halusinasi

17
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI A. Pengertian: Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. (Kelliat, 1998). B. Teori yang menjelaskan halusinasi Teori yang menjelaskan terjadinya halusinaasi adalah sebagai berikut: Teori Biokimia Terjadi sebagai respon terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neurotic (buffofenon dan dimethytransferase) Teori Psikoanalisis Merupakan respon ketahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar C. Rentang Respon Halusinasi Respon Adaptif Respon maladaptive 1

Upload: tomi-rinaldi

Post on 31-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. Pengertian:

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya

rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat

kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan

sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari

halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik

sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang

diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. (Kelliat, 1998).

B. Teori yang menjelaskan halusinasi

Teori yang menjelaskan terjadinya halusinaasi adalah sebagai berikut:

Teori Biokimia

Terjadi sebagai respon terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat

halusinogenik neurotic (buffofenon dan dimethytransferase)

Teori Psikoanalisis

Merupakan respon ketahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang mengancam

dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar

C. Rentang Respon Halusinasi

Respon Adaptif Respon maladaptive

Respon Adaptif Distorsi Pikiran Gejala Pikiran

- Respon Logis - Distorsi pikiran - Delusi Halusinasi

- Respon akurat - Perilaku aneh / - Perilaku diorganisasi

- Perilaku sesuai tidak sesuai - Sulit berespon

- Emosi sosial - Menarik diri dengan pengalaman

D. Jenis dan Karakteristik Halusinasi

Berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada klien dengan

halusinasi

Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif

Halusinasi Dengar Bicara/tertawa sendiri Mendengar suara atau 1

Page 2: HALUSINASI

(klien mendengar suara/ bunyi

yang tidak ada hubungannya

dengan stimulus yang nyata)

Mendengar suara atau kebisingan,

paling sering suara kata yang jelas,

berbicara dengan klien bahkan

sampai percakapan lengkap antara

kedua penderita halusinasi. Pikiran

yang terdengar jelas dimana klien

mendengar perkataan bahwa

pasien disuruh untuk melakukan

sesuatu kadang – kadang dapat

membahayakan.

Marah-marah tanpa sebab

Mendekatkaan telinga

kearah tertentu.

Menutup telinga

kegaduhan

Mendengar suara atau

mengajak bercakap-

cakap

Mendengar suara yang

mengajak melakukan

yang berbahaya.

Halusinasi Pengelihatan

(klien melihat gambaran yang

jelas/samar terhadap adanya

stimulus yang nyata daari

lingkungan dan orang lain tidak

melihatnya)

Stimulus penglihatan dalam kilatan

cahaya, gambar geometris,

gambar karton atau panorama

yang luas dan kompleks.

Penglihatan dapat berupa sesuatu

yang menyenangkan / sesuatu

yang menakutkan seperti monster.

Menunjuk-nunjuk kearah

tertentu

Ketakutan pada sesuatau

yang tidak jelas

Melihat bayangan, sinar,

bentuk geometris,

kartun, melihat hantu

atau monster

Halusinasi Penciuman

(klien mencium suatu bau yang

muncul dari sumber tertentu

tanpastimulus yang nyata)

Membau bau-bau seperti darah,

urine, feses umumnya bau- bau

yang tidak menyenangkan.

Halusinasi penciuman biasanya

akibat stroke, tumor, kejang dan

Mengendus-endus seperti

membaui bau-bauan

tertentu

Menutup hidung

Membaui bau-bauan

seperti darah, urine,

feses, dan kadang-kadang

bau-bauan tersebut

menyenangkan bagi klien

2

Page 3: HALUSINASI

demensia.

Halusinasi Pengecapan

(klien merasakan sesuatu yang

tidak nyata, biasanya merasakan

rasa makanan yang tidak enak)

Sering meludah

Muntah

Merasakan rasa seperti

darah, urine atau feses

Halusinasi Kinestetik

(klien merasakan badanya

bergerak disuatu ruangan atau

anggota badanya bergerak)

Memegang kakinya atau

anggoata badan yang lain

yang dianggapnya bergerak

sendiri

Mengatakan badaantya

bergerk diudara

Halusinasi Perabaan

(klien merasakan sesuatu pada

kulitnya tanpa ada stimulus yang

nyata)

Menggaruk-garuk

permukaan kulit

Mengatakan ada

serangga dipermukaan

kulitnya.

Mengatakan seperti

tersengan listrik

Halusinasi Visceral

(perasaan tertentu yang timbul

dalam tubuhnya)

Memegang badannya yang

dianggapnya berubah

bentuk dan tidak normal

seperti biasanya

Mengatakan perutnya

mengecil setelah minum

softdrink

E. Fase Halusinasi

Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.

Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001) dan setiap

fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

a. Fase I ( Comforting / ansietas sebagai halusinasi menyenangkan )

Karakteristik :

Pada fase ini klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah

dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk

meredakan ansietas.

Perilaku klien :

Di sini dapat dilihat perilaku klien tersenyum, tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan

lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.

b. Fase II ( Condemning / ansietas berat halusinasi memberatkan )

Karakteristik :

Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin

mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.

Perilaku klien :

3

Page 4: HALUSINASI

Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti

peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik

dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi

dengan realita.

c. Fase III

Karakteristik :

Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada

halusinasi tersebut.

Perilaku klien :

Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu

mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan

terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

d. Fase IV ( Conquering / Panik umumnya menjadi lezat dalam halusinasinya )

Karakteristik :

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi.

Perilaku klien :

Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap

perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat

membahayakan.

F. Psikodinamika

4

Faktor predisposisi

biologis psikologis sosiocultural

Abnormalitas perkembangan sistem saraf, lesi daerah frontal, dopamine neurotransmitter, factor biokimia.

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab berpengaruh terhadap kemampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat bagi masa depan sehingga klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata kea lam hayal.

kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress, tinggal di ibukota, penolakan dari lingkungan

Page 5: HALUSINASI

5

Penilaian terhadap stressor

kognitif

penurunan fungsi ego

afektif

Ansietas dari ringan sampai berat, takut, sedih

fisiologis perilaku

curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata..

sosial

Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, Tekanan darah meningkat, Mual, Muntah

sifat

Bio: memikirkan sesuatu yang tidak nyataPsiko: tidak termotivasi dalam hidupSosial: kurang sosialisasiSpiritual: tidak percaya Tuhan

Jumlah

Kuantitas halisinasi

muncul pada klien

asal waktu

Sejak kapan terjadi halusinasi, kapan saja terjadi halusinasi

Stresor presipitasi

Bio:kelelahan,obat-obatan, delirium, intoksikasi alcohol, kesulitan tidur untuk waktu yang lamaPsiko: cemas yang berlebihanSosial:gangguan interaksi sosial Spiritual: hilangnya aktivitas ibadah, kehampaan hidup

Page 6: HALUSINASI

Pohon Masalah

6

RegresiProyeksiMenarik diriHalusinasi

Kemampuan personal

ketrampilan yang dimiliki klien

Dukungan sosial

dukungan emosional dan bantuan yang didapatkan untuk penyelesaian tugas, pengetahuan dan kemampuan keluarga memberikan asuhan

Aset material

Fasilitas Kesehatan Jiwa, Asuransi,

Keyakinan positif

teknik pertahanan dan motivasi

Sumber koping

Mekanisme Koping

Respon LogisRespon AkuratBercerita dengan Teman

Konstruktif Destruktif

Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik

Resiko Bunuh Diri

Page 7: HALUSINASI

Data yang perlu dikaji

Data Obyektif Data Subyektif

Klien berbicara dan tertawa sendiri

Klien bersikap seperti

mendengar/melihat sesuatu

Klien berhenti bicara ditenga kalimat

untuk mendengarkan sesuatu

Disorientasi

Klien mengatakan mendengar bunyi

yang tidak berhubungan dengan

stimulus nyata

Klien mengatakan melihat gambaran

tanpa ada stimulus yang nyata

Klien mengatakan mencium bau tanpa

stimulus

Klien merasa makan sesuatu

Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

Klien takut pada suara/bunyi/gambar

yang dilihat dan didengar

Klien ingin memukul/melempar barang-

barang

Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi sensori : halusinasi

7

Koping Individu tidak efektif

Penurunan Koping Keluarga

Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial

Halusinasi

Kerusakan Interaksi Sosial

Page 8: HALUSINASI

Rencana Tindakan Keperawatan

DiagnosaKeperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Gangguan persepsi sensori:

Halusinasi

Umum:Dalam 1x pertemuan pasien mampu mengenali halusinasi dan mengontrol halusinasi dengan cara pertama.Khusus:1. Pasien mengenal jenis

