hama dan penyakit utama tanaman lada dan pengendaliannya

13
HAMA DAN PENYAKIT UTAMA TANAMAN LADA DAN PENGENDALIANNYA Hama dan penyakit utama tanaman lada dapat dikendalikan dengan menerapkan teknik budi daya anjuran. Budi daya dengan tajar atau tegakan hidup yang dikombinasikan dengan ternak, tanaman penutup tanah (Arachis pintoi), dan pagar hidup dari tanaman pakan merupakan teknik budi daya anjuran yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. PENDAHULUAN Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu meningkatkan produksi tersebut secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan(Aspek K-3). BUDIDAYA LADA SYARAT PERTUMBUHAN 1. Iklim - Curah hujan 2.000-3.000 mm/th. - Cukup sinar matahari (10 jam sehari). - Suhu udara 200C - 34 0C. - Kelembaban udara 50% - 100% lengas nisbi dan optimal

Upload: melanie87

Post on 08-Jun-2015

7.000 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hama Dan Penyakit Utama Tanaman Lada Dan Pengendaliannya

HAMA DAN PENYAKIT UTAMA TANAMAN LADA DAN PENGENDALIANNYA

Hama dan penyakit utama tanaman lada dapat dikendalikan dengan menerapkan teknik budi daya anjuran. Budi daya dengan tajar atau tegakan hidup yang dikombinasikan dengan ternak, tanaman penutup tanah (Arachis pintoi), dan pagar hidup dari tanaman pakan merupakan teknik budi daya anjuran yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

PENDAHULUAN

Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di

Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu meningkatkan produksi

tersebut secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian

lingkungan(Aspek K-3).

BUDIDAYA LADA

SYARAT PERTUMBUHAN

1. Iklim

- Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.

- Cukup sinar matahari (10 jam sehari).

- Suhu udara 200C - 34 0C.

- Kelembaban udara 50% - 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% - 80% RH.

- Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.

2. Media Tanam

- Subur dan kaya bahan organik

- Tidak tergenang atau terlalu kering

- pH tanah 5,5-7,0

- Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan

Page 2: Hama Dan Penyakit Utama Tanaman Lada Dan Pengendaliannya

Utisol.

- Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.

- Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.

- Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

1. Pembibitan

- Terjamin kemurnian jenis bibitnya

- Berasal dari pohon induk yang sehat

- Bebas dari hama dan penyakit

- Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun

(Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar)

2. Pengolahan Media Tanam

a. Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.

b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.

Dosis kapur pertanian :

- Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5

= 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.

- Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH

Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.

- Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6

ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha.

- Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha;

pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha.

c. Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah

3. Teknik Penanaman

Page 3: Hama Dan Penyakit Utama Tanaman Lada Dan Pengendaliannya

- Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m). Tetapi juga bisa

ditanam dengan tanaman lain.

- Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan

kedalaman 50 cm.

- Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.

- Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau

kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.

- Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah,

sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas.

- Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang sudah dicampur NATURAL

GLIO.

- Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah dicampur pupuk

dasar:

- NPK 20 gram/tanaman

- Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram

KCl per tanaman.

- Segera setelah ditutup, disiram SUPERNASA :

- Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.

- Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air

dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 20 ml larutan induk tadi

untuk penyiraman setiap pohon.

- Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 - 4 bulan sekali.

4. Pemeliharaan Tanaman

A. Pengikatan Sulur Panjat

Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin dan dilipat

hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan akar lekatnya sudah melekat pada

tiang panjat.

Page 4: Hama Dan Penyakit Utama Tanaman Lada Dan Pengendaliannya

B. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan

penyiangan.

C. Perempalan

Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada:

Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit.

Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif. Batang yang sudah tua

agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.

D. Pemupukan Susulan

Penyemprotan POC NASA (4-5 tutup) atau POC NASA (3- 4 tutup) + HORMONIK

(1 tutup) per tangki setiap 3 - 4 minggu sekali.

Pupuk makro diberikan sebagai berikut :

Umur

(bln)

Pupuk makro

(gram/pohon)

Urea SP 36 KCl

3-4 35 15 20

4-5 35 20 25

5-6 35 25 30

6-17 35 30 35

E. Pengairan dan Penyiraman

Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak

boleh tergenang.

Page 5: Hama Dan Penyakit Utama Tanaman Lada Dan Pengendaliannya

F. Pemberian Mulsa

Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-

alang.

G. Penggunaan Tajar ( Ajir)

Sebaiknya gunakan tajar mati dari bahan kayu. Pangkal tajar diruncingkan, bagian

ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi

tinggi tajar. Panjang tajar 2,5-3 m.

Hama utama yang menyerang tanaman lada adalah penggerek batang,

pengisap bunga, dan pengisap buah. Sementara untuk penyakit adalah busuk pangkal

batang (BPB), penyakit kuning, dan penyakit kerdil/keriting.

