ham

43
Pendidikan Kewarganegaraan Mata Kuliah Ciri Universitas Universitas Mercu Buana - Jakarta HAK ASASI MANUSIA

Upload: suher-lambang

Post on 28-May-2015

3.088 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: ham

Pendidikan Kewarganegaraan

Mata Kuliah Ciri Universitas

Universitas Mercu Buana - Jakarta

HAK ASASI MANUSIA

Dosen :

Page 2: ham

Udjiani Hatiningrum1. Pengertian Hak asasi Manusia.

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) menurut Tilaar (2001) adalah hak-hak yang

melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak

sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama dengan kelahirannya atau

kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Hak asasi manusia dalam pengertian

umum adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah

tuhan yang dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa sebagai anugerah dari tuhan kepada

makhluknya, hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri.

Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya,

karena jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi

inti nilai kemanusiaan. Ini bukan berarti bahwa perwujudan hak asasi manusia dapat

dilaksanakan secara mutlak karena dapat melanggar hak asasi orang lain.

Memperjuangkan hak sendiri sampai-sampai mengabaikan hak orang lain, ini

merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita wajib menyadari bahwa hak-hak asasi

kita selalu berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain.

HAM pada dasarnya bersifat umum atau universal, karena diyakini bahwa beberapa

hak yang dimiliki manusia tidak memandang bangsa, ras, atau jenis kelamin. Dasar dari

hak asasi adalah bahwa manusia harus memperoleh kesempatan untuk

berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya. HAM juga bersifat supralegal,

artinya tidak tergantung pada negara atau undang-undang dasar, dan kekuasaan

pemerintah, bahkan HAM memiliki kewenangan lebih tinggi, yaitu Tuhan. Di Indonesia,

hal ini ditegaskan dalam UU No 39/1999 tentang HAM yang mendefinisikan HAM

sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikikat keberadaan manusia

sebagai mahluk Tuhan YME.

Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM di atas, diperoleh kesimpulan

bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan

Page 3: ham

fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi

oleh setiap individu, masyarakat, atau negara. Upaya menghormati, melindungi,

1

dan menjunjung tinggi HAM, menjadi kewajiban dan tanggungjawab bersama antara

individu, pemerintah (aparatur pemerintah baik sipil maupun militer) bahkan negara.

Jadi, dalam memenuhi kebutuhan menuntut hak tidak terlepas dari pemenuhan

kebutuhan kewajiban yang harus dilaksanakan. Begitu juga dalam memenuhi

kepentingan perseorangan tidak boleh merusak kepentingan orang banyak (kepentingan

umum). Maka dapat disimpulkan bahwa hakikat dari asasi manusia adalah

keterpaduan antara HAM, kewajiban asasi manusia (KAM), dan tanggungjawab

manusia (TAM) yang berlangsung secara sinergis dan seimbang.

Ciri pokok dari hakikat hak asasi manusia adalah :

1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. Hak asasi

manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis

2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,

asal usul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.

3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak

untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi

manusia meskipun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi

bahkan melanggar hak asasi manusia.

Ruang lingkup HAM :

a. hak sosial politik (hak alamiah), yang dibawa oleh manusia sejak ia dilahirkan,

contohnya: hak hidup, hak milik, dan hak untuk mengusahakan kebahagiaan .

b. hak sosial ekonomi-sosial budaya, yaitu hak yang diperoleh manusia dari

masyarakatnya, contohnya; hak mendapatkan pekerjaan, hak menerima upah

yang layak, hak berserikat/ berorganisasi, hak mengemukakan pendapat (lisan

dan tertulis), hak mendapatkan pendidikan, dan hak mendapatkan pelayanan

kesehatan.

Page 4: ham

2

2. Tujuan HAM.

Tujuan pelaksanaan HAM adalah untuk mempertahankan hak-hak warga negara

dari tindakan sewenang-wenang aparat negara, dan mendorong tumbuh serta

berkembangnya pribadi manusia yang multidimensional. HAM memiliki nilai utama

sangat tinggi yang sebenarnya telah tersirat dalam pembukaan Undang-undang Dasar

1945, yaitu adanya kebebasan/kemerdekaan, perdamaian dan keadilan/kesederajatan.

“Karena manusia dilahirkan dalam keadaan merdeka, diharapkan juga merdeka dalam

menjalani hidupnya yang bebas dari rasa takut, sehingga mendapatkan kesempatan

yang sama dalam menjalani  kehidupannya.” Kewajiban pemerintah saat ini  adalah

memberikan suatu pemahaman HAM pada seluruh warga masyarakat dan memberikan

pemahaman enam prinsip utama HAM, yaitu hakiki, berlaku universal, tidak boleh

diwakili, tidak boleh dicabut, HAM tidak terpisahkan dengan kewajiban dasar, dan

nondiskriminasi.

3. Perkembangan Pemikiran HAM.

Pembicaraan tentang adanya keberadaan HAM tidak terlepas dari pengakuan

terhadap adanya hukum alam ( natural law ) yang menjadi cikal bakal bagi kelahiran

HAM. Hukum alam menurut Marcus G singer merupakan satu konsep dari prinsip-

prinsip umum moral dan system keadilan dan berlaku untuk seluruh umat manusia.

Salah satu muatn hukum alam adalah hak-hak pemberian dari alam ( Natural Rights ) ,

karena dalam hukum alam ada sistem keadilan yang berlaku universal.

Perkembangan HAM di Dunia.

