halusinasi 5
TRANSCRIPT
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 1/23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang tidak disentralkan dengan
stimulasi eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interprestasi
waham tentang pengalaman halusinasinya
( Kaplan dan Sodoek 1997 hal 462)
Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra
seseorang pasien, yang terjadi pada keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organic, fungsional, psikotik ataupun histerik
(W.F Marammis, 1998 hal 199)
Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan, artinya
individu mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan tanpa adanya rangsangan dari
luar dan orang lain tidak mendengarnya.
(Kelliat Budi Anna, 2001 hal 44)
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan Halusinasi
Pendengaran adalah individu merasa mendengar suara orang yang membicarakan,
mengejek, menertawakan atau mengancam dirinya, padahal tidak ada suara
disekitarnya.
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 2/23
2. Psikodinamika
a. Etiologi
1) Menurut Mary Durant Thomas, 1991.
Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti Schizoprenia,
depresi atau keadaan psikosa lainnya, dimensia, keadaan delirium dan kondisi
yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi juga dapat terjadi dengan epilepsi,kondisi infeksi sistemik dan
penggunaan metabolik. Halusinasi dapat juga dialami sebagai efek samping dari
berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, antikolinergik, anti inflamasi,
dan antibiotik. Sedangkan obat-obatan halusinogen dapat membuat terjadinya
halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat terjadi pada saat
individu normal, yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensori
seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada saat
pembicaraan.
2) Menurut Mc. Farland dan Thomas, 1991
a) Teori Mc, Farland dan Thomas, 1991
Halusinasi terjadi akibat kemampuan kognitif yang terganggu. Hal ini
dikarenakan informasi atau beban sensori terlalu berlebihan atau overload,
dan menghasilkan halusinasi.
b) Teori Psikoanalisa
Halusinasi terjadi karena defisit fungsi ego atau pertahanan diri, sehingga
terjadi konflik psikologis. Dan penggunaan mekanisme pertahanan seperti
distori, denial, dan proyeksi (halusinasi).
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 3/23
c) Teori Lingkungan
Halusinasi dapat terjadi bila seseorang berada dalam situasi atau lingkungan
yang penuh dengan stresor. Bila individu tersebut tidak dapat mengatasi dan
hanya berfokus pada kecemasan yang diakibatkan stressor,maka individu
tersebut akan melamun dan berangan-angan, bila didiamkan berlarut-larut
akan menyebabkan halusinasi.
Teori Biologi
Halusinasi akibat struktur otak yang abnormal sehingga tidak mampu
menerima stimulus dengan baik, faktor genetik juga menjadi penyebab
besar dan faktor biokimia yang mempengaruhi otak dengan adanya
dopamin.
3) Menurut Stuard and Laraia
a) Teori Biologi
Halusinasi disebabkan karena adanya gangguan pada otak. Otak tidak
berkembang secara sempurna, menurunnya volume otak dan fungsi
abnormal. Sehingga otak mengalami kesulitan dalam memfilter sensori dan
kesulitan dalam memproses informasi.
b) Teori Psikologi
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh hubungan antar anggota keluarga atau
khususnya anak dengan orang tua yang tidak harmonis, adanya konflik
keluarga, kegagalan dalam menyelesaikan tahap awal perkembangan
psikososial, koping stres yang tidak adekuat sehingga menimbulkan
gangguan orientasi realita.
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 4/23
c) Teori Sosial Kultural dan Lingkungan
Menjelaskan bahwa halusinasi dapat disebabkan oleh stres yang
diakumulasi akibat faktor lingkungan, seperti tidak keharmonisan.
b. Manifestasi klinik
1) Bicara senyum dan tertawa sendiri
2) Mengatakan mendengar sesuatu, melihat, menghidu, mengecap, dan
merasa sesuatu yang tidak nyata.
3) Merusak diri sendiri/ orang lain / lingkungan
4) Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata
5) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal, sikap curiga dan
bermusuhan.
6) Tidak dapat memusatkan perhatian
7) Menarik diri,menghindari orang lain
8) Sikap curiga dan bermusuhan
9) Sulit membuat keputusan, ketakutan
10) Menyalahkan diri dan orang lain
11) Mudah tersinggung, jengkel, marah
12) Muka merah kadang pucat
13) Ekspresi wajah tegang
(Kelliat Budi Anna,1998 hal 6)
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 5/23
c. Jenis Halusinasi
Halusinasi pendengaran
Pasien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata dan orang lain tidak mendengar
Halusinasi pendengaran
Pasien melihat bambar yang jelas/samar-samar tanpa stimulus yang nyata
dan otang lain tidak melihat
Halusinasi penciuman
Pasien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang
nyata dan orang lain tidak menciumnya
Halusinasi pemgecapan
Pasien merasa makan sesuatu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak
melihat pasien memakan sesuatu yang nyata
Halusinasi perabaan
Pasien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata
d. Fase –fase Halusinasi
Halusinasi berkembang melalui 4 fase:
1) Fase Pertama: Menenangkan-ansietas tingkat sedang.secara umum
halusinasi bersifat menyenangkan
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 6/23
Karakteristik: orang yang menderita halusinasi mengalami peningkatan
emosi, seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah dan perasaan takut serta
mencoba untuk berfokus pada kenyamanan.