Kerusakan yang Ditimbulkan

Hama penggerek batang (Lophobaris piperis) tersebar hampir di seluruh

daerah pertanaman lada di Indonesia. Penggerek batang merupakan hama yang paling

merugikan. Larvanya menggerek batang dan cabang, dan pada serangan berat dapat

menyebabkan kematian tanaman. Serangga dewasa menyerang pucuk, bunga, dan

buah sehingga dapat menurunkan produksi dan kualitas buah.

Hama pengisap bunga (Diconocoris hewetti) dikenal dengan sebutan nyamuk

lada, enduk-enduk, kapal terbang atau fui-khicong di Bangka. Hama pada stadia

nimfa maupun dewasa dapat merusak bunga dan tandan bunga. Serangan ringan

menyebabkan tandan rusak, salah bentuk, dan buah sedikit. Bila tanaman terserang

berat, seluruh bunga akan rusak, tangkai bunga menjadi hitam dan akhirnya bunga

gugur sebelum waktunya. Hama ini juga memakan buah muda.

Hama pengisap buah (Dasynus piperis) dikenal dengan berbagai nama, seperti

kepik, kepinding, walang sangit, dan di Bangka disebut semunyung atau bilahu.

Hama pada stadium nimfa maupun dewasa mengisap cairan buah. Serangan pada

Page 6: Hama Dan Penyakit Utama Tanaman Lada Dan Pengendaliannya

buah muda menyebabkan tandan buah banyak yang kosong, sedangkan pada buah tua

mengakibatkan buah hampa, kering, dan gugur.

Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh jamur Phytophthora

capsici, merupakan penyakit yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan

kematian tanaman dalam waktu singkat. Sebenarnya jamur P. capsici dapat

menyerang seluruh bagian tanaman lada, namun serangan yang paling

membahayakan yaitu pada pangkal batang atau akar. Gejala serangan dini sulit

diketahui, sedangkan gejala serangan lanjut berupa tanaman layu.

Serangan P. capsici pada daun menyebabkan gejala bercak pada bagian

tengah atau tepi daun. Tepi bercak berwarna hitam bergerigi seperti renda, yang

tampak jelas bila gejala masih segar dan tidak tampak bila daun telah mongering atau

pada gejala lanjut.

Bila dalam kebun terdapat tanaman yang sakit, dalam 1-2 bulan kemudian

penyakit akan menyebar ke tanaman di sekitarnya. Penyakit akan lebih cepat

menyebar pada musim hujan, terutama pada pertanaman lada yang disiang bersih.

Penyakit kuning banyak dijumpai di Bangka dan Kalimantan. Penyebabnya

sangat kompleks, yaitu nematoda Radopholus similis dan Meloidogyne incognita,

jamur Fusarium oxysporum, serta kesuburan dan kelembapan tanah rendah.

Serangan nematoda R. similes dan M. incognita berlangsung secara

bersamaan. Luka akibat serangan nematoda akan memudahkan infeksi jamur F.

oxysporum, serta menyebabkan tanaman peka terhadap kekeringan dan kekurangan

unsur hara. Gejalanya yaitu daun menjadi kuning, kaku tergantung tegak lurus pada

waktu awal dan makin lama makin mengarah ke batang. Daun sangat rapuh sehingga

mudah gugur. Secara bertahap, cabang akan gugur dan akhirnya tanaman gundul.

Pada bagian akar, sebagian akar rambut rusak akibat serangan R. similis dan terdapat

puru atau bintil-bintil akar akibat serangan M. incognita.

Penyakit kerdil/keriting saat ini telah menyebar hampir di seluruh daerah

pertanaman lada di Indonesia. Penyakit ini tidak mematikan tanaman, tetapi

menghambat pertumbuhan sehingga tanaman kerdil dan produksi menurun.

Page 7: Hama Dan Penyakit Utama Tanaman Lada Dan Pengendaliannya

Penyebabnya adalah virus seperti pepper yellow mottle virus (PYMV) dan cucumber

mosaic virus (CMV). Penyakit kerdil ditandai dengan munculnya daun-daun muda

yang abnormal, berukuran lebih kecil, sering kali bergelombang atau belang-belang.

Pada serangan berat, pertumbuhan ruas memendek sehingga tanaman kerdil. Sering

pula pertumbuhan cabang menjadi berlebihan dengan daun kecil atau tidak berdaun.

Tanaman yang terserang ringan tetap dapat berproduksi, tetapi tandan buah

menjadi pendek dan tidak penuh. Ukuran buah lebih kecil dari buah normal. Bila

terserang berat, tanaman menjadi sangat kerdil dan tidak berbuah. Tanaman yang

telah menunjukkan gejala penyakit ini, walaupun masih dalam stadium ringan, tidak

dapat menjadi sumber bibit. Selain oleh serangga vektor (Aphis sp., Planococcus

citri, dan Ferrisia sp.), penyakit juga dapat menyebar melalui alat pertanian yang

dipakai pada tanaman sakit.

