hafalan surat delisa

Upload: ferdian-zaman

Post on 31-May-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 Hafalan Surat Delisa

    1/3

    published 2007 by Republika

    Review by : Nicegreen on http://www.goodread s.com/book/ show/1376220.Hafalan_Shalat_ DelisaAda sebuah keluarga di Lhok Nga - Aceh, yang selalu menanamkan ajaran Islam dalamkesehariannya. Mereka adalah keluarga Umi Salamah dan Abi Usman. Mereka memiliki 4bidadari yang solehah: Alisa Fatimah, (si kembar) Alisa Zahra & Alisa Aisyah, dan

    si bungsu Alisa Delisa.

    Setiap subuh, Umi Salamah selalu mengajak bidadari-bidadariny a sholat jama'ah.Karena Abi Usman bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker perusahaanminyak asing - Arun yang pulangnya 3 bulan sekali. Awalnya Delisa susah sekalidibangunkan untuk sholat subuh. Tapi lama-lama ia bisa bangun lebih dulu ketimbangAisyah. Setiap sholat jama'ah, Aisyah mendapat tugas membaca bacaan sholat keras-keras agar Delisa yang ada di sampingnya bisa mengikuti bacaan sholat itu.

    Umi Salamah mempunyai kebiasaan memberikan hadiah sebuah kalung emas kepada anak-anaknya yang bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Begitu juga denganDelisa yang sedang berusaha untuk menghafal bacaan sholat agar sempurna. Agar bisasholat dengan khusyuk. Delisa berusaha keras agar bisa menghafalnya dengan baik.

    Selain itu Abi Usman pun berjanji akan membelikan Delisa sepeda jika ia bisamenghafal bacaan sholat dengan sempurna.

    Sebelum Delisa hafal bacaan sholat itu, Umi Salamah sudah membelikan seuntaikalung emas dengan gantungan huruf D untuk Delisa. Delisa senang sekali dengankalung itu. Semangatnya semakin menggebu-gebu. Tapi entah mengapa, Delisa takpernah bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna.

    26 Desember 2004

    Delisa bangun dengan semangat. Sholat subuh dengan semangat. Bacaannya nyarissempurna, kecuali sujud. Bukannya tertukar tapi tiba-tiba Delisa lupa bacaan

    sujudnya. Empat kali sujud, empat kali Delisa lupa. Delisa mengabaikan fakta itu.Toh nanti pas di sekolah ia punya waktu banyak untuk mengingatnya. Umi ikutmengantar Delisa. Hari itu sekolah ramai oleh ibu-ibu. Satu persatu anak maju dantiba giliran Alisa Delisa. Delisa maju, Delisa akan khusuk. Ia ingat dengan ceritaUstad Rahman tentangbagaimana khusuknya sholat Rasul dan sahabat-sahabatnya."Kalo orang yang khusuk pikirannya selalu fokus. Pikirannya satu." Nah jadi kaliansholat harus khusuk. Andaikata ada suara ribut di sekitar, tetap khusuk.

    Delisa pelan menyebut "ta'awudz". Sedikit gemetar membaca"bismillah". Mengangkat tangannya yang sedikit bergetar meski suara dan hatinyapelan-pelan mulai mantap. "Allahu Akbar".

    Seratus tiga puluh kilometer dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa usaibertakbiratul ihram, persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Persis di tengahlautan luas yang beriak tenang. LANTAI LAUT RETAK SEKETIKA. Dasar bumi terbanseketika! Merekah panjang ratusan kilometer. Menggentarkan melihatnya. Bumimenggeliat. Tarian kematian mencuat. Mengirimkan pertanda kelam menakutkan.

    Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh rebah jimpa. Nias leburseketika. Lhok Nga menyusul. Tepat ketika di ujung kalimat Delisa, tepat ketikaDelisa mengucapkan kata "wa-ma-ma-ti" , lantai sekolah bergetar hebat. Gentengsekolah berjatuhan. Papan tulis lepas, berdebam menghajar lantai. Tepat ketikaDelisa bisa melewati ujian pertama kebolak-baliknya, Lhok Nga bergetar terbolak-

  • 8/14/2019 Hafalan Surat Delisa

    2/3

    balik.

    Gelas tempat meletakkan bunga segar di atas meja bu guru Nur jatuh. Pecahberserakan di lantai, satu beling menggores lengan Delisa. Menembus bajunya.Delisa mengaduh. Umi dan ibu-ibu berteriak di luar. Anak-anak berhamburanberlarian. Berebutan keluar dari daun pintu. Situasi menjadi panik. Kacau balau."GEMPAR"!

    "Innashalati, wanusuki, wa-ma... wa-ma... wa-ma-yah-ya, wa-ma-ma-ti. .."

    Delisa gemetar mengulang bacaannya yang tergantung tadi. Ya Allah, Delisa takut...Delisa gentar sekali. Apalagi lengannya berdarah membasahi baju putihnya.Menyemburat merah. Tapi bukankah kata Ustadz Rahman, sahabat Rasul bahkan tetaptak bergerak saat sholat ketika punggungnya digigit kalajengking?

    Delisa ingin untuk pertama kalinya ia sholat, untuk pertama kalinya ia bisamembaca bacaan sholat dengan sempurna, Delisa ingin seperti sahabat Rasul. Delisaingin khusuk, ya Allah...

    Gelombang itu menyentuh tembok sekolah. Ujung air menghantam tembok sekolah.Tembok itu rekah seketika. Ibu Guru Nur berteriak panik. Umi yang berdiri di depan

    pintu kelas menunggui Delisa, berteriak keras ... SUBHANALLAH! Delisa sama sekalitidak mempedulikan apa yang terjadi. Delisa ingin khusuk. Tubuh Delisaterpelanting. Gelombang tsunami sempurna sudah membungkusnya. Delisa megap-megap.Gelombang tsunami tanpa mengerti apa yang diinginkan Delisa, membanting tubuhnyakeras-keras. Kepalanya siap menghujam tembok sekolah yang masih bersisa. Delisaterus memaksakan diri, membaca takbir setelah "i'tidal..." "Al-la-hu-ak- bar..."Delisa harus terus membacanya! Delisa tidak peduli tembok yang siap menghancurkankepalanya.

    Tepat Delisa mengatakan takbir sebelum sujud itu, tepat sebelum kepalanyamenghantam tembok itu, selaksa cahaya melesat dari "Arasy Allah." Tembok ituberguguran sebelum sedikit pun menyentuh kepala mungil Delisa yang terbungkuskerudung biru. Air keruh mulai masuk, menyergap Kerongkongannya. Delisa terbatuk.

    Badannya terus terseret. Tubuh Delisa terlempar kesana kemari. Kaki kanannyamenghantam pagar besi sekolah. Meremukkan tulang belulang betis kanannya. Delisasudah tak bisa menjerit lagi. Iasudah sempurna pingsan. Mulutnya minum berliter air keruh.Tangannya juga terantuk batang kelapa yang terseret bersamanya. Sikunya patah.Mukanya penuh baret luka dimana-mana. Dua giginya patah. Darah menyembur darimulutnya.

    Saat tubuh mereka berdua mulai perlahan tenggelam, Ibu Guru Nur melepas kerudungrobeknya. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas papan sekencang yang ia bisadengan kerudung itu. Lantas sambil menghela nafas penuh arti, melepaskan papan itudari tangannya pelan-pelan, sebilah papan dengan Delisa yang terikat kencangdiatasnya.

    "Kau harus menyelesaikan hafalan itu, sayang...!" Ibu Guru Nur berbisik sendu.Menatap sejuta makna. Matanya meredup. Tenaganya sudah habis. Ibu Guru Nur bersiapmenjemput syahid.