Tonggak awal berlakunya HAM internasional ialah pada Deklarasi Universal Hak

Asasi Manusia (DUHAM) pada 10 Desember 1948 di Paris, Prancis. Di sini tonggak

Page 5: ham

deklarasi universal mengenai hak asasi manusia yang mengakui hak setiap orang

diseluruh dunia. Deklarasi ini ditanda tangani oleh 48 negara dari 58 negara anggota

3

PBB dan disetujui oleh majelis umum PBB. Perumusan penghormatan dan

pengakuan norma-norma HAM yang bersifat universal, nondiskriminasi, dan imparsial

telah berlangsung dalam sebuah proses yang sangat panjang. Inggris merupakan

negara pertama di dunia yang memperjuangkan hak asasi manusia yang tergambar

dalam perjuangan dalam dokumen Magna Charta, Petition of Rights, Habeas Corpus

Act, dan Bill of Rights.

Perkembangan HAM :

1. Magna Charta (Piagam Agung 1215): raja adil, bila salah dihukum, dan ada

pertanggungjawaban .

2. Bill Of Rights ( UU Hak 1689): perlakuan yang sama dimuka hukum

3. Deklarasi HAM Perancis 1789: manusia lahir merdeka dan suci, tidak boleh ada

penangkapan semena-mena

4. Declarations Of Human Rights PBB 1948: menyelamatkan manusia dari perang;

kedudukan manusia yang sama, rasa adil dan kehidupan yang lebih baik

5. Piagan Atlantic Charter 1941:

Freedom from fear (bebas dari rasa takut)

Freedom of religion (bebas memeluk agama).

Freedom of expression (bebas menyatakan pendapat ).

Freedom of information (bebas dalam hal pemberitaan).

Freedom from want (bebas dari kemelaratan).

Piagam Magna Charta (Piagam Agung 1215) :

Piagam Magna Charta (Piagam Agung 1215) adalah piagam penghargaan atas

pemikiran dan perjuangan HAM yang dilakukan oleh rakyat Inggris kepada Raja John

yang berkuasa pada tahun 1215. Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang

prinsip dasarnya memuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia

Page 6: ham

lebih penting daripada kedaulatan raja. Pada awal abad ke XII, muncul piagam

Magna Carta atau Piagam Agung. Terjadi pada pemerintahan Raja John

4

Lackland yang menjabat menggantingan Raja Richard. Raja John yang bertindak

sewenang-wenang terhadap rakyat dan kelompok bangsawan mengakibatkan rasa tidak

puas kaum bangsawan dan berhasil membuat suatu perjanjian yang disebut Magna

Charta. Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 di Inggris yang dibuat untuk

membatasi kekuasaan Raja John di Inggris.

Isi dari Magna Charta tersebut adalah :

1) Raja beserta keturunannya, berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak, dan

kebebasan Gereja di Inggris.

2) Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untu memberikan hak-hak

sebagai berikut :

a) Para petugas kemanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak

penduduk.

b) Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan

sanksi yang sah.

c) Seseorang yang bukan budak tidak akan di tahan, ditangkap, dinyatakan

bersalah tanpa perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai

dasar tindakannya.

d) Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur di tahan,

raja berjanji akan mengoreksi kesalahannya.

Magna Charta ini merupakan dokumen kenegaraan yang memberi jaminan

hak-hak asasi manusia. Sebenarnya dokumen ini dimaksudkan untuk menjamin hak-

hak serta wewenang para bangsawan, tetapi kemudian oleh umum dipandang sebagai

jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dari rakyat yang dalam perkembangan

selanjutnya tidak dikenal lagi bangsawan-bangsawan sebagai penguasa melainkan

hanya Sang Raja sebagai pemegang puncak kekuasaan pemerintahan.

Page 7: ham

5

Melalui magna charta ini, raja yang tadinya mempunyai kekuasaan absolut (raja

sebagai pencipta hukum dan tidak terikat hukum) :

1) mulai dibatasi kekuasannya,

2) dapat dimintai pertanggungjawabannya di muka umum. Lalu sistem monarki pun

beralih ke monarki konstitusional di mana kekuasaan raja tinggal sebagai simbol

belaka

Bill Of Rights ( UU Hak 1689) : perlakuan yang sama dimuka hukum :

Pada tahun 1689, Bill of Rights dikeluarkan dan menjadi undang-undang yang

diterima oleh parlemen Inggris sebagai bentuk perlawanan terhdap Raja James II. Isi

dari dokumen ini adalah :

1) Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen

2) Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat

3) Pajak, undang-undang, dan pembentukan tentara tetap harus seizing parlemen

4) Hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercayaannya masing-

masing

5) Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.

Lahirnya BILL OF RIGHTS di Inggris pada 1689 yang mengedepankan adagium

bahwa manusia sama di muka hukum (equality before law) .

Deklarasi HAM Perancis 1789 : manusia lahir merdeka dan suci, tidak boleh ada

penangkapan semena-mena :

Lahirnya THE AMERICAN DECLARATION OF INDEPENDENCE di AS (1776) dan

DECLARATION DES DROITS DE L’HOMME ET DU CITOYEN (Deklarasi Hak-hak

Manusia dan Warganegara) di Perancis (1789). Ini merupakan prinsip HAM modern

yang menjadian acuan masa kini . Gagasan H AM muncul sebagai

Page 8: ham

6

penolakan campur tangan terhadap kepentingan individu, terutama yang dilakukan oleh

negara (negative rights). Prinsipnya, manusia itu merdeka sejak masih ada di dalam

rahim ibu.