untuk mengurangi kecemasannya. Orang tersebut merasakan/mengetahui
bahwa pikiran dan pengalaman sensorinya dalam kontrol sadar (jiwa
kecemasan teratasi “non psycotic”)
Perilaku yang dapat di observasi:
a) Tertawa tidak pada tempatnya
b) Pergerakan bibir tanpa menimbulkan suara
c) Pergerakan mata dengan cepat
d) Respon verbal lambat
e) Diam membisu dan linglung ( asik sendiri )
2) Fase kedua: menyalahkan – ansietas tingkat berat.
Halusinasi umumnya menjadi ancaman
Karakteristik: pengalaman sensori menjadi ancaman yang menakutkan.
Orang yang menderita halusinasi mulai merasakan hilang kontrol dan mulai
menjauhi diri dari sumber yang ada. orang tersebut merasakan kebingungan
oleh penglaman sensori dan menarik diri dari orang lain.
Perilaku yang dapat di observasi:
a) meningkatkan sistem syaraf otomatis, tanda-tanda kecemasan seperti
meningkatnya tekanan darah,respirasi dan ritme jantung.
b) Bentuk perhatian mulai terbatas dan menyempit.
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 7/23
c) Asyik sendiri dengan pengalaman sensori dan hilangnya kemampuan
untuk membedakan halusinasi dari realita.
3) Fase ketiga : Mengendalikan – ansietas tingak berat
Pengalaman sensori menjadi penguasa
Karateristik: orang yang menderita halusinasi menyerah untuk mengalah
melawan pengalamanya. Bentuk halusinasi menjadi suatu kebutuhan. Orang
tersebut dapat mengalami hidup menyendiri jika pengalaman sosialnya
berakhir (psycotic).
Perilaku yang dapat diobservasi:
a) petunjuk yang berasal dari halusinasinya akan diikuti
b) kesulitan bersosialisasi dengan orang lain
c) perhatiannya hanya beberapa detik atau menit
d) gejala-gejala fisik dari kecemasan berat seperti tremor,
ketidakmampuan mengikuti petunjuk dan berkeringat
4) Fase keempat : menaklukan-ansietas tingkat panik.
Biasanya menjadi terfokus dan menjadi berbaur dengan delusi.
Karakteristik: pengalaman sensori dapat menjadi ancaman ketika orang
tersebut tidak mengikuti perintah. Halusinasi dapat berakhir dalam beberapa
jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik (“psychotic berat”).
Perilaku yang dapat di observasi:
a) bentuk terol seperti panik
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 8/23
b) potensial kuat untuk bunuh diri atau pembunuhan
c) aktifitas fisik yang mengarah pada bentuk halusinasi seperti
agitasi, tindakan kekerasan, menarik diri atau katatonia
d) tidak dapat berespon terhadap pengarahan atau petunjuk yang
kompleks.
e. Rentang Respon
Respon perilaku klien dengan halusinasi dapat diidentifikasi sepanjang rentang
respon.
Respon adaptif Respon maladaptif
- Pikiran logis - Kadang proses - Ggn. Proses pikir
- Persepsi akurat pikiran terganggu - Halusinasi
- Emosi konsisten - ilusi - Kerusakan proses
pikir dengan Pengalaman
- Perilaku cocok - Emosi berlebihan / - Isolasi sosial
berkurang
- Hubungan sosial - Prilaku yang tidak biasa
harmonis
( stuart and sundeen 1998, hal.302 )
Respon adaptif dari kelima perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perubahan proses pikir
Klien yang terganggu pikirannya sering berperilaku koheren.
b. Perubahan pola persepsi
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 9/23
Persepsi dapat diartikan sebagai reaksi dari respon tubuh terhadap rangsangan
dari luar, kemudian diikuti oleh pengenalan dan pemahaman tentang orang,
benda dan lingkungan. Perubahan pola persepsi dapat terjadi pada satu atau
lebih bagian tubuh yaitu pendengaran, pengecapan, perabaan, dan penciuman.
c. Perubahan pada afek dan emosi
Afek berkaitan dengan emosi tubuh individu, perubahan afek terjadi karena
pasien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu. Perubahan afek yang
biasa terjadi adalah datar, tumpul, tidak sesuai , berlebihan dan ambivalen.
d. Perubahan motorik
Perilaku motorik dapat dimanifestasikan dengan peningkatan atau penurunan
kegiatan motorik, impulsif.
e. Perubahan sosial
Perkembangan hubungan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan
individu untuk belajar dan mempertahankan interaksi.
