserta didik di atas KKM,

maka dapat dikatakan kegiatan pembelajaran yang difasilitasi oleh guru berhasil.19

Penilaian hasil belajar di SD/MI dilakukan untuk menilai tingkat

ketercapaian suatu KD dalam tema tertentu serta untuk menilai tingkat

ketercapaian seluruh KD dari tema-tema yang telah ditentukan pada setiap

pertengahan semester dan akhir semester.

Sedangkan penilaian hasil belajar di SMP/MTs dilakukan untuk menilai

tingkat ketercapaian suatu KD dalam pokok bahasan pada mata pelajaran tertentu

serta untuk menilai tingkat ketercapaian seluruh KD dari beberapa pokok bahasan

pada mata pelajaran tertentu di pertengahan semester dan di akhir semester.

Baik penilaian pada setiap tema maupun pokok bahasan pada mata pelajaran

tertentu mencangkup penilaian untuk mengetahui kompetensi pengetahuan,

kompetensi keterampilan, dan kompetensi sikap. Kemudian penilaian sebagai

suatu sistem terdiri dari dua komponen. Pertama, komponen prinsip dan

pendekatan penilaian. Kedua, komponen karakteristik penilaian.

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar

didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Sahih, yaitu penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan

yang diukur.

2. Objektif, yaitu penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas dan

tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3. Adil, yaitu penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik baik

karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,

budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4. Terpadu, yaitu penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang

tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Terbuka, yaitu prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

keputusan dapat diketahui oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan.

19 Kunandar, Penilaian Autentik : Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan

Kurikulum 2013, (Jakarta : Rajawali Press, 2013), hlm. 11.

Page 13: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

13

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, yaitu penilaian oleh pendidik mencakup

semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian

yang sesuai serta untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

7. Sistematis, yaitu penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan

mengikuti langkah-langkah yang baku.

8. Beracuan kriteria, yaitu penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang telah ditetapkan.

9. Akuntabel, yaitu penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi

teknik, prosedur, maupun hasilnya.

10. Edukatif, yaitu penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan

pendidikan peserta didik.

Sementara itu, pendekatan yang digunakan dalam melakukan penilaian di

jenjang pendidikan dasar antara lain :

1. Acuan patokan, di mana semua kompetensi perlu dinilai dengan

menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar.

Sekolah menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

2. Ketuntasan belajar, yang ditentukan sebagai berikut :

Predikat Nilai Kompetensi

Sikap Pengetahuan Keterampilan

A 4 4 SB

A- 3,66 3,66

B+ 3,33 3,33

B B 3 3

B- 2,66 2,66

C+ 2,33 2,33

C C 2 2

C- 1,66 1,66

D+ 1,33 1,33 K

D 1 1

Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan belum

tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya jika menunjukkan

indikator nilai < 2.66 dari hasil tes formatif. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4,

seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD yang

dipelajarinya jika menunjukkan indikator nilai ≥ 2.66 dari hasil tes formatif.

Page 14: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

14

Kemudian untuk KD pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan seorang peserta didik

dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk seluruh

mata pelajaran, yakni jika profil sikap peserta didik secara umum berada pada

kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang

bersangkutan.20

Sementara itu ada lima sub-komponen dari komponen karakteristik

penilaian. Pertama, belajar tuntas. Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan

dan keterampilan (KI-3 dan KI-4), peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan

pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur

yang benar dan hasil yang baik.Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas

adalah peserta didik dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang

berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi

yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya.

Kedua, otentik, yaitu memandang penilaian dan pembelajaran secara

terpadu. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia

sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh

merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak

hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan

mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Ketiga,

berkesinambungan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh

mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan,

dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai

jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester,

ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas).

Keempat, berdasarkan acuan kriteria, yaitu Kemampuan peserta didik tidak

dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang

ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan

masing-masing. Kelima, menggunakan teknik penilaian yang bervariasi. Teknik

20 KI-1 adalah kompetensi agama, KI-2 adalah kompetensi sosial, KI-3 adalah kompetensi

pengetahuan, dan KI-4 adalah kompetensi keterampilan.

