ha ha ha

Download ha ha ha

If you can't read please download the document

Upload: cantrek

Post on 20-Nov-2015

229 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

fisika

TRANSCRIPT

I. Seorang Pelacur bernama MidahSaya sudah menggumuli perempuan itu dua kali sepanjang mala mini, dan rasanya tulang belulang saya mau lungkrah. Padgahal tadi saya sudah minum ramuan kuat racikan orang india dicampur telor angsa satu butir. Untungnya saya masih bisa bangun dan kemudian memakai celana saya lagi. Saya pungut tiga keeping uang perak dari kantong dan saya letakkan di atas meja riasnya. Satu setengah keeping adalah harga yang ia tetapkan. Cukup mahal memang, tapi saya jamin tidak akan rugi. Saya ingin buru-buru keluar sebenarnya, tapi kemudian saya rasakan lengan perempuan itu merangkum tubuh saya lagi, dan telapak tangannya gerayangan meraba-raba dada dab perut saya. Mau tidak mau anu saya tegak lagi.Ini bonus, katanya sebelum saya sempat mengatakan bahwa keeping perak saya tinggal satu-satunya di kantong.Saya sempat tergoda juga membalas ciumannya dan akan mencopot lagi celana saya. Tapi saya bukan anak kemaren sore dalam hal beginian. Saya punya batas dan tidak sedang mabok hingga lekas hilang kendali. Saya melepas rangkumannya pelan-pelan, dan sebelum keluar sempat saya menghujamkan ciuman maut saya ke leher dan bibirnya. Juga dengan janji akan datang lagi besok malam. Janji seorang pria, sampean tahu, semata-mata untuk menyenangkannya. Upah saya setiap bulan tidak cukup untuk mengunjunginya setiap malam. Bahkan seminggu sekali pun tidak cukup.Lagi pula jika malam itu saya tergoda untuk melepas celana sekali lagi itu berarti saya harus menginap di kamarnya. Karena bonus yang dia berikan sekaligus menuntut bonus yang lain dari saya, yaitu mengeloninya sampai pagi. Perempuan tetap saja perempuan sekalipun dia seorang pelacur. Saya harus kerja pagi-pagi, bisik saya setelah membaringkannya di ranjang. Dia tentu saja merengut dan gayanya sudah seperti seorang istri. Itulah yang selalu saya rindukan dari perempuan ini. dia sanggup menutup kebutuhan saya. Sebagai lelaki berumur saya membutuhkan bukan hanya seorang pelacur. Saya butuh perempuan pendamping hidup. Dan dalam persoalan saya mengenai pekerjaan itu berarti kerumitan tersendiri. Persoalan-persoalan yang saya hadapi dalam pekerjaan sudah cukup rumit tanpa ditambahi tetek bengek soal rumah tangga. Tentu saja saya tidak mengatakan, apa jadinya jika orang melihat saya keluar dari tempat pelacuran besok pagi. Saya tahu, meskipun didengar oleh seorang pelacur, kata-kata semacam itu bisa sangat menyakitkan. Saya cukup peka dengan hal-hal semacam itu, sebab saya cukup banyak bergaul dan bergumul dengan macam-macam perempuan.Sebagaimana saya masuk tadi, saya keluar juga melalui pintu belakang. Ada parit kecil di belakang rumah pelacuran itu yang bisa saya lalui dengan mudah dalam sekali lompat. Saya menerobos lading jagung dan kemudian menyusuri setapak di dalam hutan. Sengaja saya menghindari jalan utama sebab kemungkinan besar akan bertemu regu patrol malam di pertigaan. Saya tidak punya persoalan dengan mereka. pelacuran bukan kejahatan, tapi bagi petugas tua macam saya ini itu bisa berarti teladan yang kurrang baik bagi yang muda-muda. Saya kenal baik daerah ini seperti saya mengenal telapak kaki saya sendiri. semakin ke dalam semakin banyak jalan bercabang yang cukup sering membuat bingung para pencari kayu. Jika salah mengambil arah, setapak itu akan membawa seseorang semakin jauh ke pedalaman hutan untuk menjadi mangsa binatang buas.Seperti biasanya saya berjalan dengan kewaspadaan penuh dan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Tahu-tahu saya sudah sampai di tepi sungai berbatu-batu. Sungai itu yang menjadi muara bagi sekian gorong-gorong yang ada di kota. Saya berhenti sejenak untuk buang air dan mengistirahatkan bokong saya di sebongkah batu besar di pinggir sungai. batu itu hampir sebesar amben dan permukaan ratanya menggoda saya untuk berbaring sebentar meluruskan punggung. Malam itu tidak nampak rembulan dan bintang-bintang bersimaharaja di langit. Entah kenapa saya jadi teringat Midah. Perempuan itu bukan satu-satunya pelacur yang saya datangi di kota ini. kenyataannya saya memang tidak bisa hidup hanya dengan seorang perempuan. Kadang-kadang saya juga mendatangi istri orang. Ada lebih dari tiga perempuan seperti itu yang bisa saya datangi kapan saja saya kepengen dan gratis. Tapi saya selalu kembali pada Midah. Perempuan itu satu-satunya yang membuat saya