7. Psikodomika
Individu yang mengalami halusinasi sering kali beranggapan sumber atau
penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer
dari halusinasi adalah kebutuhan diri secara psikologis terhadap kejadian
traumatic sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, takut ditinggalkan
oleh orang yang dicintai, tidak bisa mengendalikan dorongan ego, pikiran dan
perasaan sendiri. Secara umum sesuatu yang meningkatkan kecemasan.
Kecemasan yang berlebihan dapat menganggu metabolisme neurokimia seperti
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 10/23
bufotamin dan dimetyl tranferassi (dms) hal inilah yang merangsang timbulnya
halusinasi (Kaplan and Sadoek hal 642)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang sangat ekstrim dan bahkan
sangat umum dalam Schizoprenia. Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk
mengontrol dirinya sehingga klien dengan halusinasi sukar untuk berhubungan
dengan orang lain. Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien
halusinasi, seorang perawat harus mempunyai kesadaran diri yang tinggi agar dapat
mengenal dan menerima serta mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat
menggunakan dirinya secara therapeutik.Pemberian asuhanan keperawatan terhadap
klien dengan halusinasi perawat harus berkata jujur, empati, terbuka, dan selalu
memberi penghargaan, tetapi tidak boleh tenggelam, juga menyangkal halusinasi
yang klien miliki. Asuhan keperawatan dimulai dari tahap pengkajian sampai
evaluasi.
Pengkajian
Pada tahap ini perawatan menggali faktor-faktor seperti predisposisi, faktor
presipitasi, perilaku, sumber koping dan mekanisme koping.
1. Faktor predisposisi
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 11/23
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Hal dapat diperoleh baik dari
klien maupun dari keluarganya mengenai faktor perkembangan, social kultural,
biokimia, psikologis, biologi, yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress:
1) Faktor Perkembangan
Jika seseorangan mengalami hambatan dalam tugas perkembangan dan
hubungan internasional dengan orang lain terganggu, maka individu akan
dihadapi dengan stress dan kecemasaan pada dirinya.
2) Faktor Sosial kultural
Berbagai faktor dan lingkungan dan di masyarakat dapat menyebabkan
orang merasa diasingkan atau disingkirkan sehingga klien merasa kesepian
dalam lingkungan dimana dia berada, walaupun dia ada dalam lingkungan
sekitarnya yang ramai.
3) Faktor Biokimia
Faktor biokimia ini mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa, dimana teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamine
neurotransmiter yang diperkirakan menghasilkan gejala penningkatan
aktivitas yang berlebihan sehingga dapat menghasilkan zat halusinogenik.
4) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis akan mengakibatkan akan
mengakibatkan stress dan kecemasan, orang yang mengalami psikosis akan
mengakibatkan atau menghasilkan hubungan yang penuh dengan kecemasan
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 12/23
tinggi. Peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak
mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan
gangguan orientasi realita.
5) Faktor biologi
Dalam Schizoprenia belum diketahui gen apa yang berpengaruh, tetapi hasil
penelitia menunjukan bahwa faktor keluarga menujukan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
Faktor presipitasi
Yaitu stimulus yang diekspresikan oleh individu sebagai suatu tantangan,
ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra yang digunakan untuk
koping.
Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada di lingkungan.
4) Perilaku
Respon klien terhadap halusinogen dapat berupa bicara sendiri, tersenyum,
tertawa sendiri, curiga. Ketakutan perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung,
perilaku merusak diri, ancaman, dirinya atau orang lain. Oleh karena itu aspek
penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan yaitu dengan
mengupayakan suatau proses interaksi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungan dan halusinasi tidak berlangsung.
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 13/23
5) Sumber koping
Sumber koping seseorang individual dan alamiah serta tergantung pada luasnya
gangguan neurobilogical. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk
memecahkan atau menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan
budaya serta dukungan keluarga, dapat membantu seseorang
menginterprestasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang berhasil.
6) Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri. Dalam menghadapi rasa cemas pada klien halusinasi
biasanya digunakan mekanisme proyeksi yang dapat memberikan kemampuan
pada ego untuk mengatasi rangsangan yang mengancam dari luar sehingga
mengurangi kecemasan.
2. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri: orang lain dan lingkungan
Perubahan sensoripersepsi : halusinasi pendengaran
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 14/23
Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan Konsep diri:Harga diri rendah
(Kelliat Budi Anna, dkk, 1997)
Masalah keperawatan yang timbul pada klien sebagai berikut :
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perubahan persepsi sensori:halusinasi pendengaran
Isolasi sosial :menarik diri
Gangguan Konsep diri:harga diri rendah
3. Diagnosa keperawatanan
a. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d halusinasi
pendengaran.
b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran b/d isolasi
social:menarik diri.
c. Isolasi sosial:menarik diri b/d harga diri rendah
4. Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa I: resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d
halusinasi pendengaran.