Page 15: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

15

penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja,

projek, pengamatan, dan penilaian diri.21

Kegiatan Manajerial Guru Profesional dalam Pengembangan Kurikulum

dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Tema besar dalam kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia

yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Tema besar tersebut dapat

terwujud manakala guru profesional dapat melaksanakan kegiatan manajerial

dalam pengembangan kurikulum 2013 dan sistem penilaian pendidikan dasar.

Setidaknya ada lima kegiatan manajerial yang dilakukan oleh guru

profesional dalam pengembangan kurikulum 2013. Pertama, guru merancang

pembelajaran yang efektif dan bermakna. Pembelajaran yang efektif dan

bermakna dapat dirancang oleh setiap guru dengan prosedur sebagai berikut :

1. Melakukan kegiatan pemanasan dan apersepsi untuk menjajaki pengetahuan

peserta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang

menarik, dan memotivasi peserta didik untuk mengetahui berbagai hal baru.

2. Melakukan eksplorasi, yaitu dengan mengenalkan bahan pelajaran dan

mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik.

3. Melakukan kegiatan konsolidasi pembelajaran, yaitu melaksanakan kegiatan

untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi dan

karakter, serta menghubungkannya dengan kehidupan peserta didik.

4. Melakukan pembentukan sikap, kompetensi, dan karakter.

5. Melakukan penilaian formatif sebagai upaya perbaikan.22

Kedua, guru mengorganisasikan pembelajaran. Setidaknya ada empat hal

yang perlu diperhatikan terkait dengan pengorganisasian pembelajaran dalam

kurikulum 2013, yaitu :

21 Lihat Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, hlm.

54-56. 22 E. Mulyasa, Pengembangan..., hlm. 99.

Page 16: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

16

1. Perlu dilaksanakan kegiatan pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013

yang berbasis karakter dan kompetensi berdasarkan kebutuhan dan

karakteristik peserta didik, serta kompetensi dasar yang hendak dicapai. Itulah

sebabnya, prinsip-prinsip dan prosedur pembelajaran berbasis karakter dan

kompetensi sudah seharusnya dijadikan sebagai salah satu acuan dan dipahami

oleh para guru, fasilitator, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga

kependidikan lain di sekolah.

2. Perlu pengadaan dan pembinaan tenaga ahli yang memiliki sikap, pribadi,

kompetensi, dan keterampilan yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis

karakter dan kompetensi dalam implementasi kurikulum 2013. Hal tersebut

sangat penting dilaksanakan karena berkaitan dengan deskripsi kerja yang

hendak dilakukan oleh masing-masing tenaga kependidikan.

3. Perlu mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar dalam rangka

menyukseskan implementasi kurikulum 2013. Untuk kepentingan tersebut,

para guru dituntut untuk mendayagunakan lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial, serta menjalin kerjasama dengan unsur-unsur

terkait yang dipandang dapat menunjang upaya pengembangan mutu dan

kualitas pembelajaran.

4. Perlu ada dukungan berupa berbagai kebijakan kepala sekolah untuk

menyukseskan kurikulum 2013. Kebijakan yang jelas dan baik akan dapat

memberikan kelancaran dan kemudahan dalam implementasi pembelajaran

berbasis karakter dan kompetensi.23

Ketiga, guru memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran yang

berpusat pada peserta didik. Penggunan pendekatan andragogi dapat digunakan

dalam hal tersebut. Meskipun andragogi merupakan ilmu yang ditujukan pada

pembelajaran orang dewasa, namun dalam praktiknya tidak semata-mata

diperuntukkan bagi kegiatan pendidikan yang melibatkan orang dewasa

melainkan dalam kegiatan pendidikan anak-anak pun sangat relevan untuk

dikaitkan karena banyak prinsip andragogi yang layak diadaptasi dalam praktik

pedagogi di jenjang pendidikan dasar. Selain itu, dalam implementasi kurikulum

23 Ibid., hlm. 104.

Page 17: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

17

2013, guru juga dapat menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual

(contextual teaching), bermain peran (role play), belajar tuntas (mastery

learning), dan pembelajaran partisipatif.24

Keempat, guru melaksanakan pembelajaran sebagai upaya pembentukan

kompetensi dan karakter peserta didik yang telah direncanakan. Untuk

kepentingan tersebut, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standar, indikator

hasil belajar, dan waktu yang diperllukan harus ditetapkan sesuai dengan

kepentingan pembelajaran sehingga peserta didik diharapkan memperoleh

kesempatan dan pengalaman belajar yang optimal. Pada umumnya, pelaksanaan

kegiatan pembelajaran mencangkup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti

atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.