merasa perlu minum jamu kuat, dan mungkin juga dia adalah alas an kenapa sampai setua ini saya masih juga melajang.Saya bangkit dari batu besar itu dan kemudian meneruskan perjalanan. Tapi sebentar kemudian saya seperti mendengar sesuatu. Firasat saya yang sialnya selalu benar mengatakan ada kejahatan yang sedang berlangsung di suatu tempat tidak jauh dari sungai. saya memperlambat langkah saya menjadi endapan-endapan. Benar saja, malam itu saya melihat beberapa orang menggali tanah di tempat orang-orang seharusnya tidak menggali tanah. Lagipula mereka bekerja tanpa penerangan. Sejauh yang saya tahu itu berarti mereka tidak ingin pekerjaannya diketahui oleh orang. Itulah yang membikin bangkit naluri saya sebagai seorang petugas hukum. Saya bisa saja menanyai mereka secara langsung dan itu berarti saya harus siap menerima serangan seandainya memang apa yang mereka lakukan melanggar hukum. Sayangnya mala mini saya tidak siap dengan serangan apapun. Saya merasa agak kurang badan, dan baru saja minta dikeroki SI Midah, pelacur langganan saya. Saya menghitung, ada lima orang di tempat itu dan bisa jadi masih ada yang lain di suatu tempat yang tidak dapat saya lihat. Penglihatan saya terbatas dalam suasana gelap begini. Dalam keadaan biasa lima orang mungkin bisa saya tangani sendiri, tentu dengan siasat dan senjata.Ternyata benar dugaan saya. Mereka rupanya sedang menggali tanah untuk mengubur seseorang. Saya merangkak tanpa suara hingga ke semak-semak yang paling dekat dengan orang-orang itu. Tebakan pertama saya ternyata tidak keliru. Mereka ada tujuh orang. Lima orang menggali, sementara yang dua berdiri untuk mengawasi. Saya memastikan orang yang hendak mereka kubur sudah benar-benar mati. Saya tidak melihat pergerakan sedikitpun. Dalam pekerjaan saya nyawa manusia adalah yang paling penting. Jika memang orang itu masih hidup saya terpaksa harus membuat siasat. Saya mencoba mendengarkan untuk menggali informasi lebih, tapi sia-sia, orang-orang itu bekerja tanpa bicara sepatahpun.Saya tidak bisa menunggu sampai fajar, karena sedikit saja hari terang maka riwayat saya mungkin tidak jauh berbeda dengan lelaki yang dikubur itu. Maka sebelum itu terjadi saya mengendap dan lari hendak menuju markas. Tapi saya urungkan, sebab saya akan kehilangan jejak mereka ketika saya kembali membawa bantuan. Saya putuskan untuk bersembunyi di jarak aman. Paling tidak sampai hari terang dan saya dapat mengenali wajah-wajah mereka.Saya sudah lama bekerja sebagai penegak hokum, karena itu saya tahu wajah-wajah penjahat dan semua buronan di kota ini. Saya merasa asing dengan orang-orang itu, karena itulah saya simpulkan ketujuh orang itu adalah pendatang. Dan melihat dari bagaimana mereka menutupi jejak terbaca bahwa mereka bukan orang baru. Paling tidak bukan sekali ini mereka melakukan hal itu. Langkah awal ini saya anggap sudah tepat. Saya tidak perlu menguntit kemana mereka pergi, sebab itu akan membahayakan keselamatan saya. Saya sudah merekam wajah mereka dalam kepala. Selanjutnya akan menjadi pekerjaan tukang gambar. Matahari belum lagi setinggi tombak ketika saya sampai di markas.Sejak awal saya sudah tahu bahwa perkara ini akan dilimpahkan kepada saya. Kepala petugas percaya sepenuhnya pada apa yang saya katakana. Sebelum member mandate secara resmi dia memuji kecakapan saya sebagai petugas hokum, dan menjadikan saya sebagai contoh bagi petugas yang lain. Dia bilang, seorang petugas adalah petugas, apakah dia sedang bekerja atau tidak! tentu saja saya tidak mengatakan sedang kebetulan lewat ketika peristiwa itu terjadi. Kepala petugas atau siapapun tidak perlu tahu bahwa saya memergoki para penjahat itu sepulang dari rumah pelacuran. Saya merasa biasa-biasa saja menerima pujian itu. Lagipula ini hanya perkara kejahatan biasa. Seorang petugas hanya akan naik jabatan jika ia bisa menggagalkan rencana maker.Saya menugaskan beberapa petugas untuk menyebarkan gambar para penjahat itu ke beberapa kota tetangga. Saya yakin, dari pakaian dan ikat kepala mereka, mereka pasti dari kota-kota di sekitar sini. Jika memang benar bahwa mereka bukan orang baru tentunya petugas dari kota lain bisa mengenalinya. Bersama dengan wajah para penjahat itu saya sertakan juga gambar korban mereka. Maka pekerjaan selanjutnya hanya tinggal menunggu laporan orang hilang dari warga. Jika asal-usul korban sudah diketahui maka akan jelas alas an dan mungkin memperkirakan target mereka selanjutnya. Saya juga telah menyebar gambar itu ke sejumlah rumah makan dan penginapan di kota.