Strategi Pengendalian

Fluktuasi harga lada yang cukup tajam menyebabkan petani lada tidak dapat

membeli sarana produksi. Oleh karena itu, usaha tani lada dianjurkan diintegrasikan

dengan ternak disertai penanaman penutup tanah (Arachis pintoi).

Pengendalian menggunakan pestisida kimiawi dilakukan jika populasi hama

atau intensitas serangan penyakit tinggi, diikuti pengendalian secara hayati

menggunakan musuh alaminya. Pengendalian terpadu yang dianjurkan meliputi

teknik budi daya serta pengendalian secara hayati dan kimiawi.

Teknik Budi Daya

Bahan tanaman yang tidak sehat dapat menjadi sumber inokulum di daerah

yang baru. Oleh karena itu, bahan tanaman harus sehat. Pemilihan varietas yang akan

ditanam juga perlu dilakukan dengan hati-hati, karena sampai saat ini belum ada

varietas lada yang tahan terhadap semua jenis hama dan penyakit. Bila di pembibitan

dijumpai bibit dengan gejala kerdil maka bibit dimusnahkan.

Page 8: Hama Dan Penyakit Utama Tanaman Lada Dan Pengendaliannya

Tanaman lada membutuhkan cahaya matahari 50-75% sehingga perlu tajar

(penegak hidup). Tajar dapat berupa tanaman hidup seperti dadap cangkring atau

glirisidia.

Pemeliharaan tanaman lada meliputi pemangkasan atau pembuangan sulur

cacing dan sulur gantung. Pembuangan sulur cacing dapat mengurangi infeksi P.

capsici dari tanah.

Pemupukan perlu memperhatikan komposisi dan saat aplikasinya. Pupuk yang

diperlukan adalah 1,6 kg NPKMg (12-12-17-2)/tanaman/tahun untuk tanaman umur

produktif. Pupuk diberikan 3-4 kali selama musim hujan. Pada waktu pemupukan

pertama ditambahkan 5 kg pupuk kandang. Tajar dipangkas 7-10 hari sebelum

pemupukan. Tanaman penutup tanah seperti A. pintoi dapat menjadisumber nutrisi

bagi musuh alami hama serta menghambat penyebaran patogen BPB pada musim

hujan.

Penyiangan terbatas “bobokor” dilakukan secara rutin di sekitar tanaman

sebatas kanopi tanaman. Parit keliling dan saluran drainase dapat mencegah

penyebaran pathogen dari lahan yang tercemar dan juga untuk mencegah genangan

air di dalam kebun. Membuat pagar keliling dengan tanaman sumber pakan sangat

dianjurkan untuk membatasi jalan masuk ke dalam kebun sehingga dapat

menghindarkan masuknya patogen dari luar kebun. Ternak peliharaan tidak boleh

dibiarkan berkeliaran di dalam kebun.

Tanaman yang terserang BPB dimusnahkan dengan cara dibakar di tempat

atau disiram bubur bordo. Alat pertanian yang digunakan untuk memusnahkan

tanaman sakit harus dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai untuk tanaman sehat.

Pengendalian Hayati dan Kimiawi

Agens hayati (Trichoderma harzianum) diberikan pada awal tanam, diikuti

bahan organik/sisa tanaman atau potongan alang-alang secara berkala. Apabila

dijumpai tanaman yang dicurigai terkena BPB maka tanaman tersebut dan tanaman di

sekitarnya diberi fungisida sistemik atau disiram bubur bordo. Aplikasi bubur bordo

Page 9: Hama Dan Penyakit Utama Tanaman Lada Dan Pengendaliannya

diikuti dengan pemberian agens hayati (T. harzianum) 2-4 minggu kemudian. Apabila

populasi hama penggerek batang atau gejala penyakit kuning meningkat diberikan

karbofuran 30-50 g/tanaman. Alang-alang dapat digunakan sebagai penutup tanah

untuk mengendalikan penyakit kuning. Apabila pemberian alang-alang dimaksudkan

untuk mengendalikan BPB maka harus dibenamkan. Pengendalian penyakit kuning

dengan bakteri Pasteuria penetrans akan lebih efektif bila diikuti dengan pemberian

bahan organik.

Ternak seperti kambing dan sapi dapat diintegrasikan dalam usaha tani lada.

Biomassa pangkasan tajar, penutup tanah, dan pagar keliling dapat dimanfaatkan

sebagai pakan, sedangkan kotoran ternak untuk tanaman lada. Integrasi ternak dalam

usaha tani lada merupakan budi daya anjuran yang ramah lingkungan dan

berkelanjutan (Dyah Manohara dan Nurheru).