hadits shahih dan hadits hasan
TRANSCRIPT
السالم عـليكم ورحمة الله و بركاته
KELOMPOK 10
Renika Nurul Azizah
Silvi Sri Wahyuni
Yudi Suryaman
HADITS SHAHIH DAN
HADITS HASAN
1. HADITS SHAHIH
Pengertian Hadits shahih :
السند متصل الضبط تام عـدل نقله ماشاد وال معلل غير
“Hadits yang dinukil atau diriwayatkan oleh rawi-rawi yang adil, sempurna ingatannya, sanadnya bersambung-sambung, tidak ber-‘illat dan tidak janggal”.
Syarat-syarat Hadis Shahih
Sanadnya bersambung Rawinya adil Rawinya dhabit Tidak terdapat
kejanggalan atau syadz Tidak ada ‘illat atau cacat
a. Rawinya Bersifat Adil
Kata adil, menurut bahasa berarti lurus, tidak berat sebelah, tidak dzalim, tidak menyimpang, lurus dan jujur. Seseorang dikatakan adil apabila pada dirinya terdapat sifat yang dapat mendorong terpeliharanya ketakutan, yaitu senantiasa melaksanakan perintah agama dan larangannya, dan terjaganya sifat muru’ah, yaitu berakhlak baik dalam segala tingkah lakunya.
Menurut Muhyi ad-Din Abdul Hamid, syarat keadilan rawi ituadalah : Islam, maka
periwayatan orang kafir tidak diterima
Mukallaf, maka periwayatan anak yang belum dewasa, menurut pendapat yang lebih shahih tidak diterima
Selamat dari sebab-sebab yang menjadikan seseorang fasik dan memiliki cacat pribadi.
disamping harus islam dan baligh, juga memenuhi syarat sebagai berikut : Senantiasa
melaksanakan perintah agama dan meninggalkan semua larangannya.
Senantiasa menjauhi dosa-dosa kecil.
Senantiasa memelihara ucapan dan perbuatan yang dapat menodai muru’ah, yakni suatu sikap kehati-hatian dari melakukan perbuatan yang sia-siaatau perbuatan dosa.
b. Rawinya Bersifat Dhabit
Menurut Ibnu Hajar Al-Atsqolani, perawi yang dhabit adalah mereka yang kuat hafalannya terhadap segala sesuatu yang pernah didengarnya, kemudian mampu menyampaikan hafalan tersebut manakala diperlukan. Ini artinya bahwa orang yang disebut dhabit harus mendengarkan secara utuh apa yang diterima atau didengarnya, memahami isina, sehingga terpatri dalam ingatannya, kemudian meriwayatkannya sebagaimana mestinya.
Dhabit ada dua macam : Dhabit ash-Shadri, yakni seseorang
yang mempunyai daya hafal dan ingatan yang kuat serta daya faham yang tinggi sejak menerima sampai enyampaikan pada orang lain dan ingatannya itu sanggup dikeluarkan kapan dan dimanasaja dikehendakinya.
Dhabit al-Kitab, yakni seseorang yang dhabit atau cermat mememlihara catatan atau buku yang ia terima.
Unsur-unsur dhabit adalah : Tidak pelupa Hafal terhadap apa yang
didiktekan terhadap muridnya apabila ia memberi hadits dengan hafalan, dan terjaga kitabnya dari kelemahan apabila ia meriwayatkan hadits dengan kitabnya, dan
Menguasai apa yang diriwayatkan, memahami maksudnya, dan mengetahui makna yang dapat mengalihkan maksud apabila ia meriwayatkan hadits menurut maknanya saja.Rawi yang adil dan dhabit disebut Tsiqot
c. Sanadnya Bersambung
Yang dimaksud dengan sanadnya bersambung adalah bahwa setiap perawi dalam sanad hadits menerima riwayat hadits dari perawi terdekat sebelumnya, dan berlangsung seperti itu sampai akhir sanad dari hadits itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rangkaian para perawi hadits shahih sejak perawi terakhir sampai pada para sahabat yang menerima hadits langsung dari Nabi Muhammad saw bersambung dalam periwayatannya.
d. Tidak Ber-’illatKata ‘illat menurut bahasa
adalah cacat, penyakit, keburrukan, dan kesalahan baca. Dengan pengertian ini, maka yang disebut hadits ber-‘illat adalah hadits-hadits yang mengandung cacat atau penyakit.