halusinasi2. Pasien mengenal isi

halusinasi3. Pasien mengenal waktu

halusinasi4. Pasien mengenal

frekuensi halusinasi5. Pasien mengenal situasi

halusinasi6. Pasien menjelaskan

respon terhadap halusinasi

7. Pasien mampu menghardik halusinasi

8. Pasien mampu memasukan menghardik halusinasi ke dalam

1. Pasien mampu beriteraksi dengan perawat.

2. Pasien mampu mengenali halusinasi yang dialami.

3. Pasien mampu menghardik halusinasi.

1. Identifikasi jenis halusinasi

2. Identifikasi isi halusinasi

3. Identifikasi waktu halusinasi

4. Identifikasi frekuensi halusinasi

5. Identifikasi situasi halusinasi

6. Identifikasi respon terhadap halusinasi

7. Ajarkan cara menghardik halusinasi8. Anjurkan pasien memasukan cara

menghardik halusinasi ke dalam jadwal kegiatan harian

1. Untuk mengenalkan jenis halusinasi kepada pasien

2. Untuk mengenalkan isi halusinasi kepada pasien

3. Untuk mengenalkan waktu halusinasi kepada pasien

4. Untuk mengenalkan frekuensi halusinasi kepada pasien

5. Agar pasien mengenali situasi saat terjadinya halusinasi

6. Agar pasien mampu mengenali responnya saat terjadi halusinasi

7. Agar pasien mampu melawan halusinasinya

8. Agar pasien mampu latihan cara menghardik halusinasi

8

Page 9: HALUSINASI

jadwal kegiatan harianGangguan persepsi sensori:

Halusinasi

Umum:Dalam 1x pertemuan pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara kedua.Khusus:

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Mengajarkan bercakap-cakap dengan orang lain jika terjadi halusinasi

3. Memasukan bercakap-cakap dengan orang lain ke dalam jadwal kegiatan harian

1. Jadwal kegiatan harian pasien terlaksana.

2. Pasien dapat bercakap-cakap dengan orang lain

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Latih pasien mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

3. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

1. Untuk memastikan latihan menghardik halusinasi sudah dilakukan.

2. Agar pasien beralih dari halusinasinya.

3. Agar pasien mampu latihan bercakap-cakap dengan orang lain sebanyak-banyaknya.

Gangguan persepsi sensori:

Halusinasi

Umum:Dalam 2x pertemuan pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara ketiga.Khusus:

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Pasien mampu mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan.

3. Pasien dapat memasukan

1. Jadwal kegiatan harian pasien terlaksana.

2. Pasien dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah.

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian

2. Latih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)

3. Menganjurkan pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

1. Untuk memastikan latihan bercakap-cakap sudah dilakukan.

2. Agar pasien dapat beralih dari halusinasinya.

3. Agar pasien mampu latihan.

9

Page 10: HALUSINASI

kegiatan ke dalam jadwal harian.

Gangguan persepsi sensori:

Halusinasi

Umum:Dalam 1x pertemuan pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara keempat.Khusus:

1. Mengerti penggunakan obat secara teratur

2. Mampu memasukan minum obat ke dalam jadwal kegiatan harian

1. Pasien mengerti penggunaan obat.

2. Pasien mengerti tentang jadwal minum obat.

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

3. Anjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

1. Untuk memastikan latihan kegiatan sebelumnya telah dilakukan

2. Agar pasien mengetahui dan mengerti pentingya obat bagi penyakitnya

3. Agar pasien mampu minum obat secara teratur

Gangguan persepsi sensori:

Halusinasi

Umum:Dalam 2x pertemuan keluarga mengetahui tentang halusinasi dan cara merawat pasien halusinasiKhusus:

1. Menjelaskan tentang halusinasi

2. Menjelaskan cara memutus halusinasi pasien

1. Keluarga mampu Menyebutkan pengertian halusinasi

2. Keluarga mampu Menyebutkan jenis halusinasi

3. Keluarga mampu Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi pasien

4. Keluarga mampu menyebutkan cara memutus halusinasi

1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya

3. Jelaskan cara merawat pasien halusinasi

1. Agar perawat mengetahui perasaan keluarga

2. Agar keluarga mengetahui tentang halusinasi

3. Karena keluarga yang merawat pasien halusinasi di rumah

Gangguan persepsi

Dalam 2x pertemuan keluarga dapat

1. Keluarga mampu memperagakan

1. Latih keluarga mempraktekan cara merawat pasien halusinasi

Karena keluarga yang merawat pasien halusinasi

10

Page 11: HALUSINASI

sensori: Halusinasi

mempraktekan cara merawat pasien halusinasi

latihan cara memutus halusinasi

2. Keluarga mengajak pasien bercakap-cakap saat pasien jadwal berhalusinasi

2. Latih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien halusinasi

di rumah

Gangguan persepsi sensori:

Halusinasi

Dalam 2x pertemuan keluarga dapat membuat jadwal aktivitas dirumah dan follow up pasien

1. Keluarga dapat memantau aktivitas sehari-hari pasien

2. Keluarga memantau dan memenuhi obat untuk pasien

3. Keluarga dapat menyebutkan sumber-sumber pelayanan kesehatan yang tersedia

4. Keluarga memanfaatkan sumber-sumbet pelayanan kesehatan terdekat

1. Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)

2. Jelaskan follow up pasien

Karena keluarga yang merawat pasien halusinasi di rumah

11

Page 12: HALUSINASI

Daftar Pustaka

Stuart GW Sundeen. 2006.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat Budi Ana. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Ana. 2008. Model Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama

12