hakikat manusia menurut islam_bahan paper materi 4
TRANSCRIPT
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM1. Pengertian hakikat
Menurut bahasa artinya kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya
atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala
sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat
adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari
hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari
sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh,
nyawa, dan rahasia.
2. Pengertian manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah
swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens
(makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki
prilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social
(superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali),
dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan
subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang
tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja. Menurut
aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran
terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens
(manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk
yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir.
Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran
itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir ,
memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan
manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan
makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar,
insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi :
innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti
asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia
makan dan minum (al-mu’minuum : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq
: 5), yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual
manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-
ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak
maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad
dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami
buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-
nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian al-quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social
yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya maniusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu:
1. Jasmani.
Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh
Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan.
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada
saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada
dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania.
Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah
makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social
untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia
tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa
mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul
bersama manusia.
3. EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA
Dibandingkan dengan makhlukm lainnya, manusia mempunyai kelebihan .
Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia
adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanpun, baik di darat,
di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang
yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun
tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.
Di samping itu, manusia di beri akal dan hati sehingga dapat memahami
ilmu yang diturunkan allah. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-
baiknya (at-tiin,95:4). Manusia tetap bermartabat mulia, kalau mereka sebagai
khalifah (makhluk alternative) tetap hidup dengan ajaran allah (QS. Al-an’am:165).
Oleh karena ilmu manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.
A. Tujuan penciptaan manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu allah.
Pengertian penyembahan kepada allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan
hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan
berarti ketundukan manusia dalam hokum allah dalam menjalankan kehidupan di
muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun
manusia dengan manusia.
Oleh kerena penyembahan harus dilkukan secara suka rela, karena allah tidak
membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual
penyembahannya.
Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan
dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta.
Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum
kemanusiaan yang telah allah ciptakan.
B. Fungsi dan peran manusia
Berpedoman pada al-quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar
manusia yang mempolori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah
diartikan sebagai penerus ajaran allah maka peran yang dilakukan adalah penerus
pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran allah.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang
ditetapkan oleh Allah di antanya adalah:
Belajar
Mengajarkan ilmu
Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama
ummat manusia dan hamba allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi
yaitu pada diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.
4. Tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT
a. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT.
Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan
dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun
naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
b. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus
dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah
tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil allah di muka bumi, serta
pegolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya
mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidpnya.
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan
amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebab bekerja sebagai seorang
muslim adalah membentuk amal saleh.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama
Islam UNM.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan
Agama Islam UNM.
HAKIKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM
A. Proses penciptaan manusia
Asal usul manusia dalam pandangan islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai manusia
pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi dengan segala
karakter kemanusiaannya.
Dalam logika sederhana, dapat di pahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan
manusia adalah sang pencipta itu sendiri, Allah merupakan sang maha pencipta. Jadi Allah
yang lebih memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al-Qur’an di jelaskan
tentang proses penciptaan manusia, antara lain dalam Q.S 23:12,13 dan 14. Ayat tersebut
menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari “sulatin minthin (sari pati tanah)”. Kata
sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu yang di sarikan, sedangkan thin berarti
tanah. Pada tahap berikutnya sari pati tanah berproses manjadi nuthfah (air mani).
Pada ayat 14 di jelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah nuthfah, perubahan
nuthfah secara berturut menjadi alaqah, mudhghah, izham dan khalqan akhar (makhluk lain).
Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah yang mengental sebagai kelanjutan dari
nuthfah oleh ke dua sesuatu yang menempel di dinding rahim. Mudhghah berarti sebuah
daging yang merupakan proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan alaqah. Izham (tulang-
belulang) selanjutnya di balut dengan lahm (daging). Pada fase ini sampai pada pencapaian
kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan khalqon akhar, berarti ciptaan baru yang
jauh berbeda dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.
Selanjutnya Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayatnya bahwa manusia berasal
dari air ( Q.S al-furqan 25: 54) dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa air (yang
menjadi asal manusia) itu adalah air hina (mani ) yang terpancar dari (antara) tulang sulbi
(pinggang) dan tulang dada (Q.S af-tariq 86:6-7) pada ayat lain Allah menyebutkan bahwa
segala yang hidup di ciptakan Allah dari air (Q.S Al-anbiyu 21).
Menurut ajaran islam, manusia di banding makhluk lain, mempunyai berbagai ciri, antara
lain ciri utamanya adalah :
1. Makhuk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling
sempurna.
﴾ ى�ٱ ٤ ف� ف� س� ح � س م� ف�ي ح� س� س� ﴿ سس� ف��ن ح�”sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya (Q.S al-tin
95).
2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin di kembangkan ) beriman
kepada Allah.
3. Manusia di ciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
4. Manusia di ciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.
5. Di samping akal, manusia di lengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak.
6. Secara individual manusia bertanggug jawab atas segala perbuatannya.
7. Berakhlak.
Di dalam Al-Qur’an juga di kenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan tentang asal
kejadian manusia antara lain sebagai berikut :
1. Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam surat al khalfi (18) :37.