Deklarasi HAM di Perancis menjadi dasar dari THE RULE OF LAW yang antara

lain menekankan bahwa :

Tidak boleh ada penangkapan dan penahanan semena-mena tanpa alasan

Prinsip praduga tak bersalah (presumption of innocence)

Kebebasan mengeluarkan pendapat (freedom of expression)

Kebebasan mengatut agama yang dikehendaki (freedom of religion)

Perlindungan hak milik (the right of property).

Declarations Of Human Rights PBB 1948 :

Lahirnya THE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS yang diciptakan

oleh PBB pada 10 Desember 1948 (10 Desember = HARI HAM INTERNASIONAL).

Deklarasi ini adalah reaksi dari malapetaka HAM selama PD II yang dipelopori Hitler

(Nazi Jerman). Menurut piagam PBB pasal 68 pada tahun 1946 telah terbentuk Komisi

Hak-hak Manusia ( Commission on Human Rights ) beranggota 18 orang. Komisi inilah

yang pada akhirnya menghasilkan sebuah Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi

Manusia ( Universal Declaration of Human Rights ) yang dinyatakan diterima baik oleh

sidang Umum PBB di Paris pada tanggal 10 Desember 1948.

Kesadaran dunia international untuk melahirkan Deklarasi Universal tahun 1948 di

Paris, yang memuat salah satu tujuannya adalah menggalakkan dan mendorong

penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia dan kebebasan asasi bagi semua orang

tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahaswa atau agama (pasal 1). Pasal tersebut

diperkuat oleh ketetapan bunyi pasal 55 dan pasal 56 tentang kerja sama Ekonomi dan

Sosial International, yang mengakui hak-hak universal HAM dan ikrar bersama-sama

Negara-negara anggota untuk kerja sama dengan PBB untuk tujuan tersebut. Organ -

Page 9: ham

7

organ PBB yang lebih banyak berkiprah dalam memperjuangkan HAM di antaranya

yang menonjol adalah Majelis Umum, Dewan ECOSOC, CHR, Komisi tentang Status

Wanita, UNESCO dan ILO.

Maksud dan tujuan PBB mendeklarasikan HAM sewperti tertuang dalam

piagam Mukadimahnya :

1) Hendak menyelamatkan keturunan manusia yang ada dan yang akan datang

dari bencana perang.

2) Meneguhkan sikap dan keyakinan tentang HAM yang asasi, tentang harkat dan

derajat manusia,dan tentang persamaan kedudukan antara laki-laki dan

perempuan, juga antara bangsa yang besar dan yang kecil.

3) Menimbulkan suasana di mana keadilan dan penghargaan atas berbagai

kewajiban yang muncul dari segala perjanjian dan lain-lain sumber hukum

internasional menjadi dapat dipelihara.

4) Memajukan masyarakat dan tingkat hidup yang lebih baik dalam suasana

kebebasan yang lebih leluasa.

Piagam Atlantik (Atlantic Charter) :

Piagam Atlantik (Atlantic Charter) 14 Agustus 1941 yang ditandatangani oleh

Franklin Delano Roosevelt (Presiden Amerika Serikat) dengan Winston Churchill

(Perdana Menteri Inggris). Isi pokok dari piagam itu adalah sebagai berikut :

a) tidak boleh ada perluasan daerah tanpa persetujuan penduduk asli;

b) Setiap bangsa berhak menentukan dan menetapkan bentuk pemerintahannya

sendiri;

c) Setiap bangsa berhak mendapat kesempatan untuk bebas dari rasa takut dan

bebas dari kemiskinan.

Page 10: ham

8

Pada tanggal 26 juni 1945, 50 negara menyetujui piagam atlantik menjadi piagam

perserikatan bangsa-bangsa (un charter) dan pada tanggal 24 oktober 1945, piagam

tersebut ditandatangani oleh 50 negara dan terbentuklah organisasi PBB, sehingga

setiap tanggal 24 oktober diperingati sebagai hari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Secara garis besar menurut Prof. Dr. Bagir Manan, dalam bukunya Perkembangan

Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia (2001), membagi perkembangan

pemikiran HAM dalam dua periode, yaitu periode sebelum kemerdekaan (1908 – 1945)

dan periode setelah kemerdekaan (1945 – sekarang).

Periode Sebelum Kemerdekaan (1908 – 1945) :

Perkembangan pemikran HAM dalam periode ini dalam organisasi pergerakan

sebagai berikut :

1) Budi Oetomo :

Pemikirannya, “Hak Kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.”

Dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Budi Oetomo telah memperlihatkan

adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi – petisi

yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam

surat kabar goeroe desa.

Bentuk pemikiran HAM Budi Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat

dan mengeluarkan pendapat.

2) Perhimpunan Indonesia :

Pemikirannya “Hak untuk menentukan nasib sendiri (the right of self

determination).”

3) Sarekat Islam :

Pemikirannya “Hak penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan

diskriminasi rasial.”

Page 11: ham

9

4) Partai Komunis Indonesia :

Pemikirannya, “Hak sosial dan berkaitan dengan alat-alat produksi.”

5) Indische Party :

Pemikirannya, “Hak untuk mendapatkan kemerdekaan dan perlakuan yang

sama.”

6) Partai Nasional Indonesia :

Pemikirannya, “Hak untuk memperoleh kemerdekaan.”

7) Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia :

Pemikirannya meliputi :

a) hak untuk menentukan nasib sendiri.

b) hak untuk mengeluarkan pendapat.

c) hak untuk berserikat dan berkumpul.

d) hak persamaan di muka hukum

e) hak untuk turut dalam penyelenggaraan Negara.

Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI

antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad

Yamin pada pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI

berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan,

hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan

dan lisan.

Periode Setelah Kemerdekaan (1945 – Sekarang) :

1) Periode 1945 – 1950 :

Pemikiran HAMnya menekankan pada hak-hak mengenai :

a) hak untuk merdeka (self determination).

b) hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan.

Page 12: ham

10

c) hak kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di

parlemen.

Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara formal karena telah

memperoleh pengaturan dan masuk kedalam hukum dasar Negara ( konstitusi )

yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM pada periode awal sebagaimana

ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945. Langkah

selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik.

Sebagaimana tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.

Sebagai implementasi pemikiran HAM di atas, pemerintah mengeluarkan

Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang Partai Politik dengan

tujuan untuk mengatur segala aliran yang ada dalam masyarakat dan pemerintah

berharap partai tersebut telah terbentuk sebelum pemilu DPR pada bulan Januari

1946.

2) Periode 1950 – 1959 :

Pemikiran HAM dalam periode ini lebih menekankan pada semangat

kebebasan demokrasi liberal yang berintikan kebebasan individu.

Implementasi pemikiran HAM dalam periode ini lebih memberi ruang hidup bagi

tumbuhnya lembaga demokrasi yang antara lain :

a) Partai politik dengan beragam ideologimya.

b) Kebebasan pers yang bersifat liberal.

c) Pemilu dengan sistem multipartai.

d) Parlemen sebagai lembaga kontrol pemerintah.

e) Wacana pemikiran HAM yang kondusif karena pemerintah memberi

kebebasan.

Periode 1950 – 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan

sebutan periode Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini

mendapatkan momentum yang sangat membanggakan , karena suasana

Page 13: ham

11

kebebasan yang menjadi semangat demokrasi liberal atau demokrasi parlementer

mendapatkan tempat di kalangan elit politik. Seperti dikemukakan oleh Prof. Bagir

Manan pemikiran dan aktualisasi HAM pada periode ini mengalami “ pasang” dan

menikmati “ bulan madu “ kebebasan.

Indikatornya menurut ahli hukum tata Negara ini ada lima aspek, yaitu :

Pertama, semakin banyak tumbuh partai – partai politik dengan beragam

ideologinya masing – masing.

Kedua, Kebebasan pers sebagai pilar demokrasi betul – betul menikmati

kebebasannya.

Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung

dalam suasana kebebasan, fair ( adil ) dan demokratis.

Keempat, parlemen atau dewan perwakilan rakyat resprentasi dari

kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil

rakyat dengan melakukan kontrol yang semakin efektif terhadap

eksekutif.

Kelima, wacana dan pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang

kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang

kebebasan.

3) Periode 1959 – 1966 :

Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem

demokrasi terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhadap sistem

demokrasi Parlementer. Pada sistem ini ( demokrasi terpimpin ) kekuasan berpusat

pada dan berada ditangan presiden. Akibat dari sistem demokrasi terpimpin

Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran supratruktur politik

maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan dengan HAM, telah terjadi

pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak politik.

12

Page 14: ham

4) Periode 1966 – 1998 :

Dalam periode ini, pemikiran HAM dapat dilihat dalam tiga kurun waktu yang

berbeda :

a) tahun 1967 (awal pemerintahan Presiden Soeharto) :

Berusaha melindungi kebebasan dasar manusia yang ditandai dengan

adanya hak uji materiil (judicial review) yang diberikan kepada

Mahkamah Agung.

b) tahun 1970 – 1980 :

Pemerintah melakukan pemasungan HAM dengan sikap defensif

(bertahan), represif (kekerasan) yang dicerminkan dengan produk

hukum yang bersifat restriktif (membatasi) terhadap HAM. Alasan

pemerintah adalah bahwa HAM merupakan produk pemikiran Barat dan

tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin

dalam Pancasila.

c) tahun 1990-an :

Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an

nampak memperoleh hasil yang menggembirakan karena terjadi

pergeseran strategi pemerintah dari represif dan defensif menjadi ke

strategi akomodatif terhadap tuntutan yang berkaitan dengan

penegakan HAM.

Salah satu sikap akomodatif pemerintah terhadap tuntutan penegakan

HAM adalah dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

(KOMNAS HAM ) berdasarkan KEPRES No. 50 Tahun 1993 tertanggal

7 Juni 1993.Lembaga ini bertugas untuk memantau dan menyeliiki

pelaksanaan HAM, serta memberi pendapat, pertimbangan, dan saran

kepada pemerintah perihal pelaksanaan HAM.

13

Page 15: ham

d) Periode 1998 – sekarang :

Pada periode ini, HAM mendapat perhatian yang resmi dari pemerintah

dengan melakukan amandemen UUD 1945 guna menjamin HAM dan

menetapkan UU No 39 Tahun 1999 tentang hak asasi-asasi manusia.

Artinya bahwa pemerintah memberikan perlindungan yang signifikasi

terhadap kebebasan HAM dalam semua aspek, yaitu aspek hak [politik,

sosial, ekonomi, budaya, keamanan, hukum, dan pemerintahan.

4. HAM pada Tatanan Global dan di Indonesia.

Sebelum konsep HAM diratifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai

HAM yang telah berkembang sebelumnya, yaitu :

1) HAM menurut konsep negara-negara Barat/Liberalisme :

a) Ingin meninggalkan konsep negara yang mutlak.

b) Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas, negara sebagai

koordinator dan pengawas.

c) Filosofi dasar : hak asasi tertanam pada diri individu manusia.

d) Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan negara.