    Minggu, 2 Januari 2005Dua minggu tubuh Delisa yang penuh luka terdampar tak berdaya. Tubuhnya tersangkutdi semak belukar. Di sebelahnya terbujur mayat Tiur yang pucat tak berdarah.Smith, seorang prajurit marinir AS berhasil menemukan Delisa yang tergantung disemak belukar, tubuhnya dipenuhi bunga-bunga putih. Tubuhnya bercahaya,

  • 8/14/2019 Hafalan Surat Delisa

    3/3

    berkemilau, menakjubkan! Delisa segera dibawa ke Kapal Induk JohnF Kennedy. Delisa dioperasi, kaki kanannya diamputasi. Siku tangan kanannya digips. Luka-luka kecil di kepalanya dijahit. Muka lebamnya dibalsem tebal-tebal.Lebih dari seratus baret di sekujur tubuhnya.

    Aisyah dan Zahra, mayatnya ditemukan sedang berpelukan. Mayat Fatimah juga sudahditemukan. Hanya Umi Salamah yang mayatnya belum ditemukan. Abi Usman hanyamemiliki seorang bidadari yang masih belum sadar dari pingsan. Prajurit Smith

    memutuskan untuk menjadi mu'alaf setelah melihat kejadian yang menakjubkan padaDelisa. Ia mengganti namanya menjadi Salam.

    Tiga minggu setelah Delisa dirawat di Kapal induk, akhirnya ia diijinkan pulang.Delisa dan Abi Usman kembali ke Lhok Nga. Mereka tinggal bersama para korbanlainnya di tenda-tenda pengungsian. Hari-hari diliputi duka. Tapi duka itu takmungkin didiamkan berkepanjangan. Abi Usman dan Delisa kembali ke rumahnya yangdibangun kembali dengan sangat sederhana.

    Delisa kembali bermain bola, Delisa kembali mengaji, Delisa dan anak-anak korbantsunami lainnya, kembali sekolah dengan peralatan seadanya. Delisa kembali mencobamenghafal bacaan sholat dengan sempurna. Ia sama sekali sulit menghafalnya."Orang-orang yang kesulitan melakukan kebaikan itu, mungkin karena hatinya Delisa.

    Hatinya tidak ikhlas! Hatinya jauh dari ketulusan." Begitu kata Ubai salah seorangrelawan yang akrab dengan Delisa.

    21 Mei 2005

    Ubai mengajak Delisa dan murid-muridnya yang lain ke sebuah bukit. Hari itu Delisasholat dengan bacaan sholat yang sempurna. Tidak terbolak-balik. Delisa bahkanmembaca doa dengan sempurna. Usai sholat, Delisa terisak. Ia bahagia sekali. Untukpertama kalinya ia menyelesaikan sholat dengan baik. Sholat yang indah. Merekabelajar menggurat kaligrafi di atas pasir yang dibawanya dengan ember plastik.Sebelum pergi meninggalkan bukit itu, Delisa meminta ijin mencuci tangan di sungaidekat dari situ. Ketika ujung jemarinya menyentuh sejuknya air sungai. Seekorburung belibis terbang di atas kepalanya. Memercikkan air di mukanya. Delisa

    terperanjat. Mengangkat kepalanya. Menatap burung tersebut yang terbang menjauh.Ketika itulah Delisa menatap sesuatu di seberang sungai.

    Kemilau kuning. Indah menakjubkan, memantulkan cahaya matahari senja. Sesuatu ituterjuntai di sebuah semak belukar indah yang sedang berbuah. Delisa gentar sekali.Ya Allah! Seuntai kalung yang indah tersangkut. Ada huruf D disana. Delisa serasamengenalinya. D untuk Delisa. Diatas semak belukar yang merah buahnya. Kalung itutersangkut di tangan. Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangkamanusia. Putih. Utuh. Bersandarkan semak belukar itu.

    UMMI........ .......