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungan.
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 15/23
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) sapa klien dengan ramah baik verbal dan non verbal
2) perkenalkan diri dengan sopan
3) tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
6) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2) Observasi tingkah laku klien dengan halusinasinya
3) Bantu klien mengenal halusinasinya
4) Diskusikan dengan klien mengenai situasi yang menimbulkan
halusinasi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi.
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi
2) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian.
3) Diskusikan cara memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi
4) Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan yang ada diruang
perawatan seperti TAK.
d. Klien dapat dukngan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 16/23
1) anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika halusinasi timbul.
2) Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung) tentang gejala
halusinasi dan cara merawat anggota keluarga dengan halusinasi.
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
1) diskusikan dengan keluarga tentang dosis, frekuensi obat dan
manfaat obat.
2) Anjurkan klien untuk meminta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya.
3) Anjurkan klien bicara pada dokter tanpa konsultasi
4) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
5) Bantu klien menggunakan obat dengan prnsip 5 (lima) benar.
Diagnosa II: perubahan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran b/d
menarik diri.
Tujuan umum: klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga terjadi
halusinasi.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Sapa klien dengan ramah.
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang klien sukai.
4) Jelaskan tujuan pertemuan
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 17/23
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukan sikap empati
7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
b. Klien dapat menyebutkantentang perilaku menaik diri
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda- tandanya
2) Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
penyebab menarik diri
3) Diskusikan dengan klien perilaku menarik diri, tanda, serta
gejala yang muncul
4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain
dan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat atau kerugian
bergaul dengan orang lain.
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
3) Diskusikan dengan klien tentang manfaat bergaul dengan
orang lain serta kerugiannya.
4) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan bergaul dengan orang lain
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 18/23
d. Klien dapat melaksanakan hubungan secara bertahap: k-p, k-p-k, k-p-
klp, k-p-klg
1) Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain
2) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara
bertahap
3) Beri reinforcement positif atas kebersihan yang dicapai
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
5) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan oleh klien
6) Motifasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7) Beri reinforcement atas keberhasilandalam mengikuti jegiatan ruangan
8) Klien dapat mengungkapkan perasannya bila bergaul dengan orang lain
e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya bila bergaul dengan orang
lain
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan tentang manfaat bergaul dengan
orang lain
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat bergaul dengan orang lain
f. Klien dapat memberdayakan system pendukung untuk mengembangkan
kemampuan klien untuk berhubungan dengan oerang lain
1) Bina hubungan saling percaya
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 19/23
2) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku menarik diri,
penyebeb, akibat dan cara menghadapi klien menarik diri
3) Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
4) Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal 1x dalam seminggu
5) Berikan reinforcement positif atas hal-hal yang dicapai oleh keluarga
Diagnosa III: Isolasi sosial; menarik diri b/d harga diri rendah
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komun ikasi terapeutik
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
1) diskusikan tentang kemampuan dan aspek yang dimiliki klien
2) hindarkan penilaian negative saat bertemu klien
3) berikan pujian yang realistic
4) diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
5) klien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 20/23
c. Rencana bersama klien aktifitas yang dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan
yang membutuuhkan bantuan total.
1) Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
2) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakkan.
d. Klien dapat melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuan yang ada.
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
e. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah
2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
5. Evaluasi
Diagnosa 1: resti menciderai diri, orang lain dan lingkungan
b/d halusinasi pendengaran.
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 21/23
Hasil yang diharapkan :
a. Terbina hubungan saling percaya antara klien dengan perawat
b. Klien dapat mengenali halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol dan memutuskan halusinasinya secara mandiri
d. Adanya hubungan keluarga terhadap klien dalam mengontrol
halusinasinya
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Diagnosa 2: Perubahan sensori persepsi; halusinasi pendengaran b/d
menarik diri
Hasil yang diharapkan:
a. Terbina hubungan saling percaya
b. Klien menyebutkan penyebab menarik diri
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
d. Klien melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
e. Klien mengungkapkan perasaannya setelah hubungan dengan orang
lain
f. Klien memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 22/23
Diagnosa 3: Isolasi social; menarik diri b/d harga diri rendah
Hasil yang diharapkan:
a. Klien dapat menerima kehadiran perawat
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan, aspek positif yang ada.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
d. Klien dapat membuat rencana kegiatan
e. Klien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kondisi
f. Klien dapat memanfaatkan system pendukung.
8/8/2019 HALUSINASI 5
http://slidepdf.com/reader/full/halusinasi-5 23/23