2) HAM menurut konsep sosialis :

a) Hak asasi hilang dari individu dan teritegrasi dalam masyarakat.

b) HAM tidak ada sebelum negara ada.

c) Negara berhak membatasi HAM apabila situasi menghendaki.

3) HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika :

a) Tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama/sesuai dengan

kodratnya.

b) Masyarakat sebagai keluarga besar artinya penghormatan utama untuk

kepala keluarga.

14

Page 16: ham

c) Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan

kewajiban anggota masyarakat.

4) HAM menurut konsep PBB :

Konsep HAM ini oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor Roosevelt

(10 Desember 1948) dan secara resmi disebut “Universal Declaration of Human

Rights”. Di dalamnya menjelaskan tentang hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial

dan kebudayaan yang dinikmati manusia di dunia yang mendorong

penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia.

Sejak tahun 1957, konsep HAM tersebut dilengkapi dengan tiga perjanjian,

yaitu:

Hak Ekonomi Sosial dan Budaya,

Perjanjian internasional tentang hak sipil dan politik,

Protokol opsional bagi Perjanjian hak sipil dan politik internasional.

Pada Sidang Umum PBB tanggal 16 Desember 1966 ketiga dokumen tersebut

diterima dan diratifikasi, dan saat ini sekitar 100 negara dan bangsa telah

meratifikasinya.

Universal Declaration of Human Rights menyatakan bahwa setiap

orang mempunyai :

a. Hak untuk hidup.

b. kemerdekaan dan keamanan badan.

c. hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum.

d. hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan orang lain menurut

hukum.

e. hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana seperti

diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang

sah.

f. hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara.

15

Page 17: ham

g. hak untuk mendapat hak milik atas benda.

h. hak untuk  bebas untuk mengutarakan pikiran dan perasaan.

i. hak untuk bebas memeluk agama serta mempunyai dan mengeluarkan

pendapat.

j. hak untuk berapat dan berkumpul.

k. hak untuk mendapatkan jaminan sosial.

l. hak untuk mendapatkan pekerjaan.

m. hak untuk berdagang.

n. hak untuk mendapatkan pendidikan.

o. hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat.

p. hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan

keilmuan.

DUHAM 1948, yang penyusunan rancangannya dilakukan oleh Komisi HAM

PBB (United Nations Commission on Human Rights) selama dua tahun sejak

1946, merupakan “katalog” HAM yang terdiri dari 30 pasal. Dalam garis

besarnya DUHAM 1948 menetapkan hak dan kebebasan setiap orang yang

harus diakui dan dihormati serta kewajiban yang harus dipenuhi oleh

setiap orang.

DUHAM 1948 adalah sebuah deklarasi. Sebagai dekalarasi, stricto sensu,

DUHAM 1948 bukan instrumen internasional yang mengikat secara hukum.

Oleh karena itu, agar ketentuan-ketentuan yang mengikat secara hukum,

ketentuan-ketentuan tersebut harus dituangkan ke dalam instrumen atau

intrumen internasional yang mengikat secara hukum, seperti traktat atau

perjanjian (treaty), persetujuan (agreement), konvensi (convention), kovenan

(covenant), atau protokol (protocol). Instrumen-instrumen internasional demikian

akan megikat secara hukum negara-negara yang menjadi pihak padanya

melalui prosedur yang ditetapkan oleh instrumen yang bersangkutan, seperti

ratifikasi (ratification), aksesi (accession), penerimaan (acceptance), atau

16

Page 18: ham

persetujuan (approval).

Dalam Deklarasi Universal tentang HAM (Universal Declaration of Human

Rights) atau yang dikenal dengan istilah DUHAM, HAM terbagi ke dalam

beberapa jenis, yaitu :

Hak personal (hak jaminan kebutuhan pribadi)

Hak legal (hak jaminan perlindungan hukum)

Hak sipil dan politik

Hak Subsistensi ( hak jaminan adanya sumber daya untuk menunjang

kehidupan), serta

Hak ekonomi, hukum dan budaya.

Hak personal, hak legal, hak sipil, dan hak politik yang terdapat dalam Pasal 3 -

21 dan DUHAM tersebut memuat :

a. hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan pribadi;

b. hak bebas dari perbudakan dan penghambaan;

c. hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang

kejam, tak berkeprimanusiaan ataupun merendahkan derajat manusia;

d. hak untuk memperoleh pengakuan hukum di mana saja secara pribadi;

e. hak untuk pengampunan hukum secara efektif;

f. hak bebas dari penangkapan, penahanan atau pembuangan yang

sewenang-wenang;

g. hak untuk peradilan yang inde-penden dan tidak memihak;

h. hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah;

i. hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap

kekuasaan pribadi, keluarga, tempat tinggal maupun surat-surat;

j. hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik;

k. hak atas perlindungan hukum ter-hadap serangan semacam itu;

l. hak bergerak;

m. hak memperoleh suaka;

n. hak atas satu kebangsaan;

17

Page 19: ham

o. hak untuk menikah dan memben-tuk keluarga;

p. hak untuk mempunyai hak milik;

q. hak bebas berpikir, berkesadaran dan beragama;

r. hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat;

s. hak untuk berhimpun dan berserikat;

t. hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses

yang sama terhadap pelayanan masyarakat.