Menurut istilah, ‘illat berarti suatu sebab yang tersembunyi atau samar-samar sehingga dapat merusak keshahihan hadits. Dikatakan samar disini karena jika dilihat dari segi dzahirnya hadits tersebut terlihat shahih. Adanya kesamaran pada hadits tersebut mengakibatkan nilai kualitasnya menjadi tidak shahih. Dengan demikian, maka yang dimaksud hadits yang tidak ber-‘illat adalah hadits yang didalamnya tidak terdapat kesamaran atau keragu-raguan.
e. Tidak JanggalYang dimaksud dengan syadz adalah suatu
hadits yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi lain yang lebih kuat atau lebih tsiqoh. Ini pengertian yang dipegang oleh asy-Syafi’i dan diikuti oleh kebanyakan para ulama lainnya.
Kejanggalan hadits terletak pada adanya perlawanan antara suatu hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang maqbul (yang dapat diterima periwayatannya) dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih kuat (rajih) daripadanya, disebabkan kelebihan jumlah sanad dalam kedhabitan atau adanya segi-segi tarjih yang lain.
Klasifikasi Hadits ShahihHadits Shahih terbagi menjadi dua, yaitu shahih li dzatih dan shahih li ghairihi. Shahih li dzatihi adalah hadits shahih yang memenuhi syarat-syaratnya secara maksimal, seperti yang telah disebutkan di atas. Adapun hadits shahih li ghairih adalah hadits shahih yang tidak memenuhi syarat-syaratnya secara maksimal. Misalnya, rawinya yang adil tidak sempurna kedhabitannya (kapasitas intelektualnya rendah). Bila jenis ini dikukuhkan oleh jalur lain yang semisal, maka ia menjadi shahih li ghairih. Dengan demikian, shahih li ghairih adalah hadits yang keshahihannya disebabkan oleh faktor lain karena tidak memenuhi syarat-syarat secara maksimal. Misalnya hadits hasan yang diriwayatkan melalui beberapa jalur, bisa naik derajat dari hasan ke derajat shahih.
2. HADITS HASAN
Pengertian Hadits Hasan
السند متصل الضبط قليل عـدل نقـله ماوالشاد معـلل غير
“Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kurang kuat hafalannya, bersambung sanadnya, tidak mengandung ‘illat atau cacat dan tidak syadz atau janggal”
Syarat-syarat Hadits Hasan Sanadnya bersambung Rawinya adil Rawinya dhabit, tetapi
kedhabitannya dibawah kedhabitan perawi hadis shahih
Tidak terdapat kejanggalan atau syadz
Tidak ada ‘illat atau cacat
Klasifikasi Hadits Hasan
Hadits yang memenuhi syarat-syarat hadits hasan disebut hadits hasan li dzatih. Adapun hadits hasan li ghairih adalah hadits dhaif yang bukan dikarenakan rawinya pelupa, banyak salah dan orang fasik, yang mempunyai muttabi’ dan syahid. Hadits dhaif yang karena rawinya buruk hafalannya, tidak dikenal identitasnya dan menyembunyikan cacat dapat naik derajatnya menjadi hasan li ghairih karena dbantu oleh hadits-hadits lain yang semisal dan semakna atau karena banyak rawi yang meriwayatkannya.
KEDUDUKAN HADITS SHAHIH DAN HASAN
Kebanyakan ulama ahli hadits dan fuqaha bersepakat untuk menggunakan hadits shahih dan hadits hasan sebagai hujjah. Di samping itu, ada ulama yang mensyaratkan bahwa hadits hasan dapat digunakan sebagai hujjah, bilamana memenuhi sifat-sifat yang dapat diterima. Pendapat terakhir ini memerlukan peninjauan yang seksama. Sebab, sifat-sifat yang dapat diterima itu ada yang tinggi, menengah dan rendah. Hadits yang sifat dapat diterimanya tinggi dan menengah adalah hadits shahih, sedangkan hadits yang sifat dapat diterimanya rendah adalah hadits hasan.
Hadits-hadits yang mempunyai sifat dapat diterima sebagai hujjah disebut hadits maqbul, dan hadits yang tidak mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima disebut hadits mardud.