Kegiatan awal atau pembukaan dalam kurikulum 2013 mencakup

pembinaan keakraban dan pre-test. Pembinaan keakraban perlu dilakukan untuk

menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pembentukan kompetensi

peserta didik sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara guru dan peserta

didik serta antar-peserta didik. Peserta didik perlu diperlakukan sebagai individu

yang memiliki persamaan dan perbedaan individual. Tujuan dilaksanakannya

pembinaan keakraban adalah untuk mengkondisikan para peserta didik agar

mereka siap melakukan kegiatan belajar.Para peserta didik dan guru perlu saling

mengenal terlebih dahulu antara yang satu dengan yang lain agar tumbuh

keakraban. Terbinanya suasana yang akrab amat penting untuk mengembangkan

sikap terbuka dalam kegiatan belajar dan pembentukan kompetensi peserta didik.

Sementara itu, pre-test dilakukan setelah pembinaan keakraban. Pada dasarnya

fungsi pre-test adalah untuk menyiapkan peserta didik dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran.

Kemudian dalam kegiatan inti untuk membentuk kompetensi dan karakter

peserta didiknya guru melakukan prosedur berikut :

1. Guru menjelaskan kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik

sesuai dengan RPP yang telah disusunnya.

24 Ibid., hlm. 107.

Page 18: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

18

2. Guru menjelaskan materi standar secara logis dan sistematis serta memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya terkait dengan materi standar

tersebut.

3. Guru membagikan materi standar atau sumber belajar berupa hand-out dan

fotokopi beberapa bahan yang akan dipelajari oleh peserta didik.

4. Guru membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik yang berisi

tugas mengenai materi standar yang telah dijelaskan oleh guru dan dipelajari

oleh peserta didik.

5. Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam mengerjakan

lembaran kegiatan sekaligus memberikan bantuan dan arahan bagi peserta

didik yang memerlukan.

6. Guru melakukan klarifikasi terhadap jawaban dari peserta didik setelah

lembaran kegiatan diperiksa bersama-sama oleh peserta didik.

7. Guru memberikan kesempatan bertanya dan memotivasi peserta didik untuk

memperbaiki kesalahan atau kekeliruan pada jawabannya.

Kemudian pada kegiatan akhir atau penutup guru dapat memberikan tugas

atau post-test. Tugas yang diberikan merupakan follow-up dari pembelajaran inti

atau pembentukan kompetensi yang berkenaan dengan materi standar yang telah

dipelajari maupun materi yang akan dipelajari berikutnya. Tugas ini bisa

merupakan pengayaan dan remidial terhadap kegiatan inti pembelajaran atau

pembentukan kompetensi.25

Kelima, guru menetapkan kriteria keberhasilan. Keberhasilan implementasi

kurikulum 2013 dalam pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik dapat

dilihat dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, pembentukan kompetensi

dan karakter dinyatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-

tidaknya sebagian besar peserta didik (75%) terlibat secara aktif baik fisik, mental,

maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan

yang tinggi, semangat belajar yang besar, serta rasa percaya pada diri sendiri.

Kemudian dari segi hasil, proses pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan

25 Ibid., hlm. 125.

Page 19: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

19

berhasil dan bermutu jika terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta

didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%).

Keberhasilan implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan

karakter dapat dilihat dalam kriteria dan jangka berikut ini :

1. Kriteria jangka pendek, yaitu :

a. Sekurang-kurangnya 75% isi dan prinsip-prinsip pembelajaran dapat

dipahami, diterima, dan diterapkan oleh para peserta didik dan guru di kelas.

b. Sekurang-kurangnya 75% peserta didik merasa mendapat kemudahan,

senang dan memiliki kemauan belajar yang tinggi.

c. Para peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.

d. Materi yang dikomunikasikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan

mereka memandang bahwa hal tersebut sangat berguna bagi kehidupannya.

e. Pembelajaran yang dikembangkan dapat menumbuhkan minat belajar

peserta didik untuk belajar lebih lanjut (continuing).