Sedangkan hak ekonomi, hukum dan budaya berdasarkan pernyataan DUHAM

menyangkut hal-hal sebagai berikut, yaitu :

a. hak atas jaminan hukum;

b. hak untuk bekerja;

c. hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama;

d. hak untuk bergabung ke dalam serikat-serikat buruh;

e. hakuntuk istirahat dan waktu senggang;

f. hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan dan ke-

sejahteraan;

g. hak atas pendidikan;

h. hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang berkebudayaan dari

masyarakat.

Sementara itu HAM di Indonesia dinyatakan dalam UUD 1945 (amandemen I -IV

UUD 1945) yang memuat hak asasi manusia yang terdiriatas :

a. hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat;

b. hak kedudukan yang sama di dalam hukum/pemerintahan;

c. hak kebebasan berkumpul;

d. hak kebebasan beragama;

e. hak penghidupan yang layak;

f. hak kebebasan berserikat;

18

Page 20: ham

g. hak memperoleh pengajaran atau pendidikan.

Selanjutnya secara operasional beberapa bentuk HAM yang terdapat dalam UU

Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM sebagai berikut :

a. hak hidup;

b. hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan;

c. hak mengembangkan diri;

d. hak memperoleh keadilan;

e. hak atas kebebasan pribadi;

f. hak atas rasa aman;

g. hak atas kesejahteraan;

h. hak turut serta dalam pemerintahan;

i. hak wanita;

j. hak anak.

5.  HAM di Indonesia : Permasalahan dan Penegakannya.

Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa perlindungan HAM

harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya, dan

hak pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan baik dalam

penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya (Wirayuda, 2005). Sesuai

dengan pasal 1 (3), pasal 55 dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan

HAM harus dilakukan melalui suatu konsep kerjasama internasional yang berdasarkan

pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan antarnegara serta

hukum internasional yang berlaku.

HAM di Indonesia didasarkan pada Konstitusi NKRI, yaitu: Pembukaan UUD 1945

(alinea I), Pancasila sila ke-4, Batang Tubuh UUD 1945 (pasal 27, 29 dan 30), UU no.

39/1999 tentang HAM dan UU No. 26/2000 tentang Pengadilan HAM. HAM di

19

Page 21: ham

Indonesia menjamin hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak

mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan, hak atas rasa

aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam  pemerintahan, hak wanita, dan

hak anak. Program penegakan hukum dan HAM (PP No. 7 tahun 2005) meliputi

pemberantasan korupsi, antiterorisme dan pembasmian penyalahgunaan narkotika dan

obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus dilakukan secara

tegas, tidak diskriminatif, dan konsisten.

Kegiatan-kegiatan pokok penegakan HAM meliputi :

1) penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana

Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi 2004-2009.

2) Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-

2009 sebagai gerakan nasional.

3) peningkatan penegakan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana

terorisme dan penyalahgunaan narkotika serta obat berbahaya lainnya.

4) peningkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hukum maupun

lembaga yang fungsi dan tugasnya mencegah dan memberntas korupsi.

5) peningkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hukum maupun

lembaga yang fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia.

6) peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warganegara di

depan hukum melalui keteladanan Kepala Negara dan pimpinan lainnya untuk

mematuhi dan mentaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten dan

konsekuen.

7) penyelenggaraan audit reguler atas seluruh kekayaan pejabat pemerintah dan

pejabat Negara.

8) peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka

mewujudkan proses hukum yang lebih sederhana, cepat, tepat dan dengan

biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

20

Page 22: ham

9) peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi

manusia dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika

masyarakat dapat berjalan sewajarnya.

10) pembenahan  sistem manajemen penanganan perkara yang menjamin akses

public, pengembangan sistem pengawasan yang transparan dan akuntabel.

11) pengembangan sistem manajemen kelembagaan hukum yang transparan.

12) penyelamatan barang bukti akuntabilitas kinerja yang berupa dokumen/arsip

lembaga Negara dan badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum

dan HAM.

13) peningkatan koordinasi dan kerjasama yang menjamin efektivitas penegakan

hukum dan HAM.

14) pembaharuan materi hukum yang terkait dengan pemberantasan korupsi.

15) peningkatan pengawasan terhadap lalu lintas orang yang melakukan perjalanan

baik ke luar maupun masuk ke wilayah Indonesia.

16) peningkatan fungsi intelejen agar aktivitas terorisme dapat dicegah pada tahap

yang sangat dini, serta meningkatkan berbagai operasi keamanan dan

ketertiban; serta

17) peningkatan penanganan dan tindakan hukum terhadap penyalahgunaan

narkotika dan obat berbahaya melalui identifikasi dan memutus jaringan

peredarannya, meningkatkan penyidikan, penyelidikan, penuntutan serta

menghukum para pengedarnya secara maksimal.

 

 6. Lembaga Penegak HAM.

Untuk menjaga agar setiap menghormati HAM orang lain, maka perlu adanya

penegakan dan pendidikan HAM. Penegakan HAM dilakukan terhadap setiap

pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau

kelompok orang termasuk aparat negara baik sengaja maupun tidak disengaja,

21

Page 23: ham

atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,

membatasi, atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin

oleh undang-undang.

Untuk mengatasi masalah penegakan HAM, maka dalam Bab VII Pasal 75 UU

tentang HAM, negara membentuk KOMNAS HAM, dan Bab IX Pasal 104 tentang

pengadilan HAM, serta peran serta masyarakat seperti dikemukakan dalam Bab XIII

Pasal 100 - 103. Lembaga penegak HAM meliputi KOMNAS HAM, pengadilan HAM,

dan partisipasi masyaraklat.

Komnas HAM :

Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan

lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,

penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.