2. Tiin yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam surat as sajada (32) :7.
3. Tiinul laazib yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana di sebut dalam surat Asb-shaffaat
(37) :11.
3
4. Shalshalun, yaitu lempeng yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar).
5. Shalshalin min hamain masnuun ( lempeng dari lumpur yang di cetak/diberi bentuk) sebagai
mana dalam surat Al-hijr (15) :26.
6. Sulalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang di sarikan dari
sesuatu yang lain.
7. Air yang di anggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan sebagaimana di sebut dalam Q.S
(251) :54.
a. Ruh dan Nafs
Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan manusia.
Ruh merupakan getaran ilahiyah atau sinyal ketuhanan sebagai mana rahmat , nikmat dan
hikmah yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar di pahami hakekatnya.
Sentuhan getaran ilahiyah itu menyebabkan manusia dapat mencerna nilai-nilai belas kasih,
kejujuran, kebenaran, keadilan dan sebagainya. Istilah nafs banyak di sebutkan dalam Al-
Qur’an , meski termasuk dalam wilayah abstrak yang sukar di pahami, istilah nafs memiliki
pengertian yang sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolak nafs dapat dirasakan
menyebar keseluruhan bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan kumpulan
dari bermilyar -milyar sel hidup yang saling berhubungan.
Hubungan antara nafs dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui
dengan pasti bagai mana hubungan itu berjalan , dua hal yang berbeda , mental dan fisik,
dapat menjalin interaksi sebab akibat.
Firman Allah itu menyatakan bahwa masalah ruh adalah urusan Tuhan sendiri dan akal
manusia terlalu picik untuk memikirkan serta memahami kenyataan yang gaib mutlak itu.
Penelitian tentang ruh telah pernah dilakukan secara ilmiah, namun sampai saat ini mereka
yang penelitian itu masih belum dapat mengetahui hakikat ruh itu.
b. Fitrah manusia.
Kata fitrah berasal dari kata “sfatara” yang artinya ciptaan, suci dan seimbang. Kata fitrah
dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik dalam konotasi nilai.
Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukan pada Al-araf (7):
172. Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke
dunia. Potensi yang di miliki manusia tersebut dapat di kelompokkan kepada dua hal, yaitu
potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia telah di jelaskan pada bagian yang
lalu sedangkan potensi rohaniah adalah akal, kalbu dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa
Indonesia berarti pikiran/rasio.
Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa arab yaitu menahan dan
orang akil di zaman zahilliyah yang dikenal dengan darah panasnya dapat mengambil sikap
dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang di hadapinya).
B. Fungsi dan tujuan hidup manusia menurut islam.
1. Fungsi manusia
Fungsi manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah. Khalifah berarti pemimpin, wakil,
pengelola dan pemelihara. Khalifah Allah berarti wakil Allah, manusia dibekali dengan
profesi untuk memahami dan menguasai hukum Allah yang terkandung dalam ciptaan-Nya.
Dengan pemahaman terhadap kebenaran tersebut manusia dapat menyusun konsep dan
melakukan rekayasa. Pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang baru dalam
perkembangan manusia yang dinamis.
Segala yang dihasilkan manusia dalam konteks sebagai khalifah di landasi dengan
ketundukan dan ketaatan kepada Allah Swt.
Ketundukan dan ketaatan ini tidak lain adalah refleksi dari fungsi penciptaan sebagai
khalifah di berikan oleh Allah dan akan di pertanggung jawabkan oleh manusia.
2. Tujuan hidup manusia
Tujuan hidup manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah Swt. Adapun semua tujuan-
tujuan kecil yang lain tunduk dan di dalam lingkaran tujuan tertinggi pengabdian tersebut.
Penciptaan manusia sebagai pengabdi /untuk beribadat dipahami dengan kepatuhan,
ketundukan dan pengabdian manusia kepada Allah.
Tuntutan pelaksanaan ibadah dengan ikhlas ini di jelaskan oleh Allah dalam Q.S (98) : 5
artinya sebagai berikut:
“dan manusia tidak di perintahkan kecuali semata-mata menyembah Allah dengan tulus,dan
supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan demikian itulah agama yang
kokoh” (Q.S 98:5).
3. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan atau Allah.
Tuhan sebagai pencipta disebut khalik dan selain dari Tuhan di namakan makhluk. Idenya
setiap makhluk harus patuh bertingkah laku sesuai dengan aturan yang di tetapkan
penciptanya, dalam kenyataan yang di temui, ada manusia yang baik atau patuh,dan ada juga
ingkar kepada khalik (Q.S 95:45). Tuhan mau mengangkat posisi atau derajat manusia, tetapi
sebagian manusia ada yang engkar di sebabkan oleh kebodohan atau kesombongannya,
karena tidak bersedia untuk memahami aturan Tuhan.
4. Hakikat manusia sebagai khalifah
Tuhan yang maha pengasih dan penyanyang mau memposisikan manusia pada tempat
yang paling tinggi dari segala makhluknya yaitu sebagai khalifah (maneger) untuk mengatur
alam ini berdasarkan aturan Tuhan.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, Mohammad Daud. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali pers.
Anwar, Fuadi, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi umum : UNTUK PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN. Padang: UNP Press.