2. Kriteria jangka menengah, yaitu :

a. Adanya umpan balik terhadap para guru mengenai pembelajaran yang

dilakukannya bersama peserta didik.

b. Para peserta didik menjadi insan yang kreatif dan mampu menghadapi

berbagai permasalahan yang dihadapinya.

c. Para peserta didik tidak memberikan pengaruh negatif terhadap masyarakat

lingkungannya dengan cara apapun.

3. Kriteria jangka panjang, yaitu :

a. Adanya peningkatan mutu pendidikan yang dapat dicapai oleh sekolah

melalui kemandirian dan inisiatif kepala sekolah dan guru dalam mengelola

dan mendayagunakan berbagai sumber yang tersedia.

b. Adanya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan penggunaan

berbagai sumber pendidikan melalui pembagian tanggung jawab yang jelas,

transparan, dan demokratis.

c. Adanya peningkatan perhatian serta partisipasi warga dan masyarakat

sekitar sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang

dicapai melalui pengambilan keputusan bersama.

Page 20: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

20

d. Adanya peningkatan tanggung jawab sekolah kepada pemerintah, orang tua

peserta didik, dan masyarakat pada umumnya terkait dengan mutu sekolah,

baik dalam intra maupun ekstrakurikuler.

e. Adanya kompetisi yang sehat antar-sekolah dalam peningkatan mutu

pendidikan melalui berbagai upaya inovatif dengan dukungan orang tua

peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.

f. Tumbuhnya kemandirian dan berkurangnya ketergantungan di kalangan

warga sekolah, bersifat adaptif dan proaktif serta memiliki jiwa

kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, dan berani mengambil resiko).

g. Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih menekankan

pada belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to

do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup bersama

secara harmonis (learning to live togehter).

h. Terciptanya iklim sekolah yang aman, nyaman, dan tertib sehingga proses

pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan

(enjoyable learning).

i. Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.26

Sementara itu ada tiga kegiatan manajerial yang dilakukan oleh guru

profesional pada sistem penilaian pendidikan dasar. Pertama, merancang

penilaian hasil belajar peserta didik. Pada kegiatan tersebut guru menetapkan

indikator pencapaian hasil belajar terlebih dahulu. Setiap kompetensi dasar dapat

dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator pencapaian hasil belajar, hal ini

sesuai dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut. Indikator yang

telah ditetapkan kemudian dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penilaian.

Berikut contoh format penetapan indikator mata pelajaran :

No. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator

1

2

3

Dst

26 Ibid., hlm. 131.

Page 21: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

21

Selanjutnya guru memetakan kompetensi inti, kompetensi dasar, dan

indikator untuk memudahkan guru dalam menentukan teknik penilaian yang

digunakannya untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Pada saat memilih

teknik penilaian, guru hendaknya mempertimbangkan karakteristik materi (ciri

indikator). Misalnya jika tuntutan indikator melakukan sesuatu maka teknik

penilaiannya adalah unjuk kerja (performance) dan jika tuntutan indikatornya

berkaitan dengan pemahaman konsep maka teknik penilaian adalah tertulis.

Sedangkan jika tuntutan indikator adalah hasil, maka teknik penilaiannya adalah

produk atau hasil. Berikut contoh format pemetaan kompetensi inti, kompetensi

dasar, indikator, dan teknik penilaian :

KI KD Indikator

Teknik Penilaian

Tertulis Unjuk

Kerja Produk Proyek Sikap Portofolio Diri

Setelah itu barulah guru menyusun instrumen penilaian dari teknik penilaian

yang telah ia tetapkan melalui pemetaan KI, KD, dan indikator. Hal-hal yang

harus diperhatikan dalam menyusun instrumen penilaian antara lain :

1. Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan

bahasa.

2. Persyaratan substansi merepresentasikan kompetensi yang dinilai.

3. Persyaratan kontruksi adalah persyaratan teknis sesuai dengan bentuk

instrumen yang digunakan.

4. Persyaratan bahasa berhubungan dengan penggunaan bahasa yang baik dan

benar serta komunikatif sesuai denga taraf perkembangan peserta didik.