Komnas HAM bertujuan :

1) mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia

sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia;

2) meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna

berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya

berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Komnas HAM mempunyai kelengkapan yang terdiri dari Sidang paripurna dan

Subkomisi. Di samping itu, Komnas HAM mempunyai Sekretariat Jenderal sebagai

unsur pelayanan.

Pasal 76, Komnas HAM bertugas dan berwenang (bidang pengkajian penelitian) :

1) melakukan pengkajian dan penelitian berbagai instrumen internasional hak asasi

manusia dengan tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi

dan atau ratifikasi;

22

Page 24: ham

2) pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan untuk

memberikan rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan, dan pencabutan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak asasi manusia;

3) penerbitan hasil pengkajian dari penelitian;

4) studi kepustakaan, studi lapangan dan studi banding di negara lain mengenai

hak asasi manusia;

5) pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan perlindungan,

penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia; dan

6) kerjasama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga, atau pihak

lainnya, baik tingkat nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak

asasi manusia.

Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam penyuluhan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 76, Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan :

1) penyebarluasan wawasan mengenai hak asasi manusia kepada masyarakat

Indonesia;

2) upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia melalui

lembaga pendidikan formal dan non formal serta berbagai kalangan lainnya; dan

3) kerjasama dengan organisasi, lembaga atau pihak lainnya, baik di tingkat

nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia.

Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam pemantauan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 76, Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan :

1) pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan laporan hasil

pengamatan tersebut;

2) penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam masyarakat

yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat pelanggaran hak

asasi manusia; pemanggilan kepada pihak pengadu atau korban maupun pihak

yang diadukan untuk dimintai dan didengar keterangannya;

23

Page 25: ham

3) pemanggilan saksi untuk diminta dan didengar kesaksiannya, dan kepada saksi

pengadu diminta menyerahkan bukti yang diperlukan;

4) peninjauan di tempat kejadian dan tempat lainnya yang dianggap perlu;

5) pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan secara tertulis

atau menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya dengan

persetujuan Ketua Pengadilan;

6) pemeriksaan setempat terhadap rumah, pekarangan, bangunan, dan tempat-

tempat lainnya yang diduduki atau dimiliki pihak tertentu dengan persetujuan

Ketua Pengadilan;

7) pemberian pendapat berdasarkan persetujuan Ketua Pengadilan terhadap

perkara tertentu yang sedang dalam proes peradilan, bilamana dalam perkara

tersebut terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam masalah publik dan

acara pemeriksaan oleh pengadilan yang kemudian pendapat Komnas HAM

tersebut wajib diberitahukan oleh hakim kepada para pihak.

Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam mediasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 76, Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan :

1) perdamaian kedua belah pihak;

2) penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan

penilaian ahli;

3) pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui

pengadilan;

4) penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia

kepada Pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya;

5) penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia

kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk ditindaklanjuti.

24

Page 26: ham

Di samping kewenangan menurut UU No 39 Tahun 1999, Komnas HAM juga

berwenang melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang

berat dengan dikeluarkannya UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi

Manusia. Berdasarkan Undang-undang No. 26/2000 tentang Pengadilan HAM.

Komnas HAM adalah lembaga yang berwenang menyelidiki pelanggaran hak asasi

manusia yang berat. Dalam  melakukan penyelidikan ini Komnas HAM dapat

membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan unsur

masyarakat.

Pengadilan HAM :

Pengadilan HAM berkedudukan di daerah kabupaten atau daerah kota yang daerah

hukumnya meliputi daerah hukum Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Pengadilan

HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak

sasi manusia yang berat. Pengadilan HAM berwenang juga memeriksa dan

memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan di

luar batas teritorial wilayah negara Republik Indonesia oleh warga negara

Indonesia. Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara

pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan oleh seseorang yang

berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun pada saat kejahatan dilakukan.

Kasus pembumihangusan di Timor-timur telah mendorong dunia internasional agar

dibentuk peradilan internasional (internasional tribunal) bagi para pelakunya. Desakan

untuk adanya peradilan internasional khususnya bagi pelanggaran HAM yang berat

yang terjadi di Timor-timur semakin menguat bahkan komisi Tinggi PBB untuk Hak-hak

asasi manusia telah mengeluarkan resolusi untuk mengungkapkan kemungkinan

terjadinya pelanggaran HAM berat di Timor-Timur. Atas resolusi Komisi HAM PBB

tersebut Indonesia secara tegas menolak dan akan menyelesaikan kasus pelanggaran

HAM dengan menggunakan ketentuan nasional karena konstitusi Indonesia

memungkinkan untuk menyelenggarakan peradilan hak asasi manusia. Atas penolakan

tersebut, mempunyai konsekuensi bahwa Indonesia harus melakukan proses peradilan

25

Page 27: ham

atas terjadinya pelanggaran HAM di Timor-Timur .

Dorongan untuk adanya pembentukan peradilan internasional ini juga didasarkan

atas ketidakpercayaan dunia internasional pada sistem peradilan Indonesia jika dilihat

antara keterkaitan antara pelaku kejahatan yang merupakan alat negara. Pelanggaran

HAM di Timor-timur mempunyai nuansa khusus karena adanya penyalahgunaan

kekuasaan dalam arti pelaku berbuat dalam konteks pemerintahan dan difasilitasi oleh

kekuasaan pemerintah sehingga akan sulit untuk diadakan pengadilan bagi pelaku

kejahatan secara fair dan tidak memihak.

Dalam prakteknya jika melihat bekerjanya sistem peradilan pidana di negara hukum

Indonesia ini, belum mampu memberikan keadilan yang subtansial. Keterkaitan dengan

kebijakan yang formal/legalistik seringkali dijadikan alasan. Peradilan seringkali

memberikan toleransi terhadap kejahatan-kejahatan tertentu, dengan konsekuensi

yuridis pelaku kejahatannya harus dibebaskan. Termasuk terhadap kejahatan atau

pelanggaran HAM berat ini (2000, Kleden).

Partisipasi Masyarakat :

Partisipasi masyarakat dalam penegakan HAM diatur dalam Pasal 100 -103 UU

tentang HAM. Partisipasi masyarakat dapat berbentuk sebagai berikut :

1) Setiap orang, organisasi politik, organisasi masyarakat, LSM, berhak

berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan, dan pemajuan HAM.

2) Masyarakat juga berhak menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran

HAM kepada Komnas HAM atau lembaga kemasyarakatan lain yang berwenang

dalam rangka perlindungan, penegakan, dan pemajuan HAM.

3) Masyarakat berhak mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan

yang berkaitan dengan HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya.

4) Masyarakat dapat bekerja sama dengan Komnas HAM melakukan penelitian,

pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai HAM.

26

Page 28: ham

7. Mengembangkan Pendidikan HAM.

Pendidikan HAM sebagai proses pemberdayaan pendidikan pada dasarnya

memiliki sifat antisipatoris dan emansipatoris, yaitu selalu mengacu ke masa depan dan

selalu mempersiapkan generasi muda untuk kehidupan masa depan (Muchtar Buchori,

Basis 2000). Pendidikan memang tidak dapat berbuat apa-apa untuk masa sekarang,

tidak juga untuk memperbaiki keadaan ekonomi dan politik kita. Akan tetapi, pendidikan

dapat berbuat banyak untuk turut membentuk kehidupan ekonomi dan politik yang lebih

baik di masa depan. Dalam konteks ini, pendidikan HAM dimaksudkan sebagai

proses penyadaran dan pemberdayaan (conscientization and empowering)

masyarakat akan hak dan tanggung jawab sosial yang dipikulnya. Membentuk

masyarakat berperadaban (civilized society) adalah tujuan sosialnya, sementara tujuan

akhirnya adalah kearifan serta kebahagiaan seluruh umat manusia. Dengan demikian

pendidikan HAM harus diupayakan sebagai wahana pembentuk dan pengembangan

pribadi dalam upaya pembentukan masyarakat yang beradab (civil society) yang penuh

kearifan dan kebahagiaan, lahir maupun batin.

Hakekat dari tujuan akhir (high purpose) pendidikan HAM adalah menciptakan

kemakmuran dan kebahagiaan masyarakat di alam semesta. Dengan kata lain, tujuan

pendidikan HAM adalah membentuk masyarakat yang sarat moralitas. Untuk

mewujudkannya, langkah nyata yang diperlukan adalah menggalakkan pemahaman

tentang HAM, diantaranya dapat dilakukan melalui sosialisasi nilai-nilai HAM mulai dari

sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Upaya ini dapat pula dilakukan melalui

kampanye, publikasi media massa. Dr. Seto Mulyadi berpendapat bahwa pembelajaran

HAM sejak dini mulai dari anak-anak merupakan tuntutan bagi pembangunan di masa

mendatang. Dr. sri Untari, ahli psikologi sosial juga menyatakan bahwa pembelajaran

HAM harus disesuaikan dengan tingkatan usia dan golongan masyarakat, serta adanya

keselarasan antara pembelajaran HAM di dalam dan di luar rumah agar tidak ada

benturan nilai.

27

Page 29: ham

Pengajaran HAM sejak dini dilaksanakan tidak hanya bertujuan sebagai

pengetahuan (knowledge) tentang HAM tetapi juga mengembangkan sikap (attitude)

dan keterampilan (skills).

Landasan Hukum Komnas HAM :

Pada awalnya, Komnas HAM didirikan dengan Keputusan Presiden Nomor 50

Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Sejak 1999 keberadaan

Komnas HAM didasarkan pada undang-undang, yakni Undang-undang Nomor 39 Tahun

1999 yang juga menetapkan keberadaan, tujuan, fungsi ,keanggotaan, asas,

kelengkapan, serta tugas dan wewenang Komnas HAM.  Di samping kewenangan

menurut UU No 39 Tahun 1999, Komnas HAM juga berwenang melakukan penyelidikan

terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat dengan dikeluarkannya UU No 26

Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

Berdasarkan Undang-undang No. 26/2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia,

Komnas HAM adalah lembaga yang berwenang menyelidiki pelanggaran hak asasi

manusia yang berat. Dalam melakukan penyelidikan ini Komnas HAM dapat membentuk

tim ad hoc yang terdiri atas Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat. 

Instrumen Acuan Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang guna mencapai

tujuannya Komnas HAM menggunakan sebagai acuan instrumen-instrumen yang

berkaitan dengan HAM, baik nasional maupun Internasional.

Instrumen nasional :

a) UUD 1945 beserta amendemennya;

b) Tap MPR No. XVII/MPR/1998;

c) UU No 39 Tahun 1999;

d) UU No 26 tahun 2000;

e) Peraturan perundang-undangan nasional lain yang terkait.

 

28

Page 30: ham

Instrumen Internasional :

a) Piagam PBB, 1945;

b) Deklarasi Universal HAM 1948;

c) Instrumen internasional lain mengenai HAM yang telah disahkan dan diterima

oleh Indonesia.

29