5. Instrumen penilaian dilengkapi dengan pedoman penskoran.27

Kedua, melaksanakan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar

dilaksanakan sesuai dengan maksud dan tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Evaluasi formatif dapat dilaksanakan setiap kali selesai dilakukan

27 Kunandar, Penilaian..., hlm. 92-95.

Page 22: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

22

proses pembelajaran terhadap satu pokok bahasan tertentu. Sedangkan evaluasi

sumatif dapat dilakukan di tengah semester atau di akhir semester.

Pasca penilaian hasil belajar dilaksanakan, guru harus segera melakukan

koreksi terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan pedoman penskoran yang

telah ditentukan pada instrumen penilaian yang telah ditentukannya tersebut.

Pembuatan pedoman penskoran di samping untuk mempermudah pemeriksaan

juga untuk menghindari unsur subjektif dalam memberi angka dan menilai hasil

belajar peserta didik.28

Ketiga, memanfaatkan hasil penilaian belajar peserta didik. Penilaian hasil

belajar menghasilkan informasi mengenai pencapaian kompetensi dan karakter

peserta didik yang dapat dimanfaatkan untuk lima hal, yaitu :

1. Perbaikan (remidial) bagi indikator yang belum mencapai kriteria ketuntasan.

2. Pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat

dari waktu yang telah disediakan.

3. Perbaikan program dan proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru.

4. Pelaporan hasil belajar peserta didik yang akan disampaikan oleh guru kepada

kepala sekolah dan wali peserta didik.

5. Penentuan kenaikan kelas masing-masing peserta didik.29

Simpulan

Keberhasilan dalam implementasi suatu kurikulum sangat dipengaruhi oleh

profesionalisme guru karena guru memiliki peran sebagai pengembang

kurikulum. Kemudian, keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku juga sangat dipengaruhi oleh

kemampuan guru dalam melakukan penilaian yang sesuai dengan sistem penilaian

yang sedang berlaku pula. Hal tersebut dapat terjadi manakala guru profesional

dapat melaksanakan berbagai kegiatan manajerial dalam pengembangan

kurikulum dan sistem penilaian pendidikan dasar.

28 Novan Ardy Wiyani, Desain..., hlm. 200. 29 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung : Rosda, 2014), hlm. 285.

Page 23: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

23

Ada lima kegiatan manajerial yang dilakukan oleh guru profesional dalam

pengembangan kurikukum. Pertama, guru merancang pembelajaran yang efektif

dan bermakna. Kedua, guru mengorganisasikan pembelajaran. Ketiga, guru

memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik. Keempat, guru melaksanakan pembelajaran sebagai upaya pembentukan

kompetensi dan karakter peserta didik yang telah direncanakan. Kelima, guru

menetapkan kriteria keberhasilan. Sementara itu ada tiga kegiatan manajerial yang

dilakukan oleh guru pada sistem penilaian pendidikan dasar. Pertama, merancang

penilaian hasil belajar peserta didik. Kedua, melaksanakan penilaian hasil belajar.

Ketiga, memanfaatkan hasil penilaian belajar peserta didik.

Rujukan

Alamsyah, Manajemen Mutu Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta, Jurnal

Media Pendidikan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Vol. XXVIII, No. 2,

2013.

Ali, Mohammad. 2009. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional : Menuju

Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Bandung :

Imtiha.

Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : Rosda.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik : Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta : Rajawali Press.

Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum

Pembelajaran, hlm. 54-56. Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung : Rosda. Mulyasa, E. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Suatu Panduan

Praktis. Bandung : Rosda.

Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Rosda.

Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung :

Rosda. Ramayulis dan Samsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem

Pendidikan dan Pemikiran para Tokohnya. Jakarta : Kalam Mulia.

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wiyani, Novan Ardy dan Barnawi. 2012. Ilmu Pendidikan Islam : Rancang

Bangun Konsep Pendidikan Monokhotomik-Holistik. Yogyakarta : Ar-Ruzz

Media.

Page 24: guru profesional dalam pengembangan kurikulum dan sistem penilaian pendas.pdf

24

Wiyani, Novan Ardy. 2012. Teacherpreneurship : Gagasan dan Upaya

Menumbuh-kembangkan Jiwa Kewirausahaan Guru. Yogyakarta : Ar-Ruzz

Media.

Wiyani, Novan Ardy. 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan : Tata Rancang

Pembelajaran Menuju Pencapaian Kompetensi. Yogyakarta : Ar-Ruzz

Media.